YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Yeremia Priyadi
NIM. 058114085
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
dunia ini sehingga
IA
mengaruniakan
Anak
NYA
YANG TUNGGAL SUPAYA BARANGSIAPA
YANG PERCAYA KEPADA
NYA
TIDAK AKAN BINASA
inginkan kepada
ALLAH
dalam DOA
disertai dengan UCAPAN SYUKUR”
“Serta berbahagialah orang yang takut akan
TUHAN
dan mengandalkan
TUHAN
,
yang menaruh
harapannya pada
TUHAN!
Ia akan seperti POHON
yang ditanam DI TEPI ALIRAN AIR,yang
MERAMBATKAN AKAR-AKARNYA ke tepi batang air,
dan yang TIDAK MENGALAMI datangnya panas terik,
yang daunnya TETAP HIJAU, yang TIDAK KUATIR
dalam tahun kering, dan yang TIDAK BERHENTI
MENGHASILKAN BUAH, APA SAJA yang diperbuatnya
BERHASIL”
“KUPERSEMBAHKAN KARYA TERBAIKKU
UNTUK
YESUS KRISTUS, TUHAN
DAN JURUSELAMATKU,
KELUARGA TERCINTA, KEKASIHKU LINDA
TERCINTA, SERTA ALMAMATERKU…”
kemurahan, kasih setia, dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan
akhir ini guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata
Satu Program Studi Ilmu Farmasi (S.Farm).
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah sesuatu hal
yang mudah, hanya dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak penulis
mampu menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus Allah dan Bapa kami, atas semua kasih setia dan
anugerah-Nya, tanpa-Nya penulis tidak mampu untuk menyelesaikan
penelitian ini.
2. Yayasan Kanker Indonesia yang telah bersedia bekerja sama untuk
melakukan penelitian ini.
3. Walikota Yogyakarta c.q BAPEDA Kota Yogyakarta yang telah
memberikan ijin untuk melakukan penelitian di kota Yogyakarta.
Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk
melakukan penelitian kepada guru-guru wanita sekolah dasar di Kota
Yogyakarta
5. Rita Suhadi M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
memberikan dukungan dan bimbingan kepada penulis.
8. Aris Widayati, M.Si., Apt. atas kesempatan yang diberikan untuk
melakukan penelitian yang telah direncanakan dan diprogramkan.
9. Romo Drs. Petrus Sunu Hardiyanta, S.J., S.Si. yang telah memberikan
arahan dan bimbingan mengenai statistik untuk pengolahan data.
10.Ir. Ig. Aris Dwiatmoko, M.Sc. yang telah memberikan arahan dan
bimbingan mengenai statistik untuk pengolahan data.
11.Orangtua tercinta yang telah merawat, membesarkan, dan mendidik
penulis, serta telah memberi dukungan baik materiil maupun spirituil dan
juga atas kasihnya yang tiada terkira.
12.Saudara-saudaraku terkasih, Yohan, Ester, Anto, David, dan Lukas yang
telah menjadi saudara-saudaraku yang luar biasa dan atas kasih, dukungan,
serta pengorbanannya.
13.Ibu Yan Ik, Erna, Liu, dan Bapak Tjong Kwan, dan semua
saudara-saudaraku yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, atas dukungan dan
bantuannya, baik materiil maupun spirituil serta persaudaraan yang luar
biasa.
14.Kekasihku tercinta Linda Setiawati, atas dukungan, kesabaran,
pertolongan, dan cinta kasihnya yang tiada terkira, yang senantiasa
17.Bapak Wiwid dan istri, atas bantuannya selama penelitian.
18.Teman-teman satu kelompok penelitian, Kaka, Hesti, Rosye, Yuan, dan
Rita, atas kerjasamanya sejak awal, pertengahan, hingga akhir penelitian.
19.Teman-teman kelas B angkatan 2005, khususnya kelompok praktikum D,
Illon, Tami, Lina, Ong Hengky, Rio, Hani, Vika, Yesi, Bambe, Alfa, Lina
Chang, Eva, Yoke, Bustan, Vita, Imel, dan Maya atas persahabatannya.
20.Teman-teman kos Tasura 52 dan kos Ksatria atas persahabatannya, serta
Bapak dan Ibu kos yang telah memberi dukungan,
21.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
penelitian ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa
skripsi ini jauh dari sempurna karena keterbatasan pikiran, waktu dan tenaga.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar skripsi ini lebih mendekati sempurna. Akhir kata, semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pembaca semua.
Yogyakarta, 25 Desember 2008
dan juga di kota Yogyakarta. Kanker serviks dapat dicegah, bahkan diobati hingga sembuh apabila terdeteksi dini melalui papsmear. Papsmear adalah pemeriksaan sel – sel serviks untuk mendeteksi adanya sel kanker atau sel abnormal yang bertendensi menjadi kanker.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ceramah dan testimoni tentang kanker serviks dan papsmear terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku guru wanita SD di kota Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimental, dengan desain pre-post test intervention with control group. Populasi penelitian adalah guru wanita SD di Kota Yogyakarta. Teknik sampling dengan multistages cluster random sampling. Instrumen penelitian adalah kuesioner. Analisis meliputi deskriptif evaluatif dan uji statistik menggunakan Paired T-Test dan Wilcoxon untuk kelompok eksperimental serta Two Independent Sample T-Test dan Mann-Whitney U Test untuk membandingkan eksperimen dan kontrol dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ceramah dan testimoni tentang kanker serviks dan papsmear secara signifikan meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku guru wanita sekolah dasar di kota Yogyakarta.
and even curable if the cancer early detected with papsmear. Papsmear is cervical cels screening to detect cancer cel or abnormal cel that potentially become a cancer.
The purpose of this research is to know the influence of cervical cancer and papsmear training and testimony to knowledge, attitude, and behaviour of women teacher in elementary school at Yogyakarta city. It is a quasy experimental research with pre-post test intervention with control group design. The population is the women elementary school teacher in Yogyakarta city. The sampling method is multistages cluster random sampling. The research instrument is questionnaire. The analysis include evaluative descriptive and statistical test with Paired T-Test and Wilcoxon for experimental group and Two Independent Samples T-Test and Mann-Whitney U Test to compare the experimental and control group with 95% of signification. Result of this research shows that cervical cancer and papsmear training and testimony significantly increased the knowledge, attitude, and behaviour of women teacher in elementary school at Yogyakarta city.
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
PRAKATA ... vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... x
INTISARI ... xi
ABSTRACT ... xii
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xviii
DAFTAR GAMBAR ... xx
DAFTAR LAMPIRAN ... xxi
BAB I. PENGANTAR ... 1
A. Latar Belakang ... 1
1. Permasalahan ... 4
2. Keaslian penelitian ... 4
3. Manfaat penelitian ... 6
B. Tujuan Penelitian ... 6
1. Tujuan umum ... 6
C. Papsmear ... 10
D. Edukasi Kesehatan ... 12
E. Pengetahuan ... 17
F. Sikap ... 20
G. Perilaku ... 22
H. Landasan Teori ... 26
I. Kerangka Konsep ... 27
J. Hipotesis ... 27
BAB III. METODE PENELITIAN ... 28
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 28
B. Variabel Penelitian ... 29
C. Definisi Operasional ... 29
D. Subjek Penelitian ... 30
E. Tempat Penelitian ... 31
F. Bahan Penelitian ... 31
1. Populasi Penelitian ... 31
2. Sampel (responden/subyek) dan teknik sampling ... 31
3. Besar sampel ... 33
G. Instrumen Penelitian ... 34
a. Pembuatan pertanyaan dalam kuesioner ... 37
b. Uji validitas ... 39
c. Uji reliabilitas ... 40
4. Perhitungan Sampel dan Randomisasi Sampel ... 41
a. Perhitungan Sampel ... 41
b. Randomisasi Sampel ... 41
i. Randomisasi Klaster Kecamatan ... 41
ii. Randomisasi Sekolah Dasar Setiap Klaster Kecamatan Yang Dipilih ... 42
5. Pelaksanaan Intervensi ... 42
a. Penyebaran Undangan Untuk Guru Wanita Di Sekolah Dasar Yang Digunakan Sebagai Sampel ... 42
b. Pelaksanaan Ceramah Ddan Ceramah Testimoni ... 42
6. Postest 1 Bulan Setelah Intervensi ... 43
7. Pengolahan Data ... 44
a. Manajemen data ... 44
i. Editing ... 44
ii. Processing ... 45
iii. Cleaning ... 45
I. Kesulitan Penelitian ... 51
J. Kelemahan Penelitian ... 52
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53
A. Karakteristik Responden dan Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku ... 53
1. Umur ... 53
2. Tingkat Pendidikan ... 58
3. Riwayat Informasi Tentang Kanker Serviks dan Papsmear 63
4. Riwayat Papsmear ... 67
B. Pengaruh Ceramah Testimoni terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Responden tentang Kanker Serviks dan Papsmear ... 70
1. Kelompok Perlakuan ... 70
2. Kontrol ... 73
3. Kelompok Perlakuan Dibanding Kontrol ... 75
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 84
A. Kesimpulan ... 84
B. Saran ... 85
DAFTAR PUSTAKA ... 86
(2007) ... 35
Tabel II. Pembagian Pertanyaan Favorable dan Unfavorable ... 38
Tabel III. Uji Validitas ... 40
Tabel IV. Uji Normalitas Kelompok Perlakuan dan Kontrol ... 46
Tabel V. Jenis Analisis Data yang Digunakan Pada Perlakuan dan Kontrol ... 47
Tabel VI. Uji Normalitas Kelompok Perlakuan Dibanding Kontrol... 48
Tabel VII. Umur Guru Wanita Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta terhadap Perubahan Pengetahuan ... 54
Tabel VIII. Umur Guru Wanita Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta terhadap Perubahan Sikap ... 55
Tabel IX. Umur Guru Wanita Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta terhadap Perubahan Perilaku ... 57
Tabel X. Tingkat Pendidikan Guru Wanita Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta terhadap Pengetahuan ... 59
Tabel XI. Tingkat Pendidikan Guru Wanita Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta terhadap Perubahan Sikap ... 60
Tabel XII. Tingkat Pendidikan Guru Wanita Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta terhadap Perubahan Perilaku ... 62
Tabel XIII. Riwayat Informasi tentang Kanker Serviks dan Papsmear Guru Wanita Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta terhadap Perubahan Pengetahuan ... 63
Tabel XIV. Riwayat Informasi tentang Kanker Serviks dan Papsmear Guru Wanita Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta terhadap Perubahan Sikap ... 65
Tabel XV. Riwayat Informasi tentang Kanker Serviks dan Papsmear Guru Wanita Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta terhadap Perubahan Perilaku ... 66
Tabel XVI. Riwayat Papsmear Guru Wanita Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta terhadap Perubahan Pengetahuan ... 67
Tabel XVI. Riwayat Papsmear Guru Wanita Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta terhadap Perubahan Sikap ... 68
Tabel XVIII. Riwayat Papsmear Guru Wanita Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta terhadap Perubahan Pengetahuan ... 69
Gambar 2. Skema rancangan pre-post test intervention design ... 44
Gambar 3. Penentuan Uji Signifikansi Berdasarkan Uji Normalitas Data ... 49
Gambar 4. Grafik Pengaruh Umur terhadap Pengetahuan ... 54
Gambar 5. Grafik Pengaruh Umur terhadap Sikap ... 56
Gambar 6. Grafik Pengaruh Umur terhadap Perilaku ... 58
Gambar 7. Grafik Pengaruh Tingkat Pengetahuan terhadap Perubahan Pengetahuan ... 59
Gambar 8. Grafik Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Sikap ... 61
Gambar 9. Grafik Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Perilaku ... 62
Gambar 10. Grafik Pengaruh Riwayat Informasi tentang Kanker Serviks dan Papsmear terhadap Pengetahuan ... 64
Gambar 11. Grafik Pengaruh Riwayat Informasi tentang Kanker Serviks dan Papsmear terhadap Sikap ... 65
Gambar 12. Grafik Pengaruh Riwayat Informasi tentang Kanker Serviks dan Papsmear terhadap Pengetahuan ... 66
Gambar 13. Grafik Pengaruh Riwayat Papsmear terhadap Pengetahuan .. 68
Gambar 14. Grafik Pengaruh Riwayat Papsmear terhadap Sikap ... 69
Lampiran 2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 91
Lampiran 3. Daftar SD Yang Digunakan Dalam Penelitian ... 92
Lampiran 4. Daftar Responden ... 94
Lampiran 5. Selisih Nilai Kuesioner Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku ... 97
Lampiran 6. Uji Signifikansi Kelompok Perlakuan dan Kontrol ... 104
Lampiran 7. Gambaran Pelaksanaan ... 110
Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian Pengujian Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Kepada Guru Wanita ... 111
Lampiran 9. Daftar Nama Mahasiswa yang Melaksanakan Penelitian ... 112
Lampiran 10. Surat Permohonan Ijin Kerjasama dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) ... 113
Lampiran 11. Surat Ijin Melakukan Penelitian dari Dinas Perizinan ... 114
Lampiran 12. Surat Ijin Melakukan Perpanjangan Penelitian dari Dinas Perizinan ... 115
Lampiran 13. Surat Pemberian Ijin Dinas Pendidikan untuk Diadakannya Penelitian ... 116
A. Latar Belakang
Kanker serviks (cervical cancer) adalah kanker yang terjadi pada
jaringan serviks atau leher rahim yang menghubungkan antara organ uterus dan
vagina. Di dunia, kanker serviks menempati urutan kedua sebagai jenis kanker
yang paling sering diderita oleh kaum wanita. Berdasarkan data dari NCI
(National Cancer Institute) selama tiga dekade terakhir ini di USA, insiden dan
mortalitas kanker serviks mempunyai kecenderungan menurun sampai sekitar
50%, namun penyakit ini tetap menjadi masalah kesehatan serius. Di negara yang
sama, telah diprediksi bahwa akan terjadi 11.070 kasus baru pada tahun 2008 ini
sedangkan kematian yang terjadi adalah 3.870 orang.
Penyebab penyakit kanker serviks antara lain adanya perubahan gen,
terinfeksi virus, mikroba, radiasi, atau pecemaran oleh bahan kimia. Virus di sini
misalnya virus HPV (Human Pappiloma Virus). Sementara presentase akibat
radiasi nilainya rendah sekali. Penyebab serius lainnya adalah sperma pria. Hal ini
disebabkan karena bagian kepala sperma mengandung protein dasar apabila
menyatu dengan leher rahim dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan
mutasi sel serviks yang terjadi pada masa puber wanita karena pada masa ini
serviks belum tumbuh sempurna. Oleh karena itu, disarankan untuk para wanita
agar tidak menikah pada usia muda yaitu < 18 tahun serta bila telah menikah atau
papsmear setahun sekali, bila hasilnya negatif maka pemeriksaan dapat diulang
pada usia 35 sampai 65 tahun (Anglingsari dan Yudana, 1998).
Kanker serviks merupakan kanker yang berkembang relatif lambat dan
kadang tidak menampakkan adanya gejala. Salah satu upaya deteksi dini adanya
kanker serviks adalah dengan melakukan tes papsmear secara rutin. Menurut
laporan NCI, antara tahun 1955 sampai tahun 1992 papsmear atau Papanicolaou
(Pap) smear dapat menurunkan insidensi kanker di USA sebesar 74%. Sebanyak
85% kematian akibat kanker serviks adalah pada penderita yang belum pernah
melakukan papsmear (Kasper, dkk, 2005).
Di negara berkembang seperti Indonesia, kanker serviks masih menjadi
masalah kesehatan utama bagi masyarakat. Empat dari lima kasus baru kanker
serviks terjadi di negara berkembang (Ngelangel, 2002). Pada tahun 1998,
terdapat 25,3% kasus kanker serviks di Indonesia. Angka tersebut merupakan
urutan pertama jenis kanker yang terjadi pada wanita menyusul kemudian kanker
payudara sebesar 18,4% (WHO, 2006). Pada tahun 2000, sebesar 80% kematian
akibat kanker serviks terjadi di negara berkembang (Moegni, 2002). Laporan dari
NCI pada tahun 2006 di seluruh dunia terutama di negara – negara berkembang,
kanker serviks merupakan jenis kanker pada wanita yang menempati urutan kedua
dan menjadi jenis kanker ketiga yang paling banyak menyebabkan kematian yaitu
sekitar 300.000 kematian per-tahun. Sedangkan di Yogyakarta, pada periode
1994-1999 kanker serviks menduduki peringkat kedua dari kanker yang paling
banyak diderita oleh wanita yaitu sebanyak 16,43%, satu peringkat di bawah
Berdasarkan data dari YKI (Yayasan Kanker Indonesia) Pusat, kesadaran dan
kewaspadaan masyarakat terhadap kanker masih rendah. Kewaspadaan terhadap
kanker serviks dapat dilakukan dengan cara mendeteksi lebih dini dengan
melakukan papsmear, karena kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker
yang dapat ditemukan pada stadium dini (YKI, 2000).
Perilaku untuk melakukan papsmear sebagai upaya untuk deteksi dini
kanker serviks harus ditingkatkan sehingga akan menurunkan angka kesakitan.
Pengetahuan dan sikap merupakan penyebab atau motivator bagi seseorang untuk
berperilaku (Azwar, 2007). Menurut Sarwono (1997), perilaku seseorang dapat
berubah dengan adanya tambahan informasi tentang obyek tersebut. Beberapa
model edukasi telah terbukti dapat meningkatkan perilaku, diataranya yaitu:
metode CBIA (Cara Belajar Ibu Aktif) (Suryawati, 2003), edukasi dengan
penyuluhan dan leaflet (Supardi, 1998) dan seminar – seminar atau penyuluhan
pada umumnya. Testimoni dari seseorang mengenai pengalaman yang terkait
dengan kesehatan dapat mempengaruhi perilaku kesehatan orang lain. Testimoni
merupakan pernyataan dari seseorang tentang kejadian yang dialami dan
diyakininya (Hardon, 2001). Edukasi kesehatan diperlukan untuk mendorong
perilaku yang berkaitan dengan promosi kesehatan antara lain adalah upaya –
upaya pencegahan terjadinya penyakit (Soebroto, dkk, 2001).
Metode pendidikan kesehatan yang yang baik untuk kelompok besar
besar (lebih dari 15 orang) antara lain adalah ceramah. Metode ini baik untuk
sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah (Notoatmodjo, 2003). Guru
dan menjadi panutan atau teladan bagi masyarakat di sekitarnya baik dalam hal
pengetahuan, sikap, maupun perilakunya sehingga dapat menjadi kader yang
berpotensi.
1. Permasalahan
a. Bagaimanakah pengaruh karakteristik responden berdasarkan umur,
tingkat pendidikan, latar belakang informasi tentang kanker serviks dan
papsmear, dan riwayat melakukan papsmear terhadap pengingkatan
pengetahuan, sikap, dan perilaku guru wanita Sekolah Dasar (SD) di Kota
Yogyakarta?
b. Apakah ceramah dan testimoni tentang kanker serviks dan papsmear
berpengaruh pada peningkatan pengetahuan guru wanita Sekolah Dasar
(SD) di Kota Yogyakarta?
c. Apakah ceramah dan testimoni tentang kanker serviks dan papsmear
berpengaruh pada peningkatan sikap guru wanita Sekolah Dasar (SD) di
Kota Yogyakarta?
d. Apakah ceramah dan testimoni tentang kanker serviks dan papsmear
berpengaruh pada peningkatan perilaku guru wanita Sekolah Dasar (SD) di
Kota Yogyakarta?
2. Keaslian penelitian
Sejauh yang penulis ketahui, penelitian ”Pengaruh Ceramah Dan
Testimoni Tentang Kanker Serviks Dan Papsmear Terhadap Pengetahuan,
Sikap, Dan Perilaku Guru Wanita Sekolah Dasar Di Kota Yogyakarta” belum
Penelitian lain yang sejenis dengan penelitian ini adalah :
1. “Pengaruh Penyuluhan Tentang Kanker Serviks Terhadap Perilaku Ibu
Dalam Deteksi Dini Kanker Serviks Di RT 05 RW 03 Kelurahan Bulak :
Penelitian Pra-Experimental (One Group Pra Test-Post Test Design)”,
oleh Christina Dewi P., Fakultas Kedokteran UNAIR. Populasi penelitian
ini adalah semua ibu yang tinggal di RT 05 RW 03 Kelurahan Bulak and
masuk ke dalam kriteria inklusi. Teknik sampling yang digunakan adalah
Purposive Sampling. Total sampel 44 responden. Variable independent
adalah penyuluhan kesehatan tentang kanker serviks. Variable dependent
adalah perilaku ibu yang meliputi juga pengetahuan, sikap, dan
psikomotor. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan observasi
terhadap responden.
2. “Pengaruh Metode Ceramah dan Media leaflet terhadap Perilaku
Pengobatan Sendiri yang Sesuai dengan Aturan untuk Keluhan Demam,
Sakit Kepala, Batuk, dan Pilek (Studi di Kecamatan Warungkondang,
Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)”, oleh Sudibyo Supardi, Litbang,
Departemen Kesehatan Indonesia. Merupakan penelitian quasiexperiment
dengan rancangan nonequivalentpre-test and post-test with control group
terhadap 140 responden di desa perlakuan dan 140 responden di desa di
Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, tahun 1998.
Tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh metode ceramah dan media
leaflet terhadap perilaku pengobatan sendiri sesuai aturan untuk keluhan
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
Meningkatkan pengetahuan dalam bidang kesehatan tentang
pengaruh dari ceramah dan testimoni terhadap pengetahuan, sikap, dan
perilaku.
b. Manfaat metodologis
Metode ini dapat digunakan untuk melakukan penelitian
tentang pengaruh edukasi kesehatan terhadap pengetahuan, sikap, dan
perilaku masyarakat.
c. Manfaat praktis
Guru wanita Sekolah Dasar di kota Yogyakarta yang telah
menerima ceramah dan testimoni tentang kanker serviks dan papsmear
diharapkan dapat menyalurkan informasi yang didapatkannya dan
menganjurkan untuk melakukan papsmear kepada orang lain.
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Mengetahui pengaruh ceramah dan testimoni tentang kanker
serviks dan papsmear terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku guru wanita
SD di Kota Yogyakarta propinsi DIY.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengaruh karakteristik responden berdasarkan umur, tingkat
b. riwayat melakukan papsmear terhadap peningkatan pengetahuan, sikap,
dan perilaku guru wanita Sekolah Dasar (SD) di Kota Yogyakarta.
c. Mengetahui pengaruh ceramah dan testimoni tentang kanker serviks dan
papsmear terhadap peningkatan pengetahuan guru wanita SD di Kota
Yogyakarta propinsi DIY.
d. Mengetahui pengaruh ceramah dan testimoni tentang kanker serviks dan
papsmear terhadap peningkatan sikap guru wanita SD di Kota
Yogyakarta propinsi DIY.
e. Mengetahui pengaruh ceramah dan testimoni tentang kanker serviks dan
papsmear terhadap peningkatan perilaku guru wanita SD di Kota
8
A. Kanker
Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel
jaringan tubuh yang menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker
ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan
kematian. Umumnya sebelum kanker meluas atau merusak jaringan di sekitarnya,
penderita tidak merasakan adanya keluhan maupun gejala. Bila sudah ada keluhan
atau gejala biasanya penyakitnya sudah lanjut (YKI, 2000).
Kanker sering dikenal oleh masyarakat sebagai tumor, padahal tidak
semua tumor adalah kanker. Tumor adalah semua benjolan tidak normal yang
bukan radang. Tumor dibagi menjadi dua golongan, yaitu tumor jinak dan tumor
ganas. Kanker adalah istilah umum untuk semua jenis tumor ganas. Sel tumor
pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga pada umumnya tumor jinak
tidak cepat membesar. Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat,
sehingga pada umumnya tumor ganas cepat menjadi besar. Sel tumor ganas
tumbuh menyusup ke jaringan sehat sekitarnya sehingga dapat merusak jaringan
sehat tersebut (YKI, 2000).
B. Kanker Serviks
Kanker serviks terbentuk pada jaringan serviks yang merupakan organ
yang menghubungkan uterus dengan vagina. Kebanyakan kanker serviks
yang menghubungkan uterus dengan vagina (NCI, 2007). Kanker serviks ditandai
dengan perdarahan abnormal atau adanya bercak – bercak coklat kemerahan
setelah berhubungan seksual, menometrorhagia, intermenstrual bleeding, vaginal
discharge, low back pain, dan terkadang muncul urinary symptom (Kasper, dkk,
2005).
Penelitian-penelitian telah menemukan sejumlah faktor yang dapat
meningkatkan risiko kanker serviks. Faktor-faktor ini dapat bekerja bersamaan
dalam meningkatkan risiko kanker serviks (Anonim, 2008a) :
a. Human papillomaviruses (HPVs): infeksi HPV merupakan faktor risiko utama
untuk kanker serviks. HPV adalah sekelompok virus yang dapat menginfeksi
serviks dan dapat berpindah melalui hubungan seksual. Beberapa tipe HPV
dapat menyebabkan perubahan sel-sel pada leher rahim dan dapat selanjutnya
dapat menimbulkan kanker.
b. Sistem imun yang melemah : wanita dengan infeksi HIV atau yang
mengkonsumsi obat imunosuppresan mempunyai risiko yang lebih tinggi
untuk berkembangnya kanker serviks.
c. Usia : kanker serviks banyak terjadi pada wanita usia sekitar 40 tahun dan
e. Merokok.
f. Mempunyai banyak anak : hasil penelitian menunjukkan bahwa melahirkan
banyak anak meningkatkan risiko kanker serviks.
C. Papsmear
Papsmear seringkali disebut paptest (Papanicolaou) diperkenalkan
pada tahun 1950 merupakan suatu cara untuk memeriksa sel – sel yang diambil
dari serviks yaitu bagian akhir dari uterus yang menghubungkan antara uterus dan
vagina. Tujuan utama dari pemeriksaan papsmear adalah mendeteksi adanya sel
kanker atau sel abnormal yang bertendensi untuk menjadi sel – sel kanker.
Pemeriksaan papsmear juga dapat mendeteksi adanya proses inflamasi atau
infeksi pada organ serviks (NCI, 2007).
Pada pemeriksaan papsmear diambil suatu sampel mukus dan sampel
sel dari leher rahim / serviks dan endoserviks dengan menggunakan spatula kayu
atau dengan cervical brush kecil. Sampel sel yang telah diperoleh kemudian
diapuskan pada objek glass dan kemudian difiksasi dengan cairan fiksatif. Sampel
ini kemudian diperiksa dengan mikroskop (Anonim, 2008b).
Pada pengapusan sel-sel serviks harus disadari bahwa material
sitologik harus berasal dari zona transformasi yang pada hampir 70% wanita
Waktu yang tepat untuk melakukan papsmear adalah ketika tidak
sedang menstruasi yaitu tepatnya 1 minggu setelah menstruasi selesai. Dua hari
sebelum pemeriksaan sebaiknya pasien tidak melakukan hubungan seksual,
menghentikan penggunaan obat-obat vaginal (kecuali atas perintah dokter) dan
menghentikan penggunaan kontrasepsi vaginal (foams, krim dan jelly), karena
hal-hal tersebut dapat mengganggu hasil pemeriksaan apusan sel (Anonim,
2008b).
Skrining kanker serviks direkomendasikan dilakukan secara rutin 1
tahun sekali dimulai pada wanita usia 30 tahun atau setelah aktif secara seksual
sebelum usia tersebut. Dokter dapat mengurangi frekuensi skrining pada pasien
yang telah 3 kali berturut-turut (3 tahun) mendapatkan hasil papsmear negatif atau
sudah tidak aktif secara seksual (Anonim, 2008b).
Tidak ada batasan usia maksimum melakukan pemeriksaan ini. Kanker
serviks yang terdeteksi paling banyak pada wanita usia lebih dari 40 tahun.
Bahkan setelah menopause pemeriksaan papsmear masih disarankan. Wanita
yang telah mengalami operasi pengangkatan uterus masih disarankan pemeriksaan
papsmear tiap tahun bila ada riwayat hasil papsmear abnormal atau riwayat
kanker saluran reproduksi bagian bawah (Anonim, 2008b).
Hasil test papsmear yang abnormal tidak selalu mengindikasikan
papsmear biasanya akan kembali normal. Apabila seorang wanita memperoleh
hasil test papsmear yang abnormal maka test ulang perlu dilakukan setiap 4-6
bulan untuk 2 tahun hingga diperoleh 3 hasil test negatif secara berurutan
(Anonim, 2008b).
D. Edukasi Kesehatan
Edukasi adalah upaya yang dilakukan agar masyarakat berperilaku
atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan,
ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran dan sebagainya melalui
kegiatan yang disebut pendidikan atau penyuluhan kesehatan (Notoatmodjo,
2003).
Pendidikan kesehatan sendiri pada hakikatnya adalah suatu kegiatan
atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau
individu. Dengan adanya pesan tersebut diharapkan dapat memperoleh
pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut akhirnya
dapat berpengaruh terhadap perilaku individu. Dalam pendidikan kesehatan,
metode pendidikan yang bersifat individual ini digunakan untuk membina
perilaku baru, atau membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatu
perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakan pendekatan individual ini
Dengan cara ini kontak antara subyek penelitian dan peneliti lebih
intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh subyek penelitian dapat diteliti
oleh peneliti sehingga dapat dibantu dalam penyelesaiannya. Dengan memberi
masukan-masukan positif tentang pendidikan kesehatan, yang pada akhirnya
oleh subyek penelitian akan ditangkap dan diterima, kemudian berdasarkan
kesadaran dan penuh pengertian akan mengubah perilaku sehatnya.
2. Wawancara
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan
penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan atau peneliti dengan subyek
penelitian untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima
perubahan, kemudian apakah ia tertarik atau tidak terhadap perubahan, selain
itu untuk mengetahui apakah perilaku yang akan diadopsi itu mempunyai
dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu
penyuluhan yang lebih mendalam lagi (Notoatmodjo, 2003).
Suryawati (2003) menemukan model edukasi dengan nama CBIA
(Cara Belajar Ibu Aktif) atau Mothers’s Active Learning Method (MALM) yang
dikembangkan oleh Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran UGM
Yogyakarta. Pada proses pengembangannya, metode CBIA dibandingkan dengan
model edukasi berupa seminar dan kelompok kontrol. Hasilnya menunjukkan
8,3 ± 0,2; P 0,01) dibandingkan dengan metode seminar (4,5 ± 0,6 sampai 6,4 ±
0,3, P 0,5), tetapi tidak signifikan jika dibandingkan dengan kelompok kontrol
(4,2 ± 0,4 to 4,8 ± 0,3). Metode CBIA menekankan pada keaktifan peserta edukasi
yang terbagi dalam kelompok – kelompok kecil untuk pengenalan obat – obat
bebas yang digunakan untuk swamedikasi. Metode CBIA menekankan agar
masyarakat belajar mandiri dan yang utama adalah memberdayakan masyarakat
dalam peningkatan penggunaan obat yang rasional (Suryawati, 1997). Dalam
implementasinya, metode CBIA ini dimodifikasi untuk edukasi berbagai problem
kesehatan.
Supardi (1998) melakukan penelitian tentang pengaruh penyuluhan
secara oral dan menggunakan leaflet terhadap peningkatan perilaku swamedikasi.
Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan yang signifikan
antara sebelum dan setelah intervensi dengan penyuluhan dan pemberian leaflet.
Peningkatan pengetahuan berpengaruh secara signifikan pada sikap dan perilaku
swamedikasi.
Model edukasi yang cukup unik pernah di uji di Peru (Peredes , et al,
1997) untuk swamedikasi kasus diare pada anak. Model edukasi ini menggunakan
rekaman video yang dikombinasi dengan siaran radio dan leaflet. Hasilnya
menunjukkan peningkatan pengetahuan yang signifikan dalam melakukan
swamedikasi diare pada anak. Penggunaan obat yang tidak diperlukan pada kasus
diare anak turun dari 43% menjadi 32%.
Sebuah penelitian pengembangan model edukasi swamedikasi telah
shopkeepers di drug store dalam pemberian obat antimalaria. Hasil penelitian
menunjukkan adanya peningkatan kerasionalan dalam memberikan obat malaria
yang signifikan.
Marsh, et al (1999) juga melakukan uji coba model edukasi bagi
remaja tentang pengetahuan seksual mereka dengan cara menyelenggarakan The
Youth Variety Show (YVS) pada sebuah stasiun radio remaja di Kenya. Hasilnya
menunjukkan kenaikan minat remaja untuk terlibat dalam acara tersebut.
Suatu program komputer bernama Personal Education Program –Next
Generation (PEP-NG) dikembangkan oleh Neafsey (2005) di USA yang dapat
meningkatkan pengetahuan mengenai Adverse Effect pada swamedikasi oleh
orang dewasa yang menderita hipertensi. Metode ini mampu mereduksi kasus
yang terkait dengan reaksi obat yang tidak dikehendaki pada swamedikasi.
World Health Organization (WHO, 2006) melaporkan beberapa model
edukasi swamedikasi ke masyarakat yaitu: street theatre yang dilakukan oleh The
New Delhi Society for Promotion Of Rational Use of Drug, dilakukan pula di
Jerman oleh BUKO Pharma-Kampagne. Bentuk edukasi lainnya yaitu: booklet
dan komik.
Metode edukasi ceramah dan testimoni :
1. Ceramah
Metode pendidikan kesehatan untuk kelompok besar akan lain
dengan kelompok kecil. Yang dimaksud kelompok besar di sini adalah apabila
antara lain ceramah. Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi
maupun rendah (Notoatmodjo, 2003).
2. Testimoni
Testimoni merupakan pernyataan dari seseorang tentang kejadian
yang dialami dan diyakininya. Testimoni dari seseorang mengenai
pengalaman yang terkait dengan kesehatan dapat mempengaruhi perilaku
kesehatan orang lain. Akan tetapi perilaku masyarakat juga dipengaruhi oleh
faktor – faktor yang bersifat dinamis yang menimbulkan konsekuensi suatu
problematika sehingga perlu pendekatan pemecahan masalah yang spesifik
dan terus menerus diperbaharui (Hardon, 2001).
Testimoni dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti kesaksian.
Jika dilihat dari makna kata, testimoni memiliki beberapa makna (Dasir,
2008):
1) Statemen yang muncul sebagai bentuk pengakuan atas sebuah fakta
(kesaksian)
2) Statemen yang muncul karena adanya kekaguman (tribute)
3) Statemen yang muncul sebagai bentuk rekomendasi dari seseorang ke
orang lain.
Testimoni bermakna kesaksian, pembuktian melalui pengalaman
langsung. Dan itu berarti apapun yang disebutkan dalam kesaksian itu adalah
sebuah kenyataan yang pernah dialami seseorang. Tentu saja, jauh lebih
karena publik mengakui kredibilitas seseorang bukan dari pengakuannya
tetapi apa yang ditunjukkannya (Dasir, 2008).
E. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan unsur – unsur yang mengisi akal dan alam
jiwa individu yang akan menimbulkan suatu gambaran, konsep, persepsi dan
fantasi terhadap segala hal yang diterima dari lingkungannya melalui panca indera
(Dharmmesta dan Handoko, 2000).
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Interval atau jarak waktu antara
perolehan informasi dengan penggalian ingatan seseorang dapat mengurangi
ketepatan mengingat kembali oleh seseorang (Suharnan, 2005).
Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat pengetahuan yang tercakup di
dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, oleh sebab itu tahu merupakan
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Secara definitif, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu ditentukan
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau kriteria yang telah ada.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena itu dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Notoatmodjo mengungkapkan pendapat Rogers bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi
proses yang berurutan, yakni:
1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2. Interest ( merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap
subjek sudah mulai terbentuk.
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus .
5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan
bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut di atas
(Notoatmodjo, 2003).
F. Sikap
Sikap adalah evaluasi, perasaan emosional, dan kecenderungan
tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dalam waktu yang
relatif lama dari seseorang terhadap beberapa obyek atau gagasan (Kotler, 1997).
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Dari berbagai batasan tentang sikap dapat
disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya
dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu.
Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas,
akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku (Notoatmodjo, 2003).
Dalam bagian lain Allport, menurut Notoatmodjo, menjelaskan bahwa
sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yaitu :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang
utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan,
dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh misalnya, seorang ibu telah
mendengar penyakit polio (penyebabnya, akibatnya, pencegahannya, dan
sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berfikir dan berusaha
supaya anaknya tidak terkena polio. Dalam berfikir ini komponen emosi dan
keyakinan ikut bekerja sehingga ibu tersebut berniat akan mengimunisasikan
anaknya untuk mencegah anaknya terkena polio (Notoatmodjo, 2003).
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan,
yakni :
1. Menerima (Receiving)
Subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek.
2. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya serta mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan. Lepas jawaban dan pekerjaan itu benar atau salah adalah
berarti orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan terhadap suatu
masalah.
4. Bertanggung jawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya merupakan
Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden
terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden (sangat setuju,
setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju) (Notoatmodjo, 2003).
G. Perilaku
Masalah kesehatan masyarakat, terutama di negara-negara berkembang
pada dasarnya menyangkut dua aspek utama, yaitu fisik, seperti misalnya
tersedianya sarana kesehatan dan pengobatan penyakit, dan non-fisik yang
menyangkut perilaku kesehatan. Faktor perilaku ini mempunyai pengaruh yang
besar terhadap status kesehatan individu maupun masyarakat (Sarwono, 1997).
Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman
serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan
respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun
dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan: berfikir,
berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan
batasan ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk
pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang
menyangkut pengetahuan, dan sikap tentang kesehatan, serta tindakannya yang
Keberhasilan upaya pencegahan dan pengobatan penyakit tergantung
pada kesediaan orang yang bersangkutan untuk melaksanakan dan menjaga
perilaku sehat. Banyak dokumentasi penelitian yang memperlihatkan rendahnya
partisipasi masyarakat dalam pemeriksaan kesehatan, imunisasi, serta berbagai
upaya pencegahan penyakit dan banyak pula yang tidak memanfaatkan
pengobatan modern. Karena itu tidaklah mengherankan bila banyak ahli ilmu
perilaku yang mencoba menyampaikan konsep serta mengajukan bukti-bukti
penelitian untuk menggambarkan, menerangkan, dan meramalkan
keputusan-keputusan orang yang berkaitan dengan kesehatan (Becker, 1995).
Becker menuliskan pendapat Kasl dan Cobb yang mengatakan bahwa
biasanya orang terlibat dengan kegiatan medis karena 3 alasan pokok , yaitu: (1)
Untuk pencegahan penyakit atau pemeriksaan kesehatan pada saat gejala penyakit
belum dirasakan (perilaku sehat); (2) untuk mendapatkan diagnosis penyakit dan
tindakan yang diperlukan jika ada gejala penyakit yang dirasakan (perilaku sakit);
dan (3) untuk mengobati penyakit, jika penyakit tertentu telah dipastikan, agar
sembuh dan sehat seperti sediakala, atau agar penyakit tidak bertambah parah
(peran sakit) (Becker, 1995).
Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respon
organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek
tersebut. Respon ini berbentuk dua macam, yakni (Notoatmodjo, 2003) :
1. Bentuk pasif adalah respon internal, yaitu yang terjadi di dalam diri manusia
dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berfikir,
2. bahwa imunisasi itu dapat mencegah suatu penyakit tertentu, meskipun ibu
tersebut tidak membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi. Contoh
lain adalah seorang yang menganjurkan orang lain untuk mengikuti keluarga
berencana meskipun ia sendiri tidak ikut keluarga berencana. Dari kedua
contoh tersebut terlihat bahwa ibu telah tahu gunanya imunisasi, dan contoh
kedua orang tersebut telah mempunyai sikap yang positif untuk mendukung
keluarga berencana, meskipun mereka sendiri belum melakukan secara
konkret terhadap kedua hal tersebut. Oleh sebab itu perilaku mereka ini masih
terselubung (covert behavior).
2. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara
langsung. Misalnya pada kedua contoh tersebut, si ibu sudah membawa
anaknya ke puskesmas atau fasilitas kesehatan lain untuk imunisasi, dan orang
pada kasus kedua sudah ikut keluarga berencana dalam arti sudah menjadi
akseptor KB. Oleh karena perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk
tindakan nyata, maka disebut overtbehavior.
Notoatmodjo berpendapat bahwa perilaku manusia itu sangat
kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Benyamin Bloom
seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku itu ke dalam 3 domain
(ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan
yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan
pendidikan. Bahwa dalam tujuan suatu pendidikan adalah mengembangkan atau
meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari (Notoatmodjo,
a. Ranah kognitif (cognitive domain)
b. Ranah afektif (affective domain)
c. Ranah psikomotor (psycomotor domain).
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan, dan untuk
kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari
(Notoatmodjo, 2003) :
a. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan
(knowledge)
b. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan
(attitude)
c. Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan
materi pendidikan yang diberikan (practice)
Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa
dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap
stimulus yang berupa materi atau objek di luarnya, sehingga menimbulkan
pengetahuan baru pada subjek tersebut. Ini selanjutnya menimbulkan respon batin
dalam bentuk sikap si subjek terhadap objek yang diketahui itu. Akhirnya
rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut
akan menimbulkan respon lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan (action) terhadap
atau sehubungan dengan stimulus atau objek tadi. Namun demikian, di dalam
kenyataan stimulus yang diterima subjek dapat langsung menimbulkan tindakan.
dahulu makna stimulus yang diterimanya. Dengan kata lain tindakan (practice)
seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan atau sikap (Notoatmodjo, 2003).
H. Landasan Teori
Kanker serviks merupakan penyakit kanker yang paling banyak
menimpa wanita di Indonesia dan merupakan jenis kanker yang menduduki
nomor dua yang paling sering diderita di seluruh dunia. Kanker ini masih menjadi
masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius karena merupakan penyebab
utama kematian wanita akibat kanker. Di Indonesia kanker serviks masih menjadi
peringkat pertama kanker yang paling sering diderita oleh wanita, sedangkan di
Yogyakarta kanker serviks merupakan peringkat kedua kanker yang paling sering
diderita oleh wanita. Pada stadium dini, kanker ini sering tidak menunjukkan
gejala dan tanda-tanda yang khas atau justru tidak ada gejala sama sekali.
Keberadaannya dapat dideteksi dengan pemeriksaan contoh sel yang diambil dari
lendir leher rahim yang disebut tes Papanicolaou atau Papsmear.
Untuk mengurangi tingkat kesakitan dan kematian akibat kanker
serviks, dapat dilakukan dengan tindakan papsmear, oleh karena itu diharapkan
para wanita khususnya dalam penelitian ini yakni para guru wanita Sekolah Dasar
mau melakukan tes ini. Pengetahuan, sikap, dan perilaku seseorang dapat
merupakan penyebab utama dari terjadinya masalah kesehatan, namun dapat pula
menjadi kunci utama dalam menangani masalah kesehatan tersebut.
Pengetahuan seseorang dapat meningkat dengan adanya tambahan
pengetahuan mengenai suatu objek tertentu. Sedangkan perilaku dapat meningkat
dengan adanya pengetahuan dan sikap yang meningkat karena perilaku dapat
terbentuk melalui proses memiliki pengetahuan dan sikap terhadap objek yang
baik atau tinggi terlebih dahulu. Ceramah merupakan salah satu metode edukasi
yang baik untuk kelompok besar yaitu lebih dari 15 orang dan dapat
meningkatkan penhgetahuan, sikap, dan perilaku. Testimoni merupakan
pernyataan dari seseorang mengenai pengalaman yang dialaminya, testimoni ini
dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku kesehatan seseorang.
I. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Gambar 1. Kerangka Konsep
J. Hipotesis
Ceramah dan testimoni tentang kanker serviks dan papsmear secara
signifikan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku guru wanita
sekolah dasar di kota Yogyakarta. Pengetahuan,
Sikap, dan Perilaku
Ceramah dan testimoni
28
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental semu (
Quasi-Experimental research) dengan rancangan penelitian pre-posttest intervention
with control group dan deskriptif evaluatif. Penelitian eksperimental semu adalah
penelitian yang mencari hubungan sebab akibat dalam kehidupan nyata, tidak
memungkinkan untuk mengontrol semua hal yang berpengaruh dan menghadapi
kesulitan teknis dan etik untuk dapat melakukan randomisasi subyek (Pratiknya,
2003).
Jenis eksperimental semu digunakan dalam penelitian ini untuk
melihat efek edukasi berupa ceramah dan ceramah testimoni terhadap
pengetahuan, sikap, dan perilaku guru wanita Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta.
Rancangan penelitian deskriptif evaluatif digunakan untuk menggambarkan
karakteristik responden berdasarkan umur, tingkat pendidikan, latar belakang
informasi tentang kanker serviks dan papsmear, dan riwayat melakukan papsmear
terhadap peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku guru wanita SD di Kota
B. Variabel Penelitian
1. Variabel pengaruh (independent) dalam penelitian ini adalah perlakuan
(intervensi) yang berupa ceramah dan testimoni tentang kanker serviks dan
papsmear.
2. Variabel terpengaruh (dependent) dari penelitian ini adalah pengetahuan, sikap
dan perilaku guru wanita SD di Kota Yogyakarta tentang kanker serviks dan
papsmear.
C. Definisi Operasional
1. Kanker serviks adalah kanker atau pertumbuhan yang tidak terkontrol yang
menyarang sel pada jaringan di dinding leher rahim.
2. Papsmear adalah suatu metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi secara
dini ada atau tidaknya kanker serviks, yang dilakukan dengan cara mengambil
sel-sel yang terdapat pada jaringan epitel leher rahim oleh dokter, bidan, atau
perawat yang terlatih dan hasilnya diperiksa di laboratorium klinik oleh ahli
Patologi Anatomi.
3. Responden dalam penelitian ini adalah semua guru wanita Sekolah Dasar di
Kota Yogyakarta baik negeri maupun swasta yang mengisi dan
mengembalikan kuesioner, dan atau bersedia menghadiri acara ceramah dan
ceramah testimoni yang diadakan oleh peneliti, serta memenuhi kriteria
inklusi.
4. Ceramah adalah metode pendidikan kesehatan berupa pemaparan materi
(tim dokter YKI) kepada responden yaitu guru wanita SD di kota Yogyakarta
secara 2 arah.
5. Testimoni adalah pernyataan pengalaman dan motivasi dari seseorang yang
pernah mengalami kanker serviks dan telah melakukan papsmear.
6. Pengetahuan adalah tingkat pemahaman responden mengenai kanker serviks
dan papsmear yang dapat diukur dengan kuesioner.
7. Sikap adalah pandangan hidup dan kecenderungan responden untuk
melakukan tindakan pencegahan kanker serviks dengan melakukan papsmear
dengan kesadaran yang didasari oleh pengatahuan, dimana hasilnya dapat
diukur dengan kuesioner.
8. Perilaku adalah hasil dari segala macam bentuk pengetahuan dan sikap
responden yang terwujud dalam suatu tindakan untuk melakukan papsmear,
meneruskan pengetahuan tentang kanker serviks dan papsmear, dan
menganjurkan untuk melakukan papsmear yang diukur dengan kuesioner.
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang digunakan adalah semua guru wanita Sekolah
Dasar di Kota Yogyakarta baik negeri maupun swasta yang mengisi dan
mengembalikan kuesioner, dan atau bersedia menghadiri acara ceramah testimoni
yang diadakan oleh peneliti, serta memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi
dalam penelitian ini adalah guru yang bekerja di Sekolah Dasar negeri maupun
pernah melakukan papsmear atau terakhir melakukan papsmear pada pertengahan
tahun 2005.
E. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Yogyakarta. Intervensi berupa
ceramah testimoni diadakan di Aula Yayasan Kanker Indonesia cabang DIY Jalan
Sekip Gang Sendowo, namun karena jumlah responden yang hadir dan memenuhi
kriteria inklusi tidak memenuhi jumlah sampel minimum, maka dilakukan
ceramah testimoni tahap dua dengan responden hasil randomisasi berikutnya.
Ceramah testimoni tahap dua ini diadakan di Aula Dinas Pendidikan Jalan Hayam
Wuruk No.9 Yogyakarta. Pengisian posttest setelah satu bulan dilakukan di
masing-masing Sekolah Dasar yang guru wanitanya sebagai responden.
F. Bahan Penelitian 1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah guru wanita Sekolah Dasar di Kota
Yogyakarta.
2. Sampel (responden/subyek) dan teknik sampling
Kriteria inklusi responden adalah guru yang bekerja di SD negeri
mapun swasta di Kota Yogyakarta, berjenis kelamin wanita, belum pernah
menerima edukasi tentang kanker serviks dan papsmear, belum pernah
Responden penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik
multistagesclusterrandom sampling. Teknik sampling ini dilakukan mengacu
pada Pratiknya (2003) dengan cara sebagai berikut:
a. Membagi wilayah Kota Yogyakarta sebagai wilayah penelitian ke dalam
klaster yang lebih kecil ruang lingkupnya yaitu kecamatan-kecamatan,
kemudian dibuat/disusun daftar klaster beserta penomorannya. Terdapat
14 kecamatan di Kota Yogyakarta yaitu Kecamatan Gondokusuman,
Danurejan, Gondomanan, Umbulharjo, Kotagede, Jetis, Tegalrejo,
Mantrijeron, Wirobrajan, Ngampilan, Pakualaman, Kraton, Mergangsan,
Gedongtengen. Menetapkan jumlah klaster yang akan dipilih atas dasar
jumlah responden berdasarkan hasil perhitungan besar sampel.
b. Memilih klaster dengan cara random murni. Berdasarkan tabel panduan
untuk menentukan banyaknya klaster sampel (Luts, 1982 cit. Pratiknya,
2003) dengan taksiran proporsi 0,50 dan jumlah klaster 14 maka
didapatkan klaster sampel sebanyak 7. Klaster sampel yang digunakan
untuk ceramah testimoni meliputi Gondomanan, Pakualaman, Danurejan,
Kotagede, Jetis, Umbulharjo, Kraton. Klaster sampel untuk kelompok
kontrol meliputi Kraton, Gondomanan, Pakualaman, Kotagede, Jetis,
Ngampilan, dan Mergangsan.
c. Membuat daftar Sekolah Dasar dari semua klaster yang terpilih sebagai
klaster sampel.
d. Memilih Sekolah Dasar dari daftar Sekolah Dasar tersebut, sebanyak yang
yang dipilih, dihitung seperti tercantum pada uraian besar sampel
selanjutnya. Melakukan identifikasi individu yang memenuhi kriteria
inklusi penelitian di dalam klaster yang terpilih.
3. Besar sampel
Besar sampel pada teknik sampling klaster multitahap dilakukan
sebagai berikut (Pratiknya, 2003):
a. Menentukan jumlah keseluruhan subjek sampel yang dihitung
menggunakan rumus besar sampel minimal:
( (Pujirahardjo, 1993).
keterangan:
n = jumlah sampel
N = besar populasi (2.012 guru wanita)
p = estimator proporsi populasi (0,5) dan q = (1-p) = 0,5
untuk setiap kelompok perlakuan.
b. Menentukan jumlah klaster sampel, dilakukan dengan menggunakan tabel
(Luts, 1982 cit. Pratiknya, 2003). Berdasarkan tabel didapatkan jumlah
klaster sampel untuk masing-masing perlakuan sebesar 7 kecamatan.
c. Menentukan jumlah keseluruhan Sekolah Dasar dalam klaster-klaster
d. Menentukan jumlah Sekolah Dasar yang harus dipilih dari tiap klaster
sampel dengan cara, d = (a x c2) / c1
Keterangan:
a = jumlah keseluruhan Sekolah Dasar sampel
c1 = jumlah seluruh Sekolah Dasar dalam seluruh klaster sampel
c2 = jumlah seluruh Sekolah Dasar dalam setiap klaster sampel
d = jumlah Sekolah Dasar yang harus dipilih dari setiap klaster
Dari perhitungan tersebut, akan diperoleh jumlah guru SD yang
akan dipilih sebagai subjek penelitian, namun karena data yang diperoleh
dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta tidak menyebutkan secara pasti
daftar dan jumlah guru untuk setiap Sekolah Dasar, maka rumus diatas
tidak dapat digunakan.
Untuk mengatasinya maka pada pengambilan sampel dilakukan
dengan merandom Sekolah Dasar untuk setiap klaster sampel dan memilih
guru wanita dari tiap Sekolah Dasar tesebut hingga memenuhi jumlah
sampel yang dikehendaki.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
Kuesioner merupakan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data,
dengan memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab. Untuk mengukur data kuantitatif dibutuhkan suatu
Kuesioner terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama mengenai karakteristik
demografi responden meliputi nama, umur, alamat, status pernikahan, lama
menikah, dan jumlah anak. Bagian kedua untuk mengukur pengetahuan, sikap,
dan perilaku responden tentang kanker serviks dan papsmear meliputi
pemahaman tentang hal-hal yang tercantum pada tabel I di bawah ini.
Tabel I. Profil Pertanyaan Dalam Kuesioner Mengacu ke NCI (2007)
No. Pertanyaan
1. Pengukuran Aspek Pengetahuan
a. Definisi Penyakit kanker serviks b. Etiologi penyakit kanker serviks
c. Tanda dan gejala penyakit kanker serviks d. Faktor risiko kanker serviks
e. Upaya pencegahan kanker serviks f. Pengertian papsmear
g. Arti penting melakukan papsmear
h. Proses papsmear
i. Rekomendasi jadwal papsmear yang teratur j. Kapan sebaiknya waktu ideal untuk papsmear
k. Bagaimana hasil papsmear dilaporkan l. Intepretasi hasil papsmear
m. Apa yang harus dilakukan jika hasil tidak normal
2. Pengukuran Aspek Sikap
a. Pendapat tentang ancaman kanker serviks pada penurunan kualitas hidup
b. Upaya pencegahan kanker serviks
c. Pendapat tentang deteksi dini kanker serviks dengan papsmear
d. Pendapat tentang hal yang menghambat (kerugian) deteksi dini dengan papsmear
e. Pendapat tentang hal yang mendukung (keuntungan) deteksi dini dengan papsmear
f. Pendapat tentang tempat melakukan papsmear
g. Pendapat tentang biaya papsmear
3. Pengukuran Aspek Perilaku
a. Melakukan atau tidak melakukan papsmear
b. Meneruskan pengetahuan tentang kanker serviks dan papsmear
Pernyataan dalam kuesioner merupakan pernyataan tertutup. Untuk
memudahkan responden menjawab, diberikan 4 pilihan jawaban, yaitu sangat
setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Untuk
menghindari kesan jawaban selalu benar atau selalu salah, maka pernyataan
negatif (unfavorable) dan pernyataan positif (favorable) harus seimbang. Variasi
pernyataan membuat responden lebih hati–hati menjawab, sehingga stereotipe
dalam menjawab dapat dihindari (Azwar, 2006). Kuesioner dibuat dengan bahasa
yang sederhana agar mudah dipahami dan tidak terjadi perbedaan penafsiran yang
dapat mempengaruhi hasil dalam penelitian.
Kuesioner perlu diuji sebelum digunakan sebagai instrument
penelitian. Uji yang dilakukan meliputi uji validitas, uji reliabilitas dengan
menghitung nilai alpha cronbach dan uji pemahaman bahasa. Materi edukasi
tentang kanker serviks dan papsmear diperoleh dari Yayasan Kanker Indonesia
yang telah standar untuk setiap edukasi (ceramah ) yang diberikan (tercantum
pada lampiran). Sedangkan, untuk testimoni nara sumber yaitu penderita kanker
serviks yang telah sembuh membagikan pengalaman mengenai penyakit yang
diderita yang meliputi gejala yang dialami, bagaimana testimoner mengetahui
tentang penyakitnya (deteksi atau diagnosis), tindakan pengobatan dan
penanganan yang dilakukan, motivasi untuk sembuh, motivasi kepada guru-guru
untuk mencegah kanker serviks dengan melakukan papsmear sebagai cara deteksi
H. Tata Cara Penelitian 1. Perijinan
Tahap ini dilakukan untuk mendapatkan ijin melakukan penelitian
pada populasi penelitian yaitu pada Guru Wanita Sekolah Dasar di Kota
Yogyakarta. Proses perijinan dimulai dengan memasukkan permohonan ijin
dan proposal penelitian ke bagian perijinan Walikota Yogyakarta c.q.
BAPEDA kota Yogyakarta. Perijinan dilkanjutkan ke Dinas pendidikan Kota
Yogyakarta.
2. Penelusuran Data Populasi
Penelusuran data polulasi dilakukan melalui Dinas Pendidikan
Kota Yogyakarta bagian pusat data kepegawaian. Di bagian ini ditelusuri data
mengenai populasi penelitian yang meliputi daftar dan jumlah SD di Kota
Yogyakarta, daftar guru Sekolah Dasar yang ada di Kota Yogyakarta.
3. Pembuatan kuesioner
Pembuatan kuesioner ada 3 tahap yaitu:
a. Pembuatan pertanyaan dalam kuesioner
Kuesioner terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama mengenai
karakteristik demografi responden meliputi nama, umur, alamat, status
pernikahan, lama menikah, jumlah anak, riwayat informasi tentang kanker
serviks dan papsmear, dan riwayat melakukan papsmear. Bagian kedua
untuk mengukur pengetahuan, sikap, dan perilaku responden tentang
Pernyataan pada bagian kedua dalam kuesioner disusun dan
dikelompokkan berdasarkan atas variabel-variabel penelitian yang ingin
diketahui yaitu pengetahuan, sikap dan perilaku berdasarkan panduan dari
NCI, 2007. Pernyataan tersebut disusun dengan modifikasi skala Likert
dari 5 pilihan menjadi 4 pilihan yaitu SS, S, TS, dan STS. Modifikasi skala
Likert dilakukan dengan menghilangkan pilihan jawaban di tengah yaitu
ragu2. Hal ini, menurut Hadi (2000) dilakukan karena kategori jawaban di
tengah memiliki arti ganda yang tidak diharapkan dalam suatu instrumen,
bisa diartikan belum dapat memutuskan atau memberi jawaban, bisa juga
diartikan netral. Jawaban di tengah juga menimbulkan kecenderungan
menjawab ke tengah, terutama bagi mereka yang ragu atas arah
kecenderungan jawabannya, setuju atau tidak setuju. Selain itu modifikasi
ini dilakukan untuk melihat kecenderungan pendapat responden ke arah
setuju atau tidak setuju, karena orang indonesia cenderung tidak mau
memberikan jawaban yang sangat ekstrim. Pertanyaan yang disusun
bersifat favorable dan unfavorable.
Tabel II. Pembagian Pertanyaan Favorable dan Unfavorable
Variabel No pertanyaan Jenis pertanyaan
favorable unfavorable
Pengetahuan
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 15,
16, 17, 18, 19
1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, , 11, 12, 16
5, 10, 15, 17, 18, 19
Sikap 9, 13, 14, 16, 20,
21 9, 14, 16, 20, 21 13