• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. agar dapat terkumpul data serta dapat mencapai tujuan penelitian itu sendiri.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN. agar dapat terkumpul data serta dapat mencapai tujuan penelitian itu sendiri."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Pendekatan Penelitian

Metode dapat diartikan sebagai suatu kerja untuk mencapai tujuan tertentu agar dapat terkumpul data serta dapat mencapai tujuan penelitian itu sendiri. Mencermati masalah yang akan diteliti, yakni kepemimpinan pejabat struktural, iklim organisasi dan produktivitas kerja pegawai, maka metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Fokus penelitian ini sendiri berkisar pada keterampilan kepemimpinan pejabat struktural, iklim organisasi, dan peningkatan produktivitas kerja pegawai di lingkungan Dinas Pendidikan.

Metode penelitian penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang digunakan dalam penelitian untuk menganalisis peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat penelitian berlangsung. Sementara yang dimaksud dengan pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang digunakan dalam penelitian dengan cara mengukur indikator-indikator variabel penelitian sehingga diperoleh gambaran pengaruh diantara variabel-variabel tersebut.

Lebih lanjut Sudjana (1991:52) menjelaskan bahwa, metode penelitian deskriptif digunakan apabila bertujuan untuk mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa dan kejadian yang ada pada masa sekarang. Dengan metode deskriptif ini akan dilakukan penyusunan data, analisis, dan interpretasi mengenai arti data yang dikumpulkan atau variabel yang diteliti.

(2)

Meskipun dalam berbagai literatur penelitian kependidikan bentuk-bentuk metode deskriptif ini sangat banyak, namun ada sifat-sifat tertentu yang pada umumnya terdapat dalam metode ini, sehingga dapat dipandang sebagai ciri, yaitu;

1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang/masalah-masalah aktual;

2. Data yang dikumpulkan terlebih dahulu disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Karena itu metode ini sering disebut metode analitik.

Melalui penerapan metode penelitian deskriptif yang meneliti keadaan masalah penelitian yang sedang berlangsung atas objek penelitian, diharapkan dapat diperoleh informasi yang tepat dan gambaran yang lengkap mengenai permasalahan yang diteliti.

Pada umumnya masalah-masalah kepemimpinan pejabat struktural, iklim organisasi, dan produktivitas kerja pegawai pada suatu organisasi pendidikan bersifat kontekstual dan diasumsikan mempunyai hubungan yang kontekstual pula. Karena itu penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif. Pemilihan ini didasarkan bahwa metode penelitian deskriptif dianggap paling relevan dengan menganalisis peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat penelitian berlangsung dengan cara mengukur indikator-indikator variabel penelitian dengan parameter dan teknik pengukuran statistik. Sehingga dapat diperoleh gambaran data tentang pola hubungan di antara variabel-variabel yang diukur.

(3)

B. Operasional Variabel Penelitian

Setiap variabel yang diteliti kadang-kadang memiliki lebih dari satu pengertian yang mencakup banyak unsur. Oleh karena itu untuk menghindari terjadinya salah pengertian mengenai istilah-istilah yang tercantum dalam penelitian ini, maka peneliti terlebih dahulu memberikan definisi operasional dengan berdasarkan pada pendapat para ahli. Sehingga akan lebih memperjelas maksud pembahasan selanjutnya. Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah;

1. Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahannya agar mau bekerjasama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Pendekatan keberhasilan pemimpin adalah bagaimana mempengaruhi para bawahan agar secara rasional mau bekerjasama untuk mencapai tujuan organisasi. Tujuan itu dapat tercapai sejauh perilaku kepemimpinan dapat menjalankan tugas kepemimpinan. Tugas-tugas tersebut meliputi membuat keputusan, menetapkan sasaran, memilih dan mengembangkan personalia, mengadakan komunikasi, memberikan motivasi, dan mengadakan pengawasan pelaksanaan kerja para bawahannya. Maka untuk menjalankannya diperlukan model (style) kepemimpinan dengan kata lain pemimpin memiliki kemampuan konseptual, keterampilan, dan mampu menjalin hubungan manusiawi.

Kepemimpinan dapat dipahami sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan satuan kerja untuk

(4)

mempengaruhi perilaku orang lain, terutama bawahannya, untuk berpikir dan bertindak dalam pencapaian tujuan organisasi (Siagian, 1982:24). Peranan kepemimpinan dalam menanamkan kedisiplinan bagi para pegawainya bukanlah suatu pekerjaan mudah dan akan terjadi dengan sendirinya. Tetapi memerlukan keterampilan dan kemampuan serta komitmen kerja yang tinggi dari seorang pemimpin.

Begitu juga pimpinan dalam institusi pendidikan perlu memiliki kompetensi dasar yang disyaratkan. Kompetensi dasar ini didasarkan kepada fondasi teoritis yang berasal dari Robert L. Katz (Yukl, 2007), yaitu berupa keterampilan dan kemampuan dasar kepemimpinan sebagai berikut: (1) keterampilan konseptual (conceptual skills); (2) keterampilan teknis (technical

skills), dan (3) keterampilan hubungan manusiawi (human-relation skills).

Adapun yang dimaksud dengan pejabat struktural dalam penelitian ini adalah pimpinan terdekat dengan pegawai, yakni para kasubag dan kabid yang meliputi Kasubag Umum, Kasubag Keuangan, Kasubag Kepegawaian, Kabid Bina Program, Kabid Pendidikan TK/SD, Kabid Dikmenumjur, dan Kabid Pendidikan Non-formal pada lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Subang. 2. Iklim Organisasi

Iklim organisasi merupakan suasana yang dirasakan oleh berbagai pihak yang terlibat dalam pekerjaan. Iklim organisasi didefinisikan secara lebih operasional sebagai kualitas lingkungan yang bersifat relatif yang dialami oleh orang-orang yang terlibat di dalamnya, mempengaruhi perilaku mereka, dan sebagai dasar pembentukan persepsi kolektif untuk berperilaku anggotanya.

(5)

Iklim organisasi melibatkan banyak dimensi perilaku orang-orang yang pada akhirnya membentuk berbagai tipe iklim organisasi. Karena itu penelitian ini akan mengarahkan pengkajian satu tipe iklim kerja yaitu iklim keterbukaan yang mengandung dimensi supportive (keterdukungan), collegial (pertemanan), dan

intimate (keintiman) (Hoy & Miskel, 2001:193). Jika ketiga iklim tersebut rendah

maka mengandung arti bahwa keterbukaan iklim tersebut rendah begitu pula sebaliknya.

3. Produktivitas Kerja

Secara konseptual produktivitas kerja berkembang dari pengertian teknis sampai dengan perilaku. Dalam pengertian teknis produktivitas mengacu pada derajat keefektifan, efisiensi dalam menggunakan sumber daya. Sedangkan dalam pengertian perilaku, produktivitas merupakan sikap mental yang senantiasa berusaha terus untuk berkembang. Produktivitas pegawai perlu memperhatikan usaha yang dilakukan pegawai dalam meningkatkan kemampuan profesionalnya melalui kegiatan yang berkesinambungan, dengan maksud untuk meningkatkan kemampuan diri sesuai dengan tuntutan tugas. Dengan demikian, “…pengukuran produktivitas kerja pegawai di samping berkaitan dengan tugas utamanya, juga perlu dilihat dari kualifikasi dan pengembangan profesionalnya” (Sedarmayanti, 2001:80).

Pegawai yang produktif akan selalu menyelesaikan tugas dengan cepat dan tepat, bekerja secara kreatif dan inovatif, tekun dan tidak tergantung pada atasan, mempunyai andil yang lebih dari yang diharapkan, menetapkan standar kerja yang tinggi, percaya diri dan pantas memperoleh penghargaan, mempunyai pergaulan

(6)

yang efektif dengan atasan dan teman sejawat, dapat berkomunikasi secara efektif dan selalu memuaskan orang lain. (Timpe; 2000:110-111; Sedarmayanti; 2001:80).

Sesuai dengan gejala-gejala yang ditemukan di lapangan (Dinas Pendidikan Kabupaten Subang), bahwa sebagian pegawai belum dapat bekerja dengan cepat, secara kreatif dan inovatif, masih tergantung pada atasan dan belum dapat memberikan pelayanan yang memuaskan kepada masyarakat. Gejala-gejala tersebut memberikan indikasi bahwa permasalahan produktivitas yang muncul mengarah pada produktivitas dalam pengertian perilaku. Karena itu pengukuran produktivitas kerja pada penelitian ini mengacu pada pendapat Robert M. Ranftl (Timpe, 2000:110-111), yang penulis anggap lebih dekat pada produktivitas dalam pengertian perilaku.

C. Desain Instrumen Penelitian

Pengembangan alat pengumpulan data penelitian dilakukan dengan mengacu pada variabel yang diteliti. Adapun variabel yang diteliti mencakup kepemimpinan, iklim organisasi, dan produktivitas kerja pegawai. Mengacu kepada permasalahan yang diteliti dan tujuan penelitian ini, maka data yang perlu dikembangkan adalah data tentang kepemimpinan, iklim organisasi, yang dihubungkan dengan produktivitas kerja. Oleh karena itu ditetapkan alat pengumpul data yang relevan dengan fokus permasalahannya.

Pengumpulan data penelitian kuantitatif tidak dilakukan secara langsung oleh peneliti tetapi diwakili oleh angket yang disebarkan kepada populasi atau

(7)

sampel penelitian. Alat pengumpul data dikembangkan dengan angket yang berbentuk skala Likert dengan alternatif jawaban untuk masing-masing variabel adalah: Tidak Pernah (TP), Jarang (JR), Kadang-kadang (KD), Sering (SR), dan Selalu (SL). Responden dipersilahkan untuk menjawab pertanyaan dan pernyataan yang diajukan dalam kuesioner sesuai dengan keadaan yang dirasakan mengenai kepemimpinan, iklim organisasi, dan produktivitas kerja pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Subang.

Jadi instrumen/angket merupakan kunci utama dalam menggali informasi di lapangan. Karenanya sebelum instrumen/angket disebar ke lapangan, terlebih dahulu dilakukan validasi baik secara internal melalui analisis pakar, maupun secara empirik melalui uji coba di lapangan pada objek terbatas, kemudian menghitung validitas dan reliabilitasnya. Pada item instrumen/angket yang tidak valid dan tidak reliabel, akan dikoreksi atau diganti sesuai dengan kadar validitas dan reliabilitasnya.

Instrumen/angket dalam penelitian ini dikembangkan dengan mengacu pada teori yang mendasarinya. Dari teori itu kemudian disusun kisi-kisi yang selanjutnya dijabarkan ke dalam item pernyataan atau pertanyaan. Adapun kisi-kisi yang dikembangkan seperti yang disajikan dalam tabel 3.1 berikut:

(8)

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

VARIABEL ASPEK INDIKATOR

Kepemimpinan Pejabat Struktural Dinas Pendidikan (X1) 1. Perilaku Pemahaman Konsep - Konsep pengembangan SDM

- Analisis kemampuan pada bid. Pekerjaan - Pengambilan keputusan - Pemecahan masalah - Keterampilan berpikir sistematik 2. Perilaku Teknis Memimpin - Pengelolaan personal - Identifikasi sarana kerja

yang dibutuhkan

- Pemberian bimbingan kerja - Memberikan orientasi jabatan - Keterampilan pengawasan kerja - Penyelesaian konflik - Memberikan bantuan 3. Perilaku Hub. Manusiawi - Melakukan kerjasama - Memberikan dorongan/motivasi - Pemberian penghargaan - Pemberian contoh/teladan - Pengakuan potensi - Perasaan saling menghormati dan menghargai - Komunikasi - Empati Iklim Organisasi (X2) 1. Supportive

(Keterdukungan)

- Menggunakan kritik secara konstruktif

- Mau mendengarkan saran orang lain

- Luwes dalam berkomunikasi 2. Collegial

(Pertemanan)

- Berteman baik dengan yang lain

- Bersemangat untuk bekerjasama

- Akrab dalam berdiskusi 3. Intimate (Keintiman) - Saling mendukung

- Merasakan pekerjaan milik bersama

- Mempunyai kesamaan tujuan dalam bekerja

(9)

Produktivitas Kerja (Y) 1. Bertugas tidak sekedar memenuhi kualifikasi pekerjaan

- Dapat belajar dengan cepat, kompeten dan kreatif

- Memahami pekerjaan, cerdik dan selalu mencari perbaikan - Bernilai, berprestasi dan

selalu meningkatkan diri 2. Memiliki motivasi

yang tinggi

- Tekun dan berkemauan keras - Efektif, kreatif dan selalu

mencari tantangan - Berorientasi pada tujuan,

tepat, dan bersemangat 3. Memiliki orientasi

kerja yang positif

- Menyukai dan selalu bekerja dengan baik

- Aktif dan bekerja sesuai dengan standar

- Berhubungan dengan baik, luwes dan selalu menyukai tantangan

4. Dewasa - Jujur, bertanggung jawab dan

bekerja sesuai dengan kemampuan

- Percaya diri tanpa merasa tertekan dan dapat menyesuaikan dengan lingkungan - Berpengalaman dan profesional 5. Dapat bergaul dengan efektif

- Dapat bergaul dan

berkomunikasi secara efektif - Produktif dan antusias dalam

bekerja Catatan:

1. Konsep operasional kepemimpinan dikembangkan dari Robert L. Katz (Yukl, 2007).

2. Konsep operasional iklim organisasi dikembangkan dari Hoy dan Miskel (2001:193).

3. Konsep operasional produktivitas kerja dikembangkan dari Robert M. Ranftl (Timpe, 2000:110-111) dan Sedarmayanti (2001:80)

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Penetapan Populasi Penelitian

Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan guna memecahkan masalah dan mencapai tujuan penelitian, maka penelitian

(10)

membutuhkan sumber data yang dapat memberikan informasi mengenai masalah yang dibahas secara transparan dan objektif. Sumber data ini biasanya disebut populasi. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Penelitian populasi dilakukan apabila peneliti ingin melihat semua liku-liku yang ada di dalam populasi. Oleh karena subjeknya meliputi semua yang terdapat di dalam populasi, maka disebut juga sensus (Arikunto, 2002:116).

Populasi dalam suatu penelitian merupakan sekelompok objek yang dapat dijadikan sebagai sumber penelitian yang berbentuk benda-benda, manusia, ataupun peristiwa sebagai objek penelitian. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono (2008:117) yang menyatakan bahwa “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Jadi populasi bukan hanya orang saja, tetapi juga benda-benda lainnya.

Dalam penelitian ini, yang ditetapkan sebagai populasi penelitian oleh peneliti adalah seluruh pegawai/staf administrasi yang ada di tiap Sub Dinas Pendidikan Kabupaten Subang. Populasi ini tidak berlaku bagi pegawai pembantu dan pejabat eselon terutama Kepala Dinas dan Kepala Sub Dinas.

Seluruh pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Subang berjumlah 136 orang. Bila dikelompokkan berdasarkan latar belakang pendidikannya, terdiri

(11)

atas: SMP 4 orang, SMA 72 orang, D1–D3 10 orang, S1 38 orang, dan S2 12 orang (lihat tabel 3.2).

Sedangkan bila dikelompokkan berdasarkan golongan terdiri atas: Golongan I 4 orang, Golongan II 72 orang, Golongan III 44 orang, dan Golongan IV 16 orang (lihat tabel 3.2). Berdasarkan status kepegawainnya, Golongan I bertugas sebagai penjaga kebersihan, keamanan, dan pelayan pegawai kantor, pegawai Golongan IV adalah para pejabat (eselon) di lingkungan kantor Dinas Pendidikan, sedangkan Golongan II dan III adalah pegawai yang bertugas membantu kegiatan administrasi kantor (pegawai administrasi).

Tabel 3.2

Penyebaran Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Golongan

PENYEBARAN

TINGKAT PENDIDIKAN GOLONGAN

SMP SMA D1-D3 S1 S2 Jmlh I II III IV Jmlh

JMLH PEGAWAI 4 72 10 38 12 136 4 72 44 16 136

Setelah dilakukan pengelompokan data kemudian peneliti menetapkan jumlah populasi berdasarkan karakteristik populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini. Maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 116 orang pegawai, dan sisanya tidak digunakan sebagai populasi penelitian. Dilihat dari tingkat penyebaran populasi dan penyesuaian dengan karakteristik populasi yang akan diambil, maka populasi tersebut sudah cukup representatif.

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditetapkan bahwa yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai administratif Dinas Pendidikan Kabupaten Subang yang berjumlah 116 orang dan tersebar ke dalam 7

(12)

bagian, yaitu: (1) Sub bagian Umum; (2) Sub bagian Keuangan; (3) Sub bagian Kepegawaian; (4) Bidang Bina Program; (5) Bidang Pendidikan TK/SD; (6) Bidang Pendidikan Menengah Umum dan Kejuruan (Dikmenumjur); dan (7) Bidang Pendidikan Non Formal (lihat tabel 3.3 berikut).

Tabel 3.3

Penyebaran Populasi Penelitian

NO NAMA SUB

BAGIAN/BIDANG

POPULASI

GOl II GOL III

SMA D1-D3 S1 Jml SMA D1-D3 S1 S2 Jml

1. Sub Bagian Umum 4 - - 4 - 1 6 - 7

2. Sub Bagian Keuangan 8 - 2 10 - 5 1 - 6

3. Sub Bag. Kepegawaian 8 1 - 9 3 1 2 - 6

4. Bidang Bina Program 4 - 3 7 - - 5 1 6

5. Bidang Pend. TK/SD 15 1 1 17 1 - 6 1 8

6. Bidang Dikmenumjur 10 - 5 15 1 - 4 - 5

7. Bid. Pend. Non Formal 10 - - 10 - 1 5 - 6

JUMLAH 59 2 11 72 5 8 29 2 44

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Subang 2009

2. Penetapan Sampel Penelitian

Setelah populasi ditetapkan, selanjutnya ditentukan sampel agar segera dapat dilakukan pengumpulan data. Sampel merupakan bagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian, yang dianggap dapat mewakili seluruh populasi. Sugiyono (2008:118) mengemukakan bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil

(13)

penelitiannya. Yang dimaksud dengan menggeneralisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi.

Kemudian agar data yang diperoleh dari sampel tersebut dapat berlaku umum bagi keseluruhan populasi, maka perlu cara-cara yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga pengambilan sampel dari populasi itu representatif. Dalam penelitian ini besarnya sampel yang menjadi fokus penelitian ditentukan dengan rumus Yamane (Akdon & Hadi, 2005:107).

=+ 1 Ket: n = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi d2 = Presisi yang ditetapkan

Dalam penelitian-penelitian sosial besar presisi biasanya antara 5% - 10%. Pada penelitian ini peneliti mengambil presisi sebesar 10% sehingga diperoleh jumlah sampel sebagai berikut:

= 116(0,1)116+ 1 = 53,7 ≈ 54

Jadi jumlah sampel penelitian minimal sebanyak 54 orang (dibulatkan). Dalam menarik sampel dari populasi, agar sampel representatif, maka diupayakan bahwa setiap subjek dalam populasi memiliki peluang yang sama menjadi unsur sampel.

Sedangkan mengenai keabsahan sampel dinyatakan bahwa,

Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% (Arikunto, 2002:120).

(14)

Kemudian agar data yang diperoleh dari sampel tersebut dapat berlaku umum bagi keseluruhan populasi, maka perlu memakai teknik sampling sehingga pengambilan sampel dari populasi itu representatif. Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diperoleh dengan cara-cara tertentu sehingga sumber data yang diperoleh dari sampel tersebut diharapkan representatif dan berlaku secara umum bagi keseluruhan populasi. Teknik sampling yang dilakukan adalah dengan metode proportional random sampling, yaitu sebuah sampel yang diambil dari tiap unit penelitian dari populasi secara proporsional. Teknik sampling ini menggunakan rumus dari Sugiyono (1999) sebagaimana dikutip Akdon dan Hadi (2005:108).

= . Ket: ni = Jumlah sampel menurut stratum n = Jumlah sampel seluruhnya

Ni = Jumlah populasi menurut stratum N = Jumlah populasi seluruhnya

Dengan perhitungan berdasarkan formulasi di atas, maka didapatkan sebaran sampel sebagai berikut;

Sub Bagian Umum =

. 54 = 5,12 Sub Bagian Keuangan =

. 54 = 7,44 Sub Bagian Kepegawaian =

. 54 = 6,98 Bidang Bina Program = . 54 = 6,05 Bidang Pendidikan TK/SD =

. 54 = 11,63 Bidang Dikmenumjur =

(15)

Bidang Pendidikan Non Formal =

. 54 = 7,44

Sehingga dari hasil perhitungan di atas jumlah sampel secara proporsional adalah; 5,12 + 7,44 + 6,98 + 6,05 + 11,63 + 9,31 + 7,44 = 53,97 dibulatkan menurut kaidah matematika menjadi 54. Setelah dilakukan penghitungan dengan teknik sampling, ternyata jumlah sampel yang diperoleh telah sesuai dengan rumus Yamane sebelumnya yaitu minimal sejumlah 54 orang responden, sehingga dapat ditetapkan menjadi sampel penelitian.

Berdasarkan penentuan sampel secara proporsional tersebut, maka diperoleh penyebaran sampel (hasil pembulatan) yang telah ditentukan. Penyebaran populasi dan sampel dapat diketahui secara sistematis pada tabel 3.3 di atas dan Tabel 3.4 berikut;

Tabel 3.4

Penyebaran Sampel Penelitian

N O

NAMA SUB BAGIAN/BIDANG

SAMPEL

GOl II GOL III

Jml

SMA D1-D3 S1 Jml SMA D1-D3 S1 S2 Jml

1. Sub Bag. Umum 2 - - 2 - 1 2 - 3 5

2. Sub Bag. Keuangan 4 - 1 5 - 2 1 - 3 8

3. Sub Bag. Kepegawaian

3 1 - 4 1 1 1 - 3 7

4. Bid. Bina Program 2 - 1 3 - - 2 1 3 6

5. Bid. Pend. TK/SD 5 1 1 7 1 - 2 1 4 12

6. Bid. Dikmenumjur 4 - 2 6 1 - 2 - 3 9

7. Bid. Pend. Non Formal

5 - - 5 - 1 2 - 3 8

(16)

E. Proses Pelaksanaan Penelitian

Ada beberapa langkah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan suatu penelitian, langkah-langkah tersebut mencakup kegiatan-kegiatan berikut:

1. Menentukan Alat Pengumpul Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Angket merupakan alat pengumpul data dalam bentuk formulir yang disebar untuk mengumpulkan informasi mengenai sesuatu yang terdiri dari pernyataan/pertanyaan yang harus dijawab oleh responden.

Adapun angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket tertutup/berstruktur, yaitu responden diberi sejumlah pertanyaan/pernyataan yang menggambarkan hal-hal yang ingin diungkap dari variabel-variabel penelitian disertai alternatif jawabannya. Selanjutnya responden diminta untuk merespon setiap item sesuai dengan keadaan dirinya dan keadaan yang diketahui serta dirasakannya dengan cara membubuhkan tanda checklist (√) pada alternatif jawaban yang tersedia.

2. Penyusunan Alat Pengumpul Data

Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun instrument/angket adalah;

a. Menentukan variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu; Kepemimpinan (X1), Iklim Organisasi (X2), dan Produktivitas Kerja (Y).

b. Menyusun kisi-kisi angket atau daftar pertanyaan/pernyataan yang akan dikembangkan menjadi angket.

(17)

c. Merumuskan item pertanyaan/pernyataan dan alternatif jawabannya karena angket yang akan dikembangkan bersifat tertutup.

d. Menetapkan kriteria skor untuk setiap item

Setelah merumuskan angket, selanjutnya ditetapkan alat ukur yang akan digunakan dalam pemberian skor terhadap setiap butir item dengan menggunakan skala Likert dengan ukuran ordinal, artinya objek yang diteliti mempunyai peringkat dari lima rangkaian urutan yang dimulai dari; tidak pernah (TP), jarang (JR), kadang-kadang (KD), sering (SR), selalu (SL). e. Menetapkan skala pengukuran variabel

Setiap item dalam angket memiliki 5 kriteria jawaban dengan pemberian skor dimulali dari 1, 2, 3, 4, sampai 5, dengan ketentuan untuk pernyataan/pertanyaan positif, dari masing-masing yaitu:

Skor 1 untuk kategori jawaban tidak pernah Skor 2 untuk kategori jawaban jarang

Skor 3 untuk kategori jawaban kadang-kadang Skor 4 untuk kategori jawaban sering

Skor 5 untuk kategori jawaban selalu

Sedangkan untuk pernyataan/pertanyaan negatif yaitu; Skor 5 untuk kategori jawaban tidak pernah

Skor 4 untuk kategori jawaban jarang

Skor 3 untuk kategori jawaban kadang-kadang Skor 2 untuk kategori jawaban sering

(18)

3. Uji Coba Instrumen

Setelah penetapan dan penyusunan alat pengumpul data selesai dilakukan, langkah selanjutnya adalah uji coba angket. Kegiatan ini penting dilakukan oleh peneliti untuk menilai angket yang telah disusunnya apakah representatif atau tidak. Angket diujicobakan kepada responden yang sama atau yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden yang sebenarnya. Uji coba ini dilakukan terhadap 30 responden.

Setelah uji coba dilaksanakan, selanjutnya dilakukan analisis statistik dengan tujuan untuk menguji validitas dan reliabilitasnya, sehingga hasil penelitian yang dimaksudkan betul-betul dapat dipertanggungjawabkan.

a. Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen dinyatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2004:137). Pengujian validitas ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor yang ada pada setiap item dengan skor total. Rumus yang dipergunakan adalah rumus yang dikemukakan oleh Pearson, yang lebih dikenal dengan sebutan Rumus Korelasi Product Moment, yaitu:

ℎ !"= (∑XY)−(∑X). (∑Y)

'(. ∑X2− (∑X)2) (. ∑Y2− (∑Y)2) (Riduwan, 2007:98)

Dimana: rhitung = Koefisien korelasi ∑X = Jumlah skor item

∑Y = Jumlah skor total (seluruh item) n = Jumlah responden

(19)

Kemudian harga r yang diperoleh dari perhitungan di atas diuji dengan menggunakan uji t untuk memberi taraf signifikansinya, dengan rumus berikut:

ℎ !"= √ − 2 *1 − 2

(Riduwan, 2007:98) Dimana: t = Nilai t hitung

r = Koefisien korelasi hasil rhitung n = Jumlah responden

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan dengan bantuan Program Microsoft Excel dengan menggunakan tingkat kepercayaan 5%, dapat diketahui validitas dari ketiga variabel penelitian sebagai berikut: (lihat lampiran) 1) Variabel Kepemimpinan Pejabat Struktural (X1)

a) Koefisien korelasi (r) terendah diperoleh sebesar 0,328, dari nilai r ini selanjutnya diperoleh t hitung terendah sebesar 1,51 (item no. 18), sedangkan t tabel (α= 5%, dk= n-2= 28) = 1,701.

b) Dengan memperhatikan nilai r hitung dan r tabel di atas, maka untuk variabel Kepemimpinan Pejabat Struktural (X1) terdapat 1 item pernyataan yang tidak valid (item no. 18)

2) Variabel Iklim Organisasi (X2)

a) Koefisien korelasi (r) terendah diperoleh sebesar 0,35, dari nilai r ini selanjutnya diperoleh t hitung terendah sebesar 1,977 (item no. 17), sedangkan t tabel (α= 5%, dk= n-2= 28) = 1,701.

b) Dengan memperhatikan nilai r hitung dan r tabel di atas, maka untuk variabel Iklim Organisasi (X2)dinyatakan valid semua.

(20)

3) Variabel Produktivitas Kerja (Y)

a) Koefisien korelasi (r) terendah diperoleh sebesar 0,324 dan 0,335, dari nilai r ini selanjutnya diperoleh t hitung terendah sebesar 1,479 dan 1,558 (item no. 22 & 25), sedangkan t tabel (α= 5%, dk= n-2= 28) = 1,701. c) Dengan memperhatikan nilai r hitung dan r tabel di atas, maka untuk

variabel Produktivitas Kerja (Y)terdapat 2 item pernyataan yang tidak valid (item no. 22 & 24)

b. Uji Reliabilitas Instrumen

Setelah kriteria validitas diketahui, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas instrumen. Mengingat karakteristik data yang telah diambil dengan skala Likert dengan rentangan skor 1-5, maka untuk menguji reliabilitasnya penulis menggunakan rumus Alpha sebagai berikut;

=+, − 1, - +1 − ∑SS i t -(Riduwan, 2007:115) Dimana: rii = Nilai Reliabilitas

∑Si = Jumlah varians skor tiap-tiap item St = Varians total

k = Jumlah item

Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan Program Microsoft Excel, maka reliabilitas masing-masing variabel adalah sebagai berikut:

1) Reliabilitas variabel X1 diperoleh indeks korelasi r hasil 0,886 (alpha) lebih besar dari r tabel (α= 5%, dk= n-1= 29) = 0,367;

(21)

2) Reliabilitas variabel X2 diperoleh indeks korelasi r hasil 0,886 (alpha) lebih besar dari r tabel (α= 5%, dk= n-1= 29) = 0,367;

3) Reliabilitas variabel Y diperoleh indeks korelasi r hasil 0,892 (alpha) lebih besar dari r tabel (α= 5%, dk= n-1= 29) = 0,367;

Dengan memperhatikan hasil perhitungan ketiga variabel tersebut, maka semua instrumen dinyatakan reliabel.

F. Pengolahan Data Penelitian

Kegiatan yang cukup penting dalam keseluruhan proses penelitian adalah pengolahan data. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui makna dari data yang berhasil dikumpulkan. Data yang diolah tersebut pada akhirnya akan dapat menjawab permasalahan yang dikemukakan dalam latar belakang.

Analisis data yang akan dilakukan untuk mengetahui hubungan antar variabel ditunjang dengan gejala-gejala yang terjadi dalam objek penelitian. Untuk menganalisis data secara cermat peneliti akan melakukan penyaringan data dan penyesuaian data yang ditemukan di lapangan dengan penemuan konsep dan teori dalam sumber literatur. Kemudian data yang telah disaring, diuji korelasinya serta signifikansinya dengan perhitungan uji validitas dan uji reliabilitas, sehingga dapat ditemukan tanggapan dari pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan dalam rumusan masalah.

Mengingat skala pengukuran dalam menjaring data penelitian ini seluruhnya diukur dengan skala ordinal, yaitu skala yang berjenjang dimana sesuatu lebih atau kurang dari yang lain. Data yang diperoleh dari pengukuran

(22)

skala ini disebut data ordinal, yaitu data berjenjang yang jarak antara satu data dengan data yang lain tidak sama (Sugiyono, 2001:70).

Pengolahan data dengan penerapan s

sekurang-kurangnya harus diukur dalam skala interval, sehingga terlebih dahulu data skala ordinal tersebut ditransformasi menjadi data interval dengan menggunakan metode

15.00 for Windows yang dibantu oleh program Microsoft Excel.

Adapun langkah adalah sebagai berikut;

1. Menyeleksi data agar dapat diolah lebih lanjut, yaitu dengan memeriksa jawaban responden sesuai de

2. Menentukan bobot nilai untuk setiap kemungkinan jawaban pada setiap item variabel penelitian dengan menggunakan skala penilaian yang telah ditentukan, kemudian menentukan skornya.

3. Menghitung persentase skor rata

variabel X2 maupun variabel Y. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan umum jawaban responden terhadap setiap variabel penelitian dengan menggunakan formula berikut:

Dimana: P = Persentase skor rata

Xid = Skor ideal setiap variabel

skala ini disebut data ordinal, yaitu data berjenjang yang jarak antara satu data dengan data yang lain tidak sama (Sugiyono, 2001:70).

Pengolahan data dengan penerapan statistik parametrik mensyaratkan data kurangnya harus diukur dalam skala interval, sehingga terlebih dahulu data skala ordinal tersebut ditransformasi menjadi data interval dengan menggunakan metode successive interval dan dapat pula menggunakan

yang dibantu oleh program Microsoft Excel.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam proses pengolahan data adalah sebagai berikut;

Menyeleksi data agar dapat diolah lebih lanjut, yaitu dengan memeriksa jawaban responden sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Menentukan bobot nilai untuk setiap kemungkinan jawaban pada setiap item variabel penelitian dengan menggunakan skala penilaian yang telah ditentukan, kemudian menentukan skornya.

Menghitung persentase skor rata-rata dari setiap variabel, baik variabel X maupun variabel Y. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan umum jawaban responden terhadap setiap variabel penelitian dengan menggunakan formula berikut:

Dimana: P = Persentase skor rata-rata yang dicari = Skor rata-rata setiap variabel

= Skor ideal setiap variabel

skala ini disebut data ordinal, yaitu data berjenjang yang jarak antara satu data

tatistik parametrik mensyaratkan data kurangnya harus diukur dalam skala interval, sehingga terlebih dahulu data skala ordinal tersebut ditransformasi menjadi data interval dengan dan dapat pula menggunakan SPSS

langkah yang ditempuh dalam proses pengolahan data

Menyeleksi data agar dapat diolah lebih lanjut, yaitu dengan memeriksa ngan kriteria yang telah ditetapkan.

Menentukan bobot nilai untuk setiap kemungkinan jawaban pada setiap item variabel penelitian dengan menggunakan skala penilaian yang telah

ata dari setiap variabel, baik variabel X1, maupun variabel Y. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan umum jawaban responden terhadap setiap variabel penelitian

(23)

Setelah hasilnya diperoleh, selanjutnya dikonsultasikan dengan kriteria/klasifikasi seperti yang telah dikemukakan oleh Arikunto (2002:75) sebagai berikut:

Persentase = Kualifikasi 81% - 100% = Sangat Tinggi 61% - 80% = Tinggi 41% - 60% = Cukup/Sedang 21% - 40% = Rendah ≤ 20% = Sangat Rendah

4. Uji Distribusi Normalitas

Sebelum dilakukan uji statistik menggunakan analisis jalur, maka perlu diketahui apakah sampel berasal dari populasi yang memiliki distribusi normal atau tidak. Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui hal tersebut adalah uji normalitas yaitu menggunakan uji Kolmogorov Smirnov.

Menurut Singgih Santoso (2002:393), dasar pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan probabilitas (Asymtotic Significance), yaitu:

Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi adalah normal.

Jika probabilitas < 0,05 maka populasi tidak berdistribusi secara normal

Pengujian secara visual dapat juga dilakukan dengan metode grafik normal Probability Plots dalam program SPSS.

Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

(24)

5. Uji Linieritas

Karena teknik analisis data yang akan digunakan untuk pengujian hipotesis adalah analisis jalur dan masih merupakan baian dari model linier, maka sebelum melakukan pengolahan data menggunakan analisis jalur terlebih dahulu akan dilakukan uji linieritas hubungan antar variabel. Menurut Gujarati (2003:42) “linearity is that the conditional expectation of Y is a linear function of Xi”. Untuk pengujian linieritas digunakan uji F, dan hubungan antara variabel X dengan Y dikatakan linier jika nilai probabilitas (signifikansi) uji F lebih kecil dari 0,05.

6. Uji Analisis Jalur (Path Analysis)

Analisis ini dilakukan untuk menguji besarnya kontribusi yang ditunjukkan oleh koefisien jalur pada setiap diagram jalur dari hubungan kausal antara variabel X1 dan X2 terhadap Y. perhitungannya dilakukan dengan bantuan program SPSS for Windows Version 15.00. Secara struktural hubungan antara ketiga variabel digambarkan sebagai berikut.

X1 X2 Y PYX1 PYX2 r X 2 X 1 εεεε

(25)

Diagram jalur seperti digambarkan diatas dapat diformulasikan kedalam persamaan struktur sebagai berikut.

Y = PYX1X1 + P

Keterangan:

Y = Produktivitas kerja pegawai X1 = Kepemimpinan pejabat struktural X2 = Iklim organisasi

ε = Pengaruh faktor lain

Langkah kerja analisis jalur ini pada garis besarnya adalah sebagai berikut;

a. Pengujian secara keseluruhan (simultan)

Kaidah pengujian signifikansi secara manual menggunakan tabel F. berdasarkan koefisien R

Dimana: n = jumlah sampel

k = jumlah variabel eksogen

b. Pengujian secara individual

Secara individual uji statistik yang digunakan adalah uji t yang dihitung dengan rumus;

(Riduwan, 2008:117) Keterangan: Statistik

untuk analisis regresi setelah data ordinal ditransformasi ke interval. Diagram jalur seperti digambarkan diatas dapat diformulasikan kedalam persamaan struktur sebagai berikut.

+ PYX2X2 + εεεε

Produktivitas kerja pegawai = Kepemimpinan pejabat struktural

Iklim organisasi = Pengaruh faktor lain

Langkah kerja analisis jalur ini pada garis besarnya adalah sebagai

Pengujian secara keseluruhan (simultan)

Kaidah pengujian signifikansi secara manual menggunakan tabel F. berdasarkan koefisien R2, nilai F dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut:

Dimana: n = jumlah sampel

k = jumlah variabel eksogen = Rsquare

Pengujian secara individual

Secara individual uji statistik yang digunakan adalah uji t yang dihitung

(Riduwan, 2008:117)

Keterangan: Statistik se ρk diperoleh dari hasil komputasi pada SPSS

untuk analisis regresi setelah data ordinal ditransformasi ke interval. Diagram jalur seperti digambarkan diatas dapat diformulasikan kedalam

Langkah kerja analisis jalur ini pada garis besarnya adalah sebagai

Kaidah pengujian signifikansi secara manual menggunakan tabel F. , nilai F dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut:

Secara individual uji statistik yang digunakan adalah uji t yang dihitung

diperoleh dari hasil komputasi pada SPSS untuk analisis regresi setelah data ordinal ditransformasi ke interval.

(26)

7. Menguji Hipotesis Penelitian

a. Menghitung koefisien korelasi antara variabel X X2 terhadap Variabel Y, serta X

b. Menguji signifikansi koefisien korelasi antarvariabel, dengan rumus;

(Riduwan, 2007:139) Dimana: t = Nilai t hitung

r = Nilai koefisien korelasi n = Jumlah sampel

c. Mencari besarnya koefisien determinan

Koefisien determinan digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujiannya dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut;

KD = r2 x 100%

Dimana: KD = Nilai Koefisien Determinan r = Nilai Koe

Setelah dilakukan perhitungan koefisien dilakukan perhitungan besar pengaruh masing berikut:

Pengaruh variabel X

Pengaruh X1 terhadap Y secara langsung Pengaruh X1 terhadap Y melalui X Pengaruh Total

Menguji Hipotesis Penelitian

Menghitung koefisien korelasi antara variabel X1 terhadap variabel Y, dan terhadap Variabel Y, serta X1 bersama-sama X2 terhadap Y.

Menguji signifikansi koefisien korelasi antarvariabel, dengan rumus;

(Riduwan, 2007:139) Dimana: t = Nilai t hitung

r = Nilai koefisien korelasi n = Jumlah sampel

Mencari besarnya koefisien determinan

Koefisien determinan digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujiannya dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut;

x 100%

Dimana: KD = Nilai Koefisien Determinan = Nilai Koefisien Korelasi

Setelah dilakukan perhitungan koefisien determinasi, maka selanjutnya dilakukan perhitungan besar pengaruh masing-masing variabel X1

Pengaruh variabel X1 terhadap variabel Y :

terhadap Y secara langsung = PyX1 . PyX1 terhadap Y melalui X2 = PyX1 . rx1x2 . PyX

terhadap variabel Y, dan terhadap Y.

Menguji signifikansi koefisien korelasi antarvariabel, dengan rumus;

Koefisien determinan digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujiannya dilakukan

, maka selanjutnya

1 dan X2 sebagai

= .… . PyX2 = .… +

(27)

Berdasarkan pada nilai pengaruh total di atas, maka dapat ditunjukkan jumlah pengaruh langsung dan tidak langsung dari variabel X1 terhadap variabel Y.

Pengaruh variabel X2 terhadap variabel Y :

Pengaruh X2 terhadap Y secara langsung = PyX2 . PyX2 = .… Pengaruh X2 terhadap Y melalui X1 = PyX2 . rx2x1 . PyX1 = .… +

Pengaruh Total = .…

Berdasarkan pada nilai pengaruh total di atas, maka dapat ditunjukkan jumlah pengaruh langsung dan tidak langsung dari variabel X2 terhadap variabel Y.

Demikianlah langkah-langkah dalam prosedur pengolahan data yang akan dilaksanakan oleh peneliti. Dengan pengolahan data sebagaimana yang dimaksud diharapkan mampu menghasilkan penelitian yang berkualitas yang ditandai dengan pemecahan masalah dan pencapaian tujuan penelitian.

Gambar

Gambar 3.1 Diagram Jalur Paradigma Penelitian
Diagram  jalur  seperti  digambarkan  diatas  dapat  diformulasikan  kedalam  persamaan struktur sebagai berikut.

Referensi

Dokumen terkait

Climate Smart Agriculture (CSA) atau Pertanian Cerdas Iklim (PCI) merupakan sistem budidaya padi berkelanjutan dengan perlakuan secara intensif dalam pengelolaan pupuk, air,

- Pengalaman kerja diutamakan dibidangnya - Familiar dengan bidang pemasaran property - Memiliki kemampuan negosiasi/presentasi - Networking luas, berpenampilan menarik,

Pertumbuhan ekonomi AS pada triwulan III 2016 mencapai 2.9% SAAR, utamanya didorong peningkatan pertumbuhan ekspor dan investasi yang lebih besar dari penurunan pertumbuhan

aureus resisten terhadap antibiotik ciprofloxacin (15%), cefotaxime (31%), dan cefadroxil (8%), sedangkan bakteri Gram negatif yang mengalami resistensi tertinggi

Dengan memahami pola koneksi ini kita sudah bisa memakai breadboard untuk keperluan prototipe rangkaian sehingga dapat menempatkan komponen elektronik secara tepat

Berdasarkan data tersebut balita mempunyai resiko terkena diare sehingga peneliti ingin melihat adanya hubungan antara praktek personal hygiene ibu dan kondisi sanitasi lingkungan

Pada penelitian yang mengambil judul penggunaan media audio-visual dalam proses pembelajaran biola tingkat dasar di Indra Musik, peneliti berkeinginan untuk

Perlindungan Pernafasan : Gunakan perlindungan pernafasan melainkan jika pengalihan udara setempat yang mencukupi disediakan atau penilaian pendedahan menunjukkan bahawa