• Tidak ada hasil yang ditemukan

JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK KATABA DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS MENULIS SANTRI MA’HAD AL JAMI’AH IAIN SALATIGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK KATABA DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS MENULIS SANTRI MA’HAD AL JAMI’AH IAIN SALATIGA"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK KATABA

DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS MENULIS SANTRI MA’HAD AL JAMI’AH IAIN SALATIGA

Skripsi ini disusun Untuk Melengkapi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

SKRIPSI

Oleh:

M. Nasrullah Jamaluddin Arrozi NIM. 11714015

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH

(2)
(3)

ii NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lampiran : 3 (Tiga) eksemplar Hal : Naskah Skripsi

a.n Sdra. M. Nasrullah Jamaluddin Arrozi Kepada Yth.

Dekan Fakultas Dakwah IAIN Salatiga Di Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Setelah mengadakan koreksi dan perbaikan seperlunya bersama ini saya kirimkan skripsi saudara:

Nama : M. Nasrullah Jamaluddin Arrozi NIM : 11714015

Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran Islam

Judul : JaringanKomunikasi pada Kelompok KATABA dalam Meningkatkan Kreativitas Menulis Santri Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga

Selanjutnya saya mohon kepada Dekan Fakultas Dakwah agar skripsi saudara tersebut dapat dimunaqasyahkan dan atas perhatianya kami ucapkan banyak terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatulahi Wabarakatuh

Salatiga,21 Agustus 2018

Pembimbing

Dra. Maryatin, M.Pd.

(4)

iii HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

Nama : M. Nasrullah Jamaluddin Arrozi

NIM : 11714015

Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam Taggal Ujian : 26 September 2018

Judul : JaringanKomunikasi pada Kelompok KATABA dalam Meningkatkan Kreativitas Menulis Santri Ma’had Al Jami’ah

IAIN Salatiga

Susunan Panitia Penguji KetuaPenguji :Dr. Sa’adi, M.Ag.

SekretarisPenguji : Dra. Maryatin, M.Pd.

Penguji I :Dr. Muna Erawati, S.Psi., M.Si. Penguji II :Yahya, S.Ag., M.H.I.

Salatiga, 1 Oktober 2018

Dekan Fakultas DakwahIAIN Salatiga

(5)

iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

DAN KESEDIAAN DI PUBLIKASIKAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : M. Nasrullah Jamaluddin Arrozi

NIM : 11714015

Program Studi : Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas : Dakwah

Judul Skripsi : Jaringan Komunikasi pada Kelompok KATABA dalam Meningkatkan Kreativitas Menulis Santri Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Skripsi ini diperbolehkan untuk di publikasikan oleh perpustakaan IAIN SALATIGA.

Salatiga, 20 September 2018 Yang Menyatakan

(6)

v

Motto

ْبَصْناَف َتْغَرَ ف اَذِإَف

Artinya: Maka Apabila kamu telah selesai (dari Sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan)yang lain. (Q.S Al Insyirah:7)

(7)

vi

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah Swt atas limpahan rahmat dan karuniaNya, Skripsi ini dipersembahkan untuk:

1. Bapak dan ibu tercinta, Bapak Fachrurrozi, S.Pd.I. dan Ibu Siti Saodah yang tidak henti selalu memberikan doa restu dan memberi semangat saya disetiap waktunya.

2. Saudara tercinta, Shoifah Muslihatis Shofa, S. Pd.I., dan Khotibul Umam, Lc., May Muflihah arrozi M.Pd., dan M. Aqsho Himam, S.S.I., atas segala dukungan, doa dan motivasi yang sangat luar biasa.

3. Keluarga besarMbah Djuwadi beserta Mbah (Almh.) Siti Asiyah, dan (Alm.) Mbah Mohammad Sirodj beserta Mbah Karminah yang selalu memberi semangat saya untukberusaha dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

4. Ibu Dra. H. Maryatin, M.Pd. selaku Ketua jurusan Komunikasi dan Penyiaran, sekaligus Pembimbing Skripsi.

5. Bapak Dr. Rifqi Aulia Erlangga, S.Fil.I. M.Hum. selaku dosen Pembimbing Akademik.

6. Keluarga besar Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga atas dukungan dan turut membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.

(8)

vii 8. Sahabat Pecandu Karya yang selalu memberikan semangat, M. Adib Baihaqi, S.Sos, M. Ashadil Husna, S.Sos., Yogi Ridlo Firdaus, S.Sos., Pujiono, S. Sos., Dika Trisna Setiya, S.Sos., M. Rozikin, S.Sos., Yogi Mukti Handayani, S.Sos., Alifia Arsi Maulani, S.Sos.

(9)

viii KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, taufiq, dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Efektifitas Jaringan Komunikasi pada Kelompok Menulis KATABA Dalam Meningkatkan Kreativitas Menulis Santri Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sosial di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Pembuatan skripsi ini sangatlah banyak kekurangan dalam segi penulisan dan keterbatan kemampuan penulis. Sehingga arahan dan bimbingan dari berbaga pihak dapat membantu terselesaikannya skripsi ini. Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan tidak mengurangi rasa hormat kami untuk mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Dr. Mukti Ali, M.Hum. Selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN Salatiga 3. Ibu Dra. Maryatin, M.Pd. Selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

sekaligus sebagai pembimbing skripsi yang telah meluangkan banyak waktu untuk membimbing dalam penulisan skripsi.

4. Bapak Dr. Rifqi Aulia Erlangga, M.Hum. Selaku Dosen Pembing Akademik 5. Pengelola Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si.,

Bapak Sukron Ma’mun, S.H.I., M.Si., Bapak Muhammad Mas’ud, M.Pd.I., Bapak Muhammad Nuryansah, M.Hum. yang telah membimbing dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

(10)

ix Penulis sadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu penulis senantiasa secara terbuka dan kekeluargaan mengaharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Salatiga, 21 September 2018 Penulis

(11)

x ABSTRAK

Arrozi, M. Nasrullah Jamaluddin. 2018. Jaringan Komunikasi pada Kelompok KATABA dalam Meningkatklan Kreativitas Menulis Santri Ma’had Al

Jami’ah IAIN Salatiga, Skripsi, Salatiga: Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Maryatin, M.Pd.

Kata Kunci: Jaringan Komunikasi, Kreativitas, KATABA.

Tujuan Penelitian ini adalah, 1). Untuk mengetahui bentuk jaringan komunikasi padakelompok KATABA, 2). Untuk memahami kreativitas menulis kelompok KATABA, 3). Untuk mengetahuijaringan komunikasi kelompok KATABA dalam meningkatkan kreativitas menulis Santri Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga.

(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LOGO INSTITUT ... ii

NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... x

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang ... 1

B. RumusanMasalah ... 6

C. TujuaPenelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian... 7

(13)

xii BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian

1. Jaringan Komunikasi ... 10

2. Kelompok ... 12

3. Kreativitas Menulis Santri ... 20

4. Kelompok KATABA………...27

B. Kajian Pustaka ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITAN A. Jenis Penelitian dan pendekatan ... 32

B. Lokasi Penelitian ... 33

C. Objek Penelitian ... 33

D. Fokus Penelitian ... 34

E. Sumber dan Jenis Data ... 34

1. Data primer ... 34

2. Data sekunder ... 35

F. Teknik Pengumpulan Data ... 36

G. Teknik validitas data ...40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 42

(14)

xiii IAIN Salatiga dan Eksistensinya ... 44 3. Pengembangan Bakat Santri Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga...44 B. Temuan Penelitian ... 46 C. Analisis Data ... 52

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 61 B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia, bahkan komunikasi telah menjadi suatu fenomena bagi terbentuknya suatu masyarakat atau komunitas yang terintegrasi oleh informasi, dimana masing-masing individu didalam masyarkat itu sendiri saling berbagi informasi (information sharing) untuk mencapai tujuan bersama. Secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampai pesan dan orang yang menerima pesan. Senada dengan hal ini menurut Rohim (2016: 9) komunikasi atau communication berasal dari Bahasa latin “comunis”. Communis atau dalam Bahasa Inggrisnya ”commun

yang artinya sama. Apabila kita berkomunikasi (to communicate), ini berarti bahwa kita berada dalam keadaan berusaha untuk menimbulkan kesamaan.

Terjadinya komunikasi tidak terhindar dari pertukaran informasi baik satu-dua orang atau lebih. Dalam Komunikasi Personal Suranto mengatakan, memberikan definisi komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah antara individu-individu. Agus M. Hardjana (2003:

(16)

2 langsung pula. Pendapat senada dikemukakan oleh Deddy Mulyana (2008:81) bahwa komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal.

Uraian diatas menjelaskan tentang prinsip-prinsip pokok pikiran yang terkandung dalam berbagai pengertian, dapatlah dikemukakan pengertian yang sederhana, bahwa komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan antara pengirim pesan (sender) dengan penerima (receiver) baik secara langsung maupun tidak langsung. Senada dengan pendapat Suranto (2011:5) komunikasi dikatakan terjadi secara langsung (primer) apabila pihak-pihak yang terlibat komunikasi dapat saling berbagi informasi tanpa melalui media. Sedangkan komunikasi tidak langsung (sekunder) dicirikan oleh adanya penggunaan media tertentu.

(17)

3 Sebagai makhluk sosial tentunya kita tidak bisa lepas dari kegiatan berkomunikasi. Komunikasi sendiri merupakan hubungan suatu interaksi yang kita lakukan baik terhadap diri sendiri maupun dengan orang lain. Hal tersebut kita lakukan guna mempertahankan kelangsungan hidup, karena sebagai makhluk sosial kita tidak bisa berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain. Fenomena inilah yang dapat memunculkan interaksi antar individu maupun kelompok. Sedangkan kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari aktivitas kita sehari-sehari. Kelompok baik bersifat primer maupun sekunder merupakan wahana bagi setiap orang untuk dapat mewujudkan harapan dan keinginannya berbagi semua informasi dalam semua aspek kehidupan.

Ia merupakan media untuk mengungkapkan persoalan-persoalan pribadi (keluarga sebagai kelompok primer), ia merupakan sarana meningkatkan pengetahuan para anggotanya (kelompok belajar) dan bisa pula merupakan alat untuk memecahkan persoalan bersama yang dihadapi seluruh anggota kelompok pemecah masalah.

(18)

4 bagian atau tugas dari masing-masing anggota yang terstruktur dengan jelas. Jadi dalam komunikasi ini setiap orang bisa memegang peranan apa saja.

Dunia penulisan khususnya pada kelompok menulis KATABA merupakan suatu aspek pengembangan bakat menulis baik karya tulis ilmiah maupun jurnalistik. Adanya kelompok menulis ini diharapkan menjadi forum diskusi yang mampu memotivasi dan mengembangkan bakat menulis bagi peserta yang mengikutinya. Akan tetapi bagaimana pola jaringan komunikasi yang diterapkan oleh kelompok menulis KATABA. Sehingga kelompok ini yang awalnya sedikit peserta menjadi banyak.

Kelompok menulis KATABA merupakan kelompok diskusi yang dimiliki oleh Ma’had Al Jami’ah IAIN SAlatiga, yang berada di Jalan Nakula

Sadewa No. V, RT 03/RW 03 Kembangarum, Sidomukti, Salatiga. Kelompok menulis KATABA ini hadir sebagai sarana berkomunikasi antar individu santri Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga untuk bertukar informasi tentang

pengembangan penulisan karya ilmiah dan jurnalistik.

KATABA memiliki motto “lets write lets creat” ini mecoba untuk

memulai pendektan kepada setiap santri agar dapat melatih pengembangan diri melalui kelompok menulis KATABA. Karena salah satu penggagas KATABA juga memiliki motivasi yang dikutip dari perkataan Imam Ghazali “Apabila kamu bukan anak raja atau bukan anak saudagar kaya, maka

(19)

5 tinggi yaitu penelitian. Sehingga secara tidak langsung aspek komunikasi yang digunakan memiliki kekuatan motivasi agar santri yang awalnya tidak mau melatih diri untuk belajar menulis menjadi memiliki kemauan untuk belajar menulis.

Setiap kegiatan KATABA sendiri tidak monoton di dalam ruangan. Tempat yang digunakan bisa berpindah-pindah sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan ketika penyampaian informasi yang diberikan kepada peserta. Disisi lain diskusi yang dilaksanakan KATABA tidak selalu penyampaian materi dan latihan menulis saja, akan tetapi mereka juga mengadakan kegiatan sharing pengalaman, permainan, dan pemberitahuan informasi tentang perlombaan atau konferensi karya tulis ilmiah.

KATABA sendiri berkembang dengan baik, sejak beberapa santri Ma’had Al Jami’ah mengikuti berbagai event atau forum yang harus

menggunakan literasi sebagai bahan diskusi. Banyak prestasi yang diraih dibidang karya tulis baik lomba, konferensi nasional maupun internasional. Hal ini menjadikan motivasi menulis yang awalnya hanya sedikit orang yang bisa mengembangkannya, akan tetapi mampu membangkitkan suasana literasi di Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga untuk mewujudkan salah satu tri dharma

perguruan tinggi yaitu penelitian.

(20)

6 Salatiga. Tentunya hal ini menjadikan stimulan tersendiri untuk membangkitkan motivasi menulis pada kalangan santri dan mahasiswa pada umumnya.

Penjelasan latar belakang di atas maka mencoba untuk mengangkat

judul “Jaringan Komunikasi Kelompok KATABA Dalam Meningkatkan

Kreativitas Menulis Santri Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga” sebagai judul

penelitian.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana bentuk jaringan komunikasi pada kelompok KATABA? 2. Apa saja kreativitas menulis kelompok KATABA?

3. Bagaimana jaringan komunikasi kelompok KATABA dalam meningkatkan kreativitas menulis santri Ma’had Al Jami’ah IAIN

Salatiga? C. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bentuk jaringan komunikasi pada kelompok KATABA. 2. Untuk mengetahui kreativitas menulis kelompok KATABA.

(21)

7 D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca dari segi informasi teoritis dan praktis, kedua aspek tersebut adalah :

1. Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan dalam bidang ilmu sosial dan komunikasi penyiaran islam. 2. Praktis

a. Bagi UPT Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga, penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan keilmuan dibidang ilmu sosial, ilmu komunikasi, hubungan masyarakat, periklanan, dan komunikasi kelompok. Melalui upaya mengkaji, menerapkan, menguji, menjelaskan dalam bentuk teori, konsep, maupun hipotesis tertentu. b. Bagi Santri dan anggota KATABA Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga,

penelitian ini dapat berguna sebagai masukan dan referensi dalam rangka mengembangkan ilmu komunikasi dan meningkatkan khazanah keilmuan komunikasi khususnya dalam memelihara hubungan antar kelompok.

(22)

8 E. Kerangka Berpikir

Komunikasi yang dilakukan oleh anggota KATABA merupakan suatu kegiatan yang berupa diskusi untuk meningkatkan kreativitas menulis santri Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga. Peranan komunikasi ini dapat dilihat

melalui diskusi yang dilakukan setiap anggota kelompok KATABA dalam kegiatannya.

Kegiatan diskusi inilah yang menjadikan pola komunikasi anggota KATABA berbentuk jaringan komunikasi yang terlihat pada setiap kegiatan. Satu anggota dengan anggota yang lain saling tukar-menukar informasi untuk menambah wawasan dalam dunia penulisan. Hal itulah yang dapat menjadikan motivasi setiap anggota KATABA meningkat dari hasil diskusi tersebut.

Terbukti bahwa dalam waktu satu tahun sebanyak delapan anggota KATABA telah mengikuti baik lomba karya tulis ilmiah, konferensi ilmiah baik nasional maupun internasional. Hasil inilah yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk menambah motivasi kepada setiap anggota KATABA dalam meningkatkan kreativitas menulisnya.

(23)

9 penelitian ini akan menghubungkan antara diskusi anggota KATABA dengan metode jaringan komunikasi.

Bagan 1.1 Kerangka Berpikir Diskusi/Jaringan

Komunikasi

Anggota KATABA B

Minat menulis Anggota KATABA

Karya tulis Anggota KATABA Anggota

(24)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian

1. Jaringan Komunikasi

Menurut Eriyanto (2014:5) jaringan komunikasi secara sederhana bisa definisikan sebagai metode yang berusaha menggambarkan dan menjelaskan jaringan sosial dan struktur jaringan. Definisi ini secara jelas menggambarkan bahwa jaringan komunikasi adalah suatu relasi yang memiliki seperangkat antara aktor satu dengan aktor yang lain dalam membangun misi suatu kelompok.

Jaringan komunikasi bisa diterapkan pada lembaga, perusahaan, dan struktur sosial. Fenomena ini dapat dilihat ketika aktor dari salah satu kelompok berinteraksi dengan aktor yang berbeda kelompok atau satu kelompok dalam membagi ide atau gagasan.

(25)

11 dengan titik-titik lain. Berarti, setiap jaringan mempunyai integrated network yang berperan melakukan pengiriman dan pertukaran informasi (information exchange).

Memang agak sulit membayangkan apa yang dimaksudkan dengan jaringan. Untuk memahami jaringan, kita dapat membayangkan organisasi sebagai suatu sistem yang di dalamnya terdapat subsitem-subsitem. Beradasrkan bayangan ini, Alo Liliweri (2014:381) mengutip dari Webster’s Dictionary menyebutkan networking sebagai interconnected or interrelated chain, group or system (sebuah rantai yang

saling berhubungan atau saling terkait, kelompok atau sistem). Definisi ini telah diterapkan di setiap unsur yang berkaitan dengan tugas dan sasaran unit, atau satuan kerja dalam organisasi. Jaringan itu bisa berupa jaringan fisik yang meliputi alat untuk mengalihkan informasi atau menghubungkan kerja antar manusia. Jaringan dapat juga dianggap sebagai suprasistem yang menghubungkan sistem layanan formal dan informal dari beberapa titik dalam satu atau lebih ruang geografis, sebagai satu layanan.

(26)

12 dengan tipe jaringan berbentuk bintang atau laba-laba. Pembahasan tentang jaringan selalu mencakup tipologi jaringan, sumber daya manusia pembentuk jaringan, variable-variabel yang memengaruhi kerja jaringan, dan perluasan peranan elektronika.

2. Kelompok

a. Pengertian Kelompok

Definisi formal tentang kelompok kecil adalah kumpulan dua atau lebih individu, yang memengaruhi satu sama lain, melalui interaksi sosial. Kelompok merupakan orang-orang yang berinteraksi yang bersama untuk membagi nilai, norma, dan harapan tentang kerjasama jangka panjang di antara mereka.

(27)

13 Liliweri (2014: 19-20) dalam penjelasannya bahwa kelompok terbentuk karena ada sejumlah orang yang bekerjasama dengan kesamaan tujuan, yang cenderung memiliki karakteristik sama, sehingga kelompok berpartisipasi satu sama lain. Jika kelompok dihubungkan dengan dinamika maka dinamika kelompok yang merupakan studi psikologi sosial itu mempelajari dinamika interaksi antara anggota kelompok, kohesi kelompok, kepemimpinan, dan proses pengambilan keputusan dalam kebersamaan tersebut. Atau dinamika kelompok adalah studi yang mempelajari bagaimana kelompok itu terbentuk, interaksi anggota kelompok, sifat-sifat kelompok, aturan kelompok, pengembangan kelompok, dan bagaimana hubungan antara kelompok kecil dengan kelompok besar.

(28)

14 untuk meningkatkan kesadaran politik-ideologis. Minat yang tinggi telah memperkaya pengetahuan kita tentang berbagai jenis kelompok pada perilaku kita.

Jadi bedasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa jaringan komunikasi adalah terbentuknya suatu kelompok yang memiliki kesamaan tujuan pemikiran antara individu terhadap individu, individu terhadap kelompok. Karena masing-masing diantaranya tidak memiliki persamaan ide sehingga dapat dikatakan saling membutuhkan satu sama lain. Dari kesamaan tujuan tersebut terbentuklah kelompok yang membuat satu pemikiran untuk menyatukan tujuan.

Pembentukan kelompok inilah yang dihasilkan dari jaringan komunikasi baik dari segi membangun motivasi, sharing pengalaman, pemberitahuan informasi. Masing-masing individu tidak hanya menjadi pendengar akan tetapi semua anggota kelompok menjadi narasumber sesuai dengan pengalaman yang didapatinya.

(29)

15 b. Klasifikasi Kelompok

1). Kelompok Primer dan Sekunder

Primer Sekunder

Berukuran kecil Berukuran besar Terikat dalam jangka waktu yang

lama

Terikat untuk jangka waktu sementara

Suasana hubungan antar anggota akrab, dan berkomunkasi secara tatap muka

Suasana hubungan antara anggota bersifat formal meskipun

berkomunikasi secara non formal Relasi di antara para anggota

berbasisi kedalaman emosi

Berbasis relasi yang bersifat superfisial

Keanggotaan berbasis ganda Keanggotaan berstatus tertentu

Mengandalkan kerjasama berbasis sentiment dan personal

Mengandalkan kerja sama berbasis interpersonal dan rasional

Tabel 1.2 Klasifiasi Kelompok (Rakhmat, 1989:160)

2). Ingroup dan Outgroup

(30)

16 Seperti yang dicontohkan oleh Rakhmat (1989:162-163), ingroup adalah kelompok kita dan outgroup adalah kelompok mereka. Ingroup dapat berupa kelompok primer maupun sekunder. Keluarga kita adalah ingroup yang kelompok primer. Fakultas kita adalah ingroup kelompok sekunder. Perasaan ingroup diungkapkan dengan kesetiaan, solidaritas, kesenangan, dan kerjasama. Untuk membedakan ingroup dan outgroup, kita membuat batas (bounders), yang menentukan siapa masuk orang dalam, dan siapa orang luar. Batas-batas ini dapat berupa, lokasi gografis, suku bangsa, pandangan atau ideologi, pekerjaan atau profesi, bahasa, status sosial, dan kekerabatan.

3). Kelompok rujukan (reference group)

Menurut pengertian kelompok rujukan (reference group) yang diterangkan oleh Liliweri (2014:27) kelompok ini merupakan kelompok yang nilai, norma, dan tata aturan perilaku mereka dijadikan oleh seseorang atau kelompok orang sebagai sumber inspirasi bagi pembentukan tatanan perilaku, dan bahkan dijadikan sebagai teladan bagi praktik hidup sehari-hari.

(31)

17 pada mahasiswi-mahasiswi Bennington College, menemukan kenyataan yang mengherankan. Banyak mahasiswi yang berasal dari keluarga konservatif berubah menjadi makin liberal dengan makin tingginya tingkat mereka di Bennington College- Perguruan Tinggi yang memang beraliran liberal. Memang ada juga beberapa mahasiswi yang bereaksi keras terhadap norma yang di College itu. Mereka berkata “Aku ingin menantang semua orang yang

liberal itu…Aku bangun benteng dalam diriku, menolak apa yang

mereka omongkan… Aku memutuskan untuk tetap berpegang

pada pikiran ayahku”

Mahasiswi-mahasiswi itu semua anggota civitas akademika Bennington College. Bennington College adalah kelompok keanggotaan mereka. Tetapi tidak seluruhnya melihat College ini sebagia pedoman nilai yang mereka anut. Sebagian

besar memang menyesuaikan dirinya dengan sikap liberal College itu. Kelompok ini menurut Newcomb menjadikan College sebagai positiv reference group. Sedangkan mereka yang tetap konservatif

(32)

18 4).Kelompok Pemikir (Group Think)

Kelompok pemikir atau group think adalah sebuah konsep yang didefinisikan oleh Irving Janis. Liliweri (2014: 28) mengatakan, sebetulnya, tema ini masih dimasukan ke dalam pengambilan keputusan didalam kelompok. Setiap kelompok mempunyai pengalaman dalam hal pembentukan dan pemeliharaan kelompok pemikir itu, kehadiran mereka sebagai alternatif bila kelompok mengalami kesulitan. Kondisi Group Thinkterjadi kelompok sudah berada pada tahap kohesif yang tinggi, dan ketika mereka berada dalam suasana yang harus mempertimbangkan untuk mengambil sebuah keputusan yang berkualitas.

5). Kelompok Dadakan

Menurut Liliweri (2014: 29) kelompok dadakan adalah kelompok yang dibentuk secara mendadak untuk melaksanakan suatu tugas yang penting.

Contohnya, kelompok, “simpati” dan “empati” yang

(33)

19 6). Kelompok Termedia (Mediated Group)

Liliweri juga menjelaskan (2014: 31) kelompok termedia (mediated group) adalah kelompok yang dibentuk karena jalinan antara sejumlah orang dengan bantuan media.

Perkembangan teknologi kini memberikan kemungkinan terbentuknya kelompok (audiens) melalui media komunikasi. Orang berkomunikasi tidak dalam satu pertemuan tatap muka tetapi dengan media, misalnya internet, telepon, atau video. Pengalaman berkelompok dengan bantuan media sangat berbeda dengan kelompok tatap muka. Ada beberapa tipe kelompok yang dibentuk dengan bantuan media, yaitu :

(a). Telekonferensi, yaitu sebuah kelompok yang berbentuk karena anggota yang mengikuti konferensi berbicar, mendengarkan, serta berdialog di antara mereka melalui telepon.

(b). Video konferensi, yaitu sebuah kelompok yang berbentuk karena para anggota yang mengikuti konferensi berbicara diantara mereka dengan bantuan tetepon dan video (video visual).

(34)

20 sama lain dengan bantuan jaringan telepon modern dan komputer (internet atau e-mail).

Dalam uraian di atas tentang kelompok, garis besar yang merupakan awal terbentuknya kelompok disebabkan karena adanya interaksi sosial yang memiliki kesamaan visi, dan misi untuk mewujudkan tujuan dari kelompok. Menyikapi dari hal tersebut tidak bisa lepas dari pemahaman komunikasi antarpribadi 3. Kreativitas Menulis Santri

a. Kreativitas

Utami Munandar (1995:25) kreativitas adalah suatu kemampuan umum untuk menciptakan suatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya.

(35)

21 Pada dasarnya kreativitas tumbuh secara individu, setiap orang memiliki ide masing-masing yang dapat diolah secara terus menerus hanya saja ada beberapa faktor yang dapat menjadi sarana untuk mengembangkan dan menumbuhkan kreativitas tersebut. Seperti halnya faktor kelompok, jaringan pertemanan, struktur sosial dan imajinasi yang datang dari sendiri.

Meskipun kreativitas ditumbuhkan dari berbagai sarana akan tetapi, hal tersebut memiliki sifat yang tidak terbatas. Karena kreativitas awal tumbuhnya tidak berdasarkan secara kelompok melainkan sebagian besar tumbuh dari imajinasi secara individu.

Awal tumbuhnya kreativitas itu sendiri dipicu oleh perkembangan pola pikir baik yang dipengaruhi dari sarana maupun tumbuh secara alamiah. Sehingga orang-orang yang memiliki sarana dan ketertarikan oleh suatu kelompok yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan kreativitas melalui motivasi, berbagi pengalaman hidup, dan memiliki ketertarikan untuk berbagi informasi satu sama lain.

b. Menulis

(36)

22 pikiran dan perasaan yang dapat dituangkan melalui aktivitas menggerakkan motorik halus melalui goresan-goresan tangan kita.

Sejajarnya menulis tidak hanya sebagai aktivitas yang dapat dituangkan tanpa adanya komponen yang mendukung. Dalam artian ini adalah seorang yang selalu memiliki aktivitas menulis pasti memiliki berbgai cara untuk menuangkan hasil dari olah rasa, pemikiran, ide, gagasan, ataupun rancangan untuk memulai suatu pekerjaan.

Seperti yang dikatakan oleh Didin Widyartono (2014:3) sebagai salah satu keterampilan atau kemahiran berbahasa selain membaca, menyimak, dan berbicara, menulis harus dikuasai oleh pengguna bahasa. Dapat diartikan bahwa untuk mengawali aktivitas menulis dapat dilakukan dengan cara yang sederhana yaitu melalui mendengarkan, menyimak, membaca, dan berbicara yang kemudian dapat disimpulkan sesuai dengan informasi yang didapatinya.

(37)

23 Perbedaan hasil tulisan yang dijelaskan diatas merupakan perbedaan olah pikiran sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang mampu untuk menciptakan karya tulis. Misalnya hasil karya tulis untuk cerita dongeng beradasarkan karangan cerita yang dibuat menarik yang tidak sesuai atau tidak ada bukti empirik pada kehidupan nyata.

Sedangkan sejarah dan jurnalistik merupakan hasil karya tulis yang dihasilkan dari cerita atau informasi yang sesuai dengan kehidupan nyata. Akan tetapi perbadaanya terletak pada latar belakang waktu misalnya, berita kecelakaan, politik, acara penting. Jurnalistik menyajikan tulisan beberapa saat setelah kejadian. Sementara sejarah merupakan salah satu informasi yang berdasarkan bukti empirik dari kehidupan sosial yang terjadi pada waktu lampau.

Maka santri Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga memanfaatkan kreativitas menulis sebagai aktivitas positif serta bermanfaat untuk menuangkan ide kreativ melalui tulisan. Dalam hal ini beberapa santri telah meraih prestasi melalui karya tulis.

c.Santri

1). Pengertian Santri

(38)

24 sebuah pesantrian (pesantren) yang menjadi tempat belajar bagi para santri.

Pada dasarnya santri merupakan seseorang yang belajar agama Islam yang memiliki sifat tawadu’, qona’ah, dan sederhana. Akan tetapi terdapat santri yang mukim (bertempat tinggal di pesantren) dan santri yang tidak mukim (murid-murid yang berasal dari desa sekelilingnya).

Ahmad Muhakamurrohman (2014:110) dalam tradisi pesantren, selain diajarkan mengaji dan mengkaji ilmu agama, para santri diajarkan pula mengamalkan serta bertanggung jawab atas apa yang telah dipelajari.

Salah satu tanggung jawab santri adalah mengamalkan apa yang dipelajari. Berbagai cabang pengetahuan menjadi sarana santri untuk mengembangkan dan mengoptimalkan kemampuan dalam mengamalkan ilmu yang dipelajarinya.

(39)

25 Siswanto (2017:125) mengatakan bahwa lembaga sosial yang berciri keagamaan tersebut memang memiliki perspektif yang sama yaitu membantu dan memanusiakan manusia. Hal ini sesuai dengan budaya pesantren yang sudah dijelaskan diatas. Dalam artian pesantren juga memiliki pengaruh terhadap santri yang memanusiakan manusia yaitu saling menghormati.

Seperti yang dikatakan Zainuddin Syarif (2012:20) budaya pesantren merupakan salah satu bagian setting sosial Islam yang mengakui perbedaan “takdir” manusia dalam

pendekatan intelektual terhadap permasalahan yang terungkap di dunia empirik.

Terbentuknya budaya pesantren membuktikan bahwa interaksi sosial juga terjadi pada lingkungan pesantren. Secara keseluruhan pesantren juga mnegajarkan bagaimana perilaku kepada orang yang lebih muda, teman seumuran, orang yang lebih tua. Sehingga budaya saling menghormati juga tercipta pada lingkungan pesantren.

(40)

26 situasi dan kondisi yang secara tidak langsung akan membentuk watak kepribadian serta budaya masyarakat yang tinggal di lingkungan itu. Pengaruh budaya pesantren kepada santri yang diciptakan melalui lingkungan fisik berupa perilaku atau akhlak memiliki daya guna bagi masa depan santri yang lebih baik.

Bagian mendasar pesantren adalah salah satu wadah untuk santri yang memiliki keinginan untuk belajar agama. Akan tetapi pada era modern sekarang pesantren tidak hanya membekali santri dengan kajian-kajian kitab keislaman saja.

2).Perkembangan Pendidikan Pesantren

Perkembangan Pendidikan pesantren tidak hanya pada langkah kajian kitab yang diberikan. Akan tetapi ketrampilan pada diri seorang juga bisa dikembangkan melalui sarana yang diberikan oleh pesantren. Hal itu bertujuan untuk membina santri dalam bingkai modernisasi. Sehingga karakter santri juga terbentuk untuk kebutuhan duniawi dan ukhrawi.

(41)

27 tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama.

Berdasarkan bebarapa fakta diatas dapat disimpulkan bahwa pesantren tidak hanya menjadi wadah pembelajaran agama saja, akan tetapi juga dapat dijadikan sebagai pembentukan karakter, menanamkan sifat sosial, dan tempat untuk mengasah ketrampilan seorang santri.

4. Kelompok KATABA Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga

Dalam perkembangan ini kelompok menulis KATABA yang terdapat di Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga adalah salah satu wadah

untuk santri yang memiliki kemampuan atau berminat untuk belajar menulis. Tidak hanya belajar membaca, dan memahami Al Qur’an dengan

baik dan benar. Santri Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga juga diperkaya

dalam pembimbingan kebahasaan.

(42)

28 berdiri pada tahun 2017 ini mampu menggerakan sebagian besar santri Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga untuk belajar berkreasi melalui tulisan.

Dasar inilah yang memperkuat terbentuknya kelompok KATABA di Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga. Selain menumbuhkan

minat baca para santri, hal tersebut mampu mendorong minat santri untuk lebih berkembang dalam kreasi menulisnya. Terbukti bahwa banyak anggota KATABA yang mendapatkan juara dan kesempatan mempresentasikan makalahnya pada ajang konferensi nasional maupun internasional.

B. Kajian Pustaka

Pada penelitian ini terdapat penelitian yang sejenis pada penelitian lain, akan tetapi terdapat kajian yang belum dibahas pada permasalahan penelitian sebelumnya. Maka dibawah ini akan diuraikan penelitian yang ada relevansinya dengan judul yang akan teliti.

Penelitian Ridwan mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan berjudul “Peranan Jaringan

(43)

29 pada organisasi Himpunan Mahasiswa Islam dalam pencapaian tujuan organisasi. Penelitian diatas menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan menjelaskan fenomena sedalam-dalamnya, melalui pengumpulan data.

Penilitian Mustofa mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian yang dilakukan berjudul “Efektivitas Jaringan

Komunikasi Organisasi Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai Di Kantor Dinas Sosial Provinsi Riau”. Dalam penelitian ini membahas tentang

(44)

30 terkait. Snowball Sampling merupakan teknik penentuan sampel yang awalnya berjumlah kecil, kemudian berkembang semakin banyak.

Penelitian Elvianna Simanjuntak Mahasiswa Universitas Sumatera Utara ini yang berjudul “Jaringan Komunikasi dan Efektivitas Kerja, sebuah

studi korelasional yang bertujuan untuk mengetahui apakah jaringan komunikasi berpengaruh terhadap efektivitas kerja pegawai di Kantor Pemerintahan Kabupaten Dairi“. Dengan metode korelasional, ingin melihat

hubungan antara variabel jaringan komunikasi dengan variabel efektivitas kerja. Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori jaringan komunikasi, teori kinerja, teori kepemimpinan, dan teori motivasi pegawai. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai yang bekerja di kantor Pemerintahan Kabupaten Dairi, yang berjumlah 117 orang. Adapun teknik sampling dalam penelitian ini adalah proporsional random sampling yaitu pengambilan wakil berimbang dari setiap unit divisi, kemudian menggunakan teknik simple random sampling dalam penarikan sampel.

Penelitian yang dilakukan Hasyim Hasanah Mahasiswa Fakultas Dakwah UIN Walisongo Semarang yang berjudul “Penguatan Jaringan

(45)

31 Banyumanik. Subjek dampingan terdiri dari tempat LDK dan satu yayasan. Metode pengabdian menggunakan prinsip Partisipatory Rural Apraisal (PRA) dengan pendekatan feminis. Hasil kegiatan pendampingan menunjukkan bahwa masih terdapat problem kesadaran beragama warga di Banyumanik.

Berdasarkan temuan diatas, persamaan dengan penelitian ini terdapat pada analisa judul yaitu tentang jaringan komunikasi baik secara kulatatif maupun kuantitatif. Sementara perbedaan penelitian ini terdapat pada fokus penelitian, tempat penelitian yang berada di lingkungan Ma’had Al Jami’ah

IAIN Salatiga dan menggali jaringan komunikasi sebagai salah satu sarana untuk pengembangan kreativitas menulis santri Ma’had Al Jami’ah IAIN

(46)

32 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penyusunan pengajuan penelitian ini pada dasarnya bersifat eksplorasi. Seperti yang dikatakan Bachtiar (1997:61) jenis penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah penelitian kualitatif yang lebih menekankan pada grounded research dengan menggunakan suatu teknik yang disebut constant comparation, yaitu sewaktu penelitian berada di lapangan (field)

tidak menggunakan alat pengumpul data, melainkan langsung melakukan observasi atau pengamatan evidensi-evidensi sampai mengumpulkan data dan melakukan analisis.

Metode penelitian dirasa sangat penting untuk mengatahui validitas data yang diambil dari berbagai sumber. Dalam langkah pengambilan metode penelitian juga sangat menentukan tolak ukur untuk merumuskan hasil dari penelitian yang diangkat.

Semantara itu metode yang digunakan adalah jenis metode kualitatif. Hikmat (2011: 38) mengatakan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang mengahasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan berperilaku yang dapat diamati.

(47)

33 dengan kenyataan ganda. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peniliti dengan responden. Ketiga , metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus-menerus disesuaikan dengan kenyataan dilapangan; tidak harus menggunakan desain yang telah disusun secara ketat atau kaku, sehingga tidak dapat diubah.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga

yang berada di Jalan Nakula Sadewa No. V, RT 03/RW 03 Kembangarum, Sidomukti, Salatiga. Pemilihan lokasi ini karena kemudahan memperoleh data, jarak yang mudah dijangkau, dan tema yang dikaji terdapat pada kelompok KATABA Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga.

C. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah santri putra dan putri Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga yang mengikuti kegiatan

kelompok KATABA di Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga.

(48)

34 Salatiga yang menjadi anggota KATABA, ketua kelompok KATABA, ketua Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga.

D. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini akan memfokuskan kajian pada tema terlebih dahulu agar tidak terjadi perluasan pembahasan yang tidak sesuai dengan tujuan penelitian. Maka penyusunan penelitian ini tetap memfokuskan pada tema yaiu JARINGAN KOMUNIKASI PADA KELOMPOK KATABA DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS MENULIS SANTRI MA’HAD AL JAMI’AH IAIN SALATIGA. Pembatasan materi yang akan

dikaji hanya sampai bab V, yaitu penjelasan tentang jaringan komunikasi yang dapat meningkatkan kreativitas menulis santri Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga.

E. Sumber dan Jenis Data 1. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah pengambilan informasi data yang diperoleh. Dalam penelitian ini menggunakan dua jenia sumber data yaitu :

a. Data Primer

Nusa Putra dan Ninin Dwilestari (2012:68) mengatakan data

(49)

35 data yang langsung memberikan data pada pengumpul data. Maka data yang diperoleh dari penelitian ini tentang penjelasan jaringan komunikasi dalam pelaksanaan peningkatan kreativitas menulis santri. Baik dari segi jumlah anggota, pengurus Ma’had, Pengasuh Ma’had,

proses pelatihan dan data prestasi yang dimiliki.

Data tersebut diperoleh dari hasil filed research (penelitian lapangan). Melalui teknik pengumpulan data yang berdasarkan pada observasi, wawancara, dan dokumentasi. Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah santri putra dan putri Ma’had Al Jami’ah

IAIN Salatiga. b. Data Sekunder

(50)

36 Data sekunder yang akan diambil sebagai pendukung penelitian adalah data anggota KATABA, foto kegiatan KATABA, hasil karya anggota KATABA.

2. Jenis Data

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Yaitu data yang disajikan dalam bentuk verbal bukan angka. Yang termasuk data kualitatif dalam penelitian ini yaitu, gambaran umum obyek penelitian meliputi: sejarah singkat berdirinya Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga dan Kelompok KATABA, letak

geografis, Visi dan Misi, struktur organisasi, dan keadaan anggota pada waktu kegiatan KATABA berlangsung.

F. Teknik Pengumpulan Data

(51)

37 1. Observasi

Hikmat mengatakan (2011: 73) observasi ilmiah adalah kegiatan mengamati dan mencermati serta melakukan pencatatan data atau informasi yang sesuai dengan konteks penelitian. Teknik observasi diharapkan dapat menjelaskan atau menggambarkan secara luas dan rinci tentang masalah yang dihadapi. Data yang dikumpulkan dengan teknik observasi cenderung merupakan data sekunder. Data yang digunakan merupakan hasil dari observasi lapangan yang akan dijadikan sebagai bahan untuk pendekatan penelitian sebelum melaksanakan wawancara. 2. Wawancara

Menurut Hikmat (2011: 79) wawancara (interview) adalah Teknik pencarian data/ informasi mendalam yang diajukan kepada responden/informan dalam bentuk pertanyaan susulan setelah angket dalam bentuk pertanyaan lisan. Teknik ini sangat diperlukan untuk mengungkap bagian terdalam (tersembunyi) yang tidak dapat terungkap lewat angket. Alat yang digunakan dalam teknik ini recorder, panduan wawancara, dan catatan penelitian.

(52)

38 Pengurus Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga dan anggota kelompok

menulis KATABA. 3. Dokumentasi

Menurut Hikmat (2011:83) teknik dokumentasi, yakni penelusuran dan perolehan data yang diperlukan melalui data yang telah tersedia, biasanya berupa data statistik, agenda kegiatan, produk keputusan atau kebijakan, sejarah, dan hal lainnya yang berkait dengan penelitian.

Dokumentasi yang akan diambil berupa foto tempat, foto kegiatan, foto wawancara beserta keterangan dokumentasi. Sehingga dari semua dokumentasi yang diambil dapat menjadikan data penelitian sesuai dengan keterangan dilapangan.

4. Teknik Analisis Data

(53)

39 terdapat dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah di lapangan.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh oleh penyusun dalam menganalisis data adalah sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Mereduksi data merupakan proses penyaringan dan pemusatan data yang diambil dari pengamatan dan wawancara narasumber. Hasil dari pengamatan dan wawancara dengan narasumber dijadikan sebagai data kasar yang muncul dari catata-catatan tertulis. Sehingga penarikan kesimpulan dan verivikasi data dapat diambil dari proses penajaman analisis, menggolongkan dan pengkategorian data yang diperoleh dari lapangan.

b. Sajian Data

Setelah data direduksi, langkah analisis selanjutnya adalah penyajian data (display) data. Pada rangkaian ini seluruh data yang diperoleh dari lapangan baik dokumen, hasil wawancara, serta hasil dari observasi akan dianalisis sehingga dapat memunculkan deskriptif tentang jaringan komunikasi pada kelompok KATABA.

(54)

40 membuat hubungan antara fenomena yang sebenarnya terjadi dan apa yang perlu ditindak lanjuti untuk mencapai tujuan penelitian.

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan merupakan tinjauan terhadap hasil catatan yang telah diuraikan melalui penyajian data dalam pembahasan. Sedangkan penarikan kesimpulan atau verivikasi adalah usaha untuk mencari dan memahami makna dan isi pembahasan baik dari segi penjelasan dan sistematika penjelasan. Pada dasarnya penarikan kesimpulan diambil dari intisari pembahasan yang terpolakan oleh metode penelitian yang dipakai.

G. Teknik Validitas Data

Tujuan utamanya adalah agar penelitian yang disusun dapat dipahami dengan baik sehingga diperoleh kebenaran tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut pandang. Menurut Moleong (2008:330) Trianggulasi adalah Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Berdasarkan teknik ini terdapat beberapa cara untuk membedakan keabsahan sumber data, yaitu:

(55)

41 2. Triangulasi dengan metode yaitu pengecekan data informasi melalui keabsahan kepercayaan terhadap sumber penemuan hasil penelitian yang dikaji dengan beberapa teknik pengumpulan data.

3. Triangulasi dengan teori, menurut Lincoln dan Guba (1981: 307), berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya satu atau lebih teori. Dalam hal ini kekuatan sumber data dapat diambil melalui penjelasan banding dengan sumber data yang lain.

Sumber data yang didapati dari penelitian, maka data tersebut yang telah dicantumkan haruslah data yang bersumber dan sudah teruji keabsahanya. Dalam hal ini dirasa sangat penting untuk menggunakan teknik trianggulasi terhadap data yang telah diperoleh untuk pengujian sumber dan keabsahannya.

(56)

42 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga

Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga didirikan pada 1 September

2005, dibawah naungan Yayasan Kerjasama Alumni, Orang Tua Mahasiswa (YAKAOMI) IAIN Salatiga.Pendirian Ma’had ini dilatar

belakangi oleh ide dasar yaitu, untuk menggabungkan dimensi positif perguruan tinggi dan pesantren, dimana keduanya harus dicapai bersama-sama untuk mewujudkan generasi yang mempunyai penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memiliki kepribadian dan moralitas yang baik.

Pada tataran keilmuan menjadi sangat penting untuk dapat meletakkan nilai tauhid kedalam wilayah keilmuan yang dikaji mahasiswa sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi yang dipelajari dapat memberikan pengetahuan akan pentingnya nilai-nilai metafisik dan spiritual dari ajaran agama.Adapun Visi dan Misi Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga adalah :

a. Visi

(57)

43 dan akhlak, serta pengembangan ilmu dan tradisi keislaman demi lahirnya sarjana muslim yang memiliki keunggulan dibidang ilmu keislaman, kemampuan berbahasa asing, kepribadian utuh, dan ber-akhlakul karimah.

b. Misi

Misi Ma’had Mahasiswa IAIN Salatiga adalah sebagai

berikut :

1) Mendidik mahasiswa-santri memiliki kemampuan membaca dan memahami Al-Qur’an dengan baik dan benar, kemantapan akidah, kedalaman spiritual, keluhuran akhlak, dan keluasan ilmu keagamaan.

2) Memperkuat proses internalisasi nilai-nilai keislaman, kepribadian dan keadaban melalui pendidikan terintegrasi antara pendidikan akademik Perguruan Tinggi dan pendidikan pesantren; dan

(58)

44 2. Sejarah Berdirinya Kelompok KATABA Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga

dan Eksistensinya

Kelompok KATABA merupakan salah satu sarana pengembangan bakat menulis mahasiswa dilingkup Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga.

Kelompok yang dikelola oleh pengurus Ma’had Al Jami’ah baik putra dan

putri ini digagas pada tahun ajaran baru tepatnya 16 maret 2017. Atas permintaan santri Ma’had Al Jami’ah sendiri maka terbentuklah kelompok

yang diberi nama KATABA. Kelompok ini terbentuk atas dasar banyaknya minat santri pada pengembangan karya tulis baik secara ilmiah maupun jurnalistik. Tidak hanya sekedar pemuatan gagasan pada kelompok akan tetapi anggota kelompok KATABA terbukti memiliki pencapain prestasi dibidang karya tulis. Dalam kurun waktu satu tahun tercatat sembilan anggota mengikuti kegiatan yang diharuskan membuat artikel sebagai syarat untuk mengikutinya.

3. Pengembangan Bakat Santri Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga

Ma’had di IAIN Salatiga diarahkan dapat menciptakan suasana

(59)

45 a. Ma’had merupakan salah satu pilar Perguruan Tinggi Keagamaan Islam yang menitikberatkan pada penguasaan ilmu-ilmu keislaman dan pendalaman serta penghayatan nilai-nilai agama Islam bagi mahasiswa.

b. Sebagai bagian integral dari Perguruan Tinggi keagamaan Islam, Ma’had berfungsi sebagai peletak dasar penguasaan ilmu-ilmu agama

dan penerapan nilai-nilai keberagaman bagi mahasiswa IAIN. Dengan demikian semua aktivitas di Ma’had dan perkuliahan di IAIN harus

berjalan beriringan dan saling mendukung.

c. Secara historis, Ma’had merupakan pelembagaan tradisi pesantren ke dalam kampus. Oleh sebab itu, Ma’had harus merefleksikan nilai-nilai kepesantrenan, mentrasformasikan keilmuan dan pengalaman tradisi keislaman, menjadi model pendidikan Islam khas Indonesia karena muncul dan berkembang dari pengalaman sosiologis masyarakat lingkungannya.

d. Ilmu-ilmu keislaman yang diajarkan di Ma’had bersumber dari khazanah intlektual yang berpegang teguh kepada tradisi-tradisi Islam yang kaya dan;

(60)

46 melahirkan santri sarjana dalam struktur kehidupan masyarakat Indonesia.

Ma’had Mahasiswa IAIN Salatiga dalam melaksanakan tugas

dan fungsinya berusaha mengembangkan potensi fitrah manusia baik dimensi fikriyah, ruhaniyah, maupun jasmaniyah melalui berbagai bidang pendidikan, yakni pengajaran, kepengasuhan, dan kesantrinan, yang ketiganya dilakukan secara bersama-sama dengan tetap mempertimbangkan kebutuhan, ketersediaan waktu dan pikiran dari setiap santri yang juga belajar di IAIN Salatiga. Kegiatan-kegiatan yang berguna untuk mengembangkan potensi tersebut seperti

َ تَ ع

(Pedoman Akademik IAIN Salatiga, 2017: 134)

B. Temuan Penelitian

Pelaksanaan wawancara yang dilakukan berada di lokasi Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga pada hari kamis, 30 Agustus 2018, pukul 14.00-20.00

(61)

47

Tabel. 4.1 Narasumber Wawancara

Berdasarkan beberapa narasumber diatas, terdapat hasil wawancara yang sesuai dengan pedoman wawancara sebagai berikut:

Menurut hasil wawancara dengan Bapak M N selaku Pengasuh Ma’had Al Jami’ah Putra IAIN Salatiga mengatakan bahwa :

“Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga didirikan pada 1 September 2005, dibawah naungan Yayasan Kerjasama Alumni, Orang Tua Mahasiswa (YAKAOMI) IAIN Salatiga. Sementara sejarah digagasnya kelompok KATABA terbentuk pada tahun 2017 tepatnya tanggal 16 Maret yang dilatarbelakangi oleh banyaknya santri yang suka menulis sehingga mereka mendirikan sebuah grup yang isinya diskusi dan tukar pengalaman baik event lomba atau event

konferensi ilmiah”(M N, Wawancara, 30 Agustus 2018 Pukul 20.00

WIB.)

Hasil wawancara diatas menjelaskan bahwa sejarah berdirinya Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga dan sejarah berdirinya kelompok

KATABA yaitu pada tanggal 16 Maret 2017. Kelompok yang dilatarbelakangi oleh santri Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga yang suka

(62)

48 kelompok sebagai tukar informasi tentang event atau sekedar tukar pengalaman.

Dalam isi diskusi kelompok KATABA tidak hanya monoton kepada satu orang sebagai pemateri, akan tetapi semua anggota dapat menyampaikan pemikiran dan pengalaman yang ia miliki. Sehingga semua anggota bisa tahu informasi terbaru mengenai dunia penulisan, baik ilmiah, jurnalistik, puisi, dan cerpen.

Dalam upaya meningkatkan pengembangan skill santri, pengelola Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga memberikan dukungan baik

secara mental maupun materi demi menunjang prestasi santri dan memberikan stimulasi tindak lanjut agar santri bisa semakin berkembang dalam dunia tulis-menulis. Seperti yang dikatakan Pengasuh Ma’had Al Jami’ah Putra IAIN Salatiga dalam wawancara :

(63)

49 Pelaksanaan kegiatan KATABA merupakan salah satu kegiatan pengembangan yang dimiliki oleh Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga.

Kegiatan tersebut berjalan sudah hampir dua tahun dan banyak anggota yang memiliki prestasi dari hasil kegiatan pelatihan menulis.

Pada awalnya hanya pengenalan tata cara menulis makalah untk tugas mata kuliah. Akan tetapi bermunculan ide yang berkembang untuk menambah wawasan tentang karya tulis baik jurnalistik, ilmiah, puisi, cerpen dan lain sebagainya. Pada tatanan ini beberapa macam metode yang digunakan untuk pendekatan kepada anggota yaitu diskusi yang lebih menekankan semua anggota menjadi narasumber atau sharing, baik dari segi pengalaman, kesulitan untuk memulai menulis, mengembangkan penulisannya.

Berdasarkan hasil wawancara dari salah satu pengurus KATABA yaitu M Smengatakan, isi kegiatannya yaitu

“isi kegiatan KATABA meliputi kegiatan penulisan makalah ilmiah, essay, cerpen, berita, opini, puisi, sharing pengalaman

dari seluruh anggota dengan waktu yang bergantian”(M S,

Wawancara, 29 Agustus 2018 Pukul 07.30 WIB)

(64)

50 Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga membantu mahasiswa baru untuk

memahami secara jelas pembuatan makalah sebagai kewajiban tugas kuliah.

Tidak hanya pembekalan pada santri baru akan tetapi santri lama juga dapat mengembangkan bakat menulisnya melalui forum KATABA. Seperti yang dikatakan oleh M S

“manfaat mengikuti KATABA adalah bisa lebih melek literasi, karena di KATABA punya program wajib baca minimal 15 menit dalam sehari dan satu bulan satu karya, yaitu program yang bis mendorong kepada teman-teman dapat dikatakan duta baca bagi dirinya sendiri dan pendekar tinta bagi dirinya sendiri dan itu hanya sekedar motivasi agar teman-teman bias melek literasi. Karena kalau Indonesia memeiliki daya literasi tinggi maka otomatis akan meningkatkan kualitas pendidikan kita. Manfaat selanjutnya yaitu menjalin net working dalam artian teman-teman KATABA masuk dalam grub yang didalamnya memuat tentang event tulis menulis. Dari situ mereka akan termotivasi agar selalu mencoba untuk mengikuti event dan mereka akan menghasilkan karya, dan manfaat selanjutnya yaitu meningkatkan prestasi, dalam hal ini presatsi non akademik yang berupa tulis menulis contohnya setelah mengikuti KATABA banyak teman-teman yang akhirnya lolos mengikuti acara seminar nasional. Mereka menulis dan keterima melalui seleksi dan menjadi pemateri di forum nasional maupun internasional”(M S, Wawancara, 29 Agustus 2018 Pukul 07.30 WIB)

(65)

51 Ma’had Al-Jami’ah, satu-satunya asrama mahasiswa yang berada di bawah naungan kampus IAIN Salatiga. Ma’had ini terbagi menjadi dua

lokal, yaitu ma’had putra dan ma’had putri. Komunitasnya-pun tercabang menjadi dua, yaitu KATABA untuk ma’had putra yang berjumlah 50

anggota, dan KATABAT untuk ma’had putri yang berjumlah 66 anggota.

Namun esensi, materi, dan kepengurusannya tetap terpusat.

Dalam kepengurusan kegiatannya KATABA membentuk kepengurusan sendiri agar kegiatannya bisa terpusat tidak berinduk kepada pengurus harian Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga. Sehingga

memiliki perbedaan tugas yang sifatnya kewajiban sebagai pengurus Ma’had dan tugas sampingan untuk mengembangkan bakat menulisnya.

Hasil wawancara dengan salah satu pengurus Ma’had Al Jami’ah

IAIN Salatiga yaitu M L C mengatakan,

jadwal kegiatan KATABA disesuakian jadwal anggota sehingga tidak bertabrakan dengan jadwal kuliah, jadwal bimbel, dan penguruspun juga memiliki waktu luang untuk berkumpul bersama teman-teman KATABA. Kadang setiap hari sabtu pagi, ahad pagi. Yang terpenting disesuakan dengan longgarnya waktu anggota. Sehingga pengurus tidak meninggalkan kewajibannya begitu saja”(M L C, Wawancara 30 Agustu 2018 Pukul 21.00 WIB)

Sementara anggota yang lain F F S mengatakan bahwa

(66)

52 Dapat disimpulkan dari kedua wawancara yang berbeda narasumber bahwa waktu yang diberikan oleh pengurus sangat dimanfaatkan betul baik dari para pengurus Ma’had Al Jami’ah IAIN

Salatiga maupun anggota atau santri Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga. Sehingga keaktifan anggota berpengaruh atas kesadaran untuk menarik dan meningkatkan daya membaca serta membuat karya tulis untuk dirinya. C. Analisis Data

1. Bagaimana bentuk Jaringan Komunikasi pada Kelompok KATABA Jaringan komunikasi pada kelompok KATABA adalah kelompok yang memanfaatkan jaringan sosial dan struktur jaringan. Hal ini menggambarkan bahwa jaringan komunikasi pada kelompok KATABA memiliki misi dengan menggunakan relasi anggota satu dengan anggota yang lain. Fenomena ini dapat dilihat ketika anggota KATABA membagi ide atau gagasan dalam satu forum.

Dalam pembahasan pengertian mengenai arti dari jaringan cukup sulit dibayangkan. Karena tidak semua hal yang berkaitan dengan jaringan memiliki kesetaraan yang sama dalam bidang tertentu. Akan tetapi berdasarkan bayangan dalam pembahasan ini, Alo Liliweri (2014:381) mengutip dari Webster’s Dictionary menyebutkan networking sebagai interconnected or interrelated chain, group or system (sebuah rantai yang

(67)

53 Pada kelompok KATABA sendiri telah melaksanakan kinerja yang saling berhubungan. Terlihat pada pola diskusi yang dipakai oleh kelompok KATABA jaringan komunikasi ini terletak pada sistem pemberian informasi kepada anggota yang lain. Tidak ada yang membedakan kedudukan anggota dalam kelompok ini semuanya memiliki kesetaraan posisi meskipun memiliki bakat yang berbeda.

Dalam cakupannya kelompok memiliki klasifikais tertentu yang dapat membedakan fungsi dari kelompok. Meskipun dalam bingkai yang sama sebutan kelompok sudah umum dipakai oleh banyak khalayak. Cakupan ini melihat bahwa fungsi dari kelompok KATABA sendiri memiliki peranan aktif dalam subyek kerja regional. Artianya kelompok KATABA dapat berkembang dalam cakupan kelompok yang minimalis kerena secara status di bawah naungan Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga.

(68)

54 Gambar 4.1 Relasi Jaringan Komunikasi Simetris

(Sumber : Analisis Jaringan Komunikasi, Eriyanto, 2014, Hal. 42)

Bagan diatas menjelaskan bahwa satu anggota dapat melakukan relasi dua arah dari segi tempat manapun. Sehingga anggota lain dapat bersama-sama terlibat dalam relasi yang dilakukannya. Hal ini berhubungan bahwa setiap anggota menjadi narasumber pada setiap disukusi. Sehingga jaringan komunikasi secara tidak langsung sudah diterapkan oleh kelompok KATABA.

B

C E

A

(69)

55 Tidak hanya dilihat dari segi relasi simetris saja, dalam jaringan komunikasi juga dikenal sebagai kesetaraan posisi. Dalam penjelasan analisis jaringan komunikasi oleh Herman (1984:61) yang dikutip oleh Eriyanto (2014:255) mengatakan bahwa kesetaraan posisi (structural equivalence) dihitung dari kelas yang terbentuk dari aktor yang berada

pada posisi yang setara. Definisi “posisi yang setara” ini harus dilihat dari

relasi aktor dengan aktor lain dalam jaringan sosial.

Dapat diartikan bahwa jaringan komunikasi yang terjadi pada kelompok KATABA tidak hanya terlihat dari pola jaringan komunikasi relasi simetris saja akan tetapi juga terlihat oleh sistem kesetaraan posisi yang dilakukan oleh anggota KATABA. Melalui jaringan komunikasi inilah anggota KATABA dapat meningkatkan kreativitas menulisnya berdasarkan tukar pemikiran, ide, gagasan, dan pengalaman yang dimuat dalam karya tulis baik ilmiah, jurnalistik, kisah inspiratif, cerpen, puisi dan yang lainya.

(70)

56 harus mempertimbangkan untuk mengambil sebuah keputusan yang berkualitas.

Penjelasan tersebut sesuai dengan kondisi kelompok KATABA yang memang selalu memberikan solusi atas anggota yang lain tehadap berkembangan keaktifan menulis anggota dalam pelatihan ini. Bersambung dengan teori yang lain yaitu sesuai dengan kelompok rujukan. Sebagai kelompok yang selalu memberikan informasi melalui diskusi yaitu dapat mempengaruhi pola kehidupan santri Ma’had Al

Jami’ah IAIN Salatiga. Pengaruh yang didapat yaitu, santri yang awalnya

tidak mau mencoba belajar karya tulis sehingga memiliki kemauan untuk membaca dan berkarya dalam tulisan. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pada tahap ini yaitu, inspirasi, aturan perilaku, dan pola pemikiran sehari-hari.

Meskipun sumber inspirasi, aturan perilaku, dan pengaruh pola pemikiran hanya satu dua orang. Akan tetapi, dapat mempengaruhi satu kelompok yang jumlah anggotanya mencapai 120 orang. Hal ini termasuk dalam kategori kelompok rujukan. Karena satu kelompok memiliki sumber yang dapat mempengaruhi pola pemikiran meskipun satu atau dua orang saja. Sehingga santri Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga merasa

(71)

57 Kelompok KATABA Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga secara

tidak langsung telah menerapkan efektifitas jaringan komunikasi pada setiap anggotanya yang bertujuan untuk meningkatkan daya baca serta mengembangkan kreativitas menulis santri Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga.

Fungsi jaringan komunikasi inilah yang berperan dalam menumbuhkan semangat literasi yang berdasarkan pada pola membaca sejak dini yang kemudian dikembangkan melalui aspek pelatihan, dari pelatihan inilah daya tarik untuk terus berkarya dalam dunia penulisan merubah pola pikir santri Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga. Meskipun

pada awalnya sedikit tidak berpengaruh, akan tetapi dalam jangka waktu satu tahun sudah memiliki karya yang bertaraf nasional maupun internasional.

Pada dasarnya kelompok KATABA menumbuhkan rasa kepedulian terhadap lingkungan akademik kampus IAIN Salatiga pada umunnya dan Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga khususnya. Agar

(72)

58 2. Apa saja Kreativitas Menulis Kelompok KATABA

Kreativitas yang terjadi pada kelompok KATABA adalah memiliki daya tarik untuk selalu mengembangkan kreativitas menulis. Melalui jaringan komunikasi ini kelompok KATABA memanfaatkan ide dari masing-masing anggota sebagai salah satu sumber inovasi untuk meningkatkan karya tulis yang dihasilkan.

Secara personal kreativitas masing-masing individu memiliki perbedaan. Akan tetapi anggota KATABA meskipun tetap memiliki perbedaan hasil karya, hal itu tidak menjadi penghalang bagi semua anggota. Dari perbedaan justru kreativitas itu tumbuh karena adanya faktor perbedaan. Sehingga anggota KATABA tidak memiliki rasa kesulitan dalam mencari inspirasi dan ide gagasan. Hal inilah yang menjadikan jaringan komunikasi sebagai perantara tumbuhnya kreativitas anggota kelompok menulis KATABA Ma’hadAl Jami’ah IAIN Salatiga.

Dari sekian anggota yang mengikuti kelompok KATABA terdapat 8 orang yang berprestasi dalam bidang karya tulisnya, baik ilmiah maupun jurnalistik. Hal ini menunjukkan bahwa efek dari jaringan komunikasi sangat berpengaruh terhadap pengembangan kreativitas menulis anggota kelompok KATABA Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga.

(73)

59 penyalur informasi. Seperti yang dikatakan salah satu anggota KATABA semua anggota KATABA adalah everyone is teacher.Jadi tidak ada kata

ada guru dan murid semua menjadi guru pada kelompok KATABA. Yaitu semua annggota dapat menyalurkan informasi pada saat diskusi.Kreativitas menulis yang dihasilkan oleh kelompok KATABA antara lain adalah puisi, makalah ilmiah, cerpen, berita, penulisan sejarah, dan karya tulis ilmiah lainya.

Salah satu motivasi anggota KATABA untuk selalu berkarya dalam bidang menulis, karena adanya stimulasi dari penggagas KATABA yang mampu mempengaruhi tumbuhnya kreativitas menulis yang awalnya tidak memiliki gagasan untuk menulis dan pada akhirnya memilki presatasi pada bidang menulis. Stimulasi itu adalah Apabila kamu bukan anak raja, saudagar atau bangsawan maka menulislah.

(74)

60 3. Bagaimana Jaringan Komunikasi Kelompok KATABA Dalam Meningkatkan Kreativitas Menulis Santri Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga

Jaringan komunikasi pada kelompok KATABA terlihat pada kegiatan yang dilaksanakannya. Jaringan komunikasi yang diterapkan pada kelompok KATABA terbukti dapat meningkatkan kreativitas menulis santri Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatia.Dalam waktu satu tahun 8

anggota lolos sebagai peserta konferensi ilmiah di berbagai kota di Indonesia maupun luar negeri. Pencapaian tersebut tidak terlepas dari pengaruh jaringan komunikasi yang dibuat melalui penyampaian informasi pada setiap kegiatan. Sehingga dalam meningkatkan kreativitas tersebut terlihat lebih mudahjika memakai jaringan komunikasi.

Makna jaringan komunikasiini dioalah sebagai tindakan jaringan komunikasi yang menjadi solusi dalam meningkatkan kreativitas menulis santri Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga dalam lingkup kelompok

KATABA.

Gambar

Tabel 1.2 Klasifiasi Kelompok (Rakhmat, 1989:160)
Gambar 4.1 Relasi Jaringan Komunikasi Simetris
Gambar 1 : Foto wawancara dengan Pengasuh Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga
Gambar 2 : Foto wawancara dengan Pengurus Ma’had Al Jami’ah IAIN Salatiga
+7

Referensi

Dokumen terkait