LAPORAN AKHIR
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BERBASIS PRODUK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RUMAH RAMAH GEMPA KORBAN GEMPA PIDIE JAYA
Tim Pengabdi
Dr. Ir. Abdullah, M.Sc. (196403211989031002) Dr. Abdul Munir, ST., MT. (197207081998021001) Ir. Muslimsyah, M.Sc. (196109281988011001)
Dibiayai Oleh: Universitas Syiah Kuala
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat Berbasis Produk Tahun Anggaran 2018
Nomor : 292/UN11/SP/PNPB/2018 Tanggal 29 Januari 2018
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
iii
RINGKASAN
Rumah adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Selain itu, rumah baru juga harus dibangun untuk menggantikan rumah yang rusak dan hancur akibat suatu bencana, seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor, kebakaran, atau tersapu angin badai, banjir bandang, dan lain-lain. Konstruksi yang demikian sangat sulit untuk diawasi agar memenuhi persyaratan teknis karena dalam pelaksanaannya melibatkan banyak pihak yang kadangkalanya tidak mempunyai pengetahuan yang cukup dalam pekerjaan tersebut. Termasuk disebabkan terbatasnya pengetahuan dan penguasaan tukang terhadap konsep bangunan tahan gempa, kualitas bahan yang tidak memenuhi syarat teknis, dan mutu pelaksanaan yang tidak mendapat pengawasan yang memadai. Tidak heran, bahwa umumnya bangunan rumah yang dilaksanakan keseluruhannya di lokasi pembangunan sangat rendah mutu pelaksanaannya sehingga rumah tersebut tidak aman terhadap bencana. Sebagai Universitas Jantung Hati Rakyat Aceh, tentu saja dituntut untuk memberikan solusi cepat dalam penanganan perumahan, terutama untuk menjawab kebutuhan cepat korban gempa, seperti di Pidie Jaya. Rumah pracetak beton ringan BeRi-C mempunyai sejumlah kelebihan yang patut menjadi pertimbangan untuk digunakan sebagai bahan pembuat rumah, utamanya di daerah yang rawan bencana gempa seperti Indonesia. Selain terbuat dari beton busa ringan yang memungkinkan pemanfaatan bahan produk sampingan suatu industri, semua komponen konstruksi dari panel BeRi-C tersambung satu sama lain dengan cukup kokoh menggunakan baut. Dengan jaringan kawat penguat didalamnya sebagaimana konsep ferosemen, panel BeRi-C memiliki daktilitas jauh lebih tinggi dari pada beton bertulang lainnya, utamanya dalam kapasitas retak. Kapasitas daktilitas yang tinggi menjamin suatu konstruksi untuk bertahan jika mendapat beban gempa bumi.
iv
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan karunia-Nya maka pelaksanaan kegiatan pengabdian ini dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan yang diharapkan. Shalawat dan Salam disampaikan ke junjungan Nabi Muhammad SWA yang telah menuntun manusia dari alam kebodohan ke alam yang penuh ilmu pengetahuan.
Pengabdian ini dilaksanakan dengan paling tidak dua sasaran utama: 1. meningkatkan pengetahuan dan teknologi dalam penggunaan beton busa
ringan pada konstruksi pracetak; dan
2. memberikan bantuan rumah untuk korban gempa yang merupakan contoh rumah ramah gempa yang dikembangkan di Universitas Syiah Kuala. Kegiatan ini terlaksana dikarenakan adanya kerja sama yang baik antara Universitas Syiah Kuala dan Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya, terutama pasca gempa di akhir tahun 2017. Termasuk berkat kerjasama tim pengabdi, kedua mitra, mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Syiah Kuala.
Penulis menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi hingga kegiatan ini dapat diselesaikan dengan baik. Semoga semua bantuan dan sokongan yang diberikan dapat menjadi amal shaleh di sisi Allah SWT. Penulis berharap hasil kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Banda Aceh, Oktober 2018
v DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PENGESAHAN ... ii RINGKASAN ... iii PRAKATA ... iv DAFTAR ISI ... v DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Analisis Situasi ... 1
1.2 Permasalahan Mitra ... 2
BAB 2 TARGET DAN LUARAN 3
2.1 Target ... 3
2.2 Luaran ... 4
BAB 3 METODE PELAKSANAAN 5
3.1 Material Beton Ringan ... 5
3.2 Pembuatan dan Pengangkutan ... 6
3.3 Pemasangan Panel BeRi-C ... 7
BAB 4 KELAYAKAN PENGUSUL 8
BAB 5 HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI 5.1 Survei Awal ... 9
5.2 Sosialisasi Kegiatan ... 9
5.3 Survei Lanjutan dan Desain Rumoh Contoh ... 10
5.4 Sosialisasi dan Pelatihan Pembuatan Beton Busa Ringan ... 11
5.5 Instalasi Panel Beton Busa Ringan BeRi-C ... 12
5.6 Serah terima rumah ... 13
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 14
6.2 Saran ... 14
DAFTAR PUSTAKA ... 15
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Kualitas bahan dan lingkunngan pekerjaan yang tidak sesuai ... 2
Gambar 3.1 Panel BeRi-C ... 6
Gambar 3.2 Pemotongan komponen BeRi-C ... 7
Gambar 5.1 Survey awal calon penerima rumah bantuan Unsyiah ... 9
Gambar 5.2 Sosialisasi Program Unsyiah ... 10
Gambar 5.3 Penjelasan ke masyarakat dan Bupati serta Sekda Pidie Jaya ... 11
Gambar 5.4 Persiapan tapak rumah dan produksi panel dinding ... 12
Gambar 5.5 Pemasangan Panel ... 13
viii
LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Artikel Ilmiah ... 17 Lampiran 2 Personalia Tenaga Peneliti beserta Kualifikasinya ... 24 Lampiran 3 Foto dan Gambar Aktivitas ... 39
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Analisis SituasiKebutuhan terhadap rumah semakin hari semakin meningkat. Jika tidak dilakukan upaya tertentu dan terintegrasi antara semua pihak terkait, pemenuhan kebutuhan akan rumah untuk setiap keluarga akan mustahil dapat dipenuhi. Disamping kapasitas membangun rumah dengan metode konstruksi yang ada tidak memungkinkan dapat dilakukan percepatan secara significant, karena hanya mengandalkan teknologi konvensional, meningkatnya kebutuhan rumah semakin membesar karena kerusakan akibat suatu bencana, misalnya bencana gempa bumi.
Kejadiaan gempa bumi terbaru di Kabupaten Pidie Jaya pada Desember tahun 2017, semakin membuktikan bahwa kualitas bahan, kemampuan dan pemahaman tukang terhadap konstruksi rumah yang benar, dan perencanaan yang tidak tepat akan berakibat fatal. Akibatnya, selain tempat tinggal mereka hancur atau rusak berat sehingga memerlukan penggatian dengan rumah baru, penderitaan korban menjadi bertambambah karena harus berada dipengungsian lebih lama. Salah satu cara untuk mempercepat pembangunan suatu konstruksi, termasuk rumah, adalah dengan memanfaatkan teknologi pracetak. Dengan konsep pracetak, percepatan dan kawal mutu dapat dilakukan jauh lebih mudah dari konsep pembangunan konvensional (on-site construction).
Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) sebagai jantung hati rakyat Aceh, perlu dan harus memberikan konstribusi yang nyata dalam upaya rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa Pidie Jaya tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Unsyiah adalah membangun rumah ramah gempa untuk salah seorang korban yang juga memang warga Kabupaten Pidie Jaya. Rumah contoh yang akan dibangun di desa Paru Keudee, Kecamatan Bandar Baru, Kabupaten Pidie Jaya tersebut terbuat dari beton ringan pracetak yang diberi nama rumah panel BeRi-C.
Penelitian beton ringan busa telah dilakukan di Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala sejak tahun 2007 s/d 2012 menggunakan dana TPSDP, RUSNAS, dan HIKOM, serta dana mandiri. Uji elemen struktural, seperti balok dan pelat, juga uji kapasitas geser telah dilakukan pada tahun 2011 dan 2012. Hasilnya cukup memberi harapan untuk penggunaan beton ringan busa sebagai bahan konstruksi, termasuk untuk elemen-elemen struktur tertentu.
Bekerjasama dengan dinas terkait di Provinsi Aceh, telah dilakukan sejumlah aplikasi dari beton ringan busa pada tahun 2010, 2011, dan 2012. Seperti, sebagai lantai jembatan
pengganti lantai kayu, baik untuk jembatan gantung maupun lantai jembatan pada lintasan jalan Kabupaten (beban tidak terlalu besar), panel dinding pracetak, dan sebagai penutup saluran drainase.
1.2 Permasalahan Mitra
Sebagian besar bangunan rumah baru, utamanya di kawasan kota dan sekitarnya, saat ini dibangun dari beton konvensional yang mempunyai berat jenis (Specific Gravity, SG = 2.4) dan pembangunannya dilakukan ditempat (on-site). Konstruksi yang demikian, selain berat, pengalaman selama ini menunjukkan sangat sulit untuk diawasi agar memenuhi persyaratan teknis karena dalam pelak-sanaannya melibatkan banyak pihak yang kadangkalanya tidak mempunyai pengetahuan yang cukup dalam pekerjaan tersebut. Termasuk disebabkan terbatasnya pengetahuan dan penguasaan tukang terhadap konsep bangunan tahan gempa, kualitas bahan yang tidak memenuhi syarat teknis, dan mutu pelaksanaan yang tidak mendapat pengawasan yang memadai (Gambar 1.1). Tidak heran, bahwa umumnya bangunan rumah yang dilaksanakan kese-luruhannya di lokasi pembangunan sangat rendah mutu pelaksanaannya sehingga rumah tersebut tidak aman terhadap bencana.
Bab II
SOLUSI DAN TARGET LUARAN
Permasalahan kualitas konstruksi terjadi karena ketergantungan pada material/bahan konvensional (kayu dan beton normal/konvensional), dan sistim konstruksi konvensional
(on-site-construction). Karenanya, material konvensional dan inkompetensi pekerja konstruksi
adalah masalah besar dalam pencapaian kualitas konstruksi di Indonesia, dan untuk mengatasi masalah ini, konsep konstruksi konvensional harus mulai dicarikan alternatif pengganti. Salah satunya adalah dengan menggunakan metode pracetak.
Kelemahan dan kekurangan beton normal untuk digunakan pada panel beton pracetak adalah beratnya terlalu besar. Akibatnya, dalam pengangkutan, pemindahan, dan pemasangan akan memerlukan alat berat (crane) yang selain memerlukan biaya tambahan, juga belum tentu tersedia atau akses ke lokasi konstruksi perlu dipersiapkan. Penggunaan beton ringan pada konstruksi pracetak akan menyelesaikan beberapa masalah di atas sekaligus.
Penelitian beton ringan busa yang dilakukan oleh Abdullah dkk sejak dari tahun 2006 [7], menunjukkan bahwa beton ringan busa mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai bahan konstruksi bangunan. Tidak saja kuat tekannya mencukupi untuk digunakan pada elemen struktural bangunan rumah, beratnya yang hanya 60% dari berat bahan konstruksi konvensional akan mengurangi berat kosntruksi secara signicant sehingga gaya gempa yang bekerja menjadi lebih kecil. Dengan sistim pracetak, memberi peluang yang lebih besar terhadap pengawalan mutu konstruksi rumah di Indonesia yang hingga saat ini masih sangat sulit dilakukan karena berbagai hal, seperti: tenaga pekerja konstruksi yang tidak terlatih dan tidak tersertifikasi keahliannya, kawalan mutu bahan dan pelaksanaan yang masih rendah, dan yang juga berpengaruh adalah rendahnya gaji pelaksana konstruksi.
Sistim pracetak yang ditawarkan di sini mengkombinasikan konsep ferosemen dan beton ringan busa. Sebagaimana diketahui, konstruksi ferosemen menggunakan jaringan kawat (wire mesh) dengan diameter yang kecil (< 2mm) sebagai tulangannya sehingga dapat dibuat tipis, yaitu tebalnya < 50mm [1,2,4,6]. Konstruksi ferosemen tidak berkembang di Negara maju karena memerlukan tenaga kerja yang banyak untuk mengikat jaraingan kawat. Untuk negara yang populasi penduduknya besar seperti Indonesia, konstruksi ferosemen sangat sesuai karena akan menyerap lapangan kerja.
Hal lain yang cukup penting pada pembangunan rumah pracetak adalah adanya kesatuan keseluruhan elemen konstruksi. Pada rumah dari panel BeRi-C yang ditawarkan disini, semua elemen disambung dengan menggunakan baut [1,2]. Dengan demikian rumah pracetak panel BeRi-C ini menjadi satu kesatuan yang saling terhubungkan dari pondasi ke sloof, sloof ke dinding, dinding ke elemen sudut dan ring balok, dan ring balok dengan tombak layar. Selanjutnya, atap juga tersambung dan terikat dengan gording yang telah dibaut ke panel tombak layar.
Dengan adanya beton ringan busa konstruksi rumah dari panel pracetak ini diharapkan akan lebih menggairahkan industry konstruksi di Indonesia, utamanya pengembang yang bergerak dalam penyediaan rumah, termasuk pada saat setelah suatu bencana, sehingga pembuatan rumah dapat dipercepat, dan tidak lagi tergantung hanya pada bahan tradisional yang dapat merusak lingkungan. Dengan panel pracetak beton ringan ini kualitas rumah juga akan lebih baik dan dapat didirikan dalam waktu yang relatif cepat [5,9,11,12].
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Secara umum, kualitas konstruksi bangunan perumahan dan gedung komersial di Indonesia sangat bervariasi dan dapat diklasifikasikan menjadi permanen, semi permanen, dan rumah kayu (tradisional). Kebanyakan orang saat ini, lebih suka dan tinggal di rumah permanen (rangka beton bertulang dan dinding dari batu bata), terutama mereka yang tinggal di wilayah perkotaan. Sementara itu, di beberapa kasus, kinerja seismik bangunan rangka beton bertulang sangat buruk. Hal ini disebabkan, salah satu alasan yang mendasar adalah tidak adanya mekanisme yang efektif dan penguatan hukum dalam pemberlakuan dan penegakan peraturan bangunan (building code), sehingga kualitas bangunan permanen selalunya dibawah standar.
3.1 Material Beton Ringan
Ada berbagai jenis sistem pracetak beton untuk aplikasi yang berbeda dalam ukuran, fungsi, dan biaya. Panel pracetak beton juga digunakan untuk penutup semua atau bagian dari fasade bangunan, untuk lansekap, dinding kedap suara dan dinding keamanan, dan bahkan pada elemen struktur seperti balok beton pratekan. Untuk menurunkan berat panel, beton ringan digunakan untuk menggantikan beton berat normal. Campuran beton ringan dibuat dengan agregat ringan. Beton ringan struktural telah digunakan untuk berbagai konstruksi bangunan, seperti jembatan, dermaga dan balok, elemen slab dan dinding, dan lain-lain.
Beton busa adalah salah satu jenis beton ringan yang sangat mudah diproduksi. Telah digunakan secara luas di negara maju. Aerated Cellular Concrete (ACC) atau Aerated
Lightweight Concrete (ALC), yang komposisinya mirip dengan beton busa, diciptakan pada
pertengahan tahun 1920 oleh arsitek Swedia dan penemu Johan Axel Eriksson (Hebel, 14). Selain ringan, bahan bangunan pracetak ACC ini juga baik sebagai isolator suara, dan tahan api. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Abdullah (2010) menunjukkan bahwa, dengan menambahkan agregat ringan alami mutu beton busa yang lebih tinggi dapat dicapai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dengan 1,4 < SG < 1,8, mutu beton f'c > 17 MPa dapat diproduksi.
Memilih bahan yang tepat sangat penting untuk stabilitas bangunan terhadap gempa. Bahan yang berat dan getas (brittle) akan mudah gagal dengan tiba-tiba jika terjadi gempa. Kalau menggunakan beton normal yang berat (SG = 2.4), biasanya ukuran elemen dibatasi oleh
ukuran kendaraan transportasi dan peralatan mengangkat (Elliot, 2002). Panel pracetak BeRi-C terbuat dari beton ringan dengan SG = 1,2 - 1,6 dan kekuatan beton, f’c = 15 - 25 MPa dan diperkuat dengan wiremesh yang tersedia dan dapat dibeli dengan mudah dipasar.
Jenis beton ringan digunakan pada panel pracetak BeRi-C (Lihat Gambar 3.1 di bawah) dapat dari beton busa atau beton busa dengan tambahan agregat ringan. Tujuan penambahan agregat ringan alami (seperti batu apung) dan yang dari bahan limbah (fly ash, abu sekam, dan bongkahan cangkang sawit) adalah untuk mengurangi penggunaan semen yang relatif mahal dan sebagai pengganti semen dan agregat buatan.
Untuk mendapatkan kekuatan tarik dan lentur yang cukup, panel diperkuat dengan dua jenis wire mesh dari ukuran yang berbeda [4,13]. Wire mesh dari tulangan baja dengan diameter yang lebih besar, Ø 6-mm, akan bertindak sebagai rangka (skeleton steel), sedangkan mesh lebih kecil (Ø < 2.0 mm) untuk menahan dan memperkuat beton ringan dalam tarik langsung dan lentur, serta gaya impact/benturan. Setiap panel dihubungkan satu sama lain dengan baut pada interval 300 mm.
Gambar 3.1 – Panel BeRi-C.
3.2 Pembuatan dan Pengangkutan
Konstruksi sistim pracetak atau bangunan pre-fabrikasi adalah bangunan yang terdiri dari elemen yang diproduksi atau dibuat di suatu lokasi dan dipasang dilokasi lain. Elemen yang diproduksi disuatu tempat tertentu yang diberi atap dan tertutup tersebut akan lebih baik dan mudah dilakukan kawalan mutu dalam menjaga kualitasnya sehingga lebih seragam. Elemen-elemen tersebut dihubungkan satu sama lain dengan menggunakan baut sehingga membentuk struktur yang lengkap. Bangunan pracetak memiliki beberapa keuntungan:
• berkualitas tinggi (kondisi produksi yang konstan, tidak tergantung pada keahlian tenaga kerja lokal dan peralatan),
• biaya produksi lebih rendah (pengurangan biaya bekisting), • finishing lebih baik,
• memungkinkan menggunakan bahan daur ulang.
Untuk menyesuaikan panjang, komponen panel BeRi-C dapat dipotong sesuai kebutuhan. Pemotongan dapat dilakukan dengan relatif mudah karena ketebalan panel yang hanya 30-mm. (Lihat Gambar 3.2).
Gambar 3.2 – Pemotongan komponen BeRi-C.
3.3. Pemasangan Panel BeRi-C
Tahapan pemasangan komponen rumah pracetak beton ringan panel BeRi-C adalah sebagai berikut yang meliputi:
1. Siapkan tempat pembangunan rumah (elevasi, timbunan dan pemadatan tanah) 2. Persiapkan pondasi dan tanamkan baut jangkar.
3. Pasang panel balok sloof di atas pondasi.
4. Pasang dan ikatkan panel kolom dan dinding pada sloof. 5. Pasang ring balok atas pada sisi atas panel dinding. 6. Pasang tombak layar ke ring balok.
7. Pekerjaan atap dan plafon.
8. Pasang pintu, jendela, dan penggantung 9. Pekerjaan Instalasi.
Bab IV
KELAYAKAN PENGUSUL
Pemanfaatan beton ringan pracetak sebagai bahan alternatif konstruksi telah dilakukan pada beberapa kegiatan berikut:
1. Penggunaan beton ringan pracetak untuk lantai jembatan di kawasan Seulimum, Aceh Besar pada tahun 2010;
2. Penggunaan beton ringan pracetak untuk lantai 2 (dua) jembatan gantung Taman Putroe Phang, Banda Aceh pada tahun 2011;
3. Penggunaan beton ringan pracetak untuk lantai jembatan gantung Lampaseh Krueng, Montasik, Aceh Besar pada tahun 2012;
4. Penggunaan beton ringan pracetak untuk lantai 3 (tiga) jembatan di Kabupaten Aceh Tamiang, pada tahun 2015;
Pelaksanaan kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat di atas terlaksana dengan bekerjasama dengan dinas terkait masing-masing Kabupaten / Kota sebagai pendana.
Pada program Pengabdian Pada Masyarakat yang diusulkan ini, akan melibatkan kepakaran (lihat Tabel 4.1 di bawah):
1. Bidang Teknik Sipil, khususnya tentang material dan kekuatan konstruksi;
2. Bidang Arsitektur, untuk perencanaan ruang terkait pengembangan rumah dimasa yang akan dating;
3. Bidang Arsitektur, untuk kenyamanan ruang.
Untuk mitra, disini diusulkan calon penerima rumah. Dalam hal ini melibatkan Aparatur Desa dan calon penerima rumah, yaitu warga Kampung Paru Keudee, Kabupaten Pidie Jaya.
Tabel 4.1 – Tim Kepakaran dan Tugas
No. N a m a Bidang Kepakaran Tugas 1 Dr. Ir. Abdullah, M.Sc. Teknik Sipil Teknologi Beton
2 Dr. A. Munir, ST. MT. Teknik Arsitektur Perencanaan Kenyamanan Thermal 3 Ir. Muslimsyah, M.Sc. Teknik Arsitektur Perencanaan Pengembangan Ruang
BAB V
HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
5.1 Survei Awal
Survey awal kegiatan masyarakat ini dilaksanakan pada akhir tahun 2016, yaitu beberapa hari setelah kunjungan pertama ke lokasi gempa di Pidie Jaya. Pada kunjungan pertama ke lokasi pasca gempa, tim dari Universitas Syiah Kuala focus pada pendataan kerusakan dan kebutuhan lapangan agar dapat disusun rencana aksi secepat mungkin. Pada kedatangan tim teknis Unversitas Syiah Kuala berikutnya, sekitar pertengahan Januari 2017, sudah terdeteksi dengan jelas sejumlah kebutuhan korban gempa yang paling mendesak. Salah satunya adalah rumah tempat tinggal korban yang rumah mereka rusak berat dan hancur. Selanjutnya, tim mengadakan diskusi dengan pimpinan universitas untuk kemungkinan membantu korban berupa rumah bantuan dari hasil teknologi yang dikembangkan di kampus. Selanjutnya pimpinan universitas dalam kunjungan ke lokasi gempa bertemu dengan pimpinan Kabupaten Pidie Jaya dan membicarakan serta meminta Bupati Pidie Jaya (Photo 5.1) menetapkan lokasi dan korban yang menjadi prioritas penempatan rumah bantuan.
Photo 1.1 – Survey awal calon penerima rumah bantuan Unsyiah: kondisi rumah korban.
5.2 Sosialisasi Kegiatan
Setelah calon penerima dan lokasi desa tempat penempatan rumah contoh diputuskan, selanjutnya dilakukan pertemuan dengan pimpinan desa dan calon penerima bantuan. Hal ini dilakukan untuk memastikan beberapa hal, diantaranya:
1. Calon penerima bantuan rumah memang korban yang rumahnya mengalami kerusakan berat atau rubuh akibat gempa;
2. Calon penerima bantuan rumah tidak menerima bantuan sejenis dari pihak lain; 3. Bersedia dan tidak keberatan dengan tipe dan jenis rumah bantuan yang akan
diberikan Universitas Syiah Kuala;
4. Bersedia memberikan kerjasama yang diperlukan demi kelancaran pembangunan rumah contoh nantinya.
Rencana pembangunan rumah contoh ini selanjutnya dikomunikasikan juga ke tim teknis dan sekretariat penanggulan bencana gempa Pemda Pidie Jaya untuk koordinasi dengan semua sektor terkait yang terlibat dalam proses rehab rekon.
Photo 5.2 – Sosialisasi Program Unsyiah
5.3 Survei Lanjutan dan Penjelasan Gambar Detail Rumah Contoh
Setelah penerima menyatakan kesediaan dan tidak keberatan dengan jenis dan tipe rumah bantuan yang akan dibangun, selanjutnya dilakukan survey penentuan lokasi tapak rumah dan elevasi lantai. Kepada calon penerima / pemilik rumah bantuan juga diminta untuk memastikan letak / posisi ruang/kamar tidur. Pada tahap ini, koordinasi juga dilakukan dengan perangkat desa terkait:
1. Kemungkinan melibatkan tukang yang ada di desa tersebut dalam pembuatan pondasi, penyediaan bahan untuk pasir, kerikil, dan semen;
2. Kemungkinan melibatkan pelaksana lokal untuk pekerjaan atap dan rangkanya, juga plafon dan rangkanya; dan
3. Kemungkinan menggunakan tukang tempatan untuk pengerjaan pamasangan keramik lantai.
Selain pekerjaan produksi dan pemasangan panel dinding dan struktur rangka bangunan rumah, diupayakan pengerjaan pekerjaan lain dilaksanakan oleh pekerja/tukang lokal. Hal ini dilakukan dalam upaya memudahkan alih teknologi suatu saat di masa yang akan datang.
Photo 5.3 – Penjelasan ke masyarakat dan Bupati serta Sekda Pidie Jaya.
5.4 Sosialisasi dan Produksi Panel Pracetak Beton Ringan BeRi-C
Sementara ini produksi panel masih sepenuhnya dilaksanakan di workshop berdekatan dengan kampus Universitas Syiah Kuala karena luas area laboratorium di Jurusan Teknik Sipil belum mampu menampung keseluruhan kegiatan proses produksi. Karena jumlah cetakan masih terbatas, yaitu hanya 5 unit, proses produksi keseluruhan elemen/panel pracetak diselesaikan dalam waktu sekitar 2 minggu.
Sambil menunggu tercapainya umur beton, di lokasi pembangunan rumah bantuan dipersiapkan pondasi, balok sloof, dan lantai. Semua pekerjaan tersebut dilakukan oleh pekerja/tukang lokal. Namun demikian, sebelum memulai kepada tukang dan pekerja lokal tersebut diberikan penjelasan dan pengarahan agar hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Penglibatan pekerja dan tukang lokal dapat berimplikasi sosialisasi dan alih teknologi secara sekaligus.
Panel dinding diangkut ke lokasi pemasangan setelah dirawat selama 7 hari dilokasi produksi. Perawatan panel dengan menyiram setiap 4 jam sangat perlu dilakukan agar beton tidak mengalami retakan akibat menguapnya air campuran. Idealnya, perawatan panel beton ini dilakukan perawatan dengan sistim steam curing sehingga waktu perawatannya dapat dipersingkat dan mutu beton dapat lebih cepat dicapai dan pekerjaan pemasangan dapat dipercepat juga.
Keseluruhan komponen panel diangkut dengan satu truk. Selanjutnya panel-panel ini yang dapat diangkat oleh 2 (dua) orang pekerja saja ditumpuk disekitar lokasi pembangunan rumah.
(a) – Pertemuan dengan Bupati (b) – Rehat dan santai sejenak.
(c) – Persiapan pondasi dan lantai rumah dan produksi panel dinding
Photo 5.4 – Kegiatan sosialisasi, persiapan dan produksi
5.5 Instalasi Komponen Rumah Ramah Gempa Panel Beton Busa Ringan BeRi-C
Selain melibatkan warga dan tukang lokal, pekerjaan pemasangan panel dinding pracetak beton ringan BeRi-C juga mengikutsertakan mahasiswa. Hal ini dilakukan dalam upaya mensosialisasi kepada publik terkait teknologi yang masih baru. Pemasangan panel dinding ini dilakukan dengan hanya satu orang tukang yang sudah pernah berpengalaman mengerjakan sebelumnya.
Pekerjaan pemasangan diawali dengan pengechekan kembali luasan lantai tersedia yang telah dipersiapkan seminggu sebelumnya.
Photo 5.5 – Pemasangan Panel
5.6 Serah Terima Rumah
Acara serah terima rumah bantuan kepada korban gempa dilakukan langsung Rektor Unsyiah kepada Bupati Pidie Jaya yang selanjutnya diserahkan kepada pemiliknya. Hadir dalam acara serah terima tersebut sejumlah dosen yang terlibat dalam Satgas Peduli Pidie Jaya dan beberapa pejabat Pemkabnya.
Bab VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Korban gempa sangat membutuhkan penggantian rumah tempat tinggal secepat mungkin. 2. Dengan rumah ramah gempa beton ringan pracetak pembangunan kembali rumah hanya butuh waktu 10 – 14 hari.
3. Konsep rumah pracetak panel BeRi-C merupakan solusi bangun cepat rumah.
6.2 Saran
Perlu upaya lebih lanjut dari Unsyiah untuk merealisasikan konsep rumah bangun cepat agar korban bencana cepat pulih dari kesedihan karena hilang harta benda dan penderitaan hidup di pengungsian.
Daftar Pustaka
1. Mansur M.A., Abdullah, and Alwis W.A.M (1994), “Strength of Bolted Joints in
Ferrocement", Structural Journal of American Concrete Institute, Vol. 91, No. 3, pp.
315-323, May-June 1994.
2. Abdullah and Mansur, M.A. (1995), "An Investigation into the Behavior and Strength of
Bolted Connec-tions in Ferrocement", Journal of Ferrocement, Vol. 25, No. 3, pp.
207-219”.
3. ICBO (International Conference of Building Officials), 1997, Uniform Building Code, Volume 2: Structural Engineering Design Provisions.
4. Abdullah, and M.A. Mansur (2001), “Effect Mesh Orientation on Tensile Strength of
Ferroce-ment”, Journal of Ferrocement, Vol. 31, No. 4, pp. 289-298.
5. Elliot, K., S., 2002, Precast Concrete Structures, Butterworth Heinemann.
6. Abdullah, K. Takiguchi, K. Nishimura, and S. Hori (2003), “Behavior of Ferrocement
Subjected to Missile Impact” Proceedings the 17th SMiRT Conference, Praha, Cheko.
7. Abdullah et. al. (2010), Light weight Concrete as Alternative Construction Material, Research Report to Directorate General of Higher Education of Indonesia.
8. British Standard BS-5234, Code of Practice of Wall Panels Partition.
9. Jacqueline Glass, The Future for Precast Concrete in Low Rise Housing, British Cement Asscosiation.
10. Namaan (2000), Ferrocement, Lami-nated Cementittious Composites, Techno Press
3000.
11. Pang H. W. et. al. (2005), Light weight Precast System in Buildings – The Was Ahead, Materials Science and Technology in Engineering Conference.
12. Sezen, H. et al. (2000), Chapter 3 “Reinforced Concrete Frames and Wall Buildings” Structural Engineering Reconnaissance of the Kocaeli (Izmit) Turkey Earthquake of August 17, 1999. Berkeley: Pacific Earthquake Engi-neering Research Center, (PEER Report 2000-09).
13. Takiguchi, K. and Abdullah (2003), “Ferrocement Permanent Formwork”, International PATENT, International Publication No. WO 03/102317 A1.
Lampiran 3: Kegiatan Pembangunan Rumah Bantuan Korban Gempa Pidie Jaya
Bahan Beton Ringan
Bahan beton ringan dan tulangan wiremes
Persiapan cetakan dan perawatan panel BeRi-C
Publikasi Rumah Ramah Gempa UNSYIAH di Serambi dan photo rumah korban
Pemasangan dinding dan pemasangan kusen
Menjelang acara serah terima rumah bantuan Unsyiah kepada korban gempa
Rektor Unsyiah menyerahkan secara resmi rumah bantuan kepada Bupati Pidie Jaya dan selanjutnya diserahkan kepada korban gempa.
RUMAH PANEL BETON PRACETAK BeRi-C:
Ramah Gempa dan Untuk Percepatan Pembangunan Rumah di Indonesia
Abdullah1, Abdul Munir2, Muslimsyah2
1Jurusan Teknik Sipil; 2Jurusan Arsitektur Universitas Syiah Kuala
1. Pendahuluan
Rumah adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Kebutuhan rumah di Indonesia terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Selain itu, rumah baru juga harus dibangun untuk menggantikan rumah yang rusak dan hancur akibat suatu bencana, seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor, kebakaran, atau tersapu angin badai, banjir bandang, dan lain-lain. Saat ini diperkirakan kebutuhan rumah baru di seluruh Indonesia mencapai 15 juta unit. Jumlah ini belum termasuk rumah yang harus diganti karena kondisinya yang telah uzur dan tidak layak huni.
Sebagian besar bangunan rumah baru, utamanya di kawasan kota dan sekitarnya, saat ini dibangun dari beton konvensional yang mempunyai berat jenis (Specific Gravity, SG = 2.4) dan pembangunannya dilakukan ditempat (on-site). Konstruksi yang demikian, selain berat, pengalaman selama ini menunjukkan sangat sulit untuk diawasi agar memenuhi persyaratan teknis karena dalam pelak-sanaannya melibatkan banyak pihak yang kadangkalanya tidak mempunyai pengetahuan yang cukup dalam pekerjaan tersebut. Termasuk disebabkan terbatasnya pengetahuan dan penguasaan tukang terhadap konsep bangunan tahan gempa, kualitas bahan yang tidak memenuhi syarat teknis, dan mutu pelaksanaan yang tidak mendapat pengawasan yang memadai (Gambar 1.1). Tidak heran, bahwa umumnya bangunan rumah yang dilaksanakan kese-luruhannya di lokasi pembangunan sangat rendah mutu pelaksanaannya sehingga rumah tersebut tidak aman terhadap bencana.
Photo 1.1 – Tipikal kerusakan rumah akibat gempa
Kebanyakan orang saat ini, lebih suka dan tinggal di rumah permanen (rangka beton bertulang dan dinding dari batu bata), terutama mereka yang tinggal di wilayah perkotaan. Sementara itu, di beberapa kasus, kinerja seismik bangunan rangka beton bertulang sangat buruk. Hal ini disebabkan, salah satu alasan yang mendasar adalah tidak adanya mekanisme yang efektif dan penguatan hukum dalam pemberlakuan dan penegakan peraturan bangunan (building code),
sehingga kualitas bangunan permanen selalunya dibawah standar. Sementara itu, terbatasnya pekerja konstruksi terlatih, bahan buruk dan tidak memenuhi persyaratan, serta kurangnya jaminan dan pengendalian mutu adalah diantara beberapa alasan dari kinerja buruk konstruksi yang diamati pada beberapa kejadian gempa bumi.
2. Material Beton Ringan
Ada berbagai jenis sistem pracetak beton untuk aplikasi yang berbeda dalam ukuran, fungsi, dan biaya. Untuk menurunkan berat panel, beton ringan digunakan untuk menggantikan beton berat normal.
Beton busa adalah salah satu jenis beton ringan yang sangat mudah diproduksi (Lihat Gambar 2.1). Telah digunakan secara luas di negara maju. Aerated Cellular Concrete (ACC) atau Aerated
Lightweight Concrete (ALC), yang komposisinya mirip dengan beton busa, diciptakan pada
pertengahan tahun 1920 oleh arsitek Swedia dan penemu Johan Axel Eriksson (Hebel, 14). Selain ringan, bahan bangunan pracetak ACC ini juga baik sebagai isolator suara, dan tahan api. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Abdullah (2010) menunjukkan bahwa, dengan menambahkan agregat ringan alami mutu beton busa yang lebih tinggi dapat dicapai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dengan 1,4 < SG < 1,8, mutu beton f'c > 17 MPa dapat diproduksi.
Gambar 2.1 – Komponen produksi beton busa 3. Panel Pracetak Beton Ringan
Memilih bahan yang tepat sangat penting untuk stabilitas bangunan terhadap gempa. Bahan yang berat dan getas (brittle) akan mudah gagal dengan tiba-tiba jika terjadi gempa. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, panel pracetak perlu diberikan tulangan. Pada panel pracetak BeRi-C yang terbuat dari beton ringan busa (Lihat Gambar 3.1) dengan SG = 1,2 - 1,4 dan kekuatan beton, f’c = 15 - 20 MPa, perkuatan Tarik dilakukan dengan menambahkan tulangan yang tersedia dan dapat dibeli dengan mudah dipasar.
BETON BUSA
(Semen + Air + Busa)
FOAM Generator AIR Compressor CONCRETE Mixer 3 Kompon
Gambar 3.1 – Busa sebagai ccmpuran beton.
Jenis beton ringan digunakan pada panel pracetak BeRi-C (Lihat Gambar 3.2 di bawah) dapat dari beton busa atau beton busa dengan tambahan agregat ringan. Tujuan penambahan agregat ringan alami (seperti batu apung) dan yang dari bahan limbah (fly ash, abu sekam, dan bongkahan cangkang sawit) adalah untuk mengurangi penggunaan semen yang relatif mahal dan sebagai pengganti semen dan agregat buatan. Setiap panel dihubungkan satu sama lain dengan baut.
Gambar 3.2 – Panel BeRi-C.
4. Pembuatan dan Pengangkutan
Konstruksi sistim pracetak atau bangunan pre-fabrikasi adalah bangunan yang terdiri dari elemen yang diproduksi atau dibuat di suatu lokasi dan dipasang dilokasi lain. Elemen yang diproduksi disuatu tempat tertentu yang diberi atap dan tertutup tersebut akan lebih baik dan mudah dilakukan kawalan mutu dalam menjaga kualitasnya sehingga lebih seragam. Elemen-elemen tersebut dihubungkan satu sama lain dengan menggunakan baut sehingga membentuk struktur yang lengkap. Bangunan pracetak memiliki beberapa keuntungan:
a. waktu produksi lebih singkat (produksi paralel, dan tidak terpengaruh oleh kondisi cuaca),
b. berkualitas tinggi (kondisi produksi yang konstan, tidak tergantung pada keahlian tenaga kerja lokal dan peralatan),
c. biaya produksi lebih rendah (pengurangan biaya bekisting), d. finishing lebih baik, dan
Untuk menyesuaikan panjang, komponen panel BeRi-C dapat dipotong sesuai kebutuhan. Pemotongan dapat dilakukan dengan relatif mudah karena ketebalan panel yang hanya 30-mm. (Lihat Gambar 4.1).
Gambar 4.1 – Pemotongan komponen BeRi-C
5. Pemasangan Panel BeRi-C
Tahapan pemasangan komponen rumah pracetak beton ringan panel BeRi-C adalah sebagai berikut yang meliputi:
1. Siapkan tempat pembangunan rumah (elevasi, timbunan dan pemadatan tanah, dll). 2. Persiapkan pondasi dan tanamkan baut jangkar.
3. Pasang panel balok sloof di atas pondasi.
4. Pasang dan ikatkan panel kolom dan dinding pada sloof. 5. Pasang ring balok atas pada sisi atas panel dinding. 6. Pasang tombak layar ke ring balok.
7. Pekerjaan atap dan plafon.
8. Pasang pintu, jendela, dan penggantung 9. Pekerjaan Instalasi.
10. Cat dan selesai. 5.1 Baut Pengikat
Semua komponen/elemen konstruksi pada rumah pracetak beton ringan BeRi-C disambung dengan baik dan kokoh menggunakan baut pengikat dari besi diameter ½ inchi. Baut yang digunakan adalah baut yang tersedia di pasar. Panjang baut disesuaikan dengan tebal sambungan.
Pada tahap awal, setiap mur diken-cangkan dengan tangan (hand tight) sehingga masih memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian letak (jika diperlukan). Setelah semua letak komponen pada tahapan tertentu sesuai dengan yang direncanakan barulah dilakukan pengencangan mur.
5.2 Pemasangan Balok Sloof
Setelah beton pondasi berumur minimal 7 hari atau kekuatannya telah mencapai 75% dari kuat tekan rencana, pemasangan komponen rumah dari beton pracetak dapat dilakukan. Tahap awal adalah pemasangan komponen balok sloof panel BeRi-C di atas pondasi yang telah dipersiapkan. Panel sloof ini diikatkan ke pondasi pada posisi yang telah ditentukan sebelumnya menggunakan angker yang telah ditanam ke dalam pondasi. Sebagaimana dijelaskan di atas, pengencangan mur dilakukan secara bertahap untuk memudahkan pekerjaan penyetelan letak komponen sebagaimana direncanakan.
5.3 Pemasangan Kolom dan Dinding
Pemasangan kolom dan komponen dinding dilakukan bersamaan. Agar posisi kolom dan dinding stabil serta tidak membebani komponen lain yang saling berhubungan perlu dipersiapkan perancah pendukung. Perancah pendukung ini mutlak diperlukan jika pekerjaan pemasangan kolom dan dinding serta pemasangan balok ring atas tidak dapat diselesaikan dalam hari yang sama. Hal ini untuk mencegah robohnya kolom dan dinding akibat beban gempa atau beban lain yang tidak diduga (Gambar 5.1).
Gambar 5.1 – Pemasangan Komponen BeRi-C 5.4 Pemasangan Komponen Lain
Sesuai urutannya, pemasangan ring balok atas dilakukan setelah sejumlah komponen kolom dan dinding selesai dipasang. Dengan adanya pemasangan ring balok atas, maka konstruksi rumah panel pracetak menjadi lebih stabil dan kokoh. Pemasangan ring balok dapat juga dilakukan jika semua komponen kolom dan dinding selesai dipasang.
Bahan untuk atap, plafon, dan lantai dapat digunakan salah satu dari jenis bahan yang tersedia dipasar. Pemilik rumah dapat memilih sesuai dengan keinginan dan dana yang tersedia. Jenis atap yang dipilih tentunya akan mengharuskan penggunaan rangka atap (gording, kayu reng, dan lain-lain) yang sesuai.
5.5 Pekerjaan Pintu dan Jendela
Pekerjaan pemasangan pintu dan jendela sebaiknya dilakukan setelah pekerjaan atap selesai dilaksanakan. Hal ini untuk mencegah rusaknya kusen, daun pintu, dan jendela jika terkena hujan dan/atau sinar matahari secara langsung. Karena ukuran lubang untuk pemasangan kusen/rangka pintu dan jendela sudah dipersiapkan, bahan dan desain jendela dapat dipilih dan
ditentukan oleh pemilik rumah sesuai keinginan dan ketersediaan dana. Selain kayu, bahan dari aluminium dapat digunakan sebagai rangka dan daun pintu serta jendela.
5.6 Pekerjaan Finishing
Pekerjaan instalasi, termasuk instalasi air dan listrik, serta pekerjaan finishing seperti pengecatan dapat dilakukan setelah pekerjaan pintu, jendela, dan pekerjaan penggantung (kunci, dan lain-lain) selesai dilakukan (Lihat Gambar 5.2). Selain untuk keamanan, pelaksanaan pekerjaan pengecatan dilakukan pada akhir kegiatan pembangunan rumah pracetak panel BeRi-C adalah untuk mencegah kotor dan rusaknya cat jika masih ada pekerjaan lain yang belum selesai dilaksanakan.
Gambar 5.2 – Pemasangan Kusen.
Jika posisi titik instalasi, utamanya instalasi air dapat dipastikan sebelum pembuatan komponen dinding pracetak, maka lubang untuk pemasangan pipa dapat dipersiapkan terlebih dahulu pada komponen panel pracetak. Pemasangan pipa jaringan listrik relatif mudah dilakukan karena komponen pada panel BeRi-C terdapat ruang yang cukup untuk penempatan pipa tersebut. Gambar 5.3 memperlihatkan rumah panel pracetak yang telah selesai dibangun, tetapi belum dilakukan pengecatan.
Gambar 5.3 – Rumah Pracetak BeRi-C.
Bentuk rumah panel pracetak sangat flexible dengan tambahan biaya yang relative kecil untuk setiap model yang diinginkan.
6. Kesimpulan
Panel precast BeRi-C dari beton ringan yang diperkuat jaringan kawat baja merupakan solusi alternatif untuk perumahan di daerah rawan gempa. Melimpahnya agregat ringan alami, seperti batu apung, dan agregat yang merupakan bahan hasil sampingan suatu industry, perkebunan dan pertanian sangat baik untuk dimanfaatkan sebagai sumber bahan untuk digunakan dalam industri konstruksi di Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya.
Kapasitas daktilitas yang tinggi akan menjamin rumah mampu untuk bertahan menahan goncangan beban gempa dan panel rumah pracetak beton ringan BeRi-C mempunyai sejumlah kelebihan yang patut menjadi pertimbangan untuk digunakan sebagai bahan pembuat rumah, utamanya di daerah yang rawan bencana gempa.
Daftar Pustaka
1. Mansur M.A., Abdullah, and Alwis W.A.M (1994), “Strength of Bolted Joints in
Ferrocement", Structural Journal of American Concrete Institute, Vol. 91, No. 3, pp.
315-323, May-June 1994.
2. Abdullah and Mansur, M.A. (1995), "An Investigation into the Behavior and Strength of
Bolted Connec-tions in Ferrocement", Journal of Ferrocement, Vol. 25, No. 3, pp.
207-219”.
3. ICBO (International Conference of Building Officials), 1997, Uniform Building Code, Volume 2: Structural Engineering Design Provisions.
4. Abdullah, and M.A. Mansur (2001), “Effect Mesh Orientation on Tensile Strength of
Ferroce-ment”, Journal of Ferrocement, Vol. 31, No. 4, pp. 289-298.
5. Elliot, K., S., 2002, Precast Concrete Structures, Butterworth Heinemann.
6. Abdullah, K. Takiguchi, K. Nishimura, and S. Hori (2003), “Behavior of Ferrocement
Subjected to Missile Impact” Proceedings the 17th SMiRT Conference, Praha, Cheko.
7. Abdullah et. al. (2010), Light weight Concrete as Alternative Construction Material, Research Report to Directorate General of Higher Education of Indonesia.
8. British Standard BS-5234, Code of Practice of Wall Panels Partition.
9. Jacqueline Glass, The Future for Precast Concrete in Low Rise Housing, British Cement Asscosiation.