• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KOTA PASURUAN 2013-2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) KOTA PASURUAN 2013-2017"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Akhir II- 1

B

B

A

A

B

B

I

I

I

I

G

G

A

A

M

M

B

B

A

A

R

R

A

A

N

N

U

U

M

M

U

U

M

M

W

W

I

I

L

L

A

A

Y

Y

A

A

H

H

K

K

O

O

T

T

A

A

P

P

A

A

S

S

U

U

R

R

U

U

A

A

N

N

2.1 KONDISI UMUM

2.1.1 Profil Geografi

2.1.1.1 Letak Geografis dan Batas Administrasi

Posisi Kota Pasuruan dalam koordinat global adalah berada antara koordinat 112° 45’ – 112° 55’ Bujur Timur dan 7° 35’ – 7° 45’ Lintang Selatan. Wilayah Kota Pasuruan ini dibagi menjadi 3 Kecamatan dan terbagi lagi menjadi 34 Kelurahan. Kota ini

berbatasan langsung dengan : • Selat Madura di sebelah utara :

• Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan di sebelah timur

• Kecamatan Pohjentrek, Kabupaten Pasuruan di sebelah selatan

• Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan di sebelah barat

Luas wilayah Kota Pasuruan secara keseluruhan adalah 36,58 Km 2

dengan

rincian:

- Kecamatan Purworejo dengan luas wilayah sebesar 8,39 Km2

- Kecamatan Gadingrejo dengan luas wilayah sebesar 10,53 Km2

- Kecamatan Bugul Kidul dengan luas wilayah sebesar 17,66 Km 2

Secara lengkap nama-nama kelurahan yang berada di wilayah Kota Pasuruan dapat

(2)

Laporan Akhir II- 2 Tabel 2.1.

Susunan Nama Kelurahan di Kota Pasuruan

Kecamatan Purworejo Kecamatan Gadingrejo Kecamatan Bugul Kidul

1. Kelurahan Ngemplakrejo

2. Kelurahan Mayangan

3. Kelurahan Bangilan

4. Kelurahan Kebonsari

5. Kelurahan Purworejo

6. Kelurahan Kebonagung

7. Kelurahan Tembokrejo

8. Kelurahan Wirogunan

9. Kelurahan Purutrejo

10. Kelurahan Pohjentrek

1. Kelurahan Karanganyar

2. Kelurahan Gadingrejo

3. Kelurahan Trajeng

4. Kelurahan Gentong

5. Kelurahan Tambaan

6. Kelurahan Karangketug

7. Kelurahan Sebani

8. Kelurahan Petahunan

9. Kelurahan Bukir

10. Kelurahan Randusari

11. Kelurahan Krapyakrejo

1. Kelurahan Petamanan

2. Kelurahan Krampyangan

3. Kelurahan Pekuncen

4. Kelurahan Panggungrejo

5. Kelurahan Mandaranrejo

6. Kelurahan Bugul lor

7. Kelurahan Kandangsapi

8. Kelurahan Bugul Kidul

9. Kelurahan Tapaan

10. Kelurahan Blandongan

11. Kelurahan Kepel

12. Kelurahan Sekargadung

13. Kelurahan Bakalan

Sumber : Kota Pasuruan Dalam Angka 2011

Secara adminsitrasi, Kota Pasuruan dapat dilihat pada peta 2-1. Peta

(3)

Laporan Akhir II- 3

(4)

Laporan Akhir II- 4 2.1.1.2 Topografi

Kondisi topografi Kota Pasuruan relatif datar dengan kemiringan antara 0 – 1%

dan ketinggian rata-rata 4 meter diatas permukaan laut.

2.1.1.3 Geologi

Secara geomorfologi, Kota Pasuruan terbentang diatas dataran alluvial yang

dibentuk dari campuran bahan-bahan endapan yang bersumber dari daerah tuf vulkanis

intermedier pegunungan Tengger di sebelah selatan, bukit lipatan dan batuan endapan

berkapur Raci di bagian barat dan Grati di bagian timur.

2.1.1.4 Kondisi Tanah

Jenis tanah di Kota Pasuruan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

(1) Tanah hidromorfik kelabu, dengan daerah penyebaran terbatas di sepanjang pantai,

meliputi kurang lebih 15% luas areal Kota Pasuruan. Tanah jenis ini terbentuk dari

bahan induk campuran endapan baru dari sungai dan laut. Dalam keadaan basah

tanah mengembang dan lengket, apabila kering tanah berkerut, terjadi celah, dan

bersifat keras, sehingga tanah sulit diolah. Keasaman tanah netral sampai

mendekati basa dengan kadar hara N, F, K, Ca dan Mg yang cukup tinggi. Tetapi

karena kadar Na dan CI juga tinggi sebenarnya tanah jenis ini tidak sesuai untuk

lahan pertanian. Tanah ini lebih sesuai untuk budidaya tambak dan penggaraman.

(2) Tanah alluvial, menyebar di daerah tengah hingga ke selatan kota. terbentuk dari

bahan endapan dari daerah sekitarnya terutama yang berasal dari daerah sebelah

selatan kota. Belum mempunyai perkembangan penampang, berwarna kelabu tua,

bertekstur liat berdebu sampai liat berat. Dalam keadaan basah tanah mengembang

dan melekat, apabila kering tanah akan berkerut dan keras. Secara alami tanahnya

agak kedap udara dan tata aerasinya kurang lancar, sehingga drainase pada

umumnya terhambat. Tingkat keasaman tanahnya termasuk netral dengan pH 6.5 –

7.5, kadar hara N rendah, P

2CO5 sedang dan K2O tinggi sekali. Tanah jenis ini

sesuai untuk budidaya tanaman dengan catatan perlu perhatian khusus pada sistem

pembuangan airnya.

2.1.1.5 Klimatologi

Berdasarkan buku Bantuan Teknis Persampahan dan Drainase Kota Pasuruan

Tahun 2007 yang mendasarkan pengklasifikasian iklim pada Peta Agroklimat Jawa -

Madura dari Oldeman, iklim Kota Pasuruan termasuk tipe D.2 (agak kering) dengan

curah hujan rata-rata pertahun 1.337 mm. Periode musim kemarau (yaitu curah hujan

(5)

Laporan Akhir II- 5 November. Sedangkan periode musim penghujan (yaitu curah hujan rata-rata hingga 200

mm/bulan) terjadi selama 3 bulan, yaitu bulan Januari sampai Maret..

Sebagai perbandingan juga diambil data dari Master Plan Drainase Pasuruan Tahun

2007 berupa data curah hujan harian (point rain fall) yang diambil dari pos penakar hujan

P3GI di Kecamatan Bugul Kidul dari tahun 1990 – 2005. Data ini disajikan pada Tabel

2.2.

Tabel 2.2.

Curah Hujan Bulanan di Stasiun P3GI

Berdasar data diatas, jumlah curah hujan rata-rata per tahun adalah 1.081,4 mm

dengan curah hujan maksimum selama periode itu adalah sebesar 119 mm.

2.1.1.6 Hidrologi

Kota Pasuruan dilalui oleh beberapa sungai, yaitu di sebelah barat terdapat

Sungai Welang, di tengah kota mengalir Sungai Gembong dan di bagian timur mengalir

Sungai Petung. Ketiga sungai diatas berfungsi sebagai drainase alam yang seluruhnya

bermuara ke Selat Madura di sebelah utara Kota Pasuruan. Namun sungai-sungai

tersebut memiliki daerah aliran yang sempit sehingga sering terjadi banjir sebagai akibat

luasan sungai yang kurang dapat menampung curah hujan. Selain itu muara sungai

Gembong berfungsi sebagai pelabuhan sungai yang hanya dapat dilayari pada saat air

(6)

Laporan Akhir II- 6 Kabupaten dan Kota Pasuruan, DPS Welang terletak di Kabupaten Malang dan

Pasuruan, DPS Gembong berada di Kabupaten Pasuruan. Sedangkan sub daerah

pengaliran sungai disajikan pada tabel 2.3 dan 2.4.

Tabel 2.3.

Luas DPS, Sub DPS dan Panjang Sungai K. Gembong

No DPS / Sub DPS Luas Panjang

Sumber : Master Plan Drainase Kota Pasuruan, 2007

Tabel 2.4.

Luas DPS, Sub DPS dan Panjang Sungai K. Sumber Made

No DPS / Sub DPS Panjang Luas

(7)

Laporan Akhir II- 7 Kandungan sedimen terlarut dalam sungai Gembong dan Welang di saat banjir

cukup besar. Hasil Test Sedimen Transport di Kali Welang pada pos AWLR menunjukkan

material dasar (Bed Load) rata-rata berupa pasir (sand medium). Sedimen layang

(Suspended Load) diperoleh muatan rata-rata sebesar 224.765 ton/hari. Sedangkan di

pos jembatan Baung material dasar berupa Gravel dan untuk sedimen layang sebesar 85

ppm.

Bila ditinjau dari potensi sumber air, pada saat ini kondisi terbaik terdapat di

wilayah selatan kota, karena pada umumnya bersumber dari mata air. Sedangkan

wilayah kota bagian barat, utara dan tengah pada umumnya masih terdapat problem

kesulitan air.

2.1.1.7 Penggunaan Lahan

Lahan di kota ini digunakan sebagai permukiman, pertanian, industri, perkantoran

dan sekolah, pasar dan pekarangan. Sedang lahan yang digunakan sebagai lahan

sawah berpengairan teknis yang dapat diolah setiap waktu. Mutu air cukup tinggi, karena

airnya berasal dari daerah vulkanis yang kaya mineral hara. Tanaman utama adalah

padi, yang ditanam pada musim penghujan dan kemarau. Untuk menanam palawija pada

musim kemarau perlu perlakuan khusus, sebab drainase umumnya kurang lancar.

Tambak terdapat di sepanjang pantai bagian timur yang relatif lebih luas daripada bagian

barat. Di daerah permukiman banyak ditanam pohon mangga dengan jenis utama

mangga gadung dan mangga arumanis.

a. Wilayah Terbangun

Dari total luas wilayah Kota Pasuruan sebesar 36,58 km 2

, sekitar 65.85%-nya

berupa wilayah terbangun. Kecamatan Bugul Kidul adalah wilayah terbesar.

Luasnya hampir mencapai separuh luas wilayah kota dengan wilayah terbangun

mendekati 70% dari luas wilayah kecamatannya. Sedang Kecamatan Purworejo

adalah kecamatan dengan luas wilayah terkecil (tidak sampai seperempat luas

wilayah kota) namun wilayah terbangunnya hampir mencapai 70% dari luasnya.

b. Kerapatan Bangunan

Untuk menghitung kerapatan bangunan, diasumsikan dalam satu keluarga terdiri

dari 5 jiwa. Dari situ diketahui bahwa kerapatan bangunan di Kecamatan Purworejo

sebesar 1.330 rumah/km 2

, Kecamatan Gadingrejo 1.046 rumah/km 2

, dan

Kecamatan Bugul Kidul sebesar 541 rumah/km2. Purworejo adalah kecamatan

terpadat. Wilayah terpadat adalah Kelurahan Karanganyar dengan jumlah 331

rumah/km 2

(8)

Laporan Akhir II- 8 Luas wilayah dan penggunaan lahan per kecamatan/kelurahan di kota Pasuruan

yang meliputi: tanah sawah 38,5%, tanah kering 3,58%, bangunan 52,21% serta

penggunaan lainnya mencapai 13,64%. Lebih detail dapat diperiksa pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5.

Luas Wilayah Dan Penggunaan Lahan Per Kecamatan/Kelurahan (Ha) Tahun 2009 No. Kecamatan/

I Gadingrejo 446,06 2,30 577,20 27,30 1.052,86

1 Krapyakrejo 128,63 - 45,85 - 174,48

II Purworejo 189,15 80,33 522,52 47,09 839,09

1 Pohjentrek 65,00 43,37 62,62 18,80 189,79

III Bugul Kidul 483,43 48,20 810,23 424,60 1.766,46

1 Sekargadung 75,00 - 75,98 - 150,98

(9)

Laporan Akhir II- 9

(10)

Laporan Akhir II- 10 2.1.2 Profil Demografi

2.1.2.1 Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Struktur Umur

Jumlah penduduk di tahun 2010 mencapai 186.262 jiwa. Dibedakan dari jenis

kelamin, perempuan mencapai 50,41% dari total jumlah penduduk Kota Pasuruan atau

sebesar 93.892 jiwa, sedangkan untuk penduduk laki-laki sebanyak 49,59% atau 92.370

jiwa. Lebih lengkap data jumlah penduduk Kota Pasmuruan ini dapat dilihat pada Tabel

2.6.

Tabel 2.6.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin per Kecamatan/Kelurahan Tahun 2011

No. Kecamatan/Ke lurahan

Laki-laki Perempuan Jumlah

I Gadingrejo 31467 31286 62753

II Purworejo 33079 33942 67021

III Bugul Kidul 28415 29121 57536

Jumlah/Total 92961 94349 187310

Sumber : Kota Pasuruan Dalam Angka 2012

Sedangkan jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur, disajikan dengan

kategori pada umur 0 – 4 sampai dengan 75+ adalah sebagai berikut.

Tabel 2.7.

Jumlah penduduk Kota Pasuruan

Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2011

Kelompok

Umur Laki-laki (jiwa) Perempuan (jiwa)

Total (Jiwa)

0 – 4 8495 8147 16642

5 – 9 9056 8173 17229

10 – 14 8650 8153 16803

15 – 19 8203 8315 16518

20 -24 7437 7473 14910

25 - 29 8782 8628 17410

30 - 34 7890 7992 15882

35 - 39 7279 7559 14838

40 - 44 6747 7205 13952

45 - 49 5986 6559 12545

50 - 54 5069 5028 10097

55 - 59 3748 3521 7269

60 - 64 2176 2447 4623

65 - 69 1540 1791 3331

70 - 74 872 1457 2329

75 + 1031 1901 2932

Rata-rata 92961 94349 187310

(11)

Laporan Akhir II- 11 2.1.2.2 Laju Pertambahan Penduduk

Rerata laju pertumbuhan penduduk sebesar 3.03% per tahun, Laju pertumbuhan

tertinggi ada di Kecamatan Purworejo yaitu Bugulkidul 4.10%. Adapun Kepadatan

penduduk Kota Pasuruan di tahun 2011 sebesar 5.121 jiwa/Km 2

Data lebih lanjut ada di

Tabel 2.8.

Tabel 2.8.

Rerata Laju Pertumbuhan Penduduk per Kecamatan Kota Pasuruan

No Kecamatan Jumlah Penduduk Tahun

Rerata Laju

Sumber : BPS, Diolah Tahun 2012

2.1.2.3 Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tahun 2009/2010 siswa TK tercatat 5.087 siswa. Jumlah murid Sekolah Dasar

dan Madrasah Ibtidaiyah sebanyak 21.581 siswa. Sedangkan untuk tingkat SLTP dan

Madrasah Tsnawiyah siswa menjadi 10.833 siswa. Di tingkat SMU/SMK dan Madrasah

Aliyah 6.440 siswa. Data penduduk berdasar tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel

berikut:

Tabel 2.10.

Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan per Kecamatan Tahun 2009/2010

No Kecamatan Status Tingkat Pendidikan

TK SD MI SLTP MTs SMU SMK MA

Sumber : Kota Pasuruan dalam angka 2010

2.1.2.4 Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Pada tahun 2011 jumlah pencari kerja di Kota Pasuruan berjumlah 1.283 Jiwa.

Sedangkan jumlah lowongan kerja yang bisa dipenuhi baru sebesar 411 orang. Masih

(12)

Laporan Akhir II- 12 Perkembangan ketenagakerjaan menurut jenis kelamin tahun 2010-2011 disajikan pada

Tabel 2.11.

Tabel 2.11.

Perkembangan Ketenagakerjaan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010-2011

No. Uraian 2010 2011

Sumber : Kota Pasuruan Dalam Angka 2012

2.1.2.5 Arahan Persebaran Penduduk

Tabel 2.12.

Prosentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Lapangan Pekerjaan Umum Tahun 2008-2011

No. Lapangan Pekerjaan Umum

Prosentase Per Tahun (%)

2008 2009 2010 2011

(13)

Laporan Akhir II- 13 2.1.3. Profil Ekonomi

Berdasarkan Pertumbuhan Produksi Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun

2011, potensi terbesar Kota Pasuruan saat ini adalah sektor perdagangan, perhotelan

dan restaurant (37,27%) disusul sektor industri pengolahan (16,66 %), pengangkutan dan

komunikasi (12,58%). Oleh karena itu, pemerintah Kota Pasuruan menaruh perhatian

besar pada perkembangan ketiga potensi tersebut, tanpa mengabaikan sektor lain.

Pola pergeseran struktur perekonomian yang demikian dan didasarkan pada

pengamatan lapangan menegaskan suatu kesimpulan bahwa meskipun profilnya masih

sederhana tetapi hal tersebut sudah menunjukkan perkembangan ke arah modernisasi

yang lebih maju. Namun demikian peningkatan nilai tambah dalam pola usaha karena

perkembangan industri lebih dominan pada jenis industri non formal dan kecil.

Nilai PDRB atas dasar harga berlaku Kota Pasuruan tahun 2011 mencapai Rp.

2.971.049.000.000,-. Sedangkan nilai PDRB atas dasar harga konstan tahun 2011

mencapai sebesar Rp.1.187.592.000.000,-. Secara rinci perbandingan pertumbuhan

PDRB Kota Pasuruan Tahun 2011 baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar

harga konstan dapat dilihat pada Tabel 2.13.

Tabel 2.13.

Perbandingan Pertumbuhan PDRB Kota Pasuruan Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2011 (juta rupiah)

No Sektor/Sub Sektor Harga Berlaku Harga Konstan

1 Pertanian 110.291 45.702

2 Pertambangan dan Penggalian 2.154 1.435

3 Industri Pengolahan 495.121 193.550

4 Listrik, gas dan Air Bersih 64.517 30.116

5 Konstruksi 237.961 87.893

6 Perdagangan, Hotel dan Restauran

1.107.401 426.732

7 Angkutan dan Komunikasi 373.913 161.496

8 Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan

237.524 101.092

9 Jasa 342.169 139.576

Sumber : Kota Pasuruan Dalam Angka 2012

Dari tabel 2.13 dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi atas dasar harga

berlaku lebih tinggi dibanding atas dasar harga konstan. Ini disebabkan pertumbuhan

ekonomi yang dihitung atas dasar harga berlaku masih mengandung unsur inflasi

(kenaikan harga barang dan jasa) sehingga kurang memadai jika dipakai sebagai

indikator. Selain itu tingkat inflasi antara daerah satu dan daerah lain tidak sama

besarnya.

Peranan gabungan dari dua sektor utama atas dasar harga konstan yang paling

berpengaruh, yaitu perdagangan dan industri, mampu mendominasi andil terhadap total

PDRB. Bahkan tingkat pertumbuhan sektor utama ini dapat mempengaruhi besaran

(14)

Laporan Akhir II- 14 antar sektor berakibat berubahnya kontribusi struktur ekonomi yang pada gilirannya

menyebabkan pergeseran sektor yang berperan di dalamnya.

Berdasarkan Kota Pasuruan Dalam Angka 2012, Pendapatan Asli Daerah (PAD)

di tahun 2011 sebesar Rp. 45.213.899.180,00,-. . Kontribusi terbesar PAD ini

disumbangkan oleh retribusi daerah yang mencapai Rp. 14.677.534.830,00,-. Jumlah

dana perimbangan yang diterima Kota Pasuruan pada tahun 2011 adalah Rp.

316.102.476.070,00.-,-. Porsi terbesar dari dana perimbangan ini diberikan oleh dana

alokasi umum yang besarannya lebih dari 77,61%.

2.1.4. Profil Sosial dan Budaya

2.1.4.1. Kondisi Sosial Masyarakat

Tolok ukur kesejahteraan masyarakat didasarkan pada konsep Indeks

Pembangunan Manusia (IPM). IPM mencakup tiga indikator, yaitu harapan hidup, derajat

pendidikan dan derajat daya beli. IPM Kota Pasuruan secara umum yaitu 73.21. Ikatan

adat dan budaya setempat masih cukup kuat di kota ini. Selain itu suasana kehidupan

masyarakat dalam kaitan dengan bidang keagamaan (yang juga terkait moral, motivasi

dan etos kerja) sangat mendukung.

Upaya pembangunan kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu

rangkaian upaya mengatasi krisis ekonomi yang berkepanjangan dan memberikan

dampak luas. Krisis telah mengakibatkan menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat

dan berdampak pula pada penurunan rasa percaya diri dalam kehidupan ekonominya.

Untuk itu Pemerintah Kota Pasuruan berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat

agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar. Upaya yang ditempuh di

antaranya dengan memberikan keterampilan, kewirausahaan dan memberikan fasilitas

ekonomi yang memadai bagi masyarakat penyandang masalah kesejahteraan sosial.

Permasalahan sosial yang ada di Kota Pasuruan antara lain anak terlantar,

pengemis atau gelandangan, wanita tuna susila, korban narkotika dan anak nakal.

(15)

Laporan Akhir II- 15 Tabel 2.14.

Permasalahan Sosial Menurut Kecamatan dan Kelurahan di Kota Pasuruan 2010 No Kecamatan/

Sumber : Kota Pasuruan Dalam Angka, 2011

2.1.4.2. Fasilitas Pendidikan

Jumlah siswa sekolah dasar di Kota Pasuruan baik Negeri, Swasta dan

Madrasah Ibtidaiyah adalah 21.636 pada tahun ajaran 2011/2012, siswa SLTP dan

(16)

Laporan Akhir II- 16 SLTA,SMK dan Madrasah Aliyah sejumlah 11.335 dengan jumlah guru 849. Selain itu

juga terdapat 2 (dua) perguruan tinggi di Kota Pasuruan yaitu Universitas Merdeka dan

STKIP yang keduanya berstatus Swasta.

2.1.4.3. Fasilitas Pariwisata

Tempat pariwisata dibedakan menjadi tempat Pariwisata Alam dan Tempat

Pariwisata Buatan. Untuk pariwisata alam yang ada di Kota Pasuruan antara lain Hutan

Mangrove di sepanjang pesisisr Kota Pasuruan dan Pelabuhan Pasuruan. Sedangkan

untuk fasilitas pariwisata buatan sebagian besar berupa wisata sejarah dan religi antara

lain :

1. Kompleks Makam Mbah Slagah yang terletak di Jalan Pahlawan, selatan Stadion

Untung Suropati;

2. Langgar Gede, Makam KH. Abdul Hamid yang berlokasi di kompleks

pemakaman Masjid Agung Al-Anwar;

3. Kompleks Gedung P3GI yang terletak di Jalan Pahlawan;

4. Gedung rumah tinggal kawasan Pecinan dan Klenteng Tjoe Tik Kiong di Jalan

Lombok, Jalan Belitung dan jalan Hassanudin;

5. Kawasan gereja dengan tetenger yang terdiri dari Gereja St. Antonius Padova

dan Gereja Bethel; serta gedung-gedung kuno yang terletak di sepanjang Jalan

Balaikota;

6. Gedung-gedung Kuno Bersejarah yang berlokasi di Jalan Hasanudin, Jalan

Soekarno-Hatta, dan Jalan Pahlawan; dan

7. Kompleks Makam dan petilasan Untung Suropati.

Adapun fasilitas penunjang pariwisata di bagian timur cukup banyak dijumpai seperti

agen perjalanan, hotel, restauran dan rumah makan.

2.1.4.4. Pelestarian Budaya

Perkembangan kondisi budaya seiring dengan kemajuan teknologi informasi

secara langsung maupun tidak langsung telah mempengaruhi pola budaya di daerah

terutama di kalangan anak-anak dan generasi muda. Hal ini tampak pada lunturnya

nila-nilai budaya warisan leluhur sepert budi pekerti, gotong royong serta pola budaya antri.

Pergeseran tersebut secara tidak langsung mempengaruhi pekembangan etos kerja

masyarakat.

Untuk itu, budaya warisan leluhur harus dijaga dan dilestarikan eksistensinya. Berikut ini

(17)

Laporan Akhir II- 17

4. Karya Tari “Merak Abyor” 5. Karya Tari “Terbang Gendrong”

6. Cerita Rakyat “Ontran-ontran kali gembong” 7. Cerita Rakyat “Geger Kedungwolu”

2.2 KONDISI PRASARANA BIDANG PU/CIPTA KARYA

2.2.1 Sub Bidang Air Minum

Sistem penyediaan air minum Kota Pasuruan banyak yang sudah dilayani oleh

perpipaan PDAM Kota Pasuruan. Pada tahun 2011 tingkat pelayanan PDAM Kota

Pasuruan mencapai 74.6 % sedangkan sisanya terlayani Non PDAM, yaitu sebesar

25.4%

2.2.1.1 Kondisi Sistem Penyediaan Air Minum Non PDAM

Sistem penyediaan air minum Non PDAM umumnya berupa air sumur yang

berasal dari air tanah yang digali tau dipompa sendiri oleh masyarakat. Hal ini

dikarenakan air tanah tersebut kondisinya masih dianggap layak oleh masyarakat. Air

sumur yang digunakan masyarakat sebagai sumber air minum dibedakkan menjadi dua,

yaitu: sumur terlindung dan sumur tak terlindung/mata air. Masyarakat Kota Pasuruan

yang memanfaatkan sumur terlindung sebanyak 20,80% pada tahun 2006. Penggunaan

tersebut mengalami penurunan selama dua tahun berikutnya sehingga pada tahun 2008

menjadi 14,30%. Demikian pula penggunaan sumur tak terlindung/mata air juga

mengalami penurunan tiap tahunnya selama tahun 2006-2008. Sebanyak 6,20%

masyarakat yang menggunakan sumur tak terlindung/mata air pada tahun 2006 menurun

hingga 0,64% pada tahun 2008.

2.2.1.2 Kondisi Sistem Penyediaan Air Minum PDAM Kota Pasuruan

Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) did PDAM Kota Pasuruan terdiri dari

Unit-Unit Air Baku dan Produksi, Unit-Unit Transmisi dan Distribusi, dan Unit-Unit Pelayanan.

Pembagian unit tergantung kondisi wilayah diaman untuk Kota Pasuruan Unit-Unit Air

Baku dan Produksi, serta Unit Transmisi- Distribusi menjadi masing-masing satu unit.

Sumber air baku yang dimanfaatkan oleh PDAM Kota Pasuruan terdiri dari 2

(dua) jenis yaitu Mata Air Umbulan dan Sumur Bor Pleret. Masalah utama ada pada unit

transmisi yang umur teknis jaringannya sudah tua (sejak 1917). Selain itu besarnya

kehilangan air sebagai akibat umur teknis jaringan pipa yang sudah tua serta kondisi

meter air yang kurang optimal perlu mendapat perlakuan khusus.

Potensi air baku terutama dari Mata air Umbulan sangat mencukupi dan untuk

(18)

Laporan Akhir II- 18 besar dari pemanfaatan saat ini. Wilayah utara yang berpotensi terhadap instrusi air laut

perlu disikapi dengan pengurangan eksploitasi air tanah dengan memberikan kualitas

distribusi yang lebih baik.

Zona pelayanan PDAM Kota Pasuruan dibagi menjadi 3 (tiga) yang dapat dirinci

sebagai berikut:

- Area Pelayanan A (Pusat Kota), merupakan area pelayanan tengah dan utara kota,

meliputi

 Kecamatan Purworejo pada tahun 2009 dengan jumlah SR 5.694 unit, jumlah

penduduk 60.159 jiwa

 Wilayah selatan (kabupaten) pada yahun 2009 terdiri dari sebgaian wilayah di

Kecamatan Pohjentrek, Gondang Wetan dan Winongan dengan jumlah SR 1.223

unit, jumlah penduduk 35.278 jiwa dan tingkat pelayanan 17,32%

- Area Pelayanan B, merupakan area pelayanan kota bagian timur, yaitu

 Kecamatan Bugul Kidul pada tahun 2009 dengan jumlah SR 5.633 unit, jumlah

penduduk 48.802 jiwa dan tingkat pelayanan 78,2%

 Wilayah kabupaten bagian timur pada tahun 2009 terdiri dari sebagian wilayah di

Kecamatan Rejoso, Grati, dan lekok dengan jumlah SR 319 unit, jumlah penduduk

49.752 jiwa dan tingkat pelayanan 3,2%

- Area Pelayanan C, merupakan area pelayanan bagian barat, yang meliputi

 Kecamatan Gadingrejo pada tahun 2009 dengan jumlah SR 3.018 unit, jumlah

penduduk 57.756 jiwa dan tingkat pelayanan 49,85%.

 Kecamatan Kraton pada tahun 2009 dengan jumlah SR 91 unit, jumlah penduduk

14856 jiwa dan tingkat pelayanan 8,1%

2.2.2 Sub Bidang Sampah

Pengelolaan persampahan di Kota Pasuruan sebagian besar ditangani oleh UPT

persampahan pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Pasuruan dengan dibantu oleh

beberapa lembaga/ instansi seperti Dinas Pasar untuk sampah kawasan pasar, serta

RW/RT yang dikoordinir oleh kelurahan. Gambaran pengelolaan sampah di kota

pasuruan ditinjau dari beberapa aspek dapat diuraikan sebagai berikut.

2.2.2.1 Aspek lnstitusi

Untuk dapat mengelola sampah perkotaan yang volumenya semakin banyak

dengan masalah yang kompleks, diperlukan suatu lembaga atau institusi yang dilengkapi

peraturan, pendanaan serta peralatan penunjang. Semuanya menjadi suatu sistem.

Institusi dalam sistem pengelolaan persampahan, memegang peranan yang sangat

penting, meliputi status, struktur organisasi, fungsi dan tanggung jawab dan wewenang

(19)

Laporan Akhir II- 19 Untuk meningkatkan kemampuan personil doperlukan adanya pendidikan dan

latihan yang secara garis besar dibagi dalam 3 kelompok yaitu : Teknik dan Manajemen,

Teknik Operasional dan Pendidikan Khusus.

Teknik dan Manajemen diperuntukkan level manajemen menengah yaitu seksi ke

atas, sedangkan teknik operasional untuk pengawas ke bawah. Sedangkan pendidikan

khusus diberikan untuk karyawan atau petugas yang mendapat tugas spesifikasi, misal:

operator dozer, pelaksana kegiatan pengomposan dan sebagainya.

Mengingat dalam pengolahan persampahan kemampuan manajemen dan teknik

sangat diperlukan, maka kualifikasi personil tingkat pimpinan harus mencerminkan hal

tersebut. Jumlah personil unit pengelolaan persampahan harus cukup memadai sesuai

dengan lingkup tugasnya, termasuk pembersihan/penyapuan jalan, taman dan

saluran-saluran tersier drainase yang ada.

Sesuai dengan Tupoksi yang ada pengelolaan persampahan berada di UPT

Persampahan pada Dinas Pekerjaan Umum kota Pasuruan sesuai Perwali No. 39 Tahun

2008, bahwa personil yang terlibat langsung dalam pengolahan persampahan sebanyak

23 orang PNS dan 203 orang tenaga kontrak, jumlah tersebut masih dibantu tenaga

pengumpul sampah dipermukiman sebanyak 130 orang di 3 kecamatan. Sedangkan

lainnya bertugas di pengelolaan taman-taman kota dan makam ataupun tenaga

administrasi lainnya.

2.2.2.2 Aspek Operasional

1. Pewadahan Sampah

Tujuan dari pewadahan sampah adalah untuk menghindari terjadinya sampah yang

berserakan sehingga mengganggu lingkungan dari segi kesehatan, kebersihan dan

estetika. Proses pewadahan ini merupakan awal dari sistem pengolahan

persampahan yang dapat dilakukan dengan beberapa pola diantaranya :

1. Disediakan oleh masyarakat dengan model bebas

2. Disediakan oleh masyarakat dengan model ditentukan oleh pemerintah

3. Disediakan oleh organisasi swadaya masyarakat

4. Disediakan oleh pemerintah daerah.

Berdasarkan mekanisme penggunaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Tetap, Model ini disarankan untuk tidak dipergunakan lagi, karena kurang

higienis, menghambat kecepatan operasi, sulit dikontrol tingkat kebersihannya

dan estetika kurang baik, contoh : bak sampah dari pasangan bata.

b. Semi Tetap, Sering dimanfaatkan untuk menghindari gangguan binatang, bentuk

ini masih dianggap lebih baik daripada bentuk tetap, tetapi pada umumnya

(20)

Laporan Akhir II- 20 keseluruhannya) bahan biasanya dari seng, besi dan plastik dan lain-lain, contoh

: tong sampah yang menggunakan tiang penyangga.

c. Tidak Tetap, Banyak dianjurkan karena sangat fleksibel tetapi dalam

penerapannya harus memperhatikan kondisi sosial budaya, contoh : kantong

plastik, karet dan keranjang, dan lain-lain.

Berdasarkan pola pemakaian/penggunaan berbentuk :

a. Individual, Setiap rumah/toko dan bangunan lainnya memiliki wadah sendiri,

cocok untuk daerah permukiman kelas menegah dan tinggi, pertokoan,

perkantoran dan bangunan besar lainnya.

b. Komunal, Tersedia wadah yang dimanfaatkan oleh beberapa rumah/bangunan,

cocok untuk daerah permukiman kumuh dengan tingkat ekonomi rendah, rumah

susun, permukiman padat sekali/kumuh (yang menyulitkan proses operasi

pengumpulan).

2. Pengumpulan Sampah

Peralatan pengumpulan sampah bervariasi disesuaikan dengan daerah timbulan

sampahnya. Secara umum di Kota Pasuruan peralatan pengumpulan sampah sama

dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia. Memperhatikan jumlah gerobak sampah,

secara ideal 1 petugas mengoperasikan 1 gerobak sampah dan 1 petugas pengumpul

melayani 1000 orang penduduk, maka jumlah gerobak sampah sangatlah kurang

memadai. Dari peralatan pengumpul khususnya grobak sampah dikumpulkan di TPS

(Tempat Penampungan Sampah Sementara) untuk di kumpulkan dan diangkut

dengan kendaraan pengangkut sampah

3. Pengangkutan Sampah

Pengangkutan sampah adalah kegiatan pengangkutan sampah yang telah

dikumpulkan di Tempat Penampungan Sementara atau langsung dari sumber sampah

(Pola Individual langsung) ke Tempat Pembuangan Akhir sampah. Jumlah armada

pengangkut sampah pemerintah Kota Pasuruan yang dikelola oleh UPT persampahan

pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Pasuruan sampai dengan tahun 2009 memiliki 6

unit Truk Sampah , 6 unit truck kontainer. Dari 12 armada pengangkutan tersebut

memliki umur berkisar 8 – 10 tahun, melihat kondisi yang ada maka sangatlah

diperlukan investasi yang cukup besar untuk kendaraan pengangkut dan kontainer

sampah. Pengangkutan sampah dari TPS ke TPA dilakukan oleh satuan Petugas

UPT Persampahan, Sarana pengumpulan dan pengangkutan sampah terdiri dari 274

(21)

Laporan Akhir II- 21 4. Pengolahan Sampah

Kota Pasuruan memiliki TPA di Kelurahan Blandongan Kecamatan Bugul Kidul yang

berjarak ± 5 Km dari pusat kota dengan luas ±7.19 Ha. TPA direncanakan

menggunakan sistem sanitary landfill. Dilengkapi bangunan pos jaga sebagai tempat

mengatur aktivitas pengelolaan TPA seperti monitoring dan pencatatan sumber,

volume dan alat angkut sampah yang masuk TPA serta pengaturan penempatan

sampah di areal TPA. Namun pada perkembangannya, operasional TPA

menggunakan sistem controlled landfill akibat minimnya dana operasional. Jumlah

sampah masuk TPA berdasarkan kapasitas kendaraan pengangkutan dan jumlah

ritasinya sebesar 274 m3/hari.

Sampah yang dikelola akan banyak memiliki manfaat yang baik untuk lingkungan

maupun untuk sektor pertanian, bahkan untuk sampah anorganik bisa dimanfaatkan

kembali (recycling). Pengolahan sampah merupakan suatu rangkaian proses

sehingga sampah yang tidak bermanfaat menjadi sunberdaya yang bermanfaat.

Pengolahan di Kota Pasuruan dilakukan dengan cara :

1. pengolahan Sampah dengan cara biologi (Composting, bioenergi). Proses

pengolahan ini memanfaatkakan bakteri pembusuk untuk memproses sampah

organik menjadi kompos. Atau memanfaatkan timbulnya pengeluaran gas metan

dari proses pembusukan untuk energi. Ada dua macam mikroorganisme yang

dimanfaatkan untuk mengolah sampah dengan cara ini yaitu :

a. Bakteri Anaerob yaitu bakteri yang bekerja membusukan sampah tanpa

membutuhkan oksigen

b. Bakteri Aerobik yaitu bakteri yang bekerja membusukkan sampah memerlukan

oksigen

Dinas Kebersihan Kota Pasuruan mempunyai 1 unit pengolahan sampah dengan

pembuatan kompos dengan sistem manual (windrow) dengan lokasi di Stadion

Luar. Unit ini memiliki kapasitas rencana 24m3/hari.

2. Pengolahan Sampah Dengan Cara Kimiawi (Incenerator dan Pirolysis)

Sampah dihancurkan dengan dibakar. Pembakaran menggunakan pyrolisis

memanfaatkan tungku pembakaran dengan dinding anti panas dan menghasilkan

abu. Untuk sistem incinerator, sampah dipisahkan antara sampah organik dan

anorganik. Sampah anorganik dibakar dan organik diproses secara kimia atau

pembusukan (composting). Pada tahun anggaran 2002 Dinas Kebersihan dan

Pertamanan mengadakan pembuatan tungku pembakar dan sampah yang dibakar

per hari ± 18 m3, dimana bangunan dan pengop erasionalannya melakukan studi

banding di Kabupaten Nganjuk. Namun dalam penilaian piala adipura tahun 2005 -

2006, disarankan oleh tim penilai untuk tidak mengo perasikan lagi, karena

(22)

Laporan Akhir II- 22 lingkungan. Sehingga mulai tahun 2006 proses pembakaran di TPA Blandongan

tidak dilakukan lagi

3. Daur Ulang (Recycling)

Proses pengolahan sampah daur ulang secara garis besar memerlukan 2

kegiatan:

a. Proses Pemisahan

b. Proses Pengolahan

Adapun kegiatan proses pemisahan sampah di Kota Pasuruan dilaksanakan

secara manual oleh para pemulung. Proses pemisahan dilaksanakan mulai dari

sumber sampah (pewadahan di rumah tangga), di TPS maupun di TPA.

5. Tingkat Pelayanan

Tingkat pelayanan persampahan di Kota Pasuruan pada tahun 2011 sebesar 78,66%.

6. Aspek Pengaturan

Peaksanaan pengelolaan persampahan agar berjalan baik dan lancar aspek

pengaturan (aspek legal) sangatlah diperlukan. Dasar hukum tersebut antara lain :

1. Peraturan Walikota Pasuruan No. 39 Tahun 2008 Tentang Tugas PokoK dan

Fungsi UPT persampahan pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Pasuruan.

2. Peraturan Daerah No. 18 Tahun 2002, Tentang Ketentuan - ketentuan

Pembuangan Sampah/Kebersihan kota termasuk buangan industri (sebagaimana

tercantum dalam lampiran)

3. Peraturan Daerah No 2 Tahun 2000 Tentang Tarif Retribusi Sampah

(sebagaimana te tercantum dalam lampiran)

Peninjauan dan evaluasi aspek pengaturan/hukum ini sangatlah penting untuk

menunjang/meningkatkan program pengelolaan persampahan melalui Peraturan

Daerah.

C. Aspek Masyarakat

Aspek masyarakat haruslah ditinjau karena sebagai subyek penghasil sampah dan

subyek yang dilayani, maka aspek masyarakat menjadi sangatlah penting. Tetapi kondisi

masyarakat tidak dapat dipaksakan karena berkelindan dengan masalah sosial budaya

dan

heterogenitas. Hanya daerah tertentu saja yang mampu melaksanakan dengan baik.

Bukan berarti bahwa aspek peran serta masyarakat tidak dapat diharapkan, sehhingga

pada tahap pertama (setting) peran serta masyarakat dianggap sebagai komponen

lingkungan.

Mengingat begitu pentingnya aspek peran serta masyarakat dalam pengelolaan

(23)

Laporan Akhir II- 23 masyarakat secara terpadu teratur dan terus menerus bekerja sama dengan

organisasi-organisasi formal maupun informal yang ada meliputi :

1. Penerangan tentang pentingnya kebersihan dan sistem pengelolaan pesampahan

yang dilaksanakan.

2. Peran masyarakat dalam organisasi masyarakat dalam pengelolaan sampah.

2.2.3 Sub Bidang Air Limbah

Berdasarkan data dari puskesmas, sarana sanitasi lingkungan yang meliputi

sarana air bersih, jamban keluarga dan sarana pembuangan sampah sudah cukup baik.

Hampir semua rumah mendapat pelayanan air bersih baik dari pelayanan PDAM, sumur

gali maupun sumur pompa tangan. Sedangkan untuk jamban keluarga + 83,7 % (Sumber

: Dinas Kesehatan Kota pasuruan 2011) rumah tangga telah memilikinya dan untuk

sarana pembuangan sampah rata-rata telah mencakup 93,6% rumah tangga.

2.2.4 Sub Bidang Drainase

Sistem drainase Kota Pasuruan pada dasarnya belum terstruktur secara teknis.

Saluran drainase masih banyak yang berfungsi tumpang tindih dengan kebutuhan irigasi.

erapa saluran irigasi dipakai juga oleh penduduk untuk kebutuhan drainase.

Saluran yang ada di Kota Pasuruan dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Basin Drainage Channels, yang mempunyai daerah pematusan sampai jauh keluar

daerah kota. Ada 3 saluran besar yang masuk kategori ini, yaitu Kali Welang, Kali

Gembong dan Kali petung. Ketiga saluran itu dalam dimensi alur masuk dalam

golongan sungai perennial yang airnya di sadap untuk kebutuhan irigasi.

Kenyataannya sungai ini masuk dalam kriteria saluran drainase, tapi lebih

cenderung di klasifikasi sebagai badan air (receiving water).

2. Urban Drainage Channels, dimana sebagian besar saluran ini tadinya berupa

saluran pembuang (afvoer) irigasi dan sampai sekarang masih berfungsi sebagai

saluran pembuang irigasi.

3. Saluran irigasi yang sampai sekarang masih berfungsi baik untuk mengairi sawah

yang terdapat di dalam wilayah kota dan yang berada di daerah hilir di luar wilayah

kota. Posisi saluran ini, kalau berupa saluran pembawa irigasi terletak pada elevasi

relatif lebih tinggi dari tanah sekitarnya. Sekarang penggunaan saluran ini untuk

drainase hanya bisa bagi perumahan atau lokasi yang berkembang di atas elevasi

tanggul yang ada. Untuk memanfaatkan saluran ini sebagai saluran drainase

membutuhkan bangunan dan fasilitas tambahan. Untuk ini diperlukan perangkat

hukum setingkat Perda untuk menjamin berfungsinya operasional baik untuk irigasi

(24)

Laporan Akhir II- 24 2.2.5 Sub Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan

Secara harfiah, Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur

Perkotaan (SPPIP) ini dipahami sebagai suatu strategi yang dapat digunakan sebagai

acuan bagi pengembangan sektor permukiman (termasuk infrastruktur keciptakaryaan)

yang penyusunannya tetap mengacu dan terintegrasi dengan strategi pengembangan

kota secara komprehensif. SPPIP ini secara tidak langsung merupakan alat utama bagi

pemerintah daerah untuk mengarahkan pembangunan dan pengembangan permukiman

serta infrastruktur perkotaan. Selain itu, SPPIP juga dipahami sebagai suatu rancangan

tindakan atau aksi untuk mengembangkan aspek permukiman dan infrastruktur sebagai

salah satu unsur dalam pembangunan wilayah perkotaan.

2.2.5.1 Kondisi Permukiman

Secara umum kondisi permukiman di Kota Pasuruan terdiri dalam keadaan

sedang dan cukup dan buruk. Keadaan sedang dapat terlihat di permukiman kampung

dan sebagian permukiman nelayan serta permukiman yang dikelola oleh developer.

Sedangkan keadaan permukiman cukup dan buruk dapat terlihat pada permukiman di

sekitar rel kereta api, sebagian permukiman kampung dan permukiman nelayan.

Berdasarkan hasil survey, permukiman di Kota pasuruan didominasi oleh permukiman

kampung.

2.2.5.2 Kondisi Infrastruktur Permukiman

A. Kondisi Drainase

Sistem drainase Kota Pasuruan pada dasarnya belum terstruktur secara teknis,

dimana saluran drainase yang ada masih banyak yang berfungsi tumpang tindih dengan

kebutuhan irigasi. Beberapa saluran irigasi dipakai juga oleh penduduk untuk kebutuhan

drainase.

Saluran yang ada di Kota Pasuruan dapat dibedakan sebagai berikut :

Basin Drainage Channels, yang mempunyai daerah pematusan sampai jauh keluar

daerah kota. Ada 3 saluran besar yang masuk kategori ini, yaitu :

Kali Welang

Kali Gembong

Kali Petung

Ketiga saluran diatas dalam dimensi alur masuk dalam golongan sungai perennial

yang airnya di sadap untuk kebutuhan irigasi. Kenyataannya sungai ini masuk dalam

kriteria saluran drainase, tapi lebih cenderung di klasifikasi sebagai badan air

(receiving water).

Urban Drainage Channels, dimana sebagian besar saluran ini tadinya berupa

saluran pembuang (afvoer) irigasi dan sampai sekarang masih berfungsi sebagai

(25)

Laporan Akhir II- 25 Saluran irigasi yang sampai sekarang masih berfungsi baik untuk mengairi sawah

yang terdapat di dalam wilayah kota dan yang berada di daerah hilir di luar wilayah

kota.

Posisi saluran ini, kalau berupa saluran pembawa irigasi terletak pada elevasi

relatif lebih tinggi dari tanah sekitarnya. Sekarang ini penggunaan saluran ini untuk

drainase hanya bisa bagi perumahan atau lokasi yang berkembang di atas elevasi

tanggul yang ada. Untuk memanfaatkan saluran ini sebagai saluran drainase

membutuhkan bangunan dan fasilitas tambahan. Untuk ini diperlukan perangkat hukum

setingkat Perda untuk menjamin berfungsinya operasional baik untuk irigasi maupun

peruntukan drainase.

B. Kondisi Ruang Terbuka Hijau

Kondisi ruang terbuka hijau di Kota Pasuruan meliputi taman lingkungan,

lapangan olahraga, jalur hijau dan makam.

Fasilitas olahraga berupa ruang terbuka atau lapangan tersebuar di beberapa

tempat di Kota Pasuruan. Salah satu lapangan olahraga tersebut adalah Stadion

Untung Suropati di Jalan Pahlawan.

Fasilitas makam di Kota Pasuruan terdapat 3 unit. Fasilitas makam ini tidak hanya

melayani wilayah perencanaan saja tetapi juga melayani wilayah yang berdekatan.

Taman Makam Pahlawan yang berada di Jalan Pahlawan berfungsi sebagai ruang

terbuka hijau di Kota Pasuruan.

Taman bermain selain sebagai RTH juga berfungsi sebagai fasilitas hiburan

anak-anak, tempat olahraga dan estetika lingkungan. Taman bermain di Kota Pasuruan

saat ini masih skala lingkungan, belum terdapat taman bermain skala kota.

Jalur hijau berfungsi sebagai taman kota di Kota Pasuruan. Jalur hijau ini berada di

sepanjang jalan di wilayah Kota Pasuruan.

Sempadan sungai, Kota Pasuruan memiliki beberapa sungai besar dan kecil.

Sempadan sungai juga dapat berfungsi sebagai ruang terbuka hijau. Saat ini

sempadan sungai di Kota Pasuruan belum berfungsi sebagaimana mestinya, masih

Gambar

Tabel 2.1.
Tabel 2.2.
Tabel 2.3.
Tabel 2.6.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Melihat pemaparan diatas serta hasil pengamatan peneliti di lapangan bahwa dalam penerapan teknik pembelajaran round table pada mata pelajaran Fiqih materi jinayah,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan pengunjung mengenai event “Fresh 5k” melalui publisitas di Bandar Djakarta Surabaya. Alasan

1) Where , untuk menentukan dimana sumber yang berpotensi terjadinya pemborosan energi.. 2) What ,untuk mengidentifikasi apa yang menyebabkan hingga terjadinya

Cara mengevaluasi efisiensi motor tersebut adalah dengan menentukan besarnya daya output motor, daya input motor untuk mengetahui besarnya effisiensi motor

diwartakan Ahmad dan Ibnu Majah. Di antara karunia Allah adalah selalu mengulang-ulang kehadiran momen-momen kebaikan. Ada momen yang diulang setiap pekan, bulan, tahun

Kesimpulan hasil penelitian ini adalah: (1) Sistem rekam medis pasien rawat jalan yang dibangun dapat membantu mempermudah pekerjaan petugas puskesmas dalam mencatat pasien baru

Untuk megetahui pengaruh simultan Return on Assets (ROA), Net Profit Margin (NPM), Cash Ratio (CR), dan Quick Ratio (QR) variabel terhadap harga saham perusahaan makanan dan

Fakta lapangan yang ditemukan adalah responden yang memiliki motivasi yang cukup disebabkan oleh kenaikan pangkat yang tepat waktu, lingkungan kerja dimana