• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sistem Pendukung Keputusan - NURANING HIDAYAH, BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sistem Pendukung Keputusan - NURANING HIDAYAH, BAB II"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Sistem Pendukung Keputusan

Sukoco (2007) menyatakan bahwa sistem pendukung keputusan adalah sistem informasi pada tingkatan manajemen yang mengkombinasikan data dengan sistem analisis data untuk mendukung pengambilan keputusan yang terstruktur maupun tidak.

Wibisono (2003) menyatakan bahwa sistem pendukung keputusan adalah sistem berbasis komputer yang membantu para pengambil keputusan mengatasi berbagai masalah melalui interaksi langsung dengan sejumlah database dan perangkat lunak analitik. Tujuan dari sistem adalah untuk menyimpan data dan mengubahnya ke informasi yang terorganisir yang dapat diakses dengan mudah, sehingga putusan-putusan yang diambil dapat dilakukan dengan cepat, akurat, dan murah.

Sistem pendukung keputusan ini beroperasi dalam konteks sistem informasi global yang melayani unit bisnis yang spesifik dalam suatu perusahaan. Sistem pendukung keputusan tidak terlepas dari sistem informasi global yang lebiih komprehensif. Sistem pendukung keputusan yang berhasil harus mempercepat aliran informasi ke pengambil keputusan. Data yang disimpan harus berkesinambungan secara terjadwal dan dapat diakses dengan mudah.

Menurut Little (1970) dalam Turban, dkk. (2005) mendefinisikan DSS sebagai “sekumpulan prosedur berbasis model untuk data pemrosesan dan penilaian guna membantu para manajer mengambil keputusan”. Dia menyatakan bahwa untuk sukses, sistem tersebut haruslah sederhana, cepat, mudah dikontrol, adaptif, lengkap dengan isu-isu penting, dan mudah berkomunikasi.

(2)

memperluas kapabilitas mereka, namun tidak untuk menggantikan penilaian mereka. DSS ditujuakan untuk keputusan-keputusan yang memerlukan penilaian atau pada keputusan-keputusan yang sama sekali tidak dapat didukung oleh algoritma.

B. Metode Simple Additive Weighting (SAW)

Menurut Kusumadewi (2006) dalam Nugraha (2011) mendefinisikan Simple Additive Weighting (SAW) merupakan penjumlahan terbobot. Konsep dasar metode (SAW) adalah mencari penjumlahan terbobot dari rating kinerja pada setiap alternatif pada semua kriteria. Metode SAW membutuhkan proses normalisasi matriks keputusan (X) ke suatu skala yang dapat diperbandingkan dengan semua rating alternatif yang ada.

Metode (SAW) mengenal adanya 2 (dua) atribut yaitu kriteria keuntungan (Benefit) dan kriteria biaya (Cost). Perbedaan mendasar dari kedua kriteria ini adalah dalam pemilihan kriteria mengambil keputusan.

Adapun langkah penyelesaian dalam menggunakannya adalah :

1. Menentukan alternatif, yaitu Ai.

2. Menentukan kriteria yang dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan, yaitu Cj.

3. Memberikan nilai rating kecocokan setiap alternatif pada setiap kriteria. 4. Menentukan bobot preferensi atau tingkat kepentingan (W) setiap kriteria seperti pada persamaan 1 berikut ini.

(3)

[

] (2)

7. Melakukan normalisasi matriks keputusan dengan cara menghitung nilai rating kinerja ternormalisasi ( ) dari alternatif Ai pada kriteria Cj seperti persamaan 3 berikut ini.

{

(3)

Keterangan :

a. Dikatakan kriteria keuntungan apabila nilai memberikan keuntungan bagi pengambil keputusan, sebaliknya kriteria biaya apabila menimbulkan biaya bagi pengambil keputusan.

b. Apabila berupa kriteria keuntungan maka nilai dibagi dengan nilai dari setiap kolom, sedangkan untuk kriteria biaya, nilai dari

setiap kolom dibagi dengan nilai .

c. Dengan rij adalah rating kinerja ternormalisasi dari alternatif Ai pada atribut

Cj ; i = 1,2, ... m dan j = 1,2, ... n.

8. Hasil dari nilai rating kinerja ternormalisasi ( ) membentuk matriks ternormalisasi (R) seperti persamaan 4 berikut ini.

[

]

(4)

9. Hasil akhir nilai preferensi (Vi) diperoleh dari penjumlahan dari perkalian

elemen baris matrik ternormalisasi (R) dengan bobot preferensi (W) yang bersesuaian elemen kolom matriks (W) seperti persamaan 5 berikut ini.

n

j

ij j i

w

r

V

1

(5)

Keterangan :

Vi : Nilai akhir dari alternatif

wj : Bobot yang telah ditentukan

rij : Normalisasi matriks

Nilai Vi yang lebih besar mengindikasikan bahwa alternatif Ai lebih terpilih. Contoh Kasus :

Suatu institusi perguruan tinggi akan memilih seorang karyawannya untuk dipromosikan sebagai kepala unit sistem informasi.

Ada 4 kriteria yang digunakan untuk melakukan penilaian, yaitu :  C1 = tes pengetahuan (wawancara) sistem informasi

 C2 = praktek instalasi jaringan  C3 = tes kepribadian

 C4 = tes pengetahuan agama

Pengambilan keputusan memberikan bobot untuk setiap kriteria, yaitu :  C1 = 35 %

(5)

Ada 6 orang karyawan yang menjadi kandidat (alternatif ) untuk dipromosikan sebagai kepala unit sistem informasi, yaitu :

 A1 = Indah,  A2 = Rini,  A3 = Putri,  A4 = Dana,  A5 = Ratih, dan  A6 = Mila,

Nilai alternatif di setiap kriteria, pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai Alternatif

Alternatif

Kriteria

C1 C2 C3 C4

Indah 70 50 80 60

Rini 50 60 82 70

Putri 85 55 80 75

Dana 82 70 65 85

Ratih 75 75 85 74

Mila 62 50 75 80

Kemudian dilakukan normalisasi berdasarkan persamaan 3 sebagai berikut :

r11 =

=

(6)

r21 =

dan seterusnya, sehingga diperoleh matriks ternormalisasi (R) berdasarkan sebagai berikut :

Proses perankingan dengan menggunakan bobot yang telah diberikan oleh pengambilan keputusan sebagai berikut :

[ ]

(7)

Nilai terbesar ada pada V5 sehingga alternatif A5 adalah alternatif yang terpilih sebagai alternatif terbaik. Dengan kata lain Ratih terpilih sebagai kepala unit sistem informasi.

C. Pemrogaman C#

Menurut Prabawati (2011), Microsoft Visual C Sharp atau yang lebih dikenal dengan Microsoft Visual C# adalah sebuah bahasa yang tidak diragukan lagi kemampuannya dalam proses pengembangan aplikasi berbasis .NET Framework, dimana C# bebas dari masalah kompatibilitas dilengkapi dengan berbagai fitur yang sebagian besar merupakan fitur baru, menarik, dan tentu saja menjajikan.

Visual C# dibuat berdasarkan pemrograman C# yang merupakan bahasa pemrograman berorientasi objek dan mempunyai banyak kesamaan dengan C++, Java dan VB. C# pada faktanya merupakan kombinasi antara efisiensi pemrograman C++, kesederhanaan pemrograman Java, dan penyederhanaan dari pemrograman Visual Basic.

Seperti pemrograman Java, C# juga tidak memperbolehkan multiple inheritence atau penggunaan pointer (pada safe/managed code), tetapi C# menyediakan garbage memory collection pada saat runtime dan pada saat pengecekan akses memori.

Meskipun bertentangan dengan program Java, C# tetap mempertahankan operasi unik yang terdapat pada bahasa pemrograman C++ seperti overloading, enumerations, pre-processor directive, pointer (pada unmanaged/unsafe mode), dan fungsi pointer. Seperti halnya Visual Basic, bahasa pemrograman C# juga dilengkapi dengan properties.

Sebagai tambahan, bahasa pemrograman C# juga datang dengan beberapa fitur baru dna sangat menarik seperti reflections, attributes, marshalling, remote, threads, streams data access dengan ADO.NET, dan masih banyak lagi.

D. Model Pembelajaran Kurikulum 2013 untuk siswa SMP

(8)

nama sama dengan nama pendekatan pembelajaran. Sebenarnya model pembelajaran mempunyai makna pendekatan, strategi, metode dan teknik. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas. Dengan kata lain, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka didalam kelas dan untuk menentukan material/perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, media(film-film)tipe-tipe, program-program media komputer, dan kurikulum)sebagai kursus untuk belajar).

Menrut Soekamto(dalam Nurulwati,2000) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka koseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Hal ini berarti model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar.

Berikut ini adalah beberapa model pembelajaran yang sering dipakai guru dalam melaksanakan pembelajaran bermutu sesuai dengan kurikulum 2013:

1. Koperatif (CL, Cooperative Learning).

(9)

Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siawa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.(Ngalimun,2014)

2. Pembelajaran berbasis project (Project based learning)

Blumenfeld et.al(1991) dalam Ngalimun (2014) mendeskripsikan model belajar berbasis proyek (project based learning) berpusat pada proses relatif berjangka waktu, berfokus pada masalah, unit pembelajaran bermakna dengan mengintergrasikan konsep-konsep dari sejumlah komponen pengetahuan, atau disiplin, atau lapangan studi.

Ketika siswa bekerja didalam tim, mereka menemukan keterampilan merencanakan, mengorganisasi, negosiasi, dan membuat konsensus tentang isu-isu tugas yang akan dikerjakan, siapa yang bertanggungjawab untuk setiap tugas, dan bagaimana informasi akan dikumpulkan dan disajikan. Keterampilan-keterampilan yang telah diidentifikasi oleh siswa ini merupakan keterampilan yang amat penting untuk keberhasilan hidupnya, dan sebagai tenaga kerja merupakan keterampilan yang amat penting ditempat kerja kelak. Karena hakikat kerja proyek adalah kolaboratif, maka pengembangan keterampilan tersebut berlangsung antara siswa.

Didalam kerja kelompok suatu proyek,kekuatan individu dan cara belajar yang diacu memperkuat kerja tim sebagai suatu keseluruhan.

3. Realistik (RME, Realistic Mathematics Education)

(10)

prinsip, algoritma, aturan untuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia empirik) dan vertikal (reoorganisasi matematik melalui proses dalam dunia rasio, pengembangan matematika).

Prinsip RME adalah aktivitas (doing) konstruksivis, realitas (kebermaknaan proses-aplikasi), pemahaman (menemukan-informal daam konteks melalui refleksi, informal ke formal), inter-twinment (keterkaitan-intekoneksi antar konsep), interaksi (pembelajaran sebagai aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari guru dalam penemuan).(Ngalimun,2014)

4. Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning)

Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada ketrampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi).

5. Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning)

Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning) Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemamuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dapat berpikir optimal.

(11)

siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi. (Ngalimun,2014)

6. Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)

Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif – nyaman dan menyenangkan. Pensip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.

Ada tujuh indikator pembelajarn kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (review, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya darei berbagai aspek dengan berbagai cara).(Ngalimun,2014)

7. Pembelajaran Bersiklus (cycle learning)

(12)

8. Reciprocal Learning

Weinstein & Meyer (1998) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran harus memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana siswa belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri. Sedangkan Resnik (1999) mwengemukan bahwa belajar efektif dengan cara membaca bermakna, merangkum, bertanya, representasi, hipotesis.Untuk mewujudkan belajar efektif, Donna Meyer (1999) mengemukakan cara pembelajaran resiprokal, yaitu: informasi, pengarahan, berkelompok mengerjakan LKSD-modul, membaca-merangkum.

9. Scientific

Salah satu model pembelajaran dalam implementasi Kurikulum 2013 disekolah,guru harus menggunakan pendekatan ilmiah (Scientific), karena pendekatan ini lebih efektif hasilnya dibandingkan pendekatan tradisional.

Ada tujuh kriteria sebuah pendekatan pembelajarandapat dikatakan pembelajaran scientific ,yaitu :

a. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda atau dongeng semata.

b. Penjelasan guru, respons siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

c. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

d. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelaaran.

(13)

f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas namun menarik sistem penyajiannya.

10.SAVI

Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melaluui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan penndepat, dan mennaggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melallui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunbakan media dan alat peraga; dan Intellectualy yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.(Ngalimun,2014)

E. Microsoft Visual Studio 2010

(14)

F. Kriteria Sistem Pendukung Keputusan dalam pemilihan model pembelajaran yang

sesuai kurikulum 2013.

a. Siswa dan Guru

Siswa adalah manusia berpotensi yang menghajatkan pendidikan. Di sekolah, gurulah yang berkewajiban mendidiknya. Perbedaan individual siswa pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pembelajaran mana yang sebaiknya guru ambil untuk menciptakan lingkungan belajar yang kreatif demi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda. Latar pendidikan guru diakui mempengaruhi kompetensi. Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode menjadi kendala dalam memilih dan menentukan metode.

b. Jumlah Siswa

(15)

perhatian secara konsisten terhadap pelaksanaan pembelajaran dan berbagai masalah lainnya.

c. Karakter kelas.

Pemilihan metode pembelajaran harus memperhatikan karakter kelas. Karakter kelas menyangkut sifat dan sikap peserta didik dalam tataran umum untuk ruang lingkup kelas. Guru harus memiliki ketajaman pandangan dan mampu menilai karakter yang dimiliki oleh kelas-kelas yang diampunya. Setiap kelas memiliki karakternya masing-masing. Salah satu keterampilan wajib seorang guru adalah dalam hal penguasaan kelas. Penguasaan kelas bukan diartikan guru dominan dan diktatoris, tapi guru sangat mengenali dan memahami secara mendalam karakter kelas yang diampunya.

d. Ketersediaan Fasilitas Pembelajaran.

Fasilitas pembelajaran berfungsi untuk memudahkan proses pembelajaran dan pemenuhan kebutuhan proses pembelajaran. Bagi sekolah yang telah memiliki fasilitas pembelajaran yang lengkap, ketersediaan fasilitas belajar bukan lagi suatu kendala. Namun demikian tidak semua sekolah memiliki fasilitas pembelajaran dengan standar yang diharapkan. Keadaan tersebut hendaknya tidak menjadi suatu hambatan bagi guru dalam merancang pembelajaran yang tetap mampu menjangkau tujuan pembelajaran. Dalam kondisi tertentu, guru-guru yang memiliki semangat dan komitmen yang kuat tetap mampu menyelenggarakan pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

e. Tujuan Pembelajaran Yang Hendak Dicapai.

(16)

juga berpengaruh terhadap sikap dan cara pandang peserta didik terhadap realitas kehidupan.

f. Materi Pembelajaran.

Pada bagian ini, hal yang perlu diperhatikan dalam materi pembelajaran adalah apa materinya (what), seberapa banyak (how much), dan bagaimana tingkat kesulitan (how hard) materi yang hendak dipelajari.

g. Alokasi waktu pembelajaran

Pemilihan metode pembelajaran yang tepat juga harus memperhitungkan ketersediaan waktu. Rancangan belajar yang baik adalah penggunaan alokasi waktu yang dihitung secara terperinci, agar pembelajaran berjalan dengan dinamis, tidak ada waktu terbuang tanpa arti. Kegiatan pembukaan, inti, dan penutup disusun secara sistematis. Dalam kegiatan inti yang meliputi tahap eksplorasi – elaborasi – konfirmasi, mengambil bagian waktu dengan porsi terbesar dibandingkan dengan kegiatan pembuka dan penutup.

G. APLIKASI SIMULASI

Pemrograman simulasi merupakan suatu perancangan dari sistem yang nyata dalam kehidupan, dimana ditulis melalui salah satu bahasa pemrograman dan bertujuan untuk menciptakan sistem yang nyata dalam bentuk maya.

H. PENELITIAN SEJENIS

a. Antoni Aruan (2014)

(17)

b. Hermanto (2012)

Penelitian yang dilakukan oleh Hermanto (2012), penelitian ini menggunakan metode Simple Additive Weighting (SAW), dalam menentukan jurusan pada SMK Bakti Purwokerto. Dari hasil perancangan dan pembuatan aplikasi sistem pendukung keputusan, dapat disimpulkan bahwa :

1) Sistem pendukung keputusan yang telah dibuat dapat mempermudah proses penjurusan oleh panitia, karena menggunakan proses perhitungan yang cepat dan tepat.

2) Sistem pendukung keputusan yang telah dibuat dapat diakses dari mana saja selama tersedia layanan internet karena aplikasi ini berbasis web. c. Penelitian yang dilakukan Santyasa (2007)

Penelitian yang dilakukan Santyasa (2007) tentang model-model pembelajaran inovatif. Penelitian ini menghasilkan Model pembelajaran sangat diperlukan untuk memandu proses belajar secara efektif. Model pembelajaran yang efektif adalah model pembelajaran yang memiliki landasan teoretik yang humanistik, lentur, adaptif, berorientasi kekinian, memiliki sintak pembelajaran yang sedehana, mudah dilakukan, dapat mencapai tujuan dan hasil belajar yang disasar. Model pembelajaran yang dapat diterapkan pada bidang studi hendaknya dikemas koheren dengan hakikat pendidikan bidang studi tersebut. Namun, secara filosofis tujuan pembelajaran adalah untuk memfasilitasi siswa dalam penumbuhan dan pengembangan kesadaran belajar, sehingga mampu melakukan olah pikir, rasa, dan raga dalam memecahkan masalah kehidupan di dunia nyata.

Gambar

Tabel 1. Nilai Alternatif

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penolakan TNI diberikan hak pilihnya bukan karena faktor tidak suka terhadap institusi TNI, akan tetapi dikarenakan trauma pada masa lalu di mana TNI terlibat secara

Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah (1) Bagaimana gaya bahasa Ustad Adi Hidayat Dalam Ceramah Keluarga Yang Dirindukan Rosulullah (2) Bagaimana gaya suara

Berdasarkan angka tersebut, dapat dikatakan bahwa sebagian besar masyarakat DKI Jakarta merasakan adanya peningkatan pendapatan bila dibandingkan dengan pendapatan yang

Jika sistem pakar ini dapat di jadikan sebagai salah satu alternatif untuk melakukan pencegahan maka, hasil diagnosa jenis hama dan penyakit pada tanaman padi setiap musim

Maka dari ketidak layakan daya tampung pengunjung yang ada, maka diharapkan dapat melakukan relokasi demi memenuhi kebutuhan service motor pada Dealer dan Bengkel

Ella Komariah, S.Pd selaku Guru Prakarya dan Kewirausahaan pada kelas XI bahwa Pertama, Kurikulum Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Bandung menggunakan kurikulum 2006 untuk

Perencanaan dermaga TUKS ini, memiliki beberapa fungsi utama, yaitu: (1) struktur dermaga harus mampu menahan pergerakan lateral dari beban dinamis dari