• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA HILIRISASI INDUSTRI PERTANIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA HILIRISASI INDUSTRI PERTANIAN"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

HILIRISASI INDUSTRI PERTANIAN

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

(2)

DAFTAR ISI

A

KINERJA SEKTOR INDUSTRI

3

B

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL

8

(3)
(4)

(tahun dasar 2000, persen)

Sumber : BPS diolah Kemenperin; * ) Angka Sementara

LAPANGAN USAHA 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 TW 1*2011

1. PERTANIAN, PETERNAKAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN 2.82 2.72 3.36 3.47 4.83 3.98 2.86 3.42 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN -4.48 3.20 1.70 1.93 0.71 4.44 3.48 4.55

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 6.38 4.60 4.59 4.67 3.66 2.16 4.48 4.99

a. Industri Migas -1.95 -5.67 -1.66 -0.06 -0.34 -2.19 -2.31 (3.79) b. Industri Non Migas 7.51 5.86 5.27 5.15 4.05 2.56 5.09 5.75 4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 5.30 6.30 5.76 10.33 10.93 14.29 5.31 4.23

5. B A N G U N A N 7.49 7.54 8.34 8.53 7.55 7.07 6.98 5.31

6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 5.70 8.30 6.42 8.93 6.87 1.30 8.69 7.85 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 13.38 12.76 14.23 14.04 16.57 15.50 13.45 13.83 8. KEUANGAN, PERSEWAAN & JASA PERSH. 7.66 6.70 5.47 7.99 8.24 5.05 5.65 7.29

9. JASA - JASA 5.38 5.16 6.16 6.44 6.24 6.42 6.01 7.01

PRODUK DOMESTIK BRUTO 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.58 6.10 6.46

PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS 5.97 6.57 6.11 6.95 6.47 4.96 6.56 6.92

(5)

Pertumbuhan industri manufaktur non-migas selama triwulan I tahun 2011

mampu tumbuh sebesar 5,75%. Pertumbuhan ini jauh lebih tinggi dari

pertumbuhan selama tahun 2010 sebesar 5,09%.

Tabel Pertumbuhan Industri Manufaktur Non Migas s.d. Triwulan I Tahun 2011

LAPANGAN USAHA

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

TW1

1). Makanan, Minuman dan Tembakau

2,75

7,21

5,05

2,34

11,22

2,73

4,01

2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki

1,31

1,23

-3,68

-3,64

0,60

1,74

10,39

3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya.

-0,92

-0,66

-1,74

3,45

-1,38

-3,50

-0,40

4). Kertas dan Barang cetakan

2,39

2,09

5,79

-1,48

6,34

1,64

4,24

5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet

8,77

4,48

5,69

4,46

1,64

4,67

-0,07

6). Semen & Brg. Galian bukan logam

3,81

0,53

3,40

-1,49

-0,51

2,16

4,26

7). Logam Dasar Besi & Baja

-3,70

4,73

1,69

-2,05

-4,26

2,56

18,22

8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya

12,38

7,55

9,73

9,79

-2,87

10,35

8,84

(6)

Sumber : BPS, diolah Kemenperin

No URAIAN 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Januari-April Perubahan (%) 2010 2011

1 Pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit 3,247.53 4,840.3 5,419.2 6,407.3 10,476.8 17,253.8 3,884.6 6,175,2 58.97 2 T e k s t i l 7,033.94 7,626.2 8,584.9 9,422.8 9,790.1 11,205.5 3,428.8 4,414.7 28.75 3 Besi Baja, Mesin-mesin dan

Otomotif 3,759.99 4,581.8 5,949.7 7,712.7 9,606.9 10,840.0 3,449.4 4,420.0 28.14 4 Pengolahan Karet 2,089.70 2,954.1 3,545.8 5,465.2 6,179.9 9,522.6 2,797.2 5,122.7 83.14 5 Elektronika 6,109.50 7,142.5 7,853.0 7,200.2 6,359.7 9,254.6 2,840.3 2,919.3 2.78 6 Pengolahan Tembaga, Timah dll. 1,187.13 2,165.1 3,133.5 4,134.0 6,156.0 6,506.0 2,043.3 2,839.1 38.94 7 Pulp dan Kertas 2,798.55 2,817.6 3,257.5 3,983.3 4,440.5 5,708.2 1,748.4 1,901.0 8,73 8 Kimia Dasar 2,049.72 2,640.1 2,750.2 3,521.4 4,492.5 4,577.7 1,508.7 2,081.4 37.96 9 Pengolahan Kayu 4,381.41 4,461.6 4,476.3 4,757.6 4,485.1 4,280.3 1,525.5 1,392.2 -8.74 10 Makanan dan Minuman 1,138.83 1,440.1 1,647.9 1,866.0 2,374.8 3,219.6 904.8 1,313.0 45.11 11 Kulit, Barang Kulit dan Sepatu/Alas

Kaki 1,399.22 1,553.0 1,683.7 1,913.2 2,006.6 2,665.6 754.8 1,059.3 40.33 12 Alat-alat Listrik 927.63 1,232.7 1,456.0 1,770.9 2,148.9 2,657.9 799.0 906.2 13.43

Total 12 Besar Industri 49,757.7 58,154.4 68,517.9 79,066.1 65,376.6 87,691.8 25,684.8 34,544.0 34.49 Total Industri 55,567.0 64,990.3 76,429.6 88,351.7 73,435.8 98,015.1 28,664.7 38,680.8 34.94

Non migas 66,428.4 79,589.1 92,012.3 107,894.2 97,491.7 129,739.5 38,678,6 50,027,6 29,34

Migas 19,231.6 21,209.5 22,088.6 29,126.3 19,018.3 28,039.6 8,893,3 11,881.3 33,60

Nilai US$ Juta

(7)

Sumber : BPS diolah Kemenperin;

LAPANGAN USAHA 2005 2006 2007 2008* 2009 2010 2011

Trw I 1). Makanan, Minuman dan Tembakau 28,58% 28,46% 29,80% 30,40% 33.16% 33.60% 33.69% 2). Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 12,40% 12,06% 10,56% 9,21% 9.19% 8.97% 9.45% 3). Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. 5,67% 5,97% 6,19% 6,43% 6.33% 5.82% 5.68%

4). Kertas dan Barang cetakan 5,45% 5,30% 5,12% 4,56% 4.82% 4.75% 4.72%

5). Pupuk, Kimia & Barang dari karet 12,25% 12,59% 12,50% 13,53% 12.85% 12.73% 12.17% 6). Semen & Brg. Galian bukan logam 3,95% 3,88% 3,70% 3,53% 3.43% 3.29% 3.26%

7). Logam Dasar Besi & Baja 2,96% 2,77% 2,58% 2,57% 2.11% 1.94% 2.10%

8). Alat Angk., Mesin & Peralatannya 27,81% 28,02% 28,69% 28,97% 27.33% 28.14% 28.19%

9). Barang lainnya 0,93% 0,95% 0,85% 0,80% 0.77% 0.76% 0.74%

(8)
(9)

1. Kebijakan Industri Nasional (Perpres 28/2008)

Kebijakan Industri Nasional (KIN) diamanatkan dalam Peraturan Presiden

Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2008 merupakan suatu arahan dan

kebijakan jangka menengah maupun jangka panjang, dalam rangka

mempercepat proses industrialisasi untuk mendukung pembangunan

ekonomi nasional sekaligus mengantisipasi dampak negatif globalisasi

dan liberalisasi ekonomi dunia dan perkembangan di masa yang akan

datang.

Visi Industri 2025: membawa Indonesia pada tahun 2025 menjadi

“Sebuah Negara Industri Tangguh di Dunia”.

Visi antara : membawa Indonesia pada tahun 2020 menjadi

Negara

(10)

BASIS INDUSTRI MANUFAKTUR INDUSTRI ANDALAN MASA DEPAN INDUSTRI ALAT ANGKUT SUMBERDAYA MANUSIA INDUSTRI AGRO PETRO KIMIA SEMEN BAJA DLL TPT SEPATU ELEKTRONIK DLL INDUSTRI BARANG MODAL

INDUSTRI KOMPONEN (BASIS U K M)

SDA TERBARUKAN SDA TIDAK TERBARUKAN

INDUSTRI TELEMATIKA KOMPETENSI INTI INDUSTRI DAERAH RESEARCH & DEVELOPMENT DAYA KREATIF

Industri saat

ini

Peta Panduan

STRATEGI PEMBANGUNAN INDUSTRI 1.Tujuan, Sasaran dan Maksud KIN 2.Strategi Operasional

i. Lingk Bisnis yang Kondusif ii. 35 Klaster industri Prioritas iii. Kompetensi Inti Industri di

daerah 1.Insentif FiskalFASILITAS PEMERINTAH 2.Insentif Nonfiskal

3.Kemudahan-kemudahan

Visi Industri 2025 (Visi antara 2020)

(11)

3. Sasaran Pembangunan Industri Nasional

Jangka Panjang

Jangka Menengah

(strategis)

Meningkatnya nilai tambah industri

Kuatnya industri manufaktur sehingga menjadi

world class industry

Kuatnya jaringan kerjasama (networking) antara IKM dan industri besar serta industri di dunia. Seimbangnya sumbangan IKM terhadap PDB dibandingkan sumbangan industri besar

Meningkatnya perluasan pasar domestik dan internasional

Meningkatnya kemampuan SDM industri, Research & Development

dan kewirausahaan

Meningkatnya penguasaan teknologi industri

Lengkap dan kuatnya struktur industri

(12)

TOP DOWN

Pengembangan 35

Klaster Industri Prioritas

yang dipilih

berdasarkan kemampuan nasional untuk bersaing di pasar

domestik dan internasional

BOTTOM UP

Pengembangan industri pengolahan komoditi unggulan

daerah

menuju

Kompetensi

Inti

Industri

Daerah

(pemberdayaan produk industri unggulan daerah)

Implementasi pembangunan industri nasional dilakukan secara

sinergi dan terintegrasi di seluruh daerah dengan

2 (dua)

(13)

IKM Tertentu

Industri Penunjang Industri Kreatif

Basis Industri Manufaktur

Alat Angkut

Agro

Elektronika & Telematika

1. Industri Material Dasar (baja, semen, petrokimia, keramik)

2. Industri Permesinan (mesin listrik & peralatan listrik, mesin peralatan umum) 3. Industri Manufaktur Padat Tenaga Kerja

(tekstil & produk tekstil, alas kaki)

1.Pengolahan Kelapa sawit 2.Karet dan Barang Karet 3.Kakao 4.Pengolahan Kelapa 5.Pengolahan Kopi 6.Gula 1.Kendaraan Bermotor 2.Perkapalan 3.Kedirgantaraan 4.Perkeretaapian 1. Elektronika 2. Telekomunikasi

3. Komputer dan Peralatannya

1.Batu Mulia dan Perhiasan 2.Garam

3.Gerabah & Keramik Hias 4.Minyak Atsiri

5.Makanan Ringan

1. Perangkat Lunak & Konten Multimedia

2. Fashion

3. Kerajinan & Barang Seni

7. Hasil Tembakau 8. Pengolahan Buah 9. Furniture 10.Pengolahan Ikan 11.Kertas 12.Pengolahan Susu 35 industri prioritas dari 365 industri, dengan :  total output 78% total ekspor 83% Catatan:

(14)
(15)

Industri Padat Karya

Industri Kecil dan

Menengah

Industri Barang Modal

Industri Berbasis

Sumber Daya Alam

Industri

Pertumbuhan

Tinggi

Industri Prioritas

Khusus

Industri Tekstil

Industri Alas Kaki

Industri Furniture

Industri Gula

Industri Pupuk

Industri Petrokimia

Industri Otomotif,

Elektronika dan

Telematika

Industri Permesinan

Industri Perkapalan

Industri Hilir Kelapa Sawit

Industri Fesyen

Industri Kerajinan

Industri Batu Mulia

Industri Keramik

Industri Minyak Atsiri

(16)

1. Pengembangan Kelapa Sawit

2. Pengembangan Karet

3. Pengembangan Batubara

4. Pengembangan Nikel

5. Pengembangan Tembaga

6. Pengembangan Minyak dan

Gas

7. Pengembangan Industri

Makanan – Minuman (rumput

laut, gula)

8. Pengembangan Industri Tekstil

9. Pengembangan Industri Mesin

dan Peralatan Transportasi

10. Pengembangan Industri

Perkapalan

11. Pengembangan Industri Baja

12. Pengembangan Industri

Aluminium

13. Pengembangan Industri

Telematika

14. Pengembangan Industri Kakao

A. Industri 1. Pengembangan Industri Baja 2. Pengembangan Industri Makanan - Minuman 3. Pengembangan Industri Tekstil 4. Pengembangan Industri Mesin dan Peralatan Transportasi 5. Pengembangan Industri Perkapalan 6. Pengembangan Industri Alutsista E. Pertanian 13. Pengembangan Kelapa Sawit 14. Pengembangan Karet 15. Pengembangan Pertanian Pangan 16. Pengembangan Industri Kakao 17. Perkayuan 18. Peternakan F. Kelautan 19.Pengembangan Perikanan G. Pariwisata 20.Pengembangan Pariwisata C. Telematika 10.Pengembangan Industri Telematika H. Kawasan Strategis

21.Kawasan Selat Sunda 22.Kawasan Jabodetabek B. Pertambangan 7. Pengembangan Nikel 8. Pengembangan Tembaga 9. Pengembangan Industri Bauksit /Aluminium

15 Aktivitas Ekonomi diantaranya

merupakan Bidang Usaha Industri,

yaitu:

(17)

Industri Agro merupakan industri andalan masa depan, karena didukung

oleh sumber daya alam yang cukup potensial.

Pemanfaatan sumber daya alam sebagai bahan baku industri agro akan

mempunyai efek berganda yang luas, seperti : 1). penguatan struktur

industri, 2). Peningkatan nilai tambah, 3). pertumbuhan sub sektor

ekonomi lainnya, 4). pengembangan wilayah industri, 5). perluasan

lapangan kerja, 6). perolehan devisa.

Pemanfaatan sumber daya alam sebagai bahan baku industri agro belum

maksimal, dan sebagian besar bahan baku diekspor dalam bentuk primer

(bahan mentah).

(18)

KINERJA EKSPOR DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI AGRO

• Kinerja Ekspor Industri Agro

(19)

Terkait dengan hilirisasi industri pertanian, industri yang akan

dikembangkan antara lain

:

1. Industri Hilir Kelapa Sawit

2.Industri Hilir Kakao

3.Industri Hilir Karet

4.Industri Rumput Laut

5.Industri Gula

(20)

1) Industri Hilir Kelapa Sawit

LATAR BELAKANG

•Indonesia merupakan negara produsen Minyak Mentah Sawit (CPO & CPKO) terbesar di dunia

•Produksi CPO pada tahun 2010 lebih dari 22 juta ton

•Ekspor CPO tahun 2010 sebesar 13,3 Juta Ton atau 59,23% dari total produksi, sisanya sebesar 9,1Juta Ton diolah di dalam negeri.

PERMASALAHAN UTAMA

•Belum memadainya infrastruktur secara umum seperti pelabuhan, jalan dan transportasi, termasuk energi (gas bumi dan listrik)

•SDM di bidang pengembangan industri hilir CPO masih kurang

•Masih belum memadainya Litbang untuk pengembangan industri hilir kelapa sawit

•Masih rendahnya minat investor di bidang industri hilir kelapa sawit

TARGET

•Terfasilitasinya pembangunan infrastruktur kawasan industri di Sei Mangkei (Sumut), Dumai-Kuala enok (Riau) dan Maloy (Kaltim) •Meningkatnya daya saing industri hilir CPO •Meningkatnya investasi industri hilir sawit •Meningkatnya kemampuan SDM industri hilir kelapa sawit

•Meningkatnya nilai tambah CPO dan

RENCANA AKSI

•Pengembangan klaster industri di lokasi pengembangan koridor ekonomi;

•Pengembangan infrastruktur di lokasi pengembangan klaster; •Meningkatkan kualitas SDM melalui penyusunan dan

penerapan SKKNI industri kimia berbasis kelapa sawit; •Pendirian Lembaga Riset dan Inovasi Kelapa Sawit;

•Diversifikasi produk oleochemical yang bernilai tambah tinggi melalui peningkatan R & D;

•Pengembangan teknologi proses yang efisien dan berwawasan lingkungan;

(21)

2) Industri Hilir Kakao

LATAR BELAKANG

•Indonesia merupakan produsen No.3 di Dunia dengan total produksi pada tahun 2010 mencapai 600.000 ton dan diperkirakan pada tahun 2020 jumlah produksi industri kakao diprediksi akan mencapai 2 juta ton. •Ekspor kakao pada tahun 2010 mencapai 432.426 ton atau 72,1% dari total produksi nasional, sisanya sebesar 167.574 ton diolah di dalam negeri.

•Sentra produksi biji kakao berkembang di Indonesia seperti Sulawesi dengan luas areal tanaman 857.757 Ha (60,18%), Sumatera 286.121 Ha (20,08%), Kalimantan 47.826 Ha (3,36%), Jawa 82.623 Ha (5,08%),

NTT+NTB+BALI 62.507 Ha (4,39%), MALUKU+PAPUA 86.266 Ha (6,05%).

•Produk turunan kakao yang potensial untuk

dikembangkan di masa mendatang adalah : cocoa liquor, cocoa cake, cocoa butter, cocoa powder, makanan olahan dan minuman cokelat

TARGET

•Meningkatnya investasi industri hilir kakao •Meningkatnya diversifikasi industri hilir kakao

•Meningkatnya pangsa pasar industri hilir kakao di dalam

PERMASALAHAN UTAMA

•Utilisasi kapasitas produksi industri olahan kakao masih rendah (40%)

•Belum berkembangnya industri hilir yang mengolah biji kakao khususnya non pangan

•Terbatasnya R&D untuk diversifikasi produk olahan kakao dan masih rendahnya pemanfaatan fasilitas R & D,

•Rendahnya konsumsi coklat di dalam negeri 60 gram/kapita/tahun sedangkan negara lain seperti Malaysia dan Singapura sudah mencapai diatas 500 gram/kapita/tahun.

•Kurangnya pembangunan infrastruktur di sentra-sentra produksi biji kakao (akses jalan dan pelabuhan) seperti : Mamuju, Pantoloan, Kolaka dan Palopo.

•Produktivitas on farm masih rendah (rata-rata 600 kg/Ha) •Sistem perdagangan biji kakao di tingkat petani dikuasai eksportir asing

•Mutu biji kakao masih rendah (kadar kotoran, jamur, serangga) dan tidak difermentasi

RENCANA AKSI

•Mendorong pengembangan industri pengolahan kakao terutama di lokasi sumber bahan baku;

(22)

3) Industri Hilir Karet

LATAR BELAKANG

•Saat ini Indonesia adalah produsen terbesar kedua dunia setelah Thailand, dan diproyeksikan menjadi produsen terbesar setelah tahun 2015. Industri karet adalah industri yang memiliki nilai tambah besar dari hulu sampai hilir.

•Produksi karet Indonesia pada tahun 2010 mencapai 2,6 juta ton dan diproyeksikan mampu mencapai 4,4 juta ton pada tahun 2020.

•Ekspor karet pada tahun 2010 mencapai 2,2 juta ton atau 85,55% dari total produksi dan sisanya 0,37 juta ton dimanfaatkan di dalam negeri

•Produk-produk karet potensial yang diproduksi, antara lain : ban, sarung tangan, alas kaki, komponen otomotif, komponen elektronika, maupun untuk keperluan rumah tangga.

PERMASALAHAN UTAMA

•Belum tersedianya insentif fiskal yang kompetitif dibandingkan negara lain.

•Produk crumb rubber lebih dominan diekspor (85%) dan hanya sebagian kecil yang diserap dalam negeri, yaitu 422 ribu ton atau 15%.

•Masih tingginya impor sebagian barang-barang karet dan Bahan penolong industri karet yang merupakan peluang pengembangan.

•Masih rendahnya daya saing Industri karet hilir di pasar Asia

TARGET

•Meningkatnya investasi industri hilir karet

•Berkembangnya industri karet sintetis dan industri kimia karet

•Menguatnya struktur industri karet

•Terlaksananya perbaikan infrastruktur pasokan

RENCANA AKSI

• Pengembangan klaster industri hilir karet di dekat lokasi pengembangan koridor ekonomi dan sumber bahan baku;

• Pengembangan infrastruktur (seperti : jalan, pelabuhan) di lokasi pengembangan;

• Peningkatan kemampuan SDM;

• Pengawasan terhadap pelaksanaan penerapan SNI BOKAR

(23)

4) Industri Rumput Laut

LATAR BELAKANG

•Potensi lahan yang tersedia di Indonesia cukup besar yaitu lebih dari 1,38 Juta hektar dan baru termanfaatkan sekitar 222.000 hektar

•Rumput laut memiliki aplikasi untuk >500 jenis “end products”, Serta relatif lebih ekonomis dibandingkan zat additive sejenis lainnya antara lain gelatin dan gums.

•Produk rumput laut yang mempunyai nilai

tambah tinggi dan potensial untuk dikembangkan antara lain seperti Alkali trated Carragenan, Semi Refined Carragenan agar-agar dan alginat.

PERMASALAHAN UTAMA

•Tidak adanya kepastian jaminan pasokan bahan baku.

•Terbatasnya kekuatan penetrasi pasar dalam negeri maupun ekspor.

•Belum berkembangnya teknologi pengolahan rumput laut dan pemanfaatan produk hidrokoloid. •Terbatasnya jaringan infrastruktur pendukung seperti transportasi, energi, dan pelabuhan di sentra-sentra potensi rumput laut.

•Belum berkembangnya industri penyedia bahan pendukung dan penghasil alat pengolahan.

•Terbatasnya kualitas SDM dan belum berkembangnya R & D di sektor rumput laut.

RENCANA AKSI

•Pengembangan Kawasan Industri •Pengembangan pasar

•Peningkatan kegiatan penelitian dan

TARGET

•Terfasilitasinya pembangunan infrastruktur kawasan industri rumput laut di Kawasan Timur Indonesia

•Meningkatnya pangsa pasar industri rumput laut di dalam negeri (30%) dan luar negeri (70%) •Meningkatnya nilai tambah rumput laut dan

(24)

5) Industri Gula

LATAR BELAKANG

•Gula merupakan salah satu komoditi penting dalam perekonomian nasional

•Jenis Gula:

1) Gula Konsumsi Langsung (GKP) 2) Gula untuk Industri (GKR)

•Industri gula Indonesia pernah mencapai puncak produksi pada tahun 1929 sebesar 3 juta ton yang dihasilkan oleh 179 Pabrik Gula (PG) yang didukung dengan areal 200 ribu ha atau tingkat produktivitas gula 15 ton/ha dan menempatkan Indonesia menjadi negara pengekspor ke 2 di dunia setelah Kuba.

•Namun sejak 1930 dengan adanya resesi dunia (Malaise) dan disusul dengan perang dunia II dan perang kemerdekaan, sebagian besar pabrik gula mengalami kehancuran yang

kemudian pada saat kemerdekaan tersisa pabrik gula sebanyak 55 unit yang beroperasi dan kemudian di nasionalisasi 1957. •Saat ini terdapat 61 PG, 48 PG berada di Jawa dan 13 PG di luar Jawa yang tersebar di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Selatan dan Gorontalo. Dari jumlah PG tersebut di atas, 51 (lima puluh satu) PG milik pemerintah dan 10 (sepuluh) PG milik swasta.

PERMASALAHAN UTAMA

1.Produktivitas lahan yang rendah dan efisiensi pabrik yang tidak optimal sehingga rendemen yang dihasilkan rendah. 2.Kurangnya kemampuan investasi PG BUMN.

3.Masih banyak PG yang kapasitasnya kecil, jauh dibawah kapasitas keekonomiannya.

RENCANA AKSI

1.Melakukan investasi dalam rangka peningkatan kapasitas produksi, efisiensi dan mutu gula. .

2.Penguatan industri permesinan nasional untuk mendukung program revitalisasi industri gula.

3.Bantuan langsung mesin/peralatan kepada PG existing. 4.Melakukan Audit Teknologi terhadap PG

5.Tersusunnya Business Plan Pembangunan PG Baru di Empat Wilayah (Kab. Merauke-Papua, Kab. Purbalingga-Jateng, Kab. Konawe Selatan-Sultra, Kab. Sambas-Kalbar). 6.Fasilitasi perolehan lahan untuk pembangunan PG baru. TARGET

•Pemantapan kapasitas produksi melalui modernisasi permesinan PG existing

•Peningkatan kapasitas terpasang

(25)

Gambar

Tabel Pertumbuhan Industri Manufaktur Non Migas s.d. Triwulan I Tahun 2011

Referensi

Dokumen terkait

standarisasi bertaraf internasional terhadap seluruh produk domestik yang berasal dari alam, pengembangan pasar domestik harus tetap dilakukan agar dapat menyerap produk apabila

Izin Usaha Industri atau izin sejenis sebagaimana dimaksud pada huruf a, akta pendirian perusahaan dan perubahannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf a,

(1) Terhadap semua jenis industri yang pemberian izinnya dilimpahkan kepada Kepala Kantor Wilayah atau Kepala Kantor Departemen Perindustrian dan Perdagangan sebagaimana dimaksud

Menetapkan: PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG PENETAPAN KELOMPOK INDUSTRI YANG DAPAT MEMANFAATKAN TARIF BEA MASUK DENGAN SKEMA USER SPECIFIC DUTY FREE SCHEME (USDFS)

f) Peta panduan pengembangan industri kecil dan menengah tertentu. Peta Panduan Pengembangan Klaster Industri Prioritas akan disusun dan ditetapkan oleh Menteri yang

makanan lain, (8) industri minuman, (9) Pengembangan klaster industri industri rokok, (10) industri pengolahan prioritas secara umum juga mendorong kayu; dan (c) Kelompok

Industri Pertahanan adalah industri nasional yang terdiri atas Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Swasta baik secara sendiri maupun berkelompok yang

Pembangunan Industri Nasional (1a), Kebijakan mengenai 32 jenis industri prioritas dan pembangunan berbasis pendekatan klaster yang merupakan rumusan top-down (1b),