• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al -Qur an.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al -Qur an."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam sebagai ajaran yang sempurna dan rahmat bagi seluruh alam, mempunyai pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al -Qur‟an. Al-Qur‟an merupakan Kitab suci dan petunjuk hidup bagi umat manusia dalam menjalani hidup dan menjalankan kehidupan yang baik dan benar agar kelak mendapatkan kebahagian di dunia dan di akherat. Sebagaimana tercantum dalam Al-Qur‟an Surat Al-A‟raaf ayat 52: “Dan sesungguhnya kami telah mendatangkan sebuah kitab (Al-Qur‟an) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami, menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”.

Al-Qur‟an merupakan kekayaan yang berlimpah makna dan lautan yang tak terbatas. Tidak ada ilmu yang yang akan menyamai ilmu yang ada di dalamnya. Al-Qur‟an karunia Allah SWT, yang senantiasa bermanfaat. Manusia disetiap zaman akan menemukan hidayah dan petunjuk yang dibutuhkan di dalam Al-Qur‟an.

Umat Islam menyadari betapa pentingnya Al-Qur‟an untuk dipelajari sekaligus dicintai dan diagungkan. Umat Islam perlu senantiasa kembali kepada Al-Qur‟an, begitu pula perlu pengajaran Al-Qur‟an dalam mendidik generasi yang akan datang agar kemajuan islam tercapai. Pengenalan Al-Qur‟an kepada anak-anak bagian penting dari upaya mendekatkan umat pada sumber ajaran agama

(2)

yang dipeluknya. Al-Qur‟an sebaiknya diajarkan pada anak tentu sejak sedini mungkin. Semakin dini semakin baik. oleh karena itu kewajiban orang tua untuk mengajarkan Al-Qur‟an kepada anaknya.

Mengajarkan Al-Qur‟an kepada anak salah satu hal pokok yang penting dalam Islam, agar anak didik dibesarkan dalam nuansa bersih dan kalbu mereka telah diisi terlebih dahulu oleh cahaya hikmah.

Pengertian tersebut telah dikukuhkan oleh Ibnu Khaldun melalui pernyataannya yang menyebutkan bahwa mengajarkan Al-Qur‟an kepada anak-anak merupakan salah satu diantara syiar Islam yang dilakukan oleh semua pemeluknya. Hal ini karena perlunya kalbu anak-anak untuk lebih dahulu diisi dengan hal-hal yang memantapkan keimanan dan akidahnya berkat ayat-ayat Al-Qur‟an dan teks hadits yang dituangkan kedalam kalbu mereka sejak usia dini. Sehingga Al-Qur‟an menjadi pokok pengajaran yang dibina di atas landasannya semua pengembangan bakat yang bakal diraih pada masa mendatang. (Mukadimah Ibnu Khaldun hal.397).

Sungguh begitu besar pahala yang didapatkan oleh kedua orang tua yang mengajarkan Al-Qur‟an pada buah hatinya. Begitu besar peran orang tua dalam menumbuhkan minat membaca Al-Qur‟an kepada anak karena anak adalah amanah dari Allah yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Amanah ini senantiasa memerlukan pemeliharaan yang berkesinambungan, juga memerlukan pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar yang benar.

(3)

Rosulullah Bersabda: “Didiklah anak-anak kalian dengan tiga perkara, mencintai Nabi kalian, mencintai ahlulbaitnya (keluarga Nabi) dan senang membaca Al-Qur‟an. (HR. Iba Annajar, Prayitno, 2004 : 54 ).

Tatkala Nabi Muhammad SAW berkholwat di gua Hiro‟, tiba-tiba malaikat Jibril datang membawa wahyu yang pertama berupa QS. Al-‟Alaq: 1-5. Ayat itu selengkapnya berbunyi:

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu yang menciptakan. Dia telah mencip-takan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan pena. Yang mengajar manusia (tentang) apa yang tidak ia ketahui” (QS. Al-‟Alaq: 1 – 5)

Wahyu yang pertama turun bukanlah wahyu perintah untuk bersujud atau menyembah Allah, namun justru perintah untuk membaca. Membaca dan membaca, demikian sampai diulang 2 kali. Memang, “membaca” dalam arti luas tidaklah terbatas pada membaca huruf-huruf yang tertulis dalam sebuah kitab, tetapi bisa berarti membaca fenomena-fenomena yang ada dalam alam dan jagat raya ini. Namun demikian ayat ini memberi indikasi betapa Islam sangat mementingkan masalah kemampuan membaca huruf-huruf yang tertulis dengan pena dalam bentuk simbol-simbol tulisan. Sebagaimana tercantum dalam Qur‟an surat Al-„Alaq ayat 4-5: “Dialah (Allah) yang telah mengajar dengan (goresan) pena. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.

(4)

Islam sungguh sudah mempunyai konsep yang jelas tentang anjuran untuk membaca dan menulis. Islam menyadari bahwa melalui membacalah diperoleh berbagai ilmu pengetahuan. Membaca adalah pintu gerbang segala ilmu. Demikian pula dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, kemampuan membaca anggota masyarakatnya tidak bisa diabaikan. Tidak ada satu bangsapun di dunia ini, yang menganggap tidak pentingnya kemampuan membaca para warganya. Bahkan salah satu tolok ukur kemajuan suatu bangsa, dilihat pula dari tinggi rendahnya kemampuan dan minat baca para warganya.

Di Indonesia, pemerintah telah memberikan perhatian terhadap pendidikan Al-Qur‟an, hal ini berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama RI nomor 128 tahun 1982/44A tahun 82 yang menyatakan, “ perlunya usaha peningkatan kemampuan membaca-tulis Al-Qur‟an bagi umat Islam dalam rangka peningkatan penghayatan dan pengamalan Al-Qur‟an dalam kehidupan sehari-hari”. Keputusan bersama ini ditegaskan pula oleh Instruksi Mentri Agama RI nomor 3 tahun 1990 tentang pelaksanaan upaya peningkatan kemampuan baca tulis huruf Al-Qur‟an.

Keputusan pemerintah ini ada berdasarkan persoalan masih banyaknya masyarakat yang tidak mampu dalam membaca dan menulis Al-Qur‟an. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Munawar Rahmat dan Udin Supriadi (2002:48) dibeberapa Sekolah dan Universitas, pada siswa kelas 1 dan mahasiswa tingkat pertama, mereka yang biasa membaca Al-Qur‟an masih sangat sedikit sekali diantaranya dari beberapa SDN yang diteliti 90 % siswanya baru nengenal huruf hijaiyyah mandiri bersyakal atau berada pada tingkat pradasar (TPD), pada

(5)

SLTP 75% siswanya belum dapat membaca Al-Qur‟an atau baru mengenal huruf hijaiyyah mandiri. Sedangkan pada tingkst SMU 65% siswanya baru bisa membaca huruf hijaiyyah bersambung tapi lambat. Begitu juga pada tingkat mahasiswa hanya 45 % mahasiswa yang relatif lancar membaca Al-Qur‟an.

Berdasarkan hasil mapping tes membaca Al-Qur‟an yang dilakukan di SLTP 3 lembang Bandung pada tahun ajaran 2002/2003 diperoleh data sebanyak 85,06% siswanya belum lancar dalam membaca Al-Qur‟an, diantaranya 20,85% siswanya masih berada pada tingkat TPD 1,27,90% berada pada tingkat TPD 2, 36% berada pada tingkat TD, dan hanya 14,94% siswanya yang sudah lancar membaca Al-Qur‟an. (Supriadi:2002) Sedangkan di Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2006 telah diperoleh data sebanyak 52% siswa SMU telah dan lancar dalam membaca Al-Qur‟an dan 48% dari mereka belum lancar dalam membaca

Al-Qur‟an. Pada tingkat SLTP hanya 38% siswanya yang dapat membaca Al-Qur‟an, sedangkan 88% dari mereka belum dapat membaca Al-Qur‟an (Supriadi:2006).

Berdasarkan data di atas, menunjukkan masih rendahnya kemampuan membaca Al-Qur‟an penduduk Indonesia sampai saat ini, dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang mayoritasnya beragana Islam. Hal ini akan dapat teratasi apabila pembelajaran Al-Qur‟an diberikan pada anak sedini mungkin. Jika anak sudah biasa dikenalkan Al-Qur‟an sejak kecil, maka kemungkinan pendidikan tersebut akan sangat berpengaruh sampai dewasa kelak.

Diberitakan dalam Republika hari jum‟at tanggal 14 Mei 2010 bahwa saat ini terdapat 23. 300 sekolah TK Al-Qur‟an di Jawa Barat. Menurut ketua umum

(6)

Ikatan Guru TK Al-Qur‟an (IGTKA) jabar. Zainal Abidin, maraknya TK Al-Qur‟an disebabkan tingginya animo masyarakat menyekolahkan anak-anaknya ke TK Al-Qur‟an dibandingkan TK biasa. Di kota Bandung terdapat dua TK Al-Qur‟an dalam satu RW. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa di lapangan, masih banyak kekurangan baik menyangkut sarana maupun prasarananya. Beliau menggagas modernisasi yang mencakup materi dan metode pembelajaran serta peningkatan kualitas dan kesejahteraan guru TK Al-Qur‟an.

Taman Kanak-kanak sebagai lembaga prasekolah memegang peran yang sangat penting dalam mengembangkan kemampuan membaca Al-Qur‟an pada anak. Berkaitan dengan hal ini, untuk anak usia taman kanak-kanak memiliki tingkat pencapaian sebagaimana yang disebutkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Normor 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, lingkup perkembangan keaksaraan, yaitu anak mampu menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal. Adapun kaitannya dengan membaca Al-Qur‟an anak TK yaitu terbatas pada pemahaman mengenai simbol-simbol dan bunyi huruf hijaiyyah.

Sementara permasalahan yang terjadi di lapangan berdasarkan pengamatan khususnya di TK B2 Salman Al-Farisi Kota Bandung menunjukkan bahwa kemampuan membaca Al-Qur‟an masih belum sesuai dengan target yang diharapkan. Targetan kemampuan membaca Al-Qur‟an untuk TK B di semester I adalah anak mampu membaca huruf hijaiyyah berharokat fatkhah tidak sambung. Sedangkan targetan di semester II adalah anak mampu membaca huruf hijaiyyah berharokat fatkhah sambung. Namun kenyataannya di semester I ini , kemampuan

(7)

anak membaca huruf hijaiyyah berharokat fatkhah tidak sambung, baru kira-kira 40% yang sesuai dari target, dan 60% yang belum mencapai target.

Berkaitan dengan masalah di atas untuk meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur‟an dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan memilih dan menerapkan metode yang tepat dalam pembelajaran anak Taman Kanak-kanak.

Beberapa metode pembelajaran Al-Qur‟an yang telah banyak dikembangkan di Indonesia antara lain adalah: metode Iqra‟, metode Bil-Hikmah, metode Al Barqy, metode LIBAT, metode Qiroaty, dan metode Tilawati. Setiap metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda.

Metode tilawati merupakan metode belajar Al-Qur‟an yang disampaikan secara seimbang antara pembiasaan melalui pendekatan klasikal dan kebenaran membaca melalui pendekatan individual dengan teknik baca simak (Hasan Sadzili, dkk : 2000). Kelebihan dari metode tilawati adalah, diajarkan secara praktis menggunakan buku dimana setiap penambahan huruf diberi penegasan dengan warna merah untuk memudahkan anak dalam mengingat, menggunakan lagu rost (nada naik-turun) yang memudahkan anak untuk mengingat dan anak merasa senang, menggunakan media peraga yang hurufnya besar-besar sehingga anak dapat membaca dengan jelas, dan menggunakan media kaset sehingga anak dapat berlatih di rumah.

Metode yang akan dijadikan referensi oleh penulis dalam penelitian ini, Insya Allah dapat dijadikan sebagai alternatif metode dalam mengajarkan

(8)

anak-anak membaca Al-Qur‟an melalui cara serta perangkat yang berbeda yaitu melalui penerapan metode Tilawati.

Latar belakang penulis menerapkan metode tilawati dalam penelitian ini adalah supaya ada kesinambungan saat anak melanjutkan ke SD Salman Al-Farisi. SD Salman Al-Farisi telah menerapkan metode Tilawati ini dengan tingkat keberhasilan mencapai 95%, Kemampuan anak dalam membaca Al-Qur‟an meningkat dibanding dengan kemampuan sebelumnya, sebelum menggunakan metode tilawati. Menurut koordinator tilawati kota Bandung dan Surabaya Muslim Baihaqy bahwa pada tahun 2011 metode tilawati telah berhasil diterapkan di TK Nurul Falah Surabaya dengan tingkat keberhasilan mencapai 99%, di TK Al-Muslim Surabaya mencapai 97%, dan di TK Al-Muslim Tambun Bekasi mencapai 96%.

Berdasarkan paparan di atas, maka penelitian ini memfokuskan kajian pada “Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur‟an Melalui Metode Tilawati Pada Kelompok B2 TK Salman Al-Farisi Kota Bandung”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini dituangkan kedalam pertanyaan peneliti sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi awal kemampuan anak kelompok B2 dalam membaca Al-Qur‟an sebelum digunakan metode Tilawati di TK Salman Al-Farisi Tahun Pelajaran 2011/2012?

(9)

2. Bagaimana penerapan metode Tilawati dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur‟an anak kelompok B2 di TK Salman Al-Farisi Tahun Pelajaran 2011/2012?

3. Bagaimanakah kemampuan membaca Al-Qur‟an anak kelompok B2 TK Salman Al-Farisi Tahun Pelajaran 2011/2012 setelah menggunakan metode Tilawati ?

4. Kendala apa saja yang dirasakan oleh guru dalam melaksanakan metode Tilawati dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Quran anak-anak kelompok B2 TK Salman Al-Farisi Tahun Pelajaran 2011/2012?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan sebagai berikut :

1 Mengetahui, serta menganalisis kondisi awal, peningkatan kemampuan Membaca Al-Qur‟an pada kelompok B2 di TK Salman Al-Farisi tahun pelajaran 2011/2012.

2 Mengetahui, dan menganalisis pelaksanaan peningkatkan kemampuan membaca Al-Qur‟an melalui metode Tilawati pada kelompok B2 di TK Salman Al-Farisi tahun pelajaran 2011/2012.

3 Mengetahui hasil pelaksanaan metode Tilawati dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur‟an pada kelompok B2 di TK Salman Al-Farisi.

4 Mengetahui kendala-kendala apa saja yang dialami oleh guru dalam pelaksanaan metode Tilawati di TK Salman Al-Farisi.

(10)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan diperoleh dari hasil penelitian adalah : 1. Bagi guru

Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam memilih metode yang tepat untuk meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur‟an pada anak Taman Kanak-kanak.

2. Bagi Lembaga Taman Kanak-kanak

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi lembaga penyelenggara pendidikan khususnya TK Salman Al-Farisi dalam rangka peningkatan kemampuan membaca Al-Qur‟an pada anak.

E. Asumsi Penelitian

Penelitian ini didasarkan pada beberapa asumsi berikut :

1. Al-Qur‟an sebaiknya diajarkan pada anak tentu sejak sedini mungkin. Semakin dini semakin baik. Rosulullah Bersabda,“ Didiklah anak-anak kalian dengan tiga perkara, mencintai Nabi kalian, mencintai ahlulbaitnya (keluarga Nabi) dan senang membaca Al-Qur‟an.

(HR. Iba Annajar, Prayitno, 2004 : 54 ).

2. Masa usia prasekolah disebut juga masa keemasan bagi anak (golden age) dimana perkembangan otak pada anak sangat berkembang pesat yaitu sekitar 50% pada usia 0-5 tahun, sehingga dapat menerima berbagai masukan dari lingkungan sekitarnya dan sangat terbuka dalam menerima

(11)

berbagai macam pembelajaran dan stimulasi yang diberikan (Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, 2004).

3. Menurut Glenn Doman, membaca sudah dapat diajarkan pada balita, bahkan lebih efektif daripada sudah memasuki usia sekolah (6 tahun). Dalam penelitiannya dikemukakan bahwa anak umur 4 tahun lebih efektif dari pada umur 5 tahun.Umur 3 tahun lebih mudah daripada umur 4 tahun. Jelasnya, makin kecil makin mudah untuk diajarkan tentu dalam batas anak mulai bisa bicara. Balita bisa menyerap informasi secara luar biasa. Semakin muda umur anak semakin besar daya serapnya terhadap informasi baru. Belajar bagi anak sesuatu yang mengasikkan. Karena belajar mengasikkan, maka ia bisa menguasai lebih cepat.

F. Sistematika Penulisan BAB I. PENDAHULUAN BAB II. KAJIAN TEORITIS BAB III. METODE PENELITIAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V. SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Referensi

Dokumen terkait

 biaya, dilatarbelakangi lemahnya akuntabilitas untuk mengelola sistem akuntansi, kurang sistem akuntansi, kurang adanya peran anggaran, dan ketidaktepatan dalam mencatat

Menghitung total cadangan karbon hutan didasarkan pada kandungan biomasa dan bahan organik pada lima carbon pool (biomassa atas permukaan tanah, biomassa bawah permukaan tanah,

Berdasarkan tabel MRP diketahui bahwa jumlah persediaan ekstrak kayumanis di gudang masih dapat memenuhi proses produksi pesanan - pesanan tersebut, sehingga Cokelat

< nilai α (0,00 < 0,05), artinya bahwa terdapat pengaruh penerapan model open inquiry dan guided inquiry terhadap KPS terpadu peserta didik. Hasil uji MANCOVA pada

Persentase capaian akibat pembinaan, pemberdayaan melalui perawatan, konservasi media tumbuh lahan sawah sistem pertanian organik tertingi dicapai terhadap berbagai

Keefektifan tersebut berdasarkan hasil analisis data menggunakan sign test (tes tanda) menunjukkan hasil pengujian p= 0,031 lebih kecil dari p =0,05. Hasil tersebut

Berdasar klasifikasi m-Learning [Georgiev dkk, 2005], aplikasi ini dibatasi pada penggunaan perangkat berupa telepon genggam yang telah mendukung aplikasi Java

Kecuali apabila ditentukan lain oleh Pengekspor Data, Data Pribadi yang ditransfer berhubungan dengan kategori subjek data berikut: pegawai, kontraktor, mitra bisnis atau