• Tidak ada hasil yang ditemukan

Musik Tradisional Budi Santoso - Consumer Risk Division, Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Musik Tradisional Budi Santoso - Consumer Risk Division, Jakarta"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Manajemen Risiko

(4)

Operasional

Danamon menerapkan kerangka kerja manajemen risiko dan tata kelola untuk menghasilkan kontrol yang menyeluruh dan pengelolaan terhadap risiko yang melekat pada aktifitas usahanya. Pendekatan Manajemen Risiko yang terintegrasi diimplementasikan untuk mengelola seluruh jenis risiko. Dengan prinsip integrasi ini, Danamon melihat semua risiko secara menyeluruh dan dikelola secara komprehensif dengan mempertimbangkan keterkaitan antar satu risiko dengan risiko lainnya.

Danamon juga menerapkan pendekatan holistik terhadap delapan kategori risiko dengan definisi Bank Indonesia, yaitu risiko kredit, pasar, likuiditas, operasional, strategis, reputasi, hukum dan kepatuhan.

Danamon memiliki Risk Appetite Statement

yang menguraikan tingkat dan karakteristik risiko yang akan diambil Bank, agar dapat merealisasikan misinya kepada stakeholder, dengan memperhatikan batasan-batasan yang ada pada peminjam, regulator dan nasabah.

Pengelolaan Risiko

PILAR DAN PRINSIP PENGELOLAAN RISIKO

Dalam pengelolaan risiko, Bank menerapkan Tujuh Pilar Manajemen Risiko yang difokuskan pada tujuh area sebagai berikut:

a. Pilar Pertama – Good Corporate Governance Untuk memperkuat good corporate governance, organisasi manajemen risiko Danamon melibatkan pengawasan dan supervisi aktif dari Dewan Komisaris, Direksi dan Dewan Pengawas Syariah (untuk Unit Usaha Syariah). Untuk membantu pelaksanaan tanggung jawabnya, Danamon membentuk komite-komite sebagaimana diperlukan.

b. Pilar Kedua – Kerangka Kerja Risiko

Setiap pegawai diharapkan untuk memahami dan berperan dalam pengelolaan risiko sesuai dengan fungsi dan tanggung jawabnya masing masing. Integrated Risk bertanggung jawab untuk mendefinisikan Arsitektur Risiko dan mempersiapkan landasan dasar bagi pengelolaan risiko dan pengawasan risiko. Seluruh lini bisnis dan fungsi pendukungnya akan bekerja berlandaskan pedoman umum yang ditetapkan oleh Grup Integrated Risk Management.

Divisi Kepatuhan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa seluruh peraturan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dan pihak otoritas lainnya telah disosialisasikan dan

diikuti oleh seluruh LOB dan fungsi pendukungnya yang terkait.

(5)

Pengelolaan Risiko

c. Pilar Ketiga – Standar Pengelolaan Risiko Danamon menerapkan pendekatan yang konsisten dan disiplin terhadap identifikasi, pengukuran, monitoring dan kontrol atas risiko kredit, pasar, likuiditas, operasional dan risiko lainnya secara transparan.

d. Pilar keempat – Standar Akuntansi

Seluruh akuntansi keuangan, laporan dan catatan yang diberikan kepada regulator dan stakeholder eksternal harus sesuai dengan standar akuntansi lokal yang berlaku.

e. Pilar kelima – Teknologi & MIS

Danamon menerapkan teknologi yang berskala dan dapat dipercaya yang disesuaikan dengan ukuran dan kondisi aktivitas bisnis. Danamon membangun teknologi yang kuat untuk mendukung penerapan kerangka kerja manajemen risiko Bank.

f. Pilar keenam – Sumber Daya Manusia

Danamon senantiasa memastikan bahwa Pejabat yang menangani risiko pada semua level adalah SDM yang berkualitas dan berpengalaman sesuai kondisi, ukuran dan kompleksitas operasi bisnis. Untuk memenuhi persyaratan minimum dan memastikan kompetensi serta keahlian standar, Danamon mewajibkan calon dan pejabat bank terkait untuk memperoleh sertifikasi manajemen risiko yang dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Profesional yang diakui oleh regulator.

g. Pilar ketujuh – Kesadaran dan Budaya Risiko Danamon senantiasa menerapkan pendekatan yang hati-hati dan prudent dalam mengembangkan strategi bisnis. Stretegi bisnis tersebut senantiasa disesuaikan dengan toleransi atas risiko (risk appetite) yang akan diambil oleh Danamon.

Selanjutnya dalam memantau, mengontrol dan mengelola risiko, Danamon menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut.

Pendetakan Tiga Lapis (Three Lines of Defence) Bank menerapkan pendekatan Three Lines of Defense dalam merancang dan menerapkan kerangka kerja manajemen risiko dan kontrol, yakni:

a. Pertahanan Tingkat Pertama

Unit Bisnis berperan sebagai pertahanan tingkat pertama dan bertanggung jawab untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, mengontrol dan memitigasi risiko dalam bisnis. Unit Bisnis memiliki tanggung jawab yang utama atas pengelolaan eksposur risiko bisnis dari hari ke hari. Mereka bertanggung jawab atas risiko yang timbul dalam setiap kesempatan bisnis yang mereka cari yang konsisten dengan target market yang telah disetujui untuk bisnis mereka.

b. Pertahanan Tingkat Kedua.

(6)

Operasional

Pengelolaan Risiko

oleh unit bisnis telah teridentifikasi secara tepat, terukur dan dikelola sesuai dengan parameter yang telah disetujui dan dilaporkan kepada para pihak terkait.

Divisi Kepatuhan mengelola risiko kepatuhan dan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa seluruh peraturan yang diterbikan oleh Bank Indonesia dan otoritas lainnya yang memiliki kewenangan menerbitkan peraturan telah disosialisasikan dan diikuti oleh seluruh unit terkait di seluruh aktivitas bank dan tingkatan organisasi.

c. Pertahanan Tingkat Ketiga.

Audit Internal berperan sebagai pertahanan tingkat ketiga dalam kerangka kerja manajemen risiko dan kontrol melalui pengujian dan audit secara independen atas ketepatan proses unit bisnis dan unit pendukungnya untuk memastikan bahwa mereka telah melakukan fungsi dan tanggung jawabnya dan mematuhi kebijakan dan prosedur manajemen risiko yang disetujui oleh Direksi. Audit Internal juga secara independen mengkaji kualitas portofolio dari setiap lini bisnis serta ekposur dan posisi risiko pasar.

Line of Business

Risk Ownership

Accountable for identifying, assessing, controlling and mitigating the risks in business

First Line

of

Defense

Risk & Compliance

Independent Risk Control and

Compliance

Independent risk oversight & ensure that all the regulations are

socialized and followed

Second Line

of

Defense

Internal Audit

Risk Assurance

Independently testing and auditing the efficacy and

robustness of processes

Third Line

of

Defense

Integrated Risk Management

Danamon meyakini Integrated Risk Management sebagai suatu pendekatan untuk mengelola semua risiko. Dengan prinsip integrasi, Danamon memandang seluruh risiko-risiko secara terkonsolidasi dan mengelolanya secara keseluruhan dengan mempertimbangkan kemungkinan interaksi antara eksposur risiko yang satu dengan eksposur risiko lainnya. Pendekatan secara keseluruhan ini akan memastikan bahwa seluruh jenis risiko yang berbeda, baik on dan off balance sheet akan dikelola secara terintegrasi.

(7)

Pengelolaan Risiko

Hukum, Strategik, Reputasi, Kepatuhan dan risiko lainnya. Danamon juga telah menerapkan pengelolaan risiko secara terintegrasi dengan perusahaan anak.

Danamon menerapkan IRM, dengan pertimbangan bahwa IRM dapat memastikan bahwa:

‡ Bank telah menggunakan pendekatan

menyeluruh terhadap semua jenis risiko – Kredit, Pasar, Likuiditas, Operasional, Hukum, Strategik, Reputasi, Kepatuhan dan risiko lainnya.

‡ Seluruh risiko akan terukur dan tercatat secara akurat.

‡ Terdapat monitoring dan pelaporan yang

memadai terhadap semua eksposur.

‡ Manajemen risiko yang terstruktur dengan

memadai dalam tiap-tiap lini bisnis.

‡ Terdapat konsistensi dalam kebijakan dan

pelaksanaan manajemen risiko.

‡ Terdapat sistem dan teknologi yang memadai untuk mengelola risiko.

‡ Terdapat sumber daya manusia yang memadai

dan kompeten untuk manajemen risiko pada semua tingkat.

STRUKTUR ORGANISASI MANAJEMEN RISIKO

Danamon telah mengembangkan struktur organisasi yang jelas dalam mengelola risiko. Struktur manajemen risiko terdiri atas beberapa komite risiko dan divisi risiko dengan berbagai tingkat tanggung jawab. Berdasarkan kerangka kerja ini, telah terdapat peran dan tanggung jawab yang jelas untuk seluruh pegawai yang bertanggung jawab dalam manajemen risiko.

Organisasi manajemen risiko Bank melibatkan pengawasan dari Dewan Komisaris dan Direksi.

Komite Pemantauan Risiko (Risk Monitoring

Committee) merupakan otoritas risiko tertinggi yang berada pada tingkat Dewan Komisaris. Komite ini berfungsi sebagai dewan pengawas untuk memantau pelaksanaan strategi dan kebijakan manajemen risiko, eksposur risiko dan untuk mengevaluasi pertanggungjawaban Direksi.

Dewan Komisaris

Komite Pengawasan Risiko

Direksi

Unit Kerja Risiko Hukum, Kepatuhan, Stratejik dan Reputasi Risiko Kredit Risiko Pasar dan Likuiditas OperasionalRisiko

Satuan Kerja Manajemen Risiko Terintegrasi Komite

Pengelolaan Risiko

Manajemen Risiko Lini Bisnis dan Anak

Perusahaan

(8)

Operasional

Pengelolaan Risiko

Danamon membentuk Komite Manajemen Risiko pada tingkat Direksi dan bertanggung jawab untuk mengelola risiko keseluruhan Bank dan anak perusahaan. Komite ini akan mengawasi pengembangan strategi risiko, kebijakan dan mengevaluasi permasalahan risiko yang signifikan.

Untuk melaksanakan fungsi manajemen risiko secara terintegrasi, Danamon telah membentuk Grup Integrated Risk Management yang berperan sebagai pemantau keseluruhan bank atas risiko kredit, market, likuiditas dan operasional. Grup ini merupakan fungsi yang tersentralisasi dan independent dari risk taking unit dan unit internal control. Grup Integrated Risk Management mendefinisikan arsitektur risiko Bank dan mengembangkan secara keseluruhan strategi manajemen risiko yang mencakup kebijakan secara bankwide, limit, kebijakan, prosedur dan kontrol untuk seluruh lini bisnis.

Independensi Group Integrated Risk ditujukan agar tercipta model pengelolaan risiko yang efektif, efisien dan bebas dari kepentingan bisnis maupun fungsi pengawasan yang berasal dari institusi yang relatif sejajar.

Pada tingkat fungsional, Danamon menetapkan ketentuan sebagai berikut:

‡ Risiko kredit dikelola oleh Enterprise Risk & Policy, Chief Credit Officer Wholesale dan Chief Credit Officer Retail & Mass Market. ‡ Risiko pasar dan likuiditas dikelola oleh

Market & Liquidity Risk.

‡ Risiko operasional dikelola oleh Fraud & Operational Risk Management.

‡ Risiko reputasi dikelola oleh Corporate

Secretary.

‡ Risiko stratejik dikelola oleh Unit Kerja Risiko Stratejik.

‡ Risiko hukum dikelola oleh Legal & Litigation. ‡ Risiko kepatuhan dikelola oleh Compliance.

Elemen-elemen utama yang menjadi pendukung struktur tata kelola manajemen risiko Danamon adalah:

‡ Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi ‡ Kecukupan Kebijakan, Prosedur dan Penetapan

Limit

‡ Proses Manajemen Risiko dan Sistem

Manajemen Risiko

‡ Sistem Pengendalian Intern Manajemen Risiko.

Pengawasan Aktif Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah dan Direksi

Dari bagan struktur organisasi risiko tampak bahwa Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah dan Direksi akan menjadi penentu keberhasilan pengelolaan risiko melalui pengawasan aktif yang dilakukannya. Menyadari peran stratejik ketiganya, Danamon telah menetapkan pembagian tugas pengawasan pada masing-masing pihak, dengan penjelasan singkat berikut.

Pengawasan Aktif Dewan Komisaris

Beberapa peran pengawasan aktif yang menjadi tugas Dewan Komisaris dalam pengelolaan risiko, mencakup:

a. Bertanggung jawab untuk menyetujui

kerangka umum kebijakan manajemen risiko yang direkomendasikan oleh Direktur Utama dan/ atau Direksi melalui Direktur Risk Management.

b. Melakukan pemantauan atas risiko dan

(9)

Pengelolaan Risiko

c. Melaksanakan fungsi manajemen risiko

sebagaimana ditetapkan dalam peraturan.

d. Mendelegasikan wewenang kepada Direktur

Utama, Direksi atau Direktur Risk Management untuk memungkinkan mereka menyetujui/ merekomendasikan aktivitas bisnis dan tugas-tugas lainnya.

Dewan Komisaris dapat mendelegasikan fungsi pemantauan risiko kepada Komite Pemantau Risiko. Namun demikian, Dewan Komisaris tetap berperan sebagai penanggung jawab final atas monitoring pelaksanaan manajemen risiko.

Pengawasan Aktif Dewan Pengawas Syariah

Danamon menempatkan Dewan Pengawas Syariah pada Lini Bisnis Syariah sesuai rekomendasi Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia dan persetujuan Bank Indonesia sesuai perundangan yang berlaku mengenai hal tersebut. Adapun fungsi dan peran aktif yang dijalankan Dewan Pengawas Syariah dalam pengelolaan risiko, mencakup:

a. Menilai dan memastikan pemenuhan Prinsip Syariah atas produk, kebijakan/ prosedur dan aktivitas Lini Bisnis Syariah serta melakukan pengawasan agar sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia. b. Melakukan evaluasi atas kebijakan Manajemen

Risiko yang terkait dengan pemenuhan Prinsip Syariah

c. Mengevaluasi pertanggungjawaban Direksi atas pelaksanaan kebijakan Manajemen Risiko yang terkait dengan pemenuhan Prinsip Syariah.

Pengawasan Aktif Direksi

Sebagai penanggung jawab pelaksanaan kegiatan operasional, Direksi berperan dalam menentukan arah kebijakan dan strategi manajemen risiko secara komprehensif beserta implementasinya. Adapun fungsi dan peran aktif yang dijalankan Direksi dalam pengelolaan risiko, mencakup:

a. Bertanggung jawab atas penyusunan

Kebijakan Manajemen Risiko.

b. Bertanggung jawab atas pelaksanaan

kebijakan manajemen risiko, strategi, kerangka dan eksposur risiko yang diambil oleh Bank.

c. Mengembangkan budaya manajemen risiko pada seluruh jenjang organisasi.

d. Memantau kualitas risiko Bank dibandingkan tingkat kewajaran yang berlaku.

e. Menetapkan risk appetite Bank.

f. Mereview secara berkala kerangka kerja manajemen risiko, proses dan kebijakan. g. Memastikan peningkatan kompetensi sumber

daya manusia yang terkait dengan penerapan manajemen risiko.

Direksi menetapkan Komite Manajemen Risiko untuk membantu dalam melaksanakan fungsi dan tanggung jawabnya dalam bentuk Komite Manajemen Risiko. Namun demikian, Direksi tetap berperan sebagai penanggung jawab final atas perannya dalam memantau pelaksanaan manajemen risiko.

Kecukupan Kebijakan, Prosedur dan Penetapan Limit

(10)

Operasional

Pengelolaan Risiko

1. Grup Integrated Risk Management

bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan secara terpusat semua kebijakan dan pelaksanaan manajemen risiko. Satuan kerja ini akan mengembangkan kebijakan, prosedur dan kontrol manajemen risiko inti untuk tingkat bank wide yang harus diikuti oleh seluruh Lini Bisnis dan Anak Perusahaan.

2. Lini Bisnis dan Anak Perusahaan menyusun pedoman/ guideline dan prosedur atau produk program yang konsisten dengan kebijakan bank, prinsip kehati-hatian bank, dan peraturan yang terkait.

3. Kesadaran atas risiko dan kepatuhan terhadap kebijakan, prosedur dan limit risiko haruslah merupakan cara pikir dari semua pejabat risiko. Siapapun tidak diperkenankan dengan sengaja untuk mengubah (override) kebijakan atau limit tanpa persetujuan. Semua deviasi atau pengecualian haruslah dimintakan persetujuan dari pejabat yang berwenang.

4. Kebijakan dan prosedur harus

disosialisasikan kepada seluruh organisasi. Pejabat senior pada masing-masing Lini Bisnis, Produk Unit atau Unit Penunjang harus menyediakan pengawasan risiko yang sesuai untuk memastikan bahwa kebijakan risiko dilaksanakan secara baik dan efektif. 5. Kebijakan, prosedur dan limit harus dikaji

ulang sekurangnya setahun sekali atau lebih sering dalam hal terjadi perubahan yang berarti untuk memastikan bahwa praktik yang Bank lakukan adalah sesuai dengan limit risiko yang diharapkan.

6. Di dalam penyusunan kebijakan manajemen risiko, Danamon telah mencakup berbagai hal berikut:

a. Melakukan identifikasi risiko dan

bagaimana memitigasi risiko secara jelas dan terkontrol.

b. Menetapkan garis tanggung jawab dan pertanggungjawaban yang jelas dalam mengelola masing-masing jenis risiko.

c. Menetapkan metodologi yang dapat

mengukur risiko dan sistim informasi manajemen yang akan mendukung bisnis.

d. Menentukan prosedur penetapan limit

yang menggambarkan maksimum risiko kerugian yang dapat diterima yang selaras dengan toleransi dan risk appetite Bank. e. Menyiapkan perencanaan hal-hal darurat

(contingency plans).

f. Kebijakan dan prosedur yang mengatur produk dan aktivitas baru.

g. Pembentukan sistem kontrol internal untuk pelaksanaan manajemen risiko. Komponen yang fundamental dalam sistem kontrol internal adalah evaluasi dan kaji ulang secara independen atas efektivitas proses dan sistem yang ada.

Proses Manajemen Risiko dan Sistem Informasi Manajemen Risiko

Proses Manajemen Risiko

Danamon dilakukan melalui proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian seluruh risiko yang dihadapi baik ditingkat pusat hingga di anak usaha.

Identifikasi Risiko

(11)

Pengelolaan Risiko

Pengukuran Risiko

Sistem pengukuran risiko digunakan untuk mengukur eksposur risiko Danamon sebagai acuan untuk melakukan pengendalian. Pendekatan dan metodologi pengukuran dapat bersifat kuantitatif, kualitatif, atau merupakan kombinasi keduanya. Pengukuran risiko dilakukan secara berkala baik untuk produk dan portofolio maupun seluruh aktivitas bisnis Danamon.

Pemantauan Risiko

Aktivitas pemantauan risiko dilakukan dengan cara mengevaluasi eksposur risiko yang terdapat dalam seluruh portofolio produk dan kegiatan usaha Danamon serta efektivitas proses manajemen risiko.

Danamon juga telah menetapkan prosedur pengelolaan portofolio, sebagai bagian integral dari manajemen risiko. Tujuan manajemen portofolio adalah untuk mencapai suatu portofolio risiko yang seimbang dan untuk menetapkan kerangka acuan dalam membuat keputusan atas eksposur individu. Group Integrated Risk Management bertugas mengatur ekposur bank secara portofolio, sedangkan unit bisnis bertanggung jawab atas eksposur individual. Grup Integrated Risk Management merekomendasikan berbagai konsentrasi limit dan memonitor eksposur yang dicapai. Penetapan limit akan ditinjau sekurangnya setahun sekali. Perubahan limit dapat ditetapkan apabila diperlukan.

Dalam pengelolaan portofio tersebut, Bank berupaya memelihara modal yang setara dengan tingkat risiko yang Bank ambil.

Pengendalian Risiko

Pengendalian risiko dilakukan antara lain dengan memberikan tindak lanjut atas risiko yang bersifat moderate dan high yang melebihi limit, peningkatan kontrol (pengawasan melekat), penambahan modal untuk menyerap potensi kerugian dan audit internal secara periodik.

Dalam struktur pengelolaan Manajemen Risiko yang diterapkan Danamon, Integrated Risk Management mengkonsolidasikan seluruh eksposur risiko Bank yang dikelola oleh masing-masing penanggung jawab risiko, yakni unit-unit fungsional.

Lini bisnis dan anak perusahaan merupakan satuan kerja operasional yang bertanggung jawab untuk mengelola risiko dari awal hingga akhir dalam lingkup tanggung jawabnya. Mereka harus dengan jelas mengidentifikasikan, mengukur, memonitor, mengontrol dan menetapkan mitigasi untuk mengelola risiko sebelum memasuki kegiatan yang mengandung risiko. Tanggung jawab dari unit kerja risiko termasuk pemberian persetujuan/rekomendasi kredit dalam bentuk komite kredit.

Risiko pada satuan kerja operasional dikelola oleh Business Risk Heads pada lini bisnis. Bisnis Risk Head memiliki tanggung jawab

tidak langsung kepada Direktur Integrated

(12)

Operasional

Pengelolaan Risiko

Sistem Informasi Manajemen Risiko

Dalam mengupayakan kontrol dan sistem monitoring yang baik, Danamon telah memiliki sistem Informasi manajemen risiko yang tersedia pada tingkat yang cukup rinci, antara lain Internal Rating System, Central Liability System, Market Risk engine dalam treasury system dan Operational Risk Management System. Sistem Informasi manajemen ini bertujuan untuk mendeteksi setiap perkembangan yang kurang menguntungkan pada tahap dini, sehingga juga memungkikan dilakukannya melakukan tindakan korektif untuk meminimalisir kerugian kepada Bank.

Pengendalian Internal

Danamon telah menerapkan pengendalian internal dalam pengelolaan risiko mencakup:

a. Melakukan penetapan struktur organisasi,

dengan melakukan pemisahan fungsi yang jelas antara unit kerja operasional (business unit) dengan unit kerja yang melaksanakan fungsi pengendalian risiko (risk management unit).

b. Penetapan risk management unit, yaitu unit kerja independen yang membuat kebijakan manajemen risiko, metodologi pengukuran risiko, penetapan limit risiko dan melakukan validasi data/ model.

c. Setiap transaksi dan aktivitas fungsional yang mempunyai eksposur risiko, akan dikaji dan dipantau sesuai kebutuhan, oleh masing-masing unit bisnis.

Selain itu, Danamon senantiasa memastikan dipenuhinya berbagai hal pokok dalam proses pengendalian, mencakup: adanya kesesuaian sistem pengendalian internal dan risiko bank, penetapan wewenang pemantauan kebijakan, prosedur dan limit, struktur organisasi yang jelas dan prinsip four eyes yang memadai; dan kecukupan prosedur untuk pemenuhan

Bank menerapkan manajemen risiko yang efektif dan sistem pengendalian intern diantaranya melalui pelaksanaan pendekatan pertahanan tiga lapis (Three lines of defense), penetapan toleransi risiko serta penerapan kesadaran dan budaya risiko sebagaimana dijelaskan pada bagian sebelumnya.

Bank juga mengkaji efektivitas penerapan manajemen risiko termasuk kecukupan kebijakan, prosedur dan sistem informasi manajemen secara berkala. Termasuk melakukan Audit internal atas proses manajemen risiko dan pemantauan perbaikan atas hasil temuan audit.

KEBIJAKAN TATA KELOLA MANAJEMEN RISIKO

Danamon menerapkan Pengelolaan Risiko Terintegrasi (Integrated Risk Management/ IRM) yang memungkinkan manajemen mengelola risiko pada seluruh unit bisnis yang dijalani secara terpadu. Pengelolaan risiko terpadu tersebut merupakan serangkaian kombinasi strategi, proses, sumber daya, kompetensi dan teknologi yang bertujuan untuk mengevaluasi dan mengelola risiko. Penerapan IRM bertujuan untuk memberikan nilai tambah bagi pemegang saham melalui integrasi antara penetapan risk appetite dan risk tolerance yang sejalan dengan strategi bisnis, meningkatkan kualitas proses manajemen risiko sehingga meningkatkan pengelolaan modal yang efektif dan efisien.

Pengelolaan risiko berujung pada penetapan besaran risk appetite atau batas toleransi yang bisa diambil oleh Bank dalam menetapkan

portofolio sesuai dengan price risk yang

(13)

Pengelolaan Risiko

pengelolaan risiko dalam bisnis perbankan, Danamon berupaya menerapkan kerangka kerja pengelolaan risiko yang adaptif, mudah dimengerti dan dijalankan oleh seluruh jajaran. Untuk mendukung efektifitas pengelolaan risiko Danamon juga berupaya menumbuh kembangkan budaya risiko pada seluruh jajarannya, sehingga timbul kesadaran bahwa pengelolaan risiko pada hakekatnya adalah tanggung jawab seluruh jajaran, mengingat dampak kejadian risiko akan menimpa seluruh jajaran.

Risk Appetite

Risk appetite atau risk tolerance adalah nilai risiko yang bersedia diterima oleh Danamon untuk mencapai tingkat keuntungan tertentu. Toleransi risiko (risk appetite) dikembangkan dari filosofi risiko dan strategi bisnis, sehingga toleransi ini harus berjalan selaras dan tidak bertentangan dengan filosofi risiko dan strategi bisnis tersebut.

Danamon telah mengembangkan Risk Appetite

Statement (RAS). RAS menguraikan tingkat dan karakterisik risiko yang akan diambil Bank agar dapat merealisasikan misinya untuk para pemangku kepentingan dengan memperhatikan batasan-batasan para debitur, regulator dan nasabah. Direksi dan manajemen senior bertanggung jawab mendefinisikan risk appetite Danamon serta memastikan bahwa kerangka manajemen risiko Danamon telah mencakup kebijakan yang rinci terkait batasan bagi seluruh organisasi terhadap kegiatan bank yang konsisten dengan ras dan kapasitas Danamon.

Tujuan dari Risk Appetite Statement adalah agar Danamon dapat melaksanakan strateginya serta memenuhi harapan para pemangku kepentingan. RAS tidak bertujuan mencegah pengambilan risiko, melainkan memastikan bahwa proses pengambilan risiko:

‡ Sejalan dengan sasaran Direksi

‡ Dipahami di tingkat yang sesuai di dalam

organisasi

‡ Dilaksanakan secara optimum berdasarkan

keseimbangan risiko imbal balik dalam batasan-batasan Risk Appetite Group.

Kebijakan Manajemen Risiko

Dalam melaksanakan kerangka kerja manajemen risiko, Danamon memiliki Kebijakan pengelolaan risiko yang ditetapkan untuk mengidentifikasi dan menganalisa risiko-risiko yang dihadapi Bank, menetapkan batasan risiko dan pengendalian yang sesuai serta memantau risiko dan kepatuhan terhadap batasan yang telah ditetapkan. Kebijakan dan sistem pengelolaaan risiko ditelaah secara berkala untuk mencerminkan perubahan dalam kondisi pasar, produk dan jasa yang ditawarkan. Melalui pelatihan serta standar dan prosedur pengelolaan, Bank berusaha untuk mengembangkan lingkungan pengendalian yang taat dan konstruktif, dimana semua karyawan memahami tugas dan kewajiban mereka.

(14)

Operasional

Pengelolaan Risiko

Merujuk kepada praktik di industri perbankan serta sesuai Kerangka manajemen risiko Basel II, Danamon telah membentuk Kelompok Kerja risiko Terintegrasi yang beranggotakan profesional senior untuk mengelola risiko kredit, risiko pasar dan likuiditas serta risiko operasional.

Kelompok Kerja risiko Terintegrasi merupakan fungsi yang independen dan terpisah dari setiap lini bisnis (risk taking unit). Namun pada kesehariannya, setiap lini bisnis juga bertanggung jawab dalam menjalankan fungsi manajemen risiko di lini bisnisnya masing-masing. sedangkan dalam kemitraan dengan setiap lini bisnis, fungsi kontrol independen dari Kelompok Kerja risiko Terintegrasi bertanggung jawab menyusun kebijakan manajemen risiko dan batasan-batasan untuk seluruh lini bisnis sesuai dengan prinsip kebijakan risiko yang menjadi pedoman bagi bisnis kredit Danamon. Kelompok Kerja risiko Terintegrasi ini juga bertugas menetapkan dan memperbarui payung kebijakan dan prosedur untuk mengidentifikasi, mengukur, menganalisa dan mengendalikan risiko di setiap lini bisnis (risk taking unit). Kelompok Kerja Risiko Terintegrasi akan mensosialisasikan strategi risiko dan kebijakannya ke seluruh unit bisnis terkait dalam mengupayakan terciptanya budaya risiko dan risk awareness yang kokoh di seluruh Danamon dan anak perusahaannya.

Budaya Risiko

Danamon meyakini pentingnya seluruh karyawan untuk mengetahui dan mengerti risiko-risiko yang dihadapi dalam berbagai aktivitas kita. Hal ini menciptakan budaya manajemen risiko yang kuat. Dalam kaitan ini Danamon berketetapan untuk membangun suatu kombinasi nilai-nilai yang unik, kepercayaan, pelaksanaan dan pengawasan manajemen yang akan memastikan bahwa seluruh jajaran Danamon menjalankan operasional bank secara hati-hati (prudent) dan berdasarkan best practices.

Budaya risiko dimaksud akan ditetapkan melalui

‡ Pengarahan dan pengawasan dari Dewan

Komisaris dan Direksi.

‡ Pengenalan manajemen risiko sebagai bagian

yang utuh dari pelaksanaan bisnis.

‡ Kepatuhan terhadap semua kebijakan,

prosedur, hukum dan peraturan yang berlaku.

Danamon bertekad akan membangun kesadaran akan budaya risiko pada semua tingkatan organisasi melalui:

‡ Komunikasi akan pentingnya mengelola risiko ‡ Komunikasi atas tingkat toleransi risiko bank

dan profil risiko yang diharapkan melalui berbagai batasan dan manajemen portofolio

‡ Memberi kewenangan kepada karyawan

untuk menangani risiko secara hati-hati (prudent) dalam kegiatan mereka

‡ Memantau efektifitas manajemen risiko di seluruh area Bank.

PENGELOLAAN RISIKO KHUSUS

(15)

Pengelolaan Risiko

cara penerbitan dan pemantauan Produk Bank. Produk baru disusun dan direkomendasikan oleh Unit Bisnis dan Unit Manajemen Risiko di Lini Bisnis dan Anak Usaha pemilik produk dan direview oleh Satuan Kerja Manajemen Risiko serta serta divisi terkait lainnya seperti Divisi Hukum dan Divisi Kepatuhan. Product Program juga harus melalui Uji Kepatuhan sebelum diterbitkan. Kewenangan persetujuan produk dibedakan atas tingkat risikonya, dimana untuk produk dengan risiko tinggi harus disetujui sampai dengan Direktur Utama. Tingkat risiko produk dievaluasi berdasarkan kinerja produk, sasaran nasabah, kompleksitas proses operasional dan kondisi pasar. Khusus Untuk produk Unit Usaha Syariah, juga harus melalui konsultasi dengan Dewan Pengawas Syariah.

Bank menerapkan prinsip kehati-hatian dalam penerbitan produk/aktivitas baru kepada nasabah dengan jaringan yang luas, kapasitas tenaga kerja yang besar, serta kapabilitas dan strategi yang tepat. Bank akan berusaha melayani seluruh segmen masyarakat.

Manajemen Risiko Usaha Syariah

Berdasarkan PBI No. 13/23/PBI/2011 tentang Penerapan manajemen risiko bagi bank umum syariah dan Unit Usaha Syariah, bank wajib menerapkan manajemen risiko untuk dua jenis risiko terkait Unit Usaha Syariah yang dijalankan oleh Bank yaitu risiko Investasi dan risiko Imbal hasil.

Sesuai ketentuan tersebut, Bank secara aktif menerapkan manajemen risiko terhadap Unit Usaha Syariah. Dari sisi Kebijakan, Bank memiliki Enterprise Risk Management Policy yang digunakan sebagai kerangka utama dan prinsip dasar dalam

mengelola risiko yang harus diikuti oleh semua Lini Bisnis dan Anak Perusahaan, termasuk Unit Usaha Syariah. Selain itu, Unit Usaha Syariah juga berpedoman pada Prinsip Syariah, yang merupakan prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.

Produk/aktivitas yang dilakukan oleh Unit Usaha Syariah juga direview oleh Satuan Kerja Manajemen Risiko dan Unit terkait lainnya serta harus mendapatkan Uji Kepatuhan. Pengukuran Risiko dilakukan dengan menggunakan metodologi yang sesuai untuk dengan karakteristik Usaha Syariah, melalui pengukuran tingkat profil risiko yang dilakukan secara triwulanan. Laporan profil risiko tersebut dievaluasi untuk selanjutnya disampaikan kepada Bank Indonesia.

Dalam hal manajemen risiko terkait pemenuhan prinsip syariah, Dewan Pengawas Syariah (DPS) memberikan persetujuan untuk kebijakan, prosedur, sistem dan produk yang terkait dengan pemenuhan prinsip Syariah dan akad yang akan digunakan. Pelaksanaan proses dan sistem Manajemen Risiko UUS Danamon, komite Manajemen Risiko dan satuan kerja Manajemen Risiko pada Bank Umum Konvensional juga menangani UUS dan dalam hal ini Direktur UUS juga menjadi salah satu anggota komite Manajemen Risiko. Dewan Pengawas Syariah sudah ditempatkan pada UUS Danamon dan sudah menjalankan fungsi dan tugas utamanya dengan baik.

Manajemen Risiko Anak Perusahaan

(16)

Operasional

Pengelolaan Risiko

konsolidasi manajemen risiko antara lain melalui proses pendampingan dan penyelarasan praktik manajemen risiko dalam hal tata kelola risiko, kebijakan dan prosedur manajemen risiko, metodologi pengukuran risiko, pelaporan manajemen risiko dan peningkatan budaya sadar risiko.

Dalam hal monitoring, Satuan Kerja Manajemen Risiko secara berkelanjutan memantau kinerja portofolio anak perusahaan dan mengidentifikasi setiap peringatan dini dari penurunan kualitas portolio anak perusahaan. Bank juga memberikan technical assistance dalam proses pengelolaan risiko terkait dengan risiko kredit, risiko pasar dan likuiditas, risiko operasional, SDM, sistem informasi, kebijakan dan prosedur serta metodologi dalam manajemen risiko.

Proses pemantauan dan evaluasi atas eksposur risiko anak perusahaan dilaporkan setiap bulannya dan mencakup pemantauan kinerja portofolio anak perusahaan secara lebih detil dan mendalam, termasuk tetapi tidak terbatas pada batasan-batasan portofolio yang telah disetujui dalam Product Program. Pengelolaan risiko anak perusahaan ini menjadi salah satu fokus dari manajemen Perusahaan karena berperan penting dalam menunjang rencana stratejik Bank.

FOKUS DAN KEGIATAN MANAJEMEN RISIKO TAHUN 2013

Berbagai program yang dilaksanakan dan hasil yang diperoleh dari kegiatan pengelolaan risiko Danamon mencakup:

Kegiatan Risiko Terintegrasi

‡ Dipilih oleh BI dan OJK bersama dengan 3

Bank lainnya untuk menjadi referensi di dalam Manajemen Risiko konsolidasi dengan anak perusahaan.

‡ Menjadi salah satu bank di Indonesia yang

Risiko Kredit

‡ Berhasil menurunkan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/ NPL) dan Cost of Credit (CoC) dari tahun sebelumnya.

‡ Mengembangkan model rating Probability of

Default (PD) untuk institusi keuangan dengan Moody’s.

‡ Pembenahan klasifikasi industri dan

mengembangkan industri limit berdasarkan economic capital yang akan digunakan tahun 2014.

Risiko Operasional

‡ Perusahaan pertama di Indonesia & bank

pertama di Asia Tenggara yang bersertifikasi

ISO 22301:2012 – Business Continuity

Management System (BCMS) dari British Standard Institution (BSI) Group.

‡ Pendiri dan ketua Indonesia BCM Forum

dengan 75 anggota profesional BCM dari 45 perusahaan.

‡ Menjadi inisiator dari Fraud Forum di

industri perbankan Indonesia (diskusi kasus, memperbarui negative list).

‡ Mengubah pendekatan ORM dari kontrol

menjadi berbasis risiko untuk lini bisnis, fungsi support dan anak perusahaan.

‡ Mempublikasikan ORM e-learning 2013.

Risiko Pasar dan Likuiditas

‡ Metodologi pengukuran untuk Market Risk

selaras dengan praktik terbaik di industri perbankan antara lain penggunaan pendekatan seperti VaR, EAR dan Economic Value of Equity (EVE).

‡ Eksposur risiko di dalam tingkat kewajaran,

produk yang disetujui, instrumen, mata uang dan pasar.

‡ Penetapan struktur limit untuk memungkinkan pengambilan risiko secara tepat sejalan dengan tingkat pengembalian.

(17)

Pengelolaan Risiko

PROFIL RISIKO

Penilaian Profil Risiko mencakup penilaian terhadap Risiko inheren dan penilaian terhadap kualitas penerapan Manajemen Risiko yang mencerminkan sistem pengendalian Risiko (risk control system), baik untuk Bank secara individual maupun untuk Bank secara konsolidasi. Penilaian tersebut dilakukan terhadap 8 (delapan) Risiko yaitu Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Likuiditas, Risiko Operasional, Risiko Hukum, Risiko Stratejik, Risiko Kepatuhan dan Risiko Reputasi. Dalam melakukan penilaian profil Risiko, Bank wajib mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penilaian tingkat kesehatan Bank Umum. Tanggung jawab untuk mengkoordinasikan penyusunan laporan Profil Risiko adalah Integrated Risk.

Sesuai dengan hasil pemantauan atas masing-masing kelompok risiko utama yang dihadapi oleh Danamon selama tahun 2013, peringkat komposit untuk profil risiko bank secara keseluruhan per 31 Desember 2013 masih berada pada peringkat 2 (Low to Moderate).

STRATEGI PENGELOLAAN MODAL

Komposisi Permodalan Bank

Sesuai Peraturan Bank Indonesia No. 14/18/ PBI/2012 tanggal 28 November 2012 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum, modal terdiri atas:

1. modal Inti (Tier 1)

2. modal Pelengkap (Tier 2); dan 3. modal Pelengkap Tambahan

Adapun struktur permodalan Danamon saat ini terdiri dari:

1. Modal Inti (Tier 1)

Terdiri dari modal disetor berupa saham biasa dan cadangan tambahan modal yang terdiri dari agio, cadangan modal umum, laba tahun-tahun lalu, laba tahun berjalan (50%) dan telah memperhitungkan faktor pengurang yaitu selisih kurang PPA dan cadangan kerugian penurunan nilai atas aset produktif, PPA atas aset non produktif yang wajib dihitung dan penyertaan Bank kepada anak perusahaan (50%).

2. Modal Pelengkap (Tier 2)

Terdiri dari cadangan umum PPA atas aset produktif yang wajib dibentuk (maksimum 1.25% dari ATMR untuk risiko Kredit) dan memperhitungkan penyertaan Bank kepada anak perusahaan (50%) sebagai faktor pengurang.

Strategi Pengelolaan Modal

(18)

Operasional

Pengelolaan Risiko

Profil Risiko dan Pemenuhan Capital Equivalency Maintained Assets (CEMA), Danamon diwajibkan untuk melakukan perhitungan KPMM minimum berdasarkan profil risiko dan melakukan Internal Capital Adequacy Assessment Process (ICAAP).

Dalam mengukur kecukupan modal, Danamon mengukur kecukupan modal berdasarkan:

1. Ketentuan KPMM dari Bank Indonesia dan

2. Kecukupan modal internal, yaitu dengan

memastikan kecukupan modal yang berkelanjutan untuk mendukung kegiatan operasional bank secara terus-menerus.

Proses Penilaian Kecukupan Modal Secara Internal

Berpedoman pada Basel II dan Peraturan Bank Indonesia serta sebagai bagian dari peningkatan efektivitas praktek manajemen risiko di Bank,

Danamon telah menerapkan Internal Capital

Adequacy Assessment Process (ICAAP) yaitu proses untuk menetapkan kecukupan modal yang sesuai dengan profil risiko Danamon dan penetapan strategi untuk memelihara tingkat permodalan.

Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia, penerapan ICAAP di Danamon disertai dengan pengawasan aktif dari Dewan Direksi dan Dewan Komisaris, proses penilaian kecukupan modal, proses pemantauan dan pelaporan profil risiko, serta proses pengawasan internal yang memadai.

Hasil penilaian menunjukkan bahwa Danamon mampu memenuhi ketentuan KPMM minimum sesuai dengan profil risiko. Berdasarkan proses penilaian kecukupan modal internal (ICAAP), Danamon akan memiliki ketersediaan sumber daya keuangan yang memenuhi kebutuhan modal baik untuk Pilar 1 dan Pilar 2 untuk tiga tahun ke depan. Sebagai bagian dari perencanaan permodalan, Danamon mempertahankan rasio pembagian dividen sebesar 30%, tidak berubah dari tahun sebelumnya.

Struktur Modal

(19)

Pengelolaan Risiko

Pengungkapan kuantitatif struktur permodalan bank secara individu dan konsolidasi dimuat dalam Tabel 1.a. berikut.

1.a Pengungkapan Kuantitatif Struktur Permodalan Bank Umum (dalam jutaan rupiah)

KOMPONEN MODAL 31 Desember 2013 31 Desember 2012

Bank Konsolidasi Bank Konsolidasi

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

I KOMPONEN MODAL

A Modal Inti 21.588.379 26.794.974 19.390.977 23.944.193

1 Modal Disetor 5.901.122 5.901.122 5.901.122 5.901.122 2 Cadangan Tambahan Modal 17.150.001 22.453.245 15.148.691 19.543.414

3 Modal Inovatif - - - -

4 Faktor Pengurang Modal Inti (1.462.744) (1.559.393) (1.658.836) (1.500.343)

5 Kepentingan Minoritas - - - -

B Modal Pelengkap - 906.724 - 718.465

1 Level Atas (Upper Tier 2) 1.182.568 1.391.585 986.476 1.144.276

2 Level Bawah (Lower Tier 2) maksimum 50%

Modal Inti - - - -

3 Faktor Pengurang Modal Pelengkap (1.182.568) (484.861) (986.476) (425.811)

C Faktor Pengurang Modal Inti dan Modal

Pelengkap - - - -

Eksposur Sekuritisasi - - - -

D Modal Pelengkap Tambahan Yang Memenuhi

Persyaratan (Tier 3) - - - -

E

Modal Pelengkap Tambahan Yang Dialokasikan Untuk Mengantisipasi Risiko Pasar

- - - -

II TOTAL MODAL INTI DAN MODAL PELENGKAP (A + B - C) 21.588.379 27.701.698 19.390.977 24.662.658

III

TOTAL MODAL INTI. MODAL PELENGKAP.DAN MODAL PELENGKAP TAMBAHAN YANG DIALOKASIKAN UNTUK MENGANTISIPASI RISIKO PASAR (A + B - C + E)

21.588.379 27.701.698 19.390.977 24.662.658

IV ASET TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR) UNTUK

RISIKO KREDIT **) 102.843.863 126.138.821 87.244.106 105.463.832

V ASET TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR) UNTUK

RISIKO OPERASIONAL 20.269.187 28.600.198 17.940.744 24.707.404

VI ASET TERTIMBANG MENURUT RISIKO (ATMR) UNTUK

RISIKO PASAR 397.427 401.131 315.042 315.042

VII

RASIO KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM UNTUK RISIKO KREDIT DAN RISIKO OPERASIONAL [II:(IV+V)]

17,54% 17,90% 18,44% 18,95%

VIII

RASIO KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM UNTUK RISIKO KREDIT. RISIKO OPERASIONAL DAN RISIKO PASAR [III : (IV + V + VI)]

(20)

Operasional

Pengelolaan Risiko

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN PENGUNGKAPAN EKSPOSUR RISIKO

A. RISIKO KREDIT

Risiko kredit adalah potensi kegagalan dari peminjam atau counterparty dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan kesepakatan. Risiko kredit adalah risiko signifikan yang terutama muncul dari kegiatan perkreditan Bank. Namun demikian risiko kredit juga dapat timbul dari berbagai aktivitas fungsional Bank, seperti trade finance (guarantees, letter of credit), treasury dan investasi (transaksi antar- bank, transaksi valuta asing, financial futures, swap, obligasi), yang dicatat dalam banking book atau trading book.

Risiko Kredit dapat meningkat karena terkonsentrasinya penyediaan dana, antara lain pada debitur, wilayah geografis, produk, jenis pembiayaan, atau lapangan usaha tertentu.

1. Manajemen Risiko Kredit

Penerapan Manajemen Risiko Kredit, termasuk pengelolaan Risiko Konsentrasi Kredit (credit concentration risk), dilakukan Bank secara individual maupun secara konsolidasi dengan Perusahaan Anak. Penerapan Manajemen Risiko Kredit meliputi proses end to end dari kriteria penerimaan kredit, originasi dan persetujuan, penetapan suku bunga, pemantauan, proses manajemen kredit bermasalah, dan manajemen portofolio.

Bank memiliki Kebijakan Risiko Kredit yang dibuat untuk mengatur proses pemberian kredit. Kebijakan ini meliputi criteria credit acceptance, origination, persetujuan kredit, pemantauan, pengelolaan kredit bermasalah, dan manajemen portofolio.

Danamon juga menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko dalam aktivitas pemberian kredit. Kewenangan persetujuan kredit diberikan kepada komite kredit dimana masing-masing anggota komite kredit dipilih berdasarkan kualitas, pengalaman dan kebutuhan bisnis. Khusus untuk penyediaan dana bagi pihak terkait wajib disetujui sampai dengan Dewan Komisaris dan direview oleh Direktur Kepatuhan.

Danamon telah menerapkan kebijakan yang mengatur pendelegasian wewenang persetujuan kredit sehingga setiap keputusan kredit telah disetujui oleh anggota komite kredit. Pendelegasian kewenangan persetujuan kredit ini dilakukan dengan memilih anggota dengan kualifikasi personal dan profesional serta dari pengalaman, pertimbangan dan kompetensinya. Dalam melaksanakan wewenang menyetujui kredit harus mematuhi prinsip empat mata (four eyes principle) keputusan kredit harus berdasarkan analisa yang seksama, didokumentasi dengan baik, dan dievaluasi secara berkala.

(21)

Pengelolaan Risiko

2. Risiko Konsentrasi Kredit

Risiko konsentrasi kredit timbul ketika sejumlah pelanggan bergerak dalam aktivitas usaha yang sejenis atau memiliki kegiatan usaha dalam wilayah geografis yang sama, atau memiliki karakteristik yang sejenis yang dapat menyebabkan kemampuan nasabah untuk memenuhi kewajiban kontraktualnya sama-sama dipengaruhi oleh perubahan kondisi ekonomi ataupun kondisi lainnya.

Bank mendorong adanya diversifikasi dari portofolio kreditnya pada berbagai wilayah geografis, industri, produk kredit, individual obligor, mencerminkan profil risiko yang seimbang dan sehat dan untuk fokus pada upaya pemasaran terhadap industri dan nasabah yang potensial untuk meminimalisir risiko kredit.

Diversifikasi ini dilakukan berdasarkan rencana strategi Bank, sektor target, kondisi ekonomi saat ini, kebijakan pemerintah, sumber pendanaan dan proyeksi pertumbuhan.

3. Mekanisme Pengukuran Dan Pengendalian Risiko Kredit

Danamon memantau secara intens setiap perkembangan yang dapat mempengaruhi portofolio kredit bank termasuk anak perusahaan. Danamon telah melakukan proses stress test atas risiko kreditnya yang dilaksanakan secara rutin guna mengantisipasi kemungkinan

terjadinya pemburukan kualitas portofolio kredit akibat terjadinya perubahan kondisi ekonomi.

Pada level Kelompok Kerja risiko Terintegrasi dilakukan review serta pengawasan portofolio kredit secara Bank Wide. Hal yang sama juga diterapkan pada level lini bisnis (risk taking unit) untuk setiap portofolio bisnis.

4. Tagihan yang Telah Jatuh Tempo dan Tagihan yang Mengalami Penurunan Nilai ‡ Tagihan yang Telah Jatuh Tempo

Untuk pengakuan pinjaman jatuh tempo, bank menggunakan metodologi yang sama dengan metodologi Basel II:

‡ Pinjaman baik sebagian maupun

seluruhnya, termasuk dan/atau pembayaran bunga, telah jatuh tempo lebih dari 90 hari. Bunga yang telah jatuh tempo juga digolongkan di dalamnya.

‡ Tagihan yang Mengalami Penurunan

Nilai

a. Penilaian untuk Segmen Wholesale Pemicu penurunan nilai harus mencakup 4 (empat) area utama sebagai berikut:

1. Status Pembayaran

(22)

Operasional

Pengelolaan Risiko

2. Kinerja Keuangan Debitur

Kesulitan keuangan yang signifikan yang dialami debitur yang dapat dilihat dari posisi keuangan terakhir, rasio keuangan, arus kas prakiraan.

3. Penilaian Atas Kemampuan dari

Status Debitur

Penilaian dilakukan seperti terjadinya pelanggaran kontrak/ perjanjian kredit, kejadian fraud yang signifikan, kehilangan aset atau pelanggan utama, adanya tindakan hukum dari debitur yang menyebabkan pailit.

4. Tagihan yang Mengalami

Restrukturisasi

Faktor-faktor di atas bukanlah faktor lengkap. Kemungkinan akan adanya faktor-faktor lain atau peristiwa yang dapat mengganggu kapasitas pembayaran debitur juga harus tetap dimonitor. Oleh karena itu, Risk Management pada lini bisnis juga wajib melakukan monitoring dengan hati – hati dan mendokumentasikan dengan jelas alasan pengklasifikasian pinjaman ke dalam kategori yang mengalami penurunan nilai.

Bank juga melakukan monitoring dan mendokumentasikan dengan jelas alasan pengklasifikasian pinjaman ke dalam kategori yang mengalami penurunan nilai.

b. Penilaian untuk Segmen Retail

Evaluasi penurunan nilai secara kolektif mencakup portofolio retail dan mass market yang tidak dapat di evaluasi secara individual melainkan

secara portofolio. Klasifikasi secara kolektif berlaku untuk pinjaman portofolio yang memiliki karakteristik risiko kredit yang sama. Biasanya pinjaman homogenous pool seperti ini di kelola melalui produk program.

Tagihan yang mengalami penurunan nilai untuk segmen retail adalah tagihan dengan DPD lebih besar dari 90 hari dan juga tagihan yang mengalami restrukturisasi. Klasifikasi secara kolektif wajib didukung dengan dokumentasi yang memadai yang dikaji secara periodik. Penambahan pengelompokan kredit wajib disetujui oleh Kepala Risk Management dengan persetujuan Financial Control Head.

5. Pencadangan

Pembentukan cadangan untuk kredit yang diberikan dilakukan melalui:

‡ Cadangan Kerugian Penurunan Nilai

(CKPN) sebagaimana ditetapkan dalam Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI) 2008 yang diberlakukan sejak januari 2010. Pembentukan cadangan kerugian dengan menggunakan CKPN diberlakukan untuk seluruh LOB (konvensional).

‡ Penyisihan Penghapusan Aktiva

(23)

Pengelolaan Risiko

6. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN)

Sesuai Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI), telah ditetapkan pengaturan perhitungan Cadangan Kerugian atas Penurunan Nilai (CKPN) yang selanjutnya disebut Loan Impairment. Perhitungan pencadangan kerugian kredit yang semula berdasarkan kolektibilitas menjadi berdasarkan Penurunan Nilai dengan menggunakan metodologi yang sudah disetujui oleh Direksi.

Penurunan nilai adalah suatu kondisi dimana terdapat bukti obyektif terjadinya peristiwa yang merugikan sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal kredit tersebut dan peristiwa yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa datang atas aset keuangan atau kelompok aset keuangan yang dapat diestimasi secara andal.

Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Kredit adalah penyisihan yang dibentuk apabila nilai tercatat kredit setelah penurunan nilai kurang dari nilai tercatat awal. Definisi dari istilah tersebut di atas sesuai Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia. Penilaian atas penurunan nilai harus terbagi menjadi kelompok sebagai berikut:

a. Individual

Metode perhitungan penurunan nilai secara individual menggunakan Discounted Cash Flow

b. Kolektif

Untuk segmentasi wholesale, jika tidak terdapat bukti obyektif penurunan nilai dari kredit yang dievaluasi secara individual, maka kredit tersebut harus dimasukkan ke dalam kategori kredit yang akan di evaluasi secara kolektif dan dihitung secara kolektif dengan

menggunakan metode Migration Loss.

Bank melakukan monitoring atas pengklasifikasian pinjaman ke dalam kategori yang tidak mengalami penurunan nilai.

Untuk Segmen Retail & Mass Market, Penurunan nilai secara kolektif dapat dinilai dengan menggunakan Metodologi Net Flow Rate atau Metodologi Analisa Vintage.

Khusus untuk segmen SME, pengakuan penurunan nilai dilakukan :

1. Apabila terjadi penurunan nilai atas debitur dengan fasilitas diatas Rp10 milyar maka penilaian dilakukan secara individual.

(24)

Operasional

Pengelolaan Risiko

7. Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aset (PPA)

Bank wajib menghitung PPA terhadap Aset Produktif dan Aset Non Produktif, berupa: a. Cadangan umum untuk Aset Produktif b. Cadangan khusus untuk Aset Produktif

dan Aset Non Produktif

Perhitungan PPA sebagaimana paling kurang dilakukan sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia.

Cadangan umum PPA ditetapkan paling rendah sebesar 1% (satu persen) dari seluruh Aktiva Produktif yang digolongkan Lancar.

Cadangan khusus PPA untuk Aset Produktif dan Aset Non Produktif ditetapkan paling rendah sebesar:

a. 5% (lima persen) dari Aktiva Produktif yang digolongkan Dalam Perhatian Khusus setelah dikurangi nilai agunan. b. 15% (lima belas persen) dari Aktiva

Produktif dan Aktiva Non Produktif yang digolongkan Kurang Lancar setelah dikurangi nilai agunan.

c. 50% (lima puluh persen) dari Aktiva Produktif dan Aktiva Non Produktif yang digolongkan Diragukan setelah dikurangi nilai agunan; atau

d. 100% (seratus persen) dari Aktiva

Produktif dan Aktiva Non Produktif yang digolongkan Macet setelah dikurangi nilai agunan.

Khusus untuk Pembiayaan Syariah, pembentukan cadangan dilakukan sebagai berikut:

a. Pembiayaan Murabahah dihitung

berdasarkan saldo harga pokok

b. Pembiayaan Mudharabah dan Pembiayaan Qardh berdasarkan saldo baki debet. c. Persyaratan untuk membentuk cadangan

(25)

Pengelolaan Risiko

8. Pengungkapan Kuantitatif Risiko Kredit Danamon

Adapun beberapa perhitungan kuantitatif risiko kredit Danamon untuk tahun 2013 diungkapkan melalui beberapa tabel berikut.

2.1.a. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank secara Individual (dalam jutaan rupiah)

No Kategori Portofolio

31 Desember 2013 Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah Jakarta,

Bogor, Tangerang, Karawang, Bekasi dan Lampung

Jawa Barat

Jawa Timur, Bali, NTT dan NTB

Sulawesi, Maluku dan

Papua

Kalimantan Sumatera

Jawa Tengah dan Yogyakarta

Total

(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1 Tagihan Kepada

Pemerintah 22.612.824 - - - 22.612.824

2 Tagihan Kepada Entitas

Sektor Publik 907.848 - - - 907.848

3 Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga International

- - -

-4 Tagihan Kepada Bank 8.897.954 12.455 217.570 78.088 118 7.829 224.695 9.438.709 5 Kredit Beragunan Rumah

Tinggal 1.649.699 65.754 104.835 43.085 79.706 99.727 39.152 2.081.958 6 Kredit Beragunan Properti

Komersial 422.870 - 178.474 - - 83.665 - 685.009

7 Kredit Pegawai /

Pensiunan - - -

-8 Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel

13.293.060 3.899.763 6.419.374 5.425.986 3.393.833 9.685.167 4.996.329 47.113.512

9 Tagihan Kepada Korporasi 39.939.260 2.269.830 4.309.201 2.288.159 3.053.291 5.732.527 2.485.400 60.077.668 10 Tagihan Yang Telah Jatuh

Tempo 238.683 75.142 177.916 149.312 112.464 264.373 172.024 1.189.914 11 Aset Lainnya 3.576.626 225.086 563.852 576.165 330.860 775.616 462.584 6.510.789 12 Eksposur di Unit Usaha

Syariah (bila ada) 1.747.084 126.023 344.359 112.459 60.578 164.507 77.489 2.632.499 Total 93.285.908 6.674.053 12.315.581 8.673.254 7.030.850 16.813.411 8.457.673 153.250.730 Catatan:

(26)

Operasional

31 Desember 2012 Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah Jakarta,

Bogor, Tangerang, Karawang, Bekasi dan Lampung

Jawa Barat

Jawa Timur, Bali, NTT dan NTB

Sulawesi, Maluku dan

Papua

Kalimantan Sumatera

Jawa Tengah dan Yogyakarta

Total

(11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18)

18.275.003 - - - 18.275.003

588.171 - - - 432 588.603

- - -

-7.094.242 24.819 133.712 68.640 115 32.324 193.528 7.547.380

1.682.077 39.282 67.552 52.652 72.305 101.781 55.267 2.070.916

359.799 - 157.103 - - 87.517 - 604.419

- - -

-12.516.976 4.110.861 6.803.298 5.385.315 3.636.428 10.282.529 5.572.926 48.308.333

27.655.544 1.623.624 3.232.979 1.896.898 2.517.533 4.537.011 2.047.818 43.511.407

359.506 125.770 216.859 128.711 102.432 296.421 217.466 1.447.165

4.091.378 169.890 436.341 456.986 334.437 636.056 348.329 6.473.417

1.209.251 156.003 309.694 127.461 72.695 112.904 60.386 2.048.394

(27)

Pengelolaan Risiko

2.1.b. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank secara Konsolidasi dengan Perusahaan Anak (dalam jutaan rupiah)

No Kategori Portofolio

31 Desember 2013 Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah Jakarta,

Bogor, Tangerang, Karawang, Bekasi dan Lampung

Jawa Barat

Jawa Timur, Bali, NTT dan NTB

Sulawesi, Maluku dan

Papua

Kalimantan Sumatra

Jawa Tengah dan Yogyakarta

Total

(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1 Tagihan Kepada

Pemerintah 22.612.824 - - - 22.612.824

2 Tagihan Kepada Entitas

Sektor Publik 907.848 - - - 907.848

3

Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral adan Lembaga

International

- - -

-4 Tagihan Kepada Bank 9.394.480 56.673 274.570 99.250 49.622 45.564 271.287 10.191.446

5 Kredit Beragunan Rumah

Tinggal 1.649.699 65.754 104.835 43.085 79.706 99.727 39.152 2.081.958

6 Kredit Beragunan Properti

Komersial 422.870 - 178.474 - - 83.665 - 685.009

7 Kredit Pegawai /

Pensiunan - - -

-8

Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel

20.813.576 6.524.187 10.986.630 8.659.193 6.129.285 14.762.044 8.308.349 76.183.264

9 Tagihan Kepada Korporasi 39.902.772 2.269.830 4.309.201 2.288.159 3.053.291 5.732.527 2.485.400 60.041.180

10 Tagihan Yang Telah Jatuh

Tempo 303.034 102.431 219.551 177.699 149.227 330.501 193.765 1.476.208 11 Aset Lainnya 4.045.782 270.307 648.204 638.024 388.625 882.817 521.710 7.395.469

12 Eksposur di Unit Usaha

Syariah (bila ada) 1.747.084 126.023 344.359 112.459 60.578 164.507 77.489 2.632.499 Total 101.799.969 9.415.205 17.065.824 12.017.869 9.910.334 22.101.352 11.897.152 184.207.705 Catatan:

(28)

Operasional

31 Desember 2012 Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah Jakarta,

Bogor, Tangerang, Karawang, Bekasi dan Lampung

Jawa Barat

Jawa Timur, Bali, NTT dan NTB

Sulawesi, Maluku dan

Papua

Kalimantan Sumatera

Jawa Tengah dan Yogyakarta

Total

(3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

18.275.003 - - - 18.275.003

588.171 - - - 432 588.603

- - -

-7.264.184 58.865 172.720 94.136 43.790 87.706 219.875 7.941.276

1.682.077 39.282 67.552 52.652 72.305 101.781 55.267 2.070.916

359.799 - 157.103 - - 87.517 - 604.419

- - -

-17.848.013 6.116.246 10.419.869 7.971.110 6.127.788 14.963.293 7.827.953 71.274.272

27.655.544 1.623.624 3.232.979 1.896.898 2.517.533 4.537.011 2.047.818 43.511.407

395.976 149.318 248.580 146.236 129.527 356.664 235.168 1.661.469

4.361.755 222.466 546.995 549.765 422.057 809.883 410.040 7.322.961

1.209.251 156.003 309.694 127.461 72.695 112.904 60.386 2.048.394

(29)

Pengelolaan Risiko

2.2.a. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Sisa Jangka Waktu Kontrak - Bank secara Individual (dalam jutaan rupiah)

No. Kategori Portofolio

31 Desember 2013

Tagihan Bersih Berdasarkan Jangka Waktu Kontrak

)1 tahun >1thn s.d.

1 Tagihan Kepada Pemerintah 9.019.929 3.055.201 283.016 123.119 10.131.559 22.612.824 2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik 644.675 196.558 66.615 - - 907.848

3 Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga International

- - -

-4 Tagihan Kepada Bank 7.600.412 1.000.435 407.973 317.315 112.574 9.438.709 5 Kredit Beragunan Rumah Tinggal 8.444 147.725 485.824 1.439.965 - 2.081.958 6 Kredit Beragunan Properti Komersial 450.965 50.243 133.725 50.076 - 685.009

7 Kredit Pegawai / Pensiunan - - -

-8 Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel

11.151.916 23.677.999 10.951.868 1.283.636 48.093 47.113.512

9 Tagihan Kepada Korporasi 42.431.763 7.635.621 6.772.788 3.229.014 8.482 60.077.668 10 Tagihan Yang Telah Jatuh Tempo 248.370 454.570 245.641 61.520 179.813 1.189.914

11 Aset Lainnya 966 1.308 - - 6.508.515 6.510.789

12 Eksposur di Unit Usaha Syariah (bila ada) 469.991 805.076 650.013 9.183 698.236 2.632.499

TOTAL 72.027.431 37.024.736 19.997.463 6.513.828 17.687.272 153.250.730

Catatan:

Pengungkapan tagihan bersih dilakukan untuk eksposur aset di neraca, eksposur kewajiban komitmen/kontinjensi dalam transaksi rekening administratif (TRA), dan eksposur yang menimbulkan risiko kredit akibat kegagalan pihak lawan (counterparty credit risk)

2.2.b. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Sisa Jangka Waktu Kontrak - Bank secara Konsolidasi dengan Perusahaan Anak (dalam jutaan rupiah)

No. Kategori Portofolio

31 Desember 2013

Tagihan Bersih Berdasarkan Jangka Waktu Kontrak

)1 tahun >1thn s.d.

1 Tagihan Kepada Pemerintah 9.019.929 3.055.201 283.016 123.119 10.131.559 22.612.824 2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik 644.675 196.558 66.615 - - 907.848

3 Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga International

- - -

-4 Tagihan Kepada Bank 8.287.509 1.066.075 407.973 317.315 112.574 10.191.446 5 Kredit Beragunan Rumah Tinggal 8.444 147.725 485.824 1.439.965 - 2.081.958 6 Kredit Beragunan Properti Komersial 450.965 50.243 133.725 50.076 - 685.009

7 Kredit Pegawai / Pensiunan - - -

-8 Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel

14.865.573 43.494.181 16.491.781 1.283.636 48.093 76.183.264

9 Tagihan Kepada Korporasi 42.431.763 7.635.621 6.736.300 3.229.014 8.482 60.041.180 10 Tagihan Yang Telah Jatuh Tempo 304.404 658.566 271.905 61.520 179.813 1.476.208 11 Aset Lainnya 244.960 149.445 75.820 917 6.924.327 7.395.469 12 Eksposur di Unit Usaha Syariah (bila ada) 469.991 805.076 650.013 9.183 698.236 2.632.499

TOTAL 76.728.213 57.258.691 25.602.972 6.514.745 18.103.084 184.207.705

Catatan:

(30)

Operasional

31 Desember 2012

Tagihan Bersih Berdasarkan Jangka Waktu Kontrak

)1 tahun >1thn s.d. 3thn

>3thn s.d.

5thn > 5thn

Non-Kontraktual Total

(9) (10) (11) (12) (13) (14)

7.293.160 2.167.126 637.082 1.465 8.176.170 18.275.003 320.902 206.634 61.067 - - 588.603

- - -

-6.354.548 622.196 406.618 80.335 83.683 7.547.380 15.035 126.589 515.609 1.413.677 6 2.070.916 419.300 136.382 48.737 - - 604.419

- - -

-11.020.271 26.909.252 9.302.558 1.045.247 31.005 48.308.333

27.785.433 7.796.989 5.440.107 2.457.942 30.936 43.511.407 251.342 683.374 229.011 76.984 206.454 1.447.165

62.875 - - - 6.410.542 6.473.417

458.295 640.289 495.741 9.313 444.756 2.048.394 53.981.161 39.288.831 17.136.530 5.084.963 15.383.552 130.875.037

31 Desember 2012

Tagihan Bersih Berdasarkan Jangka Waktu Kontrak

)1 tahun >1thn s.d. 3thn

>3thn s.d.

5thn > 5thn

Non-Kontraktual Total

(3) (4) (5) (6) (7) (8)

7.293.160 2.167.126 637.082 1.465 8.176.170 18.275.003 320.902 206.634 61.067 - - 588.603

- - -

-6.727.107 643.533 406.618 80.335 83.683 7.941.276 15.035 126.589 515.609 1.413.677 6 2.070.916 419.300 136.382 48.737 - - 604.419

- - -

-14.023.660 42.808.550 13.365.810 1.045.247 31.005 71.274.272

(31)

2.3.a. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Sektor Ekonomi - Bank secara Individual

Posisi 31 Desember 2013

1 Pertanian, perburuan dan kehutanan - - -

-2 Perikanan - - -

-3 Pertambangan dan penggalian - - -

-4 Industri pengolahan - - -

-5 Listrik, gas dan air - - -

-6 Konstruksi - 62.029 -

-7 Perdagangan besar dan eceran - 11.592 -

-8 Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum - - -

-9 Transportasi, pergudangan dan komunikasi - - -

-10 Perantara keuangan - - - 9.438.709

11 Real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan - - -

-12 Administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib

- - -

-13 Jasa pendidikan - - -

-14 Jasa kesehatan dan kegiatan sosial - - -

-15 Jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan perorangan lainnya

- - -

-16 Jasa perorangan yang melayani rumah tangga - - -

-17 Badan internasional dan badan ekstra internasional lainnya - - -

-18 Kegiatan yang Belum Jelas Batasannya - - -

-19 Bukan lapangan usaha - - -

-20 Lainnya 22.612.824 834.227 -

Total 22.612.824 907.848 0 9.438.709

Posisi 31 Desember 2012

1 Pertanian, perburuan dan kehutanan - - -

-2 Perikanan - - -

-3 Pertambangan dan penggalian - - -

-4 Industri pengolahan - - -

-5 Listrik, gas dan air - - -

-6 Konstruksi - 49.522 -

-7 Perdagangan besar dan eceran - 10.060 - 1.188

8 Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum - - -

-9 Transportasi, pergudangan dan komunikasi - - -

-10 Perantara keuangan - 432 - 7.519.637

11 Real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan - - -

-12 Administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib

- - -

-13 Jasa pendidikan - - -

-14 Jasa kesehatan dan kegiatan sosial - - -

-15 Jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan perorangan lainnya

- - - 26.555

16 Jasa perorangan yang melayani rumah tangga - - -

-17 Badan internasional dan badan ekstra internasional lainnya - - -

-18 Kegiatan yang Belum Jelas Batasannya - - -

-19 Bukan lapangan usaha - - -

-20 Lainnya 18.275.003 528.589 -

Total 18.275.003 588.603 - 7.547.380

Catatan:

1. Pengungkapan tagihan bersih dilakukan untuk eksposur aset di neraca, eksposur kewajiban komitmen/kontinjensi dalam transaksi rekening administratif (TRA) dan eksposur yang menimbulkan risiko kredit akibat kegagalan pihak lawan (counterparty credit risk)

2. Sektor ekonomi mengacu pada sektor ekonomi yang tercantum dalam Laporan Bulanan Bank Umum (LBU). Tagihan bersih yang

(32)

Operasional

- - - 13.369.059 19.656.462 559.542 - 54.771

- - - 1.105.824 766.339 28.963 - 39

- - - 436.829 4.145.781 20.527 - 1.460.091

- - - 864 2.194.044 - - 149.263

- 380.518 - 873.380 3.427.857 67.236 -

-- - - 935 - - -

-2.081.958 - - 25.272.006 945.639 279.432 - 20.342 - - - 1.366.738 7.289.226 - 6.510.789 774.478 2.081.958 685.009 - 47.113.512 60.077.668 1.189.914 6.510.789 2.632.499

- - - 1.359.560 834.506 42.947 - 22

- - - 12.662.687 14.285.688 513.117 - 45.238

- - - 962.093 425.664 30.374 - 487

- - - 399.933 2.933.636 17.378 - 1.081.491

- - - 1.809 1.887.930 179 - 110.649

- 344.844 - 879.513 3.544.796 62.039 - 625

- - - 571 - - -

(33)

2.3.b. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Sektor Ekonomi - Bank secara Konsolidasi dengan Perusahaan Anak

Posisi 31 Desember 2013

1 Pertanian, perburuan dan kehutanan - - -

-2 Perikanan - - -

-3 Pertambangan dan penggalian - - -

-4 Industri pengolahan - - -

-5 Listrik, gas dan air - - -

-6 Konstruksi - 62.029 -

-7 Perdagangan besar dan eceran - 11.592 -

-8 Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum - - -

-9 Transportasi, pergudangan dan komunikasi - - -

-10 Perantara keuangan - - - 10.191.446

11 Real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan - - -

-12 Administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial

wajib - - -

-13 Jasa pendidikan - - -

-14 Jasa kesehatan dan kegiatan sosial - - -

-15 Jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan perorangan

lainnya - - -

-16 Jasa perorangan yang melayani rumah tangga - - -

-17 Badan internasional dan badan ekstra internasional lainnya - - -

-18 Kegiatan yang Belum Jelas Batasannya - - -

-19 Bukan lapangan usaha - - -

-20 Lainnya 22.612.824 834.227 -

Total 22.612.824 907.848 - 10.191.446

Posisi 31 Desember 2012

1 Pertanian, perburuan dan kehutanan - - -

-2 Perikanan - - -

-3 Pertambangan dan penggalian - - -

-4 Industri pengolahan - - -

-5 Listrik, gas dan air - - -

-6 Konstruksi - 49.522 -

-7 Perdagangan besar dan eceran - 10.060 - 1.188

8 Penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum - - -

-9 Transportasi, pergudangan dan komunikasi - - -

-10 Perantara keuangan - 432 - 7.913.533

11 Real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan - - -

-12 Administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial

wajib - - -

-13 Jasa pendidikan - - -

-14 Jasa kesehatan dan kegiatan sosial - - -

-15 Jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan perorangan

lainnya - - - 26.555

16 Jasa perorangan yang melayani rumah tangga - - -

-17 Badan internasional dan badan ekstra internasional lainnya - - -

-18 Kegiatan yang Belum Jelas Batasannya - - -

-19 Bukan lapangan usaha - - -

-20 Lainnya 18.275.003 528.589 -

Total 18.275.003 588.603 - 7.941.276

Catatan:

1. Pengungkapan tagihan bersih dilakukan untuk eksposur aset di neraca, eksposur kewajiban komitmen/kontinjensi dalam transaksi rekening administratif (TRA) dan eksposur yang menimbulkan risiko kredit akibat kegagalan pihak lawan (counterparty credit risk)

2. Sektor ekonomi mengacu pada sektor ekonomi yang tercantum dalam Laporan Bulanan Bank Umum (LBU). Tagihan bersih yang

(34)

Operasional

- - - 13.369.059 19.656.462 559.542 - 54.771

- - - 1.105.824 766.339 28.963 - 39

- - - 436.829 4.145.781 20.527 - 1.460.091

- - - 864 2.194.044 - - 149.263

- 380.518 - 873.380 3.427.857 67.236 -

-- - - 935 - - -

-2.081.958 - - 54.341.758 945.639 565.726 - 20.342 - - - 1.366.738 7.252.738 - 7.395.469 774.478 2.081.958 685.009 - 76.183.264 60.041.180 1.476.208 7.395.469 2.632.499

- - - 1.359.560 834.506 42.947 - 22

- - - 12.662.687 14.285.688 513.117 - 45.238

- - - 962.093 425.664 30.374 - 487

- - - 399.933 2.933.636 17.378 - 1.081.491

- - - 1.809 1.887.930 179 - 110.649

- 344.844 - 879.513 3.544.796 62.039 - 625

- - - 571 - - -

Gambar

Tabel 1.a. berikut.

Referensi

Dokumen terkait

Anda dapat menampilkan layar yang sama di perangkat Android pada monitor unit dengan menggunakan fungsi Miracast di perangkat

Perubahan zona vegetasi berdasarkan ketinggian dan keterbukaan hutan mencerminkan adanya perubahan iklim, yaitu iklim dingin/kering dicerminkan oleh kelimpahan polen

Kongres-kongres PBB sering menyatakan dan mensinyalir bahwa sistim hukum pidana yang ada selama ini di beberapa negara, yang sering berasal (diimpor) dari hukum asing

PANAHAN PADA PERPANI KLATEN”. Didalam penulisan tesis ini, peneliti mendapat bantuan dari beberapa pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu peneliti

Böylelikle talep de gerçek zamanlı olarak kısmen dengelenebilecek ve tevzilenemeyen fakat öngörülebilen yenilenebilir elektrik üretiminin şebeke üzerinde neden

Sistem distribusi sekunder digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu distribusi ke beban-beban yang ada di konsumen. Pada sistem distribusi sekunder bentuk

(1) Pengusaha Pariwisata yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4), dan telah memperoleh Sertifikat Usaha Jasa Perjalanan Wisata, berwenang

ROA yang semakin meningkat menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik dan para investor akan memperoleh keuntungan dari deviden yang diterima, dengan semakin