• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORITIS. Mohammad, (2007;3) mendefinisikan pajak sebagai berikut : Definisi tersebut dapat dikembangkan menjadi :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORITIS. Mohammad, (2007;3) mendefinisikan pajak sebagai berikut : Definisi tersebut dapat dikembangkan menjadi :"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Pajak

1. Pengertian Pajak

Mohammad, (2007;3) mendefinisikan pajak sebagai berikut :

Pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.

Definisi tersebut dapat dikembangkan menjadi :

Pajak adalah peralihan kekayaan dari sektor swasta ke sektor publik berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat imbalan yang secara langsung dapat ditunjukkan, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum dan yang digunakan sebagai alat pendorong, penghambat atau pencegah untuk mencapai tujuan yang ada di luar bidang keuangan Negara.

Dalam undang-undang No. 28 Tahun 2007 mendefinisikan :

Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

(2)

2. Ketentuan Umum Perpajakan

Sesuai dengan pasal 1 undang-undang nomor 6 tahun 2000, terdapat beberapa pengertian yang terkait dengan ketentuan umum pajak yang diatur dalamKUP antara lain sebagai berikut:

a. Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak. b. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas,

perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, firma, kongsi, koperasi, yayasan , lembaga, dana pension, bentuk usaha tetap, serta bentuk badan usaha lainnya.

c. Masa pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan satu bulan takwim kecuali ditetapkan lain oleh menteri keuangan.

d. Tahun pajak adalah jangka waktu satu tahun takwim atau tahun kalender, kecuali bila wajib pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwim.

e. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam masa pajak, dalam tahun pajak, atau dalam bagian ntahun pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

(3)

3. Konsep Pajak Penghasilan (PPh)

Konsep Pajak Penghasilan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu konsep penghasilan (concept of income), konsep penghasilan global (world wide income) dan konsep self assessment.

1. Konsep Penghasilan (Concept of Income)

Sesuai konsep accreation, penghasilan timbul bila ada tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh oleh Subjek Pajak dengan nama dan bentuk apapun. Dalam hal ini penghasilan dapat timbul dari kegiatan usaha (business profit), pekerjaan(employment income), modal (capital income) dan lain-lain (other income).

2. Konsep Penghasilan global (World Wide Concept)

Sebagai Negara yang berdaulat, suatu Negara memiliki kewenangan untuk menentukan cakupan hak pemajakannya atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh penduduknya (resident tax payers) maupun bukan penduduknya (non resident taxpayer) yang timbul di wilayah jurisdiksinya.

Apabila hak pemajakannya diberlakukan atas penghasilan global, maka disebut konsep pemajakan penghasilan global (world wide income concept). Sebaliknya, apabila hak pemajakannya dibatasi hanya atas penghasilan yang timbul dari wilayah jurisdiksinya, maka hal ini disebut territorial income concept.

Jika kita melihat implementasi kedua konsep ini dalam ketentuan PPh kita, maka world wide income concept berlaku terhadap Wajib Pajak dalam

(4)

negeri, sedangkan territorial income concept berlaku terhadap wajib pajak luar negeri.

3. Konsep Self Assessment

Sesuai self assessment, besarnya pajak terutang dihitung sendiri oleh Wajib Pajak dan kemudian dilaporkan dengan mengisi SPT. Untuk memberikan kepastian hukum (legal certainty), jumlah pajak yang terutang yang dilaporkan tersebut dianggap benar. Sebelumnya Indonesia pernah menerapkan official assessment system dimana besarnya pajak yang terutang ditetapkan oleh fiskus.

B. Pengertian Akuntansi dan Pembukuan Bagi Perpajakan

1. Pengertian Akuntansi

Peranan akuntansi dalam dunia bisnis sangat penting karena akuntansi memberikan informasi yang dapat digunakan manajer untuk menjalankan operasi perusahaan. Akuntansi juga memberikan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahui kinerja ekonomi dan kondisi perusahaan.

Definisi akuntansi pada dasarnya dapat ditinjau dari dua segi, yaitu dari segi prosesnya dan dari segi fungsinya.

Dari segi prosesnya, “Akuntasi adalah proses identifikasi, pengukuran, pencatatan, penggolongan, pelaporan, dan penganalisisan transaksi-transaksi keuangan suatu organisasi secara sistematis”Munawir(2002:7), sedangkan dari segi fungsinya, Akuntansi adalah alat komunikasi antara informasi akuntansi suatu organisasi dengan pihak manajemen dan pihak-pihak yang berkepentingan di luar organiasasi atau perusahaan” Munawir(2002:7).

(5)

Dari kedua definisi tersebut, definisi akuntansi secara umum menurut Munawir (2002:7) sebagai berikut :

Akuntansi adalah suatu system yang mengukur aktivitas bisnis, memproses informasi-informasi menjadi suatu laporan, dan mengkomunikasikan temuan-temuan tersebut kepada pengambil keputusan.

Perbedaan akuntansi keuangan dengan akuntansi pajak menurut Mohammad (2005:18), yaitu sebagai berikut :

Akuntansi merupakan kegiatan jasa yang berfungsi menyajikan informasi kuantitatif mengenai suatu entitas ekonomi sebagai dasar untuk mengambil suatu keputusan ekonomis terhadap beberapa alternative yang tersedia, sedangkan akuntansi pajak merupakan bagian dari akuntansi yang berhubungan dengan penyajian informasi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan.

Informasi kuantitatif yang dikategorikan sebagai informasi akuntansi, apabila informasi kuantitatif tersebut dapat diukur dan dinyatakan dalam bentuk uang. Data berkenaan dengan umur pegawai, lamanya pengalaman kerja, walaupun termasuk dalam informasi kuantitatif, akan tetapi tidak dapat dikategorikan sebagai informasi akuntansi, karena tidak dapat diukur dengan uang.

Fungsi akuntansi bagi perpajakan yaitu sebagai alat yang digunakan untuk penentuan besarnya pajak yang terutang, oleh karena akuntansi pajak ditujukan untuk menyajikan informasi yang berkenaan dengan perpajakan, maka metode, prosedur, dan teknik pembukuannya sangat dipengaruhi oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,maka apabila dianggap perlu perusahaan harus menyelenggarakan pembukuan secara terpisah untuk tujuan pajak. Namun dalam praktek, sebagian besar perusahaan hanya menyelenggarakan satu

(6)

pembukuan, dan untuk menentukan besarnya laba kena pajak dilakukan dengan cara melakukan koreksi fiskal positif maupun koreksi fiskal negative terhadap laba akuntansi.

2. Pengertian Pembukuan

Pengertian dari Pembukuan menurut Undang-Undang Perpajakan No. 16 Tahun 2000 Pasal 1 ayat (26) dalam Liberty (2002:57), menyatakan bahwa:

Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi yang meliputi keadaan harta, kewajiban, modal, dan penghasilan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa yang ditutup dengan menyusul laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi pada setiap tahun pajak berakhir.

Pembukuan atau pencatatan harus :

a. diselenggarakan dengan itikad baik dan mencerminkan keadaan usaha sebenarnya,

b. diselenggarakan di Indonesia,

c. menggunakan huruf latin dan angka arab,

d. menggunakan satuan mata uang rupiah dan mata uang asing yang diizinkan oleh Menteri keuangan,

e. dalam bahasa Indonesia atau bahasa asing yang diizinkan Menteri Keuangan,

f. diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan accrual basis atau cash basis. Perubahan atas metode pembukuan atau pencatatan harus mendapat persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak.

(7)

Pembukuan / pencatatan serta dokumen-dokumen lain harus disimpan selama 10 tahun. Tempat penyimpanan dokumen tersebut untuk wajib Pajak orang pribadi di tempat kegiatan atau tempat tinggal dan untuk Wajib Pajak Badan di tempat kedudukan.

Penyelenggaraan Pembukuan yang baik akan dapat menyajikan keterangan lengkap dan terinci mengenai semua transaksi yang dilakukan dan memberikan manfaat antara lain:

a. mempermudah para Wajib Pajak dalam pengisian Surat Pemberitauan (SPT) Tahunan PPh.

b. mempermudah perhitungan dan besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP)

c. dapat mengetahui posisi keuangan serta hasil kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak.

d. pimpinan perusahaan ataupun pemegang saham atau pemilik akan dapat mempelajari kegiatan-kegiatan yang dapat memberikan hasil ataupun kegiatan-kegiatan yang kurang atau tidak memberikan hasil.

C. Laporan Keuangan Fiskal

Laporan Keuangan Fiskal adalah Laporan yang disusun khusus untuk kepentingan perpajakan dengan mengindahkan semua peraturan perpajakan”(Sophar, 2006:67).

Dalam menyusun Laporan Keuangan Fiskal maka hal-hal yang perlu tercakup dalam laporan Keuangan Fiskal terdiri dari :

(8)

1. Neraca Fiskal adalah Laporan yang menggambarkan posisi keuangan yang terdiri dari harta, uang dan modal pada tanggal penutupan buku yang disusun dari pembukuan Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dan sesuai dengan Prinsip Akuntansi Indonesia.

2. Perhitungan Rugi-Laba Fiskal adalah Laporan yang menggambarkan hasil usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak selama satu tahun pajak, yang disusun dari pembukuan Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dan dengan Prinsip Akuntansi Indonesia. 3. Penjelasan Laporan Keuangan Fiskal.

4. Rekonsiliasi Laporan Keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal. Laporan Keuangan fiskal dapat berbeda dengan laporan keuangan komersial. Perbedaan tersebut terjadi karena perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya.

5. Ikhtisar Kewajiban Pajak

D. Penghasilan

1. Termasuk Objek Pajak Penghasilan

Menurut Undang-undang No. 36 tahun 2008 pasal 4 ayat (1) menyebutkan, Yang dimaksud objek pajak adalah penghasilan. Penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah

(9)

kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan bentuk apapun.

Yang termasuk dalam pengertian penghasilan adalah

a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan, atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pension, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini.

b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dari penghargaan. c. Laba usaha

d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk : 1. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseorangan,

persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal,

2. Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang saham sekutu, atau anggota,

3. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,pemecahan atau pengambilalihan usaha.

4. Keuntungan karena pengalihan usaha berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan social atau pengusaha kecil termasuk

(10)

koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha pekerjaan, kepemilikanm atau penguasaaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.

e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya

f. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan lain karena jaminan pengembalian utang.

g. Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk deviden dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.

h. Royalty

i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala

k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

l. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva n. Premi asuransi

o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas p. Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum

(11)

2. Penghasilan yang dikenakan PPh Final

Atas Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan-tabungan lainnya, penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek, penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan serta pengalihan tertentu lainnya, mengenai pajaknya diatur dengan Peraturan Pemerintah.

3. Tidak termasuk Objek Pajak Penghasilan

Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat (3), yang tidak termasuk objek Pajak adalah :

a. 1. Bantuan sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan para penerima zakat yang berhak.

2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan social atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan; sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.

b. Warisan;

c. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;

(12)

d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima dalam bentuk natura dan kenikmatan dari wajib pajak atau pemerintah.

e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatanm asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;

f. Deviden atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat :

1. Deviden berasal dari cadangan laba yang ditahan,dan

2. Bagi perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan deviden paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif diluar kepemilikan saham tersebut,

g. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pension yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;

h. Penghasilan dan modal yang ditanamkan oleh dana pension sebagaimana dimaksud pada huruf g dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan.

(13)

i. Bagian Laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan firma, kongsi;

j. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana selama 5(lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha;

k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut;

1. Merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sector-sektor usaha yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan,dan

2. Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.

E. Biaya dan Pengeluaran

1. Biaya yang boleh dikurangkan (Deductible Expenses)

Biaya yang boleh dikurangkan dalam menghitung penghasilan kena pajak menurut berdasarkan atas Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan Pasal 6 ayat (1) dan (2), yaitu :

1. Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi :

(14)

a. Biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan, termasuk biaya pembelian bahan baku, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa, termasuk upah,gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalty, biaya perjalanan, biaya pengolahan limbah, piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, premi asuransi, biaya administrasi, dan pajak kecuali pajak penghasilan,

b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun,

c. Iuran kepada dana pension yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan,

d. Kerugian karena penjualan atau kenaikan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan,

e. Kerugian karena selisih kurs mata uang asing,

f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia,

g. Biaya beasiswa, magang dan pelatihan,

(15)

1) Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial

2) Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN) atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang / pembebasan utang antara kreditur dengan debitur yang bersangkutan,

3) Sudah dipublikasikan dalam penerbit umum atau khusus, dan

4) Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak.

2. Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1(satu) di dapat kerugian, maka kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5(lima) tahun.

3. Kepada orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri diberikan pengurangan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7.

Biaya yang dikurangkan menurut SF-27/PJ 22/1986 mengenai biaya entertainment, representasi, jamuan tamu dan sejenisnya, sebagai berikut :

(16)

1. Biaya entertainment, representasi, jamuan dan sejenisnya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan pada dasarnya dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sebagaimana dimakasud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan.

2. Wajib Pajak harus dapat membuktikan bahwa biaya-biaya tersebut benar-benar dikeluarkan (formal) dan benar ada hubungannya dalam kegiatan perusahaan untuk mendapatkan, menagih, dan memeliharan penghasilan perusahaan,

3. Oleh karena itu, Wajib Pajak mengurangkan biaya-biaya tersebut dari penghasilan bruto agar melampirkan pada Surat Pemberitahuan Tahunan daftar mominatif seperti terlampir yang berisi :

a. Nomor urut

b. Tanggal entertainment, dan sejenisnya yang telah diberikan, c. - Nama tempat entertainment dan sejenisnya yang telah

diberikan,

- alamat entertainment dan sejenisnya yang telah diberikan,

- Jenis entertainment dan sejenisnya yang telah diberikan, - Jumlah rupiah entertainment dan sejenisnya yang telah

(17)

d. Realisasi usaha yang diberikan entertainment dan sejenisnya dengan nomor urut tersebut diatas berisi :

- Nama - Posisi

- Nama perusahaan - Jenis usaha

4. Apabila petugas pajak yang melakukan penelitian atau pemeriksaan terhadap Surat Pemberitahuan Tahunan menemukan pos biaya entertainment dan sejenisnya, maka kepada Wajib Pajak harus diminta daftar mominatif seperti tersebut diatas untuk membuktikan, bahwa biaya-biaya tersebut benar-benar telah dikeluarkan dan benar-benar ada hubungannya dengan kegiatan perusahaan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan perusahaan.

2. Biaya yang tidak boleh dikurangkan (Non deductible Expenses)

1. Biaya yang tidak boleh dikurangkan dalam menghitung penghasilan kena pajak berdasarkan atas Undang-Undang No.36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan Pasal 9 ayat (1) dan (2), yaitu :

(1). Untuk menentukan besarnya penghsailan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan BUT tidak boleh dikurangkan dengan :

(18)

a. Pembagian Laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti deviden termasuk deviden yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha koperasi,

b. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu dan anggota,

c. pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi untuk usaha asuransi, cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan, yang ketentuan dan syarat-syaratnya ditetapkan dengan keputusan menteri keuangan (SE-20/PJ.4/1995),

d. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh wajib pajak pribadi kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi wajib pajak yang bersangkutan,

e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai, serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu

(19)

dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan dengan keputusan menteri keuangan,

f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada wajib pajak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan,

g. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan dan warisan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3) huruf a dan b, kecuali zakat atas penghsailan yang nyata-nyata dibayarkan oleh wajib pajak pribadi pemeluk agama Islam dan atau wajib pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentu atau disahkan oleh pemerintah,

h. Pajak Penghasilan,

i. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi wajib pajak atau orang yang menjadi tanggungannya.

j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham).

(20)

k. sanksi administrasi nerupa denda dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan. (2). Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara

penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun tidak boleh dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 atau 11A.

2. Biaya yang tidak boleh dikurangkan dalam menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 138 tahun 2000 tentang Perhitungan Pajak Penghsailan dalam Pasal 4, yaitu termasuk:

a. Biaya untuk mendapatkan, menagih,dan memelihara penghasilan yang bukan merupakan objek pajak,

b. Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final,

c. Biaya untuk mendapatkan,menagih, dan memelihara penghasilan netto sebagaimana dimaksud dalam pasal 15, Undang-Undang Pajak Penghasilan,

d. Pajak Penghasilan, yang ditanggung oleh pemberi penghasilan, kecuali pajak atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam

(21)

Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan tetapi tidak termasuk deviden sepanjang Pajak Penghasilan tersebut ditambahkan dalam perhitungan dasar untuk pemotongan pajak, dan

e. Kerugian dari harta atau utang yang tidak dimiliki dan tidak dipergunakan dalam usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak.

Selain itu ada beberapa biaya yang mendapatkan perlakuan khusus agar dapat dibebankan sebagai biaya fiscal, antara lain: a. pembentukan dana cadangan,

Pembentukan dana cadangan yang diperbolehkan adalah yang berdasarkan KMK No.80/KMK04/1995. KMK No, 235/KMK.01/1998 tanggal 14 April 1998 dan KMK No. 204/KMK04/2000 tanggal 06 Juni 2000 pembentukan dana cadangan adalah sebagai berikut :

1. Cadangan penghapusan piutang tak tertagih, yaitu untuk usah a bank,

2. Cadangan premi, yaitu untuk usaha asuransi,

3. Cadangan biaya reklamasi, yaitu untuk usaha pertambangan b. Penyediaan makanan dan minuman oleh pemberi kerja bagi

(22)

Agustus 2003, ketentuan penyediaan makan dan minum bagi pegawai di tempat kerja tidak mutlak harus seluruh pegawai. Apabila sebagian pegawai tidak dapat memperoleh fasilitas in-natura tersebut di tempat kerja karena sifat pekerjaannya tidak memungkinkan (seperti tenaga kerja bagian pemasaran atau dinas luar), maka biaya penyediaan makanan dan minuman dapat diakui sebagai biaya fiscal,

c. Perlakuan zakat atas penghasilan dalam perhitungan penghasilan kena pajak. Berdasarkan KEP-163/PJ/2003 tanggal 10 Juni 2003, zakat dapat dikurangkan sebagai pengurang dalam menghitung penghasilan kena pajak apabila wajib pajak melampirkan lembar ke -1 surat setoran zakat atau fotocopy yang telah dilegalisir oleh badan atau lembaga amil zakat pada SPT tahunan pajak penghasilan,

d. Pembayaran pajak dan retribusi daerah yang menjadi biaya tahun pajak yang bersangkutan. Berdasarkan SE-02/PJ.42.2002 tangggal 18 Februari 2002 semua pengeluaran untuk tahun berjalan kecuali sanksi bunga, denda, atau kenaikan yang harus dikapitalisasi,

e. Kenikmatan dan fasilitas yang diberikan untuk pegawai yang dibayarkan 50% berdasarkan KEP-220/PJ/2002 tanggal 18 April 2002 tentang perlakuan PPh atas biaya pemakaian

(23)

telepon seluler dan kendaraan perusahaan, SE-09/PJ.42/2002 tanggal 17 Mei 2002 diatur hal-hak sebagai berikut :

1. Pembelian HP bagi pegawai untuk keperluan pekerjaan sebesar 50% dicatat sebagai pembelian aktiva tetap kelompok I dan dijadikan biaya melalui penyusutan,

2. Biaya pulsa dan servis HP 50% nya menjadi biaya perusahaan,

3. Pembelian maupun perbaikan besar (capital expenditure) atau sedan atau sejenis yang dimiliki dan digunakan pegawai tertentu karena jabatannya dicatat 50% sebagai pembelian aktiva tetap kelompok II dan dapat dibebankan sebagai biaya melalui penyusutan,

4. Biaya servis rutin atas sedan atau sejenisnya yang dimiliki dan digunakan pegawai tertentu karena jabatannya dicatat 50%nya sebagai biaya,

5. Pembelian maupun perbaikan besar (capital expenditure) atau bus atau sejenis yang dimiliki dan digunakan pegawai tertentu karena jabatannya dicatat 50% sebagai pembelian aktiva tetap kelompok II dan dapat dibebankan sebagai biaya melalui penyusutan,

6. Biaya service rutin atau bus atau sejenisnya yang dimiliki dan digunakan pegawai tertentu karena jabatannya dicatat 50%nya sebagai biaya,

(24)

7. Kenikmatan bagi pegawai berupa HP dan antar jemput diatas bukan penghasilan pegawai,

8. Termasuk kategori ponsel dan pager,

9. Termasuk kategori sedan dan minibus (kijang dan sejenisnya)

10. Termasuk kategori biaya pemeliharaan adalah biaya bahan bakar.

F. Penyusutan Fiskal

1. Biaya Penyusutan

Didalam pasal 11 UU PPh, Pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun harus dibebankan sebagai biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dengan cara mengalokasikan pengeluaran tersebut selama masa manfaat harta tersebut melalui penyusutan. Sejak reformasi perpajakan tahun 1984, penyusutan fiscal dibagi menjadi 3 periode :

1). Periode tahun 1984 sampai dengan tahun 1994 berdasarkan Pasal 11 UU No.7 tahun 1983.

2) Periode tahun 1985 sampai dengan tahun 2000 berdasarkan pasal 11 UU No. 10 tahun 1994.

3) Periode tahun 2001 dan seterusnya berdasarkan Pasal 11 UU No. 17 Tahun 2000.

(25)

Perubahan penyusutan fiskal dari UU No. 10 tahun 1994 (1995 s.d 2000) ke UU No. 17 tahun 2000 adalah dari tahun penuh ke bulan penuh.

Penyusutan fiskal dilakukan terhadap aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan. Dan keperluan penyusutan fiskalnya, aktiva tersebut harus dikelompokkan ke dalam kelompok masing-masing sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 82/KMK.04/1995 jo No. 520/KMK.04/2000 yang terdiri dari :

1. Aktiva tetap berwujud :

a. Kelompok bukan bangunan yang terdiri dari kelompok I, II, III, IV.

b. Kelompok bangunan yang terdiri dari bangunan permanen dan bangunan tidak permanen.

2. Aktiva tetap tidak berwujud, yang terdiri dari kelompok I, II, III, IV di dalam peraturan perundang-undangan perpajakan hanya terdapat dua metode penyusutan fiskal di dalam UU PPh Pasal 11, yaitu :

a. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)

Untuk kelompok aktiva bukan bangunan, kelompok bangunan dan kelompok aktiva tidak berwujud.

b. Metode Saldo Menurun ( Double Declining Balance Method). Untuk aktiva bukan bangunan dan aktiva tidak berwujud. Jadi dapat dilihat bahwa untuk kelompok aktiva berupa bangunan

(26)

hanya diperbolehkan untuk menggunakan metode garis lurus dalam penghitungan fiskalnya. Selain itu, tidak diperkenankan melakukan penggabungan metode dalam satu tahun. Jika terjadi perubahan metode dari tahun sebelumnya harus mendapat persetujuan dari Deirektorat Jenderal Pajak.

2. Terdapat ketentuan umum tentang penyusutan fiskal:

1. Waktu dimulainya penyusutan fiscal bagi kelompok bangunan dan kelompok bukan bangunan, yaitu penyusutan fiscal dimulai sejak tahun pengeluaran (yang berlaku dari tahun 1984 sampai dengan tahun 2000) atau bulan pengeluaran (yang berlaku dari tahun 2001 sampai dengan sekarang), kecuali dengan persetujuan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dimulai sejak tahun (1984 – 2000) atau tahun 2001 digunakan aatau menghasilkan (saat mulai berproduksi dan bukan saat diperolehnya penghasilan).

2. Penyusutan fiskal dilakukan perjenis aktiva tetap secara individual (ada perincian yang dilampirkan dalam SPT PPh).

3. Bagi perusahaan yang PPh nya final atau deemed profit dan wajib pajak orang pribadi yang menggunakan norma perhitungan telah melakukan penyusutan fiskal.

4. Sesuai pembukuan wajib pajak, alat-alat kecil (small tools) yang sama atau sejenis dapat disusutkan dalam satu golongan.

5. Dalam rangka menyesuaikan dengan karakteristik bidang-bidang usaha tertentu seperti pertambangan minyak bumi dan gas alam

(27)

dan perkebunan tanaman keras, penyustan fiskalnya diatur berdasarkan keputusan Menteri Keuangan.

G. Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial dengan Laporan

Keuangan Fiskal

Adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya antara akuntansi komersial dan fiscal menimbulkan perbedaan penghasilan kena pajak sehingga perlu rekonsiliasi fiscal. Perbedaan antara laporankeuangan komersial dengan laporan keuangan fiscal dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :

1. Perbedaan Waktu (Timing Differences)

“Perbedaan waktu adalah perbedaan yang bersifat sementara karena adanya perbedaan waktu pengakuan atau pembebanab penghasilan atau biaya untuk perhitungan pajak dan akuntansi” (Sophar, 2005 :72).

Perbedaan waktu dapat dibagi menjadi perbedaan waktu positif dan perbedaan waktu negative. Perbedaan waktu positif terjadi apabila pengakuan beban untuk tujuan pajak lebih cepat dari pengakuan beban untuk akuntansi, atau pengakuan penghasilan untuk tujuan pajak lebih lambat dari pengakuan penghasilan untuk tujuan akuntansi.

Sedangkan perbedaan waktu negative terjadi jika ketentuan perpajakan mengakui beban lebih lambat dari pengakuan beban menurut praktek akuntansi, dan akuntansi mengakui penghasilan lebih lambat dari pengakuan penghasilan menurut ketentuan perpajakan. Perbedaan

(28)

waktu yang terjadi dalam satu periode dapat mengakibatkan menurut pajak yang lebih besar atau lebih kecil dari laba akuntansi.

Ada empat macam jenis transaksi yang dapat menimbulkan perbedaan waktu, transaksi-transaksi tersebut adalah :

a. Pendapatan diakui lebih dahulu menurut akuntansi daripada menurut pajak, contoh : laba bruto penjualan cicilan,

b. Biaya atau beban diakui lebih dahulu menurut pajak daripada menurut akuntansi, contoh : penyusutan aktiva tetap menggunakan taksiran umur lebih pendek daripada taksiran ekonomis yang digunakan untuk tujuan akuntansi.

c. Pendapatan diakui lebih dahulu menurut pajak daripada menurut akuntansi. Contoh : sewa-sewa yang diterima di muka,

d. Biaya atau beban diakui lebih dahulu menurut akuntansi daripada menurut pajak. Contoh : Biaya asuransi atau penjualan produk dengan system garansi.

2. Perbedaan Tetap (Permanent Differences)

“Perbedaan Tetap adalah perbedaan pengakuan suatu penghasilan atau biaya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dengan prinsip akuntansi yang bersifat permanent”. (Sophar, 2005 :74).

Perbedaan permanent dapat bersifat positif (laba pembukuan lebih besar dari laba fiscal) dengan adanya laba akuntansi yang tidak diakui oleh ketentuan perpajakan dan relif pajak misalnya PTKP dan perangsang penanaman, sedangkan perbedaan permanent negative

(29)

disebabkan adanya pengeluaran sebagai beban laba akuntansi yang tidak diakui oleh ketentuan fiscal. Perbedaan tetap contohnya seperti , pemberian kenikmatan atau natura, biaya jamuan tamu, sumbangan, rugi penarikan harta tetap dari pemakaian, pajak penghasilan pasal 26 atas royalty yang ditanggung oleh pemberi hasil, pendapatan bunga, hibah dan warisan, bunga dan deviden.

3. Contoh Kasus Perhitungan Laporan Keuangan Fiskal

PT. PERDANA LAPORAN LABA RUGI

Untuk Tahun yang berakhir 31 Desember 2007 (dalam rupiah)

Penghasilan dari usaha dalam negeri : Penjualan

-Retur Penjualan -Potongan penjualan Penjualan Netto

Harga Pokok Penjualan Laba Bruto

Biaya Usaha:

-Gaji, upah, THR, Tunjangan lain -Alat tulis dan biaya kantor -Biaya Perjalanan dinas -Biaya listrik dan telpon -Biaya makan karyawan -Biaya promosi

-PBB dan Bea Materai -Pajak

-Biaya representasi -Biaya royalty

-Biaya konsumsi/penjamuan -Biaya sewa

-Biaya kerugian piutang -Biaya penyusutan 20,005,654,000.00 (954,852,000.00) (545,987,000.00) 1,551,900,000.00 23,958,000.00 53,465,000.00 16,825,000.00 36,783,000.00 297,285,000.00 53,726,000.00 60,000,000.00 65,798,000.00 237,465,000.00 12,132,000.00 197,958,000.00 105,654,000.00 169,000,000.00 18,504,815,000.00 (14,654,879,000.00) 3,849,936,000.00

(30)

-Biaya lain-lain Total Biaya Usaha Laba Usaha

Penghasilan di luar usaha: -Dividen

-Sewa

Total penghasilan luar usaha Laba bersih dalam negeri Penghasilan dari luar negeri -Laba usaha dari Kanada -Bunga obligasi dari Singapura Total Penghasilan dari luar negeri Laba (Penghasilan netto)

293,873,000.00 40,000,000.00 25,000,000.00 200,000,000.00 50,000,000.00 (3,175,822,000.00) 674,114,000.00 65,000,000.00 739,114,000.00 250,000,000.00 989,114,000.00

Sumber : Siti Resmi (2007)

Rincian Harga Pokok Penjualan :

- Persediaan barang dagang, 1 Januari 2007 Rp 5,000,000,000.00 - Pembelian Netto tahun 2007 Rp 13,000,000,000.00 - Persediaan barang dagang, 31 Desember 2007 Rp (3,345,121,000.00)

Harga Pokok Penjualan Rp 14,654,879,000.00

A. Informasi yang digunakan sebagai dasar penyesuaian perhitungan laba (rugi) fiscal.

1. Dalam penjualan tidak memasukkan penjualan kepada karyawan sebesar Rp 20,000,000.00 yang penagihannya melalui pemotongan gaji setiap bulan. 2. Di dalam gaji, upah, Tunjangan Hari Raya (THR), dan tunjangan lain terdapat

pengeluaran untuk pembelian beras yang dibagikan kepada karyawan senilai Rp 20,365,000.00 dan biaya pengobatan karyawan senilai Rp 5,100,000.00.

(31)

3. Dalam biaya perjalanan dinas terdapat bukti-bukti pendukung atas nama keluarga pemegang saham sebesar Rp 596,000.00

4. Dalam biaya promosi terdapat sumbangan yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan utama perusahaan sebesar Rp 12, 754,000.00

5. Pajak sebesar Rp 60,000,000.00 merupakan angsuran PPh bulanan selama tahun 2007 (Angsuran PPh Pasal 25)

6. Pengeluaran berupa biaya representasi tidak didukung dengan bukti pengeluaran dari pihak eksternal)

7. Biaya royalty sebesar Rp 237,465,000.00 yang ada bukti pendukungnya dari pihak eksternal sebesar Rp 225,353,000.00.

8. Piutang yang benar-benar tidak tertagih dan telah memenuhi syarat untuk diakui sebagai piutang tak tertagih menurut perpajakan dalam tahun 2007 sebesar Rp 60,500,000.00

9. Perusahaan mempunyai aktiva tetap sebagai berikut :

a. Mesin produksi beli pada tanggal 1 Januari 2001 seharga Rp 500,000,000.00 , taksiran umur ekonomis 10 tahun.

b. Kendaraan dibeli pada tanggal 31 Desember 2001 seharga Rp 400,000,000.00 , taksiran umur ekonomis 10 tahun.

c. Computer dibeli pada tanggal 6 Maret 2003 seharga Rp 300,000,000.00 , taksiran umue ekonomis 5 tahun.

d. Inventaris dibeli pada tanggal 1 Januari 2001 seharga Rp 200,000,000.00 , taksiran umur ekonomis 8 tahun.

(32)

e. Bangunan permanent selesai dibangun pada tanggal 31 Desember 2000 senilai Rp 600,000,000.00 , taksiran umur ekonomis 20 tahun.

Berdasarkan kebijakan manajemen perusahaan, mesin produksi mempunyai nilai residu 10% dari harga perolehan, sedangkan aktiva tetap yang lain ditaksir mempunyai nilai residu 20% dari harga perolehan. Metode perhitungan penyusutan yang digunakan adaloah garis lurus. Menurut fiscal ( ketentuan perpajakan), mesin produksi, kendaraan, computer dan inventaris merupakan aktiva berwujud kelompok II. Perusahaan memilih metode garis lurus dalam menghitung penyusutan fiscal.

10. Dalam biaya lain-lain terdapat biaya rekreasi karyawan Rp 2,652,000.00 11.Penghasilan sewa (dalam penghasilan luar usaha) sebesar Rp

25,000,000.00 terdiri atas sewa bangunan senilai Rp 5,000,000.00, sewa atas peralatan pabrik senilai Rp 12,000,000.00 dan sewa atas kendaraan senilai Rp 8,000,000.00. Penghasilan Sewa ini diterima dari PT. Putra Surya. Sewa tersebut diterima setiap tahun untuk jangka waktu beberapa tahun.

12. Dividen sebesar Rp 40,000,000.00 terdiri atas dividen kas atas penyertaan saham (20%) pada PT. Adinda sebesar Rp 15,000,000.00 , dan dividen kas atas penyertaan saham (30%) pada PT. Kapuas Raya sebesar Rp 25,000,000.00

(33)

Menurut Menurut Fiskal Penghasilan dari Usaha dalam negeri Akuntansi Koreksi Positif Koreksi Negatif

Penjualan 20,005,654 A1) 20,000 20,025,654

- Retur Penjualan -954,852 -954,852

- Potongan Penjualan -545,987 -545,987

Penjualan Netto 18,504,815 18,504,815

Harga Pokok Penjualan -14,654,879 14,654,879

Laba Bruto 3,849,936 3,869,936

Biaya Usaha:

- Gaji, Upah, THR, Tunjangan lain 1,551,900 A2) 25,465 1,526,435

- Alat tulis dan biaya kantor 23,958 23,958

- Biaya Perjalanan dinas 53,465 A3) 596 52,869

- Biaya Listrik dan telpon 16,825 16,825

- Biaya makan karyaw an 36,783 36,783

- Biaya promosi 297,285 A4) 12,754 284,531

- PBB dan bea materai 53,726 53,726

- Pajak 60,000 A5) 60,000 0

- Biaya Representasi 65,798 A6) 65,798 0

- Biaya Royalty 237,465 A7) 12,112 225,353

- Biaya konsumsi / penjamuan 12,132 12,132

- Biaya sew a 197,958 197,958

- Biaya kerugian piutang 105,654 A8) 45,154 60,500

- Biaya penyusutan 169,000 A9) 36,000 205,000

- Biaya Lain-lain 293,873 A10) 2,652 291,221

Total Biaya Usaha -3,175,822 -2,987,291

Laba Usaha 674,114 882,645

Penghasilan di luar usaha:

- Dividen 40,000 A12) 25,000 15,000

- Sew a 25,000 A11) 5,000 20,000

Total Penghasilan di luar usaha 65,000 35,000

Laba bersih dalam negeri 739,114 917,645

Penghasiloan dari Luar Negeri

- Laba usaha dari Kanada 200,000 200,000

- Bunga obligasi dari Singapura 50,000 50,000

Total Penghasilan dari Luar Negeri 250,000

250,000

Laba (Penghasilan Netto) 989,114 1,167,645

Rekonsiliasi Fiskal PT. PERDANA

Rekonsiliasi Fiskal Perhitungan Laba Rugi Tahun Pajak 2007

(dalam ribuan rupiah)

Menghitung PPh yang Terutang Tahun Pajak 2007

(34)

Kompensasi rugi tahun sebelumnya Rp 100,000,000.00 Penghasilan Kena Pajak Rp 1,067,645,000.00 PPh terutang

10% x Rp 50,000,000.00 Rp 5,000,000.00 15% x Rp 50,000,000.00 Rp 7,500,000.00 30% x Rp 967,654,000.00 Rp 290,293,500.00 Total PPh terutang tahun 2007 Rp 302,793,500.00

Menghitung PPh kurang atau Lebih Dibayar tahun pajak 2007

Total PPh terutang Rp 302,793,500.00

Kredit Pajak

PPh Pasal 22 Rp 165,625,000.00

PPh Pasal 23 Rp 3,210,000.00 PPh Pasal 24 Rp 69,221,767.00 PPh Pasal 25 (info Kasus B.5) Rp 60,000,000.00

Total kredit Pajak tahun 2007 Rp 298,056,767.00 PPh kurang bayar tahun 2007 Rp 4,763,733.00 Kekurangan bayar ini disetor ke bank paling lambat tanggal 25 Maret 2008 dengan menggunakan Surat Setor Pajak.

*PPh Pasal 23 atas sewa Rp 960,000 PPh Pasal 23 atas dividen Rp 2,250,000

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukan bahwa tidak ada perkara lain yang paling petama disebut Allah dalam Alquran dari ciri orang bertakwa selain beriman kepada perkara gaib.. Ini sekali lagi

Hubungan content - concept yang terjadi pada Le Fresnoy adalah reciprocity , dimana fungsinya sebagai tempat pendidikan dan produksi seni ditanggapi dengan concept

Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan

Analisis Pengaruh Budaya Organisasi Dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Untuk Meningkatkan Kinerja Karyawan. Jurnal Ekonomi

kebun sendiri dan dapat dipisahkan dari usaha pertaniannya, atau bahan bakunya berasal dari pembelian... Usaha pemerahan susu hewan besar maupun

Meskipun masih banyak kelemahan dan kekurangan dalam penyusunan Best Practice ini, penulis berharap semoga dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan. Salatiga, November 2015

Selain memperbaiki kaedah pengajaran guru LINUS-Literasi Bahasa Malaysia juga perlu melengkapkan diri dengan aspek-aspek persediaan lain dalam meningkatkan mutu

• Kultur darah ulang perlu diambil dari 2 tempat : kateter sentral dan perifer sebelum pemberian antibiotik atau pencabutan kateter. • Bila infeksi CONS persisten, investigasi ke arah