• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Kebijakan Pembangunan di Daerah (Studi Kasus Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat di Kabupaten Majalengka) 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dinamika Kebijakan Pembangunan di Daerah (Studi Kasus Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat di Kabupaten Majalengka) 1"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

Dinamika Kebijakan Pembangunan di Daerah

(Studi Kasus Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat di Kabupaten Majalengka)1

Fanny Dwipoyanthi2 dan Slamet Rosyad3

Magister Ilmu Administrasi Universitas Jenderal Soedirman

Abstrak

Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di wilayah kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka menuai masalah besar bagi warga Majalengka. Sebab penetapan lokasi dianggap tidak tepat. Pembangunan tersebut diperkirakan akan menggusur lahan subur seluas kurang lebih 1.800 ha. Lahan tersebut merupakan lahan pertanian yang merupakan sumber penghidupan masyarakat Kertajati. Hal ini dianggap tidak sesuai dengan peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 70 tahun 2001 tentang kebandarudaraan Presiden Republik Indonesia mengenai penetapan lokasi, penguasaan dan penggunaan tanah, perairan serta ruang udara di bandar udara umum pasal 9 harus didasarkan pada penatagunaan tanah dan/atau perairan dan ruang udara yang menjamin keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan dalam bidang lain di kawasan letak Bandar udara umum. Terdapat 3 hal yang dianggap sangat mendasar yang memperkuat arus penolakan pembangunan BIJB, yaitu soal ketidak jelasan dan transparansi pemerintah Provinsi Jawa Barat terhadap rencana pembangunan tersebut, sehingga masyarakat tidak paham mengapa di daerahnya harus ada bandara dan bagaimana nasib mereka setelah adanya bandara. Kedua, dipastikan pembangunan BIJB yang akan menggunakan lahan di 11 desa di wilayah Kertajati ini akan mempercepat proses pemiskinan masyarakat desa yang saat ini memang masih tergolong miskin. Hal tersebut bisa dilihat dari kultur masyarakat setempat yang masih kental dengan pola masyarakat agraris. Yang ketiga, saat ini Pemprov Jabar lebih banyak menebar kebohongan terhadap warga baik menyangkut amdal, masa depan warga maupun rencana besar dari bandara itu sendiri. Pembangunan megaproyek BIJB ini perlahan-lahan akan menggilas kehidupan ribuan warga Majalengka. Mereka hanya akan menjadi tumbal dari sebuah keinginan besar yang tidak mempertimbangkan hak hidup masyarakatnya.

Kata Kunci: Kebijakan publik, Pembangunan Bandara International Jawa Barat, kesejahteraan masyarakat lokal.

1

Telah dipresentasikan pada Simposium Nasional Asosiasi Ilmuwan Administrasi Negara

(SIMNAS ASIAN) ke-2 di Universitas Slamet Riyadi, Surakarta , pada tanggal 10 Pebruari 2012. 2 Mahasiswa Program Magister Ilmu Administrasi dan Penerima Beasiswa Unggulan dari Biro

Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

3 Staf Pengajar pada Program Magister Ilmu Administrasi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

(2)

2

A. Pendahuluan

Pembangunan nasional memiliki salah satu tujuan menciptakan kesejahteraan, keadilan dan kemakmuran bagi masyarakat Indonesia seperti yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV. Kesejahteraan masyarakat adalah tinjauan umum dalam setiap pembangunan, sedangkan kebijakan politik yang dibuat adalah untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Permasalahan umum dari negara-negara dunia ketiga seperti Indonesia adalah masalah kemiskinan yang sifatnya multidimensional. Salah satu tujuan dari dilaksanakannya pembangunan adalah untuk mengurangi kemiskinan dan memerangi kebodohan serta keterbelakangan bangsa. Pemerintah menciptakan berbagai program dan proyek pembangunan yang bertujuan memberantas kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan serta meningkatkan kualitas manusia Indonesia.

Penetapan otonomi daerah melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah memberikan kewenangan daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri termasuk di dalamnya upaya pemerintah daerah dalam percepatan pembangunan wilayahnya sendiri. Kebijakan publik memiliki lingkup yang luas dalam bidang pembangunan seperti kebijakan publik di bidang pendidikan, pertanian, kesehatan, transportasi, pertahanan, dan sebagainya. Selain itu, kebijakan publik dilihat dari hirarkinya atau tingkat yaitu kebijakan publik dapat bersifat nasional, regional, maupun lokal, seperti Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Pemerintah Propinsi, Peraturan Pemerintah Kabupaten/Kota dan keputusan Bupati/Walikota (Subarsono, 2005). Salah satu upaya pemerintah daerah kabupaten Majalengka propinsi Jawa barat dalam percepatan pembangunan daerahnya adalah melalui Pembangunan Bandara

(3)

3

Internasional Jawa Barat (BIJB) di wilayah kecamatan Kertajati, kabupaten Majalengka.

Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di wilayah kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka bertujuan untuk memberikan kemudahan akses transportasi udara serta meningkatkan pendapatan asli daerah Jawa Barat pada umumnya. Pembangunan bandara internasional Jawa Barat ini merupakan program jangka panjang yang didasarkan pada peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 70 tahun 2001 tentang kebandarudaraan Presiden Republik Indonesia mengenai penetapan lokasi, penguasaan dan penggunaan tanah, perairan serta ruang udara di bandar udara umum.

Secara umum Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di wilayah kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka ini merupakan suatu proyek pembangunan yang dapat memberikan keuntungan lebih terhadap propinsi Jawa Barat, tetapi di sisi lain pembangunan tersebut memberikan dampak terhadap masyarakat kecamatan Kertajati kabupaten Majalengka propinsi Jawa Barat. Perkembangan dari penetapan peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 70 tahun 2001 tentang kebandarudaraan Presiden Republik Indonesia mengenai penetapan lokasi, penguasaan dan penggunaan tanah, perairan serta ruang udara di bandar udara umum dalam pembangunan bandara internasional Jawa Barat (BIJB) di wilayah kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka ini menimbulkan permasalahan tersendiri yaitu ditinjau dari aspek penetapan lokasi yang dianggap tidak tepat dan tidak ada transparansi terhadap masyarakat. Pembangunan tersebut diperkirakan akan menggusur lahan subur seluas kurang lebih 1.800 ha. Lahan tersebut merupakan lahan pertanian yang merupakan sumber penghidupan masyarakat Kertajati.

(4)

4

Sebagian besar masyarakat kecamatan Kertajati kabupaten Majalengka masih mengandalkan sektor pertanian sebagai mata pencaharian utama. Melalui pembangunan bandara BIJB ini maka dampak ekonomi yang ditimbulkan pada sektor pertanian kecamatan Kertajati akan sangat besar.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dikaji pada penelitian ini adalah “apakah pembangunan Bandara International Jawa Barat di kecamatan Kertajati, kabupaten Majalengka sesuai dengan UU No. 70 Tahun 2001 dan bagaimana dampak permasalahan yang ditimbulkan dengan penetapan pembangunan Bandara International Jawa Barat di kecamatan Kertajati, kabupaten Majalengka.

C. Pembahasan

A. Kebijakan Publik

Kebijakan public adalah “whatever governments choose to do or not to do” (Dye, 1981). Konsep tersebut mengandung makna bahwa kebijakan publik adalah apa yang pemerintah pilih untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Setiap permasalahan yang ada pemerintah lah yang memiliki wewenang untuk mengatasi masalah tersebut.

Dalam studi kebijakan publik terdapat dua pendekatan yaitu,

policy analysis yang mencakup decision making dan policy formation.

Pendekatan yang kedua, political public policy yang lebih menekankan pada hasil kebijakan publik (Hughes, 1994). Penulisan ini difokuskan terhadap pendekatan policy analysis yang menganalisis Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 70 tahun 2001 tentang kebandarudaraan mengenai penetapan lokasi, penguasaan dan penggunaan

(5)

5

tanah, perairan serta ruang udara di bandar udara umum terhadap pembangunan bandara international Jawa Barat di kecamatan Kertajati kabupaten Majalengka. Pembangunan BIJB ini dianggap tidak senada dengan pasal 9 ayat 2, yang berbunyi bahwa penetapan luas tanah dan/atau perairan dan ruang udara harus didasarkan pada penatagunaan tanah dan/atau perairan dan ruang udara yang menjamin keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan dalam bidang lain di kawasan letak Bandar udara umum.

Anderson dalam bukunya, Public Policy Making (Anderson, 1979), mengatakan bahwa: perumusan kebijakan melibatkan proses pengembangan usulan akan tindakan yang terkait dan dapat diterima (biasa disebut dengan alternatif, proposal atau pilihan) untuk menangani permasalahan publik. Pada umumnya sebuah proposal kebijakan biasanya ditujukan untuk membawa perubahan mendasar terhadap kehidupan masyarakat. Dalam membuat proposal tersebut terdapat kerangka kerja kebijakan publik yang ditentukan oleh beberapa aspek sebagai berikut (Subarsono, 2005):

a. Tujuan yang akan dicapai. b. Preferensi nilai.

c. Sumberdaya. d. Kemampuan actor. e. Lingkungan.

f. Strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan

Dari keseluruhan aspek tersebut, pembangunan bandara international Jawa Barat tidak memperhatikan aspek lingkungan.

(6)

6

Majalengka adalah kabupaten terbelakang se-Jawa Barat. Infrastruktur di Majalengka pun masih kurang, tidak adanya tempat yang akan berpotensi untuk menjadi pusat wisatawan, tidak adanya pelayanan kesehatan berstandard baik, tidak adanya pusat perbelanjaan yang bersifat one stop shopping, tidak adanya public transportation dalam waktu 24jam termasuk tidak adanya taksi dan kereta api, dan juga masih banyak infrastuktur yang harus dibangun. Hal ini tentu saja tidak sejalan dengan pembangunan megaproyek BIJB.

Penetapan lokasi BIJB ini berdasarkan study kelayakan dilakukan dengan pengamatan di 421 titik, dan sembilan Bandar eksisting yang menghasilkan tiga lokasi alternative calon bandara internasional. Kemudian, berdasarkan hasil pengkajian teknis, lokasi BIJB ditetapkan di Desa Palasah Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka. Kemudian dikukuh dan diusulkan melalui Surat Gubernur Nomor 553.2/2271/Dalprog, tertanggal 29 Juli 2004 kepada Menteri Perhubungan RI . Disusul Surat Gubernur No.553.2/2272/Dalprog/2004 ditujukan kepada Menko Perekonomian selaku Ketua Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional (BKTRN).

Dari surat usual Gubernur tersebut, maka lahirlah penetapan lokasi BIJB, melalui Keputusan Menteri perhubungan No. KM 34/2005 tertanggal 17 Mei 2005. Kemudian ditingkan kabupaten, Bupati Majalengka menetapkannya melalui surat Keputusan Bupati majalengka No. 16 tahun 2006. Setelah melalui langkah-langkah penetapan, maka pihak Dinas Perhubungan Provinsi membuat Master Plan BIJB di kabupaten Majalengka dengan Peraturan Menteri perhubungan No. KM 5

(7)

7

tahun 2007. Sedangkan mengenai amdal, pihak Dinas Perhubungan telah pula melakukannya yaitu pada tahun 2006.

Bagaimanapun ketentuan yang telah di tetapkan sebelumnya, pengambilan keputusan berada mutlak di tangan pemerintah dalam menghadapi semua masalah. Kekuasaan yang dimiliki pemerintah harus terkontrol dan dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat. Hal ini senada dengan White (White, 1955, p. 495) yang mengemukan bahwa “Power in a democratic society requires control, and the greater the power the more for control”. Semakin besar kekuatan penguasa maka harusnya semakin kuat pula kontrolnya untuk membuat kebijakan publik.

Kekuasaan penguasa harus dikendalikan dengan perlibatan masyarakat didalamnya. Sesuai dengan perspektif New Public Service

yang menghendaki peran administrator publik untuk melibatkan masyarakat dalam pemerintahan dan bertugas untuk melayani masyarakat (Denhardt, 2004).Warga negara diposisikan sebagai pemilik pemerintahan (owners of government) dan mampu bertindak secara bersama-sama mencapai sesuatu yang lebih baik.

Menurut Staf Pengajar Administrasi Publik Universitas Brawijaya, M.R Khairul Muluk, kepentingan publik tidak lagi dipandang sebagai agregasi kepentingan pribadi melainkan sebagai hasil dialog dan keterlibatan publik dalam mencari nilai bersama dan kepentingan bersama. Administrator yang bertanggung jawab harus melibatkan masyarakat tidak hanya dalam perencanaan tetapi juga pelaksanaan program guna mencapai tujuan-tujuan masyarakat. Hal ini harus dilakukan tidak saja karena untuk menciptakan pemerintahan yang lebih baik tetapi juga sesuai dengan

(8)

nilai-8

nilai demokrasi. Dengan demikian, pekerjaan administrator publik tidak lagi mengarahkan atau memanipulasi insentif tetapi pelayanan kepada masyarakat.

B. Pembangunan Bandara International Jawa Barat

Bandar udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya. Sedangkan, bandar udara internasional yaitu bandar udara yang ditetapkan untuk melayani rute penerbangan dalam negeri dan rute penerbangan dari dan ke luar negeri berdasarkan perjanjian bilateral dan/atau multilateral.

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Republik Indonesia mengatakan bandar udara memiliki peran sebagai:

a. Simpul dalam jaringan transportasi udara yang digambarkan sebagai titik lokasi bandar udara yang menjadi pertemuan beberapa jaringan dan rute penerbangan sesuai hierarki bandar udara.

b. Pintu gerbang kegiatan perekonomian dalam upaya pemerataan pembangunan, pertumbuhan dan stabilitas ekonomi serta keselarasan pembangunan nasional dan pembangunan daerah yang digambarkan sebagai lokasi dan wilayah di sekitar bandar udara yang menjadi pintu masuk dan keluar kegiatan perekonomian. c. Tempat kegiatan alih moda transportasi, dalam bentuk interkoneksi

antar moda pada simpul transportasi guna memenuhi tuntutan peningkatan kualitas pelayanan yang terpadu dan berkesinambungan yang digambarkan sebagai tempat perpindahan moda transportasi udara ke moda transportasi lain atau sebaliknya. d. Pendorong dan penunjang kegiatan industri, perdagangan dan/atau

pariwisata dalam menggerakkan dinamika pembangunan nasional, serta keterpaduan dengan sektor pembangunan lainnya,

(9)

9

digambarkan sebagai lokasi bandar udara yang memudahkan transportasi udara pada wilayah di sekitarya.

e. Pembuka isolasi daerah, digambarkan dengan lokasi bandar udara yang dapat membuka daerah terisolir karena kondisi geografis dan/atau karena sulitnya moda transportasi lain.

f. Pengembangan daerah perbatasan, digambarkan dengan lokasi bandar udara yang memperhatikan tingkat prioritas pengembangan daerah perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia di kepulauan dan/atau di daratan.

g. Penanganan bencana, digambarkan dengan lokasi bandar udara yang memperhatikan kemudahan transportasi udara untuk penanganan bencana alam pada wilayah sekitarnya.

h. Prasarana memperkokoh Wawasan Nusantara dan kedaulatan negara, digambarkan dengan titik-titik lokasi bandar udara yang dihubungkan dengan jaringan dan rute penerbangan yang mempersatukan wilayah dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pembangunan bandara International Jawa Barat yang harusnya memiliki seluruh peran tersebut sebagai standard bandar udara yang layak. Namun, pembangunan BIJB ini tidak memiliki peran dalam point kedua yaitu mengenai pertumbuhan dan stabilitas ekonomi serta keselarasan pembangunan nasional dan pembangunan daerah yang digambarkan sebagai lokasi dan wilayah di sekitar bandar udara. Pembangunan BIJB ini sangat tidak selaras dengan lokasi dan wilayah di sekitar Bandar udara yang memiliki kehidupan pedesaan yang hanya menggantungkan kehidupan pada sektor pertanian.

Pembangunan Bandara International Jawa Barat di kecamatan Kertajati kabupaten Majalengka ini akan memakan 1800 ha. Studi kelayakan bandara tersebut telah dilakukan sejak tahun 2004. Ijin lokasi Penetapan Lokasi Bandar sudah dikeluarkan Departemen Perhubungan sejak 17 Mei 2005. Bandara internasional Kertajati akan melayani penumpang dan cargo dengan sistem double runway hingga 4.000 meter. Fokus pembangunan diutamakan pada Run Way (3.000 meter) dan Taxi

(10)

10

Way (3.500 meter). Bandara ini akan dilengkapi pesawat jenis Boeing 737-400 hingga Airbus.

Lahan BIJB ini 90% adalah area persawahan yang masih produktif dan subur. Majalengka pun terancam kehilangan ribuan ton gabah s ebab lahan yang digunakan BIJB memproduksi 70 ton gabah/ hektar. Pemerintah daerah Majalengka pun mau tidak mau harus medapatkan beras dari luar Majalengka. Harga beras pun akan meningkat di pasaran. Tentu saja ini sangat merugikan masyarakat majalengka.

C. Dampak Terhadap Kesejahteraan Masyarakat

Adanya pembangunan BIJB ini potensi terhadap peningkatan pengangguran pada wilayah kecamatan Kertajati sangat besar karena sebagian besar penduduknya yang memiliki mata pencaharian dari sektor pertanian akan kehilangan mata pencaharian utama. Kultur masyarakat setempat yang masih kental dengan pola masyarakat agraris akan sangat angat sulit bagi masyarakat agraris untuk berpindah pola ke industri ataupun ke pekerjaan lain. Apalagi dengan tingkat pendidikan rata-rata di 11 desa tersebut yang masih sangat rendah. Sehingga pesimis kalau kelak masyarakat yang terusir akan ikut menikmati pembangunan bandara tersebut.

Permasalahan dari bidang lingkungan juga akan memberikan dampak terhadap rusaknya lahan hijau dan kemungkinan tingkat polusi diakibatkan oleh pembangunan yang ditimbulkan dengan adanya pembangunan BJBI ini. Hal ini juga memberikan dampak terhadap sosial dan kultural masyarakat yang rata-rata memiliki tingkat pendidikan rendah dan sosialisasi yang dilakukan pemerintah daerah setempat yang telah memberikan sosialisasi dinilai memiliki kebohongan tersendiri dikarenakan banyaknya hal-hal yang tidak transparan.

Pembangunan bandara international di 11 desa di wilayah Kertajati ini akan mempercepat proses pemiskinan masyarakat desa yang saat ini memang masih tergolong miskin. Bahkan kecamatan Kertajati adalah kecamatan termiskin di kabupaten Majalengka. Pemprov Jabar

(11)

11

lebih banyak menebar kebohongan terhadap warga baik menyangkut amdal, masa depan warga maupun rencana besar dari bandara itu sendiri.

(12)

12

D. Penutup

Pembangunan BIJB merupakan suatu kebijakan pemerintah dalam upaya peningkatan sarana transportasi udara serta peningkatan terhadap PAD (Pendapatan Asli Daerah) propinsi jawa barat, tetapi jika melihat lebih dalam terhadap permasalahan penetapan lokasi yang dijadikan untuk pembangunan BIJB terlihat jelas bahwa pemerintah daerah tidak melaksanakan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 70 tahun 2001 tentang kebandarudaraan mengenai penetapan lokasi, penguasaan dan penggunaan tanah, perairan serta ruang udara di bandar udara umum. Pembangunan BIJB ini dianggap tidak sesuai dengan pasal 9 ayat 2, yang berbunyi bahwa penetapan luas tanah dan/atau perairan dan ruang udara

harus didasarkan pada penatagunaan tanah dan/atau perairan dan ruang udara yang menjamin keserasian dan keseimbangan dengan kegiatan dalam bidang lain di kawasan letak Bandar udara umum.

Penetapan lokasi pembangunan bandara di Majalengka dianggap tidak tepat. Sebab pemerintah tidak menyelaraskan antara pembangunan bandara dengan kegiatan masyarakat Majalengka yang masih sangat bergantung pada sektor pertanian. Pembangunan bandara ini merengut nasib ribuan rakyat di 11 desa. Beralih profesi tidaklah mudah bagi mereka, karena tingkat pendidikan yang rendah. Sebagian warga yang telah terenggut lahannya, memilih jalan pintas menjadi tenaga kerja Indonesia di negara lain. Tentu saja itu bukan hal yang mereka inginkan, karena tidak jarang kepulangan tenaga kerja Indonesia hanya tinggal sebuah nama dan derita pilu bagi keluarga.

Penetapan suatu kebijakan pemerintah perlu untuk melibatkan masyarakat di dalamnya dan perlu untuk memberikan berbagai masukan serta tindakan

(13)

13

terhadap berbagai permasalahan yang ditimbulkan dalam penetapan kebijakan guna mencapai kesejahteraan yang sesungguhnya.

(14)

14

REFERENCES

.

Anderson, J. E. (1979). Public Policy Making. New York: Holt, Rinehart and Winston.

Denhardt, J. V. (2004). The New Public Service: Serving, Not Steering. New York: M.E. Sharpe

Dye, T. R. (1981). Understanding public policy. New Jersey: Pretice-Hall.

Hughes, O. E. (1994). Public Management and Administration: An introduction.

New York: St.Martin's Press.

Muluk, M. K. New Public Service dan pemerintahan lokal partisipatif. Jakarta: Universitas Indonesia.

Subarsono, A. (2005). Analisis Kebijakan Publik: konsep, teori dan aplikasi.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

White, L. D. (1955). An Introduction to the study of public administration. New York: The Macmillan Company.

Referensi

Dokumen terkait

Pembukaan Penaw aran tidak dilaksanakan, karena jum lah pesert a yang m em asukan dokumen penaw aran kurang dari 3 (tiga) pesert a. Demikian pem beritahuan ini disam

Surat Keputusan MENINVES/ Ketua BKPM (Badan Kordinasi Penanaman Modal) Nomor 15/SK/1993 tentang Tata Cara Permohonan Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman

Pada hari ini Jumat tanggal Dua Puluh Lima bulan September tahun Dua Ribu Lima Belas kami Pokja Konstrusi Pekerjaan Konstruksi TTG Sarana Air Minum Desa Gelangsar ULP Kabupaten

Hasil survei menunjukkan bahwa profil pemenuhan standar praktik kefarmasian beberapa apotek di kota Medan saat ini adalah sebagai berikut: hasil rerata poin kumulatif

d. Menguasai dan memahami Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah dan produk hukum lainnya serta daerah binaan yang dijadikan sasaran sebelum dilakukan pembinaan...

A Efek utang yang beresiko investasi rendah dan memiliki kemampuan dukungan obligor yang kuat dibanding entitas Indonesia lainnya untuk memenuhi kewajiban financialnya sesuai

ÉKRANISASI NOVEL CARMAD KARYA TJANDRAHAYAT KANA PILEM BOSS CARMAD KARYA CHAERUL UMAM (Uilikan Struktural).. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Pengguna data mengakui bahwa BPS tidak bertanggung jawab atas penggunaan data atau interpretasi atau kesimpulan berdasarkan penggunaan data apabila tidak diketahui atau