55
Pada bab ini akan dijelaskan tentang proses infleksi yang terjadi pada verba berpola fa‘ala-yaf‘ulu serta modifikasi internal yang terjadi di dalamnya.
Dalam proses perubahan bentuk verba tersebut, terdapat modifikasi internal yang berupa penggantian, pemindahan ataupun penghapusan huruf dan harakat serta tadh‘i>f ‘peleburan satu huruf kepada huruf yang lain’. Modifikasi internal pada verba berpola fa‘ala-yaf‘ulu dalam bahasa Arab lebih tercakup dalam pembahasan i‘la>l dan idgha>m.
Data verba berpola fa‘ala-yaf‘ulu dalam penelitian ini diambil dari kamus al-Munawwir Arab-Indonesia cetakan tahun 1997. Data yang akan dianalisis berjumlah 8 verba. Data tersebut diambil berdasarkan jumlah terbanyak dari abjad alif hingga ya>’ menurut jenis verba shachi>ch dan mu‘tal dan memiliki variasi perubahan bentuk. Kemudian dari data verba yang paling banyak, diambil sampel verba secara acak. Setelah itu semua data verba tersebut dilakukan proses tashri>f lugha>wi> berdasarkan bentuknya yakni ma>dhi> ‘perfek’, mudha>ri’ ‘imperfek’, dan amr ‘imperatif’.
A. Proses Perubahan Bentuk Pada Fi‘l Shachi>ch Sa>lim
Dari verba jenis shachi>ch sa>lim verba berpola fa‘ala-yaf‘ulu paling banyak terdapat dalam abjad nu>n dengan jumlah 118 verba. Sebagai sampel jenis ini yaitu verba
ثبن
nabatsa ‘marah’ (MNWR/1997/Hal:1376). Adapun pada verba jenis shachi>ch sa>lim ini tidak terdapat variasi perubahan bentuk.Data 1 :
ثبن
nabatsa ‘marah’ (MNWR/1997/Hal:1376 /Nomor: 2)Pada verba shachi>ch sa>lim dari jenis fi‘l tsula>tsi> ‘triliteral’, semua bentuk verbanya tidak akan mengalami perubahan bentuk (al-Ghula>yaini>, 2006: 168). Seperti pada verba
ثبن
nabatsa ini, ketika dilakukan tashri>f lugha>wi> pada bentuk ma>dhi> ‘perfek’, mudha>ri’ ‘imperfek’ dan amr ‘imperatif’ tidak mengalami proses perubahan bentuk. Karena semua bentuk verba tersebut tersusun dari huruf-huruf shachi>ch. Verba yang tersusun atas huruf-huruf shachi>ch tanpa ada huruf yang tadh‘i>f ‘dua huruf yang melebur jadi satu’, maka tidak akan mengalami perubahan bentuk. Maksud dari tidak terjadi perubahan yakni tidak mengalami perubahan bentuk ketika mengikuti standar wazn ‘polanya’ dalamtashri>f, meskipun ketika disandarkan kepada ism dhami>r (tunggal, dual, plural) (2006: 168)
.
Hal ini dapat dilihat pada tabel proses tashri>f verba ma>dhi> ‘perfek’, mudha>ri’ ‘imperfek’, dan amr ‘imperatif’ berikut :Proses Tashri>f ‘Infleksi’ Verba Perfek Shachi>ch Sa>lim Pola Fa‘ala-Yaf‘ulu Verba Perfek P.1 Verba Perfek P.2 Verba Perfek P.3
تْثَبَ ن
اَنْ ثَبَ ن
َتْثَبَ ن
اَم تْثَبَ ن
َ ن
ْم تْثَب
َثَبَ ن
اَثَبَ ن
اْو ثَبَ ن
تْثَبَ ن
اَم تْثَبَ ن
ن تْثَبَ ن
ْتَثَبَ ن
اَتَثَبَ ن
َنْثَبَ ن
Proses Tashri>f ‘Infleksi’ Verba Imperfek Shachi>ch Sa>lim Pola Fa‘ala-Yaf‘ulu Verba Imperfek P.1 Verba Imperfek P.2 Verba Imperfek P.3
ث بْ نَأ
بْنَ ن
ث
ث بْنَ ت
ناَث بْنَ ت
َنْو ث بْنَ ت
ث بْنَ ي
ناَث بْنَ ي
َنْو ث بْنَ ي
َْي ث بْنَ ت
ناَث بْنَ ت
َنْث بْنَ ت
ث بْنَ ت
ناَث بْنَ ت
َنْث بْنَ ي
Proses Tashri>f ‘Infleksi’ Verba Imperatif Shachi>ch Sa>lim Pola Fa‘ala-Yaf‘ulu Verba Imperatif P.1 Verba Imperatif P.2 Verba Imperatif P.3
-
ْث بْ ن ا
اَث بْ ن ا
او ث بْ ن ا
-ْي ث بْ ن ا
اَث بْ ن ا
َنْث بْ ن ا
B. Proses Perubahan Bentuk Pada Verba Shachi>ch Mahmu>z Fa>’
Verba berpola fa‘ala-yaf‘ulu dari jenis shachi>ch mahmu>z fa>’ paling banyak terdapat dalam abjad hamzah dengan jumlah 25 verba. Sebagai sampel
verba yaitu kata
ربأ
abara ‘memfitnah’ (MNWR/1997/Hal:2). Adapun pada verba jenis shachi>ch mahmu>z fa>’ ini tidak terdapat variasi perubahan bentuk. Data 2 :ربأ
abara ‘memfitnah’ (MNWR/1997/Hal: 2/Nomor: 2)
Pada verba shachi>ch mahmu>z fa>’ dari jenis fi‘l tsula>tsi> ‘triliteral’ bentuk ma>dhi> ‘perfek’, semua bentuk verbanya tidak mengalami perubahan bentuk (al-Ghula>yaini>, 2006: 168). Seperti pada verba
ربأ
abara, ketika dilakukan tashri>f lugha>wi> pada bentuk ma>dhi> ‘perfek’nya tidak terjadi proses perubahan bentuk. Karena semua bentuk verba tersebut tersusun dari huruf-huruf shachi>ch. Verba yang tersusun atas huruf-huruf shachi>ch tanpa ada huruf yang tadh‘i>f, maka tidak akan mengalami perubahan bentuk. Maksud dari tidak terjadi perubahan yakni tidak mengalami perubahan bentuk ketika mengikuti standar wazn ‘polanya’dalam tashri>f meskipun ketika disandarkan kepada ism dhami>r (tunggal, dual, plural) (2006: 168)
.
Sebagaimana yang terjadi pada verba shachi>ch sa>lim. Hal itudapat dilihat pada tabel proses tashri>f verba ma>dhi> ‘perfek’ berikut : Proses Tashri>f ‘Infleksi’ Verba Perfek Shachi>ch Mahmu>z Fa>’
Pola Fa‘ala-Yaf‘ulu
Verba Perfek P.1 Verba Perfek P.2 Verba Perfek P.3
تْرَ بَأ
َأ
اَنْرَ ب
َتْرَ بَأ
اَ تُْرَ بَأ
ْ تْرَ بَأ
َرَ بَأ
اَرَ بَأ
اْو رَ بَأ
تْرَ بَأ
ِِ
اَ تُْرَ بَأ
نن تْرَ بَأ
ْتَرَ بَأ
اَتَرَ بَأ
َنْرَ بَأ
Verba dasar
ربأ
abara ketika berbentuk mudha>ri’ ‘imperfek’ sepertiربأي
ya’buru, sejatinya ketika mengikuti standar polanya dia juga tidak akan mengalami proses perubahan bentuk dari pola dasarnya. Karena verba bentuk mudha>ri’ ‘imperfek’ tersusun dari huruf-huruf shachi>ch dan tanpa ada huruf yang tadh‘i>f. Akan tetapi pada verba bentuk ini hal tersebut tidak berlaku pada verba yang mengikuti polaل عْ فَأ
'af‘ulu yang mengandung dhami>r ana>, seperti verbaربآ
'a>buru. Hal itu dapat dilihat pada penjelasan dan tabel tashri>f verba imperfek berikut ini :(1)
ربآ
'a>buru ‘p1.n.s sedang memfitnah’ربآ
'a>buru merupakan verba mudha>ri’ ‘imperfek’ p1.n.s dari jenis fi‘l shachi>ch mahmu>z fa>’. Verbaربآ
'a>buru asalnya adalahر
بأأ
'a’buru mengikuti polaَأ
ل عْ ف
'af‘ulu
.
Proses
ربأأ
'a’buru berubah bentuk menjadiربآ
'a>buru yaitu sebagai berikut: Ketika terdapat dua hamzah yang berdampingan dalam satu kata dan kedua hamzah tersebut dalam keadaan yang pertama berharakat fatchah dan yang kedua sukun, maka sukun pada hamzah kedua diganti dengan huruf ma>d yang sesuai dengan harakat hamzah pertama yaitu huruf alif, sehingga menjadiربآ
'a>buru. Proses perubahan bentuk yang terjadi pada Verbaربآ
'a>buru ini dinamakan i‘la>l hamzah. }رب ْأ َأ
{ }رب ا َأ
{ }ربآ
{Proses Tashri>f ‘Infleksi’ Verba Imperfek Shachi>ch Mahmu>z Fa>’ Pola Fa‘ala-Yaf‘ulu
Verba Imperfek P.1 Verba Imperfek P.2 Verba Imperfek P.3
بآ ر
ر بْأَن
ر بْأَت
ناَر بْأَت
َنْو ر بْأَت
ر بْأَي
ناَر بْأَي
َنْو ر بْأَي
َنْي ر بْأَت
ناَر بْأَت
َنْر بْأَت
ر بْأَت
ناَر بْأَت
َنْر بْأَي
Adapun pada bentuk amr ‘imperatif’ dari verba jenis shachi>ch mahmu>z fa>’
ini semua verba mengalami proses perubahan bentuk, hal itu dapat dilihat pada penjelasan dan tabel tashri>f verba imperatif berikut ini :
Proses Tashri>f ‘Infleksi’ Verba Imperatif Shachi>ch Mahmu>z Fa>’ Pola Fa‘ala-Yaf‘ulu
Verba Imperatif P.1 Verba Imperatif P.2 Verba Imperatif P.3
-
ر ب
ِ
اَر ب
اْو ر ب
-ي ر ب
ِ
اَر ب
َنْر ب
(2)
رب
bur ‘fitnahlah p2.m.s’رب
bur merupakan verba amr ‘imperatif’ p2.m.s dari jenis fi‘l shachi>ch mahmu>z fa>’. Verba amrرب
bur, merupakan bentukan dari verba mudha>riر بْأَت
ta’buru. Untuk menjadi bentuk amr, maka huruf mudha>ra‘ah yang ada di awal kata dihapus kemudian ditambahkan hamzah washl yang berharakat dhammah, sehingga menjadiر بْأ ا
'u’buru. Kemudian karena verba ini termasuk verba imperatif p2.m.s jenis mahmu>z fa>’, maka keadaan mabni sukun verba ini dengan menjadikan sukun huruf terakhirnya, sehinggamenjadiْر بْأ ا
'u’bur mengikuti polaْل عْ ف ا
'uf‘ul. Pada keadaan tersebut, menurut Ghula>yaini> (2006: 79) apabila terdapat dua hamzah yang berdampingan dalam satu kata dalam keadaan hamzah yang pertama berharakat dhammah dan hamzah kedua sukun, maka hamzah kedua diganti dengan huruf wau untuk menyesuaikan dengan harakat hamzah pertama, sehingga menjadiربو ا
'u>bur.
Pada verba bentukربو ا
'u>bur, huruf wau danhamzah washl dihapus. Hal itu sesuai dengan teori Ghula>yaini> (2006: 80), apabila
kata tersebut merupakan bentuk amr ‘imperatif’ yang berasal dari jenis shachi>ch mahmu>z fa>’, maka hamzah wajib dihapus. Adapun wau tersebut dihapus untuk meringankan pengucapan, sehingga menjadi
رب
bur. Proses perubahan yang terjadi pada verba amrرب
bur ini dianamakan dengan i‘la>l hamzah.}
ُ رُب أَت
{ }ُرُ ب أ )َت(
} {ُرُ ب أُا
} {رُ ب أُا
{ }ر ُب أ ُا
{ }ُأ
و
ر ُب
} {ُا
)
و
(
ر ُب
} {ُا
ر ُب
} {(
ُا
)
ر ُب
{ }ر ُب
{ (3)ارب
bura> ‘memfitnahlah p2.n.d’ارب
bura> merupakan verba amr ‘imperatif’ p2.n.d dari jenis fi‘l shachi>ch mahmu>z fa>’. Verba amrارب
bura>, merupakan bentukan dari verba imperfekناَر بْأَت
ta’bura>ni. Untuk menjadi bentuk amr, maka huruf mudha>ra‘ah yang ada di awal kata dihapus kemudian ditambahkan hamzah washl yang berharakat dhammah, sehingga menjadi
ناَر بْأ ا
'u’bura>ni. Kemudian karena verba ini termasuk verba imperatif p2.n.d jenis mahmu>z fa>’, maka keadaan mabni sukun verba ini dengan melesapkan atau menghapus huruf nu>n yang ada di akhir kata, sehingga menjadiاَر بْأ ا
'u’bura> mengikuti polaلا عْ ف ا
'uf‘ula>.
Pada keadaan tersebut, menurut Ghula>yaini> (2006: 79) apabila terdapat dua hamzah yang berdampingan dalam satu kata dalam keadaan hamzah yang pertama berharakat dhammah dan hamzah kedua sukun, maka hamzah kedua diganti dengan huruf wau untuk menyesuaikan dengan harakat hamzah pertama, sehingga menjadiاربوا
'u>bura>.
Pada verba bentukاربوا
'u>bura>, huruf wau dan hamzah washl dihapus. Hal itu sesuai dengan teori Ghula>yaini> (2006: 80), apabila kata tersebut merupakan bentuk amr ‘imperatif’ yang berasal dari jenis shachi>ch mahmu>z fa>’, maka hamzah wajib dihapus. Adapun wau dihapus untuk meringankan pengucapan, sehingga menjadiارب
bura>. Proses perubahan yang terjadi pada verba amrارب
bura> ini dianamakan dengan i‘la>l hamzah. }ناَرُ ب أَت
{ }نارُب أ )َت(
} {ارُب أُا
)
ن
(
} {اَرُ ب أُا
{ }ار ُب أ ُا
{ }ُا
و
ارُب
} {ُا
)
و
(
ارُب
} {ُا
ارُب
} {(
ُا
)
ارُب
{ }ارُب
{ (4)اورب
buru>‘memfitnahlah p2.m.p’
اورب
buru> merupakan verba amr ‘imperatif’ p2.m.p dari jenis fi‘l shachi>ch mahmu>z fa>’. Verba amrاورب
buru> merupakan bentukan dari verba mudha>riناَر بْأَت
ta’bura>ni. Untuk menjadi bentuk amr, maka huruf mudha>ra‘ah yang ada di awal kata dihapus kemudian ditambahkan hamzah washl yang berharakat dhammah,sehingga menjadi
ناَر بْأ ا
'u’bura>ni. Kemudian karena verba ini termasuk verba imperatif p2.m.p jenis mahmu>z fa>’, maka keadaan mabni sukunnya yaitu dengan melesapkan atau menghapus huruf nu>n yang ada di akhir kata, sehingga menjadiأ ا
اورب
'u’buru> mengikuti polaاْو
ل عْ ف ا
'uf‘ulu>.
Pada keadaan tersebut, menurut Ghula>yaini> (2006: 79) apabila terdapat dua hamzah yang berdampingan dalam satu kata dalam keadaan hamzah yang pertama berharakat dhammah dan hamzah kedua sukun, maka hamzah kedua diganti dengan huruf wau untuk menyesuaikan dengan harakat hamzah pertama, sehingga menjadiاو
ربو ا
'u>buru>.
Pada verba bentukاو
ربو ا
'u>buru>, huruf wau dan hamzah washl dihapus. Hal itu sesuai dengan teori Ghula>yaini> (2006: 80), apabila kata tersebut merupakan bentuk amr ‘imperatif’ yang berasal dari jenis shachi>ch mahmu>z fa>’, maka hamzah wajib dihapus. Adapun wau dihapus untuk meringankan pengucapan, sehingga menjadiاورب
buru>. Proses perubahan yang terjadi pada verba amrاورب
buru> ini dianamakan dengan i‘la>l hamzah.}
َن ورُب أَت
{ }َن ورُب أ )َت(
} {َن ورُب أُا
} {)َن( ورُب أُا
} {ا ورُب أُا
{ }اورُب أ ُا
{ }ُا
و
اورُب
} {ُا
)
و
(
رُب
او
} {ُا
اورُب
} {(
ُا
)
اورُب
{ }اورُب
{ (5)يرب
buri> ‘fitnahlah p2.f.s’يرب
buri> merupakan verba amr ‘imperatif’ p2.f.s dari jenis fi‘l shachi>ch mahmu>z fa>’. Verba amrيرب
buri> merupakan bentukan dari verba mudha>riَنْي ر بْأَت
ta’buri>na. Untuk menjadi bentuk amr, maka huruf mudha>ra‘ah yang ada di awal kata dihapus kemudian ditambahkan hamzah washl yang berharakat dhammah, sehingga menjadiَنْي ر بْأ ا
'u’buri>na. Kemudian karena verba ini termasuk verba imperatif p2.f.s dari jenis shachi>ch mahmu>z fa>’, maka keadaan mabni sukunverba ini yaitu dnegan huruf nu>n dihapus atau dilesapkan, sehingga menjadi
ْي ر بْأ ا
'u’buri> yang mengikuti polaي
ل عْ ف ا
'uf‘uli>.
Pada keadaan tersebut, menurut Ghula>yaini> (2006: 79) apabila terdapat dua hamzah yang berdampingan dalam satu kata dalam keadaan hamzah yang pertama berharakat dhammah dan hamzah kedua sukun, maka hamzah kedua diganti dengan huruf wau untuk menyesuaikan dengan harakat hamzah pertama, sehingga menjadiْي ر بْو ا
'u>buri>. Pada verba bentukْي ر بْو ا
'u>buri>, huruf wau dan hamzah washl dihapus. Hal itu sesuai dengan teori Ghula>yaini> (2006: 80), apabila kata tersebut merupakan bentuk amr ‘imperatif’ yang berasal dari jenis shachi>ch mahmu>z fa>’, maka hamzah wajib dihapus. Adapun wau dihapus untuk meringankan pengucapan, sehingga menjadiيرب
buri>. Proses perubahan yang terjadi pada verba amrي
رب
buri> ini dianamakan dengan i‘la>l hamzah.}
َن يِرُب أَت
{ }َن يِرُب أ)َت(
} {ُا
َن يِرُب أ
} {ُا
)َن( يِرُب أ
} {ُا
يِرُب أ
{ }أ ُا
يرُب
{ }ُا
و
يرُب
} {ُا
)
و
(
يرُب
} {ُا
يرُب
} {(
ُا
)
يرُب
{ }يرُب
{ (6)نرب
burna ‘memfitnahlah p2.f.p’نرب
burna merupakan verba amr ‘imperatif’ p2.f.p dari jenis fi‘l shachi>ch mahmu>z fa>’. Verba amrنرب
burna merupakan bentukan dari verba mudha>ri’َنْر بْأَت
ta’burna. Untuk menjadi bentuk amr, maka huruf mudha>ra‘ah yang ada di awal kata dihapus kemudian ditambahkan hamzah washl yang berharakat dhammah, sehingga menjadiَنْر بْأ ا
'u’burna. Kemudian karena verba ini termasuk verba imperatif p2.f.p dari jenis shachi>ch mahmu>z fa>’, maka keadaan mabni sukunverba ini dengan huruf nu>n yang berada di akhir kata tidak dihapus atau dilesapkan, sehingga menjadi
َنْر بْأ ا
'u’burna yang mengikuti polaن
ل عْ ف ا
'uf’ulna.Pada keadaan tersebut, menurut Ghula>yaini> (2006: 79) apabila terdapat dua hamzah yang berdampingan dalam satu kata dalam keadaan hamzah yang pertama berharakat dhammah dan hamzah kedua sukun, maka hamzah kedua diganti dengan huruf wau untuk menyesuaikan dengan harakat hamzah pertama, sehingga menjadi
َنْر بْو ا
'u>burna. Pada verba bentukَنْر بْو ا
'u>burna, huruf wau dan hamzah washl dihapus. Hal itu sesuai dengan teori Ghula>yaini> (2006: 80), apabila kata tersebut merupakan bentuk amr ‘imperatif’ yang berasal dari jenis shachi>ch mahmu>z fa>’, maka hamzah wajib dihapus. Adapun wau dihapus untuk meringankan pengucapan, sehingga menjadiنرب
burna. Proses perubahan yang terjadi pada verba amrنرب
burna ini dianamakan dengan i‘la>l hamzah.}
َن رُ ب أَت
{ }َن رُ ب أ)َت(
} {ُا
َن رُ ب أ
{ }ُا
نر ُب أ
{ }ُا
و
نرُب
} {ُا
)
و
(
نرُب
} {ُا
نرُب
} {(
ُا
)
نرُب
{ }نرُب
{C. Proses Perubahan Bentuk Pada Verba Shachic>h Mahmu>z ‘Ain
Dari jenis shachi>ch mahmu>z ‘ain verba berpola fa‘ala-yaf‘ulu hanya terdapat dalam abjad ba>’ dengan jumlah 1 verba yakni verba
قأب
ba‘aqa‘tertimpa bencana’ (MNWR/1997/Hal:54). Oleh sebab itu verba jenis ini tidak terdapat variasi proses perubahan bentuk pada verba yang lain.
Data 3 :
قأب
ba‘aqa ‘tertimpa bencana’ (MNWR/1997/Hal: 54/Nomor: 1)Pada verba shachi>ch mahmu>z ‘ain dari jenis fi‘l tsula>tsi>‘triliteral’, semua bentuk verbanya tidak akan mengalami perubahan bentuk (al-Ghula>yaini>, 2006: 168). Seperti pada verba
قأب
ba‘aqa ini, ketika dilakukan tashri>f lugha>wi> pada bentuk ma>dhi> ‘perfek’, mudha>ri’ ‘imperfek’ dan amr ‘imperatif’ tidak mengalami
proses perubahan bentuk. Karena semua bentuk verba tersebut tersusun dari huruf-huruf shachi>ch. Verba yang tersusun atas huruf-huruf shachi>ch tanpa ada huruf yang tadh‘i>f ‘dua huruf yang melebur jadi satu’, maka tidak akan mengalami perubahan bentuk. Maksud dari tidak terjadi perubahan yakni tidak mengalami perubahan bentuk ketika mengikuti standar wazn ‘polanya’ dalam
tashri>f, meskipun ketika disandarkan kepada ism dhami>r (tunggal, dual, plural) (2006: 168). Sebagaimana yang terjadi pada verba jenis shachi>ch mahmu>z ‘ain. Berikut ini tabel proses tashri>f verba ma>dhi> ‘perfek’, mudha>ri’ ‘imperfek’ serta amr ‘imperatif’ dari jenis ini :
Proses Tashri>f ‘Infleksi’ Verba Perfek Shachi>ch Mahmu>z ‘Ain Pola Fa‘ala-Yaf‘ulu
Verba Perfek P.1 Verba Perfek P.2 Verba Perfek P.3
تْقَأَب
اَنْ قَأَب
َتْقَأَب
اَم تْ قَأَب
ْم ُْقَأَب
َقَأَب
اَقَأَب
اْو قَأَب
تْقَأَب
اَم تْ قَأَب
ن تْ قَأَب
ْتَقَأَب
اَتَ قَأَب
َنْقَأَب
Proses Tashri>f ‘Infleksi’ Verba Imperfek Shachi>ch Mahmu>z ‘Ain Pola Fa‘ala-Yaf‘ulu
Verba imperfek P.1 Verba Imperfek P.2 Verba imperfek P.3
ق ؤْ بَأ
ق ؤْ بَ ن
ق ؤْ بَ ت
ناَق ؤْ بَ ت
َنْو ق ؤْ بَ ت
ق ؤْ بَ ي
ناَق ؤْ بَ ي
َنْو ق ؤْ بَ ي
َْي ق ؤْ بَ ت
ناَق ؤْ بَ ت
َنْق ؤْ بَ ت
ق ؤْ بَ ت
ناَق ؤْ بَ ت
َنْق ؤْ بَ ي
Proses Tashri>f ‘Infleksi’ Verba Imperatif Shachi>ch Mahmu>z ‘AinPola Fa‘ala-Yaf‘ulu
Verba Imperatif P. 1 Verba Imperatif P.2 Verba Imperatif P.3
-
ْق ؤب ا
اَق ؤْ ب ا
اْو ق ؤْ ب ا
-ْي ق ؤْ ب ا
اَق ؤْ ب ا
َنْق ؤْ ب ا
D. Proses Perubahan Bentuk Pada Verba Shachic>h Mahmu>z La>m
Dari jenis shachi>ch mahmu>z la>m verba berpola fa‘ala-yaf‘ulu paling banyak terdapat dalam abjad ra>’ dengan jumlah 2 verba. Sebagai contoh verba
jenis ini yaitu verba
أثر
ratsa’a ‘mencampurkan’ (MNWR/1997/Hal: 472). Adapun pada verba jenis shachi>ch mahmu>z la>m ini tidak terdapat variasi perubahan bentuk pada verba yang lain.Data 4 :
أ ثر
ratsa’a ‘mencampurkan’ (MNWR/1997/Hal: 472/Nomor: 18) Pada verba shachi>ch mahmu>z la>m dari jenis fi‘l tsula>tsi>‘triliteral’, semua bentuk verbanya tidak akan mengalami perubahan bentuk (al-Ghula>yaini>, 2006: 168). Seperti pada verbaأثر
ratsa’a ini, ketika dilakukan tashri>f lugha>wi> pada bentuk ma>dhi> ‘perfek’, mudha>ri’ ‘imperfek’ dan amr ‘imperatif’ tidak mengalami proses perubahan bentuk. Karena semua bentuk verba tersebut tersusun dari huruf-huruf shachi>ch. Verba yang tersusun atas huruf-huruf shachi>ch tanpa ada huruf yang tadh‘i>f ‘dua huruf yang melebur jadi satu’, maka tidak akan mengalami perubahan bentuk. Maksud dari tidak terjadi perubahan yakni tidak mengalami perubahan bentuk ketika mengikuti standar wazn ‘polanya’ dalamtashri>f, meskipun ketika disandarkan kepada ism dhami>r (tunggal, dual, plural) (2006: 168)
.
Sebagaimana hal tersebut terjadi pada verba jenis shachi>ch sa>lim danshachi>ch mahmu>z ‘ain. Berikut tabel proses tashri>f verba ma>dhi> ‘perfek’, mudha>ri’ ‘imperfek’ serta amr ‘imperatif’ dari jenis ini :
Proses Tashri>f ‘Infleksi’ Verba Perfek Shachi>ch Mahmu>z La>m Pola Fa‘ala-Yaf‘ulu
Verba Perfek P.1 Verba Perfek P.2 Verba perfek P.3
أَثَر
ُت
َثَر أ
اَن
أَثَر
َت
أَثَر
اَمُت
أَثَر
مُت
أَثَر
َِ
آَثَر
ا وُؤَ ثَر
أَثَر
ِت
أَثَر
اَمُت
أَثَر
نُت
َأَثَر
ت
َأَثَر
اَت
أَثَر
َن
Proses Tashri>f ‘Infleksi’ Verba Imperfek Shachi>ch Mahmu>z La>m Pola Fa‘ala-Yaf‘ulu
Verba Imperfek P.1 Verba Imperfek P.2 Verba Imperfek P.3
ُؤُ ث رَأ
ُؤُ ث رَ ن
ُؤُ ث رَ ت
ِنآُث رَ ت
َن وُؤُ ث رَ ت
ُؤُ ث رَ ي
ِنآُث رَ ي
َن وُؤُ ث رَ ي
َن يِئُث رَ ت
ِنآُث رَ ت
َن ؤُ ث رَ ت
ُؤُ ث رَ ت
ِنآُث رَ ت
ن ؤُ ث رَ ي
Proses Tashri>f ‘Infleksi’ Verba Imperatif Shachi>ch Mahmu>z La>m Pola Fa‘ala-Yaf‘ulu
Verba Imperatif P.1 Verba Imperatif P.2 Verba Imperatif P.3
-
ؤُ ث رُا
آُث رُا
ا وُؤُ ث رُا
E. Proses Perubahan Bentuk Pada Verba Shachi>ch Mudha>‘af
Dari jenis shachi>ch mudha>‘af verba berpola fa‘ala-yaf‘ulu, paling banyak terdapat dalam abjad ba>’ dengan jumlah 16 verba. Sebagai sampel yaitu verba
ثب
batstsa ‘menyiarkan berita’ (MNWR/1997/Hal: 56).Data 6 :
ثب
batstsa ‘menyiarkan berita’ (MNWR/1997/Hal: 56/Nomor: 6) Verba
ثب
batstsa yang merupakan verba shachi>ch mudha>‘af ketika disandarkan pada dhami>r persona singular, dual, dan pluralpada bentuk ma>dhi> ‘perfek’, dia akan mengalami proses perubahan bentuk. Verba tersebut mengalami proses perubahan bentuk yaitu karena terdapat huruf yang tadh‘i>f pada verba tersebut. Diantara bentuk verba ma>dhi> ‘perfek’ dariثب
batstsa yang mengalamiproses perubahan bentuk yaitu verba yang mengikuti pola mengikuti pola
لعف
fa‘ala,َلاَعَ ف
fa‘ala>,اْو لَعَ ف
fa‘alu>,ْتَلَعَ ف
fa‘alat,َاتَلَعَ ف
fa‘alata>.Adapun verba yang tidak mengalami proses perubahan yaitu yang mengikuti polaَنْلَعَ ف
fa‘alna,َتْلَعَ ف
fa‘alta,اَم تْلَعَ ف
fa‘altuma>,ْم تْلَعَ ف
fa‘altum,تْلَعَ ف
fa‘alti,ن تْلَعَ ف
fa‘altunna,تْلَعَ ف
fa‘altu danاَنْلَعَ ف
fa‘alna>, seperti pada verba berikut:َنْثَثَ ب
batsatsna,َتْثَثَ ب
batsatsta,اَم تْثَثَ ب
batsatstuma>,ْم تْثَثَ ب
batsatstum,
تْثَثَ ب
batsatsti,ن تْثَثَ ب
batsatstunna,تْثَثَ ب
batsatstu danاَنْ ثَثَ ب
batsatsna>. Pada verba jenis shachi>ch mudha>‘af bentukperfek tersebut, ketika bersambung dengan dhami>r rafa’ mutacharrikah bentuk verba kembali ke bentuknya yang semula sesuai dengan pola yang diikuti.
يِئُث رُا
آُث رُا
َن ؤُ ثرُا
Karena hal itu, keadaan verba tersebut menjadi tempat tidak bolehnya dilakukan idgha>m. Sebagaimana teori Ghulayainai (2006: 69-70) salah satu tempat dilarang untuk melakukan idgha>m yaitu ketika salah satu huruf yang sejenis itu bersukun bukan dengan sukun asli dikarenakan bertemu dengan dhami>r rafa’ mutacharrikah sedangkan huruf yang pertama berharakat dengan harakat asli. Sebagaimana yang dapat dilihat pada tabel tashri>f verba perfek berikut dan berikuti ini penjelasan verba yang mengalami proses perubahan bentuk :
Proses Tashri>f ‘Infleksi’ Verba Perfek Shachi>ch Mudha>‘af Pola Fa‘ala-Yaf‘ulu Verba Perfek P.1 Verba Perfek P.2 Verba Perfek P.3
تْثَثَ ب
اَنْ ثَثَ ب
َتْثَثَ ب
ْثَثَ ب
اَم ت
ْم تْثَثَ ب
نثَب
انثَ ب
اْوُّ ثَ ب
تْثَثَ ب
اَم تْثَثَ ب
ن تْثَثَ ب
ْتنثَ ب
اَتنثَ ب
َنْثَثَ ب
(7)نثَب
batstsa ‘p3.m.s telah menyiarkan berita’
ثب
batstsa merupakan verba ma>dhi> ‘perfek’ p3.m.s dari jenis fi‘l shachi>ch mudha>‘af asalnyaَثَثَ ب
batsatsa yang mengikuti polaلعف
fa‘ala
.
Proses perubahan bentuk
َثَثَ ب
batsatsa menjadiثب
batstsa yaitu karena terdapat dua huruf tsa>’yang sama-sama berharakat fatchah, saling berdampingan,serta tidak ada pemisah antara keduanya seperti
َثَثَ ب
batsatsa. Maka harakat huruf tsa>’ yang pertama yakni yang menempati la>m fi‘l dihilangkan dengan menjadikannya sukun, sehingga menjadiَث
ْثَ ب
batstsa. Hal itu dilakukan sebagaisyarat menjadikannya idgha>m. Kemudian tsa>’ pertama yang bersukun
diidgha>mkan kepada tsa>’ kedua yang berharakat fatchah yaitu tsa>’ yang menempati la>m fi‘l, sehingga menjadi
ثب
batstsa.
Proses perubahan yang terjadi pada verbaثب
batstsa ini dinamakan dengan al-Idgha>m kabi>r yang hukumnya wajib. }َث َث َب
} {َث ث َب
} {ث َب
{(8)
ا ثب
batstsa> ‘p3.m.d telah menyiarkan berita’ ’ا ثَ ب
batstsa> merupakan verba ma>dhi> ‘perfek’ p3.m.d dari jenis fi‘l shachi>ch mudha>‘af asalnyaاَثَثَ ب
batsatsa>> yang mengikuti polaَلاَعَ ف
fa‘ala>
.
Proses perubahan bentuk
اَثَثَ ب
batsatsa>> menjadiا ثب
batstsa> yaitu karena terdapat dua huruf tsa>’ yang sama-sama berharakat fatchah, saling berdampingan, serta tidak ada pemisah antara keduanya sepertiاَثَثَ ب
batsatsa>>,. Maka harakat huruf tsa>’ yang pertama dihilangkan dengan menjadikannya sukun, sehingga menjadiاَثْثَ ب
batstsa>>. Hal itu dilakukan sebagai syarat menjadikannya idgha>m. Kemudian tsa>’ pertama diidgha>mkan kepada tsa>’ yang kedua, sehingga menjadiا ثب
batstsa>. Perubahan ini dinamakan dengan al-Idgha>mkabi>r yang hukumnya wajib.}
اَث َث َب
} {اَث ث َب
} {ا ث َب
{(9)
اْوُّ ثَ ب
batstsu>
‘p3.m.p telah menyiarkan berita’
اْوُّ ثَ ب
batstsu> merupakanverba ma>dhi> ‘perfek’ p3.m.p dari jenis fi‘l shachi>ch mudha>‘af asalnyaا
ْو ثَثَ ب
batsatsu> yang mengikuti polaاْو لَعَ ف
fa‘alu>.
Proses perubahan bentuk
اْو ثَثَ ب
batsatsu> menjadiاْوُّ ثَ ب
batstsu> yaitu apabila terdapat dua huruf tsa>’ yang saling berdampingan dan sama-sama berharakatdalam keadaan tsa>’ yang pertama berharakat fatchah dan tsa>’ yang kedua berharakat dhammah, seperti
اْو ثَثَ ب
batsatsu>. Maka harakat huruf tsa>’ yang pertama dihilangkan dengan menjadikannya sukun sehingga menjadiاْو ثْثَ ب
batstsu>. Hal itu dilakukan sebagai syarat menjadikannya idgha>m. Kemudian tsa>’ pertama diidgha>mkan kepada tsa>’ yang kedua sehingga menjadiاْوُّ ثَ ب
batstsu>. Proses perubahan ini dinamakan dengan al-Idgha>m kabi>r yang hukumnya wajib.}
ا و ُث َث َب
} {ا و ُث ث َب
} {ا و ُّث َب
{(10)
ْتنثب
batstsat ‘p3.f.s telah menyiarkan berita’ ’ْتنثَ ب
batstsat merupakanverba ma>dhi> ‘perfek’ p3.f.s dari jenis fi‘l shachi>ch mudha>‘af asalnyaْتَثَثَ ب
batsatsat yang mengikuti polaْتَلَعَ ف
fa‘alat
.
Proses perubahan
ْتَثَثَ ب
batsatsat menjadiْتنثَ ب
batstsat yaitu apabila terdapat dua huruf tsa>’ yang sama-sama berharakat fatchah, yang saling berdampingan serta tidak ada pemisah antara keduanya sepertiْتَثَثَ ب
batsatsat, maka harakat huruf tsa>’ yang pertama dihilangkan dengan menjadikannya sukun sehingga menjadiْتَثْثَ ب
batstsat. Hal itu dilakukan sebagai syarat menjadikannya idgha>m. Kemudian tsa>’ pertama diidgha>mkan kepada tsa>’ yang kedua sehingga menjadiْتنثب
batstsat. Perubahan ini dinamakan dengan al-Idgha>m kabi>r yang hukumnya wajib. }َث َب
تَث
} {تَث ث َب
} {ت ث َب
{(11)
اَتنثَ ب
batstsata> ‘p3.f.d telah menyiarkan berita’
اَتنثَ ب
batstsata> merupakanverba ma>dhi> ‘perfek’ p3.f.d dari jenis fi‘l shachi>ch mudha>‘af asalnyaاَتَثَثَ ب
batsatsata> yang mengikuti polaَاتَلَع
َ ف
fa‘alata>.
Proses perubahan
اَتَثَثَ ب
batsatsata> menjadiاَتنثَ ب
batstsata>> yaitu apabila terdapat dua huruf tsa>’ yang sama-sama berharakat fatchah, yang saling berdampingan, serta tidak ada pemisah antara keduanya sepertiاَتَثَثَ ب
batsatsata>, maka harakat huruf tsa>’ yang pertama dihilangkan dengan menjadikannya sukun sehingga menjadiاَتَثْثَ ب
batstsata>. Hal itu dilakukan sebagai syarat menjadikannya idgha>m. Kemudian tsa>’ pertama diidgha>mkan kepada tsa>’ yang kedua sehingga menjadiاَتنثَ ب
batstsata>>.
Proses perubahan ini dinamakan dengan al-Idgha>m kabi>r yang hukumnya wajib.}
اَت َث َث َب
} {اَت َث ث َب
} {اَت ث َب
{Verba
ثب
batstsa yang merupakan verba shachi>ch mudha>‘af. Ketika dilakukan tashri>f lugha>wi> pada bentuk mudha>ri’ ‘imperfek’nya, verba akan mengalami proses perubahan bentuk. Verba tersebut mengalami perubahan bentuk karena terdapat huruf yang tadh‘i>f pada huruf penyusunnya. Sebagaimana hal tersebut dapat dilihat pada tabel proses tashri>f verba imperfek berikut ini serta berikut penjelasan proses perubahan bentuk yang terjadi pada verba tersebut :Proses Tashri>f ‘Infleksi’ Verba Imperfek Shachi>ch Mudha>‘af Pola Fa‘ala-Yaf‘ulu
Verba Imperfek P.1 Verba Imperfek P.2 Verba Imperfek P.3
ُّث بَأ
ُّث بَ ن
ُّث بَ ت
نانث بَ ت
َنْوُّ ث بَ ت
ُّث بَ ي
نانث بَ ي
َنْوُّ ث بَ ي
َْيِّ ث بَ ت
ُّث بَ ت
نانث بَ ت
َنْث ثْبَ ت
نانث بَ ت
َنْث ثْبَ ي
(12)ُّث بَ ي
yabutstsu‘p3.m.s sedang menyiarkan berita’
ُّث بَ ي
yabutstsu merupakan verba mudha>ri’ ‘imperfek’ p3.m.s dari jenis fi‘l shachi>ch mudha>‘af asalnyaث ثْبَ ي
yabtsutsu yang mengikuti polaل عْفَ ي
yaf‘ulu.
Proses perubahan
ث ثْبَ ي
yabtsutsu menjadiُّث بَ ي
yabutstsu yaitu apabila terdapat dua huruf tsa>’ yang sejenis sama-sama berharakat, saling berdampingan dan tidak ada pemisah antara keduanya sepertiث ثْبَ ي
yabtsutsu, maka huruf tsa>’ yang pertama disukunkan dengan memindahkan sukun yang ada pada huruf shachi>ch sebelumnya yakni huruf ba>’ kepada huruf tsa>’ pertama sehingga menjadiثْث بَ ي
yabutstsu. Kemudian huruf tsa>’ yang pertama dengan yang kedua diidgha>mkan sehingga menjadiُّث بَ ي
yabutstsu. Perubahan yang terjadi padaُّث بَ ي
yabutstsu ini dinamakan dengan al-Idgha>m kabi>r yang wajib.}
ُث ُث ب َي
} {ُث ث ُب َي
} {َ ي
ُّثُب
{(13)
نانث بَ ي
yabutstsa>ni ‘p3.m.d sedang memotong’
نانث بَ ي
yabutstsa>ni merupakan verba mudha>ri’ ‘imperfek’ p3.m.d dari jenis fi‘l shachi>ch mudha>‘af asalnyaناَث ثْبَ ي
yabtsutsa>ni yang mengikuti polaنَلا عْفَ ي
yaf‘ula>ni.
Proses perubahan
ناَث ثْبَ ي
yabtsutsa>ni menjadiنانث بَ ي
yabutstsa>ni yaitu apabila terdapat dua huruf tsa>’ yang sejenis sama-sama berharakat, saling berdampingan dan tidak ada pemisah antara keduanya sepertiناَث ثْبَ ي
yabtsutsa>ni, maka huruf tsa>’ yang pertama disukunkan dengan memindahkan sukun yang ada pada hurufsebelumnya yakni huruf ba>’ kepada huruf tsa>’ pertama sehingga menjadi
ناَثْث بَ ي
yabutstsa>ni.
Kemudian huruf tsa>’ yang pertama dengan tsa>’ yang kedua diidgha>mkan sehingga menjadiنا
نث بَ ي
yabutstsa>ni. Perubahan ini dinamakan dengan al-Idgha>mkabi>r yang wajib.}
ِناَث ُث ب َي
} {ِناَث ث ُب َي
} {ِنا ثُبَ ي
{(14)
َنْوُّ ث بَ ي
yabtsutsu>na
‘p3.m.p sedang memotong’
َنْوُّ ث بَ ي
yabutstsu>na merupakan verba mudha>ri’ ‘imperfek’ p3.m.p dari jenis fi‘l shachi>ch mudha>‘af asalnyaَنْو ث ثْبَ ي
yabtsutsu>na yang mengikuti polaَنْو ل عْفَ ي
yaf‘ulu>na.
Proses perubahan
َنْو ث ثْبَ ي
yabtsutsu>na menjadiَنْوُّ ث بَ ي
yabutstsu>na yaitu apabila terdapat huruf yang sejenis sama-sama berharakat, saling berdampingan dan tidak ada pemisah antara keduanya, maka huruf tsa>’ yang pertama disukunkan dengan memindahkan sukun yang ada pada huruf shachi>ch sebelumnya kepada huruf tsa>’ pertama sehingga menjadiَنْو ثْث بَ ي
yabutstsu>na.
Kemudian huruf tsa>’ yang pertama dengan tsa>’ yang kedua diidgha>mkan sehingga menjadiَنْوُّ ث بَ ي
yabutstsu>na. Perubahan ini dinamakan dengan al-Idgha>m kabi>r yang hukumnya wajib. }َن و ُث ُث ب َي
} {َن و ُث ث ُب َي
} {َن وُّ ثُب َي
{(15)
ُّث بَ ت
tabutstsu ‘p3.f.s sedang memotong’
ُّث بَ ت
tabutstsu merupakan verba mudha>ri’ ‘imperfek’ p3.f.s dari jenis fi‘l shachi>ch mudha>‘af asalnyaث ثْبَ ت
tabtsutsu yang mengikuti polaل عْفَ ت
taf‘ulu.
Proses perubahan
ث ثْبَ ت
tabtsutsu menjadiُّث بَ ت
tabutstsu yaitu apabila terdapat huruf yang sejenis sama-sama berharakat, saling berdampingan dan tidak ada pemisah antara keduanya, maka huruf tsa>’ yang pertama disukunkan dengan memindahkan sukun yang ada pada huruf shachi>ch sebelumnya kepada huruf tsa>’ pertama sehingga menjadiثْث بَ ت
tabutstsu.
Kemudian huruf tsa>’ yang pertama dengan yang kedua diidgha>mkan sehingga menjadiُّث بَ ت
tabutstsu
.
Perubahan ini dinamakan dengan al-Idgha>m kabi>r yang hukumnya wajib.}
ُث ُث ب َت
} {ُث ث ُب َت
} {ُّثُبَ ت
{(16)
نانث بَ ت
tabutstsa>ni ‘p3.f.d sedang menyiarkan berita’
نانث بَ ت
tabutstsa>ni merupakanverba mudha>ri’ ‘imperfek’ p3.f.d dari jenis fi‘l shachi>ch mudha>‘af asalnyaناَث ثْبَ ت
tabtsutsa>ni yang mengikuti polaنَلا عْفَ ت
taf‘ula>ni.
Proses perubahan
ناَث ثْبَ ت
tabtsutsa>ni
menjadiنانث بَ ت
tabutstsa>ni
yaitu apabila terdapat dua huruf tsa>’ yang sama-sama berharakat, saling berdampingan dan tidak ada pemisah antara keduanya sepertiناَث ثْبَ ت
tabtsutsa>ni, maka huruf tsa>’ yang pertama disukunkan dengan memindahkan sukun yang ada pada huruf shachi>ch sebelumnya yakni huruf ba>’kepada huruf tsa>’ pertama sehingga menjadiناَثْث بَ ت
tabutstsa>ni.
Kemudian huruf tsa>’ yang pertama dengan yang kedua diidgha>mkan sehingga menjadiنانث بَ ت
tabutstsa>ni.
Perubahan ini dinamakan dengan al-Idgha>mkabi>r yang hukumnya wajib.}
ِناَث ُث ب َت
} {ِناَث ث ُب َت
} {ِنا ثُبَ ت
{(17)
ُّث بَ ت
tabutstsu ‘p2.m.s sedang memotong’ُّث بَ ت
tabutstsu
merupakan verba mudha>ri’ ‘imperfek’ p2.m.s dari jenis fi‘l shachi>ch mudha>‘af asalnyaث ثْبَ ت
tabtsutsu yang mengikuti polaل عْفَ ت
taf‘ulu.
Proses perubahan
ث ثْبَ ت
tabtsutsu menjadiُّث بَ ت
tabutstsu yaitu apabila terdapat huruf yang sejenis sama-sama berharakat, saling berdampingan dan tidak ada pemisah antara keduanya, maka huruf tsa>’ yang pertama disukunkan dengan memindahkan sukun yang ada pada huruf shachi>ch sebelumnya kepada huruf tsa>’ pertama sehingga menjadiثْث بَ ت
tabutstsu.
Kemudian huruf tsa>’ yang pertama dengan yang kedua diidgha>mkan sehingga menjadiُّث بَ ت
tabutstsu.
Perubahan ini dinamakan dengan al-Idgha>m kabi>r yang hukumnya wajib.}
ُث ُث ب َت
}
{ُث ث ُب َت
}
{ُّثُبَ ت
{
(18)
نانث بَ ت
tabutstsa>ni
‘p2.n.d sedang menyiarkan berita’
نانث بَ ت
tabutstsa>ni merupakan
verba mudha>ri’ ‘imperfek’ p2.n.d dari jenis fi‘l shachi>ch mudha>‘af asalnyaناَث ثْبَ ت
tabtsutsa>ni yang mengikuti polaنَلا عْفَ ت
taf‘ula>ni.
Proses perubahan
ناَث ثْبَ ت
tabtsutsa>ni menjadiنانث بَ ت
tabutstsa>ni yaitu apabila terdapat dua huruf tsa>’ yang sama-sama berharakat, saling berdampingan dan tidak ada pemisah antara keduanya sepertiناَث ثْبَ ت
tabtsutsa>ni, maka huruf tsa>’ yang pertama disukunkan dengan memindahkan sukun yang ada pada huruf shachi>ch sebelumnya yakni huruf ba>’kepada huruf tsa>’ pertama sehingga menjadiناَثْث بَ ت
tabutstsa>ni.
Kemudian huruf tsa>’ yang pertama dengan yang keduadiidgha>mkan sehingga menjadi
نانث بَ ت
tabutstsa>ni.
Perubahan ini dinamakan dengan al-Idgha>m kabi>r yang hukumnya wajib.}
ِناَث ُث ب َت
} {ِناَث ث ُب َت
} {ِنا ثُبَ ت
{(19)
َنْوُّ ث بَ ت
tabutstsu>na ‘p2.m.p sedang menyiarkan berita’
َنْوُّ ث بَ ت
tabutstsu>na merupakan verba mudha>ri’ ‘imperfek’ p2.m.p dari jenis fi‘l shachi>ch mudha>‘af asalnyaَنْو ث ثْبَ ت
tabtsutsu>na yang mengikuti polaَنْو ل عْفَ ت
taf‘ulu>na.
Proses perubahan
َنْو ث ثْبَ ت
tabtsutsu>na menjadiَنْوُّ ث بَ ت
tabutstsu>na yaitu apabila terdapat dua huruf tsa>’ yang sejenis sama-sama berharakat dan tidak ada pemisah antara keduanya, maka huruf tsa>’ yang pertama disukunkan dengan memindahkan sukun yang ada pada huruf shachi>ch sebelumnya yakni huruf ba>’ kepada huruf tsa>’ pertama sehingga menjadiَنْو ثْث بَ ت
tabutstsu>na
.
Kemudian huruf tsa>’ yang pertama dengan yang kedua diidgha>mkan sehingga menjadiَنْوُّ ث بَ ت
tabutstsu>na.
Perubahan ini dinamakan dengan al-Idgha>m kabi>r yang hukumnya wajib. }َن وُ ث ُث ب َت
}
{َن و ُث ث ُب َت
}
{َن وُّ ثُبَ ت
{
(20)
َْيِّ ثت بَ ت
tabutstsi>na ‘p2.f.s sedang menyiarkan berita’َْيِّ ث بَ ت
tabutstsi>na merupakan verba mudha>ri’ ‘imperfek’ p2.f.s dari jenis fi‘l shachi>ch mudha>‘af asalnyaَْي ث ثْبَ ت
tabtsutsi>na yang mengikuti polaَْي ل عْفَ ت
taf‘uli>na.
Proses perubahan
َْي ث ثْب
َ ت
tabtsutsi>na menjadiَْيِّ ث بَ ت
tabutstsi>na yaitu apabila terdapat dua huruf tsa>’ yang sejenis sama-sama berharakat, saling berdampingandan tidak ada pemisah antara keduanya seperti
َْي ث ثْبَ ت
tabtsutsi>na, maka huruf tsa>’ yang pertama disukunkan dengan memindahkan sukun yang ada pada huruf shachi>ch sebelumnya yakni huruf ba>’ kepada huruf tsa>’ pertama sehingga menjadiَْي ثْث بَ ت
tabutstsi>na.
Kemudian karena huruf tsa>’ yang pertama diidgha>mkan kepada huruf tsa>’ yang kedua sehingga menjadiَْيِّ ث بَ ت
tabutstsi>na.
Perubahan ini dinamakan dengan al-Idgha>mkabi>r yang hukumnya wajib.
}
َن ي ِث ُث ب َت
} {َن ي ِث ث ُب َت
} {َن يِّ ثَ ت
{(21)
ُّث بَأ
'abutstsu ‘p1.n.s sedang menyiarkan berita’
ُّث بَأ
'abutstsu merupakan verba mudha>ri’ ‘imperfek’ p1.n.s dari jenis fi‘l shachi>ch mudha>‘af asalnyaث ثْ بأ
'abtsutsu yang mengikuti polaل عْ ف
َأ
'af‘ulu
.
Proses perubahan
ث ثْ بأ
'abtsutsu menjadiُّث بَأ
'abutstsu yaitu apabila terdapat huruf tsa>’ yang sama-sama berharakat, saling berdampingan dan tidak ada pemisah antara keduanya sepertiث ثْ بأ
'abtsutsu, maka huruf tsa>’ yang pertama disukunkan dengan memindahkan sukun yang ada pada huruf shachi>ch sebelumnya yakni huruf ba>’ kepada huruf tsa>’ pertama sehingga menjadiثْث بأ
'abutstsu. Kemudian huruf tsa>’ yang pertama dengan yang kedua diidgha>mkan sehingga menjadiُّث بَأ
'abutstsu.
Perubahan ini dinamakan dengan al-Idgha>m kabi>r yang hukumnya wajib.}
ُث ُث بأ
} {ُث ث ُبأ
} {ُّثُبَأ
{(22)
ُّث بَ ن
nabutstsu ‘p1.n.p sedang menyiarkan berita’ُّث بَ ن
nabutstsu merupakan verba mudha>ri’ ‘imperfek’ p1.n.p dari jenis fi‘l shachi>ch mudha>‘af asalnyaث ثْبَ ن
nabtsutsu yang mengikuti polaل عْفَ ن
naf‘ulu.
Proses perubahan
ث ثْبَ ن
nabtsutsu menjadiُّث بَ ن
nabutstsu yaitu apabila terdapat dua huruf tsa>’ yang sama-sama berharakat, saling berdampingan dan tidak ada pemisah antara keduanya sepertiث ثْبَ ن
nabtsutsu, maka huruf tsa>’ yang pertama disukunkan dengan memindahkan sukun yang ada pada huruf shachi>ch sebelumnya yakni huruf ba>’ kepada huruf tsa>’ pertama sehingga menjadiثْث بَ ن
nabtsutsu.
Kemudian huruf tsa>’ yang pertama dengan yang kedua diidgha>mkan sehingga menjadiُّث بَ ن
nabutstsu.
Perubahan ini dinamakan dengan al-Idgha>m kabi>r yang wajib.}
ُث ُث ب َن
} {ُث ث ُب َن
} {ُّثُبَ ن
{Adapun verba
ثب
batstsa ketika berbentuk mudha>ri’ ‘imperfek’ dan mengikuti polaنلعفي
yaf‘ulna danنلعفت
taf‘ulna dia tidak akan mengalami proses perubahan bentuk. Karena pada verba tersebut ada salah satu tempat tidak bolehnya melakukan idgha>m. Sebagaimana teori Ghulayainai (2006: 69-70) salah satu tempat dilarang untuk melakukan idgha>m yaitu ketika salah satu huruf yang sejenis itu bersukun bukan dengan sukun asli dikarenakan bertemu dengan dhami>r rafa’ mutacharrikah sedangkan huruf yang pertama berharakat dengan harakat asli. Seperti pada verba imperfek shachi>ch mudha‘af berikut:َنْث ثْبَ ي
yabtsutsna dan
َنْث ثْبَ ت
tabtsutsna dhami>r rafa’ mutacharrikah tersebut berupa nu>n niswah.Verba
ثب
batstsa ketika berbentuk amr ‘imperatif’ dan dilakukan tashri>f lugha>wi> pada bentuk amr ‘imperatif’nya, semua verba mengalami perubahan bentuk dari pola dasanya kecuali verba yang mengikuti polaَنْل عْ ف ا
'uf‘ulna, yakniَنْث ثْ ب ا
'ubtsutsna ‘rindukanlah p2.f.p’. Pada verba tersebut tidak terjadi perubahanbentuk yaitu karena pada verba tersebut ada salah satu tempat tidak bolehnya
melakukan idgha>m. Sebagaimana teori Ghula>yainai> (2006: 69-70) salah satu tempat dilarang untuk melakukan idgha>m yaitu ketika salah satu huruf yang sejenis itu bersukun bukan dengan sukun asli dikarenakan bertemu dengan dhami>r rafa’ mutacharrikah sedangkan huruf yang pertama berharakat dengan harakat asli. Sebagaimana hal tersebut dapat dilihat pada tabel tashri>f verba bentuk amr ‘imperatif’ berikut serta berikut penjelasan verba yang mengalami perubahan bentuk :
Proses Tashri>f ‘Infleksi’ Verba Imperatif Shachi>ch Mudha>‘af Pola Fa‘ala-Yaf‘ulu
Verba Imperatif P.1 Verba Imperatif P.2 Verba Imperatif P.3
-
نث ب
انث ب
ْوُّ ث ب
ا
-ْيِّث ب
انث ب
َنْث ثْ ب ا
(23)
نث ب
butstsa ‘siarkanlah berita p2.m.s’نث ب
butstsa merupakan verba amr ‘imperatif’ p1.n.p dari jenis fi‘l shachi>ch mudha>‘af. Verba amrنث ب
butstsa, merupakan bentukan dari verbamudha>riث ثْبَ ت
tabtsutsu. Untuk menjadi bentuk amrنث ب
butstsa, maka huruf mudha>ra‘ah yang ada di awal kata pada verbaث ثْبَ ت
tabtsutsu dihapus, kemudian ditambahkan hamzah washl yang berharakat dhammah, sehinggamenjadi
ث ثْ ب ا
'ubtsutsu. Karena verba ini termasuk verba verba amr ‘imperatif’ p1.n.p dari jenis shachi>ch mudha>‘af, maka keadaan mabni sukun verba ini yaitu dengan fatchah karena lebih ringan, sehingga menjadiَث ثْ ب ا
'ubtsutsa. Kemudian karena terdapat dua huruf tsa>’ yang sejenis berkumpul dalam satu kata dan sam-sama berharakat, maka harakat dhammah pada huruf tsa>’ yang pertama dipindah kepada huruf shachi>ch sebelumnya yakni huruf ba>’ hal ini dilakukan sebagai syarat idgha>m sehingga menjadiَثْث ب ا
'ubutstsa.
Kemudian huruf tsa>’ yang pertama diidgha>mkan pada tsa>’ yang kedua sehingga menjadiنث ب ا
'ubutstsa. Pada
bentukنث ب ا
'ubutstsa hamzah washl dihapus karena huruf yang terletak setelahhamzah wahsl berupa huruf yang berharakat, sehingga menjadi
نث ب
butstsa.
Hamzah washl pada fi‘l amr hanya digunakan ketika huruf yang menempati posisi fa>’ fi’l berupa huruf yang bersukun. Proses perubahan yang terjadi pada verba ini dinamakan dengan al-Idgha>m kabi>r yang hukumnya diperbolehkan. Hal itu sebagaimana teori al-Ghula>yaini> yaitu apabila fa>’ fi‘l suatu verba dibaca dhammah, maka huruf yang diidgha>mkan boleh dibaca dengan dengan dhammah, fatchah, ataupun kasrah. Adapun menurut pendapat yang kuat yakni membacanya dengan fatchah atau dengan dhammah (2006:68).}
ُثُث بَ ت
{ }ُثُث ب)َت(
{ }ُثُث بُا
{ }َثُث بُا
{
}َث ُث بُأ
{ }َث ث ُبُأ
{ }ثُبُأ
{ }(
ُأ
)
ثُب
{ }ثُب
{(24)
اَُنث ب
butstsa> ‘siarkanlah berita p2.n.d’اَُنث ب
butstsa> merupakan verba amr ‘imperatif’ p1.n.p dari jenis fi‘l shachi>ch mudha>‘af. Verba amrانث ب
butstsa>, merupakan bentukan dari verba mudha>ri’ناَث ثْبَ ت
tabtsutsa>ni. Untuk menjadi bentuk amrانث ب
butstsa>, maka hurufmudha>ra‘ah yang ada di awal kata pada verba
ناَث ثْبَ ت
tabtsutsa>ni dihapus. Kemudian ditambahkan hamzah washl yang berharakat dhammah, sehingga menjadiناَث ثْ ب ا
'ubtsutsa>ni. Karena verba ini termasuk verba amr ‘imperatif’ p1.n.p dari jenis shachi>ch mudha>‘af, maka keadaan mabni sukun verba ini yaitu dengan menghapus atau melesapkan huruf nu>n yang ada di akhir kata, sehingga menjadiاَث ثْ ب ا
'ubtsutsa> yang mengikuti polaَلا عْ ف ا
'uf‘ula>.
Kemudian karena terdapat dua huruf tsa>’yang sejenis berkumpul dalam satu kata dan yang pertama berharakat sedang yang kedua bersukun atau mati, maka harakat huruf tsa>’ yang pertama dipindah ke shachi>ch sebelumnya yakni huruf ba>’. Hal ini dilakukan sebagai syarat idgha>m sehingga menjadiاَثْث ب ا
'ubutstsa>.
Kemudian huruf tsa>’ pertama diidgha>mkan pada tsa>’ yang kedua sehingga menjadiانث ب ا
'ubutstsa>. Pada bentukانث ب ا
'ubutstsa> hamzah washl dihapus karena huruf yang terletak setelahhamzah wahsl berupa huruf yang berharakat, sehingga menjadi
انث ب
butstsa>.Hamzah washl pada fi‘l amr hanya digunakan ketika huruf yang menempati posisi fa>’ fi’l berupa huruf yang bersukun. Proses perubahan yang terjadi pada verba ini dinamakan dengan al-Idgha>m kabi>r yang hukumnya diperbolehkan. Hal
itu sebagaimana teori al-Ghula>yaini> yaitu apabila fa>’ fi‘l suatu verba dibaca dhammah, maka huruf yang diidgha>mkan boleh dibaca dengan dengan dhammah, fatchah, ataupun kasrah. Adapun menurut pendapat yang kuat yakni membacanya dengan fatchah atau dengan dhammah (2006:68).
}
ناَثُث بَ ت
{ }(
َت
)
ناَثُث ب
{ }ناَثُث بُا
{ }اَثُث بُا
(
ن
)
{ }اَثُث بُا
{ }اَث ُث بُا
} {اَث ث ُبُا
} {ا ث ُبُا
)
} {ُا
(
ا ث ُب
} {ا ثُ ب
{(25)
اوُّث ب
butstsu>‘siarkanlah berita p2.m.p’
اوُّث ب
butstsu> merupakan verba amr ‘imperatif’ p2.m.p dari jenis fi‘l shachi>ch mudha>‘af. Verba amrاوُّث ب
butstsu> merupakan bentukan dari verba mudha>riَنْو ث ثْبَ ت
tabtsutsu>na. Untuk menjadi bentuk fi‘l amrاوُّث ب
butstsu>, maka huruf mudha>ra‘ah yang ada di awal kata pada verbaَنْو ث ثْبَ ت
tabtsutsu>na dihapus. Kemudian ditambahkan hamzah washl yang berharakat dhammah, sehingga menjadiَنْو ث ثْ ب ا
'ubtsutsu>na. Karena verba ini termasuk verba amr ‘imperatif’ p2.m.p dari jenis shachi>ch mudha>‘af, maka keadaan mabni sukun verba ini yaitu dengan menghapus huruf nu>n atau melesapkannya, sehingga menjadiاْو ث ثْ ب ا
'ubtsutsu> yang mengikuti polaاْو ل عْ ف ا
'uf‘ulu>
.
Kemudian karena pada verba bentukاْو ث ثْ ب ا
'ubtsutsu> terdapat dua huruf tsa>’ yang berkumpul dalam satu kata, saling berdampingan dalam keadaan huruf tsa>’ yang pertama berharakat sedang yang kedua bersukun atau mati, maka harakat huruf tsa>’ yang pertama dipindah pada huruf shachi>ch sebelumnya yakni huruf ba>’. Hal ini dilakukan sebagai syarat idgha>m sehingga menjadiاْو ثْث ب ا
'ubutstsu>.
Kemudian huruf tsa>’ yang pertama diidgha>mkan pada tsa>’ yang kedua sehingga menjadiاوُّث ب ا
'ubutstsu>. Pada bentukاوُّث ب ا
'ubutstsu>, hamzah washl dihapus karena huruf yang terletak setelah hamzah wahsl berupa huruf yang berharakat, sehingga menjadiاوُّث ب
butstsu>.
Hamzah washl pada fi‘lamr hanya digunakan ketika huruf yang menempati posisi fa>’ fi’l berupa huruf yang bersukun. Proses perubahan yang terjadi pada verba ini dinamakan dengan al-Idgha>m kabi>r yang hukumnya diperbolehkan. Hal itu sebagaimana teori al-Ghula>yaini> yaitu apabila fa>’ fi‘l suatu verba dibaca dhammah, maka huruf yang diidgha>mkan boleh dibaca dengan dengan dhammah, fatchah, ataupun kasrah.
Adapun menurut pendapat yang kuat yakni membacanya dengan fatchah atau dengan dhammah (2006:68). }
ن وُ ثُث بَ ت
{ }(
َت
)
ن وُ ثُث ب
{ }ن وُ ثُث ب
{ }ن وُ ثُث بُا
{ }وُ ثُث بُا
(
ن
)
{ }ا وُ ثُث بُا
{
}ا و ُث ُث بُا
} {ا و ُث ث ُبُا
} {اوُّث ُبُا
)
} {ُأ
(
اوُّث ُب
} {اوُّث ُب
{(26)
ْيِّث ب
butstsi>
‘siarkanlah berita’ p2.f.s’ْيِّث ب
butstsi> merupakan verba amr ‘imperatif’ p2.f.s dari jenis fi‘l shachi>ch mudha>‘af.Verba amrْيِّث ب
butstsi>, merupakan bentukan dari verba mudha>ri’
َْي ث ثْبَ ت
tabtsutsi>na. Untuk menjadi bentuk amrْيِّث ب
butstsi>, maka huruf mudha>ra‘ahyang ada di awal kata pada verbaَْي ث ثْبَ ت
tabtsutsi>na dihapus. Kemudian ditambahkanhamzah washl yang berharakat dhammah, sehingga menjadi
َْي ث ثْ ب ا
'ubtsutsi>na. Karena verba ini termasuk verba amr ‘imperatif’ p2.f.s dari jenis shachi>ch mudha>‘af, maka keadaan mabni sukun verba ini yaitu dengan menghapus atau melesapkan huruf nu>n yang ada di akhir kata, sehingga menjadiْي ث ثْ ب ا
'ubtsutsi> yang mengikuti polaْي ل عْ ف ا
uf‘uli>. Kemudian karena terdapat dua huruf yang sejenis berkumpul dalam satu kata dan yang pertama berharakat sedang yang kedua bersukun atau mati, maka harakat huruf tsa>’ yang pertama dipindah pada huruf sebelumnya yakni huruf ba>’. Hal ini dilakukan sebagai syarat idgha>m sehingga menjadiْي ثْث ب ا
'ubutstsi>.
Kemudian huruf tsa>’ yang pertama diidgha>mkanpada tsa>’ yang kedua sehingga menjadi
ْيِّث ب ا
'ubutstsi>. Pada bentukْيِّث ب ا
'ubutstsi> hamzah washl dihapus karena huruf yang terletak setelah hamzah wahsl berupa huruf yang berharakat, sehingga menjadiْيِّث ب
butstsi>.
Hamzah washl pada fi‘lamr hanya digunakan ketika huruf yang menempati posisi fa>’ fi’l berupa huruf yang bersukun.Perubahan yang terjadi pada verba ini dinamakan dengan
Idgha>m kabi>r yang hukumnya diperbolehkan. Hal itu sebagaimana teori al-Ghula>yaini> yaitu apabila fa>’ fi‘l suatu verba dibaca dhammah, maka huruf yang diidgha>mkan boleh dibaca dengan dengan dhammah, fatchah, ataupun kasrah. Adapun menurut pendapat yang kuat yakni membacanya dengan fatchah atau dengan dhammah (2006:68). }
َن يِثُث بَ ت
{ }(
َت
)
َن يِثُث ب
{ }َن يِثُث بُا
{ }يِثُث بُا
(
ن
)
{ }يِثُث بُا
{
}ي ِث ُث بُا
} {ي ِث ث ُبُا
} {يِّث ُبُا
} {(
ا
)
يِّثُ ب
} {يِّثُ ب
{Adapun pada verba berpola fa‘ala-yaf‘ulu jenis shachi>ch mudha>‘af ini terdapat variasi perubahan bentuk pada verba yang fa>’ fi‘lnya berupa huruf
hamzah. Variasi perubahan bentuk tersebut ketika verba berbentuk amr
‘imperatif’. Sebagai sampel verba yang berasal dari abjad alif yaitu verba
نبَأ
'abba ‘rindu’ (MNWR/1997/Hal:1).Data 6 :
بَأ
'abba ‘rindu’ (MNWR/1997/Hal:1/Nomor: 1)
Proses perubahan bentuk pada verba dasar
نبَأ
'abba ketika disandarkan
dhami>r persona singular, dual dan plural pada bentuk ma>dhi> ‘perfek’ dan mudha>ri’ ‘imperfek’ sama dengan proses yang terjadi pada verba bentuk ma>dhi> ‘perfek’ dan mudha>ri’ ‘imperfek’ dari verba
ثب
batstsa. Variasi proses perubahan bentuk tersebut yaitu ketika verba berbentuk amr ‘imperatif’. Sebagaimana yang dapat dilihat pada tabel proses tashri>f verba bentuk perfek, imperfek dan imperitif dari verbaنبَأ
'abba berikut ini :
Proses Tashri>f ‘Infleksi’ Verba Perfek Shachi>ch Mudha>‘af Pola Fa‘ala-Yaf‘ulu Verba Perfek P. Verba Perfek P.2 Verba Perfek P.3
تْبَ بَأ
اَنْ بَ بَأ
َتْبَ بَأ
اَم تْبَ بَأ
ْم تْبَ بَأ
نبَأ
انبَأ
اْوُّ بأ
تْبَ بَأ
اَم تْبَ بَأ
ن تْبَ بَأ
ْتنبَأ
اَتن بَأ
َْبَ بَأ
Proses Tashri>f ‘Infleksi’ Verba Imperfek Shachi>ch Mudha>’afPola Fa‘ala-Yaf‘ulu
Verba Imperfek P.1 Verba Imperfek P.2 Verba Imperfek P.3
ُّبُؤَأ
ُّبُؤَ ن
ُّبُؤَ ت
ِنا بُؤَ ت
َن وُّ بُؤَ ت
ُّبُؤَ ي
ِنا بُؤَ ي
َن وُّ بُؤَ ي
َن يِّ بُؤَ ت
ِنا بُؤَ ت
َن بُ ب أَت
ُّبُؤَ ت
ِنا بُؤَ ت
َن بُ ب أَي
Adapun untuk verba bentuk amr ‘imperatif’ jenis ini, ketika telah dilakukan tashri>f lugha>wi> pada bentuk amr ‘imperatif’nya, semua mengalami proses
dua huruf hamzah yang satu berharakat dan yang lainnya bersukun yang saling berdampingan yang menyebabkan penggantian dari huruf shachi>ch menjadi huruf
‘illah wau. Sebagaimana hal itu dapat dilihat pada tabel proses tashri>f verba imperatif berikut ini serta berikut penjelasan proses perubahan bentuk yang terjadi pada verba tersebut :
Proses Tashri>f ‘Infleksi’ Verba Imperatif Shachi>ch Mudha>‘af Pola Fa‘ala-Yaf‘ulu
Verba Imperatif P.1 Verba Imperatif P.2 Verba Imperatif P.3
-
ْب بْو ا
اَب بْو ا
اْو ب بْو ا
-ْ ب بْو ا
اَب بْو ا
َْب بْو ا
(27)ْب بْو ا
'u‘bb
‘rindukanlah p2.m.s’ْب بْو ا
'u>bub merupakanverba amr ‘imperatif’ p2.m.sdarijenisfi‘l shachi>ch mudha>‘af. Verba amrْب بْو ا
'u>bub, merupakan bentukan dari verba mudha>riب بْأَت
ta‘bubu. Untuk menjadi bentuk amrْب بْو ا
'u>bub, maka huruf mudha>ra‘ah yang ada di awal kata dihapus kemudian ditambahkan hamzah washl yang berharakatdhammah, sehingga menjadi