• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntabilitas diperlukan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas sumber daya yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Akuntabilitas diperlukan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas sumber daya yang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk nyata dari akuntabilitas. Laporan keuangan berfungsi sebagai media yang menjembatani pengelola organisasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan menjadi penting karena didalalmnya memuat informasi mengenai organisasi yang mengelola sumber keuangan yang ada, berapa besar sumber daya yang dimiliki, serta apa saja pencapaian yang telah diraih dengan sumber tadi (Nainggolan, 2012:3). Akuntabilitas diperlukan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas sumber daya yang dipercayakan kepada pengelola dalam sebuah organisasi.

Ada beberapa standar yang harus digunakan dalam penyusunan laporan keuangan. Standar ini adalah dasar-dasar yang harus dianut sesuai dengan kebutuhan setiap perusahaan. Ada 4 (empat) standar akuntansi yang berlaku di Indonesia, di antaranya:

a. Standar Akuntansi Keuangan Umum

SAK dikenal sebagai kerangka untuk membuat laporan keuangan sehingga terjadi keseragaman laporan keuangan. Standar ini biasanya digunakan oleh badan usaha dengan akuntabilitas publik atau badan usaha yang diketahui

terdaftar maupun dalam proses pendaftaran dipasar modal. International

Financial Report Standard atau IFRS telah digunakan sebagai standar untuk akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia sejak tahun 2012.

(2)

2

IFRS sendiri diadopsi sebagai standar dan pedoman karena Indonesia telah bergabung dalm IFAC dan merupakan konsekuensi untuk mematuhi standar

(3)

2

tersebut dalam pelaksanaan standar akuntansi keuangan di negara ini. Alasan lain penggunaan standar IFRS adalah guna meningkatkan kualitas laporan keuangan dari perusahaan di Indonesia secara global.

Beberapa kelebihan yang menjadikan IFRS digunakan sebagai standar akuntansi keuangan di Indonesia adalah daya banding laporan keuangannya yang bisa naik, informasi yang diberikan lebih berkualitas, hambatan arus modal internasional dihilangkan karena perbedaan dalam ketentuan pelaporan dikurangi, bahkan biaya analisis keuangan dan biaya pelaporan keuangan perusahaan multinasional bisa lebih ditekan.

b. Standar Akuntansi Keuangan Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Standar kedua adalah SAK ETAP yang diberlakukan bagi perusahaan yang diketahui tidak memiliki akuntabilitas publik yang cukup signifikan untuk menyussun laporan keunagan. Sama seperti standar sebelumnya SAK ETAP juga

menganut standar SME (Small Medium Enterprises).

SAK ETAP memiliki pola yang lebih sederhana dibandingkan standar sebelumnya. Beberapa penyederhanaan itu terlihat dari tidak adanya laporan laba-rugi (L/R) yang komprehensif, tidak ada pilihan penggunaan nilai revaluasi, dan tidak ada pengakuan liabilitas dan aset pajak tangguhan.

SAK ETAP dibuat guna memberikan kesempatan kepada usaha kecil dalam membuat laporan keuangan mereka yang bisa diaudit dan mendapat opini audit. Hal ini akan mempermudah mereka dalam mendapatkan dana pengembangan usaha. Beberapa kelebihan dari penggunaan SAK ETAP adalah implementasinya yang lebih mudah dan sederhana, informasinya tetap berkualitas meski

(4)

sederhana, penyusunan berdasarkan IRS, dan memerlukan profesional judgement yang lebih sedikit dibandingkan standar sebelumnya.

c. Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK Syariah)

SAK Syariah merupakan standar yang relatif baru digunakan di Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan Syariah digunakan khusus untuk badan usaha dengan basis syariah. Standar satu ini memiliki kerangka penyusunan dan penjumlahan laporan, penyajian laporan keuangan, dan standar khusus transaksi berdasarkan konsep syariah seperti murabahah, mudharabah, ijarah, serta istisha.

Pernyataan Standar Akuntansi dengan basis Syariah dilandasi oleh PSAK101 hingga 108 yang memuat:

Penyajian Laporan Keuangan Syariah. Akuntansi Murabahah Akuntansi Salam Akuntansi Istishna Akuntansi Mudharabah Akuntansi Musyarakah Akuntansi Ijarah

Akuntansi Transaksi Akuntansi Syariah. d. Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)

SAP ditetapkan sebagai Peraturan Pemerintah dan khusus untuk entitas pemerintahan ketika menyusun laporan keuangan baik itu Laporan Keuangan Pemerintah Pusat maupun Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Beberapa tahapan penyusunan SAP berdasarkan PP Nomor 24 Tahun 2005 Tanggal 13

(5)

4

Juni 2005 mengenai Standar Akuntansi Pemerintahan atau PP SAP adalah sebagai berikut.

Identifikasi Topik

Pembentukan Kelompok Kerja Riset Terbatas

Penulisan Draf SAP Pembahasan Draf

Pengambilan Keputusan Draf yang akan Dipublikasikan

Peluncuran Draf Publikasi SAP atau Exposure Draft

Dengar Pendapat Terbatas atau Limited Hearing dan Dengar Pendapat

publik Public Hearing

Pembahasan Tanggapan serta Masukan pada Draf Publikasian Finansial Standar

Jadi SAP disusun hanya untuk instalasi kepemerintahan baik pusat maupun daerah untuk menyusun laporan keuangan dalam pemerintahan. Dan diharapkan dengan adanya SAP maka akan ada transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara sehingga dapat mewujudkan yang baik.

Dalam beberapa PSAK diatur mengenai penyajian laporan keuangan dan hal lain untuk beberapa jenis entitas, misalnya PSAK 27: Akuntansi Perkoperasian dan

PSAK 45: Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba. (Buletin Teknis 6, 2011)

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) sudah mengantisipasi mengenai perkembangan organisasi nirlaba di Indonesia dengan mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi

(6)

Keuangan (PSAK) Nomor 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba. Sesuai dengan PSAK tersebut, laporan keuangan organisasi nirlaba terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.

PSAK ini menyatakan bahwa transparasi keuangan organisasi nirlaba menuntut suatu pencatatan dan pelaporan yang konsisten dan dapat dibandingkan hingga stakeholder dari organisasi dapat mengetahui secara jelas sumber serta cara penggunaan sumber daya yang ada. Dengan penerapan PSAK, diharapkan suatu organisasi dapat mengelola informasi keuangan secara lebih professional dan informasi yang dihasilkan menjadi lebih berkualitas.

Organisasi apapun bentuknya, yang mengelola uang dalam kegiatan selalu saja harus membuat keputusan yang dipengaruhi oleh kondisi keuangannya, dan juga akan mempengaruhi kondisi keuangan organisasi. Keputusan yang demikian dikenal dengan keputusan ekonomi.

Karakteristik entitas nirlaba berbeda dengan entitas bisnis. Perbedaan utama yang mendasar terletak pada cara entitas nirlaba memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasinya. Entitas nirlaba memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari entitas nirlaba tersebut.

Seperti yang diketahui bahwa gereja juga merupakan organisasi nirlaba yang bergerak di bidang keagamaan dan dikategorikan sebagai organisasi nirlaba, karena memperoleh sumber daya untuk melakukan berbagai aktivitas operasinya dari sumbangan para anggota (umat) dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan.

(7)

6

Organisasi Gereja merupakan salah satu bentuk organisasi nirlaba dalam bidang keagamaan, sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 45 Tahun 2011 tentang organisasi nirlaba, bahwa organisasi nirlaba juga harus dan berhak untuk membuat laporan keuangan dan melaporkan kepada para pemakai laporan keuangan (Perkasa, 2009). Untuk itu gereja juga harus dan berhak untuk membuat laporan keuangan yang akuntabilitas dan melaporkan kepada pemakai laporan keuangan gereja yaitu umat yang adalah sumber utama dalam pendapatan gereja, bahkan donatur dari luar sehingga umatt dan para donatur termotivasi untuk lebih giat memberikan persembahan syukur serta bantuan dana untuk menopang pelayanan gereja.

Keterbukaan laporan keuangan gereja sangatlah penting sehingga

pertanggungjawaban keuangan menjadi jelas, dan dapat meningkatkan kepercayaan donatur dan jemaat yang telah memberikan amalnya kepada gereja untuk mengelola dana tersebut. Dampak suatu penyajian pelaporan keuangan yang tidak dapat di pertanggungjawabkan yaitu kehilangan kepercayaan. Hal ini merupakan kerugian terbesar yang dihadapi sebuah organisasi, baik dalam hal kegiatan di masyarakat maupun proses pertanggungjawaban keuangan ke lembaga donor. Tuntutan akan akuntabilitas memadai, untuk organisasi nirlaba khususnya gereja bukanlah hal yang mudah.

Keuangan gereja sering dianggap sebagai dana sosial yang dipakai habis dalam pelayanan sehingga dalam pengelolaannya terkesan adanya pembiaran dalam penggunaan uang gereja yang bisa menimbulkan praktek korupsi. Terjadinya pembiaran ini karena tidak adanya manajemen keuangan yang baik dari pihak gereja dalam hal ini pimpinan jemaat ataupun pemegang keuangan atau bendahara.

(8)

Permasalahan permasalahan yang ada biasanya tidak ditangani secara serius oleh para pejabat gereja, bahkan ada kesan ditutup-tutupi dan dibiarkan saja tanpa adanya tindakan yang tegas. Alasan yang sering dikemukan karena gereja dianggap sebagai lembaga sosial sehingga permasalahan tersebut diselesaikan dengan kasih. Ada juga yang mengatakan bahwa masalah keuangan adalah masalah yang sensitif karena itu harus hati-hati dalam menangani kasus ini untuk menghindari dari hal-hal yang akan merusak keutuhan dan kewibawaan gereja.

Untuk itulah dalam mengupayakan perolehan dana dan mengatur penggunaannya, gereja perlu manajemen keuangan yang baik. Untuk tujuan tersebut, pengelola keuangan gereja membutuhkan informasi keuangan yang akurat. Informasi yang akurat dapat diupayakan melalui penerapan akuntansi dalam gereja. Peranan akuntansi dalam memperlancar manajemen keuangan adalah dalam fungsi

perencanaan dan fungsi pengawasan serta dalam pengambilan keputusan. Jadi dalam

pengelolaan keuangan gereja yang baik ada dua hal yang perlu diperhatikan gereja yaitu bagaimana gereja mengelola keuangannya dan mengupayakan informasi keuangan gereja.

Persoalan yang sering terjadi yaitu banyak organisasi keagamaan seperti gereja yang dalam hal pengelolaan keuangan belum dapat mewujudkan transparasi. Transparasi dapat diwujudkan bila suatu organisasi memiliki informasi yang dapat dipublikasikan. Untuk itu, disusun Standar Akuntansi Keuangan untuk Organisasi nirlaba.

Dalam kehidupan gereja, banyak gereja yang sudah mengupayakan pengelolaan keuangannya dengan memanfaatkan akuntansi. Akan tetapi, tidak sedikit juga gereja yang mengelola keuangannya dengan melakukan pencatatan dan pelaporan

(9)

8

tradisional. Secara tradisional, gereja melakukan perhitungan uang dengan persembahan, pencatatan, penyimpanan dan kemudian bila ada kebutuhan dilakukan pengeluaran dan pencatatan saldonya. Bila saldo tidak mencukupi pengeluaran maka barulah dicari upaya penggalangan dana lain selain persembahan. Kemudian sebagai pertanggungjawaban saldo diumumkan dalam bentuk lisan kepada jemaat atau dengan bentuk laporan tertulis yang sederhana. Gereja yang mengelola keuangan dengan menerapkan akuntansi telah menerapkan adanya anggaran, pelaporan keuangan secara periodik, evaluasi dan bahkan audit intern.

Berdasarkan uraian diatas dan mengingat pentingnya akuntansi dan dalam hal pelaporan keuangan pada organisasi nirlaba lebih khusus entitas gereja maka, penulis

tertarik untuk mengangkat judul: “Analisis Akuntansi Gereja Berdasarkan

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45 (Studi Kasus di Paroki Salib Suci Weoe) ”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah yaitu sebagai berikut:

1. Apakah Paroki Salib Suci Weoe telah menyusun laporan keuangan sesuai PSAK

No.45?

2. Bagaimana laporan keuangan Paroki Salib Suci Weoe yang sesuai dengan

PSAK No.45? 1.3 Tujuan Penelitian

(10)

1. Untuk mengetahui apakah laporan keuangan Paroki Salib Suci Weoe telah sesuai dengan PSAK No.45.

2. Untuk mengetahui laporan keuangan Paroki Salib Suci Weoe yang sesuai

dengan PSAK No.45. 1.4 Kegunaan Penelitian

1. Bagi organisasi gereja, diharapkan dapat menjadi sebuah refherensi yang akan

menjadi sebuah pedoman sebagai organisasi nirlaba ataupun non-profit baik untuk pengguna internal maupun eksternal ataupun sebagai bahan acuan dalam penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan PSAK No.45.

2. Bagi Pembaca, Penulis berharap hasil dari penelitian ini dapat menjadi refherensi maupun tambahan informasi untuk menambah ilmu pengetahuan tentang pengelolaan keuangan dan akuntansi Paroki.

3. Bagi Peneliti Berikutnya, melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan lebih, juga untuk menguatkan teori yang telah didapat selama menempuh pendidikan tentang lembaga non-profit serta penyajian pelaporan keuangannya.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan kajian ini dilakukan adalah untuk mengenalpasti sistem perekrutan pemilihan kakitanagn yang digunakan oleh universiti awam di Malaysia.. Pengkaji memilih kaedah

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pustaka (Library Research) yaitu telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah

LPTNU 2016 - 23 | B a b I I.. Menemukan akar penyebab dari suatu ketidaksesuaian yang ada, d) Memfasilitasi teraudit dalam penetapan langkah-langkah peningatan mutu, e)

Hasil penelitian Kiemas Rizka (2005) menunjukkan bahwa perencanaan sarana danprasarana pendidikan sDN yang terkena kebijakan regrouping yang tidak digunakan untuk KBM

Mata kuliah ini memberikan kemampuan agar dapat memahami konsep kebidanan secara baik, dalam kehidupan bermasyarakat khususnya di dalam dunia pelayanan kebidanan

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 45 menyebutkan beberapa karakteristik organisasis nirlaba yang membedakannya dengan

PENGARUH METODE GUIDED INQUIRY LEARNING DAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BEPIKIR KRITIS SISWA DENGAN MODERATOR MOTIVASI BELAJAR SISWA (Studi Quasi Eksperimen Pada

Penyelesaian suatu tugas tidak selamanya dilatar belakangi oleh motif berprestasi atau keinginan untuk berhasil, kadang kala seorang individu menyelesaikan suatu pekerjaan