HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP KELUARGA DALAM MELAKSANAKAN PERSONAL HYGIENE PADA ANAK SEKOLAH DI MI
ROUDOTUTTA’LIM
Relista Sidabutar, S,Kep
Linda Sari Barus, M.Kep., Ns., Sp.Kep.An Ns. Lidwina Triastuti Listianingsih, S.Kep., M.Kep
Email : relistamargaretha17@gmail.com
ABSTRAK
Latar belakang penelitian karena adanya sikap keluarga yang tidak sesuai dengan pengetahuan dalam melaksanakan personal hygiene. Tujuan penelitian ini untuk Mengetahui hubungan
pengetahuan dengan sikap keluarga dalam melaksanakan perawatan personal hygiene pada anak
sekolah di MI Roudotutta’lim. Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif korelasi, melalui pendekatan cross sectional dengan instrumen penelitian kuesioner. Teknik sampel menggunakan stratifiedrandom sampling yaitu sebanyak 196 keluarga. Hasil penelitian dari pengetahuan keluarga tentang melaksanakan personal hygiene pada anak sebanyak 127 responden (64,8%) berpengetahuan baik, hasil penelitian dari sikap keluarga tentang melaksanakan personal hygiene pada anak sebanyak 100 responden (51%) bersikap negatif. Peneliti ini mendapatkan hasil uji Chi-square diperoleh p-value = 0,005, sehingga dapat disimpulkan ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap keluarga dalam melaksanakan personal hygiene pada anak sekolah di MI Roudotutta’lim. Saran penelitian ini peneliti menyarankan agar pihak sekolah dapat melakukan aktivitas pada anak, memberikan edukasi mengenai cara meggosok gigi yang benar. Pihak sekolah melibatkan keluarga untuk memonitoring kebersihan diri pada anak.
Kata kunci : Pengetahuan, sikap, keluarga, personal hygiene
ABSTRACT
Background of research is based on because of the attitude of the family that is not in accordance with the knowledge in implementing personal hygiene. The purpose of this study was to determine the relationship of knowledge with family attitudes in carrying out personal hygiene treatment of school children of MI Roudotutta'lim. Personal hygiene is an action to maintain the hygiene and health of a person for physical and psychological wellbeing. This method of research is quantitative with descriptive correlation research design, through cross sectional approach with questionnaire research instrument. The sample technique used stratified random sampling of 196 families. Result of research from family knowledge about carrying out personal hygiene in children counted 127 responden (64,8%) had good knowledge, research result from family attitude about doing personal hygiene in child counted 100 respondent (51%) had negative attitude. The researcher Chi-square test result obtained p-value = 0,005, so it can be concluded that is correlation between knowledge with family attitude in implementing personal hygiene of school children at MI Roudotutta'lim. This study suggests that the school can perform activities on children, providing education on how to brush the teeth rightly. The school involved the family to monitor personal hygiene of children.
Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak dasar yang dimiliki manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas
sumber daya manusia. Kesehatan
merupakan karunia Tuhan yang perlu di pelihara dan di tingkatkan kualitasnya.
Peningkatan kualitas kesehatan akan
melindungi seseorang dari ancaman yang merugikan (Depkes, 2010).
Kesehatan terdiri dari kesehatan
jasmani dan rohani, dimana contoh
kesehatan jasmani salah satunya adalah personal hygiene. Cara untuk menghindari ancaman yang merugikan dengan cara menjaga personal hygien. Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan, baik fisik maupun psikisnya. Personal hygiene sangat penting karena merupakan perilaku perawatan diri individu mempertahankan kesehatannya (Tarwoto & Wartonah, 2010).
Macam-macam personal hygiene
antara lain kebersihan kulit, kebersihan
rambut, perawatan gigi dan mulut,
kebersihan tangan, perawatan kuku, kaki dan tangan. Pemakaian alas kaki, kebersihan
pakaian, makanan dan tempat
tinggal(Azizah, 2011).
Personal hygiene merupakan salah satu pencegahan primer yang spesifik. Tujuan dari pemeliharaan personal hygiene yaitu
dapat meminimalkan masuknya
mikroorganisme (portal of entry) yang ada
dimana-mana. Pada akhirnya personal
hygiene dapat mencegah seseorang terkena penyakit, terjadinya penyakit, baik penyakit kulit, penyakit infeksi, penyakit mulut dan penyakit saluran cerna atau bahkan dapat menghilangkan fungsi bagian tubuh tertentu, seperti halnya infeksi pediculosis capitis pada rambut kepala (Laily&Sulistyo,2012).
Efek dari ketidak mampuan dalam
pemenuhan personal hygiene bisa
berdampak pada banyak hal. Beberapa efek yang buruk adalah pedikulus pada rambut, terdapat karies pada gigi, terdapa kulus pada kuku, kotoran pada telinga, infeksi pada
mata, kulit kering. Sehingga perlu
pengetahuan tentang mencegah efek yang
buruk itu agar tidak terjadi
(Laily&Sulistyo,2012).
Pengetahuan tentang pentingnya
hygiene akan mempengaruhi praktik hygiene
seseorang. Pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan maupun pekerjaan seseorang. Pengetahuan itu penting untuk di dapatkan tetapi, tidak cukup hanya dengan pengetahuan saja tetapi perlu motivasi untuk terus memeliharanya dan bertindak untuk memberi respon terhadap apa yang di ketahui seseorang (Tarwoto & Wartonah, 2010).
Penelitian Nurjanah (2012)
menggambarkan Personal hygiene pada
anak SD di jatinagor itu masih rendah. Hampir seluruh responden 96,8% tergolong tidak hygiene. Nurjanah dalam penelitiannya melihat beberapa jenis hygiene yaitu hygiene rambut, hygiene telinga, hygiene mulut dan gigi, hygiene kulit, hygiene kuku dan tangan, dan hygiene kaki. Pemenuhan intervensi untuk pemeliharaan personal hygiene perlu perhatian dari guru di sekolah dan juga oleh pihak puskesmas yang terkait dengan program usaha kesehatan sekolah(Nurjanah, 2012).
Personal hygiene dapat mempengaruhi kesehatan anak. Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak sekolah dasar menurut definisi WHO (World Health Organization) yaitu golongan anak yang berusia antara 7-15 tahun , sedangkan di Indonesia lazimnya anak yang berusia 7-12 tahun. Anak usia sekolah sangat perlu perhatian guru dan keluarga (Alimul,2008).
Keluarga adalah orang yang
memberikan pendidikan tentang nilai yang
baik dalam kehidupan(Marlyn, 2014).
Keluarga akan memenuhi kebutuhan
pemeliharaan dan mempertahankan
kesehatan anggota keluarganya(Marlyn dan
Yusuf, 2014). Salah satunya yaitu
mempertahankan personal hygiene anak.
Keluarga merupakan kumpulan
anggota rumah tangga yang saling
berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. Keluarga berperan sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak. Keluarga dalam hal ini orangtua, sebagai contoh atau model bagi anak, dimana orangtua merupakan mentor pertama bagian (Yusuf, 2014).
2008 adalah 5,6%-12,95% dan scabies menduduki urutan ke tiga dari 12 penyakit kulit tersering.
Di Indonesia sebanyak 89% anak di bawah 12 tahun menderita penyakit gigi dan mulut. Penyakit gigi dan mulut, akan berpengaruh pada derajat kesehatan proses tumbuh kembang bahkan masa depan anak. Anak-anak rawan kekurangan gizi. Rasa sakit pada gigi dan mulut jelas menurunkan selera makan pada anak (Khotimah,2013).
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan peneliti adalah deskripsi korelasi dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian analitik yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel dimana variabel independen dan variabel dependen diidentifikasi pada satu satuan waktu (Dharma, 2011). Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan orangtua dan variabel dependen dalam penelitian ini adalah sikap orangtua. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 196 orangtua. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah stratified random sampeling dengan cara cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada 17 Juni 2017 di MI Roudotutta’lim Batujajar.
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Pengetahuan
Keluarga dalam Melaksanakan Personal
Hygiene pada Anak Sekolah di MI Roudotutta’lim Batujajar Bulan Juni 2017
(n=196)
Tabel 4.4 menunjukkan hasi lbahwa sebagian besar pengetahuan responden adalah baik sebesar 64,8%.
Tabel 4.5
DistribusiFrekuensiSikapKeluargadalamM elaksanakanPersonal
HygienepadaAnakSekolah di MI Roudotutta’limBatujajarbulanJuni 2017
(n=196)
Tabel 4.5 menunjukkan hasil bahwa kurang dari setengah responden memiliki sikap yang positif dalam melaksanakan personal hygine pada anak sekolah sebesar 49%.
Analisa Bivariat
Tabel 4.6
Analisa Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Keluarga dalam Melaksanakan
Personal Hygiene Pada Anak Sekolah di
MI Roudotutta’lim Batujajar Bulan Juni 2017 (n=196)
Tabel 4.6 menunjukkan hasil analisis hubungan pengetahuan dengan sikap
keluarga dalam melaksanakan personal
hygiene pada anak sekolah, diperoleh hasil
tingkat pengetahuan baik dari 127
responden dengan sikap positif terdapat 73 (57,5%) rsponden dan sikap negatif terdapat 54 (42,5%). Hasil penelitian ini diperoleh p-value = 0,005 ≤ α (0,05) hal ini dapat disimpulkan bahwa Ha diterima sehingga ada hubungan pengetahuan
dengan sikap keluarga dalam
melaksanakan Personal Hygiene pada
anak sekolah di MI Roudotutta’lim Batujajar.
Pengetahuan Frekuensi %
Pembahasan
1. Pengetahuan Keluarga dalam Melaksanakan Personal Hygiene pada Anak Sekolah di MI Roudotutta’lim.
Peneliti mendapatkan hasil penelitian bahwa sebagian besar pengetahuan
keluarga tentang melaksanakan
personal hygiene pada anak sekolah adalah baik (64,8%).Data tersebut
berdasarkan kuesioner dengan
mengukur tingkat pengetahuan yaitu tahu, paham dan aplikasi.
Personal Hygiene berasal dari bahasa yunani, berasal dari kata personal yang artinya perorangan dan Hygiene berarti sehat. Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa kebersihan perorangan atau personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan
dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan, baik fisik maupun
psikisnya. Personal hygiene adalah
aspek yang sangat penting dari
pendidikan kesehatan. Menjaga
kebersihan bagian badan adalah hal yang harus dilakukan oleh anak-anak agar terhindar dari penyebaran penyakit (Siwach,2009)
Hasil analisa kuesioner, pada tingkatan pengetahuan dengan kategori tahu
diperoleh jawaban terendah pada
pernyataan ketombe tidak ada pada rambut yang bersih, Mencuci rambut bertujuan untuk membersihkan kotoran
kotoran maupun debu-debu yang
melekat pada rambut. Selain itu mencuci rambut juga bertujuan untuk
membersihkan batok kepala dari
kotoran kotoran yang mengental atau telah mengendap sehingga tidak akan menimbulkan rasa gatal-gatal pada rambut. Hal ini juga sejalan dengan
yang dipaparkan oleh Teti
Susanti(2013) bahwa penyebab utama
timbulnya ketombe adalah
berkembangnya jamur Pitysorpum
ovale. Pitysorpum ovale merupakan flora normal kulitmanusia tetapi pada penderita ketombe jumlahnya melebihi
normal. Pada kondisi normal,
kecepatan pertumbuhan jamur
pitysorpum ovale kurang dari 47%. Akan tetapi jika ada faktor pemicu yang dapat mengganggu keseimbangan flora norma pada kulit kepala, maka
terjadi peningkatan pertumbuhan jamur pitysorpum ovele dapat mencapai 74%.
Hasil kuesioner, pengetahuan pada kategori dengan tingkatan paham yang
tertinggi terdapat pernyataan
kebersihan diri sangat penting untuk mejaga kesehatan anak, Kebersihan diri
adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan, baik
fisik maupun psikisnya. Dengan
demikian, kebersihan diri adalah suatu upaya untuk memelihara kebersihan tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki( Sulistyo Andarmoyo & Laily Isro’in (2012:2). Hal ini juga sejalan dengan yang dipaparkan oleh Devi (2015)Pada masa kanak-kanak bermain adalah media belajar bagi anak, anak bermain apapun yang ada disekitarnya. Maka di masa ini lah anak rentan terhadap kuman dan penyakit. Dengan
demikian kebersihan diri sangat
penting ditanamkan sejak dini.
Hasil kuesioner pengetahuan pada kategori dengan tingkatan paham yang terendah terdapat pernyataan Sariawan dan gusi mudah berdarah dikarenakan
kurangnya kebersihan mulut,
Kebersihan rongga mulut adalah
tindakan untuk membersihkan dan menyegarkan rongga mulut, gigi, dan
gusi untuk mencegah penularan
penyakit melalui mulut, meningkatkan daya tahan tubuh, memperbaiki fungsi
gigi dan mulut dalam sistem
pengunyahan, serta mencegah penyakit rongga mulut seperti penyakit pada gigi dan gusi. Hal ini juga sejalan dengan yang dipaparkan dengan teori Lindday dingwall (2013) yang menyatakan nyeri dan ketidak nyamanan akibat masalah mulut umum yang kronis akan
mempengaruhi individu dalam
menjalankan fungsi sosial dan
psikologis. Jika higiene oral tidak dilakukan, flora normal pada mulut terganggu akibat peningkatan bakteri.
Hasil kuesioner pengetahuan pada kategori dengan tingkatan aplik asi yang tertinggi terdapat pernyataan Sayamengajarkananaksayamenjemurha
nduksetelahmandi agar
tidaktimbuljamurpadahanduk. Hal ini juga sejalan dengan yang dipaparkan
menyatakan bahwa, handuk tidak baik jika digunakan bersamaan karna dapat mengakibatkan penularan bakteri dari penderita kepada orang lain.
Hasil kuesioner, pengetahuan pada kategori dengan tingkatan aplikasi yang terendah terdapat pada pernyataan Anak saya mencuci rambut tanpa menggunakan shampo. Hal ini juga sejalan dengan yang dipaparkan oleh
Sani (2010) yang menyatakan
perawatan rambut harus terjaga untuk menjaga kesehtan rambut. Dengan perawatan rambut seperti keramas menggunakan shampo.
2. Sikap Keluarga dalam Melaksanakan Personal Hygiene pada Anak Sekolah di MI Roudotutta’lim
Hasil dari analisa univariat didapatkan bahwa hasil bahwa lebih dari setengah responden memiliki sikap yang negatif
dalam melaksanakan personal hygine
pada anak sekolah sebesar 51,0 % di MI Roudotutta’lim.
Hasil analisa kuesioner, pada tingkatan
sikap dengan kategori menerima
diperoleh jawaban tertinggi pada
pernyataan. Saya memarahi anak saya jika menggigit kuku tangan, faktor
perilaku penyebab timbulnya
kecacingan seperti kebiasaan menggigit
kuku, mengkonsumsi sayuran
mentah,kebiasaan main di tanah dan kebiasaan BAB keluarga juga masih ditemukan pada anak-anak. Perilaku
anak-anak tersebut berisiko
menimbulkan kecacingan karena
kebiasaan menggigit kuku tidak
dibarengi dengan kebiasaan memotong kuku secara rutin sehingga kuku anak-anak terlihat panjang dan hitam karena anak sering bermain di tanah. Hal ini juga sejalan dengan yang dipaparkan oleh Rawina Winata (2012) yang menyatakan bahwa kebersihan kuku
adalah salah satu faktor yang
menyebabkan tingginya infeksi cacing.
Hasil analisa kuesioner, pada tingkatan
sikap dengan kategori menerima
diperoleh jawaban terendah pada
pernyataan. Saya takut ada kutu pada rambut anak saya jika anak saya tidak
rajin mencuci rambut, Pedikulosis
kapitis (kutu) sebenarnya perlu mendapat perhatian karena penyakit ini sering menyerang anak-anak. Rasa
gatal yang hebat mengganggu
ketenangan tidur dan mengganggu konsentrasi belajar anak (Hadidjaja, 2011).Hal ini juga sejalan dengan yang dipaparkan olehIsro’in dan Andarmoyo (2012)Frekuensi cuci rambut, yaitu seberapa sering seseorang merawat rambutnya karena salah satu faktor pedikulosis kapitis adalah kurang menjaga dan kebersihan dan perawatan rambut (Isro’in dan Andarmoyo, 2012).
Hasil analisa kuesioner, pada tingkatan
sikap dengan kategori merespon
diperoleh jawaban tertinggi pada
pernyataan. Anak saya mampu
menyisir tanpa bantuan, Rambut
diibaratkan mahkota bagi perempuan. Kegiatan menyisir rambut merupakan salah satu kegiatan dalam mengurus diri yang harus dikuasai anak. Dengan demikian, merawat diri merupakan hal yang sangat penting dimiliki dalam kehidupan manusia sehari-hari, tidak terlepas dari siapa manusia itu sendiri. Hal ini juga sejalan dengan yang dipaparkan oleh Maria J. Wantah (2007) menemukakan bahwa menyisir rambut ditujukan agar mamou menyisir rambut sendiri dan untuk dapat mempertahankan rambut agar tetap kelihatan bersih dan rapi. Pada anak normal, mengurus diri adalah hal yang biasa, karena kemampuan sensorik dan motorik mereka baik dan mereka dapat
melakukannya dengan melalui
pengamatan saja atau diajarkan oleh orangtua.
Hasil analisa kuesioner, pada tingkatan sikap dengan kategori menghargai
diperoleh jawaban tertinggi pada
pernyataan. Handuk tidak baik jika digunakan bersama-sama, sebaiknya tidak boleh memakai handuk secara
bersama-sama karena mudah
menularkan bakteri dari penderita ke orang lain. Apalagi bila handuk tidak pernah dijemur dibawah terik matahari ataupun tidak dicuci dalam jangka Penyakit skabies dapat ditularkan melalui kontak tidak langsung seperti melalui perlengkapan tidur, handuk,
dan pakaian memegang peranan
penting. Maka dari itu, handuk tidak baik jika digunakan bersama-sama karena dapat menimbulkan penyakit.
Hasil analisa kuesioner, pada tingkatan sikap dengan kategori menghargai
diperoleh jawaban terendah pada
pernyataan saya merasa bersyukur jika anak saya dapat memelihara kebersihan diri sendiri, Kebersihan merupakan suatu perilaku yang diajarkan dalam kehidupan manusia untuk mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan serta membuat kondisi lingkungan agar terjaga kesehatannya (Noviana, 2011). Hal ini juga sejalan dengan yang dipaparkan oleh Devi (2015) menyatakan bahwa kebersihan diri harus dijaga sejak dini mungkin agar terhindar dari penyakit yang diakibatkan oleh kurangnya perawatan diri.
Hasil analisa kuesioner, pada tingkatan sikap dengan kategori bertanggung jawab diperoleh jawaban tertinggi pada pernyataan. Saya merasa cemas jika terdapat karang gigi pada anak saya, karang gigi adalah suatu endapan keras yang terletak pada permukaan gigi
berwarna mulai dari
kuning-kekuningan, kecoklat-coklatan, dampai
dengan kehtam-hitaman dan
mempunyai permukaan kasar. Karang gigi merupakan salah satu penyebab dari penyakit peridontal yang dapat menyebabkan kehilangan gigi. Hal ini juga sejalan dengan yang dipaparkan oleh Ni Wayan Arini (2013) yang
menyatakan bahwa cara untuk
mencegah terbentuknya karang gigi
adalah dengan rajin menjaga
kebersihan gigi, yaitu dengan menyikat gigi minimal dua kali sehari secara benar dan semua gigi tersikat bersih.
Kebiasaan menyikat gigi dapat
mengurangi pembentukkan karang gigi
sebanyak 50% pada permukaan
anterior gigi bawah. Menyikat gigi
yang baik dapat memperlambat
pertumbuhan karang gigi.
Hasil analisa kuesioner, pada tingkatan sikap dengan kategori bertanggung jawab diperoleh jawaban terendah pada pernyataan. Saya mengajarkan anak saya menjemur handuk setelah mandi. Hal ini juga sejalan dengan yang dipaparkan oleh Lita dalam Sajida (2012) menyatakan bahwa, sebaiknya handuk tidak dijemur di bawah terik matahari dalam waktu yang lama, karena dapat mengakibatkan jumlah bakteri meningkat.
3. Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Keluarga dalam Melaksanakan Personal Hygiene
pada Anak
Pengetahuan responden yang baik dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat memahami sesuatu. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang , semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan
pada akhirnya pengetahuan yang
dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya, jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru
diperkenalkan (Andriyani,2014).
Notoatmodjo (2011), dalam bukunya
menyebutkan bahwa peningkatan
pengetahuan tidak serta merta
menyebabkan terjadinya perubahan sikap namun hal ini mempunyai hubungan yang positif, yakni dengan
peningkatan pengetahuan maka
diharapkan terjadinya perubahan sikap ke arah yang lebih baik.
Berdasarkan analisa bivariat
menyatakan bahwa pengetahuan
responden baik akan tetapi sikap
reponden negatif, berdasarkan
karakteristik dan lahan penelitian ha lini dikarenakan pihak sekolah belum pernah mengundang orangtua atau
Roudotutta’lim untuk membicarakan perihal memonitoring kebersihan diri pada anak.
Peneliti ini mendapatkan hasil uji Chi-square diperoleh p-value = 0,05,
sehingga dapat disimpulkan ada
hubungan antara pengetahuan dengan sikap keluarga dalam melaksanakan personal hygiene pada anak sekolah di MI Roudotutta’lim.
Hasil ini sejalan dengan penelitian Dharma (2015) yang dilakukan kepada 47 perawat. Hasil penelitian didapatkan adanya hubungan pengetahuan dengan sikap perawat dalam pelaksanaan family centere care di ruang rawat inap
anak, dengan nilai p-value =
0,004(0,05). Artinya pengetahuan
perawat yang baik berhubungan dengan
sikapnya dalam family centre care
didapatkan, dari 26 (56,5%) perawat yang berpengetahuan baik, sebanyak 4 responden (15,4%) memiliki sikap
yang tidak mendukung dan 22
responden (84,6%)memiliki sikap yang mendukung.
Penelitian lainnya juga menunjukkan hal yang serupa penelitian yang dilakukan oleh Pawestri (2012) yang dilakukan kepada 56 siswi. Hasil
penelitian hubungan pengetahuan
dengan sikap remaja putri tentang kebersihan alat kelamin pada saat menstruasi di Madrasah Tsanawiyah
Husnul Khatimah 02 Pengkol
Temblang Semarang didapatkan hasil sebagian besar (69,6%) responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik, dan (53,6%) responden memiliki
sikap yang baik p-value 0,003
(p>0,005).
Simpulan Dan Saran
Simpulan
1. Sebagian besar dari keluarga 127
responden (64,8%) pengetahuan keluarga tentang melaksanakan personal hygiene pada anak sekolah di MI Roudotutta’lim, dalam kategori baik.
2. Kurang dari sebagian keluarga 96
responden (49%) memiliki sikap yang positif dalam melaksanakan
personal hygiene pada amak sekolah di MI Roudotutta’lim.
3. Ada hubungan pengetahuan
dengan dikap keluarga terhadap
melaksanakan personal hygiene
pada anak sekolah di MI
Roudotutta’lim.
Saran
1. Bagi Sekolah
Bagi MI Roudotutta’lim peneliti menyarankan agar pihak sekolah dapat melakukan aktivitas pada
anak, memberikan edukasi
mengenai cara menggosok gigi yang benar, mencuci tangan yang
benar serta untuk menjaga
kebersihan diri yang baik dan benar. Pihak sekolah melibatkan
keluarga untuk memonitoring
kebersihan diri pada anak. Pihak
sekolah dapat melakukan
kerjasama dengan dokter gigi untuk pemeriksaan gigi rutin di sekolah, pihak sekolah dapat
melakukan kerjasama dengan
puskesmas terdekat untuk
memberi penyuluhan cara
menjaga kebersihan diri yang baik dan benar pada anak.
2. Bagi keluarga
Bagi keluarga dapat menerapkan sikap yang baik pada anak tentang Kebersihan diri. Keluarga dapat mengetahui dampak negatif akibat kebersihan diri yang kurang dengan cara lebih memerhatikan kebersihan pada anak secara rutin. 3. Bagi peneliti selanjutnya.
Peneliti menyarankan kepada
peneliti selanjutnya untuk
menjadikan hasil penelitian
sebagai pendukung dan acuan
untuk melakukan penelitian
selanjutnya dengan judul
Daftar Pustaka
Alimul, A. 2008. Pengantar Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur
Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Andarmayo, Sulistyo. 2012. Keperawatan
Keluarga : Konsep Teori, Proses dan
Praktik Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Andriyani, Rika. 2014. Pengetahuan Orang
Tua Tentang Obesitas pada Anak.
Diperolehpada 20 Juli 2017 pukul 13.50
Devi, 2015. Peran Guru Terhadap
Kebersihan Diri Anak Usia 4-5 tahun Di Paud Sutitah Soedarso 1 Desa Jungkat. Diperolehpada 19 Juli 2017 pukul 11.02 WIB
Yusfidarwati,2012. Meningkatkan
Keterampilan Memotong Kuku Melalui Metode Demonstrasi Bagi Anak Tunagragita Ringan. Diperolehpada 19 Juli 2017 Pukul 11.10 WIB
Dharma, Kelana K. 2011. Metofologi
Penelitian Keperawatan, Paduan Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Cetakan Pertama. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Dingwall, Linsday. 2010. Higiene Personal : Keterampilan Klinis Perawat.
Jakarta : EGC.
Depkes RI. 2010. Profil Kesehatan
Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
Hidayat, Aziz Alimul. 2014. Metode
Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.
Irichtyanie Aulia,Farah.2014. Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Tentang
Personal Hygiene Terhadap
Pengetahuan Dan Sikap Siswa Di Sdn Rembes 1 Dusun Watugimbal Kecamatan Beringin Kabupaten
Semarang. Semarang,
Diperolehpada 2 Januari 2016 pukul 12.15 WIB.
Isro’in, Laily dan Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Personal hygiene : Konsep, Proses, dan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu
KNEPK. 2010. Komisi Nasional Etika
Penelitian Kesehatan.
Diperolehpada 04 Februari 2017 jam 10.25.
Laily & Sulistyo. 2012. Personal Hygiene Konsep Proses Dan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Nazir, Moh. 2014. Metode Penelitian.
Bogor: Ghalia Indonesia.
Nazir. 2011. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo.2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan / Soekidjo Notoatmodjo. Jakarta : Rineka Cipta.
Nurjanah, Anna. 2012. Personal Hygiene Anak Sekolah Dasar Negeri Jatinangor. Bandung, Diperoleh pada, 2 Januari 2016 pukul 12.30 WIB.
Prthama. 2015. Hubungan Pengetahuan
Dengan Sikap Perawat Dalam Pelaksanaan Family Centered Care Di Ruang Rawat Inap Anak, Bandung. Diperolehpada 20 Juli 2017 pukul 12.22 WIB.
Pawestri, dkk. 2012. Hubungan
Pengetahuan Dengan Sikap
Remaja Putri Tentang Kebersihan
Alat Kelamin Pada Saat
Menstruasi Di Madrasah
Diperoleh pada 20 Juli 2017 12.44
Winita, dkk. 2012. Hubungan Sanistasi Diri Dengan Kejadian Kecacingan Pada Siswa SDN X Paseban, Jakarta Pusat. Jakarta, Diperoleh pada 20 Juli 2017 13.00 WIB.
Sajida, dkk. 2012. Hubungan Personal
Hygiene Dan Sanitasi Lingkungan Dengan Keluhan Penyakit Kulit Di Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2012, Diperoleh pada 19 Juli 2017 pukul 12.30 WIB.
Setiawan Doni, 2014. Keperawatan Anak & Tumbuh Kembang. Yogyakarta : Nuha Medika.
Setiadi. 2013. Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sihite, Johan H. (2012). Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi Orangtua dengan Status Bebas Karies Pada Anak
Usia 7-11 Tahun.
http://repository.usu.ac.id/bitstrea m/1 23456789/33762/6/Cover.pdf diperoleh tanggal 10 Desember 2012
Siwach, Meena. (2009). Impact of Health Education Programme on the
Knowledge and Practices of School Children Regarding Personal Hygiene in Rural Panipat : Kamla-Raj Int J Edu Sci, 1(2): 115-118
Soelaeman.2012. Pendidikan Dalam
Keluarga. Bandung: Alfabeta.
Suwandi, Jhons Fatriyadi.2017. Dampak
Infestasi Pedikulosis Kapitis Terhadap Anak Usia Sekolah. Diperolehpada 2 januari 2016 pukul 12.30 WIB.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Wartonah, Tarwoto. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta. SalmebaMedika.
Wawan, A dan Dewi M. 2010. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Cetakan II. Yogyakarta: Nuha Medika.