• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

LANDASAN TEORI

2.1 Gangguan Kepribadian Psikopatik

Terdapat beberapa jenis gangguan kepribadian, salah satu diantaranya yaitu gangguan kepribadian psikopatik. Psikopatik merupakan istilah yang dituju pada penderita gangguan yang dialami oleh para psikopat. Hare (1993) mendeskripsikan psikopat sebagai predator yang menggunakan daya tarik, manipulasi, intimidasi, dan kekerasan untuk mengendalikan seseorang demi memuaskan kebutuhan egois mereka. Psikopat memiliki kurangnya hati nurani dan perasaan terhadap orang lain. Mereka berdarah dingin mengambil apa yang mereka inginkan dan melakukan apa yang mereka harapkan, melanggar norma sosial dan berekspektasi terhadap sesuatu tanpa adanya rasa menyesal atau bersalah (Perri & Lichtenwald, 2010:54). Psikopati oleh Hare (1995) dalam Cooke dll (1998:105) memiliki definisi gangguan kepribadian yang merusak hubungan secara sosial, dilihat dari hubungan antar pribadi yang mencakup karakteristik perilaku. Egosentris, manipulatif, kebohongan, kurangnya rasa empati, rasa bersalah atau penyesalan, serta kecenderungan untuk melanggar norma dan pernyataan umum yang legal.

Terkait karakteristik psikopat, dalam Jacoubs (2009:7), Hare (1992) mengutarakan bahwa psikopat fasih dalam berbicara dan memiliki penampilan yang menarik. Para psikopat cenderung mendominasi orang lain dan tidak memiliki penyesalan atas kesalahan yang dilakukannya. Secara umum psikopat memiliki kepribadian yang muluk, egois, dan memiliki kemampuan dalam melakukan manipulasi. Mereka pandai dalam berbohong, khusunya memiliki kehidupan layaknya parasit yang dikarakterisasikan dari kurangnya kepedulian terhadap sesama. Lainnya, psikopat menunjukkan sikap dingin atau tidak berperasaan yang ditunjukkan dari terbatasnya kemampuan mereka dalam memahami perasaan orang lain. Sikap dingin yang dimiliki oleh psikopat didukung dengan emosi psikopat yang labil dan dangkal. Selain itu, psikopat juga memiliki kepribadian yang impulsif (berpusat pada isi hati). Mereka cenderung mencari perhatian orang lain, yang sering menyebabkan mereka terlibat dalam peradilan pidana.

Selama perjalanan hidup Hare, Hare telah banyak meneliti mengenai gangguan kepribadian yang dimiliki oleh para psikopat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hare, secara empiris dibuktikan dari kesaksian psikopat secara individual dalam

(2)

ditunjukkan rentan terhadap kekerasan dan terdapat juga kepribadian psikopatik yang tidak rentan terhadap tindakan kekerasan (Jacoubs, 2009:2). Dalam penelitiannya, Hare mengelompokkan ciri-ciri psikopat dalam psychopathy-checklist. Ciri-ciri dari psychopathy-checklist dapat dilihat pada sub-bab berikutnya.

2.2 Psychopathy-Checklist

Psychopathy-checklist adalah alat klinis yang kompleks, berisikan kunci dari ciri-ciri serta kepribadian yang dimiliki oleh para psikopat (Hare, 2011). Dalam Larsen & Buss (2008:631-632), Robert Hare menggolongkan ciri psikopat dalam psychopathy-checklist diantaranya:

• Anti-sosial • Egosentris

• Kurangnya kepedulian terhadap sesama • Kurangnya rasa empati

• Berperilaku impulsif

• Kurangnya kemampuan dalam mengontrol diri • Emosi dangkal

• Tidak adanya rasa takut

• Keinginan memiliki yang tinggi untuk kepuasan pribadi • Memiliki penampilan luar yang menarik

• Memiliki hubungan sosial yang kejam terhadap sesama • Adanya permasalahan kronis di masa dini

Berdasarkan ciri psikopat dalam psychopathy-checklist, penulis akan menggolongkan situasi berdasarkan tingkat kekejaman yang dilakukan oleh tokoh. Situasi akan diurutkan dari gejala yang kecil dimana situasi menunjukkan tidak adanya tindakan kekerasan terhadap sesama, hingga situasi dimana tokoh melakukan tindakan pembunuhan. Pada sub-bab akhir, akan dijelaskan mengenai masa lalu tokoh yang memicu tokoh mengalami ganggguan kepribadian psikopatik.

Dalam situasi yang dialami tokoh, terdapat beberapa situasi yang memiliki keterkaitan serupa antara satu ciri dengan ciri lainnya dalam psychopathy-checklist. Penulis hanya akan menyampaikan kesamaan dari ciri dalam bab hasil dan bahasan

(3)

dengan memaparkan ciri perilaku yang terdapat pada psychopathy-checklist. Berikut pembagian sub-bab dalam bab hasil dan bahasan.

2.3.1 Anti-sosial

Terkait dengan hubungan sosialisasi, psikopat umumnya tidak memiliki hubungan yang baik terhadap sesama (Hare, 2011). Psikopati dan gangguan kepribadian anti-sosial secara positif memiliki keterkaitan satu sama lain. Hal ini dilihat dari faktor yang berkaitan dengan psikopati yaitu emosi psikopat yang berpendirian teguh dan gaya hidup anti-sosial. Emosi teguh yang dimiliki psikopat mencakup kurangnya kemampuan dalam memproses informasi secara emosional, kurangnya kemampuan dalam memahami orang lain, dan mengabaikan emosi orang lain. Demikian penjelasan Hare terhadap kaitannya dalam psikopati. Dengan menggunakan psychopathy-checklist untuk mendiagnosa psikopatologi, Hare mengungkapkan bahwa 80% para kriminal terkategorikan memiliki gangguan kepribadian anti-sosial dan hanya 20% kriteria untuk psikopati. Sebab psikopati memiliki keterkaitan dengan gaya hidup anti-sosial, tidak mengejutkan jika banyak faktor yang dimiliki oleh kepribadian anti-sosial berasosiasi dengan psikopati (Paul, 2011:320-321).

2.3.2 Egosentris, dan Kurangnya Kepedulian Terhadap Sesama (Meliputi Kurangnya Rasa Empati dan Berperilaku Impulsif)

Hare menyatakan bahwa psikopat sangat pandai dalam memberikan perhatian secara sepenuhnya terhadap sesuatu yang mereka sukai, bersamaan dengan ketidakpedulian mereka terhadap hal lain (Hare, 2011). Sifat para psikopat sering terlihat arogan bagai pembual yang tidak tahu malu, percaya diri, keras kepala, dominan dan angkuh. Mereka memiliki ketertarikan dalam mengendalikan orang lain dan tidak menginginkan orang lain memiliki opini yang berbeda dari opini mereka. Para psikopat terlihat karismatik untuk sebagian orang (Hare, 2011).

Disamping sikap egosentris, Hare (1991, 2003) dalam Stover (2008:159) juga mengungkapkan, secara umum psikopat memiliki kepribadian impulsif. Perilaku impulsif psikopat dapat dilihat dari kurangnya refleksi diri yang ditunjukkan dari tidak dipikirkannya terlebih dahulu tindakan yang akan dilakukan. Psikopat umumnya bertindak atas kemauannya sendiri, atas alasan “mereka merasa ingin

(4)

tidak jarang psikopat cepat dalam beremosi dan melakukan tindakan kekerasan terhadap orang lain. Hare (1991, 2003) menyatakan bahwa kepribadian psikopatik juga memiliki kaitan yang erat dengan emosi yang dangkal, ditunjukkan dari kurangnya rasa empati dan tidak dimilikinya perasaan terkait sikap acuh tak acuh terhadap hak, perasaan dan keselamatan orang lain. Psikopat terlihat sinis dan egois. Mereka merasakan merasakan penderitaan dan kesengsaraan orang secara abstrak dan intelektual. Bahkan mereka dapat menertawakan ketidakberuntungan orang lain, walau ia sebagai penyebabnya (Stover, 2008:155).

2.3.3 Kurangnya Kemampuan Dalam Mengontrol Diri

(Meliputi Emosi yang Dangkal dan Tidak Adanya Rasa Takut)

Sesuai yang diutarakan sebelumnya oleh Hare dalam Hare (1991:2003) bahwa psikopat memiliki kaitan yang erat dengan emosi yang dangkal. Hare menyebut “emosi yang dangkal” sebagai gangguan emosional yang membuat para psikopat terlihat dingin, juga tidak memiliki kemampuan untuk mendalami rasa emosi (Tweedy, 2013:192). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Hare, Hare mengutip psikopat pelaku pemerkosa yang menurutnya sulit dalam berempati, “Mereka ketakutan, bukan? Tapi lihatlah, aku tidak mengerti. Aku juga merasa takut sendiri, tapi hal itu menyenangkan.” Para psikopat mengerti akan rasa emosi, namun emosi yang dirasakan terlihat sangat dangkal. Selain itu, terdapat juga psikopat lain yang tidak mengerti akan “rasa takut”. Ketika mereka ditanya apa yang mereka rasakan ketika dibidik dengan pistol, mereka tidak merasakan sensasi apapun pada tubuh mereka. Berdasarkan bukti tersebut, Hare menyimpulkan bahwa psikopat kurang memiliki hati nurani sebab mereka tidak mengalami rasa emosi berupa rasa takut dan kegelisahan yang kuat dalam hidupnya (Hirstein, 2005:91).

2.3.4 Keinginan Yang Besar Untuk Memonopoli

(Keinginan Memiliki yang Tinggi untuk Kepuasan Pribadi)

Terdapat beberapa psikopat yang mampu dalam berperilaku, namun perilaku yang ditunjukkan oleh mereka bukan hanya terlihat mengerikan tapi juga mengherankan bagi manusia normal. Demikian dinyatakan Hare dalam Feinberg (2003:170).Terkait secara emosional, Hare (1991, 2003) dalam Stover (2008:155), menyatakan bahwa para psikopat cenderung memandang emosional sebagai wujud kelemahan. Mereka

(5)

memanfaatkan perasaan tersebut untuk masuk ke dalam perasaan orang lain dengan tujuan mengeksploitasi mereka. Psikopat memungkinkan dapat memperlakukan orang lain tanpa adanya perasaan dan juga kejam. Tindakan yang dilakukan oleh psikopat secara umum melibat tindakan kekerasan. Akan tetapi, tindakan yang mereka lakukan tidak selalu berupa tindakan kriminalitas. Demikian hal yang diungkapkan oleh Hare dalam penelitiannya mengenai emosional yang terdapat pada psikopat.

2.3.5 Memiliki Hubungan Sosial yang Kejam Terhadap Sesama

Perilaku psikopatik berdasarkan ciri memiliki hubungan sosial yang kejam terhadap sesama pada psychopathy-checklist (Larsen & Buss, 2008:631-632), dibagi menjadi dua golongan yaitu dilakukannya penipuan dan manipulasi terhadap orang lain, serta berperilaku kejam terhadap sesama.

2.3.5.1 Melakukan Penipuan dan Manipulasi Terhadap Orang Lain (Memiliki Penampilan Luar yang Menarik)

Salah satu ciri dari psychopathy-checklist terdapat ciri berupa dimilikinya penampilan luar yang menarik oleh para psikopat. Memungkinkan setiap orang dapat berpikir bahwa hal ini menyangkut akan kecantikan atau ketampanan yang dimiliki para psikopat. Akan tetapi Hare menunjukkan pengertian ini lebih kepada penampilan luar psikopat yang pandai dalam berbicara. Demikian pengertian Hare dalam Stover (2008:152), Hare mengartikan penampilan luar yang menarik sebagai kemampuan mereka dalam fasih berbicara, lancar berbicara secara lisan, dan bermuka dua yang memiliki daya tarik. Dalam percakapan, psikopat terlihat sangat halus, menarik, dan menghibur. Akan tetapi hal tersebut dipersenjatai dengan sindiran yang cerdas dan mampu meyakinkan orang lain dengan menceritakan sesuatu yang mencerminkan secara positif pada dirinya. Meskipun demikian, mereka dapat dipercaya sepenuhnya oleh orang lain (Stover, 2008:152). Hare (1993) dalam Hirstein (2005:92), menyatakan kebohongan yang ditunjukkan oleh para psikopat terlihat begitu nyata. Sikap pengabaian akan kebohongan oleh para psikopat yang disebut sebagai pembohong ini benar-benar luar biasa. Hal tersebut menyebabkan pendengar untuk takjub akan kewarasan pembicara.

(6)

mengungkapkan rasa cinta yang sebenarnya terhadap orang lain. Berdasarkan pernyataan oleh Hare, mereka dapat bersyair, namun perkataan mereka tidak dapat menunjukkan emosi dari cinta yang sebenarnya (Hartley&Brownell, 2008:192). Tidak hanya ketidakmampuan psikopat dalam hal cinta, psikopat juga memiliki kelemahan dalam merasakan akibat dari kepribadian yang dimiliki mereka (Hare, 2011). Mereka melakukan kebohongan untuk memanipulasi, melakukan kecurangan, dan menipu orang lain. Motivasi mereka adalah untuk keuntungan pribadi, dan perilaku manipulatif mereka dapat dilakukan tanpa disadari oleh para korban. Perilaku manipulatif para psikopat tidak memerlukan tindakan kriminal (Stover, 2008:154). Ketika Hare melakukan wawancara pada para psikopat, mereka dapat berkata, “Bagaimana saya sejauh ini?” (Stover, 2008:152). Hal tersebut menunjukkan meski psikopat memiliki gangguan kepribadian, mereka mampu berperilaku wajar dengan menanyakan situasi diri mereka ketika di wawancara.

2.3.5.2 Berperilaku Kejam Terhadap Sesama

Bartol & Bartol (2011:100), menuliskan pernyataan Hare pada tahun 1984 bahwa kepribadian para psikopat memiliki kesesuaian dengan kecenderungan dalam melanggar aturan serta ekspektasi masyarakat. Para kriminal yang melanggar aturan, menjalankan keseluruhan dari pencurian kecil dan penipuan pada kekerasan berdarah dingin.

Berdasarkan tindak kekejaman yang terlihat tanpa perasaan yang dilakukan oleh para psikopat, mereka diungkap tidak mengerti akan hati nurani. Hare (1993) mendiskusikan peran “inner speech” dan citra dalam perkembangan dan operasi hati nurani, “Pengalaman emosional, gambaran, dan dialog internal yang memberi ‘gigitan’ pada hati nurani, menjelaskan kontrol kuat atas perilaku dan menghasilkan rasa bersalah dan penyesalan atas pelanggaran. Hal tersebut merupakan sesuatu yang tidak dimengerti oleh para psikopat. Bagi mereka, hati nurani merupakan kesadaran secara intelektual bagi setiap orang untuk berbaikan.” Para psikopat mengerti arti kata dalam kamus, namun mereka gagal dalam memahami makna emosional. Standar tes neuropsikologis gagal dalam mengungkapkan adanya indikasi kerusakan otak pada kelompok yang didefinisikan sebagai psikopat. Hal ini mengungkapkan bahwa psikopat tidak gila (Cooke dll, 1998:112). Berdasarkan pembelajaran Hare, bagi psikopat kalimat “aku mencintaimu” tidak berarti apa-apa daripada “aku akan

(7)

minum kopi”, atau bahkan kurang dari itu (Patterson, 2011). Hare (1993), mengungkap bahwa psikopati dianggap sebagai sosok gangguan kepribadian yang paling sulit untuk diobati. Psikopat kurang memiliki wawasan terhadap gangguan yang dimiliki oleh mereka (Cooke dll, 1998:258), termasuk ketidakmampuan mereka dalam membentuk dan menopang hubungan yang kekal dan berarti bagi pasangan mereka (Cooke dll,1998:161).

Terkait kurangnya wawasan psikopat terhadap gangguan yang dimiliki mereka serta keegoisan psikopat yang terlihat ekstrim, psikopat bahkan memiliki aturan mereka sendiri. Hare mengumpamakan bahwa psikopat melihat diri mereka sendiri sebagai “pusat alam semesta” bagai makhluk superior yang hidup dalam aturan mereka sendiri. Berdasarkan penelitiannya, salah satu subjek Hare mengucapkan, “Bukan berarti aku tidak mengikuti aturan. Aku mengikuti aturanku sendiri. Aku tidak pernah melanggar aturanku.” Demikian ia mendeskripsikan aturan yang dimilikinya dalam ruang lingkup “tujuan utama” yang dimilikinya (Hare, 2011). Hal tersebut menunjukkan bahwa para psikopat tidak ingin untuk disalahkan.

2.3.6 Adanya Permasalahan Kronis di Masa Dini

(Memiliki Masalah Kepribadian Kronis di Masa Dini)

Bagaimana seseorang dapat mengalami gangguan kepribadian atau bagaimana seseorang dapat menjadi psikopat, tidak secara langsung terjadi bagi manusia berkepribadian normal. Seseorang berubah menjadi lebih baik atau lebih buruk, memiliki hal yang memicu sebab dari perubahan yang mereka lakukan. Hare (1991, 2003) dalam Stover (2008:155), mengungkapkan bahwa terdapat pengalaman di buruk di masa lalu oleh para psikopat, salah satunya adalah siksaan secara emosional oleh anggota keluarga. Berdasarkan pernyataan tersebut, terdapat kaitan yang erat antara hubungan anak dan orang tua dalam perkembangan kepribadian anak, seperti hal yang diungkap oleh Horney dalam teorinya. Berdasarkan teori Horney, Horney secara garis besar menuliskan kaitan antara hubungan orang tua dan anak. Teori Horney dalam Hambali & Jaenudin (2013:83-84), mengungkapkan pandangan tentang pentingnya masa-masa awal kehidupan dalam membentuk kepribadian pada masa dewasa. Horney merasa bahwa pada masa kanak-kanak, bukan faktor biologis, melainkan faktor sosial yang mempengaruhi perkembangan kepribadian. Tidak ada tahapan universal dalam perkembangan ataupun konflik masa kecil yang tidak

(8)

kebutuhan terhadap rasa aman dan kepuasan. Keduanya merupakan dorongan yang bersifat universal dan sangat penting. Akan tetapi, dalam teorinya, Horney beranggapan bahwa rasa aman jauh lebih penting daripada kepuasan. Hal utama yang menentukan kepribadian adalah kebutuhan rasa aman, yang berarti perlindungan dan bebas dari rasa takut. Ada tidaknya rasa aman dan ketakutan akan menentukan tingkat normal tidaknya perkembangan kepribadian selanjutnya. Rasa aman seorang anak sepenuhnya bergantung pada perlakuan yang diterimanya dari orang tua, salah satunya berupa ada tidaknya kehangatan dan kasih sayang yang diperoleh anak oleh orang tua. Bentuk perilaku mengurangi rasa aman oleh orang tua dapat berupa pilih kasih terhadap saudara kandung secara terang-terangan, hukuman yang tidak adil, perilaku yang tidak menentu, janji yang tidak ditepati, ejekan, hinaan, dan pengasingan anak dari orang lain.

Terdapat banyak faktor dalam lingkungan yang dapat menyebabkan timbulnya rasa tidak aman pada seorang anak, yaitu yang disebut oleh Horney dalam Hambali & Jaenudin (2013:86) sebagai basic evil. Basic evil meliputi pengabaian, penolakan, kurangnya perhatian terhadap kebutuhan anak, kurangnya bimbingan, penghinaan, kurangnya kehangatan, diskriminasi, dan sebagainya. Rasa tidak aman membuat anak mengembangkan berbagai strategi untuk mengatasi perasaan-perasaan isolasi dan tidak berdayanya. Ia dapat menjadi bermusuhan dan ingin membalas dendam terhadap orang-orang yang menolaknya. Terkait hal tersebut, pada Hambali & Jaenudin, 2013:91), Horney menyatakan bahwa dengan memberikan kondisi yang tepat pada masa anak-anak, banyak anak akan tumbuh dan berkembang di dalam kepribadian dewasa yang berintegrasi dengan baik dan menyatu.

Terkait tindakan kekerasan dalam keluarga, Yasuda (1998:61-62) menuliskan: 実の親が息子を殺さなければならないくらい日本の家庭は荒んでいま す。このような恥ずかしい事件は日本だけです。子共が親を殺したり、 まさに世紀末の光景ですが、動物の社会では子を殺す親、親を殺す子 はいません。

Terjemahan:

Jumlah orang tua kandung yang mau tidak mau membunuh anaknya, telah berkembang secara signifikan dalam keluarga Jepang. Pernyataan kasus memalukan ini hanya terjadi di Jepang. Anak membunuh orang tuanya sendiri bagaikan gambaran akhir zaman ini, meski dalam dunia hewan terdapat anak yang membunuh orang tuanya, akan tetapi tidak ada orang tua yang membunuh anaknya.

(9)

Berdasarkan situasi keluarga di Jepang yang diutarakan oleh Yasuda, kasus kekerasan orang tua terhadap anak dan kasus kekerasan anak terhadap orang tua juga terjadi pada Yuno dalam komik Mirai Nikki.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan terbentuknya beberapa Satlat di luar negeri tersebut maka peluang Tarung Derajat untuk menjadi salah satu cabang beladiri yang dipertandingkan di tingkat

Bagaimana dengan jari-jari cincin Newton yang dibentuk, jika panjang gelombang cahaya yang digunakan semakin diperkecil. Tidak terjadi

Kegiatan pembelajaran berikutnya yaitu membaca teks mengenai anggota tubuh hewan dan fungsinya. Salah satu siswa membacakan teks di buku pegangan siswa yang ditunjuk oleh guru

Dengan kata lain bahwa kamus Frederik de Houtman dapat dijadikan rujukan yang sangat berharga dalam meneliti situasi kebahasaan Melayu di awal abad ke-17, dan

Target penerimaan perpajakan pada APBN tahun 2013 ditetapkan sebesar Rp1.193,0 triliun, terdiri atas pendapatan pajak dalam negeri sebesar Rp1.134,3 triliun

Pengukuran kualitas layanan dengan SERVQUAL seharusnya diikuti dengan pengaplikasian QFD untuk memperjelas action plan yang harus dilakukan untuk menutup gap

Pengujian kekerasan dilakukan dengan metode Vickers skala mikro untuk sampel hasil sintesis, hasil penempaan dan pengerolan paduan ZrNbMoGe pada posisi di dalam

Dari hasil yang diperoleh pada penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa semakin besar konstanta transformasi (alpha) yang digunakan dalam proses transformasinya,