• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh ceramah dan testimoni tentang kanker serviks dan papsmear terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh ceramah dan testimoni tentang kanker serviks dan papsmear terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Yeremia Priyadi

NIM. 058114085

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

dunia ini sehingga

IA

mengaruniakan

Anak

NYA

YANG TUNGGAL SUPAYA BARANGSIAPA

YANG PERCAYA KEPADA

NYA

TIDAK AKAN BINASA

(5)

inginkan kepada

ALLAH

dalam DOA

disertai dengan UCAPAN SYUKUR”

“Serta berbahagialah orang yang takut akan

TUHAN

dan mengandalkan

TUHAN

,

yang menaruh

harapannya pada

TUHAN!

Ia akan seperti POHON

yang ditanam DI TEPI ALIRAN AIR,yang

MERAMBATKAN AKAR-AKARNYA ke tepi batang air,

dan yang TIDAK MENGALAMI datangnya panas terik,

yang daunnya TETAP HIJAU, yang TIDAK KUATIR

dalam tahun kering, dan yang TIDAK BERHENTI

MENGHASILKAN BUAH, APA SAJA yang diperbuatnya

BERHASIL”

“KUPERSEMBAHKAN KARYA TERBAIKKU

UNTUK

YESUS KRISTUS, TUHAN

DAN JURUSELAMATKU,

KELUARGA TERCINTA, KEKASIHKU LINDA

TERCINTA, SERTA ALMAMATERKU…”

(6)
(7)

kemurahan, kasih setia, dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan

akhir ini guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata

Satu Program Studi Ilmu Farmasi (S.Farm).

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini bukanlah sesuatu hal

yang mudah, hanya dengan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak penulis

mampu menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus Allah dan Bapa kami, atas semua kasih setia dan

anugerah-Nya, tanpa-Nya penulis tidak mampu untuk menyelesaikan

penelitian ini.

2. Yayasan Kanker Indonesia yang telah bersedia bekerja sama untuk

melakukan penelitian ini.

3. Walikota Yogyakarta c.q BAPEDA Kota Yogyakarta yang telah

memberikan ijin untuk melakukan penelitian di kota Yogyakarta.

Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk

melakukan penelitian kepada guru-guru wanita sekolah dasar di Kota

Yogyakarta

5. Rita Suhadi M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata

(8)

memberikan dukungan dan bimbingan kepada penulis.

8. Aris Widayati, M.Si., Apt. atas kesempatan yang diberikan untuk

melakukan penelitian yang telah direncanakan dan diprogramkan.

9. Romo Drs. Petrus Sunu Hardiyanta, S.J., S.Si. yang telah memberikan

arahan dan bimbingan mengenai statistik untuk pengolahan data.

10.Ir. Ig. Aris Dwiatmoko, M.Sc. yang telah memberikan arahan dan

bimbingan mengenai statistik untuk pengolahan data.

11.Orangtua tercinta yang telah merawat, membesarkan, dan mendidik

penulis, serta telah memberi dukungan baik materiil maupun spirituil dan

juga atas kasihnya yang tiada terkira.

12.Saudara-saudaraku terkasih, Yohan, Ester, Anto, David, dan Lukas yang

telah menjadi saudara-saudaraku yang luar biasa dan atas kasih, dukungan,

serta pengorbanannya.

13.Ibu Yan Ik, Erna, Liu, dan Bapak Tjong Kwan, dan semua

saudara-saudaraku yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, atas dukungan dan

bantuannya, baik materiil maupun spirituil serta persaudaraan yang luar

biasa.

14.Kekasihku tercinta Linda Setiawati, atas dukungan, kesabaran,

pertolongan, dan cinta kasihnya yang tiada terkira, yang senantiasa

(9)

17.Bapak Wiwid dan istri, atas bantuannya selama penelitian.

18.Teman-teman satu kelompok penelitian, Kaka, Hesti, Rosye, Yuan, dan

Rita, atas kerjasamanya sejak awal, pertengahan, hingga akhir penelitian.

19.Teman-teman kelas B angkatan 2005, khususnya kelompok praktikum D,

Illon, Tami, Lina, Ong Hengky, Rio, Hani, Vika, Yesi, Bambe, Alfa, Lina

Chang, Eva, Yoke, Bustan, Vita, Imel, dan Maya atas persahabatannya.

20.Teman-teman kos Tasura 52 dan kos Ksatria atas persahabatannya, serta

Bapak dan Ibu kos yang telah memberi dukungan,

21.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

penelitian ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa

skripsi ini jauh dari sempurna karena keterbatasan pikiran, waktu dan tenaga.

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun

agar skripsi ini lebih mendekati sempurna. Akhir kata, semoga skripsi ini

bermanfaat bagi pembaca semua.

Yogyakarta, 25 Desember 2008

(10)
(11)

dan juga di kota Yogyakarta. Kanker serviks dapat dicegah, bahkan diobati hingga sembuh apabila terdeteksi dini melalui papsmear. Papsmear adalah pemeriksaan sel – sel serviks untuk mendeteksi adanya sel kanker atau sel abnormal yang bertendensi menjadi kanker.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ceramah dan testimoni tentang kanker serviks dan papsmear terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku guru wanita SD di kota Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimental, dengan desain pre-post test intervention with control group. Populasi penelitian adalah guru wanita SD di Kota Yogyakarta. Teknik sampling dengan multistages cluster random sampling. Instrumen penelitian adalah kuesioner. Analisis meliputi deskriptif evaluatif dan uji statistik menggunakan Paired T-Test dan Wilcoxon untuk kelompok eksperimental serta Two Independent Sample T-Test dan Mann-Whitney U Test untuk membandingkan eksperimen dan kontrol dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ceramah dan testimoni tentang kanker serviks dan papsmear secara signifikan meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku guru wanita sekolah dasar di kota Yogyakarta.

(12)

and even curable if the cancer early detected with papsmear. Papsmear is cervical cels screening to detect cancer cel or abnormal cel that potentially become a cancer.

The purpose of this research is to know the influence of cervical cancer and papsmear training and testimony to knowledge, attitude, and behaviour of women teacher in elementary school at Yogyakarta city. It is a quasy experimental research with pre-post test intervention with control group design. The population is the women elementary school teacher in Yogyakarta city. The sampling method is multistages cluster random sampling. The research instrument is questionnaire. The analysis include evaluative descriptive and statistical test with Paired T-Test and Wilcoxon for experimental group and Two Independent Samples T-Test and Mann-Whitney U Test to compare the experimental and control group with 95% of signification. Result of this research shows that cervical cancer and papsmear training and testimony significantly increased the knowledge, attitude, and behaviour of women teacher in elementary school at Yogyakarta city.

(13)

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

PRAKATA ... vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... x

INTISARI ... xi

ABSTRACT ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xx

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Permasalahan ... 4

2. Keaslian penelitian ... 4

3. Manfaat penelitian ... 6

B. Tujuan Penelitian ... 6

1. Tujuan umum ... 6

(14)

C. Papsmear ... 10

D. Edukasi Kesehatan ... 12

E. Pengetahuan ... 17

F. Sikap ... 20

G. Perilaku ... 22

H. Landasan Teori ... 26

I. Kerangka Konsep ... 27

J. Hipotesis ... 27

BAB III. METODE PENELITIAN ... 28

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 28

B. Variabel Penelitian ... 29

C. Definisi Operasional ... 29

D. Subjek Penelitian ... 30

E. Tempat Penelitian ... 31

F. Bahan Penelitian ... 31

1. Populasi Penelitian ... 31

2. Sampel (responden/subyek) dan teknik sampling ... 31

3. Besar sampel ... 33

G. Instrumen Penelitian ... 34

(15)

a. Pembuatan pertanyaan dalam kuesioner ... 37

b. Uji validitas ... 39

c. Uji reliabilitas ... 40

4. Perhitungan Sampel dan Randomisasi Sampel ... 41

a. Perhitungan Sampel ... 41

b. Randomisasi Sampel ... 41

i. Randomisasi Klaster Kecamatan ... 41

ii. Randomisasi Sekolah Dasar Setiap Klaster Kecamatan Yang Dipilih ... 42

5. Pelaksanaan Intervensi ... 42

a. Penyebaran Undangan Untuk Guru Wanita Di Sekolah Dasar Yang Digunakan Sebagai Sampel ... 42

b. Pelaksanaan Ceramah Ddan Ceramah Testimoni ... 42

6. Postest 1 Bulan Setelah Intervensi ... 43

7. Pengolahan Data ... 44

a. Manajemen data ... 44

i. Editing ... 44

ii. Processing ... 45

iii. Cleaning ... 45

(16)

I. Kesulitan Penelitian ... 51

J. Kelemahan Penelitian ... 52

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Karakteristik Responden dan Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku ... 53

1. Umur ... 53

2. Tingkat Pendidikan ... 58

3. Riwayat Informasi Tentang Kanker Serviks dan Papsmear 63

4. Riwayat Papsmear ... 67

B. Pengaruh Ceramah Testimoni terhadap Perubahan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Responden tentang Kanker Serviks dan Papsmear ... 70

1. Kelompok Perlakuan ... 70

2. Kontrol ... 73

3. Kelompok Perlakuan Dibanding Kontrol ... 75

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 84

A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 86

(17)
(18)

(2007) ... 35

Tabel II. Pembagian Pertanyaan Favorable dan Unfavorable ... 38

Tabel III. Uji Validitas ... 40

Tabel IV. Uji Normalitas Kelompok Perlakuan dan Kontrol ... 46

Tabel V. Jenis Analisis Data yang Digunakan Pada Perlakuan dan Kontrol ... 47

Tabel VI. Uji Normalitas Kelompok Perlakuan Dibanding Kontrol... 48

Tabel VII. Umur Guru Wanita Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta terhadap Perubahan Pengetahuan ... 54

Tabel VIII. Umur Guru Wanita Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta terhadap Perubahan Sikap ... 55

Tabel IX. Umur Guru Wanita Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta terhadap Perubahan Perilaku ... 57

Tabel X. Tingkat Pendidikan Guru Wanita Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta terhadap Pengetahuan ... 59

Tabel XI. Tingkat Pendidikan Guru Wanita Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta terhadap Perubahan Sikap ... 60

Tabel XII. Tingkat Pendidikan Guru Wanita Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta terhadap Perubahan Perilaku ... 62

Tabel XIII. Riwayat Informasi tentang Kanker Serviks dan Papsmear Guru Wanita Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta terhadap Perubahan Pengetahuan ... 63

Tabel XIV. Riwayat Informasi tentang Kanker Serviks dan Papsmear Guru Wanita Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta terhadap Perubahan Sikap ... 65

Tabel XV. Riwayat Informasi tentang Kanker Serviks dan Papsmear Guru Wanita Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta terhadap Perubahan Perilaku ... 66

Tabel XVI. Riwayat Papsmear Guru Wanita Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta terhadap Perubahan Pengetahuan ... 67

Tabel XVI. Riwayat Papsmear Guru Wanita Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta terhadap Perubahan Sikap ... 68

Tabel XVIII. Riwayat Papsmear Guru Wanita Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta terhadap Perubahan Pengetahuan ... 69

(19)
(20)

Gambar 2. Skema rancangan pre-post test intervention design ... 44

Gambar 3. Penentuan Uji Signifikansi Berdasarkan Uji Normalitas Data ... 49

Gambar 4. Grafik Pengaruh Umur terhadap Pengetahuan ... 54

Gambar 5. Grafik Pengaruh Umur terhadap Sikap ... 56

Gambar 6. Grafik Pengaruh Umur terhadap Perilaku ... 58

Gambar 7. Grafik Pengaruh Tingkat Pengetahuan terhadap Perubahan Pengetahuan ... 59

Gambar 8. Grafik Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Sikap ... 61

Gambar 9. Grafik Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Perilaku ... 62

Gambar 10. Grafik Pengaruh Riwayat Informasi tentang Kanker Serviks dan Papsmear terhadap Pengetahuan ... 64

Gambar 11. Grafik Pengaruh Riwayat Informasi tentang Kanker Serviks dan Papsmear terhadap Sikap ... 65

Gambar 12. Grafik Pengaruh Riwayat Informasi tentang Kanker Serviks dan Papsmear terhadap Pengetahuan ... 66

Gambar 13. Grafik Pengaruh Riwayat Papsmear terhadap Pengetahuan .. 68

Gambar 14. Grafik Pengaruh Riwayat Papsmear terhadap Sikap ... 69

(21)

Lampiran 2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 91

Lampiran 3. Daftar SD Yang Digunakan Dalam Penelitian ... 92

Lampiran 4. Daftar Responden ... 94

Lampiran 5. Selisih Nilai Kuesioner Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku ... 97

Lampiran 6. Uji Signifikansi Kelompok Perlakuan dan Kontrol ... 104

Lampiran 7. Gambaran Pelaksanaan ... 110

Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian Pengujian Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Kepada Guru Wanita ... 111

Lampiran 9. Daftar Nama Mahasiswa yang Melaksanakan Penelitian ... 112

Lampiran 10. Surat Permohonan Ijin Kerjasama dengan Yayasan Kanker Indonesia (YKI) ... 113

Lampiran 11. Surat Ijin Melakukan Penelitian dari Dinas Perizinan ... 114

Lampiran 12. Surat Ijin Melakukan Perpanjangan Penelitian dari Dinas Perizinan ... 115

Lampiran 13. Surat Pemberian Ijin Dinas Pendidikan untuk Diadakannya Penelitian ... 116

(22)

A. Latar Belakang

Kanker serviks (cervical cancer) adalah kanker yang terjadi pada

jaringan serviks atau leher rahim yang menghubungkan antara organ uterus dan

vagina. Di dunia, kanker serviks menempati urutan kedua sebagai jenis kanker

yang paling sering diderita oleh kaum wanita. Berdasarkan data dari NCI

(National Cancer Institute) selama tiga dekade terakhir ini di USA, insiden dan

mortalitas kanker serviks mempunyai kecenderungan menurun sampai sekitar

50%, namun penyakit ini tetap menjadi masalah kesehatan serius. Di negara yang

sama, telah diprediksi bahwa akan terjadi 11.070 kasus baru pada tahun 2008 ini

sedangkan kematian yang terjadi adalah 3.870 orang.

Penyebab penyakit kanker serviks antara lain adanya perubahan gen,

terinfeksi virus, mikroba, radiasi, atau pecemaran oleh bahan kimia. Virus di sini

misalnya virus HPV (Human Pappiloma Virus). Sementara presentase akibat

radiasi nilainya rendah sekali. Penyebab serius lainnya adalah sperma pria. Hal ini

disebabkan karena bagian kepala sperma mengandung protein dasar apabila

menyatu dengan leher rahim dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan

mutasi sel serviks yang terjadi pada masa puber wanita karena pada masa ini

serviks belum tumbuh sempurna. Oleh karena itu, disarankan untuk para wanita

agar tidak menikah pada usia muda yaitu < 18 tahun serta bila telah menikah atau

(23)

papsmear setahun sekali, bila hasilnya negatif maka pemeriksaan dapat diulang

pada usia 35 sampai 65 tahun (Anglingsari dan Yudana, 1998).

Kanker serviks merupakan kanker yang berkembang relatif lambat dan

kadang tidak menampakkan adanya gejala. Salah satu upaya deteksi dini adanya

kanker serviks adalah dengan melakukan tes papsmear secara rutin. Menurut

laporan NCI, antara tahun 1955 sampai tahun 1992 papsmear atau Papanicolaou

(Pap) smear dapat menurunkan insidensi kanker di USA sebesar 74%. Sebanyak

85% kematian akibat kanker serviks adalah pada penderita yang belum pernah

melakukan papsmear (Kasper, dkk, 2005).

Di negara berkembang seperti Indonesia, kanker serviks masih menjadi

masalah kesehatan utama bagi masyarakat. Empat dari lima kasus baru kanker

serviks terjadi di negara berkembang (Ngelangel, 2002). Pada tahun 1998,

terdapat 25,3% kasus kanker serviks di Indonesia. Angka tersebut merupakan

urutan pertama jenis kanker yang terjadi pada wanita menyusul kemudian kanker

payudara sebesar 18,4% (WHO, 2006). Pada tahun 2000, sebesar 80% kematian

akibat kanker serviks terjadi di negara berkembang (Moegni, 2002). Laporan dari

NCI pada tahun 2006 di seluruh dunia terutama di negara – negara berkembang,

kanker serviks merupakan jenis kanker pada wanita yang menempati urutan kedua

dan menjadi jenis kanker ketiga yang paling banyak menyebabkan kematian yaitu

sekitar 300.000 kematian per-tahun. Sedangkan di Yogyakarta, pada periode

1994-1999 kanker serviks menduduki peringkat kedua dari kanker yang paling

banyak diderita oleh wanita yaitu sebanyak 16,43%, satu peringkat di bawah

(24)

Berdasarkan data dari YKI (Yayasan Kanker Indonesia) Pusat, kesadaran dan

kewaspadaan masyarakat terhadap kanker masih rendah. Kewaspadaan terhadap

kanker serviks dapat dilakukan dengan cara mendeteksi lebih dini dengan

melakukan papsmear, karena kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker

yang dapat ditemukan pada stadium dini (YKI, 2000).

Perilaku untuk melakukan papsmear sebagai upaya untuk deteksi dini

kanker serviks harus ditingkatkan sehingga akan menurunkan angka kesakitan.

Pengetahuan dan sikap merupakan penyebab atau motivator bagi seseorang untuk

berperilaku (Azwar, 2007). Menurut Sarwono (1997), perilaku seseorang dapat

berubah dengan adanya tambahan informasi tentang obyek tersebut. Beberapa

model edukasi telah terbukti dapat meningkatkan perilaku, diataranya yaitu:

metode CBIA (Cara Belajar Ibu Aktif) (Suryawati, 2003), edukasi dengan

penyuluhan dan leaflet (Supardi, 1998) dan seminar – seminar atau penyuluhan

pada umumnya. Testimoni dari seseorang mengenai pengalaman yang terkait

dengan kesehatan dapat mempengaruhi perilaku kesehatan orang lain. Testimoni

merupakan pernyataan dari seseorang tentang kejadian yang dialami dan

diyakininya (Hardon, 2001). Edukasi kesehatan diperlukan untuk mendorong

perilaku yang berkaitan dengan promosi kesehatan antara lain adalah upaya –

upaya pencegahan terjadinya penyakit (Soebroto, dkk, 2001).

Metode pendidikan kesehatan yang yang baik untuk kelompok besar

besar (lebih dari 15 orang) antara lain adalah ceramah. Metode ini baik untuk

sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah (Notoatmodjo, 2003). Guru

(25)

dan menjadi panutan atau teladan bagi masyarakat di sekitarnya baik dalam hal

pengetahuan, sikap, maupun perilakunya sehingga dapat menjadi kader yang

berpotensi.

1. Permasalahan

a. Bagaimanakah pengaruh karakteristik responden berdasarkan umur,

tingkat pendidikan, latar belakang informasi tentang kanker serviks dan

papsmear, dan riwayat melakukan papsmear terhadap pengingkatan

pengetahuan, sikap, dan perilaku guru wanita Sekolah Dasar (SD) di Kota

Yogyakarta?

b. Apakah ceramah dan testimoni tentang kanker serviks dan papsmear

berpengaruh pada peningkatan pengetahuan guru wanita Sekolah Dasar

(SD) di Kota Yogyakarta?

c. Apakah ceramah dan testimoni tentang kanker serviks dan papsmear

berpengaruh pada peningkatan sikap guru wanita Sekolah Dasar (SD) di

Kota Yogyakarta?

d. Apakah ceramah dan testimoni tentang kanker serviks dan papsmear

berpengaruh pada peningkatan perilaku guru wanita Sekolah Dasar (SD) di

Kota Yogyakarta?

2. Keaslian penelitian

Sejauh yang penulis ketahui, penelitian ”Pengaruh Ceramah Dan

Testimoni Tentang Kanker Serviks Dan Papsmear Terhadap Pengetahuan,

Sikap, Dan Perilaku Guru Wanita Sekolah Dasar Di Kota Yogyakarta” belum

(26)

Penelitian lain yang sejenis dengan penelitian ini adalah :

1. “Pengaruh Penyuluhan Tentang Kanker Serviks Terhadap Perilaku Ibu

Dalam Deteksi Dini Kanker Serviks Di RT 05 RW 03 Kelurahan Bulak :

Penelitian Pra-Experimental (One Group Pra Test-Post Test Design)”,

oleh Christina Dewi P., Fakultas Kedokteran UNAIR. Populasi penelitian

ini adalah semua ibu yang tinggal di RT 05 RW 03 Kelurahan Bulak and

masuk ke dalam kriteria inklusi. Teknik sampling yang digunakan adalah

Purposive Sampling. Total sampel 44 responden. Variable independent

adalah penyuluhan kesehatan tentang kanker serviks. Variable dependent

adalah perilaku ibu yang meliputi juga pengetahuan, sikap, dan

psikomotor. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan observasi

terhadap responden.

2. “Pengaruh Metode Ceramah dan Media leaflet terhadap Perilaku

Pengobatan Sendiri yang Sesuai dengan Aturan untuk Keluhan Demam,

Sakit Kepala, Batuk, dan Pilek (Studi di Kecamatan Warungkondang,

Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)”, oleh Sudibyo Supardi, Litbang,

Departemen Kesehatan Indonesia. Merupakan penelitian quasiexperiment

dengan rancangan nonequivalentpre-test and post-test with control group

terhadap 140 responden di desa perlakuan dan 140 responden di desa di

Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, tahun 1998.

Tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh metode ceramah dan media

leaflet terhadap perilaku pengobatan sendiri sesuai aturan untuk keluhan

(27)

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

Meningkatkan pengetahuan dalam bidang kesehatan tentang

pengaruh dari ceramah dan testimoni terhadap pengetahuan, sikap, dan

perilaku.

b. Manfaat metodologis

Metode ini dapat digunakan untuk melakukan penelitian

tentang pengaruh edukasi kesehatan terhadap pengetahuan, sikap, dan

perilaku masyarakat.

c. Manfaat praktis

Guru wanita Sekolah Dasar di kota Yogyakarta yang telah

menerima ceramah dan testimoni tentang kanker serviks dan papsmear

diharapkan dapat menyalurkan informasi yang didapatkannya dan

menganjurkan untuk melakukan papsmear kepada orang lain.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Mengetahui pengaruh ceramah dan testimoni tentang kanker

serviks dan papsmear terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku guru wanita

SD di Kota Yogyakarta propinsi DIY.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui pengaruh karakteristik responden berdasarkan umur, tingkat

(28)

b. riwayat melakukan papsmear terhadap peningkatan pengetahuan, sikap,

dan perilaku guru wanita Sekolah Dasar (SD) di Kota Yogyakarta.

c. Mengetahui pengaruh ceramah dan testimoni tentang kanker serviks dan

papsmear terhadap peningkatan pengetahuan guru wanita SD di Kota

Yogyakarta propinsi DIY.

d. Mengetahui pengaruh ceramah dan testimoni tentang kanker serviks dan

papsmear terhadap peningkatan sikap guru wanita SD di Kota

Yogyakarta propinsi DIY.

e. Mengetahui pengaruh ceramah dan testimoni tentang kanker serviks dan

papsmear terhadap peningkatan perilaku guru wanita SD di Kota

(29)

8

A. Kanker

Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel

jaringan tubuh yang menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker

ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan

kematian. Umumnya sebelum kanker meluas atau merusak jaringan di sekitarnya,

penderita tidak merasakan adanya keluhan maupun gejala. Bila sudah ada keluhan

atau gejala biasanya penyakitnya sudah lanjut (YKI, 2000).

Kanker sering dikenal oleh masyarakat sebagai tumor, padahal tidak

semua tumor adalah kanker. Tumor adalah semua benjolan tidak normal yang

bukan radang. Tumor dibagi menjadi dua golongan, yaitu tumor jinak dan tumor

ganas. Kanker adalah istilah umum untuk semua jenis tumor ganas. Sel tumor

pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga pada umumnya tumor jinak

tidak cepat membesar. Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat,

sehingga pada umumnya tumor ganas cepat menjadi besar. Sel tumor ganas

tumbuh menyusup ke jaringan sehat sekitarnya sehingga dapat merusak jaringan

sehat tersebut (YKI, 2000).

B. Kanker Serviks

Kanker serviks terbentuk pada jaringan serviks yang merupakan organ

yang menghubungkan uterus dengan vagina. Kebanyakan kanker serviks

(30)

yang menghubungkan uterus dengan vagina (NCI, 2007). Kanker serviks ditandai

dengan perdarahan abnormal atau adanya bercak – bercak coklat kemerahan

setelah berhubungan seksual, menometrorhagia, intermenstrual bleeding, vaginal

discharge, low back pain, dan terkadang muncul urinary symptom (Kasper, dkk,

2005).

Penelitian-penelitian telah menemukan sejumlah faktor yang dapat

meningkatkan risiko kanker serviks. Faktor-faktor ini dapat bekerja bersamaan

dalam meningkatkan risiko kanker serviks (Anonim, 2008a) :

a. Human papillomaviruses (HPVs): infeksi HPV merupakan faktor risiko utama

untuk kanker serviks. HPV adalah sekelompok virus yang dapat menginfeksi

serviks dan dapat berpindah melalui hubungan seksual. Beberapa tipe HPV

dapat menyebabkan perubahan sel-sel pada leher rahim dan dapat selanjutnya

dapat menimbulkan kanker.

b. Sistem imun yang melemah : wanita dengan infeksi HIV atau yang

mengkonsumsi obat imunosuppresan mempunyai risiko yang lebih tinggi

untuk berkembangnya kanker serviks.

c. Usia : kanker serviks banyak terjadi pada wanita usia sekitar 40 tahun dan

(31)

e. Merokok.

f. Mempunyai banyak anak : hasil penelitian menunjukkan bahwa melahirkan

banyak anak meningkatkan risiko kanker serviks.

C. Papsmear

Papsmear seringkali disebut paptest (Papanicolaou) diperkenalkan

pada tahun 1950 merupakan suatu cara untuk memeriksa sel – sel yang diambil

dari serviks yaitu bagian akhir dari uterus yang menghubungkan antara uterus dan

vagina. Tujuan utama dari pemeriksaan papsmear adalah mendeteksi adanya sel

kanker atau sel abnormal yang bertendensi untuk menjadi sel – sel kanker.

Pemeriksaan papsmear juga dapat mendeteksi adanya proses inflamasi atau

infeksi pada organ serviks (NCI, 2007).

Pada pemeriksaan papsmear diambil suatu sampel mukus dan sampel

sel dari leher rahim / serviks dan endoserviks dengan menggunakan spatula kayu

atau dengan cervical brush kecil. Sampel sel yang telah diperoleh kemudian

diapuskan pada objek glass dan kemudian difiksasi dengan cairan fiksatif. Sampel

ini kemudian diperiksa dengan mikroskop (Anonim, 2008b).

Pada pengapusan sel-sel serviks harus disadari bahwa material

sitologik harus berasal dari zona transformasi yang pada hampir 70% wanita

(32)

Waktu yang tepat untuk melakukan papsmear adalah ketika tidak

sedang menstruasi yaitu tepatnya 1 minggu setelah menstruasi selesai. Dua hari

sebelum pemeriksaan sebaiknya pasien tidak melakukan hubungan seksual,

menghentikan penggunaan obat-obat vaginal (kecuali atas perintah dokter) dan

menghentikan penggunaan kontrasepsi vaginal (foams, krim dan jelly), karena

hal-hal tersebut dapat mengganggu hasil pemeriksaan apusan sel (Anonim,

2008b).

Skrining kanker serviks direkomendasikan dilakukan secara rutin 1

tahun sekali dimulai pada wanita usia 30 tahun atau setelah aktif secara seksual

sebelum usia tersebut. Dokter dapat mengurangi frekuensi skrining pada pasien

yang telah 3 kali berturut-turut (3 tahun) mendapatkan hasil papsmear negatif atau

sudah tidak aktif secara seksual (Anonim, 2008b).

Tidak ada batasan usia maksimum melakukan pemeriksaan ini. Kanker

serviks yang terdeteksi paling banyak pada wanita usia lebih dari 40 tahun.

Bahkan setelah menopause pemeriksaan papsmear masih disarankan. Wanita

yang telah mengalami operasi pengangkatan uterus masih disarankan pemeriksaan

papsmear tiap tahun bila ada riwayat hasil papsmear abnormal atau riwayat

kanker saluran reproduksi bagian bawah (Anonim, 2008b).

Hasil test papsmear yang abnormal tidak selalu mengindikasikan

(33)

papsmear biasanya akan kembali normal. Apabila seorang wanita memperoleh

hasil test papsmear yang abnormal maka test ulang perlu dilakukan setiap 4-6

bulan untuk 2 tahun hingga diperoleh 3 hasil test negatif secara berurutan

(Anonim, 2008b).

D. Edukasi Kesehatan

Edukasi adalah upaya yang dilakukan agar masyarakat berperilaku

atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan,

ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran dan sebagainya melalui

kegiatan yang disebut pendidikan atau penyuluhan kesehatan (Notoatmodjo,

2003).

Pendidikan kesehatan sendiri pada hakikatnya adalah suatu kegiatan

atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau

individu. Dengan adanya pesan tersebut diharapkan dapat memperoleh

pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut akhirnya

dapat berpengaruh terhadap perilaku individu. Dalam pendidikan kesehatan,

metode pendidikan yang bersifat individual ini digunakan untuk membina

perilaku baru, atau membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatu

perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakan pendekatan individual ini

(34)

Dengan cara ini kontak antara subyek penelitian dan peneliti lebih

intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh subyek penelitian dapat diteliti

oleh peneliti sehingga dapat dibantu dalam penyelesaiannya. Dengan memberi

masukan-masukan positif tentang pendidikan kesehatan, yang pada akhirnya

oleh subyek penelitian akan ditangkap dan diterima, kemudian berdasarkan

kesadaran dan penuh pengertian akan mengubah perilaku sehatnya.

2. Wawancara

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan

penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan atau peneliti dengan subyek

penelitian untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima

perubahan, kemudian apakah ia tertarik atau tidak terhadap perubahan, selain

itu untuk mengetahui apakah perilaku yang akan diadopsi itu mempunyai

dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu

penyuluhan yang lebih mendalam lagi (Notoatmodjo, 2003).

Suryawati (2003) menemukan model edukasi dengan nama CBIA

(Cara Belajar Ibu Aktif) atau Mothers’s Active Learning Method (MALM) yang

dikembangkan oleh Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran UGM

Yogyakarta. Pada proses pengembangannya, metode CBIA dibandingkan dengan

model edukasi berupa seminar dan kelompok kontrol. Hasilnya menunjukkan

(35)

8,3 ± 0,2; P 0,01) dibandingkan dengan metode seminar (4,5 ± 0,6 sampai 6,4 ±

0,3, P 0,5), tetapi tidak signifikan jika dibandingkan dengan kelompok kontrol

(4,2 ± 0,4 to 4,8 ± 0,3). Metode CBIA menekankan pada keaktifan peserta edukasi

yang terbagi dalam kelompok – kelompok kecil untuk pengenalan obat – obat

bebas yang digunakan untuk swamedikasi. Metode CBIA menekankan agar

masyarakat belajar mandiri dan yang utama adalah memberdayakan masyarakat

dalam peningkatan penggunaan obat yang rasional (Suryawati, 1997). Dalam

implementasinya, metode CBIA ini dimodifikasi untuk edukasi berbagai problem

kesehatan.

Supardi (1998) melakukan penelitian tentang pengaruh penyuluhan

secara oral dan menggunakan leaflet terhadap peningkatan perilaku swamedikasi.

Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan yang signifikan

antara sebelum dan setelah intervensi dengan penyuluhan dan pemberian leaflet.

Peningkatan pengetahuan berpengaruh secara signifikan pada sikap dan perilaku

swamedikasi.

Model edukasi yang cukup unik pernah di uji di Peru (Peredes , et al,

1997) untuk swamedikasi kasus diare pada anak. Model edukasi ini menggunakan

rekaman video yang dikombinasi dengan siaran radio dan leaflet. Hasilnya

menunjukkan peningkatan pengetahuan yang signifikan dalam melakukan

swamedikasi diare pada anak. Penggunaan obat yang tidak diperlukan pada kasus

diare anak turun dari 43% menjadi 32%.

Sebuah penelitian pengembangan model edukasi swamedikasi telah

(36)

shopkeepers di drug store dalam pemberian obat antimalaria. Hasil penelitian

menunjukkan adanya peningkatan kerasionalan dalam memberikan obat malaria

yang signifikan.

Marsh, et al (1999) juga melakukan uji coba model edukasi bagi

remaja tentang pengetahuan seksual mereka dengan cara menyelenggarakan The

Youth Variety Show (YVS) pada sebuah stasiun radio remaja di Kenya. Hasilnya

menunjukkan kenaikan minat remaja untuk terlibat dalam acara tersebut.

Suatu program komputer bernama Personal Education Program –Next

Generation (PEP-NG) dikembangkan oleh Neafsey (2005) di USA yang dapat

meningkatkan pengetahuan mengenai Adverse Effect pada swamedikasi oleh

orang dewasa yang menderita hipertensi. Metode ini mampu mereduksi kasus

yang terkait dengan reaksi obat yang tidak dikehendaki pada swamedikasi.

World Health Organization (WHO, 2006) melaporkan beberapa model

edukasi swamedikasi ke masyarakat yaitu: street theatre yang dilakukan oleh The

New Delhi Society for Promotion Of Rational Use of Drug, dilakukan pula di

Jerman oleh BUKO Pharma-Kampagne. Bentuk edukasi lainnya yaitu: booklet

dan komik.

Metode edukasi ceramah dan testimoni :

1. Ceramah

Metode pendidikan kesehatan untuk kelompok besar akan lain

dengan kelompok kecil. Yang dimaksud kelompok besar di sini adalah apabila

(37)

antara lain ceramah. Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi

maupun rendah (Notoatmodjo, 2003).

2. Testimoni

Testimoni merupakan pernyataan dari seseorang tentang kejadian

yang dialami dan diyakininya. Testimoni dari seseorang mengenai

pengalaman yang terkait dengan kesehatan dapat mempengaruhi perilaku

kesehatan orang lain. Akan tetapi perilaku masyarakat juga dipengaruhi oleh

faktor – faktor yang bersifat dinamis yang menimbulkan konsekuensi suatu

problematika sehingga perlu pendekatan pemecahan masalah yang spesifik

dan terus menerus diperbaharui (Hardon, 2001).

Testimoni dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti kesaksian.

Jika dilihat dari makna kata, testimoni memiliki beberapa makna (Dasir,

2008):

1) Statemen yang muncul sebagai bentuk pengakuan atas sebuah fakta

(kesaksian)

2) Statemen yang muncul karena adanya kekaguman (tribute)

3) Statemen yang muncul sebagai bentuk rekomendasi dari seseorang ke

orang lain.

Testimoni bermakna kesaksian, pembuktian melalui pengalaman

langsung. Dan itu berarti apapun yang disebutkan dalam kesaksian itu adalah

sebuah kenyataan yang pernah dialami seseorang. Tentu saja, jauh lebih

(38)

karena publik mengakui kredibilitas seseorang bukan dari pengakuannya

tetapi apa yang ditunjukkannya (Dasir, 2008).

E. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan unsur – unsur yang mengisi akal dan alam

jiwa individu yang akan menimbulkan suatu gambaran, konsep, persepsi dan

fantasi terhadap segala hal yang diterima dari lingkungannya melalui panca indera

(Dharmmesta dan Handoko, 2000).

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Interval atau jarak waktu antara

perolehan informasi dengan penggalian ingatan seseorang dapat mengurangi

ketepatan mengingat kembali oleh seseorang (Suharnan, 2005).

Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat pengetahuan yang tercakup di

dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, oleh sebab itu tahu merupakan

(39)

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini

diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Secara definitif, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

(40)

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu ditentukan

berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau kriteria yang telah ada.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena itu dari

pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan

lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Notoatmodjo mengungkapkan pendapat Rogers bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi

proses yang berurutan, yakni:

1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2. Interest ( merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap

subjek sudah mulai terbentuk.

3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa

yang dikehendaki oleh stimulus .

5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

(41)

Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan

bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut di atas

(Notoatmodjo, 2003).

F. Sikap

Sikap adalah evaluasi, perasaan emosional, dan kecenderungan

tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dalam waktu yang

relatif lama dari seseorang terhadap beberapa obyek atau gagasan (Kotler, 1997).

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau objek. Dari berbagai batasan tentang sikap dapat

disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya

dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu.

Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas,

akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku (Notoatmodjo, 2003).

Dalam bagian lain Allport, menurut Notoatmodjo, menjelaskan bahwa

sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yaitu :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.

(42)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang

utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan,

dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh misalnya, seorang ibu telah

mendengar penyakit polio (penyebabnya, akibatnya, pencegahannya, dan

sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berfikir dan berusaha

supaya anaknya tidak terkena polio. Dalam berfikir ini komponen emosi dan

keyakinan ikut bekerja sehingga ibu tersebut berniat akan mengimunisasikan

anaknya untuk mencegah anaknya terkena polio (Notoatmodjo, 2003).

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan,

yakni :

1. Menerima (Receiving)

Subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek.

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya serta mengerjakan dan menyelesaikan

tugas yang diberikan. Lepas jawaban dan pekerjaan itu benar atau salah adalah

berarti orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan terhadap suatu

masalah.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya merupakan

(43)

Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden

terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan

pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden (sangat setuju,

setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju) (Notoatmodjo, 2003).

G. Perilaku

Masalah kesehatan masyarakat, terutama di negara-negara berkembang

pada dasarnya menyangkut dua aspek utama, yaitu fisik, seperti misalnya

tersedianya sarana kesehatan dan pengobatan penyakit, dan non-fisik yang

menyangkut perilaku kesehatan. Faktor perilaku ini mempunyai pengaruh yang

besar terhadap status kesehatan individu maupun masyarakat (Sarwono, 1997).

Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman

serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk

pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan

respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun

dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan: berfikir,

berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan

batasan ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk

pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang

menyangkut pengetahuan, dan sikap tentang kesehatan, serta tindakannya yang

(44)

Keberhasilan upaya pencegahan dan pengobatan penyakit tergantung

pada kesediaan orang yang bersangkutan untuk melaksanakan dan menjaga

perilaku sehat. Banyak dokumentasi penelitian yang memperlihatkan rendahnya

partisipasi masyarakat dalam pemeriksaan kesehatan, imunisasi, serta berbagai

upaya pencegahan penyakit dan banyak pula yang tidak memanfaatkan

pengobatan modern. Karena itu tidaklah mengherankan bila banyak ahli ilmu

perilaku yang mencoba menyampaikan konsep serta mengajukan bukti-bukti

penelitian untuk menggambarkan, menerangkan, dan meramalkan

keputusan-keputusan orang yang berkaitan dengan kesehatan (Becker, 1995).

Becker menuliskan pendapat Kasl dan Cobb yang mengatakan bahwa

biasanya orang terlibat dengan kegiatan medis karena 3 alasan pokok , yaitu: (1)

Untuk pencegahan penyakit atau pemeriksaan kesehatan pada saat gejala penyakit

belum dirasakan (perilaku sehat); (2) untuk mendapatkan diagnosis penyakit dan

tindakan yang diperlukan jika ada gejala penyakit yang dirasakan (perilaku sakit);

dan (3) untuk mengobati penyakit, jika penyakit tertentu telah dipastikan, agar

sembuh dan sehat seperti sediakala, atau agar penyakit tidak bertambah parah

(peran sakit) (Becker, 1995).

Secara lebih operasional perilaku dapat diartikan suatu respon

organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek

tersebut. Respon ini berbentuk dua macam, yakni (Notoatmodjo, 2003) :

1. Bentuk pasif adalah respon internal, yaitu yang terjadi di dalam diri manusia

dan tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berfikir,

(45)

2. bahwa imunisasi itu dapat mencegah suatu penyakit tertentu, meskipun ibu

tersebut tidak membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi. Contoh

lain adalah seorang yang menganjurkan orang lain untuk mengikuti keluarga

berencana meskipun ia sendiri tidak ikut keluarga berencana. Dari kedua

contoh tersebut terlihat bahwa ibu telah tahu gunanya imunisasi, dan contoh

kedua orang tersebut telah mempunyai sikap yang positif untuk mendukung

keluarga berencana, meskipun mereka sendiri belum melakukan secara

konkret terhadap kedua hal tersebut. Oleh sebab itu perilaku mereka ini masih

terselubung (covert behavior).

2. Bentuk aktif, yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara

langsung. Misalnya pada kedua contoh tersebut, si ibu sudah membawa

anaknya ke puskesmas atau fasilitas kesehatan lain untuk imunisasi, dan orang

pada kasus kedua sudah ikut keluarga berencana dalam arti sudah menjadi

akseptor KB. Oleh karena perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk

tindakan nyata, maka disebut overtbehavior.

Notoatmodjo berpendapat bahwa perilaku manusia itu sangat

kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Benyamin Bloom

seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku itu ke dalam 3 domain

(ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan

yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan

pendidikan. Bahwa dalam tujuan suatu pendidikan adalah mengembangkan atau

meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari (Notoatmodjo,

(46)

a. Ranah kognitif (cognitive domain)

b. Ranah afektif (affective domain)

c. Ranah psikomotor (psycomotor domain).

Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan, dan untuk

kepentingan pengukuran hasil pendidikan, ketiga domain ini diukur dari

(Notoatmodjo, 2003) :

a. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan

(knowledge)

b. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan

(attitude)

c. Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan

materi pendidikan yang diberikan (practice)

Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa

dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap

stimulus yang berupa materi atau objek di luarnya, sehingga menimbulkan

pengetahuan baru pada subjek tersebut. Ini selanjutnya menimbulkan respon batin

dalam bentuk sikap si subjek terhadap objek yang diketahui itu. Akhirnya

rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut

akan menimbulkan respon lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan (action) terhadap

atau sehubungan dengan stimulus atau objek tadi. Namun demikian, di dalam

kenyataan stimulus yang diterima subjek dapat langsung menimbulkan tindakan.

(47)

dahulu makna stimulus yang diterimanya. Dengan kata lain tindakan (practice)

seseorang tidak harus didasari oleh pengetahuan atau sikap (Notoatmodjo, 2003).

H. Landasan Teori

Kanker serviks merupakan penyakit kanker yang paling banyak

menimpa wanita di Indonesia dan merupakan jenis kanker yang menduduki

nomor dua yang paling sering diderita di seluruh dunia. Kanker ini masih menjadi

masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius karena merupakan penyebab

utama kematian wanita akibat kanker. Di Indonesia kanker serviks masih menjadi

peringkat pertama kanker yang paling sering diderita oleh wanita, sedangkan di

Yogyakarta kanker serviks merupakan peringkat kedua kanker yang paling sering

diderita oleh wanita. Pada stadium dini, kanker ini sering tidak menunjukkan

gejala dan tanda-tanda yang khas atau justru tidak ada gejala sama sekali.

Keberadaannya dapat dideteksi dengan pemeriksaan contoh sel yang diambil dari

lendir leher rahim yang disebut tes Papanicolaou atau Papsmear.

Untuk mengurangi tingkat kesakitan dan kematian akibat kanker

serviks, dapat dilakukan dengan tindakan papsmear, oleh karena itu diharapkan

para wanita khususnya dalam penelitian ini yakni para guru wanita Sekolah Dasar

mau melakukan tes ini. Pengetahuan, sikap, dan perilaku seseorang dapat

merupakan penyebab utama dari terjadinya masalah kesehatan, namun dapat pula

menjadi kunci utama dalam menangani masalah kesehatan tersebut.

Pengetahuan seseorang dapat meningkat dengan adanya tambahan

(48)

pengetahuan mengenai suatu objek tertentu. Sedangkan perilaku dapat meningkat

dengan adanya pengetahuan dan sikap yang meningkat karena perilaku dapat

terbentuk melalui proses memiliki pengetahuan dan sikap terhadap objek yang

baik atau tinggi terlebih dahulu. Ceramah merupakan salah satu metode edukasi

yang baik untuk kelompok besar yaitu lebih dari 15 orang dan dapat

meningkatkan penhgetahuan, sikap, dan perilaku. Testimoni merupakan

pernyataan dari seseorang mengenai pengalaman yang dialaminya, testimoni ini

dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku kesehatan seseorang.

I. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Gambar 1. Kerangka Konsep

J. Hipotesis

Ceramah dan testimoni tentang kanker serviks dan papsmear secara

signifikan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku guru wanita

sekolah dasar di kota Yogyakarta. Pengetahuan,

Sikap, dan Perilaku

Ceramah dan testimoni

(49)

28

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental semu (

Quasi-Experimental research) dengan rancangan penelitian pre-posttest intervention

with control group dan deskriptif evaluatif. Penelitian eksperimental semu adalah

penelitian yang mencari hubungan sebab akibat dalam kehidupan nyata, tidak

memungkinkan untuk mengontrol semua hal yang berpengaruh dan menghadapi

kesulitan teknis dan etik untuk dapat melakukan randomisasi subyek (Pratiknya,

2003).

Jenis eksperimental semu digunakan dalam penelitian ini untuk

melihat efek edukasi berupa ceramah dan ceramah testimoni terhadap

pengetahuan, sikap, dan perilaku guru wanita Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta.

Rancangan penelitian deskriptif evaluatif digunakan untuk menggambarkan

karakteristik responden berdasarkan umur, tingkat pendidikan, latar belakang

informasi tentang kanker serviks dan papsmear, dan riwayat melakukan papsmear

terhadap peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku guru wanita SD di Kota

(50)

B. Variabel Penelitian

1. Variabel pengaruh (independent) dalam penelitian ini adalah perlakuan

(intervensi) yang berupa ceramah dan testimoni tentang kanker serviks dan

papsmear.

2. Variabel terpengaruh (dependent) dari penelitian ini adalah pengetahuan, sikap

dan perilaku guru wanita SD di Kota Yogyakarta tentang kanker serviks dan

papsmear.

C. Definisi Operasional

1. Kanker serviks adalah kanker atau pertumbuhan yang tidak terkontrol yang

menyarang sel pada jaringan di dinding leher rahim.

2. Papsmear adalah suatu metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi secara

dini ada atau tidaknya kanker serviks, yang dilakukan dengan cara mengambil

sel-sel yang terdapat pada jaringan epitel leher rahim oleh dokter, bidan, atau

perawat yang terlatih dan hasilnya diperiksa di laboratorium klinik oleh ahli

Patologi Anatomi.

3. Responden dalam penelitian ini adalah semua guru wanita Sekolah Dasar di

Kota Yogyakarta baik negeri maupun swasta yang mengisi dan

mengembalikan kuesioner, dan atau bersedia menghadiri acara ceramah dan

ceramah testimoni yang diadakan oleh peneliti, serta memenuhi kriteria

inklusi.

4. Ceramah adalah metode pendidikan kesehatan berupa pemaparan materi

(51)

(tim dokter YKI) kepada responden yaitu guru wanita SD di kota Yogyakarta

secara 2 arah.

5. Testimoni adalah pernyataan pengalaman dan motivasi dari seseorang yang

pernah mengalami kanker serviks dan telah melakukan papsmear.

6. Pengetahuan adalah tingkat pemahaman responden mengenai kanker serviks

dan papsmear yang dapat diukur dengan kuesioner.

7. Sikap adalah pandangan hidup dan kecenderungan responden untuk

melakukan tindakan pencegahan kanker serviks dengan melakukan papsmear

dengan kesadaran yang didasari oleh pengatahuan, dimana hasilnya dapat

diukur dengan kuesioner.

8. Perilaku adalah hasil dari segala macam bentuk pengetahuan dan sikap

responden yang terwujud dalam suatu tindakan untuk melakukan papsmear,

meneruskan pengetahuan tentang kanker serviks dan papsmear, dan

menganjurkan untuk melakukan papsmear yang diukur dengan kuesioner.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan adalah semua guru wanita Sekolah

Dasar di Kota Yogyakarta baik negeri maupun swasta yang mengisi dan

mengembalikan kuesioner, dan atau bersedia menghadiri acara ceramah testimoni

yang diadakan oleh peneliti, serta memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi

dalam penelitian ini adalah guru yang bekerja di Sekolah Dasar negeri maupun

(52)

pernah melakukan papsmear atau terakhir melakukan papsmear pada pertengahan

tahun 2005.

E. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Yogyakarta. Intervensi berupa

ceramah testimoni diadakan di Aula Yayasan Kanker Indonesia cabang DIY Jalan

Sekip Gang Sendowo, namun karena jumlah responden yang hadir dan memenuhi

kriteria inklusi tidak memenuhi jumlah sampel minimum, maka dilakukan

ceramah testimoni tahap dua dengan responden hasil randomisasi berikutnya.

Ceramah testimoni tahap dua ini diadakan di Aula Dinas Pendidikan Jalan Hayam

Wuruk No.9 Yogyakarta. Pengisian posttest setelah satu bulan dilakukan di

masing-masing Sekolah Dasar yang guru wanitanya sebagai responden.

F. Bahan Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah guru wanita Sekolah Dasar di Kota

Yogyakarta.

2. Sampel (responden/subyek) dan teknik sampling

Kriteria inklusi responden adalah guru yang bekerja di SD negeri

mapun swasta di Kota Yogyakarta, berjenis kelamin wanita, belum pernah

menerima edukasi tentang kanker serviks dan papsmear, belum pernah

(53)

Responden penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik

multistagesclusterrandom sampling. Teknik sampling ini dilakukan mengacu

pada Pratiknya (2003) dengan cara sebagai berikut:

a. Membagi wilayah Kota Yogyakarta sebagai wilayah penelitian ke dalam

klaster yang lebih kecil ruang lingkupnya yaitu kecamatan-kecamatan,

kemudian dibuat/disusun daftar klaster beserta penomorannya. Terdapat

14 kecamatan di Kota Yogyakarta yaitu Kecamatan Gondokusuman,

Danurejan, Gondomanan, Umbulharjo, Kotagede, Jetis, Tegalrejo,

Mantrijeron, Wirobrajan, Ngampilan, Pakualaman, Kraton, Mergangsan,

Gedongtengen. Menetapkan jumlah klaster yang akan dipilih atas dasar

jumlah responden berdasarkan hasil perhitungan besar sampel.

b. Memilih klaster dengan cara random murni. Berdasarkan tabel panduan

untuk menentukan banyaknya klaster sampel (Luts, 1982 cit. Pratiknya,

2003) dengan taksiran proporsi 0,50 dan jumlah klaster 14 maka

didapatkan klaster sampel sebanyak 7. Klaster sampel yang digunakan

untuk ceramah testimoni meliputi Gondomanan, Pakualaman, Danurejan,

Kotagede, Jetis, Umbulharjo, Kraton. Klaster sampel untuk kelompok

kontrol meliputi Kraton, Gondomanan, Pakualaman, Kotagede, Jetis,

Ngampilan, dan Mergangsan.

c. Membuat daftar Sekolah Dasar dari semua klaster yang terpilih sebagai

klaster sampel.

d. Memilih Sekolah Dasar dari daftar Sekolah Dasar tersebut, sebanyak yang

(54)

yang dipilih, dihitung seperti tercantum pada uraian besar sampel

selanjutnya. Melakukan identifikasi individu yang memenuhi kriteria

inklusi penelitian di dalam klaster yang terpilih.

3. Besar sampel

Besar sampel pada teknik sampling klaster multitahap dilakukan

sebagai berikut (Pratiknya, 2003):

a. Menentukan jumlah keseluruhan subjek sampel yang dihitung

menggunakan rumus besar sampel minimal:

( (Pujirahardjo, 1993).

keterangan:

n = jumlah sampel

N = besar populasi (2.012 guru wanita)

p = estimator proporsi populasi (0,5) dan q = (1-p) = 0,5

untuk setiap kelompok perlakuan.

b. Menentukan jumlah klaster sampel, dilakukan dengan menggunakan tabel

(Luts, 1982 cit. Pratiknya, 2003). Berdasarkan tabel didapatkan jumlah

klaster sampel untuk masing-masing perlakuan sebesar 7 kecamatan.

c. Menentukan jumlah keseluruhan Sekolah Dasar dalam klaster-klaster

(55)

d. Menentukan jumlah Sekolah Dasar yang harus dipilih dari tiap klaster

sampel dengan cara, d = (a x c2) / c1

Keterangan:

a = jumlah keseluruhan Sekolah Dasar sampel

c1 = jumlah seluruh Sekolah Dasar dalam seluruh klaster sampel

c2 = jumlah seluruh Sekolah Dasar dalam setiap klaster sampel

d = jumlah Sekolah Dasar yang harus dipilih dari setiap klaster

Dari perhitungan tersebut, akan diperoleh jumlah guru SD yang

akan dipilih sebagai subjek penelitian, namun karena data yang diperoleh

dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta tidak menyebutkan secara pasti

daftar dan jumlah guru untuk setiap Sekolah Dasar, maka rumus diatas

tidak dapat digunakan.

Untuk mengatasinya maka pada pengambilan sampel dilakukan

dengan merandom Sekolah Dasar untuk setiap klaster sampel dan memilih

guru wanita dari tiap Sekolah Dasar tesebut hingga memenuhi jumlah

sampel yang dikehendaki.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Kuesioner merupakan instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data,

dengan memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawab. Untuk mengukur data kuantitatif dibutuhkan suatu

(56)

Kuesioner terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama mengenai karakteristik

demografi responden meliputi nama, umur, alamat, status pernikahan, lama

menikah, dan jumlah anak. Bagian kedua untuk mengukur pengetahuan, sikap,

dan perilaku responden tentang kanker serviks dan papsmear meliputi

pemahaman tentang hal-hal yang tercantum pada tabel I di bawah ini.

Tabel I. Profil Pertanyaan Dalam Kuesioner Mengacu ke NCI (2007)

No. Pertanyaan

1. Pengukuran Aspek Pengetahuan

a. Definisi Penyakit kanker serviks b. Etiologi penyakit kanker serviks

c. Tanda dan gejala penyakit kanker serviks d. Faktor risiko kanker serviks

e. Upaya pencegahan kanker serviks f. Pengertian papsmear

g. Arti penting melakukan papsmear

h. Proses papsmear

i. Rekomendasi jadwal papsmear yang teratur j. Kapan sebaiknya waktu ideal untuk papsmear

k. Bagaimana hasil papsmear dilaporkan l. Intepretasi hasil papsmear

m. Apa yang harus dilakukan jika hasil tidak normal

2. Pengukuran Aspek Sikap

a. Pendapat tentang ancaman kanker serviks pada penurunan kualitas hidup

b. Upaya pencegahan kanker serviks

c. Pendapat tentang deteksi dini kanker serviks dengan papsmear

d. Pendapat tentang hal yang menghambat (kerugian) deteksi dini dengan papsmear

e. Pendapat tentang hal yang mendukung (keuntungan) deteksi dini dengan papsmear

f. Pendapat tentang tempat melakukan papsmear

g. Pendapat tentang biaya papsmear

3. Pengukuran Aspek Perilaku

a. Melakukan atau tidak melakukan papsmear

b. Meneruskan pengetahuan tentang kanker serviks dan papsmear

(57)

Pernyataan dalam kuesioner merupakan pernyataan tertutup. Untuk

memudahkan responden menjawab, diberikan 4 pilihan jawaban, yaitu sangat

setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Untuk

menghindari kesan jawaban selalu benar atau selalu salah, maka pernyataan

negatif (unfavorable) dan pernyataan positif (favorable) harus seimbang. Variasi

pernyataan membuat responden lebih hati–hati menjawab, sehingga stereotipe

dalam menjawab dapat dihindari (Azwar, 2006). Kuesioner dibuat dengan bahasa

yang sederhana agar mudah dipahami dan tidak terjadi perbedaan penafsiran yang

dapat mempengaruhi hasil dalam penelitian.

Kuesioner perlu diuji sebelum digunakan sebagai instrument

penelitian. Uji yang dilakukan meliputi uji validitas, uji reliabilitas dengan

menghitung nilai alpha cronbach dan uji pemahaman bahasa. Materi edukasi

tentang kanker serviks dan papsmear diperoleh dari Yayasan Kanker Indonesia

yang telah standar untuk setiap edukasi (ceramah ) yang diberikan (tercantum

pada lampiran). Sedangkan, untuk testimoni nara sumber yaitu penderita kanker

serviks yang telah sembuh membagikan pengalaman mengenai penyakit yang

diderita yang meliputi gejala yang dialami, bagaimana testimoner mengetahui

tentang penyakitnya (deteksi atau diagnosis), tindakan pengobatan dan

penanganan yang dilakukan, motivasi untuk sembuh, motivasi kepada guru-guru

untuk mencegah kanker serviks dengan melakukan papsmear sebagai cara deteksi

(58)

H. Tata Cara Penelitian 1. Perijinan

Tahap ini dilakukan untuk mendapatkan ijin melakukan penelitian

pada populasi penelitian yaitu pada Guru Wanita Sekolah Dasar di Kota

Yogyakarta. Proses perijinan dimulai dengan memasukkan permohonan ijin

dan proposal penelitian ke bagian perijinan Walikota Yogyakarta c.q.

BAPEDA kota Yogyakarta. Perijinan dilkanjutkan ke Dinas pendidikan Kota

Yogyakarta.

2. Penelusuran Data Populasi

Penelusuran data polulasi dilakukan melalui Dinas Pendidikan

Kota Yogyakarta bagian pusat data kepegawaian. Di bagian ini ditelusuri data

mengenai populasi penelitian yang meliputi daftar dan jumlah SD di Kota

Yogyakarta, daftar guru Sekolah Dasar yang ada di Kota Yogyakarta.

3. Pembuatan kuesioner

Pembuatan kuesioner ada 3 tahap yaitu:

a. Pembuatan pertanyaan dalam kuesioner

Kuesioner terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama mengenai

karakteristik demografi responden meliputi nama, umur, alamat, status

pernikahan, lama menikah, jumlah anak, riwayat informasi tentang kanker

serviks dan papsmear, dan riwayat melakukan papsmear. Bagian kedua

untuk mengukur pengetahuan, sikap, dan perilaku responden tentang

(59)

Pernyataan pada bagian kedua dalam kuesioner disusun dan

dikelompokkan berdasarkan atas variabel-variabel penelitian yang ingin

diketahui yaitu pengetahuan, sikap dan perilaku berdasarkan panduan dari

NCI, 2007. Pernyataan tersebut disusun dengan modifikasi skala Likert

dari 5 pilihan menjadi 4 pilihan yaitu SS, S, TS, dan STS. Modifikasi skala

Likert dilakukan dengan menghilangkan pilihan jawaban di tengah yaitu

ragu2. Hal ini, menurut Hadi (2000) dilakukan karena kategori jawaban di

tengah memiliki arti ganda yang tidak diharapkan dalam suatu instrumen,

bisa diartikan belum dapat memutuskan atau memberi jawaban, bisa juga

diartikan netral. Jawaban di tengah juga menimbulkan kecenderungan

menjawab ke tengah, terutama bagi mereka yang ragu atas arah

kecenderungan jawabannya, setuju atau tidak setuju. Selain itu modifikasi

ini dilakukan untuk melihat kecenderungan pendapat responden ke arah

setuju atau tidak setuju, karena orang indonesia cenderung tidak mau

memberikan jawaban yang sangat ekstrim. Pertanyaan yang disusun

bersifat favorable dan unfavorable.

Tabel II. Pembagian Pertanyaan Favorable dan Unfavorable

Variabel No pertanyaan Jenis pertanyaan

favorable unfavorable

Pengetahuan

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 15,

16, 17, 18, 19

1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, , 11, 12, 16

5, 10, 15, 17, 18, 19

Sikap 9, 13, 14, 16, 20,

21 9, 14, 16, 20, 21 13

Gambar

Gambar 1. Kerangka Konsep
Tabel I. Profil Pertanyaan Dalam Kuesioner Mengacu ke NCI (2007)
Tabel III. Uji Validitas
Tabel IV. Uji Normalitas Kelompok Perlakuan dan Kontrol
+7

Referensi

Dokumen terkait

Wilayah ini berada pada kedalaman di atas 1800 meter. Dengan kedalaman tersebut, tumbuhan tidak mampu lagi bertahan karena tidak ada sinar matahari. Karena itu jumlah

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasall6 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2006 tentang Besaran dan Penggunaan Iuran Badan Usaha Dalam Kegiatan

Penganugerahan Pangripta Nusantara Tahun 2015 kepada provinsi dan kabupaten/kota yang mempunyai dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) terbaik bertujuan

Hubungan yang erat atau korelasi yang tinggi antara lebar pubis dengan produksi telur pada itik Tegal betina, bobot badan itik jantan dengan volume semen dan bobot

Pengaruh Ekstrak Daun Kelor ( Moringa oleifera Lmk.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella typhi ; Dian Pertiwi, 100210103007; 2014; 56 halaman; Program Studi Pendidikan

Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh (sitokinin dan auksin 2,4 D) pada medium untuk propagasi tanaman nilam

(a).. Filter yang dipasang ini mampu memperbaiki bentuk gelombang arus masukan lebih baik dari pada cara sebelumnya seperti pada gambar 2 dan 3 serta nilai arus

Nilai pertumbuhan bobot yang tinggi diduga disebabkan karena kondisi media pemeliharaan yang sesuai dengan tekanan osmotik tubuh udang, sehingga proses osmoregulasi