• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEPUTUSAN INVESTASI, KEPUTUSAN PENDANAAN, DAN KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KEPUTUSAN INVESTASI, KEPUTUSAN PENDANAAN, DAN KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEPUTUSAN INVESTASI, KEPUTUSAN PENDANAAN, DAN KEBIJAKAN DEVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

(Study Empiris Pada Industri Manufaktur Yang Listing Di Bei) Oleh

Budi Wahono*) dan Irma Nurul Rochmah**) Abstract

This study aimed to determine the effect of investment decisions, financing decisions, and dividend policy on firm value. The population in this study is a manufacturing company listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) as many as 157 companies. The research sample was determined by using purposive sampling.

Based on the analysis some conclusions can be drawn as follows: a) investment decisions, financing decisions, and simultaneously affect dividend policy on firm value, b) investment decisions, financing decisions, dividend policy and the partial effect on firm value, c) the dividend policy dominant effect on firm value

Keyword: investment decisions, financing decisions, dividend policy and corporate value

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tujuan perusahaan dalam jangka panjang adalah mengoptimalkan nilai perusahaan (Wahyudi dan Pawestri, 2006). Nilai perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya (Fama, 1978; Wright dan Ferris, 1997). Harga saham di pasar modal terbentuk berdasarkan kesepakatan antara permintaan dan penawaran investor, sehingga harga saham merupakan fair price yang dapat dijadikan sebagai proksi nilai perusahaan (Hasnawati, 2005a dan 2005b). Optimalisasi nilai perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen keuangan, dimana satu keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan lainnya dan berdampak pada nilai perusahaan (Fama dan French, 1998). Menurut Hasnawati (2005b), manajemen keuangan menyangkut penyelesaian atas keputusan penting yang diambil perusahaan, antara lain keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan deviden. Suatu kombinasi yang optimal atas ketiganya akan memaksimumkan nilai perusahaan yang selanjutnya akan meningkatkan kemakmuran kekayaan pemegang saham.

Bursa Efek Indonesia (BEI, 2008) menyebutkan bahwa deviden adalah bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Deviden berupa deviden kas dan deviden saham. Deviden kas adalah bagian laba dalam bentuk uang yang dibagikan kepada pemegang saham. Deviden saham adalah bagian laba dalam bentuk saham yang dibagikan kepada pemegang saham. Besarnya deviden tergantung pada kebijakan deviden perusahaan.

Hasnawati (2005b) menemukan bahwa keputusan investasi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Keputusan yang menyangkut investasi akan menentukan sumber dan bentuk dana untuk pembiayaannya. Masalah yang harus dijawab dalam keputusan pendanaan yang dihubungkan dengan sumber dana adalah apakah sumber internal atau eksternal, besarnya hutang dan modal sendiri, dan bagaimana tipe hutang dan modal yang akan digunakan, mengingat struktur pembiayaan akan menentukan cost of capital yang akan menjadi dasar penentuan required return yang diinginkan (Hasnawati, 2005a).

(2)

Para investor memiliki tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan dengan mengharapkan pengembalian dalam bentuk deviden maupun capital gain, sedangkan perusahaan mengharapkan pertumbuhan secara terus menerus untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus memberikan kesejahteraan kepada para pemegang sahamnya, sehingga kebijakan deviden penting untuk memenuhi harapan pemegang saham terhadap deviden dengan tidak menghambat pertumbuhan perusahaan di sisi lain. Deviden yang diterima pada saat ini akan mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada capital gain yang akan diterima di masa yang akan datang, sehingga investor yang tidak bersedia berspekulasi akan lebih menyukai deviden daripada capital gain (Prihantoro, 2003). Menurut Hasnawati (2005a), fenomena yang terjadi di Bursa Efek Indonesia menunjukkan bahwa nilai perusahaan yang diproksi melalui nilai pasar saham mengalami perubahan meskipun tidak ada kebijakan keuangan yang dilakukan perusahaan. Nilai perusahaan berubah lebih disebabkan oleh informasi lain seperti situasi sosial dan politik.

Pemegang saham adalah pemilik dari sebuah perseroan terbatas, dan mereka membeli saham karena mereka ingin mendapatkan pengembalian keuangan. Dalam kebanyakan kasus, pemegang saham akan memilih direksi, yang kemudian akan menunjuk para manajer untuk menjalankan perusahaan secara harian. Manajer bekerja mewakili para pemegang saham, artinya mereka hendaknya mematuhi kebijakan yang dapat meningkatkan nilai para pemegang saham (Brigham dan Houston, 2006). Oleh karena itu, secar normative tujuan dari pengelolaan keuangan perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan, yang tercermin dari harga sahamnya (Wright dan Ferris, 1997, Walker, 2000 dan Qureshi, 2006).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah tersebut, maka dapat ditarik pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan deviden berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan pada Industri Manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan deviden berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan pada Industri Manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia?

3. Manakah diantara keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan deviden berpengaruh dominan terhadap nilai perusahaan pada Industri Manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui dan menganalisa keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan deviden berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan pada Industri Manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk mengetahui dan menganalisa keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan deviden berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan pada Industri Manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia.

3. Untuk mengetahui dan menganalisa manakah diantara keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan deviden berpengaruh dominan terhadap nilai perusahaan pada Industri Manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia.

(3)

1.4 Kontribusi Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa konstribusi, diantaranya: 1. Dapat melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya serta memberikan informasi

dan referensi tambahan mengenai sejauh mana keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan deviden mempengaruhi nilai perusahaan.

2. Dapat memperoleh gambaran dan tambahan informasi mengenai bagaimana pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan, sehingga dengan adanya informasi ini, maka dapat digunakan oleh investor maupun calon investor sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan aktivitas investasi.

3. Sebagai bahan pertimbangan manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan deviden, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan pemegang saham sekaligus perusahaan.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keputusan Investasi

Menurut Wahyudi dan Pawestri (2006), nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Pengeluaran investasi memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan (signaling theory). Nilai perusahaan semata-mata ditentukan oleh keputusan investasi (Fama 1978). Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa keputusan investasi penting, karena untuk mencapai tujuan perusahaan hanya akan dihasilkan melalui kegiatan investasi perusahaan. Jenis pengeluaran modal memiliki pengaruh besar terhadap nilai perusahaan karena informasi tersebut membawa informasi tentang pertumbuhan pendapatan yang diharapkan di masa yang akan datang (Hasnawati, 2005b).

Myers (1977) memperkenalkan Investment Opportunity Set (IOS) pada studi yang dilakukan dalam hubungannya dengan keputusan investasi. IOS memberikan petunjuk yang lebih luas dengan nilai perusahaan tergantung pada pengeluaran perusahaan di masa yang akan datang, sehingga prospek perusahaan dapat ditaksir dari IOS. IOS didefinisikan sebagai kombinasi antara aktiva yang dimiliki (assets in place) dan pilihan investasi di masa yang akan datang dengan Net Present Value positif. Keputusan investasi didefinisikan sebagai kombinasi antara aktiva yang dimiliki (assets in place) dan pilihan investasi di masa yang akan datang dengan net present value positif (Myers, 1977). IOS tidak dapat diobservasi secara langsung (laten), sehingga dalam perhitungannya menggunakan proksi (Kallapur dan Trombley, 1999). Proksi IOS yang digunakan dalam penelitian ini adalah Price Earning Ratio (PER).

PER digunakan dalam penelitian ini karena menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin kecil PER, maka semakin baik karena berarti saham tersebut relatif murah bagi investor. Sebaliknya,semakin besar PER, maka semakin buruk karena berarti saham tersebut relatif mahal bagi investor. PER dihitung dalam satuan kali.

2.2 Keputusan Pendanaan

Menurut Brigham dan Houston (2001), peningkatan hutang diartikan oleh pihak luar tentang kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban di masa yang akan datang atau adanya risiko bisnis yang rendah, hal tersebut akan direspon secara positif

(4)

oleh pasar. Terdapat dua pandangan mengenai keputusan pendanaan. Pandangan pertama dikenal dengan pandangan tradisional yang menyatakan bahwa struktur modal mempengaruhi nilai perusahaan. Pandangan tradisional diwakili oleh dua teori yaitu Trade off Theory dan Pecking Order Theory. Pandangan kedua dikemukakan oleh Modigliani dan Miller (1958) yang menyatakan bahwa struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan.

Fama dan French (1998) menemukan bahwa investasi yang dihasilkan dari leverage memiliki informasi yang positif tentang perusahaan di masa yang akan datang, selanjutnya berdampak positif terhadap nilai perusahaan. Hasnawati (2005a) menemukan bahwa keputusan pendanaan mempengaruhi nilai perusahaan secara positif sebesar 16%. Wahyudi dan Pawestri (2006) menemukan bahwa keputusan pendanaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.Keputusan pendanaan didefinisikan sebagai keputusan yang menyangkut komposisi pendanaan yang dipilih oleh perusahaan (Hasnawati, 2005a). Keputusan pendanaan dalam penelitian ini dikonfirmasikan melalui Debt to Equity Ratio (DER). Rasio ini menunjukkan perbandingan antara pembiayaan dan pendanaan melalui hutang dengan pendanaan melalui ekuitas (Brigham dan Houston, 2001). Bursa Efek Indonesia (BEI, 2008) menyebutkan bahwa DER sering disebut dengan istilah rasio leverage karena menggambarkan struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dengan menggunakan DER dalam penelitian ini dapat dilihat struktur risiko tidak terlunasinya hutang. Semakin kecil DER, maka semakin baik, sebaliknya, semakin besar DER, maka semakin buruk karena risiko tidak terlunasinya hutang semakin besar.

2.3 Kebijakan Deviden

Merupakan bagian laba yang dibagikan kepada para pemegang saham suatu perseroan terbatas (PT) sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki. Sudarson (1993-273). Ketika perusahaan menetapkan suatu kebijkan deviden, manajemen harus memperhatikan kesejahteraan para pemegang saham, disamping harus menjaga pertumbuhan perusahaan dan mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.

Manajemen memiliki dua alternatif perlakuan terhadap penghasilan bersih (laba) setelah pajak, yaitu laba tersebut akan diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan atau akan dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen. Para pemegang saham biasanya menginginkan laba tersebut dibagikan dalam bentuk dividen, sedangkan manajer menginginkan laba tersebut diinvestasikan kembali. Apabila manajer menggunakan laba tersebut untuk berinvestasi pada proyek yang tidak menguntungkan, maka akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Apabila perusahaan mengalami kerugian, maka nilai perusahaan akan turun dan kinerja perusahaan menjadi semakin buruk, sehingga banyak perusahaan yang memilih menggunakan laba bersih perusahaan untuk dibayarkan sebagai dividen karena penurunan nilai perusahaan melalui investasi yang tidak menguntungkan yang dilakukan manajer dapat dihindari (Pramastuti, 2007).

Menurut Hatta (2002), terdapat sejumlah perdebatan mengenai bagaimana kebijakan deviden mempengaruhi nilai perusahaan. Pendapat pertama menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan, yang disebut dengan teori irrelevansi dividen. Pendapat kedua menyatakan bahwa dividen yang tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan, yang disebut dengan Bird in The Hand Theory. Pendapat ketiga menyatakan bahwa semakin tinggi dividend payout ratio suatu perusahaan, maka nilai perusahaan tersebut akan semakin rendah.

(5)

Dividend signaling theory pertama kali dicetuskan oleh Bhattacharya (1979). Dividend signaling theory mendasari dugaan bahwa pengumuman perubahan cash dividend mempunyai kandungan informasi yang mengakibatkan munculnya reaksi harga saham. Teori ini menjelaskan bahwa informasi tentang cash dividend yang dibayarkan dianggap investor sebagai sinyal prospek perusahaan di masa mendatang. Adanya anggapan ini disebabkan terjadinya asymmetric information antara manajer dan investor, sehingga para investor menggunakan kebijakan dividen sebagai sinyal tentang prospek perusahaan. Apabila terjadi peningkatan dividen akan dianggap sebagai sinyal positif yang berarti perusahaan mempunyai prospek yang baik, sehingga menimbulkan reaksi harga saham yang positif. Sebaliknya, jika terjadi penurunan dividen akan dianggap sebagai sinyal negatif yang berarti perusahaan mempunyai prospek yang tidak begitu baik, sehingga menimbulkan reaksi harga saham yang negatif.

Teori keagenan Jensen dan Meckling (1976) berpendapat bahwa dividen akan mengurangi konflik antara agents dan principals. Menurut Rozeff (1982), dividen dapat digunakan untuk mengurangi equity agency cost. Penelitian lain yang dilakukan oleh Subekti dan Kusuma (2001) menemukan bahwa pembayaran dividen tidak mempengaruhi perubahan harga saham. Fama dan French (1998) menemukan bahwa investasi yang dihasilkan dari kebijakan dividen memiliki informasi yang positif tentang perusahaan di masa yang akan datang, selanjutnya berdampak positif terhadap nilai perusahaan. Hasnawati (2005a) menemukan bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Wahyudi dan Pawestri (2006) menemukan bahwa kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

2.4 Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat (Hasnawati, 2005a dan 2005b). Nilai perusahaan dalam penelitian ini dikonfirmasikan melalui Price Book Value (PBV). PBV mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh (Brigham dan Houston, 2001). Bursa Efek Indonesia (BEI, 2008) menyebutkan bahwa rasio ini merupakan perbandingan antara harga saham dengan nilai buku saham (book value). Book Value (BV) merupakan perbandingan antara total ekuitas dengan jumlah saham yang diterbitkan oleh perusahaan. PBV digunakan dalam penelitian ini karena menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Semakin tinggi PBV, maka semakin baik karena berarti pasar percaya akan prospek perusahaan. Sebaliknya, semakin rendah PBV, maka semakin buruk karena berarti pasar tidak percaya akan prospek perusahaan.

2.5 Hipotesis

Menurut Asnawi dan Wijaya (2006:2), hipotesis dalam penellitian merupakan arahan penelitian (yang ingin diuji), karenanya peneliti harus berupaya sedemikian rupa sehingga hipotesisnya terbukti.

Berdasarkan tinjuan teori yang ada, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Diduga keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan deviden berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan.

(6)

H2 : Diduga keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan deviden berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan.

H3 : Diduga kebijakan deviden berpengaruh dominan terhadap nilai perusahaan.

3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang go public sebanyak 157 perusahaan dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedang sampel penelitian ini diperoleh dengan metode purposive sampling, dengan kriteria perusahaan manufaktur yang membagikan deviden kas dan periode penelitian adalah selama 3 tahun, yaitu tahun 2008-2010 dengan menggunakan data laporan keuangan, sehingga jumlah anggota sampel penelitian selama tahun 2008-2010 adalah sebanyak 64 perusahaan. Alasan mengapa perusahaan manufaktur dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini adalah karena industri-industri dengan regulasi yang tinggi seperti public utilities atau bank akan mempunyai debt equity ratio tinggi yang se-ekuivalen dengan tingginya risiko yang melekat pada industri yang bersangkutan daripada non regulated firms (Jensen dan Meckling, 1976).

3.2 Definisi Operasional Variabel 3.2.1 Keputusan Investasi

Keputusan investasi didefinisikan sebagai kombinasi antara aktiva yang dimiliki (assets in place) dan pilihan investasi di masa yang akan datang dengan net present value positif (Myers, 1977). Menurut Brigham dan Houston (2001), PER menunjukkan perbandingan antara closing price dengan laba per lembar saham (earning per share). Harga saham menggunakan closing price, sedangkan Earning Per Share (EPS) menggunakan perbandingan antara laba bersih dengan jumlah saham. Adapun indikator pengukurannya adalah:

3.2.2 Keputusan Pendanaan

Keputusan pendanaan dalam penelitian ini dikonfirmasikan melalui Debt to Equity Ratio (DER). Rasio ini menunjukkan perbandingan antara pembiayaan dan pendanaan melalui hutang dengan pendanaan melalui ekuitas (Brigham dan Houston, 2001). Adapun indikator pengukurannya adalah:

3.2.3 Kebijakan Deviden

Kebijakan deviden dalam penelitian ini dikonfirmasikan melalui Devidend Payout Ratio (DPR). Menurut Brigham dan Gapenski (1996), rasio pembayaran deviden adalah persentase laba yang dibayarkan kepada para pemegang saham dalam bentuk kas. DPR merupakan perbandingan antara deviden per lembar saham (DPS) dengan laba per lembar saham (EPS). Adapun indikator pengukurannya adalah:

3.2.4 Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan dalam penelitian ini dikonfirmasikan melalui Price Book Value (PBV). PBV mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh (Brigham dan Houston, 2001). Bursa Efek Indonesia (BEI, 2008) menyebutkan bahwa rasio ini

(7)

merupakan perbandingan antara harga saham dengan nilai buku saham (book value). Book Value (BV) merupakan perbandingan antara total ekuitas dengan jumlah saham yang diterbitkan oleh perusahaan.

3.5 Model Penelitian

Model Penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 sebagai berikut:

3.6 Metode Analisis Data

Sebelun melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dan pengujian asumsi klasik. Setelah memenuhi uji normalitas dan asumsi klasik, selanjutnya digunakan pengujian hipotesis, untuk menguji adanya hubungan antara variable dependen dengan variable independent baik secara simultan maupun parsial dengan menggunakan model regresi linier berganda.

Dalam analisa regresi linier berganda ini kinerja keuangan menjadi varibel terikat yang nilainya akan berubah bila variabel bebas berubah yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan, kebijakan deviden. Hubungan akan di uji secara bersama-sama dan hasil uji nantinya akan diketahui apakah hubungan yang ada cukup berarti (signifikan) atau tidak.

Model regresi linier yang digunakan adalah sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3 X3 + e Keterangan: Y = Nilai perusahaan a = Konstanta b1, b2, b3 = Koefisien Regresi X1 = Keputusan Investasi X2 = Keputusan pendanaan X3 = Kebijakan deviden e = Variabel Pengganggu

a. Uji normalitas data

Normalitas dideteksi dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (Ghozali, 2005). Ketentuan pengujian jika nilai signifikansi dari nilai hitung Kolmogorov-Smirnov di bawah nilai alpha (5%) mak H1 diterima dan H0 ditolak. Sedangkan jika nilai signifikansi dari nilai hitung Kolmogorov-Smirnov diatas nilai

Keputusan Investasi Keputusan Pendanaan Kebijakan Deviden Nilai Perusahaan

(8)

alpha (5%) maka H0 diterima dan H1 ditolak. Berikut ini hipotesis dari pengujian normalitas:

H0 : Data berdistribusi normal H1 : Data tidak berdistribusi normal b. Uji Asumsi Klasik.

Pemeriksaan asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah ada kemungkinan hasil estimasi regresi tersebut diatas terlanggar (tidak memenuhi) asumsi ekonometrika, yaitu adanya gejala multikoloneiritas, heterokedastisitas, autokorelasi sehingga asumsi klasik terpenuhi.

1) Uji Multikolinieritas.

Menurut Mardani (2003:23) pedoman suatu model regresi yang bebas multikolineiritas adalah sebagai berikut:

1. Mempunyai nilai VIF disekitar angka 1 dan tidak melebihi 10 2. Mempunyai angka toleransi < 1.

Untuk mengetahui gejala multikolinieritas juga dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti melakukan kombinasi pengamatan data antara time series dan cross section, membuang variabel yang dapat menimbulkan gejala multikolinieritas atau menambah variabel baru dalam penelitian.

2) Uji Autokorelasi.

Menurut Santoso (2001:219) patokan besarnya DW test yaitu DW dibawah -2 berarti autokorelasi positif, diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, sedangkan angka DW diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif. 3) Uji Heterokedastisitas.

Uji heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi nilai variabel terikat dengan residualnya. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat adanya pola tertentu pada grafik scater plot antara variabel terikat dengan residualnya, dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residualnya (Ghozali, 2001:69).

4 PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Sampel Terpilih

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu mengambil sampel yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan maksud dan tujuan penelitian. Berikut hasil seleksi sampel penelitian:

Tabel 4.1

Seleksi Sampel Penelitian

Kriteria Sampel Jumlah

a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2008-2010 158 b. Perusahaan tidak membagikan dividen 3 tahun berturut-turut pad

atahun 2008-2010 (85)

c. Laporan keuangan perusahaan tersebut menggunakan mata uang selain

mata uang rupiah (32)

d. Perusahaan memenuhi sampel 41

Sumber data: ICMD, tahun 2011

Dari hasil seleksi sampel sebagaimana tampak pada tabel 4.1, Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2008-2010 sebanyak 158 perusahaan. Dari 158 perusahaan, sebanyak 85 perusahaan tidak membagikan dividen 3 tahun berturut-turut pad atahun 2008-2010, dan sebanyak 32 perusahaan dalam laporan keuangan

(9)

perusahaan tersebut menggunakan mata uang selain mata uang rupiah. Jadi total perusahaan yang terpilih sebagai anggota sampel sebanyak 41 perusahaan.

4.2 Statistik Deskriptif

Berikut disajikan statistik deskriptif atas data yang digunakan dalam penelitian. Tabel 4.2

Statistik Deskriptif

Minimum Maximum Mean Std. Deviation Keputusan Investasi 0,280 109,375 13,12623 17,863536 Keputusan Pendanaan 0,001 985,534 9,32249 88,836691

Kebijakan Dividen -10,591 10,162 0,43016 1,439974

Nilai Perusahaan -0,406 31,113 3,00954 5,738929

Valid N (listwise)

Sumber : Data diolah, 2011 Keputusan Investasi

Berdasarkan tabel 4.2, Keputusan Investasi memiliki rata-rata sebesar 13,12623 dengan nilai minimum sebesar 0,280 dan nilai maksimum sebesar 109,375. Sedang standar deviasi Keputusan Investasi sebesar 17,863536. Hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan sampel menghasilkan PER sebesar 13,12623.

Keputusan Pendanaan

Berdasarkan tabel 4.2, Keputusan Pendanaan memiliki rata-rata sebesar 9,32249 dengan nilai minimum sebesar 0,001 dan nilai maksimum sebesar 985,534. Sedang standar deviasi Keputusan Pendanaan sebesar 88,836691. Hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan mampu menjamin setiap rupiah dari total hutangnya dengan 13,12623 rupiah dari modal yang dimilikinya

Kebijakan Dividen

Berdasarkan tabel 4.2, Kebijakan Dividen memiliki rata-rata sebesar 0,43016 dengan nilai minimum sebesar -10,591 dan nilai maksimum sebesar 10,162. Sedang standar deviasi Kebijakan Dividen sebesar 1,439974. Hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan mampu membagian 43% dari laba bersihnya untuk dividen

Nilai Perusahaan

Berdasarkan tabel 4.2, Nilai Perusahaan memiliki rata-rata sebesar 3,00954 dengan nilai minimum sebesar -0,406 dan nilai maksimum sebesar 31,113. Sedang standar deviasi Nilai Perusahaan sebesar 5,738929. Hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata harga saham perusahaan memiliki nilai 3 X dari nilai bukunya.

4.3 Uji Normalitas

Hasil pengujian normalitas data dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut : Tabel 4.3 Uji Normalitas Variabel Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Nilai Kritis Keterangan Keputusan Investasi 0,824 0,463 0.05 Normal

Keputusan

Pendanaan 0,946 0,342 0.05 Normal

Kebijakan Dividen 1,047 0,241 0.05 Normal Nilai Perusahaan 1,022 0,265 0.05 Normal Sumber: data diolah, 2011

(10)

Hasil pengujian menunjukkan seluruh variabel memiliki Asymp. Sig. tidak signifikan secara statistik pada alfa 5%, yang berarti bahwa semua variabel berdistribusi normal

4.4 Uji Asumsi Klasik

Hasil uji asumsi klasik dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Uji Multikolinieritas

Hasil Pengujian dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.4

Hasil Uji Multikolinieritas

Variabel Tolerance VIF Nilai

Kritis Keterangan

Keputusan Investasi 0,819 1,221 < 10 Tidak ada masalah

Multikolinieritas

Keputusan Pendanaan 0,998 1,002 < 10 Tidak ada masalah

Multikolinieritas

Kebijakan Dividen 0,818 1,223 < 10 Tidak ada masalah

Multikolinieritas Sumber : data diolah, 2011

Berdasarkan hasil analisis pada tabel diatas, tidak ada variabel independen dalam penelitian ini yang memiliki nilai variance inflation factor (VIF) lebih dari sepuluh dan tolerance yang mendekati angka 1 (satu). Dengan demikian, hasil analisis menunjukkan tidak adanya masalah multikolinier.

b. Uji Heteroskedastisitas

Uji heroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Glejser. Dengan menggunakan uji Glejser, nilai absolut residual diregresikan pada tiap-tiap variabel independen. Masalah heteroskedastisitas terjadi jika ada variabel yang secara statistik signifikan. Hasil dari uji heteroskedastisitas bisa dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Variabel t Sig. t Keterangan

Keputusan Investasi 1,249 0,214 Tidak ada masalah heteroskedastisitas Keputusan Pendanaan -0,243 0,809 Tidak ada masalah heteroskedastisitas Kebijakan Dividen 0,067 0,947 Tidak ada masalah heteroskedastisitas Sumber: data diolah, 2011

Hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel independen yang mengalami masalah heteroskedastisitas. Semua variabel independen memiliki nilai sig. t lebih besar dari 0,05.

4.5 Pengujian Hipotesis a. F Test

(11)

Tabel 4.6

Nilai F Uji dan R Square

F Sig F R R Square Std. Error of

the Estimate

11,181 0.000 0.577 0.333 14.417

Sumber : data diolah, 2011

Pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen dapat dilihat dari nilai F hitung dan signifikansinya. Dari hasil pengolahan data sebagaimana tabel 4.6 diperoleh nilai F hitung sebesar 11,181 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 (lebih kecil dari taraf keyakinan 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan deviden berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian H1 yang menyatakan keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan deviden berpengaruh secara simultan terhadap nilai perusahaan dapat diterima. b. R Square

Dari koefisien R Square pada tabel 4.6 diketahui bahwa hanya 33.3% variasi nilai perusahaan yang dapat dijelaskan oleh ketiga variabel keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan deviden dalam bentuk hubungan linear, sedangkan 66.7% dijelaskan oleh faktor lain diluar model.

c. Koefisien Regresi

Koefisien regresi dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut : Tabel 4.7

Koefisien Regresi

Variabel Koefisien t-stat Sig

(Constant) 1,425

Keputusan Investasi 0,128 4,236 0,000

Keputusan Pendanaan -0,050 -5,426 0,000

Kebijakan Dividen 0,380 3,534 0,000

Sumber: data diolah, 2011

Berdasarkan tabel 4.7 dapat ditulis persamaan sebagai berikut : Y = 1,425 + 0,128 KI - 0,050 KP + 0,380 KD + e

Dari persamaan regresi diatas dapat disimpulkan bahwa Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Kebijakan Dividen memiliki hubungan yang searah dengan nilai perusahaan, dimana setiap kenaikan 1 satuan Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Kebijakan Dividen juga akan menyebabkan kanaikan pada nilai perusahaan sebesar nilai koefisiennya.

d. Uji t

Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh secara parsial ataupun individual vairabel bebas terhadap variabel terikat. Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial antara lain :

1) Keputusan Investasi

Berdasarkan hasil pengujian, didapatkan t uji sebesar 4,236 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000, hal ini membuktikan bahwa Keputusan Investasi

secara statistik berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan pada alfa 5%. Hasil ini sesuai dengan penelitian Sembiring (2008) yang juga dapat membuktikan secara statistik bahwa Keputusan Investasi secara statistik berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.

(12)

2) Keputusan Pendanaan

Berdasarkan hasil pengujian didapatkan t uji sebesar -5,426 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000, hal ini membuktikan bahwa Keputusan Pendanaan secara statistik berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan pada alfa 5.

Hasil ini sesuai dengan penelitian Mulyani (2006) dan Rafika (2009) dan May (2010) yang secara statistk juga dapat membuktikan bahwa Keputusan Pendanaan secara statistik berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan.

3) Kebijakan Dividen

Berdasarkan hasil pengujian didapatkan t uji sebesar 3,534 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000, hal ini membuktikan bahwa Kebijakan Dividen secara statistik berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan pada alfa 5%. Ini menunjukkan bahwa bila perusahaan membagikan dividen, maka investor akan meresponnya sebagai signal positif yang menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik sehingga mampu memperoleh laba positif. Hasil ini sesuai dengan penelitian May (2010) yang secara statistk juga dapat membuktikan bahwa Kebijakan Dividen secara statistik berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan hasil pengujian secara parsial yang telah diuraikan diatas, tampak bahwa masing-masing variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Dengan hasil ini, maka H2 yang menyatakan keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan deviden berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan

Selain itu, tampak pula bahwa kebijakan dividen memiliki koefisien tertinggi bila dibandingkan dengan variabel bebas lainnya. Ini menunjukkan bahwa kebijakan dividen berpengaruh dominan terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian, maka H3 dapat diterima

5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil analisis pada bab-bab sebelumnya dapat ditarik beberapa simpulan antara lain: 1. Keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan deviden berpengaruh

secara simultan terhadap nilai perusahaan.

2. Keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan deviden berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan.

3. Kebijakan deviden berpengaruh dominan terhadap nilai perusahaan

5.2 Saran

1. Pada penelitian selanjutnya, diharapkan faktor-faktor yang mempengaruhi rentang waktu penyajian laporan keuangan dapat diperbanyak lagi, misalnya dengan memasukkan rasio likuiditas dan lain sebagainya.

2. Agar hasil penelitian dapat lebih di generalisir pada seluruh perusahaan, maka pada penelitian selanjutnya obyek penelitian dapat lebih diperbanyak yaitu dengan memasukkan seluruh perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Aharony, J., dan I. Swary. 1980. Quarterly Devidend and Earnings

Announcements and Stockholders’ Returns: An Empirical Analysis. Journal of Finance 35 (1): 1-12.

Arifin (2005), “Peran Akuntan dalam Menegakkan Prinsip Good Corporate Governance pada Perusahaan di Indonesia (Tinjauan Perspektif Teori Keagenan), “Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Ilmu Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang.

Bhattacharya, S. 1979. Imperfect Information, Devidend Policy and the Bird in the Hand Fallacy Bell. Journal of Economics 10: 259-270.

Brigham, E. F., dan J. F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

………….., dan L. C. Gapenski. 2006. Intermediate Financial Management. Florida: The Dryden Press.

Bursa Efek Indonesia. 2008. Panduan Pemodal. Jakarta: Bursa Efek Indonesia

De Angelo, H., dan R. W. Masulis. 1980. Leverage and Devidend Policy Irrelevancy Under Corporate and Personal Taxation. Journal of Finance 35 (May 2): 453-464.

Fama, E. F. 1978. The Effect of a Firm’s Investment and Financing Decision on the Welfare of its Security Holders. American Economic Review 68: 272-28.

………, dan K. R. French. 1998. Taxes, Financing Decision, and Firm Value, The Journal of Finance LIII (June 3): 819-843.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 3. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hasnawati, S. 2005a. Implikasi Keputusan Investasi, Pendanaan, dan Deviden Terhadap Nilai Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta. Usahawan: No. 09/Th XXXIX. September 2005: 33-41.

…………., 2005b. Dampak Set Peluang Investasi Terhadap Nilai Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta. JAAI 9 (2): 117-126.

Hatta, A. J. 2002. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Deviden: Investigasi Pengaruh Teori Stakeholder. JAAI 6 (Desember 2): 1-22.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, 2002, Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, BPFE: Yogyakarta.

Jensen, M., dan W. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost, and Ownership Structure. Journal of Financial Economics 3: 305-360.

Kallapur, S., dan M. A. Trombley. 1999. The Association between Investment Opportunity Set Proxies and Realized Growth. Journal of Business Finance and Accounting 26: 505-519.

Lintner, J. 1956. Distribution of Incomes of Corporations Among Devidens, Retained Earnings, and Taxes. American Economics Review 46: 97-113.

Mardani, Rony Malavia, 2003, Petunjuk Praktis Operasional SPSS Edisi Revisi, Malang: BPFE Universitas Islam Malang.

Masulis, R. W. 1980. The Effect of Capital Structure Change on Security Prices: A Study of Exchange Offers. Journal of Financial Economics 8 (June 2): 139-178.

(14)

Modigliani, F., dan M. H. Miller. 1958. The Cost of Capital, Corporation Finance, and The Theory of Investment. American Economics Review 13 (3): 261-297.

Myeong-Hyeon Cho. 1998. Ownership Structure, Investment, and The Corporate Value: An Empirical Analysis. Journal of Financial Economics 47: 103-121.

Myers, S. C., dan N. S. Majluf. 1984. Corporate Financing and Investment Decision When Firm Have Information That Investor Do Not Have. Journal of Financial Economics 13: 187- 221.

Pettit, R. 1972. Devidend Announcement, Security Performance, and Capital Market Efficiency. Journal of Finance: 993-1007.

Pramastuti, S. 2007. Analisis Kebijakan Dividen: Pengujian Dividend Signaling Theory dan Rent Extraction Hypothesis. Thesis. Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada. Tidak dipublikasikan.

Prihantoro. 2003. Estimasi Pengaruh Devidend Payout Ratio pada Perusahaan Publik di Indonesia. Jurnal Ekonomi & Bisnis 8 (1): 7-14.

Pujiono. 2002. Dampak Kebijakan Deviden terhadap Harga Saham pada Waktu Ex-Devidend Day. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 5 (Mei 2): 148-161. Rozeff, M. S. 1982. Growth, Beta, and Agency Cost as Determinants of Devidend Pay

Out Ratios. Journal of Financial Research 5: 249-259.

Sartono, R. A. 2001. Manajemen Keuangan: Teori dan Aplikasi. Edisi 4. Yogyakarta: BPFE.

Setiawan, D., dan S. Subekti. 2005. Pengujian Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat Secara Keputusan: Analisis Pengumuman Deviden Meningkat (Studi Empiris pada Bursa Efek Jakarta Selama Krisis Moneter). Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 8 (Mei 2): 121-137.

Subekti, I., dan I. W. Kusuma. 2001. Asosiasi antara Set Kesempatan Investasi dengan Kebijakan Pendanaan dan Deviden Perusahaan, serta Implikasinya pada Perubahan Harga Saham. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia 4 (Januari 1): 44-63.

Suja’I, Imam. Yusuf. A. 2005. Metodologi Penelitian Sosial (Teknik Penyusunan Proposal dan Laporan Hasil Penelitian. BPFE: UNISMA)

Sujoko. 1999. Analisis Kandungan Informasi Dividen dan Ketepatan Reaksi Pasar: Studi Empiris di Bursa Efek Jakarta. Thesis. Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada. Tidak dipublikasikan.

Wahyudi, U., dan H. P. Pawestri. 2006. Implikasi Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan: dengan Keputusan Keuangan sebagai Variabel Intervening. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang: 1-25.

Wright, P., dan S. P. Ferris. 1997. Agency Conflict dan Corporate Strategy: The Effect of Divestment on Corporate Value. Strategic Management Journal 18: 77- 83.

*) Budi Wahono adalah dosen tetap pada Prodi Manajemen FE Unisma **) Irma Nurul Rochmah adalah alumni FE Unisma

Referensi

Dokumen terkait

Saya imbau semuanya tidak mudah terpropokasi akan isu yang berpotensi merusak ketentraman dan kedamaian” (http://m.kelteng.prokal.co/read). Walaupun konflik telah berlalu,

beberapa siswa yang tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan melakukan kegiatan yang lain, seperti: mengantuk, mengerjakan tugas lain, berisik, keluar

Belum dapat menuliskan informasi tentang keragaman budaya, etnis, dan agama teman-teman di kelas berdasarkan hasil wawancara.. Komunikasi lisan tentang keragaman

Kerr (1950) diacu dalam Wurzburg (1989) menyatakan bahwa daerah amorf yang mengandung cabang pada ikatan glikosida β-D- (1,6) lebih mudah mengalami hidrolisis oleh asam

Untuk memperjelas pembahasan agar dalam pembahasan tidak terjadi penyimpangan yang terlalu jauh, maka akan ada batasan masalah penelitian ini difokuskan pada strategi komunikasi

Dengan teknik kuestioner dan parameter pertanyaan yang diolah secara statistik sederhana dengan tujuan melihat sejauhmana komunikasi yang dilakukan sekertariat BATAN

Dari hasil pembobotan KPI menunjukkan skor yang paling tinggi yaitu sebesar 41.88% dengan KPI waktu pelayanan terhadap pelanggan harus lebih difokuskan perusahaan

Sikap petani dalam kelompok tani kakao baik pada tingkat pemula maupun tingkat lanjut terhadap Program Gernas Kakao dalam kegiatan intensifikasi, peremajaan dan