FRAKTUR PADA ANAK
Tulang
Membran periosteum berasal dari perikondrium tulang rawan yang merupakan pusat osifikasi.
Pada tulang yang sedang tumbuh terdiri atas 1 batang (diafisis) dan 2 ujung (epifisis)
Tulang menurut bentuknya
1. Ossa longa (tulang panjang): tulang yg ukuran panjangnya terbesar, cth: os humerus
2. Ossa brevia (tulang pendek): tulang yg ketiga ukurannya kira-kira sama besar, cth: ossa carpi
3. Ossa plana (tulang gepeng/pipih): tulang yg ukuran lebarnya terbesar, cth: os parietale
4. Ossa irregular (tulang tak beraturan), cth: os sphenoidale
5. Ossa pneumatica (tulang berongga udara), cth: os maxilla
FRAKTUR
Fraktur (patah tulang) adalah
terputusnya kontinuitas struktur
tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya. (smeltzer S.C & Bare
B.G,2001)
Fraktur adalah setiap retak atau
patah pada tulang yang utuh.(
Reeves C.J,Roux G & Lockhart R,2001
)
Agar lebih sistematis, jenis fraktur dapat dibagi
berdasarkan :
Lokasi
Fraktur dapat terjadi pada tulang bagian
diafisis,
metafisis, epifisis, atau intraartikuler.
Jika fraktur didapatkan bersamaan dengan
dislokasi sendi, maka dinamakan fraktur
dislokasi.
Luas
Terbagi menjadi fraktur lengkap
(komplit)
dan
tidak lengkap
(inkomplit).
Fraktur tidak lengkap
contohnya adalah retak.
Konfigurasi
o
Dilihat dari garis frakturnya, dapat dibagi
menjadi
transversal
(
mendatar),
oblik
(miring), atau spiral (
berpilin
/ memuntir
seputar batang tulang).
o
Jika terdapat lebih dari satu garis fraktur,
maka dinamakan kominutif,
o
Jika satu bagian patah sedangkan sisi lainnya
membengkok disebut greenstick.
o
Fraktur dengan fragmen patahan terdorong
kedalam ( sering terjadi pada tulang
tengkorak dan wajah) disebut
depresi,
o
fraktur dimana tulang mengalami kompresi (
terjadi pada tulang belakang ) disebut
kompresi.
Hubungan antar bagian yang fraktur
Antar bagian yang fraktur dapat masih
berhubungan
(
undisplaced)
atau terpisah jauh
Hubungan antara fraktur dengan
jaringan sekitar
Fraktur dapat dibagi menjadi fraktur
terbuka
(jika terdapat hubungan antara
tulang dengan dunia luar) atau fraktur
tertutup
(jika tidak terdapat hubungan
antara fraktur dengan dunia luar).
Fraktur terbuka dibedakan menjadi beberapa
grade yaitu :
Grade I
: luka bersih, panjangnya kurang dari
1 cm.
Grade II
: luka lebih luas tanpa kerusakan
jaringan lunak yang ekstensif.
Grade III
: sangat terkontaminasi, dan
mengalami kerusakan jaringan lunak
ekstensif.
Etiologi :
Terjadinya fraktur akibat adanya trauma yang
mengenai tulang yang kekuatannya melebihi
kekuatan tulang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
fraktur :
· Faktor ekstrinsik yaitu meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang, arah serta kekuatan tulang.
· Faktor intrinsik yaitu meliputi kapasitas tulang mengabsorpsi energi trauma, kelenturan, densitas serta kekuatan tulang.
JENIS FRAKTUR
Pengelompokan cidera fisis yang sering
digunakan adalah klasifikasi
Shalter
Harris
, yang mendriskipsikan dalam 5
(lima) tipe yaitu
:
SH I: Fraktur pada zona hipertropi kartilago
fisis, memisahkan
epifisis dan
metafisis
secara longitudinal; Prognosis baik, biasanya
hanya dengan
closed reduction
,
ORIF
dapat
dilakukan jika stabilitas tidak tercapai atau
tidak terjamin.
SH II: Fraktur sebagian mengenai fisis dan
fragmen segitiga metafisis; 75% dari semua
fraktur fisis.
SH III: Fraktur pada fisis dengan diskontinuitas
artikular. Mengenai sebagian fisis, epifisis,
dan permukaan sendi. Sering memerlukan
ORIF untuk memastikan realignment
SH IV: Fraktur berjalan
oblik
melewati
metafisis, fisis, dan epifisis.
SH V: Lesi kompresi pada fisis; sulit
untuk mendiagnosis pada saat cidera.
Tidak tampak garis fraktur pada awal
rontgen; jarang terjadi;
Risiko besar
FRAKTUR LAZIM PADA ANAK
1.
Pediatric Shoulders
Jenisnya:
Fraktur Humerus Proksimal, Fraktur
Klavikula, Acromioclavicular Joint
Injuries, Fraktur Scapula
Terjadi pada anak berumur 5-10 tahun,
terjadradi 8-9% dari seluruh fraktur pada
anak
Terjadi:
Langsung : trauma langsung posterolateral
pada bahu
Tidak langsung : Birth Injury atau rotasi saat
melahirkan (
prinsip perawatannya ??1)
2. Pediatric elbow
terjadi 8-9%, kejadian 86% distal, 55-75%
terjadi pada suprakondiler
Terjadi pada anak berumur 5-10 tahun
Mekanisme terjadinya:
TRAUMA TIDAK LANGSUNG Jenisnya:
Supracondiler Humerus, Lateral condylar
Physeal fraktur, Medial Condiler
physeal, Transphyseal, Medial Condylar
Apophyseal, Lateral Epycondilar
Apophyseelliual, Capitellium,
T-Condilar, dislokasi siku
(PRINSIP
3. Pediatric Forearm Jenisnya:
Radius dan Ulna, Galeazzi, Montegia, Metaphyseal,
4. Pediaric Wrist and hand
Trauma pada karpal, Trapezium,
Triquetrum, Pisiform, Lunate, Capitale,
Hand Injuries,
(PRINSIP
6. Pediatric Knee
Distal Femoral, Proximal Tibia, Tibial
Tuberkel, Tibial Spine, Patella,
Osteochondral, Patella Dislocation,
Knee Dislocation,
7.
Pediatric tibia dan Fibula
Proximal Tibial Metaphyseal, Toddler
Fraktur, Stress Fraktur,
8. Pediatric Ankle
Juvenile Tillaux, Medial Malleolar, Triplane,
9. Pediatric Foot
Talus ^ kalkaneus
Pengkajian
Riwayat Penyakit :
Dilakukan
anamnesa
untuk mendapatkan
riwayat mekanisme terjadinya cidera, posisi
tubuh saat berlangsungnya trauma, riwayat
fraktur sebelumnya, pekerjaan, obat-obatan
yang dikomsumsi, merokok, riwayat alergi,
riwayat osteoporosis serta riwayat penyakit
lainnya.
Pemeriksaan Fisik :
1. Inspeksi (look)
Adanya deformitas (kelainan bentuk) seperti
bengkak, pemendekan, rotasi, angulasi, fragmen tulang (pada fraktur terbuka).
2. Palpasi (feel)
Adanya nyeri tekan (tenderness), krepitasi,
pemeriksaan status neurologis dan vaskuler di bagian distal fraktur. Palpasi daerah ektremitas tempat fraktur tersebut, di bagian distal cedera meliputi pulsasi arteri, warna kulit, capillary refill test.
Pemeriksaan Penunjang :
1. Pemeriksaan radiologis (rontgen), pada daerah yang dicurigai fraktur, harus mengikuti aturan role of two, yang terdiri dari :
Mencakup dua gambaran yaitu anteroposterior (AP) dan lateral.
Memuat dua sendi antara fraktur yaitu bagian proximal dan
distal.
Memuat dua extremitas (terutama pada anak-anak) baik yang
cidera maupun yang tidak terkena cidera (untuk membandingkan dengan yang normal)
Dilakukan dua kali, yaitu sebelum tindakan dan sesudah
2. Pemeriksaan laboratorium, meliputi: Darah rutin,
Faktor pembekuan darah,
Golongan darah (terutama jika akan dilakukan
tindakan operasi),
Urinalisa,
Kreatinin (trauma otot dapat meningkatkan beban kreatinin untuk kliren ginjal).
3. Pemeriksaan arteriografi dilakukan jika dicurigai
telah terjadi kerusakan vaskuler akibat fraktur tersebut.
FRAKTUR PADA ANAK
Anak-anak adalah berbeda dengan dewasa. Hal ini sangat
penting diketahui bahwa keberhasilan diagnostik dan terapi penyakit ortopedik pada kelompok usia ini berbeda, karena sistem skeletal pada anak-anak baik secara anatomis, biomekanis, dan fisiologi berbeda dengan dewasa.
Adanya growth plate (atau fisis) pada tulang anak-anak
merupakan satu perbedaan yang besar. Growth plate tersusun atas kartilago. Ia bisa menjadi bagian terlemah pada tulang anak-anak terhadap suatu trauma. Cidera pada growth plate dapat menyebabkan deformitas. Akan tetapi adanya growth plate juga membantu remodeling yang lebih baik dari suatu fraktur yang bukan pada growth plate tersebut.
Perbedaannya……….?
Remodelling
Tulang immatur dapat melakukan remodelisasi jauh lebih
baik daripada dewasa. Karena adanya aktivitas dari
populasi sel yang banyak, kerusakan pada tulang dapat
diperbaiki lebih baik dari pada kerusakan yang terjadi pada dewasa.
Struktur anatomis tulang anak-anak juga mempunyai
fleksibilitas yang tinggi sehingga ia mempunyai kemampuan seperti “biological plasticity”. Hal ini
menyebabkan tulang anak-anak dapat membengkok tanpa patah atau hancur; sehingga dapat terjadi gambaran
fraktur yang unik pada anak yang tidak dijumpai pada
Ligamen
Seperti jaringan, ligamen adalah satu
jaringan yang “age-resistant” dalam tubuh
manusia. Tensile strength (kekuatan
tegangan) pada ligamen anak-anak dan
dewasa secara umum sama. Meskipun
kekuatan tulang, kartilago, dan otot
cenderung berubah, struktur ligamen tetap
tidak berubah seiring pertumbuhan dan
Periosteum
Bagian terluar yang menutupi tulang adalah lapisan fibrosa
dense, yang pada anak-anak secara signifikan lebih tebal daripada dewasa.
Periosteum anak-anak sebenarnya mempunyai sebuah lapisan
fibrosa luar dan kambium atau lapisan osteogenik.
Menurut Hence, periosteum anak-anak mampu memberikan
kekuatan mekanis terhadap trauma. Karena periosteum yang tebal, fraktur tidak cenderung untuk mengalami displace
seperti pada dewasa, dan periosteum yang intak dapat berguna sebagai bantuan dalam reduksi fraktur dan
maintenance. Sebagai tambahan, fraktur akan sembuh lebih cepat secara signifikan daripada dewasa.
Growth Plate
Growth plate atau fisis adalah lempeng
kartilago yang terletak di antar epifisis (pusat
penulangan sekunder) dan metafisis. Ini
penting bagi pertumbuhan tulang panjang
agar terjadi. Bagian ini juga menjadi satu titik
kelemahan dari semua struktur tulang
terhadap trauma mekanik. Fisis, secara
histologik terdiri dari 4 lapisan, yaitu :
a. Resting zone: Lapisan teratas yang terdiri dari
sel-sel germinal yang datar dan merupakan tempan penyimpanan bahan-bahan metabolik yang akan digunakan nantinya.
b. Proliferating zone: Sel-sel di area ini secara aktif
bereplikasi dan tumbuh menjadi lempeng. Sel-sel tersebut disebut seperti tumpukan lempeng. Pada area ini, sel-selnya menggunakan bahan metabolik yang sebelumnya disimpan untuk perjalanan
c. Hypertrophic zone: Sel-sel di area ini
cenderung membengkak dan berubah menjadi
lebih katabolik. Sel mempersiapkan matriks
untuk mengalami kalsifikasi dan berubah
menjadi tulang. Area ini menjadi letak terlemah
secara mekanis.
d. Calcified zone: Secara metabolik, matriks
menyebar untuk deposisi garam kalsium, dan
membentuk osteoid. Di daerah yang dekat
metafisis, cabang-cabang pembuluh darah kecil
menjalar ke lapisan basal dari lempeng fisis.
Proses penyembuhan tulang
Proses Penyembuhan Tulang : Fase Inflamasi :
Fase ini berlangsung mulai terjadinya fraktur
hingga kurang lebih satu sampai dua minggu. Peningkatan aliran darah menimbulkan
hematom diikuti invasi sel-sel peradangan yaitu neutrofil, makrofag, sel fagosit, osteoklas, yang berfungsi untuk membersihkan jaringan
nekrotik, yang akan mempersiapkan fase reparatif.
Jika dirontgen, garis fraktur lebih terlihat
Fase Reparatif :
Dapat berlangsung beberapa bulan. Ditandai dengan diferensiasi dari sel mesenkim
pluripotensial.
Hematom fraktur diisi oleh kondroblas dan fibroblas
yang akan menjadi tempat matrik kalus.
Pada awalnya terbentuk kalus lunak, terdiri dari
jaringan fibrosa dan kartilago dengan sejumlah kecil jaringan tulang.
Osteoblas mengakibatkan mineralisasi kalus lunak
menjadi kalus keras serta menambah stabilitas fraktur. Jika dirontgen maka garis fraktur mulai tidak tampak.
Fase Remodeling :
Fase ini bisa membutuhkan waktu
berbulan-bulan hingga tahunan untuk merampungkan
penyembuhan tulang, yang meliputi aktifitas
osteoblas dan osteoklas yang menghasilkan
perubahan jaringan immatur agar menjadi
matur, terbentuknya tulang lamelar sehingga
menambah stabilitas daerah fraktur.
Prinsip Penatalaksanaan
Fraktur
Penatalaksanaan :
Penatalaksanaan fraktur mengacu kepada
empat tujuan utama yaitu:
1. Mengurangi rasa nyeri,
Trauma pada jaringan disekitar fraktur
menimbulkan rasa nyeri yang hebat bahkan sampai menimbulkan syok. Untuk mengurangi nyeri dapat diberi obat penghilang rasa nyeri, serta dengan teknik imobilisasi, yaitu
pemasangan bidai / spalk, maupun memasang gips.
2. Mempertahankan posisi yang ideal dari fraktur. Seperti pemasangan traksi kontinyu, fiksasi
eksternal, fiksasi internal, sedangkan bidai maupun gips hanya dapat digunakan untuk fiksasi yang
bersifat sementara saja.
3. Membuat tulang kembali menyatu
Tulang yang fraktur akan mulai menyatu dalam
waktu 4 minggu dan akan menyatu dengan sempurna dalam waktu 6 bulan.
4. Mengembalikan fungsi seperti semula
Imobilisasi dalam jangka waktu yang lama dapat
menyebabkan atrofi otot dan kekakuan pada sendi. Maka untuk mencegah hal tersebut diperlukan
ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR
MASALAH YANG MUNGKIN TIMBUL:
Defisit volume cairan b.d. perdarahan Nyeri akut b/d trauma jaringan syaraf
Ansietas b/d adanya ancaman terhadap konsep diri/citra diri
Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d. mual, muntah Resti infeksi b.d. imflamasi bakteri ke daerah
INTERVENSI
1. Nyeri akut b/d trauma jaringan syaraf
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2 X 24 jam klien mampu mengontrol
nyeri, dengan kriteria hasil :
Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol
Mengikuti program pengobatan yang
diberikan
INTERVENSI
Kaji tipe atau lukasi nyeri. Perhatikan intensitas
pada skala 0-10. Perhatikan respon terhadap obat.
Rasional : Menguatkan indikasi ketidaknyamanan, terjadinya komplikasi dan evaluasi keevektivan
intervensi.
Motivasi penggunaan tehnik menejemen stres, contoh napas dalam dan visualisasi.
Rasional : Meningkatkan relaksasi, memvokuskan kembali perhatian, dan dapat meningkatkan
kemampuan koping, menghilangkan nyeri. Kolaborasi pemberian obat analgesik
Rasional : mungkin dibutuhkan untuk penghilangan nyeri/ketidaknyamanan.
2. Nutisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
mual, muntah
Tujuan:
SETELAH dilakukan tindakan keperawatan
selama 2x 24 jam nutrisi pasien terpenuhi
dengan KH:Makanan masuk
BB pasien naik
Intervensi:
Berikan makan dalam porsi sedikit tapi sering
Rasional: memberikan asupan nutrisi yang cukup bagi pasien Sajikan menu yang menarik
Rasional: Menghindari kebosanan pasien, untuh menambah ketertarikan dalam mencoba makan yang disajikan
Pantau pemasukan makanan
Rasional: Mengawasi kebutuhan asupan nutrisi pada pasien Kolaborasi pemberian suplemen penambah nafsu makan
Rasional: kerjasama dalam pengawasan kebutuhan nutrisi pasien selama dirawat di rumah sakit
3. Ansietas b/d adanya ancaman terhadap
konsep diri/citra diri
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam, klien memiliki rentang respon
adaptif, dengan kriteria hasil :Tampak relaks dan melaporkan ansietas menurun sampai dapat
ditangani.
Mengakui dan mendiskusikan rasa takut. Menunjukkan rentang perasaan yang tepat.
Intervensi :
Dorong ekspresi ketakutan/marah, Rasional : Mendefinisikan masalah dan pengaruh pilihan intervensi.
Akui kenyataan atau normalitas perasaan, termasuk marah, Rasional :
Memberikan dukungan emosi yang dapat membantu klien melalui penilaian awal juga selama pemulihan
Berikan informasi akurat tentang perkembangan kesehatan.
Rasional : Memberikan informasi yang jujur tentang apa yang
diharapkan membantu klien/orang terdekat menerima situasi lebih evektif.
Dorong penggunaan menejemen stres, contoh : napas dalam, bimbingan imajinasi, visualisasi. Rasional : membantu
memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan relaksasi, dan meningkatkan penigkatan kemampuan koping.