• Tidak ada hasil yang ditemukan

S KOR 0901802 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S KOR 0901802 Chapter1"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kondisi fisik dalam dunia olahraga prestasi adalah suatu hal yang sangat

penting, karena untuk mendapatkan prestasi yang baik maka harus memiliki

kondisi fisik yang baik pula. Kondisi fisik terdiri dari komponen-komponen dasar

antara lain kekuatan, daya tahan, kelentukan, kecepatan. Sedangkan untuk

meningkatkan kondisi fisik tersebut diperlukan latihan yang sesuai dengan

prinsip-prinsip latihan. Harsono menjelaskan (1988,hlm.101) bahwa “Latihan

adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara

berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya”. Pembinaan kondisi fisik bila dilakukan dengan proses latihan yang baik dapat mengalami peningkatan sampai tahap maksimal yang dapat dicapai

atlet. Harsono (1988,hlm.100) mengungkapkan bahwa “perkembangan kondisi

fisik yang menyeluruh amatlah penting, oleh karena tanpa kondisi fisik yang baik

atlet tidak akan dapat mengikuti latihan-latihan dengan sempurna”.

Untuk mendapatkan kondisi fisik yang baik diperlukan latihan-latihan yang

dapat meningkatkan dan mengembangkan kondisi fisik serta kemampuan

fungsional dari sistem tubuh. Latihan kondisi fisik tersebut terdiri dari beberapa

komponen yang setiap komponennya perlu mendapatkan latihan tersendiri.

Mengenai komponen-komponen kondisi yang perlu dikembangkan, Harsono

(1988,hlm.100) menjelaskan sebagai berikut: “Beberapa komponen kondisi fisik

yang perlu diperhatikan untuk dikembangkan adalah: daya tahan cardiovascular,

daya tahan kekuatan, kekuatan otot (strength), kelentukan (flexibility), kecepatan,

stamina, kelincahan (agility), power”.

Kondisi fisik yang satu dengan yang lainnya harus saling berhubungan dan

saling mempengaruhi. Power merupakan gabungan dari dua komponen yaitu

kekuatan dan kecepatan. Harsono(1988,hlm.200) mengemukakan bahwa: “Power

(2)

memiliki dua komponen penting yang membangunnya yaitu kekuatan maksimal

dan waktu yang sangat cepat. Sedangkan Pasunay (1994,hlm.2) yang dikutip oleh

Indra C Nugraha (2007.hlm,14) menjelaskan bahwa:

Power (speed strength) adalah kemampuan system neuromascular

menghasilkan kekuatan yang sebesar-besarnya dalam waktu yang

sesingkat-singkatnya atau dapat juga diartikan sebagai kemampuan system

neuromascular untuk mencapai tahanan dengan kecepatan kontraksi yang setinggi-tingginya

Dapat disimpulkan bahwa power adalah kombinasi gabungan kekuatan dan

kecepatan otot yang ditunjukan oleh kontraksi otot secara yang maksimal dengan

waktu sesingkat-singkatnya. Latihan power dapat juga dilakukan dengan latihan

beban (weight training). Dalam latihan beban (weight training) ada beberapa alat

dan bentuk latihan yang dapat digunakan untuk melatih power tungkai,

diantaranaya leg press, squat, leg extention, leg curl, lunges, front squat, side

squat, dan calf raise. Untuk menghasilkan power, masalah utama dalam melatih

power adalah bagaimana meningkatkan kekuatan maksimal. Menurut Dikdik

Zafar Sidik (2008,hlm.35) menjelaskan bahwa:

Kekuatan maksimal dapat ditingkatkan dengan dua cara yaitu: yang pertama menambah diameter otot, orang percaya kalau diameter otot bertambah, kekuatan otot meningkat metode membuat diameter otot menjadi besar disebut metode Hypertropie. Yang kedua memperbaiki kerjasama antar kelompok otot disebut juga memperbaiki Koordinasi Intramaskuler (KI), metode memperbaiki koordinasi intramaskular disebut metode Neural Activation (NAM).

Power merupakan suatu kombinasi dari dua kondisi fisik dasar, yaitu

kekuatan dan kecepatan atau kekuatan yang cepat, pendapat mengeni power

dikatakan oleh Bompa (1988,hlm.279) bahwa “power is the product of two

abilities, strength and speed”. Menurut Bompa (1999,hlm.324) menjelaskan bahwa: “power is the product of two abilities, strength, and speed, and is consired to be the ability to apply maximum force in the shortest time”. Maksud kalimat

tersebut adalah power merupakan hasil dari dua kemampuan, kekuatan dan

kecepatan, dan bahwa power ini diperoleh dari kemampuan menggunakan

(3)

is the product of the strength and speed of movement”. Maksud dari kalimat

tersebut adalah power, aspek daya ledak dari kekuatan, yang merupakan hasil dari

kekuatan dan kecepatan gerak. Adapun pengertian power menurut Sajoto

(1988,hlm.55) menjelaskan bahwa: “ power adalah kemampuan melakukan

gerakan secara eksplosif”. Mengenai cara-cara pelaksanaan weight training

dengan bentuk squat dijelaskan Harsono (1988,hlm.209) sebagai berikut:

Beban ditaruh pada pundak dibelakang leher, kemudian tungkai dibengkokkan. Sebaiknya tumit diganjal dengan sesuatu misalnya sepotong kayu yang tebalnya kira-kira 4-5 cm. untuk memcegah atlet melakukan half squat yang terlalu rendah, dapat ditaruh kursi dibelakang pantat untuk memberikan batas gerak kebawahnya.

Disini peneliti mengambil salah satu otot untuk menjadi contoh melatih

salah satu komponen kondisi fisik yaitu tungkai. Tungkai merupakan pondasi

tubuh manusia untuk banyak kegiatan dan disamping itu otot tungkai berperan

sangat penting dalam berbagai macam cabang olahraga. Tungkai termasuk

kedalam kelompok anggota kelompok rangka anggota badan. Mengenai

pentingnya tungkai, Achmad Damiri (1992,hlm.63), menjelaskan: “Tungkai

sesuai dengan fungsinya sebagai alat gerak, menahan berat badan bagian atas,

dapat memindahkan tubuh (bergerak), dapat menggerakan tubuh ke arah atas,

dapat menendang dan lain sebagainya”. Dapat disimpulkan bahwa tungkai adalah

anggota tubuh yang fungsinya untuk menopang anggota tubuh lainnya. Sedangkan

Hidayat (1999,hlm.255) menjelaskan bahwa : “Tungkai merupakan anggota tubuh

(ektreminasi) bagian bawah dan terdiri dari tungkai atas (femur), tungkai bawah

(tibia dan fibula). Sedangkan kaki meliputi pergelangan kaki (angkle/ taurus),

tapak kaki (metatarsus) dan lima jari kaki (phalangeus). Otot tungkai bagian atas

terdiri dari beberapa bagian, yaitu bagian depan dan bagian belakang. Rai

(2006,hlm.70) menjelaskan otot tungkai bagian depan sebagai berikut: otot

tungkai bagian depan terdiri dari 4 bagian utama sehingga dinamakan quadriceps:

rectus femoris, vastus lateralis, vastus medialis, dan sartorius. Otot paha bagian

depan yang baik merupakan elemen penting dalam gerakan melompat, meloncat,

(4)

Metode piramid sistem adalah metode latihan penambahan beban pada

setiap setnya dan mengurangi repetisi pada setiap setnya. Mengenai sistem ini,

Dikdik Zafar Sidik (2008,hlm.35) menjelaskan bahwa: “Piramid sistem: mulai

dari intensitas rendah dengan banyak repetisi (Hypertropi) dan diakhiri dengan intensitas tinggi dengan sedikit repetisi (KI)”. Sedangkan Rai (2006,hlm.84) menjelaskan “Piramid merupakan menaikan beban setiap selesai melakukan satu

set. Dengan bertambahnya beban jumlah repetisi dapat dikurangi”. Metode

piramid sistem untuk power tidak dilakukan dengan jumlah angkatan sampai

repetisi maksimal tetapi harus pada kecepatan menarik, mengangkat dan

mendorong.

Keuntungan dari piramid sistem adalah: (1) Menggunakan prinsip hubungan

antara berat beban dan kemampuan mengangkat ulang, (2) Tiap set beban

ditambah, sehingga lebih mengerahkan tenaga yang lebih besar lagi. Sedangkan

kekurangan dari piramid sistem adalah apabila penambahan beban tidak tepat

maka jumlah repetisi yang di angkat tidak akan sesuai dengan yang telah

ditentukan.

Bertolak dengan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian, sejauh mana peningkatan power otot tungkai dengan menggunakan

metode piramid sistem dalam bentuk latihan squat. Dan juga tertarik dengan

penelitian ini karena sampai saat ini jarang ada penelitian yang meneliti tentang

weight training untuk melatih power otot, karena kebanyakan dari penelitian yang

sudah ada rata-rata hanya meneliti weight training untuk meningkatkan kekuatan

atau untuk meningkatkan daya tahan otot.

Ada tidaknya pengaruh latihan squat dengan menggunakan metode piramid

sistem terhadap peningkatan power otot tungkai. Oleh karena itu perlu dilakukan

penelitian mengenai hal tersebut sebagai informasi ilmiah yang diharapkan dapat

memberikan masukan bagi pengembangan prestasi atlet.

B. Rumusan Masalah

(5)

1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari latihan squat dengan

menggunakan metode piramid sistem terhadap peningkatan power otot

tungkai?

2. Seberapa besar pengaruh latihan squat dengan menggunakan metode

piramid sistem terhadap peningkatan power otot tungkai?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah latihan squat dengan metode piramid sistem

berpengaruh signifikan terhadap peningkatan power otot tungkai.

D. Manfaat Penelitian

Jika tujuan penulisan ini tercapai, maka manfaat yang dapat dirasakan dari

penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis, dapat dijadikan informasi pengetahuan dan sumbangan

ilmu yang bermanfaat dalam proses latihan atlet dan masyarakat pada

umumnya mengenai metode latihan piramid sistem.

2. Secara praktis, apabila hasil penelitian sesuai yang diharapkan maka

metode latihan piramid sistem dapat dimanfaatkan dalam upaya

peningkatan prestasi atlet pada cabang olahraga apapun.

E. Batasan Penelitian

Berpedoman dari latar belakang di atas, serta untuk menghindari penafsiran

yang terlalu luas dan untuk memperoleh gambaran yang jelas, maka batasan

masalah dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah latihan squat dengan

menggunakan metode piramid sistem.

2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemempuan power otot

(6)

3. Populasi dalam penelitian ini adalah atlet sepeda Club Paser Sukapura

Tasikmalaya.

4. Ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas pada kemampuan power otot

tungkai.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya, maka

berikut rencana penulis untuk membuat kerangka penulisan yang akan diuraikan

berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB 1

PENDAHULUAN

Dalam Pembahasan Pendahuluan, membahas tentang :  Latar Belakang Penelitian

 Rumusan Masalah

 Tujuan Penelitian

 Manfaat Penelitian

 Struktur Organisasi Skripsi

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

Berisi teori-teori yang berhubungan dengan penelitian, sebagai berikut :

 Hakikat Weight Training

 Hakikat Power

 Hakikat Latihan

 Hakikat Piramid Sistem

(7)

 Hakikat Otot Tungkai

 Anggapan Dasar

 Hipotesis Penelitian

BAB III

METODE PENELITIAN

Membahas tentang metode dan teknik pengumpulan data, sebagai berikut :

 Metode Penelitian

 Populasi dan Sampel

 Desain Penelitian

 Instrumen Penelitian

 Pelaksanaan Latihan

 Prosedur Pengolahan Data

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Membahas tentang hasil penelitian, sebagai berikut :

 Hasil Penelitian

 Analisis Data

 Diskusi Temuan

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Membahas tentang :

 Kesimpulan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Pada masyarakat yang bersistem kelas sosial terbuka maka tingkat mobilitas sosial warga masyrakat akan cenderung tinggi, (2) Tetapi pada tingkat mobilitas sosial

Untuk memperkenalkan masyarakat akan Titik Shoe Spa, perlu adanya media promosi yang efektif dan tepat sasaran untuk bisa mendapatkan perhatian masyarakat guna

kesetaraan gender dalam pemikiran pendidikan Hamka berikut didasari oleh suatu pemikiran bahwa semua manusia, laki-laki dan perempuan diciptakan seimbang dan serasi

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi penelitian

e. Kekuasaan adalah mengatur setiap kehidupan dan pekerjaan, orang, universal, individual, personal, subjektif, situasional, proses yang terus menerus, dan berorientasi pada

Dari hasil penelitian ini, telah dihasilkan suatu Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Jenis Lampu untuk Pencahayaan Ruangan dengan menggunakan metode AHP sebagai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) faktor sosial berpengaruh terhadap kinerja individual karyawan, Karena hasil kuesioner menunjukkan bahwa responden merasa

peserta didik dengan berbagai fakta dan materi yang harus dihafalnya, melainkan untuk membina mental yang sadar akan tanggung jawab terhadap hak dirinya sendiri