BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Premenopause
Periode klimakterium (Premenopause) merupakan masa peralihan
antara masa reproduksi dan masa senium. Biasanya masa ini disebut juga
dengan pra menopause, antara usia 40 tahun, ditandai dengan siklus haid
yang tidak teratur, dengan perdarahan haid yang memanjang dan relatif
banyak. Premenopause merupakan bagian dari masa klimakterium yang
terjadi sebelum menopause (Pranoto, 2007).
Perubahan premenopause dan proses penuaan itu diantaranya seperti
perubahan pola perdarahan, hot flash, gangguan tidur, perubahan atropik,
perubahan psikologi, perubahan berat badan, perubahan kulit, seksualitas dan
perubahan fungsi tiroid (Varney, 2006).
1. Perubahan Psikologi Pada Masa Menopause
Selama beberapa decade, menopause telah dikaitkan dengan
masalah psikologis. Informasi pada aspek psikologis menopause
menyorot tentang masalah morbiditas, patologi dan terapi medis. Wanita
yang mencari bantuan medis untuk gejala menopause sangat berbeda
dengan wanita yang usia dan status menopause sama yang tidak mencari
bantuan, tetapi lebih cenderung melaporkan distress. Mempunyai efek
negatif terhadap kesehatan mental (Varney, 2006). Beberapa wanita
menemukan perubahan membuat menopause menjadi masa-masa yang
Ketidakteraturan haid mungkin secara bawah sadar meningkatkan
kecemasannya bahwa daya tarik seksual dan fisiknya berkurang. Dia
menjadi tua dan ditolak, dia mencapai akhir dari kehidupan. Psikiatris
menemukan, banyak wanita pada masa menopause melampaui 3 tahap
sebelum menyesuaikan dengan kehidupan barunya.
Perasaan cemas paling menonjol. Biasanya periode ini cukup
singkat. Dilanjutkan dengan periode yang mungkin berlansung
berbulan-bulan, ketika gangguan depresi dan perubahan suasana hati yang lainnya
muncul. Ketiga, merasa ditolak oleh semua orang. Semua anggapannya
itu tidak benar kelak, wanita akan memasuki tahap penyesuaian ulang.
Semua kesedihan dari bulan-bulan sebelumnya, tinggal sebagai mimpi
buruk (Llewellyn, 2009).
Hilangnya libido dapat dipengaruhi sejumlah faktor, termasuk
peningkatan depresi. Peranan dalam kehidupan sosial sangat penting bagi
lansia, terutama dalam menghadapi masalah-masalah yang berkaitan
dengan dalam menghadapi masalah yang berkaitan dengan pensiun atau
hilangnya jabatan dan pekerjaan yang sebelumnya sangat menjadi
kebanggaan lansia dalam pendekatan holistik, sebenanya tidak dapat
dipisahkan antara aspek organ biologis, psikologis, sosial, budaya, dan
spritual dalam kehidupan lansia (Mubarak, 2012).
Beberapa gejala psikologis yang menonjol ketika menopause ketika
menopause adalah mudah tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup,
kehilangan harga diri karena menurunnya daya tarik fisik dan seksual.
Menurut (Mubarak, 2012), beberapa keluhan psikologis yang merupakan
tanda gejala dari menopause adalah sebagai berikut :
a. Daya ingatan menurun.
Gejala ini terlihat bahwa sebelum menopause wanita dapat
mengingat dengan mudah, namun sesudah mengalami menopause
terjadi kemunduran dalam mengingat, bahkan sering lupa pada
hal-hal sederhana.
b. Timbul kecemasan.
Banyak wanita yang mengeluh bahwa setelah menopause, mereka
menjadi pencemas. Kecemasan yang timbul sering dihubungkan
dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang
sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan dalam menghadapi situasi
yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. Misalnya jika dulu
biasa pergi sendirian pergi sendirian ke luar kota, sekarang merasa
cemas dan khawatir. Hal itu sering diperkuat oleh larangan oleh
anak-anaknya. Kecemasan pada wanita lansia yang telah menopause
umumnya bersifat relatif, artinya ada orang cemas dan khawatir.
c. Mudah tersinggung.
Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan dengan kecemasan.
Wanita lebih mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang
sebelumya dianggap tidak menganggu. Perasaannya menjadi sangat
sensitif terhadap tidak mengganggu. Perasaannya menjadi sangat
terutama jika sikap dan perilaku tersebut dipersepsikan
menyinggung proses penerimaan yang sedang terjadi dalam dirinya.
d. Mengalami stres.
Ketegangan perasaan atau selalu beredar dalam lingkungan
pekerjaan, pergaulan sosial, kehidupan rumah tangga dan bahkan
menyelusup ke dalam tidur. Jika tidak ditanggulangi stress dapat
menyita energi, mengurangi produktivitas kerja dan menurunkan
kekebalan terhadap penyakit. Tingkat psikologis, respon orang
terhadap sumber stress tidak bias diramalkan. Perbedaan suasana
hati dan emosi dapat menimbulkan beragam reaksi, mulai dari reaksi
marah sampai akhirnya ke hal-hal yang lebih sulit untuk
dikendalikan.
e. Depresi.
Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih karena
kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan
kemampuan untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan
kesempatan untuk memiliki anak, atau sedih karena kehilangan daya
tarik.
2. Gejala-Gejala Menopause (Mubarak, 2012)
Gejala menopause menurut Mubarak dipengaruhi oleh 4 faktor
a. Faktor Psikis
Perubahan-perubahan psikologik maupun fisik ini berhubungan
dengan kadar estrogen. Gejala yang menonjol adalah berkurangnya
tenaga dan gairah berkurangnya konsentrasi dan kemampuan
akademik, serta timbulnya perubahan emosi seperti mudah
tersinggung, susah tidur, rasa kesepian, ketakutan keganasan, tidak
sabar dan lain-lain. Perubahan psikis ini berbeda-beda bergantung
pada kemampuan seorang wanita untuk menyesuaikan diri.
b. Sosial ekonomi
Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor fisik, kesehatan dan
pendidikan. Apabila faktor-faktor di atas cukup baik, akan
mengurangi beban fisiologis dan psikologik.
c. Budaya dan lingkungan
Pengaruh budaya dan lingkungan sudah terbukti sangat
mempengaruhi wanita dalam penyesuaian diri dengan fase
klimakterium.
d. Fakor lain
Wanita yang belum menikah dan wanita karier, baik yang sudah
atau belum berumah tangga, riwayat menarche yang terlambat
berpengaruh terhadap keluhan-keluhan klimakterium yang ringan.
Tanda dan gejela menopause mempunyai ciri-ciri khusus, baik tanda
dan gejala menopause karena perubahan fisik maupun karena
perubahan psikologis. Gejala-gejala menopause disebabkan oleh
berkurang, maka ovarium menghasilkan lebih sedikit estrogen dan
progesteron dan tubuh memberikan reaksi. Beberapa wanita hanya
mengalami sedikit gejala, sedangkan wanita lain mengalami
berbagai gejala yang sifatnya ringan sampai berat (Proverawati,
2009). Berkurangnya kadar estrogen secara bertahap menyebabkan
tubuh secara perlahan menyesuaikan diri terhadap perubahan
hormon, tetapi pada beberapa wanita penurunan kadar estrogen ini
terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan gejala-gejala yang hebat.
Hal ini sering terjadi jika menopause disebabkan oleh pengangkatan
ovarium (Proverawati, 2009).
3. Beberapa keluhan fisik yang di alami wanita premenopause (Aqila,
2010) :
a. Ketidakteraturan siklus haid
Di sini siklus perdarahan yang keluar dari vagina tidak teratur.
Perdarahan seperti ini terjadi terutama diawal menopause.
Perdarahan akan terjadi dalam rentang waktu beberapa bulan yang
kemudian akan berhenti sama sekali. Gejala ini disebut gejala
peralihan.
b. Kekeringan vagina
Gejala pada vagina muncul akibat perubahan yang terjadi pada
lapisan dinding vagina. Vagina menjadi kering dan kurang elastis.
Ini disebabkan karena penurunan kadar estrogen. Tidak hanya itu,
juga muncul rasa gatal pada vagina. Yang lebih parah lagi adalah
rasa sakit saat berhubungan seksual, dikarenakan perubahan pada
vagina. Intercourse yang teratur akan menjaga kelembapan alat
kelamin. Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali
mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen
yang menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering dan
kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut, keputihan rasa sakit
pada saat kencing (Aqila, 2010).
4. Adapun persiapan-persiapan yang dapat kita lakukan untuk
mempersiapkan masa menopause antara lain sebagai berikut :
a. Mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin seperti buah
dan sayuran
b. Berolahraga teratur
c. Makanan yang baik dan bergizi
d. Melakukan hobi
e. Mengurangi konsumsi kopi, teh, minuman soda dan alcohol
f. Menghindari rokok
g. Tetaplah berkarya dan usahakan dapat memberikan manfaat bagi
orang lain
h. Berfikirlah bahwa menopause itu adalah sesuatu yang wajar
i. Terlibat dalam aktivitas-aktivitas keagamaan dan social
j. Bersilaturrahmi denagn teman bersama untuk bertukar fikiran
k. Mengkomunikasikan masalah dengan pasangan
B. Definisi Kecemasan
Cemas berasal dari bahasa latin anxius dan dalam bahasa Jerman angst
kemudian menjadi anxiety yang berarti kecemasan, merupakan suatu kata
yang digunakan oleh Freud untuk menggambarkan suatu efek negatif dan
keterangsangan (Jatman, 2000).
Kecemasan adalah gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai
dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan
berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian
utuh, perilaku dapat terganggu tapi masih dalam batas normal (Hawari,
2006). Kecemasan berkaitan erat dengan perasaan tidak berdaya. Keadaan
emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik, kondisi dialami secara
subyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal (Hamid,
1998).
Kecemasan tidak dapat dihindarkan dari kehidupan individu dalam
memelihara keseimbangan. Pengalaman cemas seseorang tidak sama pada
beberapa situasi dan hubungan interpersonal. Hal yang dapat menimbulkan
kecemasan biasanya bersumber dari ancaman integritas biologi meliputi
gangguan terhadap kebutuhan dasar makan, minum, kehangatan, sex, dan
ancaman terhadap keselamatan diri seperti tidak menemukan integritas diri,
tidak menemukan status prestise, tidak memperoleh pengakuan dari orang
lain dan ketidaksesuaian pandangan diri dengan lingkungan nyata (Suliswati,
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan
a. Faktor predisposisi
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kecemasan
(Stuart, 2007). Faktor faktor tersebut antara lain :
1) Teori psikoanalitik
Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kecemasan timbul
karena konflik antara elemen kepribadian yaitu id (insting) dan
super ego (nurani). Id mewakili dorongan insting dan impuls
primitif seseorang sedang superego mencerminkan hati nurani
seseorang dan dikendalikan norma budayanya. Ego berfungsi
menengahi tuntutan dari dua elememen yang bertentangan dan
fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
2) Teori interpersonal
Menurut teori ini kecemasan timbul dari perasan takut terhadap
tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.
Kecemasan juga berhubungan dengan perpisahan dan
kehilangan yang menimbulkan kelemahan spesifik.
3) Teori behavior
Kecemasan merupakan produk frustrasi yaitu segala sesuatu
yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai
4) Teori perspektif keluarga
Kecemasan dapat timbul karena pola interaksi yang tidak adaptif
dalam keluarga.
5) Teori perspektif biologi
Fungsi biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor
khusus Benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu
mengatur kecemasan. Penghambat asam amino butirik-gamma
neuro regulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama
dalam mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan
sebagaimana endomorfin. Selain itu telah dibuktikan bahwa
kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai
predisposisi terhadap kecemasan. Kecemasan dapat disertai
gangguan fisik dan menurunkan kapasitas seseorang untuk
mengatasi stressor.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi adalah faktor-faktor yang dapat menjadi pencetus
terjadinya kecemasan (Stuart, 2007). Faktor pencetus tersebut
adalah:
1) Ancaman terhadap integritas seseorang yang meliputi
ketidakmampuan fisiologis atau menurunnya kemampuan untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
2) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan
seseorang. Pada pasien yang akan menjalani operasi faktor
pencetus kecemasannya adalah faktor yang dialami individu
baik bersifat internal maupun eksternal. Faktor internalnya
adalah adanya ketakutan akan pembiusan,kecacatan, kematian,
takut akan rasa nyeri, takut kehilangan pekerjaan, menjadi
tanggungan keluarga. Sedangkan faktor eksternalnya adalah
lingkungan yang baru,peralatan operasi atau pembiusan yang
asing serta petugas kesehatannya.
2. Tingkat kecemasan
Stuart (2007) membagi tingkat kecemasan menjadi empat tingkat antara
lain:
a. Kecemasan Ringan
Kecemasan ini berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan seharihari, kecemasan ini menyebabkan individu menjadi
waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan ini
dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta
kreativitas. Respon fisiologis ditandai dengan sesekali nafas pendek,
nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka
berkerut, bibir bergetar. Respon kognitif merupakan lapang persepsi
luas, mampu menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada
masalah, menyelesaikan masalah secara efektif. Respon perilaku dan
emosi seperti tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan,
b. Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk
memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain
sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat
melakukan sesuatu yang terarah. Respon fisiologis: sering nafas
pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, mulut kering, diare,
gelisah. Respon kognitif: lapang persepsi menyempit, rangsangan
luar tidak mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi
perhatiannya. Respon perilaku dan emosi: meremas tangan, bicara
banyak dan lebih cepat, susah tidur dan perasaan tidak enak.
c. Kecemasan Berat
Sangat mengurangi lapang persepsi seseorang terhadap sesuatu
yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir tentang hal yang
lain. Semua perilaku ditujukan untuk menghentikan ketegangan
individu dengan kecemasan berat memerlukan banyak pengarahan
untuk dapat memusatkan pikiran pada suatu area lain. Respon
fisiologi : nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat,
berkeringat, ketegangan dan sakit kepala. Respon kognitif : lapang
persepsi amat sempit, tidak mampu menyelesaikan masalah. Respon
perilaku dan emosi : perasaan ancaman meningkat.
d. Panik
Individu kehilangan kendali diri dan detail perhatian hilang.
apapun meskipun dengan perintah. Respon fisologis : nafas pendek,
rasa tercekik, sakit dada, pucat, hipotensi, koordinasi motorik
rendah. Respon kognitif : lapang persepsi sangat sempit, tidak dapat
berpikir logis. Respon perilaku dan emosi: mengamuk dan marah,
ketakutan, kehilangan kendali.
3. Respon Kecemasan
Kecemasan dapat mempengaruhi kondisi tubuh seseorang, respon
kecemasan menurut Suliswati (2005) antara lain:
a. Respon Fisiologis terhadap Kecemasan
Secara fisiologis respon tubuh terhadap kecemasan adalah
dengan mengaktifkan sistem saraf otonom (simpatis maupun
parasimpatis). Sistem saraf simpatis akan mengaktivasi proses tubuh,
sedangkan sistem saraf parasimpatis akan meminimalkan respon
tubuh. Reaksi tubuh terhadap kecemasan adalah “fight” atau “flight”.
Flight merupakan reaksi isotonik tubuh untuk melarikan diri, dimana
terjadi peningkatan sekresi adrenalin ke dalam sirkulasi darah yang
akan menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah
sistolik, sedangkan fight merupakan reaksi agresif untuk menyerang
yang akan menyebabkan sekresi noradrenalin, rennin angiotensin
sehingga tekanan darah meningkat baik sistolik maupun diastolik.
Bila korteks otak menerima rangsang akan dikirim melalui saraf
simpatis ke kelenjar adrenal yang akan melepaskan adrenalin atau
Respon adaptif, Respon Mal adaptif antara lain napas menjadi lebih
dalam, nadi meningkat. Darah akan tercurah terutama ke jantung,
susunan saraf pusat dan otot. Dengan peningkatan glikogenolisis
maka gula darah akan meningkat.
b. Respon Psikologis terhadap Kecemasan
Kecemasan dapat mempengaruhi aspek interpersonal maupun
personal. Kecemasan tinggi akan mempengaruhi koordinasi dan
gerak refleks. Kesulitan mendengarkan akan mengganggu hubungan
dengan orang lain. Kecemasan dapat membuat individu menarik diri
dan menurunkan keterlibatan dengan orang lain.
c. Respon Kognitif
Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik
proses pikir maupun isi pikir, diantaranya adalah tidak mampu
memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa, menurunnya
lapang persepsi, dan bingung.
d. Respon Afektif
Secara afektif klien akan mengekspresikan dalam bentuk
kebingungan dan curiga berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap
kecemasan.
4. Penatalaksanaan kecemasan
a Penatalaksanaan Farmakologi
Pengobatan untuk anti kecemasan terutama benzodiazepine,
jangka panjang karena pengobatan ini menyebabkan toleransi dan
ketergantungan. Obat anti kecemasan nonbenzodiazepine, seperti
buspiron (Buspar) dan berbagai antidepresan juga digunakan (Isaacs,
2005).
b Penatalaksanaan non farmakologi
1) Distraksi
Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan
kecemasan dengan cara mengalihkan perhatian pada hal-hal lain
sehingga pasien akan lupa terhadap cemas yang dialami.
Stimulus sensori yang menyenangkan menyebabkan pelepasan
endorfin yang bisa menghambat stimulus cemas yang
mengakibatkan lebih sedikit stimuli cemas yang ditransmisikan
ke otak (Potter & Perry, 2005). Salah satu distraksi yang efektif
adalah dengan memberikan dukungan spiritual (membacakan
doa sesuai agama dan keyakinannya), sehingga dapat
menurunkan hormon-hormon stressor, mengaktifkan hormon
endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan
perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem
kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta
memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan
aktivitas gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih dalam
kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme
yang lebih baik.
2) Relaksasi
Terapi relaksasi yang dilakukan dapat berupa relaksasi,
meditasi, relaksasi imajinasi dan visualisasi serta relaksasi
progresif (Isaacs, 2005).
5. Penilaian Terhadap Kecemasan
Parameter penilaian tingkat kecemasan menggunakan Hamilton
Anxiety Rating Scale (HARS). Hamilton Anxiety Rating Scale
mempunyai lima parameter penilaian tingkat kecemasan, adapun
parameter tersebut yaitu tidak cemas, cemas ringan, cemas sedang, cemas
berat dan cemas sangat berat atau panik. Adapun penilaian tingkat
kecemasannya adalah: tidak ada kecemasan skor kurang dari 14,
kecemasan ringan skor antara 14- 20, kecemasan sedang skor antara
21-27, kecemasan berat skor 28-41 dan kecemasan berat sekali skor 42-56
(Hidayat, 2003).
C. Terapi afirmasi positif
Afirmasi (Inggris: Affirmation) atau dalam bahasa Indonesia diartikan
dengan penegasan. Afirmasi mirip seperti doa, harapan atau cita-cita.
Cita-cita atau sasaran membantu pembentukan gambaran di dalam daya pikir
Anda. Mengucapkan afirmasi adalah membuat sesuatu dengan tegas dan
Afirmasi atau penegasan adalah pernyataan penerimaan yang digunakan
diri sendiri dengan kebebasan yang berlimpah, kemakmuran dan kedamaian.
Afirmasi bisa juga merupakan kalimat-kalimat positif atau sekelompok
kalimat yang dirangkai menjadi satu. Afirmasi yang digunakan dengan benar
adalah alat psikologis yang sangat kuat untuk bertumbuh (Abdurrahman,
2012). Afirmasi adalah kombinasi teknik verbal dan visual keadaan disukai
pikiran seseorang. Afirmasi yang kuat dapat menjadi sangat kuat, dan dapat
digunakan oleh hampir semua orang untuk mencapai tujuan mereka dan
memenuhi keinginan mereka (Chapman, 2010).
1. Manfaat
Pikiran dan afirmasi yang positif akan meningkatkan energi dan
membawa hal-hal yang positif dalam kehidupan. Sedangkan
pikiran-pikiran dan afirmasi negatif cenderung melelahkan dan berpotensi
menimbulkan kegagalan. Selain itu juga membuat seseorang lebih cepat
tua dan tidak menarik (Ola, 2008). Herbert dalam Elfiky (2009)
mengatakan bahwa jiwa dan tubuh saling melengkapi. Pikiran jiwa
berpengaruh pada seluruh anggota tubuh bagian luar dan bagian dalam
seperti detak jantung, suhu panas, proses bernafas dan lain sebagainya.
Pikiran negatif bisa membuat detak jantung semakin cepat, tekanan
darah meninggi, nafas cepat dan suhu tubuh berubah. Harris & Epton
(2009) menyebutkan bahwa afirmasi positif yang efektif dapat merubah
pikiran negatif seseorang. Manipulasi afirmasi memiliki potensi untuk
sosial/kesehatan dan mematuhinya menurut Armitage & Rowe, (2011)
dalam Sambodo, (2013).
2. Teknik afirmasi
Nuryadi (2013) menyebutkan tentang teknik dan latihan afirmasi adalah:
a. Berfokus pada apa yang diinginkan
b. Gunakan waktu sekarang
c. Gunakan kata/kalimat positif
Hal ini penting untuk menghindari pikiran negatif. Ini adalah penggunaan
kata-kata yang lebih positif yang memperkuat hasil akhir pilihan anda,
dan tidak membawa dari setiap skenario yang tidak diinginkan yang
mungkin membingungkan alam bawah sadar gunakan kalimat yang
spesifik.
3. Tahap afirmasi positif
a. Tahap pre interaksi
1) Persiapan alat
a) Alat tulis
b) Lembar kuesioner
c) Kertas kecil
2) Ppt
b. Tahap interaksi
1) Kontrak waktu
c. Tahap kerja
1) Mengucapkan salam
3) Menjelaskan tujuan dan langka-langkah tindakan
4) Menanyakan kesiapan responden
5) Melakukan pengukuran kecemasan sebelum diberikan terapi
afiemasi positif menggunakan kuesioner skala kecemasan
HARS (Hamilton rating scale for anxiety)
6) Memberikan therapi afirmasi positif
a) Sebelum latihan, rileks dan jernihkan pikiran.
b) Berfokus pada apa yang diinginkan
c) Gunakan kata-kata positif
d) Dituliskan pada sebuah catatan yang mudah dibaca.
7) Melakukan pengukuran kecemasan sesudah diberikan therapi
afiemasi positif menggunaka kuesioner skala kecemasan HARS
(Hamilton rating scale for anxiety)
d. Tahap terminasi
1) Menutup sesi dengan salam
2) Memberi saran kepada responden untuk mengulangi afirmasi
yang telah dibuat
4. Latihan afirmasi:
a. Sebelum latihan, rileks dan jernihkan pikiran.
b. Buat afirmasi sesuai yang di inginkan. Untuk memperkuatnya bisa
dituliskan pada sebuah catatan yang mudah dibaca.
D. Pengaruh terapi afirmasi positif terhadap tingkat kecemasan ibu
premenopause
Premenopuse adalah fase dimana seorang wanita mulai menghadapi
masa-masa berakhirnya menstruasi yang menandakan wanita muali menua.
Biasanya ditandai dengan siklus mentruasi yang tidak teratur selama 12
bulan. Dan perubahan tubuh yang dirasakan, seperti muali keriputnya kulit,
tubuh terasa panas, bagian vagina muali terasa kering, tubuh lemah, lesu.
Hal-hal tersebut yang membuat wanita pasti merasakan cemas, kawatir dengan
perubahan-perubahan yang dialami. Terutama sistem seksualitas yang mulai
menurun, menjadi faktor utama kecemasan pada ibu, karena khawatir akan
hubungan harmonis dengan suaminya.
Kecemasan merupakan rasa yang diakibatkan ketidaknyamanan yang
ditimbulkan suatu hal pada diri. Cemas yang dirasakna ibu premenopause
karena merasa tidak akan bisa membahagiakan suami dan keluarganya karena
penurunan fungsi tubuh akibat penuaan. Kecemasan tersebut dapat
mengganggu psikologis ibu, dan berakibat pada kehidupan selanjutnya,
seperti semangat untuk mengurus keluarga menurun, produktifitas diri
menurun, kepercayaan diri menurun. Apabila kecemasan tidak diatasi dengan
baik, akan timbul masalah baru dalam kehidupan. Maka kecemasan yang
dialami oleh ibu salah satunya terapi afirmasi positif.
Dimana afirmasi positif itu sendiri berarti penegasan hal-hal positif
untuk diri sendiri. Afirmasi bisa dilakukan sendiri, dengan cara merilekskan
diri kita, mengatur posisi senyaman mungkin dan berfikir hal-hal positif
atau harapan yang diinginkan. Kemudian tuliskan semua hal itu pada secarik
kertas dan baca setiap hari terutama saat akan tidur pada malam hari dan
membaca doa setelah itu. Lakukan setiap hari maka hal-hal posistif akan
E. Kerangka Teori
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Modifikasi dari (Istiana dalam Maria 2000; Abdurrahman 2012; Chapman 2010, dkk; Baziad 2003)
Premenopause
Dampak pre menopause : a. Fisik :
1. Biasanya rambut rontok,
2. Sering berkeringat, 3. Dada terasa panas, 4. Vagina terasa
kering
5. Kulit mulai ada flek hitam dan kriput 6. Badan pegal b. psikologis :
1. Gairah seks turun 2. Mudah tersinggung 3. Susah tidur malam 4. Percaya diri menur
(Istiana dalam maria 2000
Kecemasan menurun Faktor yang mempengaruhi :
1. Usia haid pertama kali 2. Jumlah anak
3. Faktor psikis 4. Wanita dengan
histrektomi
5. Pemakaian kontrasepsi 6. Merokok
7. Ekonomi dan social (Baziad.A,2003)
Farmakologi Non farmakologi
Kecemasan
Afirmasi atau penegasan adalah
pernyataan penerimaan yang
digunakan diri sendiri dengan kebebasan yang berlimpah.
Tahapan afirmasi:
1. Sebelum latihan, rileks dan jernihkan pikiran.
2. Buat afirmasi untuk
memperkuatnya bisa dituliskan pada sebuah catatan yang mudah dibaca.
3. Lakukan hal tersebut sebelum tidur setiap hari.
Cara membuat afirmasi : 1. Berfokus pada apa yang
diinginkan
2. Gunakan waktu sekarang 3. Gunakan kata/kalimat positif
F. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah hubungan antara konsep yang satu dengan
konsep yang lainnya dari masalah yang diteliti sesuai dengan apa yang telah
diuraikan pada tinjauan pustaka (Azwar, 2010). Keterangan konsep
merupakan justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang dilakukan dan memberi
landasan kuat terhadap topik yang dipilih sesuai dengan identifikasi
masalahnya.
Pada penelitian ini, kerangka konsep yang diambil oleh peneliti adalah
sebagai berikut :
Bagan 2.2 Kerangka Konsep
G. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah :
Ho : Tidak ada pengaruh terapi afirmasi positif terhadap tingkat
kecemasan ibu premenopause di desa Pingit kecamatan Rakit
kabupaten Banjarnegara 2017
Ha : Ada pengaruh terapi afirmasi positif terhadap tingkat kecemasan ibu
premenopause di desa Pingit kecamatan Rakit kabupaten
Banjarnegara 2017 Tingkat kecemasan ibu
premenopause sebelum diberi terapi afirmasi
positif
Intervensi Terapi afirmasi
positif
Tingkat kecemasan ibu premenopause sesudah diberi terapi afirmasi