Laporan Akhir II- 1
B
B
A
A
B
B
I
I
I
I
G
G
A
A
M
M
B
B
A
A
R
R
A
A
N
N
U
U
M
M
U
U
M
M
W
W
I
I
L
L
A
A
Y
Y
A
A
H
H
K
K
O
O
T
T
A
A
P
P
A
A
S
S
U
U
R
R
U
U
A
A
N
N
2.1 KONDISI UMUM
2.1.1 Profil Geografi
2.1.1.1 Letak Geografis dan Batas Administrasi
Posisi Kota Pasuruan dalam koordinat global adalah berada antara koordinat 112° 45’ – 112° 55’ Bujur Timur dan 7° 35’ – 7° 45’ Lintang Selatan. Wilayah Kota Pasuruan ini dibagi menjadi 3 Kecamatan dan terbagi lagi menjadi 34 Kelurahan. Kota ini
berbatasan langsung dengan : • Selat Madura di sebelah utara :
• Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan di sebelah timur
• Kecamatan Pohjentrek, Kabupaten Pasuruan di sebelah selatan
• Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan di sebelah barat
Luas wilayah Kota Pasuruan secara keseluruhan adalah 36,58 Km 2
dengan
rincian:
- Kecamatan Purworejo dengan luas wilayah sebesar 8,39 Km2
- Kecamatan Gadingrejo dengan luas wilayah sebesar 10,53 Km2
- Kecamatan Bugul Kidul dengan luas wilayah sebesar 17,66 Km 2
Secara lengkap nama-nama kelurahan yang berada di wilayah Kota Pasuruan dapat
Laporan Akhir II- 2 Tabel 2.1.
Susunan Nama Kelurahan di Kota Pasuruan
Kecamatan Purworejo Kecamatan Gadingrejo Kecamatan Bugul Kidul
1. Kelurahan Ngemplakrejo
2. Kelurahan Mayangan
3. Kelurahan Bangilan
4. Kelurahan Kebonsari
5. Kelurahan Purworejo
6. Kelurahan Kebonagung
7. Kelurahan Tembokrejo
8. Kelurahan Wirogunan
9. Kelurahan Purutrejo
10. Kelurahan Pohjentrek
1. Kelurahan Karanganyar
2. Kelurahan Gadingrejo
3. Kelurahan Trajeng
4. Kelurahan Gentong
5. Kelurahan Tambaan
6. Kelurahan Karangketug
7. Kelurahan Sebani
8. Kelurahan Petahunan
9. Kelurahan Bukir
10. Kelurahan Randusari
11. Kelurahan Krapyakrejo
1. Kelurahan Petamanan
2. Kelurahan Krampyangan
3. Kelurahan Pekuncen
4. Kelurahan Panggungrejo
5. Kelurahan Mandaranrejo
6. Kelurahan Bugul lor
7. Kelurahan Kandangsapi
8. Kelurahan Bugul Kidul
9. Kelurahan Tapaan
10. Kelurahan Blandongan
11. Kelurahan Kepel
12. Kelurahan Sekargadung
13. Kelurahan Bakalan
Sumber : Kota Pasuruan Dalam Angka 2011
Secara adminsitrasi, Kota Pasuruan dapat dilihat pada peta 2-1. Peta
Laporan Akhir II- 3
Laporan Akhir II- 4 2.1.1.2 Topografi
Kondisi topografi Kota Pasuruan relatif datar dengan kemiringan antara 0 – 1%
dan ketinggian rata-rata 4 meter diatas permukaan laut.
2.1.1.3 Geologi
Secara geomorfologi, Kota Pasuruan terbentang diatas dataran alluvial yang
dibentuk dari campuran bahan-bahan endapan yang bersumber dari daerah tuf vulkanis
intermedier pegunungan Tengger di sebelah selatan, bukit lipatan dan batuan endapan
berkapur Raci di bagian barat dan Grati di bagian timur.
2.1.1.4 Kondisi Tanah
Jenis tanah di Kota Pasuruan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
(1) Tanah hidromorfik kelabu, dengan daerah penyebaran terbatas di sepanjang pantai,
meliputi kurang lebih 15% luas areal Kota Pasuruan. Tanah jenis ini terbentuk dari
bahan induk campuran endapan baru dari sungai dan laut. Dalam keadaan basah
tanah mengembang dan lengket, apabila kering tanah berkerut, terjadi celah, dan
bersifat keras, sehingga tanah sulit diolah. Keasaman tanah netral sampai
mendekati basa dengan kadar hara N, F, K, Ca dan Mg yang cukup tinggi. Tetapi
karena kadar Na dan CI juga tinggi sebenarnya tanah jenis ini tidak sesuai untuk
lahan pertanian. Tanah ini lebih sesuai untuk budidaya tambak dan penggaraman.
(2) Tanah alluvial, menyebar di daerah tengah hingga ke selatan kota. terbentuk dari
bahan endapan dari daerah sekitarnya terutama yang berasal dari daerah sebelah
selatan kota. Belum mempunyai perkembangan penampang, berwarna kelabu tua,
bertekstur liat berdebu sampai liat berat. Dalam keadaan basah tanah mengembang
dan melekat, apabila kering tanah akan berkerut dan keras. Secara alami tanahnya
agak kedap udara dan tata aerasinya kurang lancar, sehingga drainase pada
umumnya terhambat. Tingkat keasaman tanahnya termasuk netral dengan pH 6.5 –
7.5, kadar hara N rendah, P
2CO5 sedang dan K2O tinggi sekali. Tanah jenis ini
sesuai untuk budidaya tanaman dengan catatan perlu perhatian khusus pada sistem
pembuangan airnya.
2.1.1.5 Klimatologi
Berdasarkan buku Bantuan Teknis Persampahan dan Drainase Kota Pasuruan
Tahun 2007 yang mendasarkan pengklasifikasian iklim pada Peta Agroklimat Jawa -
Madura dari Oldeman, iklim Kota Pasuruan termasuk tipe D.2 (agak kering) dengan
curah hujan rata-rata pertahun 1.337 mm. Periode musim kemarau (yaitu curah hujan
Laporan Akhir II- 5 November. Sedangkan periode musim penghujan (yaitu curah hujan rata-rata hingga 200
mm/bulan) terjadi selama 3 bulan, yaitu bulan Januari sampai Maret..
Sebagai perbandingan juga diambil data dari Master Plan Drainase Pasuruan Tahun
2007 berupa data curah hujan harian (point rain fall) yang diambil dari pos penakar hujan
P3GI di Kecamatan Bugul Kidul dari tahun 1990 – 2005. Data ini disajikan pada Tabel
2.2.
Tabel 2.2.
Curah Hujan Bulanan di Stasiun P3GI
Berdasar data diatas, jumlah curah hujan rata-rata per tahun adalah 1.081,4 mm
dengan curah hujan maksimum selama periode itu adalah sebesar 119 mm.
2.1.1.6 Hidrologi
Kota Pasuruan dilalui oleh beberapa sungai, yaitu di sebelah barat terdapat
Sungai Welang, di tengah kota mengalir Sungai Gembong dan di bagian timur mengalir
Sungai Petung. Ketiga sungai diatas berfungsi sebagai drainase alam yang seluruhnya
bermuara ke Selat Madura di sebelah utara Kota Pasuruan. Namun sungai-sungai
tersebut memiliki daerah aliran yang sempit sehingga sering terjadi banjir sebagai akibat
luasan sungai yang kurang dapat menampung curah hujan. Selain itu muara sungai
Gembong berfungsi sebagai pelabuhan sungai yang hanya dapat dilayari pada saat air
Laporan Akhir II- 6 Kabupaten dan Kota Pasuruan, DPS Welang terletak di Kabupaten Malang dan
Pasuruan, DPS Gembong berada di Kabupaten Pasuruan. Sedangkan sub daerah
pengaliran sungai disajikan pada tabel 2.3 dan 2.4.
Tabel 2.3.
Luas DPS, Sub DPS dan Panjang Sungai K. Gembong
No DPS / Sub DPS Luas Panjang
Sumber : Master Plan Drainase Kota Pasuruan, 2007
Tabel 2.4.
Luas DPS, Sub DPS dan Panjang Sungai K. Sumber Made
No DPS / Sub DPS Panjang Luas
Laporan Akhir II- 7 Kandungan sedimen terlarut dalam sungai Gembong dan Welang di saat banjir
cukup besar. Hasil Test Sedimen Transport di Kali Welang pada pos AWLR menunjukkan
material dasar (Bed Load) rata-rata berupa pasir (sand medium). Sedimen layang
(Suspended Load) diperoleh muatan rata-rata sebesar 224.765 ton/hari. Sedangkan di
pos jembatan Baung material dasar berupa Gravel dan untuk sedimen layang sebesar 85
ppm.
Bila ditinjau dari potensi sumber air, pada saat ini kondisi terbaik terdapat di
wilayah selatan kota, karena pada umumnya bersumber dari mata air. Sedangkan
wilayah kota bagian barat, utara dan tengah pada umumnya masih terdapat problem
kesulitan air.
2.1.1.7 Penggunaan Lahan
Lahan di kota ini digunakan sebagai permukiman, pertanian, industri, perkantoran
dan sekolah, pasar dan pekarangan. Sedang lahan yang digunakan sebagai lahan
sawah berpengairan teknis yang dapat diolah setiap waktu. Mutu air cukup tinggi, karena
airnya berasal dari daerah vulkanis yang kaya mineral hara. Tanaman utama adalah
padi, yang ditanam pada musim penghujan dan kemarau. Untuk menanam palawija pada
musim kemarau perlu perlakuan khusus, sebab drainase umumnya kurang lancar.
Tambak terdapat di sepanjang pantai bagian timur yang relatif lebih luas daripada bagian
barat. Di daerah permukiman banyak ditanam pohon mangga dengan jenis utama
mangga gadung dan mangga arumanis.
a. Wilayah Terbangun
Dari total luas wilayah Kota Pasuruan sebesar 36,58 km 2
, sekitar 65.85%-nya
berupa wilayah terbangun. Kecamatan Bugul Kidul adalah wilayah terbesar.
Luasnya hampir mencapai separuh luas wilayah kota dengan wilayah terbangun
mendekati 70% dari luas wilayah kecamatannya. Sedang Kecamatan Purworejo
adalah kecamatan dengan luas wilayah terkecil (tidak sampai seperempat luas
wilayah kota) namun wilayah terbangunnya hampir mencapai 70% dari luasnya.
b. Kerapatan Bangunan
Untuk menghitung kerapatan bangunan, diasumsikan dalam satu keluarga terdiri
dari 5 jiwa. Dari situ diketahui bahwa kerapatan bangunan di Kecamatan Purworejo
sebesar 1.330 rumah/km 2
, Kecamatan Gadingrejo 1.046 rumah/km 2
, dan
Kecamatan Bugul Kidul sebesar 541 rumah/km2. Purworejo adalah kecamatan
terpadat. Wilayah terpadat adalah Kelurahan Karanganyar dengan jumlah 331
rumah/km 2
Laporan Akhir II- 8 Luas wilayah dan penggunaan lahan per kecamatan/kelurahan di kota Pasuruan
yang meliputi: tanah sawah 38,5%, tanah kering 3,58%, bangunan 52,21% serta
penggunaan lainnya mencapai 13,64%. Lebih detail dapat diperiksa pada Tabel 2.5.
Tabel 2.5.
Luas Wilayah Dan Penggunaan Lahan Per Kecamatan/Kelurahan (Ha) Tahun 2009 No. Kecamatan/
I Gadingrejo 446,06 2,30 577,20 27,30 1.052,86
1 Krapyakrejo 128,63 - 45,85 - 174,48
II Purworejo 189,15 80,33 522,52 47,09 839,09
1 Pohjentrek 65,00 43,37 62,62 18,80 189,79
III Bugul Kidul 483,43 48,20 810,23 424,60 1.766,46
1 Sekargadung 75,00 - 75,98 - 150,98
Laporan Akhir II- 9
Laporan Akhir II- 10 2.1.2 Profil Demografi
2.1.2.1 Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Struktur Umur
Jumlah penduduk di tahun 2010 mencapai 186.262 jiwa. Dibedakan dari jenis
kelamin, perempuan mencapai 50,41% dari total jumlah penduduk Kota Pasuruan atau
sebesar 93.892 jiwa, sedangkan untuk penduduk laki-laki sebanyak 49,59% atau 92.370
jiwa. Lebih lengkap data jumlah penduduk Kota Pasmuruan ini dapat dilihat pada Tabel
2.6.
Tabel 2.6.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin per Kecamatan/Kelurahan Tahun 2011
No. Kecamatan/Ke lurahan
Laki-laki Perempuan Jumlah
I Gadingrejo 31467 31286 62753
II Purworejo 33079 33942 67021
III Bugul Kidul 28415 29121 57536
Jumlah/Total 92961 94349 187310
Sumber : Kota Pasuruan Dalam Angka 2012
Sedangkan jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur, disajikan dengan
kategori pada umur 0 – 4 sampai dengan 75+ adalah sebagai berikut.
Tabel 2.7.
Jumlah penduduk Kota Pasuruan
Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2011
Kelompok
Umur Laki-laki (jiwa) Perempuan (jiwa)
Total (Jiwa)
0 – 4 8495 8147 16642
5 – 9 9056 8173 17229
10 – 14 8650 8153 16803
15 – 19 8203 8315 16518
20 -24 7437 7473 14910
25 - 29 8782 8628 17410
30 - 34 7890 7992 15882
35 - 39 7279 7559 14838
40 - 44 6747 7205 13952
45 - 49 5986 6559 12545
50 - 54 5069 5028 10097
55 - 59 3748 3521 7269
60 - 64 2176 2447 4623
65 - 69 1540 1791 3331
70 - 74 872 1457 2329
75 + 1031 1901 2932
Rata-rata 92961 94349 187310
Laporan Akhir II- 11 2.1.2.2 Laju Pertambahan Penduduk
Rerata laju pertumbuhan penduduk sebesar 3.03% per tahun, Laju pertumbuhan
tertinggi ada di Kecamatan Purworejo yaitu Bugulkidul 4.10%. Adapun Kepadatan
penduduk Kota Pasuruan di tahun 2011 sebesar 5.121 jiwa/Km 2
Data lebih lanjut ada di
Tabel 2.8.
Tabel 2.8.
Rerata Laju Pertumbuhan Penduduk per Kecamatan Kota Pasuruan
No Kecamatan Jumlah Penduduk Tahun
Rerata Laju
Sumber : BPS, Diolah Tahun 2012
2.1.2.3 Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tahun 2009/2010 siswa TK tercatat 5.087 siswa. Jumlah murid Sekolah Dasar
dan Madrasah Ibtidaiyah sebanyak 21.581 siswa. Sedangkan untuk tingkat SLTP dan
Madrasah Tsnawiyah siswa menjadi 10.833 siswa. Di tingkat SMU/SMK dan Madrasah
Aliyah 6.440 siswa. Data penduduk berdasar tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel
berikut:
Tabel 2.10.
Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan per Kecamatan Tahun 2009/2010
No Kecamatan Status Tingkat Pendidikan
TK SD MI SLTP MTs SMU SMK MA
Sumber : Kota Pasuruan dalam angka 2010
2.1.2.4 Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Pada tahun 2011 jumlah pencari kerja di Kota Pasuruan berjumlah 1.283 Jiwa.
Sedangkan jumlah lowongan kerja yang bisa dipenuhi baru sebesar 411 orang. Masih
Laporan Akhir II- 12 Perkembangan ketenagakerjaan menurut jenis kelamin tahun 2010-2011 disajikan pada
Tabel 2.11.
Tabel 2.11.
Perkembangan Ketenagakerjaan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010-2011
No. Uraian 2010 2011
Sumber : Kota Pasuruan Dalam Angka 2012
2.1.2.5 Arahan Persebaran Penduduk
Tabel 2.12.
Prosentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Lapangan Pekerjaan Umum Tahun 2008-2011
No. Lapangan Pekerjaan Umum
Prosentase Per Tahun (%)
2008 2009 2010 2011
Laporan Akhir II- 13 2.1.3. Profil Ekonomi
Berdasarkan Pertumbuhan Produksi Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun
2011, potensi terbesar Kota Pasuruan saat ini adalah sektor perdagangan, perhotelan
dan restaurant (37,27%) disusul sektor industri pengolahan (16,66 %), pengangkutan dan
komunikasi (12,58%). Oleh karena itu, pemerintah Kota Pasuruan menaruh perhatian
besar pada perkembangan ketiga potensi tersebut, tanpa mengabaikan sektor lain.
Pola pergeseran struktur perekonomian yang demikian dan didasarkan pada
pengamatan lapangan menegaskan suatu kesimpulan bahwa meskipun profilnya masih
sederhana tetapi hal tersebut sudah menunjukkan perkembangan ke arah modernisasi
yang lebih maju. Namun demikian peningkatan nilai tambah dalam pola usaha karena
perkembangan industri lebih dominan pada jenis industri non formal dan kecil.
Nilai PDRB atas dasar harga berlaku Kota Pasuruan tahun 2011 mencapai Rp.
2.971.049.000.000,-. Sedangkan nilai PDRB atas dasar harga konstan tahun 2011
mencapai sebesar Rp.1.187.592.000.000,-. Secara rinci perbandingan pertumbuhan
PDRB Kota Pasuruan Tahun 2011 baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar
harga konstan dapat dilihat pada Tabel 2.13.
Tabel 2.13.
Perbandingan Pertumbuhan PDRB Kota Pasuruan Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2011 (juta rupiah)
No Sektor/Sub Sektor Harga Berlaku Harga Konstan
1 Pertanian 110.291 45.702
2 Pertambangan dan Penggalian 2.154 1.435
3 Industri Pengolahan 495.121 193.550
4 Listrik, gas dan Air Bersih 64.517 30.116
5 Konstruksi 237.961 87.893
6 Perdagangan, Hotel dan Restauran
1.107.401 426.732
7 Angkutan dan Komunikasi 373.913 161.496
8 Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan
237.524 101.092
9 Jasa 342.169 139.576
Sumber : Kota Pasuruan Dalam Angka 2012
Dari tabel 2.13 dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi atas dasar harga
berlaku lebih tinggi dibanding atas dasar harga konstan. Ini disebabkan pertumbuhan
ekonomi yang dihitung atas dasar harga berlaku masih mengandung unsur inflasi
(kenaikan harga barang dan jasa) sehingga kurang memadai jika dipakai sebagai
indikator. Selain itu tingkat inflasi antara daerah satu dan daerah lain tidak sama
besarnya.
Peranan gabungan dari dua sektor utama atas dasar harga konstan yang paling
berpengaruh, yaitu perdagangan dan industri, mampu mendominasi andil terhadap total
PDRB. Bahkan tingkat pertumbuhan sektor utama ini dapat mempengaruhi besaran
Laporan Akhir II- 14 antar sektor berakibat berubahnya kontribusi struktur ekonomi yang pada gilirannya
menyebabkan pergeseran sektor yang berperan di dalamnya.
Berdasarkan Kota Pasuruan Dalam Angka 2012, Pendapatan Asli Daerah (PAD)
di tahun 2011 sebesar Rp. 45.213.899.180,00,-. . Kontribusi terbesar PAD ini
disumbangkan oleh retribusi daerah yang mencapai Rp. 14.677.534.830,00,-. Jumlah
dana perimbangan yang diterima Kota Pasuruan pada tahun 2011 adalah Rp.
316.102.476.070,00.-,-. Porsi terbesar dari dana perimbangan ini diberikan oleh dana
alokasi umum yang besarannya lebih dari 77,61%.
2.1.4. Profil Sosial dan Budaya
2.1.4.1. Kondisi Sosial Masyarakat
Tolok ukur kesejahteraan masyarakat didasarkan pada konsep Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). IPM mencakup tiga indikator, yaitu harapan hidup, derajat
pendidikan dan derajat daya beli. IPM Kota Pasuruan secara umum yaitu 73.21. Ikatan
adat dan budaya setempat masih cukup kuat di kota ini. Selain itu suasana kehidupan
masyarakat dalam kaitan dengan bidang keagamaan (yang juga terkait moral, motivasi
dan etos kerja) sangat mendukung.
Upaya pembangunan kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu
rangkaian upaya mengatasi krisis ekonomi yang berkepanjangan dan memberikan
dampak luas. Krisis telah mengakibatkan menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat
dan berdampak pula pada penurunan rasa percaya diri dalam kehidupan ekonominya.
Untuk itu Pemerintah Kota Pasuruan berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat
agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar. Upaya yang ditempuh di
antaranya dengan memberikan keterampilan, kewirausahaan dan memberikan fasilitas
ekonomi yang memadai bagi masyarakat penyandang masalah kesejahteraan sosial.
Permasalahan sosial yang ada di Kota Pasuruan antara lain anak terlantar,
pengemis atau gelandangan, wanita tuna susila, korban narkotika dan anak nakal.
Laporan Akhir II- 15 Tabel 2.14.
Permasalahan Sosial Menurut Kecamatan dan Kelurahan di Kota Pasuruan 2010 No Kecamatan/
Sumber : Kota Pasuruan Dalam Angka, 2011
2.1.4.2. Fasilitas Pendidikan
Jumlah siswa sekolah dasar di Kota Pasuruan baik Negeri, Swasta dan
Madrasah Ibtidaiyah adalah 21.636 pada tahun ajaran 2011/2012, siswa SLTP dan
Laporan Akhir II- 16 SLTA,SMK dan Madrasah Aliyah sejumlah 11.335 dengan jumlah guru 849. Selain itu
juga terdapat 2 (dua) perguruan tinggi di Kota Pasuruan yaitu Universitas Merdeka dan
STKIP yang keduanya berstatus Swasta.
2.1.4.3. Fasilitas Pariwisata
Tempat pariwisata dibedakan menjadi tempat Pariwisata Alam dan Tempat
Pariwisata Buatan. Untuk pariwisata alam yang ada di Kota Pasuruan antara lain Hutan
Mangrove di sepanjang pesisisr Kota Pasuruan dan Pelabuhan Pasuruan. Sedangkan
untuk fasilitas pariwisata buatan sebagian besar berupa wisata sejarah dan religi antara
lain :
1. Kompleks Makam Mbah Slagah yang terletak di Jalan Pahlawan, selatan Stadion
Untung Suropati;
2. Langgar Gede, Makam KH. Abdul Hamid yang berlokasi di kompleks
pemakaman Masjid Agung Al-Anwar;
3. Kompleks Gedung P3GI yang terletak di Jalan Pahlawan;
4. Gedung rumah tinggal kawasan Pecinan dan Klenteng Tjoe Tik Kiong di Jalan
Lombok, Jalan Belitung dan jalan Hassanudin;
5. Kawasan gereja dengan tetenger yang terdiri dari Gereja St. Antonius Padova
dan Gereja Bethel; serta gedung-gedung kuno yang terletak di sepanjang Jalan
Balaikota;
6. Gedung-gedung Kuno Bersejarah yang berlokasi di Jalan Hasanudin, Jalan
Soekarno-Hatta, dan Jalan Pahlawan; dan
7. Kompleks Makam dan petilasan Untung Suropati.
Adapun fasilitas penunjang pariwisata di bagian timur cukup banyak dijumpai seperti
agen perjalanan, hotel, restauran dan rumah makan.
2.1.4.4. Pelestarian Budaya
Perkembangan kondisi budaya seiring dengan kemajuan teknologi informasi
secara langsung maupun tidak langsung telah mempengaruhi pola budaya di daerah
terutama di kalangan anak-anak dan generasi muda. Hal ini tampak pada lunturnya
nila-nilai budaya warisan leluhur sepert budi pekerti, gotong royong serta pola budaya antri.
Pergeseran tersebut secara tidak langsung mempengaruhi pekembangan etos kerja
masyarakat.
Untuk itu, budaya warisan leluhur harus dijaga dan dilestarikan eksistensinya. Berikut ini
Laporan Akhir II- 17
4. Karya Tari “Merak Abyor” 5. Karya Tari “Terbang Gendrong”
6. Cerita Rakyat “Ontran-ontran kali gembong” 7. Cerita Rakyat “Geger Kedungwolu”
2.2 KONDISI PRASARANA BIDANG PU/CIPTA KARYA
2.2.1 Sub Bidang Air Minum
Sistem penyediaan air minum Kota Pasuruan banyak yang sudah dilayani oleh
perpipaan PDAM Kota Pasuruan. Pada tahun 2011 tingkat pelayanan PDAM Kota
Pasuruan mencapai 74.6 % sedangkan sisanya terlayani Non PDAM, yaitu sebesar
25.4%
2.2.1.1 Kondisi Sistem Penyediaan Air Minum Non PDAM
Sistem penyediaan air minum Non PDAM umumnya berupa air sumur yang
berasal dari air tanah yang digali tau dipompa sendiri oleh masyarakat. Hal ini
dikarenakan air tanah tersebut kondisinya masih dianggap layak oleh masyarakat. Air
sumur yang digunakan masyarakat sebagai sumber air minum dibedakkan menjadi dua,
yaitu: sumur terlindung dan sumur tak terlindung/mata air. Masyarakat Kota Pasuruan
yang memanfaatkan sumur terlindung sebanyak 20,80% pada tahun 2006. Penggunaan
tersebut mengalami penurunan selama dua tahun berikutnya sehingga pada tahun 2008
menjadi 14,30%. Demikian pula penggunaan sumur tak terlindung/mata air juga
mengalami penurunan tiap tahunnya selama tahun 2006-2008. Sebanyak 6,20%
masyarakat yang menggunakan sumur tak terlindung/mata air pada tahun 2006 menurun
hingga 0,64% pada tahun 2008.
2.2.1.2 Kondisi Sistem Penyediaan Air Minum PDAM Kota Pasuruan
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) did PDAM Kota Pasuruan terdiri dari
Unit-Unit Air Baku dan Produksi, Unit-Unit Transmisi dan Distribusi, dan Unit-Unit Pelayanan.
Pembagian unit tergantung kondisi wilayah diaman untuk Kota Pasuruan Unit-Unit Air
Baku dan Produksi, serta Unit Transmisi- Distribusi menjadi masing-masing satu unit.
Sumber air baku yang dimanfaatkan oleh PDAM Kota Pasuruan terdiri dari 2
(dua) jenis yaitu Mata Air Umbulan dan Sumur Bor Pleret. Masalah utama ada pada unit
transmisi yang umur teknis jaringannya sudah tua (sejak 1917). Selain itu besarnya
kehilangan air sebagai akibat umur teknis jaringan pipa yang sudah tua serta kondisi
meter air yang kurang optimal perlu mendapat perlakuan khusus.
Potensi air baku terutama dari Mata air Umbulan sangat mencukupi dan untuk
Laporan Akhir II- 18 besar dari pemanfaatan saat ini. Wilayah utara yang berpotensi terhadap instrusi air laut
perlu disikapi dengan pengurangan eksploitasi air tanah dengan memberikan kualitas
distribusi yang lebih baik.
Zona pelayanan PDAM Kota Pasuruan dibagi menjadi 3 (tiga) yang dapat dirinci
sebagai berikut:
- Area Pelayanan A (Pusat Kota), merupakan area pelayanan tengah dan utara kota,
meliputi
Kecamatan Purworejo pada tahun 2009 dengan jumlah SR 5.694 unit, jumlah
penduduk 60.159 jiwa
Wilayah selatan (kabupaten) pada yahun 2009 terdiri dari sebgaian wilayah di
Kecamatan Pohjentrek, Gondang Wetan dan Winongan dengan jumlah SR 1.223
unit, jumlah penduduk 35.278 jiwa dan tingkat pelayanan 17,32%
- Area Pelayanan B, merupakan area pelayanan kota bagian timur, yaitu
Kecamatan Bugul Kidul pada tahun 2009 dengan jumlah SR 5.633 unit, jumlah
penduduk 48.802 jiwa dan tingkat pelayanan 78,2%
Wilayah kabupaten bagian timur pada tahun 2009 terdiri dari sebagian wilayah di
Kecamatan Rejoso, Grati, dan lekok dengan jumlah SR 319 unit, jumlah penduduk
49.752 jiwa dan tingkat pelayanan 3,2%
- Area Pelayanan C, merupakan area pelayanan bagian barat, yang meliputi
Kecamatan Gadingrejo pada tahun 2009 dengan jumlah SR 3.018 unit, jumlah
penduduk 57.756 jiwa dan tingkat pelayanan 49,85%.
Kecamatan Kraton pada tahun 2009 dengan jumlah SR 91 unit, jumlah penduduk
14856 jiwa dan tingkat pelayanan 8,1%
2.2.2 Sub Bidang Sampah
Pengelolaan persampahan di Kota Pasuruan sebagian besar ditangani oleh UPT
persampahan pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Pasuruan dengan dibantu oleh
beberapa lembaga/ instansi seperti Dinas Pasar untuk sampah kawasan pasar, serta
RW/RT yang dikoordinir oleh kelurahan. Gambaran pengelolaan sampah di kota
pasuruan ditinjau dari beberapa aspek dapat diuraikan sebagai berikut.
2.2.2.1 Aspek lnstitusi
Untuk dapat mengelola sampah perkotaan yang volumenya semakin banyak
dengan masalah yang kompleks, diperlukan suatu lembaga atau institusi yang dilengkapi
peraturan, pendanaan serta peralatan penunjang. Semuanya menjadi suatu sistem.
Institusi dalam sistem pengelolaan persampahan, memegang peranan yang sangat
penting, meliputi status, struktur organisasi, fungsi dan tanggung jawab dan wewenang
Laporan Akhir II- 19 Untuk meningkatkan kemampuan personil doperlukan adanya pendidikan dan
latihan yang secara garis besar dibagi dalam 3 kelompok yaitu : Teknik dan Manajemen,
Teknik Operasional dan Pendidikan Khusus.
Teknik dan Manajemen diperuntukkan level manajemen menengah yaitu seksi ke
atas, sedangkan teknik operasional untuk pengawas ke bawah. Sedangkan pendidikan
khusus diberikan untuk karyawan atau petugas yang mendapat tugas spesifikasi, misal:
operator dozer, pelaksana kegiatan pengomposan dan sebagainya.
Mengingat dalam pengolahan persampahan kemampuan manajemen dan teknik
sangat diperlukan, maka kualifikasi personil tingkat pimpinan harus mencerminkan hal
tersebut. Jumlah personil unit pengelolaan persampahan harus cukup memadai sesuai
dengan lingkup tugasnya, termasuk pembersihan/penyapuan jalan, taman dan
saluran-saluran tersier drainase yang ada.
Sesuai dengan Tupoksi yang ada pengelolaan persampahan berada di UPT
Persampahan pada Dinas Pekerjaan Umum kota Pasuruan sesuai Perwali No. 39 Tahun
2008, bahwa personil yang terlibat langsung dalam pengolahan persampahan sebanyak
23 orang PNS dan 203 orang tenaga kontrak, jumlah tersebut masih dibantu tenaga
pengumpul sampah dipermukiman sebanyak 130 orang di 3 kecamatan. Sedangkan
lainnya bertugas di pengelolaan taman-taman kota dan makam ataupun tenaga
administrasi lainnya.
2.2.2.2 Aspek Operasional
1. Pewadahan Sampah
Tujuan dari pewadahan sampah adalah untuk menghindari terjadinya sampah yang
berserakan sehingga mengganggu lingkungan dari segi kesehatan, kebersihan dan
estetika. Proses pewadahan ini merupakan awal dari sistem pengolahan
persampahan yang dapat dilakukan dengan beberapa pola diantaranya :
1. Disediakan oleh masyarakat dengan model bebas
2. Disediakan oleh masyarakat dengan model ditentukan oleh pemerintah
3. Disediakan oleh organisasi swadaya masyarakat
4. Disediakan oleh pemerintah daerah.
Berdasarkan mekanisme penggunaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Tetap, Model ini disarankan untuk tidak dipergunakan lagi, karena kurang
higienis, menghambat kecepatan operasi, sulit dikontrol tingkat kebersihannya
dan estetika kurang baik, contoh : bak sampah dari pasangan bata.
b. Semi Tetap, Sering dimanfaatkan untuk menghindari gangguan binatang, bentuk
ini masih dianggap lebih baik daripada bentuk tetap, tetapi pada umumnya
Laporan Akhir II- 20 keseluruhannya) bahan biasanya dari seng, besi dan plastik dan lain-lain, contoh
: tong sampah yang menggunakan tiang penyangga.
c. Tidak Tetap, Banyak dianjurkan karena sangat fleksibel tetapi dalam
penerapannya harus memperhatikan kondisi sosial budaya, contoh : kantong
plastik, karet dan keranjang, dan lain-lain.
Berdasarkan pola pemakaian/penggunaan berbentuk :
a. Individual, Setiap rumah/toko dan bangunan lainnya memiliki wadah sendiri,
cocok untuk daerah permukiman kelas menegah dan tinggi, pertokoan,
perkantoran dan bangunan besar lainnya.
b. Komunal, Tersedia wadah yang dimanfaatkan oleh beberapa rumah/bangunan,
cocok untuk daerah permukiman kumuh dengan tingkat ekonomi rendah, rumah
susun, permukiman padat sekali/kumuh (yang menyulitkan proses operasi
pengumpulan).
2. Pengumpulan Sampah
Peralatan pengumpulan sampah bervariasi disesuaikan dengan daerah timbulan
sampahnya. Secara umum di Kota Pasuruan peralatan pengumpulan sampah sama
dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia. Memperhatikan jumlah gerobak sampah,
secara ideal 1 petugas mengoperasikan 1 gerobak sampah dan 1 petugas pengumpul
melayani 1000 orang penduduk, maka jumlah gerobak sampah sangatlah kurang
memadai. Dari peralatan pengumpul khususnya grobak sampah dikumpulkan di TPS
(Tempat Penampungan Sampah Sementara) untuk di kumpulkan dan diangkut
dengan kendaraan pengangkut sampah
3. Pengangkutan Sampah
Pengangkutan sampah adalah kegiatan pengangkutan sampah yang telah
dikumpulkan di Tempat Penampungan Sementara atau langsung dari sumber sampah
(Pola Individual langsung) ke Tempat Pembuangan Akhir sampah. Jumlah armada
pengangkut sampah pemerintah Kota Pasuruan yang dikelola oleh UPT persampahan
pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Pasuruan sampai dengan tahun 2009 memiliki 6
unit Truk Sampah , 6 unit truck kontainer. Dari 12 armada pengangkutan tersebut
memliki umur berkisar 8 – 10 tahun, melihat kondisi yang ada maka sangatlah
diperlukan investasi yang cukup besar untuk kendaraan pengangkut dan kontainer
sampah. Pengangkutan sampah dari TPS ke TPA dilakukan oleh satuan Petugas
UPT Persampahan, Sarana pengumpulan dan pengangkutan sampah terdiri dari 274
Laporan Akhir II- 21 4. Pengolahan Sampah
Kota Pasuruan memiliki TPA di Kelurahan Blandongan Kecamatan Bugul Kidul yang
berjarak ± 5 Km dari pusat kota dengan luas ±7.19 Ha. TPA direncanakan
menggunakan sistem sanitary landfill. Dilengkapi bangunan pos jaga sebagai tempat
mengatur aktivitas pengelolaan TPA seperti monitoring dan pencatatan sumber,
volume dan alat angkut sampah yang masuk TPA serta pengaturan penempatan
sampah di areal TPA. Namun pada perkembangannya, operasional TPA
menggunakan sistem controlled landfill akibat minimnya dana operasional. Jumlah
sampah masuk TPA berdasarkan kapasitas kendaraan pengangkutan dan jumlah
ritasinya sebesar 274 m3/hari.
Sampah yang dikelola akan banyak memiliki manfaat yang baik untuk lingkungan
maupun untuk sektor pertanian, bahkan untuk sampah anorganik bisa dimanfaatkan
kembali (recycling). Pengolahan sampah merupakan suatu rangkaian proses
sehingga sampah yang tidak bermanfaat menjadi sunberdaya yang bermanfaat.
Pengolahan di Kota Pasuruan dilakukan dengan cara :
1. pengolahan Sampah dengan cara biologi (Composting, bioenergi). Proses
pengolahan ini memanfaatkakan bakteri pembusuk untuk memproses sampah
organik menjadi kompos. Atau memanfaatkan timbulnya pengeluaran gas metan
dari proses pembusukan untuk energi. Ada dua macam mikroorganisme yang
dimanfaatkan untuk mengolah sampah dengan cara ini yaitu :
a. Bakteri Anaerob yaitu bakteri yang bekerja membusukan sampah tanpa
membutuhkan oksigen
b. Bakteri Aerobik yaitu bakteri yang bekerja membusukkan sampah memerlukan
oksigen
Dinas Kebersihan Kota Pasuruan mempunyai 1 unit pengolahan sampah dengan
pembuatan kompos dengan sistem manual (windrow) dengan lokasi di Stadion
Luar. Unit ini memiliki kapasitas rencana 24m3/hari.
2. Pengolahan Sampah Dengan Cara Kimiawi (Incenerator dan Pirolysis)
Sampah dihancurkan dengan dibakar. Pembakaran menggunakan pyrolisis
memanfaatkan tungku pembakaran dengan dinding anti panas dan menghasilkan
abu. Untuk sistem incinerator, sampah dipisahkan antara sampah organik dan
anorganik. Sampah anorganik dibakar dan organik diproses secara kimia atau
pembusukan (composting). Pada tahun anggaran 2002 Dinas Kebersihan dan
Pertamanan mengadakan pembuatan tungku pembakar dan sampah yang dibakar
per hari ± 18 m3, dimana bangunan dan pengop erasionalannya melakukan studi
banding di Kabupaten Nganjuk. Namun dalam penilaian piala adipura tahun 2005 -
2006, disarankan oleh tim penilai untuk tidak mengo perasikan lagi, karena
Laporan Akhir II- 22 lingkungan. Sehingga mulai tahun 2006 proses pembakaran di TPA Blandongan
tidak dilakukan lagi
3. Daur Ulang (Recycling)
Proses pengolahan sampah daur ulang secara garis besar memerlukan 2
kegiatan:
a. Proses Pemisahan
b. Proses Pengolahan
Adapun kegiatan proses pemisahan sampah di Kota Pasuruan dilaksanakan
secara manual oleh para pemulung. Proses pemisahan dilaksanakan mulai dari
sumber sampah (pewadahan di rumah tangga), di TPS maupun di TPA.
5. Tingkat Pelayanan
Tingkat pelayanan persampahan di Kota Pasuruan pada tahun 2011 sebesar 78,66%.
6. Aspek Pengaturan
Peaksanaan pengelolaan persampahan agar berjalan baik dan lancar aspek
pengaturan (aspek legal) sangatlah diperlukan. Dasar hukum tersebut antara lain :
1. Peraturan Walikota Pasuruan No. 39 Tahun 2008 Tentang Tugas PokoK dan
Fungsi UPT persampahan pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Pasuruan.
2. Peraturan Daerah No. 18 Tahun 2002, Tentang Ketentuan - ketentuan
Pembuangan Sampah/Kebersihan kota termasuk buangan industri (sebagaimana
tercantum dalam lampiran)
3. Peraturan Daerah No 2 Tahun 2000 Tentang Tarif Retribusi Sampah
(sebagaimana te tercantum dalam lampiran)
Peninjauan dan evaluasi aspek pengaturan/hukum ini sangatlah penting untuk
menunjang/meningkatkan program pengelolaan persampahan melalui Peraturan
Daerah.
C. Aspek Masyarakat
Aspek masyarakat haruslah ditinjau karena sebagai subyek penghasil sampah dan
subyek yang dilayani, maka aspek masyarakat menjadi sangatlah penting. Tetapi kondisi
masyarakat tidak dapat dipaksakan karena berkelindan dengan masalah sosial budaya
dan
heterogenitas. Hanya daerah tertentu saja yang mampu melaksanakan dengan baik.
Bukan berarti bahwa aspek peran serta masyarakat tidak dapat diharapkan, sehhingga
pada tahap pertama (setting) peran serta masyarakat dianggap sebagai komponen
lingkungan.
Mengingat begitu pentingnya aspek peran serta masyarakat dalam pengelolaan
Laporan Akhir II- 23 masyarakat secara terpadu teratur dan terus menerus bekerja sama dengan
organisasi-organisasi formal maupun informal yang ada meliputi :
1. Penerangan tentang pentingnya kebersihan dan sistem pengelolaan pesampahan
yang dilaksanakan.
2. Peran masyarakat dalam organisasi masyarakat dalam pengelolaan sampah.
2.2.3 Sub Bidang Air Limbah
Berdasarkan data dari puskesmas, sarana sanitasi lingkungan yang meliputi
sarana air bersih, jamban keluarga dan sarana pembuangan sampah sudah cukup baik.
Hampir semua rumah mendapat pelayanan air bersih baik dari pelayanan PDAM, sumur
gali maupun sumur pompa tangan. Sedangkan untuk jamban keluarga + 83,7 % (Sumber
: Dinas Kesehatan Kota pasuruan 2011) rumah tangga telah memilikinya dan untuk
sarana pembuangan sampah rata-rata telah mencakup 93,6% rumah tangga.
2.2.4 Sub Bidang Drainase
Sistem drainase Kota Pasuruan pada dasarnya belum terstruktur secara teknis.
Saluran drainase masih banyak yang berfungsi tumpang tindih dengan kebutuhan irigasi.
erapa saluran irigasi dipakai juga oleh penduduk untuk kebutuhan drainase.
Saluran yang ada di Kota Pasuruan dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Basin Drainage Channels, yang mempunyai daerah pematusan sampai jauh keluar
daerah kota. Ada 3 saluran besar yang masuk kategori ini, yaitu Kali Welang, Kali
Gembong dan Kali petung. Ketiga saluran itu dalam dimensi alur masuk dalam
golongan sungai perennial yang airnya di sadap untuk kebutuhan irigasi.
Kenyataannya sungai ini masuk dalam kriteria saluran drainase, tapi lebih
cenderung di klasifikasi sebagai badan air (receiving water).
2. Urban Drainage Channels, dimana sebagian besar saluran ini tadinya berupa
saluran pembuang (afvoer) irigasi dan sampai sekarang masih berfungsi sebagai
saluran pembuang irigasi.
3. Saluran irigasi yang sampai sekarang masih berfungsi baik untuk mengairi sawah
yang terdapat di dalam wilayah kota dan yang berada di daerah hilir di luar wilayah
kota. Posisi saluran ini, kalau berupa saluran pembawa irigasi terletak pada elevasi
relatif lebih tinggi dari tanah sekitarnya. Sekarang penggunaan saluran ini untuk
drainase hanya bisa bagi perumahan atau lokasi yang berkembang di atas elevasi
tanggul yang ada. Untuk memanfaatkan saluran ini sebagai saluran drainase
membutuhkan bangunan dan fasilitas tambahan. Untuk ini diperlukan perangkat
hukum setingkat Perda untuk menjamin berfungsinya operasional baik untuk irigasi
Laporan Akhir II- 24 2.2.5 Sub Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan
Secara harfiah, Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur
Perkotaan (SPPIP) ini dipahami sebagai suatu strategi yang dapat digunakan sebagai
acuan bagi pengembangan sektor permukiman (termasuk infrastruktur keciptakaryaan)
yang penyusunannya tetap mengacu dan terintegrasi dengan strategi pengembangan
kota secara komprehensif. SPPIP ini secara tidak langsung merupakan alat utama bagi
pemerintah daerah untuk mengarahkan pembangunan dan pengembangan permukiman
serta infrastruktur perkotaan. Selain itu, SPPIP juga dipahami sebagai suatu rancangan
tindakan atau aksi untuk mengembangkan aspek permukiman dan infrastruktur sebagai
salah satu unsur dalam pembangunan wilayah perkotaan.
2.2.5.1 Kondisi Permukiman
Secara umum kondisi permukiman di Kota Pasuruan terdiri dalam keadaan
sedang dan cukup dan buruk. Keadaan sedang dapat terlihat di permukiman kampung
dan sebagian permukiman nelayan serta permukiman yang dikelola oleh developer.
Sedangkan keadaan permukiman cukup dan buruk dapat terlihat pada permukiman di
sekitar rel kereta api, sebagian permukiman kampung dan permukiman nelayan.
Berdasarkan hasil survey, permukiman di Kota pasuruan didominasi oleh permukiman
kampung.
2.2.5.2 Kondisi Infrastruktur Permukiman
A. Kondisi Drainase
Sistem drainase Kota Pasuruan pada dasarnya belum terstruktur secara teknis,
dimana saluran drainase yang ada masih banyak yang berfungsi tumpang tindih dengan
kebutuhan irigasi. Beberapa saluran irigasi dipakai juga oleh penduduk untuk kebutuhan
drainase.
Saluran yang ada di Kota Pasuruan dapat dibedakan sebagai berikut :
Basin Drainage Channels, yang mempunyai daerah pematusan sampai jauh keluar
daerah kota. Ada 3 saluran besar yang masuk kategori ini, yaitu :
Kali Welang
Kali Gembong
Kali Petung
Ketiga saluran diatas dalam dimensi alur masuk dalam golongan sungai perennial
yang airnya di sadap untuk kebutuhan irigasi. Kenyataannya sungai ini masuk dalam
kriteria saluran drainase, tapi lebih cenderung di klasifikasi sebagai badan air
(receiving water).
Urban Drainage Channels, dimana sebagian besar saluran ini tadinya berupa
saluran pembuang (afvoer) irigasi dan sampai sekarang masih berfungsi sebagai
Laporan Akhir II- 25 Saluran irigasi yang sampai sekarang masih berfungsi baik untuk mengairi sawah
yang terdapat di dalam wilayah kota dan yang berada di daerah hilir di luar wilayah
kota.
Posisi saluran ini, kalau berupa saluran pembawa irigasi terletak pada elevasi
relatif lebih tinggi dari tanah sekitarnya. Sekarang ini penggunaan saluran ini untuk
drainase hanya bisa bagi perumahan atau lokasi yang berkembang di atas elevasi
tanggul yang ada. Untuk memanfaatkan saluran ini sebagai saluran drainase
membutuhkan bangunan dan fasilitas tambahan. Untuk ini diperlukan perangkat hukum
setingkat Perda untuk menjamin berfungsinya operasional baik untuk irigasi maupun
peruntukan drainase.
B. Kondisi Ruang Terbuka Hijau
Kondisi ruang terbuka hijau di Kota Pasuruan meliputi taman lingkungan,
lapangan olahraga, jalur hijau dan makam.
Fasilitas olahraga berupa ruang terbuka atau lapangan tersebuar di beberapa
tempat di Kota Pasuruan. Salah satu lapangan olahraga tersebut adalah Stadion
Untung Suropati di Jalan Pahlawan.
Fasilitas makam di Kota Pasuruan terdapat 3 unit. Fasilitas makam ini tidak hanya
melayani wilayah perencanaan saja tetapi juga melayani wilayah yang berdekatan.
Taman Makam Pahlawan yang berada di Jalan Pahlawan berfungsi sebagai ruang
terbuka hijau di Kota Pasuruan.
Taman bermain selain sebagai RTH juga berfungsi sebagai fasilitas hiburan
anak-anak, tempat olahraga dan estetika lingkungan. Taman bermain di Kota Pasuruan
saat ini masih skala lingkungan, belum terdapat taman bermain skala kota.
Jalur hijau berfungsi sebagai taman kota di Kota Pasuruan. Jalur hijau ini berada di
sepanjang jalan di wilayah Kota Pasuruan.
Sempadan sungai, Kota Pasuruan memiliki beberapa sungai besar dan kecil.
Sempadan sungai juga dapat berfungsi sebagai ruang terbuka hijau. Saat ini
sempadan sungai di Kota Pasuruan belum berfungsi sebagaimana mestinya, masih