Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh:
Nama : Teresia Tri Astutiningsih NIM : 999114181
NIRM : 990051121705120177
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh:
Nama : Teresia Tri Astutiningsih NIM : 999114181
NIRM : 990051121705120177
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
v
JALAN TUHAN
Bukan wewenang kita harus tahu
Mengapa doa kita tidak dikabulkan
Namun kita harus tunggu
Saat Tuhan untuk membebaskan salib kita
Bukan wewenang kita harus tahu
Mengapa bersusah payah dan menderita
Namun yakinlah,
Bahwa mahkota dirimu telah menjadi anugerah
Tak ada anugrah yang lebih mulia dari salib,
Mahkota dan hati yang luka
Maka diamlah, jangan berkeluh kesah
Semua itu adalah kunci surga
“Tuhan mengajarkan kita tentang jalan-jalan-Nya, supaya kita berjalan
menempuhNya”
vi
1 Tesalonika 5:8
Karena
Tuhan Membuat Segala Sesuatu
Indah pada waktunya
Pengkotbah 3:11
vii ABSTRAK
KECERDASAN EMOSIONAL PADA WIRANIAGA PT.HERBALIFE CABANG YOGYAKARTA
Teresia Tri Astutiningsih Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2007
Wiraniaga merupakan salah satu ujung tombak perusahaan, karena mereka berhubungan langsung dengan konsumen dalam hal distribusi dan penjualan produk perusahaan. Sebagai ujung tombak perusahaan, wiraniaga tidak hanya membutuhkan pengetahuan saja tetapi juga membutuhkan suatu kemampuan khusus yaitu kemampuan untuk mengelola emosi, oleh karena itu wiraniaga dituntut untuk memiliki kecerdasan emosi yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menggambarkan kecerdasan emosional wiraniaga PT Herbalife cabang Yogyakarta. Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui seberapa tinggi kecerdasan emosi wiraniaga PT Herbalife cabang Yogyakarta.
Subjek dalam penelitian ini adalah wiraniaga PT Herbalife cabang Yogyakarta. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 72 subjek. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kecerdasan emosional yang disusun oleh peneliti. Reliabilitas skala penelitian ini menggunakan tehnik Alpha Cronbach yang menghasilkan koefisien reliabilitas yaitu sebesar 0,939. Hal ini menunjukkan bahwa skala tersebut memiliki status handal.
viii
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2007
Salespeople are the important part of a company because the connect to the consumers directly in distributing and selling the products. As an important part, salespeople not only need the theory of intelligence, but also special ability, that is ability to control their emotion. That is why salespeople are demanded to have good emotional intelligence of salespeople of PT Herbalife Yogyakarta.
The subject of this research is the salespeople of PT.Herbalife Yogyakarta. The number of subject are 72 person. The writer arranged The Scale of Emotional Intelligence by herself. Validity and reliability test used Alpha Cronbach technique whose reliability coefficient is 0,939. Its shows that scale is valid.
ix
Kristus dan Bunda Maria atas segala berkat dan karunia-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Suatu proses panjang telah penulis lewati dalam menyelesaikan karya sederhana ini dan melibatkan banyak pihak terkait yang telah memberikan bimbingan, dukungan, bantuan, yang sangat berarti bagi penulis. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tulus kepada :
1. Bapak Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si, selaku dekan yang telah memberikan ijin untuk penelitian skripsi ini.
2. Ibu Sylvia CMYM.,S.Psi., M.Si selaku kaprodi Fakultas Psikologi yang telah memberikan semangat dan dukungan selama proses penyusunan skripsi ini. 3. Ibu Tanti Arini, S.Psi., M.Si, selaku pembimbing akademik dan penguji I
yang telah memberikan dorongan, semangat, masukan serta saran.
4. Bapak Minta Istono, S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan dorongan, bimbingan, saran dan kesabaran selama proses penulisan skripsi ini
x
7. Y. Widi Bintara selaku Marketing SPV PT Herbalife Cabang Yogyakarta atas bantuan dan kesediaan memberikan ijin bagi penulis sehingga memudahkan dalam pengambilan data.
8. Para wiraniaga PT Herbalife atas kesediaannya berpartisipasi dalam penelitian ini.
9. Bapa/Ibu, kedua orang tuaku terima kasih atas segala bentuk pengorbanan, kasih dan doa serta kesabaran yang tiada putusnya sejak akau kecil hingga saat ini. Mbak Sri, Mbak Rina dan dik Danang yang selalu memberikan dukungan, Keponakanku Nimas, Radith dan Dika, terima kasih telah menjadi penghiburku melalui keceriaan dan keluguannya.
10.Erwin Santoso, terimakasih atas cinta, kasih, persahabatan, dukungan, doa dan pengertian selama sembilan tahun ini.
11.Om Santoso dan tante Yanti, trimakasih atas doa dan dukungannya.
xi
pergi ke kampus, Rani, Dian, Deni yang sudah membantuku melalui les Private SPSS sehari langsung ok. Vincent, Zay, dan yang lainnya, terimakasih ya.
15.Susi, Lois dan Desta yang selalu memberikan dorongan baik melalui sms bahkan telepon hanya sekedar bertanya ”Udah sampai mana Tes, ayo dikejar“, trimakasih utuk semangatnya.
16.Vario merah, yang selalu menemaniku kemanapun aku pergi dan komputerku yang selalu setia menyimpan data-data skripsiku. Trimakasih ya.
17.Saya juga berterima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu demi kelancaran proses penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa sekripsi yang disusun ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari sempurna, tetapi saya berharap skripsi ini akan berguna bagi siapa saja yang membutuhkan.
Yogyakarta, 23 Oktober 2007
xii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis ... 5
2. Manfaat Praktis ... 6
xiii
4. Aspek- aspek Kecerdasan Emosional ... 13
B. Pemasaran ... 1. Pengertian Pemasaran ... 17
2. Tujuan Pemasaran ... 17
3. Pengertian Wiraniaga ... 18
4. Tugas dan Peranan Wiraniaga ... 19
5. Wiraniaga Herbalife ... 21
6. Tugas dan Cara Kerja Wiraniaga Herbalife ... 22
C. Kecerdasan Emosional Wiraniaga Herbalife ... 24
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 29
B. Subjek Penelitian ... 29
C. Variabel Penelitian ... 29
D. Definisi Operasional ... 29
E. Metode dan Alat PengambilanData ... 30
F. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas ... 36
2. Uji Kesahihan Item ... 37
3. Reliabilitas ... 39
xiv
1. Uji Normalitas ... 44
2.Tingkat Kecerdasan Emosional Wiraniaga Herbalife ... 45
a. Diskripsi Kecerdasan Emosional Wiraiaga ... 45
b. Perbandingan Mean Empiris dan Mean Teoritis ... 45
3.Kategori Tingkat Kecerdasan Emosional Wiraniaga ... 47
4. Tingkat Kecerdasan Emosional Wiraniaga Pada Tiap Aspek ... 47
a. Aspek Mengenali Emosi Diri ... 48
b. Aspek Mengelola Emosi Diri ... 49
c. Aspek Memotivasi Diri ... 50
d. Aspek Mengenali Emosi Orang Lain ... 51
e. Aspek Membina Hubungan ... 52
C. Pembahasan ... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 60
B. Saran ... 60
1. Bagi Wiraniaga... 60
2. Bagi Distributor Herbalife... 60
3. Bagi Peneliti. ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 62
xv
Tabel 2 Blueprint Skala Kecerdasan Emosional ... 35 Tabel 3 Distribusi Item Skala Kecerdasan Emosional Uji Coba ... 36 Tabel 4 Distribusi Nomor Item yang Sahih dan Gugur
Setelah Uji Coba ... 38 Tabel 5 Distribusi Nomor Item Skala Baku ... 39 Tabel 6 Kategori Skor Kecerdasan Emosional ... 42 Tabel 7 Diskripsi Data Penelitian Kecerdasan Emosional Wiraniaga 45 Tabel 8 Perbandingan Mean Empiris dan Mean Teoritis ... 46 Tabel 9 Kategori Skor dan Persentase Kecerdasan Emosional Wiraniaga 47 Tabel 10 Kategori Skor dan Persentae Jumlah Subjek
pada Aspek Mengenali Emosi Diri ... 49 Tabel 11 Kategori Skor dan Persentase Jumlah Subjek
pada Aspek Mengelola Emosi Diri ... 50 Tabel 12 Kategori Skor dan Persentase Jumlah Subjek
pada Aspek Memotivasi Diri ... 51 Tabel 13 Kategori Skor dan Persentase Jumlah Subjek
pada Aspek Mengenali Emosi Orang Lain ... 52 Tabel 14 Kategori Skor dan Persentase Jumlah Subjek
xvii
Lampiran B Data Uji Coba ... 65
Lampiran C Reliabilitas & Validitas Skala Uji Coba ... 83
Lampiran D Data Penelitian ... 85
Lampiran E Reliabilitas Penelitian... 101
Lampiran F Uji Normalitas ... 103
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu divisi yang ada dalam sebuah perusahaan adalah marketing atau yang biasa disebut pemasaran. Karyawan di bagian pemasaran merupakan ujung tombak dari suatu perusahaan karena mereka berhubungan langsung dengan konsumen dalam hal distribusi dan penjualan produk perusahaan. Sebagai ujung tombak perusahaan, mereka membutuhkan ketrampilan dan keahlian yang khusus. Salah satu keahlian yang harus dimiliki adalah kemampuan untuk menjalin relasi dengan banyak orang dari berbagai latar belakang dan karakter dan mampu menyampaikan informasi dengan baik sehingga calon pembeli pada akhirnya mau membeli produk yang ditawarkannya.
Pengertian pemasaran itu sendiri menurut Kotler (2001) adalah aktivitas dari perusahaan untuk memasarkan produk barang dan jasa kepada konsumen dengan tujuan untuk meningkatkan omzet penjualan dan pengembangan perusahaan, sedangkan orang atau pelaku yang melakukan kegiatan penjualan memiliki sebutan, diantaranya adalah wiraniaga ( salespeopke), agen (agent ), perwakilan penjualan (sales representative).
mengatasi permasalahan yang dialami pelanggan mengenai komplain produk, Kotler (2001).
Pekerjaan seorang wiraniaga tidak hanya terpaku untuk mencari calon pembeli agar membeli produk yang ditawarkannya tetapi, ia harus mampu memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pelanggan sehingga tercapai suatu kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan menurut Tjiptono (1996) dapat dicapai jika harapan pelanggan dari hasil persepsinya terhadap barang dan jasa terpenuhi dan kinerja dari wiraniaga dapat dirasakan oleh pelanggan.
Berkaitan dengan kinerja aktual yang bisa dirasakan pelanggan, seorang wiraniaga menjadi penentu puas atau tidaknya seorang pelanggan. Wiraniaga perlu memiliki keterampilan lebih tidak hanya sekedar pengetahuan mengenai pekerjaannya saja tetapi keterampilan lain untuk memberikan pelayanan yang baik dan memuaskan bagi pembeli atau pelanggan.
aspek personal dan sosial. Kemampuan-kemampuan ini terangkum dalam sebuah kecerdasan yang dinamakan kecerdasan emosional. Atau dengan kata lain seorang wiraiaga perlu memiliki suatu kecerdasan emosi sebagai salah satu modal utamanya.
Goleman ( 1999) melalui penelitiannya mengatakan bahwa IQ hanya menyumbang 20 % dari faktor penentu kesuksesan sedangkan 80 % yang lain ditentukan oleh kemampuan seseorang untuk memotivasi diri sendiri, dan bertahan menghadapi frustrasi, mengatur suasana hati dan bersikap empati.
kemampuan mengenali emosi orang lain , memahami apa yang dirasakan dan dialami oleh orang lain atau empati serta keterampilan untuk menjalin hubungan dengan orang lain Dalam kaitannya dengan tugas dan kerja wiraniaga, seorang wiraniaga harus mampu mencari tahu kebutuhan yang saat ini sedang dicari atau dibutuhkan konsumen, mampu mengatasi keberatan yang diajukan konsumen dan mampu mengatasi komplain yang diajukan pelanggan.
Salah satu contoh kasus yang menunjukkan bahwa peranan kecerdasan emosional lebih unggul dibandingkan dengan IQ terjadi pada dua orang
salesman di perusahaan barang-barang kebutuhan sehari-hari ( www.pikiran-rakyat.com). Di dalam artikel tersebut diceritakan
mengenai kasus mengenai peranan IQ yang hanya menyumbang sedikit saja untuk keberhasilan seseorang dalam karier pekerjaan seseorang. Keberhasilan seseorang dipengaruhi oleh pengendalian diri yang baik, semangat dan ketekunan yang tinggi serta mampu memotivasi diri sendiri dan orang lain, berelasi dengan orang lain baik dalam hubungannya dengan bisnis maupun rekan kerja dan mampu memahami apa yang orang lain rasakan.
untuk kator pusat Herbalife berkedudukan di Gedung Menara Dea, Jl. Mega Kuningan Barat IX Kav. I.A.3 no 1, Kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, sedangkan untuk kantor cabang Yogyakarta berada di alamat Jl. Kaliurang km 6 Gang Pandega Marta no A-2.
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimanakah gambaran Kecerdasan Emosional Wiraniaga PT Herbalife cabang Yogyakarta”.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan Kecerdasan Emosional Wiraniaga PT. Herbalife cabang Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Secara Teoritis
2. Secara Praktis
A. Kecerdasan Emosional 1. Pengertian Emosi
Dari akar katanya, emosi berasal dari kata kerja Bahasa Latin
“movere” yang berarti menggerakkan atau bergerak, di tambah awalan “ e” untuk memberi arti bergerak menjauh. Hal ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi ( Goleman, 1999)
Cooper & Sawaf ( 1998 ) juga mengemukakan pengertian emosi yang dapat didefinisikan secara sederhana sebagai menerapkan “gerakan” baik secara metafora maupun harafiah untuk mengeluarkan emosi. Goleman sendiri menambahkan bahwa semua emosi adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara berangsur-angsur oleh evolusi.
Menurut Yusuf (2001) ada beberapa contoh tentang pengaruh emosi terhadap perilaku individu diantaranya sebagai berikut :
• Memperkuat semangat, apabila seseorang merasa senang atau puas atas
hasil yang dicapai
• Melemahkan semangat apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan
• Menghambat atau menggangu konsentrasi apabila sedang mengalami
ketegangan emosi dan bisa juga menimbulkan sikap gugup dalam berbicara.
• Terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati. • Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya
akan mempengaruhi sikapnya di kemudian hari baik terhadap dirinya maupun terhadap orang lain.
Berdasarkan pengertian emosi diatas maka dapat disimpulkan bahwa emosi merupakan perasaan yang dialami oleh seseorang yang dapat merangsang pikiran , khalayan dan tingkah laku baru.
2. Anatomis Biologis emosi.
Secara biologis emosi memiliki pusat diotak yaitu pada system limbik. Sistem limbik meliputi hipotalamus dan struktur-struktur subkortial seperti : daerah preoptik, septum, daerah paraolfaktorius, epitalamus, nucleus anterior thalamus, bagian-nagian ganglia basalis, hippocampus dan amigdala.
dari mata atau telinga telah lebih dulu berjaln di otak menuju thalamus disalurkan ke neokorteks otak yang berpikir. LeDoux menemukan satu berkas neuron yang lebih kecil yang menghubungkan talamus langsung dengan amigdala, neuron yang mirip jalan pintas saraf ini memungkinkan amigdala untuk menerima sejumlah masukan langsung dari indra dan memulai suatu respon sebelum masukan-masukan itu terdata sepenuhnya oleh neokorteks ( dalam Goleman, 1999).
Penelitian LeDoux juga menjelaskan bagaimana amigdala mampu mengambil alih kendali apa yang dikerjakan, bahkan sewaktu otak yang berpikir, neokorteks masih menyusun keputusan. Amigdala memiliki jaringan saraf yang luas, jaringan ini memungkinkan amigdala selama keadaan darurat emosional, menangkap dan menggerakkan sebagian besar bagian otak lainnya termasuk otak rasional (dalam Goleman 1999).
Wilayah basal amigdala mengirimkan cabang-cabang ke corpus striatum, menyambungkan ke system otak yang mengatur gerakan. Melalui nukleus pusat didekatnya, amigdala mengirimkan isyarat-isyarat ke system saraf autonom melalui medula, menghidupkan respon yang menyebar luas dalam system jantung, otot, usus dan peredaran darah. Dari wilayah basolateral amigdala, lengan-lengan menuju korteks singulata dan serabut-serabut yang dikenal sebagai “abu-abu pusat”, yaitu sel-sel yang mengatur otot-otot besar kerangka tubuh. Jalur lain dari amigdala yang menuju ke lokus seruleus dibatang otak, menghasilkan norepineprin atau disebut juga noradrenalin dan menyebarkannya ke seluruh otak. Dikeluarkanya zat ini membuat sirkuit-sirkuit pengindraan lebih peka. Ketika sinyal-sinyel ini dikirimkan, tubuh akan mulai bereaksi dan memacu pikiran untuk bertindak.
3. Pengertian Kecerdasan Emosional
Pencetus istilah Kecerdasan Emosional adalah, Peter Salovey dan John Mayer ( Shapiro, 1998 ) mengatakan bahwa kecerdasan emosional merupakan himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau dan mengandalkan perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan. Salovey ( dalam Perwitasari, 1998 ) menegaskan batasan kecerdasan emosional sebagai kemampuan untuk mengerti emosi, menggunakan dan memanfaatkan emosi untuk membantu pikiran, mengenal emosi dan pengetahuan emosi serta mengarahkan emosi secara reflektif sehingga menuju pada perkembangan emosi dan intelektual.
Gardner (dalam Goleman, 2003 ) mengatakan bahwa kecerdasan emosional merupakan kecerdasan yang bersifat “pribadi” yang meliputi kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan intrapribadi. Kecerdasan antarpribadi merupakan kemampuan untuk memahami orang lain, apa yang memotivasi mereka, bagaimana mereka bekerja bahu membahu, sedangkan kecerdasan intrapribadi adalah kemampuan korelatif, terarah ke dalam diri.
dapat mengatur diri sendiri melalui pengenalan dan pengertian terhadap perasaan, keinginan dan kebutuhan diri sendiri serta memotivasi diri kita sendiri.
Goleman dalam bukunya Working With Emotional Intelligence
(1999) mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain, memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengenali emosi orang lain dan membina hubungan dengan baik. Ia menambahkan bahwa kecerdasan emosional berperan menghasilkan kinerja yang cemerlang. Tanpa kecerdasan emosional seseorang tidak akan bisa menggunakan kemampuan-kemampuan kognitifnya sesuai dengan potensi yang maksimum. Penelitian yang dilakukan terhadap ribuan pekerja dan eksekutif dari berbagai bidang menunjukkan bahwa kemampuan terbesar yang diperlukan untuk berhasil dalam pekerjaan adalah kecerdasan emosional.
Di dalam dunia kerja, Goleman (1999) menyatakan bahwa seseorang dinilai tidak hanya berdasarkan tingkat kepandaian atau pelatihan dan pengalaman tetapi juga berdasarkan seberapa baik seseorang mengelola diri sendiri dan berhubungan dengan orang lain.
dalam bekerja karena emosi dapat menjadi penyebab kegagalan atau keberhasilan seseorang dalam bekerja. Emosi yang lepas kendali dapat membuat orang pandai menjadi bodoh.
Berdasarkan pengertian kecerdasan emosional di atas maka, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam mengenali emosi diri sendiri, mengelola emosi, memotivasi, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan dengan baik untuk mencapai keberhasilan dan tujuan hidup yang lebih baik.
4. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional
Salovey dan Mayer mengungkapkan ada lima wilayah utama dalam kecerdasan emosional, yaitu ( dalam Goleman, 1999) :
a. Mengenali emosi diri
menentukan berbagai pilihan seperti sekolah, profesi, pekerjaan sampai kepada pemilihan pasangan hidup.
b. Mengelola emosi
Mengelola emosi diri adalah menguasai perasaan-perasaan agar perasaan tersebut dapat diungkap dengan tepat, sehingga tidak meledak melampaui batas yang wajar. Seseorang harus mengerti apa yang diharapkan dari dirinya dan mengerti bahwa setiap tindakan akan membawa konsekuensi baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, sehingga seseorang harus mampu mengontrol emosi dan menjaga agar tindakan yang diambil tidak didasarkan pada emosi saja
c. Memotivasi diri sendiri
Memotivasi diri sendiri adalah kemampuan untuk memberi semangat pada diri sendiri agar dapat melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat. Kemampuan memotivasi diri ini melibatkan rasa percaya diri, optimisme dan antusias sehingga seseorang memiliki semangat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu.
d. Mengenali emosi orang lain
memahami orang lain adalah menangkap pesan non verbal dari orang lain seperti, nada bicara, gerakan tubuh, maupun ekspresi wajah. Kemampuan berempati ini merupakan kemampuan menangkap sinyal-sinyal dalam pergaulan sosial. Penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa orang yang mampu membedakan perasaan dan isyarat non verbal akan lebih mampu menyesuaikan diri secara emosional.
e. Membina hubungan dengan orang lain
Membina hubungan dengan orang lain merupakan kemampuan seseorang untuk membentuk hubungan, membina kedekatan hubungan, meyakinkan, mempengaruhi dan membuat orang lain merasa nyaman Kemampuan ini meliputi kemampuan dalam menyelesaikan pertikaian dan persaoalan yang timbul dalam hubungan, memiliki keterampilan berkomuikasi dan mudah bergaul.
Berdasarkan 5 wilayah utama kecerdasan emosional dari Pater Salovey dan Mayer, Goleman (1999) mengemukakan bahwa ada lima dasar kecakapan emosi dan sosial, yaitu :
a. Kesadaran diri
diri sendiri, memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan diri.
b. Pengaturan diri
Pengaturan diri mencakup kemampuan seseorang untuk menangani emosinya sendiri sehingga berdampak positif pada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan mampu menunda kenikmatan sebelum mencapi tujuan, serta mampu pulih kembali dari tekanan emosi.
c. Motivasi
Motivasi yaitu kemampuan menggunakan hasrat untuk menggerakkan dan menuntun seseorang menuju sasaran, membantu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif serta mampu bertahan menghadapi kegagalan dan frustrasi.
d. Empati
Empati merupakan kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif orang lain, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan berbagai tipe kepribadian individu.
e. Keterampilan Sosial
menggunakan keterampilan ini untuk menyelesaikan perselisihan dan bekerja sama dalam tim.
B. Pemasaran
1. Pengertian Pemasaran
Pemasaran merupakan suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan mereka inginkan melalui penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai ( Kotler & Amstrong, 2001 ).
2. Tujuan Pemasaran
Nitisemito (1982 ) mengatakan bahwa pemasaran merupakan semua kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar arus barang atau jasa dari produsen ke konsumen secara efisien sehingga mampu menciptakan permintaan efektif yang nantinya akan menguntungkan pihak produsen. Masya (1978) menyatakan tujuan dari pemasaran adalah :
a. Mengarahkan dan menjuruskan setiap kegiatan yang berada diantara produsen dan konsumen
b. Mengarahkan dan menjuruskan barang dan jasa yang harus di produksi dan diadakan untuk konsumen.
menginginkan adanya perkembangan usaha sedangkan konsumen mengharapkan adanya pemenuhan kebutuhan hidup.
3. Pengertian Wiraniaga
Orang yang melakukan kegiatan penjualan memiliki berbagai sebutan, beberapa diantaranya adalah : wiraniag (salespeople), perwakilan penjualan ( sales representative), agen (agent) dan perwakilan pemasaran ( Kotler & Amstrong, 2001 )
Pengertian wiraiaga menurut Nickel yang dikutip dalam Swastha (1984) adalah orang yang melakukan interaksi dengan orang lain yang bersifat pribadi yang bertujuan untuk menciptakan, menguasai dan mempertahankan hubungan pertukaran yang saling menguntungkan.
Menurut Kotler ( 2001 ) mendefinisikan wiraniaga sebagai orang yang menyajikan barang atau jasa secara lisan dalam suatu percakapan dengan calon pembeli untuk melakukan penjualan. Selain itu wiraniaga juga merupakan advocate chanel yang mempunyai fungsi sebagai penyalur atau penasehat dari perusahaan yang diwakilinya. Casson yang dikutip dalam Swastha (1992) berpendapat bahwa wiraniaga adalah orang yang bertugas mengunjungi calon pembeli dan menawarkan barang atau jasa produksi perusahaan secara lisan dalam melakukan penjualan.
mengatasi permasalahan yang dialami pelanggan mengenai komplain produk ( Kotler, 2001).
Pekerjaan wiraniaga tidak hanya terpaku untuk mencari pembeli agar membeli produk yang ditawarkannya, tetapi ia harus mampu menjiwai seluruh tugas pekerjaan sebagai penjual dengan baik sehingga mampu melayani dengan baik dan pada akhirnya konsumen menjadi setia menggunakan produk yang dijualnya.
4. Tugas dan Peranan Wiraniaga
Wiraniaga memiliki peranan yang sangat besar dalam menunjang keberhasilan dan kemajuan perusahaan. Hal ini disebabkan karena tugas mereka berhubungan langsung dengan calon pelanggan dalam hal distribusi dan penjualan produk. Tugas wiraniaga membutuhkan aktivitas penjualan yang agresif, kreatif, serta fisik dan mental yang kuat. Hal ini disebabkan pekerjaan wiraniaga memerlukan aktivitas yang tinggi dan dalam menjalankan tugasnya banyak menjumpai ketidak setujuan-ketidaksetujuan, penolakan dan tekanan. Tugas dan proses kerja yang dilakukan oleh wiraniaga menurut Kotler (2001) adalah :
a. Prospecting ( memilih prospek) yaitu mengidentifikasi orang-orang yang dapat masuk sebagai pelanggan potensial
b. Communicating, yaitu memberikan informasi mengenai produk-produk dan pelayanan dari perusahaan.
d. Servicing, yaitu memberikan pelayanan kepada pelanggan, anatara lain membantu dalam mengatasi kerusakan teknis, mengatur pembiayaan dan pengiriman barang.
e. Alocating, yaitu membantu mengevaluasi keuntungan dan memberikan saran-saran atas alokasi produk yang diberikan.
f. Mengadakan analisa pasar. Dalam analisa pasar wiraniaga juga mengadakan peramalan tentang penjualan yang akan datang, mengetahui dan mengawasi para pesaing dan memperhatikan lingkungan social dan perekonomian.
g. Memajukan langganan. Wiraniaga bertanggung jawab atas semua tugas yang berhubungan dengan pelanggan. Hal ini dimaksudkan untuk mengarahkan tugas-tugasnya agar dapat meningkatkan laba perusahaan. Dengan memajukan pejualan langsung, diharapkan dapat meningkatkan penjualan.
h. Mempertahankan pelanggan, merupakan salah satu fungsi yang ditujukan untuk menciptakan goodwill serta mempertahankan hubungan baik dengan pelanggan.
5. Wiraniaga Herbalife
Wiraniaga Herbalife adalah seseorang yang menawarkan barang berupa produk-produk nutrisi dan perawatan diri dari Herbalife secara lisan kepada calon pembeli dan pelanggan. Dalam menawarkan produk tersebut , seorang wiraniaga menggunakan aturan dari perusahaan berupa slogan, yaitu : Use, Wear, Talk ( Gunakan, Kenakan, Bicarakan). Maksud dari slogan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Gunakan : Slogan ini memiliki arti bahwa wiraniaga Herbalife harus menjadi produk dari produknya sendiri. Maksudnya adalah bahwa seorang wiraniaga sebelum menjual produk-produk kepada calon pembeli, mereka diwajibkan untuk menggunakan produk tersebut terlebih dahulu. Tujuanya adalah untuk membagikan cerita mengenai keberhasilan dari produk yang akan ditawarkan kepada calon pembeli atau pelanggan, tanpa harus membohongi pembeli. Menurut mereka, cara ini merupakan salah satu cara yang efektif untuk menjual produk-produk yang akan ditawarkan kepada calon pembeli atau pelanggan.
sekaligus sebagai identitas bahwa mereka adalah wiraniaga Herbalife.
c. Bicaralah : Prinsip dari slogan ini adalah bahwa siapapun yang mereka jumapai atau kenali, seorang wiraniaga harus mampu menceritakan tentang keberhasilan produk-produk Herbalife, peluang bisnis dan keberhasilan financial yang akan dicapai.
6. Tugas dan Cara Kerja Wiraniaga Herbalife
Langkah-langkah yang harus dilakukan wiraniaga Herbalife dalam melakukan penjualan yang efektif adalah :
a. Menyusun daftar orang-orang yang akan ditemui, seperti : kerabat, teman, organisasi, rekan kerja dan orang yang belum dikenal. b. Membagikan brosur atau slebaran di lokasi-lokasi penting , seperti
: pertokoan, rumah sakit , pusat-pusat olah raga, dll. c. Melakukan presentasi produk
d. Menjawab dan mengatasi keberatan pelanggan
Seorang wiraniaga dituntut untuk selalu bersikap terbuka terhadap masukan dan kritikan calon pembeli atau pelanggan, jika seorang calon pembeli atau pelanggan mengajukan keberatan untuk membeli produk, wiraniaga harus bisa bersikap tenang, tidak perlu menyela, tetap fokus, tetap menunjukkan wajah yang antusias dan selalu tersenyum. Salah satu cara untuk mengatasi keberatan pelanggan adalah dengan menunjukkan keberhasilan dari produk Herbalife tidak melihat dari mahal atau tidaknya harga produk. e. Menutup penjualan
Dalam menutup penjualan, seorang wiraniaga Herbalife menggunakan cara-cara melalui vcd atau foto dari orang - orang yang sudah berhasil atau bahkan menggunakan diri sendiri sebagai contoh orang yang berhasil menggunakan produk
f. Melakukan follow-up
Ada beberapa langkah yang dilakukan wiraniaga Herbalife dalam melakukan tindak lanjut :
1. Menghubungi kembali calon pembeli dengan cara menelpon, untuk menanyakan minat calon pembeli terhadap produk atau program Herbalife.
dengan terlebih dahulu membuat janji pada calon pembeli.
3. Layanan purna jual , seorang wiraniaga Herbalife wajib menghubungi atau mengunjungi para pelanggan secara teratur sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan g. Menindak lanjuti permasalahan
Seorang wiraniaga harus mampu menghadapi permasalahan atau komplain dari pelanggan. Wiraniaga dituntut untuk bisa bersikap sabar, tidak terbawa emosi dan berusaha untuk memberikan jalan keluar yang terbaik.
C. Kecerdasan Emosional Wiraniaga Herbalife
Sebagai ujung tombak perusahaan, pekerjaan seorang wiraniaga membutuhkan keterampilan dan keahlian yang khusus. Salah satu keahlian yang harus adalah kemampuan untuk menjalin relasi dengan banyak orang dari berbagai latar belakang dan karakter dan mampu menyampaikan informasi dengan baik sehingga calon pembeli pada akhirnya mau membeli produk yang ditawarkan.
menggunakan produk yang dijualnya. Untuk bisa melayani pelanggan dengan baik, wiraniaga harus mampu berkomunikasi dengan baik, memahami kondisi-kondisi pelanggan berkaitan dengan apa yang dirasakan dan diinginkan, dan mampu membangun relasi yang baik.
Berikut ini hubungan masing-masing aspek kecerdasan emosional dengan tugas dan kerja seorang wiraniaga Herbalife :
1. Mengenali emosi diri
Pengertian mengenali emosi diri adalah kemampuan untuk mengetahui apa yang dirasakan seseorang pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri. Mengenali emosi diri adalah kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu bagi pemahaman diri dan kemampuan mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Mengetahui penyebab perasaan yang muncul, sadar akan keterkaitan antara perasaan dan apa yang dikatakan dan dilakukan serta pengaruhnya pada kinerja seseorang. Kesadaran diri ini maksudnya adalah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati.
2. Mengelola emosi
Kemampuan mengelola emosi adalah kemampuan untuk menangani emosi sehingga memiliki dampak yang baik pada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan mampu pulih dari tekanan emosi.
Pengelolaan emosi yang baik sangat diperlukan oleh seorang wiraniaga. Wiraniaga Herbalife harus bisa mengontrol emosi dan menjaga agar tindakan yang dilakukan tidak berpengaruh kepada calon pembeli atau pelanggan.
3. Memotivasi diri
Motivasi merupakan kemampuan untuk menguasai diri dalam mengendalikan dorongan atau hasrat terhadap tujuan. Kemampuan ini melibatkan optimisme dan antusias, kemampuan ini memandu seseorang untuk mengambil inisiatif dan bertindak efektif serta mampu bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.
4. Mengenali emosi orang lain
Empati merupakan kemampuan untuk mengenali perasaan orang lain, mampu memahamai orang lain dalam upaya menumbuhkan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan berbagai macam karakter orang.
Seorang wiraniaga perlu mempunyai empati, yaitu mampu mendengarkan apa yang dikeluhkan calon pelanggan, apa yang dirasakan, dan dipikirkan oleh pelanggan dan mampu memberikan apa yang dibutuhkan oleh seorang pelanggan.
5. Membina hubungan
Merupakan kemampuan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi jaringan sosial, mampu membina hubungan merupakan suatu keterampilan mengelola emosi dengan orang lain.
Seorang wiraniaga diharapkan memiliki keterampilan untuk bekerja sama dengan wiraniaga lain, mampu berkomunikasi dengan baik kepada calon pembeli, dan mampu menangani kompalin dari pelanggan serta memberikan solusi yang terbaik untuk pelanggannya.
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sample atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum ( Sugiyono, 1999 ).
B. Subyek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Wiraniaga PT.Herbalife. Jumlah subjek yang akan diteliti adalah 72 orang, terdiri atas wiraniaga laki-laki dan perempuan.
C. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan di dalam penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu kecerdasan emosional.
D. Definisi Operasional
ini perlu karena digunakan untuk menunjuk alat pengambil data yang akan digunakan dalam penelitian ( Suryabrata, 1998 ).
Pengertian Kecerdasan Emosional Wiraniaga adalah Kemampuan pribadi yang dimiliki oleh wiraniaga dalam mengenali dan merasakan emosi pada diri sendiri, memahami penyebab perasaan dan pengaruhnya, mampu mengelola dan mengendalikan emosi, tekun serta gigih dalam menghadapi tantangan, memiliki sikap kepekaan terhadap perasaan orang lain, mampu mendengarkan orang lain, memiliki ketrampilan dalam pemecahan masalah dan mampu berkomunikasi serta memiliki sikap bersahabat dan mudah bergaul dengan orang lain
Pengukuran kecerdasan emosional ini menggunakan skala kecerdasan emosional. Nilai skor total dari skala kecerdasan emosi menjadi acuan penggolongan tingkat kecerdasan emosional yang dimiliki oleh subjek. Asumsinya semakin tinggi nilai skor total skala kecerdasan emosional yang diperoleh subjek, maka akan semakin tinggi pula tingkat kecerdasan emosional yang mereka miliki.
E. Metode dan Alat Pengambilan Data
tersebut akan dapat dipakai untuk mengukur dan mengungkap tingkat kecerdasan emosional wiraniaga.
Peneliti menyusun skala kecerdasan emosional tersebut berdasarkan pada aspek-aspek kecerdasan emosional yang dikemukakan oleh Pater Salovey (dalam Goleman, 1999 ) yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan. Aspek-aspek dari kecerdasan emosional, yaitu : a. Mengenali emosi diri
¾ Mampu mengenal dan merasakan emosi diri ¾ Memahami penyebab perasaan yang timbul ¾ Mengenali pengaruh perasaan terhadap tindakan b. Mengelola emosi diri
¾ Lebih mampu mengungkapkan amarah tanpa berkelahi
¾ Dapat mengendalikan perilaku agresif yang merusak diri sendiri dan orang lain
¾ Memiliki perasaan yang positif tentang diri sendiri, pekerjaan dan keluarga
¾ Memiliki kemampuan untuk mengatasi ketegangan jiwa (stres)
c. Memotivasi diri
¾ Menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun kita menuju sasaran
¾ Tekun dan atusias serta gigih dalam menghadapi tantangan, bersikap optimis.
¾ Memiliki kemauan atau usaha sebagai kunci untuk meraih keberhasilan
¾ Membantu untuk mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif ¾ Bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi
d. Mengenali emosi orang lain
¾ Mampu memahami sudut pandang orang lain
¾ Memiliki sikap empati atau kepekaan terhadap perasaan orang lain ¾ Mampu mendengarkan orang lain
¾ Menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang
e. Membina hubungan dengan orang lain
¾ Memiliki pemahaman dan kemampuan untuk menganalisa hubungan dengan orang lain
¾ Dapat menyelesaikan konflik dengan orang lain ¾ Memiliki ketrampilan dalam pemecahan masalah
¾ Memiliki kemampuan berkomunikasi dan keterampilan dalam bercakap-cakap dengan orang lain
¾ Memiliki sikap tenggang rasa dan perhatian terhadap orang lain
¾ Memperhatikan kepentingan sosial, dan dapat hidup selaras dengan kelompok, memahami tata krama
Kecerdasan emosional ini akan diukur dengan menggunakan skala yang dibuat berdasarkan aspek-aspek diatas. Semakin tinggi skor yang diperoleh menunjukkan kecerdasan emosional semakin tinggi
Penelitian ini menggunakan model skala Likert dimodifikasi menjadi 4 kategori jawaban yaitu sangat setuju (SS) - setuju (S) - tidak setuju (TS) - sangat tidak setuju (STS).
Menurut Hadi (1991) modifikasi terhadap skala Likert perlu dilakukan untuk menghilangkan kelemahan yang dikandung oleh skala 5 tingkat yaitu: 1. Kategori belum memutuskan jawaban mempunyai arti ganda, yaitu
bisa diartikan belum memutuskan atau memberi jawaban, atau bisa juga diartikan netral, setuju tidak, tidak setuju pun tidak, atau bahkan ragu-ragu. Kategori yang mempunyai arti ganda ini tentu tidak diharapkan dalam suatu instrumen.
2. Tersedianya jawaban di tengah, dapat menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas arahan kecenderungan jawaban, ke arah setuju atau tidak setuju.
Dalam pengukuran, setiap butir pernyataan memiliki kemungkinan mendapat skor atau nilai 1 - 4 berdasarkan kategori favorable atau
unfavorable.
Tabel 1
Skor Item Kecerdasan Emosional
Kategori Skor
Favorable Unfavorable
SS 4 1
S 3 2
TS 2 3
STS 1 4
Skor setiap item pada skala penelitian kemudian dijumlahkan untuk mendapatkan skor total. Semakin tinggi skor total yang diperoleh, maka tingkat kecerdasan emosional yang dimiliki oleh subjek akan menjadi semakin tinggi. Sebaliknya, semakin rendah skor total yang dimiliki oleh subjek, maka tingkat kecerdasan emosional yang dimiliki oleh subjek akan menjadi semakin rendah.
Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan model Try Out terpakai, artinya skala yang berperan sebagai alat pengumpul data diberikan hanya sekali saja kepada subjek atau dengan kata lain peneliti hanya sekali saja melakukan proses pengambilan data. Alasan dipilihnya Try Out terpakai dalam penelitian ini adalah
kantor, sehingga peneliti mengalami sedikit kesulitan dalam proses pengambilan datanya, dan untuk penarikan datanya juga membutuhkan waktu yang cukup lama.
2. Batas waktu yang diberikan peneliti untuk melakukan penelitian ini sangat singkat sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan dua kali penelitian.
Dengan adanya pertimbangan diatas, maka peneliti memutuskan untuk menggunakan Try Out terpakai.
Berikut ini disajikan blue print skala kecerdasan emosional yang akan dijadikan acuan dalam menyusun item-item skala dalam penelitian.
Tabel 2
Blueprint Skala Kecerdasan Emosional
No. Aspek Jumlah Item Total
Favorable Unfavorable
1. Mengenali emosi diri 6 (10%) 6 (10%) 12 (20%) 2. Mengelola emosi 6 (10%) 6 (10%) 12 (20%) 3. Memotivasi diri
sendiri
6 (10) 6 (10) 12 (20%)
4. Mengenali emosi orang lain
6 (10%) 6 (10%) 12 (20%)
5. Membina hubungan 6 (10%) 6 (10%) 12 (20%)
Tabel 3
Distribusi Item Skala Kecerdasan Emosional
No Aspek Favorable Unfavorable Total
1. Mengenali emosi diri 1,11,21,31,41,51 2,12,22,32,42,52 12 2. Mengelola emosi 3,13,23,33,43,53 4,14,24,34,44,,54 12 3. Motivasi diri sendiri 5,15,25,35,45,55 6,16,26,36,4656 12 4. Mengenali emosi
orang lain
7,17,27,37,47,57 8,18,28,38,48,58 12
5 Membina hubungan 9,19,29,39,49,59 10,20,30,40,50,60 12
Total 30 30 60
F. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas
Dalam pengertian yang paling umum, validitas adalah ketepatan dan kecermatan skala dalam menjalankan fungsi ukurnya, artinya sejauh mana skala itu dapat mampu mengukur atribut yang dirancang untuk mengukurnya. Skala yang mampu mengungkap seluruh aspek yang seharusnya mereka ukur dikatakan sebagai skala yang memiliki validitas yang tinggi. Sebaliknya bila skala skala tersebut hanya mampu mengungkap sebagian saja atau justru mengukur atribut lain, maka skala tersebut akan dianggap sebagai skala yang memiliki validitas rendah (Azwar, 1999).
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity), yaitu validitas yang diukur melalui pengujian terhadap isi tes dengan melakukan analisis rasional terhadap isi tes serta didasarkan pada penilaian
Dosen Pembimbing Skripsi bertindak sebagai pihak yang dianggap kompeten melakukan proses analisis rasional terhadap isi tes, sehingga diharapkan setiap item merupakan item yang berkualitas untuk dijadikan sebagai alat pengumpul data penelitian.
2.Uji Kesahihan Item
Pengujian kesahihan item dilakukan dengan cara menghitung korelasi total (rix) dengan menggunakan batasan 0,30 yang berarti item dengan nilai rix di atas
0,30 dianggap baik atau layak sedangkan item di bawah 0,30 dianggap buruk atau gugur. Batasan 0,30 digunakan karena dalam pengembangan dan penyusunan skala-skala psikologi digunakan harga koefisien korelasi yang minimal sama dengan 0,30 (Azwar, 1995).
Proses pengambilan data dilakukan pada tanggal 24-28 September 2007 di Kantor cabang Herbalife. Skala Kecerdasan Emosional diberikan kepada Maketing SPV Herbalife untuk selanjutnya dibagikan kepada para wiraniaga PT Herbalife. Sedangkan untuk jumlah subjek yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebanyak 72 subjek.
Hasil pengujian terhadap 60 item skala kecerdasan emosional menghasilkan 8 item gugur dan 52 item sahih. 52 item yang sahih ini memiliki koefisien korelasi item total (rit) berkisar antara 0,306 sampai dengan 0,668. Item
yang berjumlah 52 inilah yang akan digunakan dalam
Tabel 4.
Distribusi Nomor Item yang Sahih dan Gugur setelah Uji Coba
Tabel 5.
Distribusi Nomor Item Skala Baku
ASPEK NOMOR PERNYATAAN JUMLAH
FAVORABEL UNFAVORABEL Mengenali emosi diri 1,11,21,
31,41,51
2,12,22 32,42,52
12
Mengelola emosi 23,33 43,53
4,14,24, 34,44,54
10
Memotivasi dir 5,15,25 35,45,55
Membina hubungan 9,19 39,59
perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa pengukuran. Bila perbedaan yang ada sangat besar, maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan tidak reliabel.
Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas ( yang angkanya berada pada rentang 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas atau semakin mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya koefisien yang semakin rendah atau semakin mendekati 0 berarti semakin rendah reliabilitasnya. Dalam pengukuran psikologi, koefisien reliabilitas yang mencapai angka = 1,00 tidak pernah dapat dijumpai (Azwar, 1999).
Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronbach, karena reliabilitas Alpha Cronbach ini dapat digunakan untuk instrumen dengan jawaban berskala (Nugiyantoro, Gunawan, Marzuki, 2000) dan penghitungannya menggunakan bantuan program SPSS for Windows versi 13.0.
Reliabilitas pada skala kecerdasan emosional sebanyak 60 item adalah α = 0,936, sedangkan reliabilitas pada skala baku sebanyak 52 item adalah α = 0,939. Dapat dikatakan bahwa skala kecerdasan emosional dalam penelitian ini memilii reliabilitas yang tinggi karena koefisien korelasinya mendekati nilai satu ( 1,00).
G. Analisis Data
minimum, mean teoretis, mean empiris dan standar deviasi, serta penghitungan persentase.
Berikut ini disajikan tahap penghitungannya :
• X Minimum Teoritis :
= jumlah item x skor tertinggi yang mungkin diperoleh subyek pada skala = 52 x 1
= 52
• X Maksimum Teoritis :
= jumlah item x skor tertinggi yang mungkin diperoleh subyek pada skala = 52 x 4
= 208
• Range :
= X Maksimum – X Minimum = 208 - 52
= 156
• Mean :
= X Maksimum + X Minimum 2
• Standar Deviasi : = Range
6
= 156
6
= 26
Dari Penghitungan tersebut diatas maka dapat dibuat sebuah norma kategorisasi sebagai beikut :
(130 + 1,0 . 26) ≤ x : kategori tinggi (130 - 1,0 . 26) ≤ x < (130 + 1,0 . 26) : kategori sedang x < (130 - 1,0 . 26) : kategori rendah
Sehingga kategorinya dapat dilihat di tabel 6 sebagai berikut:
Tabel 6
Kategori Skor Kecerdasan Emosional Wiraniaga
Skor Kategori
> 156 tinggi
104 – 156 sedang
A. ORIENTASI KANCAH
Herbalife merupakan perusahaan yang membuat produk-produk nutrisi dan perawatan diri dari bahan-bahan yang alami yang didirikan oleh Mark Hughes. Herbalife terbentuk atas tragedi yang dialami oleh Mark Hughes dengan meningglanya ibundanya karena over dosis pil diet. Setelah kejadian tersebut Mark pergi ke Cina untuk mempelajari penggunan tumbuh-tumbuhan untuk meningkatkan kesehatan. Ia kemudian kembali ke Amerika Serikat untuk membentuk pakar tim medis dan nutrisi untuk menciptakan produk terobosan Herbalife. Pada tahun 1980, Mark Hughes mendirikan Herbalife dan ia bekerja sebagai distributor pertama yang menjual produk dan nutrisi.
Herbalife memiliki kantor pusat di Beverly Hills, California, dan pada saat ini beroperasi di 60 negara. Herbalife merupakan anggota Direct Selling Association ( DSA) / Asosiasi Penjualan Langsung Australia dan Selandia Baru dan merupakan Anggota Direct Selling Association di sebagian Negara besar dan saat ini Herbalife telah memiliki lebih dari 1.000.000 distributor lepas di dunia.
bagi semua orang yang ingin mewujudkan impiannya meningkatkan penghasilan sekaligus membantu orang lain.
Herbalife memberikan jaminan bahwa produk yang dijual sangat berkualitas. Semua produk yang dihasilkan melalui proses Quality Control mulai dari produksi bahan-bahan mentah, pengolahan, pengemasan dan penyimpanan. Herbalife akan memberikan jaminan kepuasan pelanggan terhadap produk – produk nutrisi dan perawatan diri Herbalife. Jika terjadi dengan alasan tertentu pelanggan kurang puas dengan produk Herbalife, maka pelanggan bisa meminta pengembalian dari distributor dalam jangka waktu 30 hari dihitung dari tanggal pelanggan menerima produk.
B. HASIL PENELITIAN 1. Uji normalitas
Sebelum data penelitian dianalisa, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yaitu uji normalitas untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berasal dari distribusi normal. Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tehnik Kolmogorov Smirnov, yang menyatakan bahwa jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 ( p > 0,05 ) maka sebarannya normal, tetapi sebaliknya jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0, 05 ( p < 0,05 ) maka sebaran skornya tidak normal.
0,800 Angka tersebut meunjukkan bahwa penelitian ini memiliki sebaran yang tergolong normal karena nilai p ( 0,800 ) masih berada diatas atau lebih dari 0,05.
2. Tingkat Kecerdasan Emosional Wiraniaga Herbalife a. Diskripsi Kecerdasan Emosioanal Wiraniaga
Hasil statistik deskriptif melalui pengelolahan data menggunakan program SPSS for Windows 13.0 menunjukkan jumlah data (N) sebesar 72, nilai rata-rata (Mean) sebesar 160,54 dan standar deviasi (SD) sebesar 16,54. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel 7.
Tabel 7.
Deskripsi Data Penelitian Kecerdasan Emosional Wiraniaga
N Mean SD Minimum Maximum
total 72 160,54 16,547 123 203
b. Perbandingan Mean Empiris dan Mean Teoritis
Sebelum dibandingkan antara mean empiris dan mean teoritis, terlebih dahulu dihitung besaran nilai minimum, nilai maksimum, range, SD, dan mean teoritisnya yaitu sebagai berikut:
SD (σ) : 156 : 6 = 26 Mean teoritis (µ) : (52 + 208) : 2 = 130
Data statistitik deskriptif dari hasil penghitungan melalui program SPSS for Windows 13.0 yang merupakan nilai empiris menunjukkan bahwa nilai mean empiris (160,54) lebih besar daripada mean teoritis (130), yang artinya bahwa nilai rata-rata kelompok data lebih tinggi nilai rata-rata teoritik. Hal ini menunjukkan bahwa subjek secara umum memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, yang artinya subjek memiliki kemampuan yang tinggi untuk mengenali emosi diri dan orang lain, mengelola emosi, memotivasi diri, dan membina hubungan.
Standar deviasi (SD) empiris (16,547) yang lebih kecil dari standar deviasi teoritis (26) menunjukkan bahwa tingkat variasi jawaban pada kelompok data lebih rendah daripada tingkat variasi jawaban teoritis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8.
Perbandingan Mean Empiris dan Mean Teoritis
Mean SD X Min X Max
Teoritis 130 26 52 208
3. Kategori Kecerdasan Emosional Wiraniaga
Berdarkan perhitungan nilai teoritis sebelumnya diketahui bahwa standar deviasi (σ) = 26 dan mean (μ) = 130, maka akan diperoleh kategori sebagai berikut:
(130 + 1,0 . 26) ≤ x : kategori tinggi (130 - 1,0 . 26) ≤ x < (130 + 1,0 . 26) : kategori sedang x < (130 - 1,0 . 26) : kategori rendah
Kategori dan persentasenya dapat dilihat di tabel 9 sebagai berikut:
Tabel 9.
Kategori Skor dan Persentase Kecerdasan Emosional Wiraniaga
Skor Kategori Jumlah
Subjek
Persentase
> 156 Tinggi 39 54,167
104 – 156 Sedang 33 45,833
< 104 Rendah 0 0
Total 72 100
4. Tingkat Kecerdasan Emosional Wiraniaga Pada Tiap Aspek
emosi orang lain dan membina hubungan. Untuk mengetahui deskripsi data dari masing-masing aspek, dilakukan penghitungan secara rinci kategori untuk tiap-tiap aspek.
a. Aspek Mengenali Emosi Diri X minimum : 12 × 1 = 12 X maksimum : 12 × 4 = 48 Range : 48 - 12 = 36 SD (σ) : 36 : 6 = 6
Mean (µ) : (12 + 48) : 2 = 30
Dengan standar deviasi (σ) = 6 dan mean (μ) = 30 maka akan diperoleh kategori sebagai berikut:
(30 + 1,0 . 6) ≤ x : kategori tinggi (30 - 1,0 . 6) ≤ x < (30 + 1,0 . 6) : kategori sedang x < (30 - 1,0 . 6) : kategori rendah
Tabel 10.
Kategori Skor dan Persentase Jumlah Subjek pada Aspek Mengenali Emosi Diri
Skor Kategori Jumlah Subjek Persentase
> 36 Tinggi 43 59,72
24 – 36 Sedang 29 40,28
< 24 rendah 0 0
Total 72 100
b. Aspek Mengelola Emosi X minimum : 10 × 1 = 10 X maksimum : 10 × 4 = 40 Range : 40 - 10 = 30 SD (σ) : 30 : 6 = 5
Mean (µ) : (10 + 40) : 2 = 25
Dengan standar deviasi (σ) = 5 dan mean (μ) = 25, maka akan diperoleh kategori sebagai berikut:
(25 + 1,0 . 5) ≤ x : kategori tinggi (25 - 1,0 . 5) ≤ x < (25 + 1,0 . 5) : kategori sedang x < (25 - 1,0 . 5) : kategori rendah
Tabel 11.
Kategori Skor dan Persentase Jumlah Subjek pada Aspek Mengelola Emosi
Skor Kategori Jumlah Subjek Persentase
> 30 Tinggi 27 37,50
20 – 30 Sedang 44 61,11
< 20 rendah 1 1,39
Total 72 100
c. Aspek Memotivasi Diri X minimum : 12 × 1 = 12 X maksimum : 12 × 4 = 48 Range : 48 - 12 = 36 SD (σ) : 36 : 6 = 6
Mean (µ) : (12 + 48) : 2 = 30
Dengan standar deviasi (σ) = 6 dan mean (μ) = 30, maka akan diperoleh kategori sebagai berikut:
(30 + 1,0 . 6) ≤ x : kategori tinggi (30 - 1,0 .6 ) ≤ x < (30 + 1,0 . 6) : kategori sedang x < (30 - 1,0 . 6) : kategori rendah
Tabel 12.
Kategori Skor dan Persentase Jumlah Subjek pada Aspek Memotivasi Diri
Skor Kategori Jumlah
Subjek
Persentase
> 36 tinggi 38 52,78
24 – 36 sedang 34 47,22
< 24 rendah 0 0
Total 72 100
d. Aspek Mengenali Emosi Orang Lain X minimum : 8 × 1 = 8
X maksimum : 8 × 4 = 32 Range : 32 - 8 = 24 SD (σ) : 24 : 6 = 4 Mean (µ) : (32 + 8) : 2 = 20
Dengan standar deviasi (σ) = 4 dan mean (μ) = 20 maka akan diperoleh kategori sebagai berikut:
(20 + 1,0 . 4) ≤ x : kategori tinggi (20 - 1,0 . 4) ≤ x < (20 + 1,0 . 4) : kategori sedang x < (20- 1,0 . 4) : kategori rendah
Tabel 13.
Kategori Skor dan Persentase Jumlah Subjek pada Aspek Mengenali Emosi Orang Lain
Skor Kategori Jumlah
Subjek
Persentase
> 24 tinggi 38 52,78
16 – 24 sedang 34 47,22
< 16 rendah 0 0
Total 72 100
e. Aspek Membina Hubungan X minimum : 10 × 1 = 10 X maksimum : 10 × 4 = 40 Range : 40 - 10 = 30 SD (σ) : 30 : 6 = 5
Mean (µ) : (10 + 40) : 2 = 25
Dengan standar deviasi (σ) = 5 dan mean (μ) = 25, maka akan diperoleh kategori sebagai berikut:
Kategori dan persentasenya dapat dilihat di tabel 14 sebagai berikut:
Tabel 14.
Kategori Skor dan Persentase Jumlah Subjek pada Aspek Membina Hubungan
Skor Kategori Jumlah
Subjek
Persentase
> 30 tinggi 36 50
20 – 30 Sedang 36 50
< 20 Rendah 0 0
> 30 Total 72 100
Tabel 15.
Kategori Skor dan Persentase Jumlah Subjek pada Tiap Aspek Kecerdasan Emosional Wiraniaga Herbalife
Aspek Kecerdasan Emosional Wiraniaga
Kategori Jumlah Subjek
Persentase
Mengenali Emosi Diri
Tinggi 43 59,72 Sedang 29 40,28
Rendah 0 0
Mengelola Emosi
Tinggi 27 37,50 Sedang 44 61,11 Rendah 1 1,39
Memotivasi Diri
Tinggi 38 52,78 Sedang 34 47,22
Rendah 0 0
Mengenali Emosi Orang Lain
Tinggi 38 52,78 Sedang 34 47,22
C. PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan nilai mean empiris (160,54) lebih besar daripada mean teoritis (130), yang artinya bahwa nilai rata-rata kelompok data lebih tinggi nilai rata-rata teoritik. Hal ini menunjukkan bahwa subjek secara umum memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, yang artinya subjek memiliki kemampuan yang tinggi untuk mengenali emosi diri dan orang lain, mengelola emosi, memotivasi diri, dan membina hubungan.
Nilai standar deviasi empiris (16,547) yang lebih kecil dari standar deviasi teoritis (26) menunjukkan bahwa tingkat variasi jawaban pada kelompok data penelitian lebih rendah daripada tingkat variasi jawaban teoritis. Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan emosional subjek cenderung homogen atau dapat dikatakan merata. Hasil analisis data juga menunjukkan bahwa ada sebanyak 39 subyek (54,167) yang menunjukkan skor rata-rata tinggi dan 33 subjek ( 45,833 % ) menunjukkan skor sedang dan tidak didapati subjek yang mempunyai skor rendah.
mereka dilatih untuk menjadi wiraniaga handal, bagaimana cara mengahadapi seorang pelanggan, tips untuk mengatasi keberatan pelanggan dan pembinaan bisnis dari top distributor. Selain itu mereka juga mendapatkan motivasi dari seorang pembicara bisnis terkenal yang bertujuan untuk memberikan semangat bagi para wiraniaganya dan membantu mereka dalam melakukan presentasi. Mereka juga selalu mengadakan pertemuan dalam seminggu sekali melaluli
Teleconference dengan konsultan ahli dan mengikuti Succes Training Seminar
yang diadakan satu bulan sekali. Menurut peneliti hal tersebut diatas dapat membantu para wiraniaga dalam meningkatkan kecerdasan emosionalnya, seperti yang diungkapkan oleh Goleman (1995) bahwa kecerdasan emosional dapat dipupuk dan diperkuat atau dengan kata lain dapat dipelajari.
Hasil penelitian ini juga mendukung pendapat Kotler (2001) yang mengatakan bahwa pekerjaan seorang wiraniaga tidak hanya terpaku untuk mencari calon pembeli agar membeli produk yang ditawarkannya, tetapi ia harus memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pelanggan, sehingga tercapai suatu kepuasan pelanggan. Ia juga mengatakan bahwa seorang pembeli lebih menginginkan solusi ketimbang senyuman, hasil ketimbang kemeriahan. Seorang pembeli lebih menyukai wiraniaga yang mampu mendengarkan mereka, memahami kebutuhan mereka dan memberikan tanggan yang tepat. Sifat wiraniaga yang paling mereka sukai adalah wiraniaga yang memiliki sifat empati, jujur, dapat diandalkan dan terus melakukan tindak lanjut.
persentase paling tinggi. Aspek ini mempunyai persentase sebesar 59,72 % atau sebanyak 43 subjek dari total 72 subjek yang diteliti. Aspek mengenali emosi diri merupakan kesadaran diri mengenali perasaan dan merupakan dasar dari kecerdasan emosional. Wiraniaga yang mampu mengenali emosi dirinya akan mampu untuk merasakan dan memberi penilaian pada perasaan atau emosi diri sendiri pada suatu situasi serta mampu untuk memahami penyebab perasaan yang timbul. Dengan begitu wiraniaga mempunyai kepekaan yang lebih tinggi akan perasaan yang dialami namun tidak dikuasai oleh perasaan sehingga mampu untuk mengambil keputusan diri yang matang
pengarahan , menceritakan pengalaman pribadi mengenai kesuksesan yang berhasil dicapai oleh para konsultan ahli dan memberikan informasi mengenai keberhasilan financial yang akan diperoleh wiraniaga bila berhasil menjual produk. Menurut suber dari seorang konsultan supervisor Herbalife, hal tersebut dapat mendorong wiraniaganya untuk bangkit dari kegagalan.
Aspek mengenali emosi orang lain memiliki persentase yang sama dengan motivasi diri yaitu sebesar 52,78 % atau 38 subjek dari total 72 subjek. Aspek mengenali emosi orang lain berarti wiraniaga mampu menerima sudut pandang orang lain, berempati dan peka terhadap perasaan orang lain, serta mampu mendengarkan orang lain. Dengan ini wiraniaga mampu menjadi pribadi yang empatik tidak hanya dengan calon pelanggan namun juga dengan anggota tim lainnya
Tingkat kecerdasan emosional wiraniaga Herbalife yang rata-rata tinggi meunjukkan adanaya kesesuaian antara kemampuan yang dimiliki yaitu kecerdasan emosional dengan tuntutan tugas dan peran sebagai wiraniaga. Hal ini juga menunjukkan kesuaian hasil penelitian dengan apa yang dikemukankana oleh Goleman ( 1995) bahwa kemampuan-kemampuan dalam kecerdasan emosionl yaitu, kemampuan untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain dan membina hubungan mempunyai peran yang penting dalam memberikan kepuasan pelanggan.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perolehan data, analisi serta hasil penelitian dapat diambil kesimpulan mengenai gambaran secara umum kecerdasan emosional wiraniaga PT. Herbalife Cabang Yogyakarta adalah :sebanyak 39 subjek atau sebayak 54,167 % menunujukkan skor tinggi dan sebanyak 33 subjek atau sebanyak 45,833 % menunjukkan skor sedang dan tidak didapati subjek yang mendapat skor rendah. Dengan demikian tingkat kecerdasan emosional wiraniaga PT. Herbalife adalah rata-rata tinggi.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan maka, peneliti mengajukan saran-saran sebagi berikut :
1. Bagi Wiraniaga
Dengan mengetahui tingkat kecerdasan emosional wiraniga diharapkan dapat senantiasa meningkatkan keceerdasan emosionalnya secara mandiri ataupun melalui pelatihan dari perusahaan.
2. Bagi Distributor dan Marketing Herbalife
3. Bagi Peneliti
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, P. 1995. Psikologi Kerja. Jakarta : Rineka Cipta
Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian. Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
Azwar, S. 1998. Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Liberti ________,1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar ________,2000. Reliabilitas dan Validitas (edisi 3 ). Yogyakarta. Pustaka Pelajar Cooper, P.K & Sawaf, A. 1998. Executive EQ. Kecenderungan Emosional Dalam
Kepemimpinan Dengan Organisasi. Alih Bahasa : Alex Tri. Jakarta ; PT. Gramedia Pustaka Utama
Goleman, D. 2003. Emotional Intelligence. Alih Bahasa : T.Hermaya. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
________,1999. Working With Emotional Intelligence : Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama Hadi, S. 1995. Statistik 2. Yogyakarta : Andi Offset
Hurlock, E.B. 1996. Psikologi Perkembangan Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (edisi V). Jakarta.: Erlangga
Kotler,P & Amstrong, G. 2001.Principles of Marketing: 8 th edition / Prinsip-prinsip Pemasaran (terjemahan ). Jakarta : Erlangga.
Marpaung,P. Solusi Manajemen & Marketing. Diakses 06 Maret 2007, dari http://www.pikiran-rakyat.com
Masya, J., 1978. Ilmu pemasaran. Jakarta. Roroa Karya Offset
Meinita, K 2003 Kecerdasan Emosional Perawat RS Jiwa (Sebuah Studi Deskriptif di RS Jiwa Pakem Yogyakarta). Skripsi (Tidak Diterbitkan) Fakultas Psikologi. Universitas Sanata Dharma
Nawawi, H. 2003. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta. Gajah Mada University Press.
Patton, P. 1998. EQ ( Emotional Intelligence ) di tempat kerja. Jakarta : Pustaka Delapratasa.
Prawitasari,J.E. 1998. Kecerdasan Emosional. Buletin Psikologi. No.1,h 21-23 Salim, P. J. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern
English Press
Shapiro, L.E. 1998. Mengajar Emotional Intelligence Pada Anak. Alih Bahasa: Alex Tri K. Jakarta: PT Gramedi Pustaka Utama
Spillane. 2006. Pelayanan yang Berkualitas: Managing Quality Customer Service. Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma
Swastha, D.1984. Azas-azas Marketing. Yogyakarta: Liberty
Tjiptono, F. 1996. Manajeman Jasa. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset
LAMPIRAN A
Disusun Oleh :
Teresia Tri A
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
Ditengah kesibukan Bapak/Ibu/Saudara/i dalam menjalankan tugas, perkenankanlah kami memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk meluangkan waktu sejenak guna mengisi angket yang akan kami lampirkan di halam berikut,
Bantuan Bapak./Ibu/saudara/i dalam mengisi angkat ini sangat kami butuhkan guna menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kesediaan bapak/ibu/Saudara/i untuk membaca secara seksama serta mengisi pernyataan secara lengkap, sesuai dengan keadaan perasaan dan pikiran Bapak/Ibu/Saudara/i saat ini tanpa dipengaruhi oleh siapapun. Perlu diketahui bahwa dalam angket ini tidak ada jawaban yang salah atau benar apabila Bpak/Ibu/Saudara/i menjawab dengan keadan yang sesuai dengan keadaan Bapak/Ibu/Saudara/i saat ini
Jawaban yang Bapak/Ibu/saudara/I berikan tidak ada hubungannya dengan nama baik, karir dan status Bapak/Ibu/Saudara/i di perusahaan ini dan mengenai dentitas Bapa/Ibu/Saudara/i akan kami jamin kerahasiaannya..
Atas bantuan dan kerjasama Bapak/Ibu/Saudara/I kami ucapkan banyak terima kasih, Kami sangat berharap tidak ada pernyataan yang terlewati atau tidak terjawab dan semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi Bapak/Ibu/Saudara/i ,bagi perusahaan dan juga bagi peneliti sendiri.
Hormat Kami,
Lama bekerja :
Pernyataan-pernyataan berikut ini berkaitan dengan keadaan diri Anda. Anda diminta untuk memberikan pendapat terhadap semua pernyataan yanag cocock atau yang sesuai dengan keadaan diri saudara dengan memilih salah satu dari alternative jawaban yang paling sesuai atau paling mendekati dengan pengalaman hidup anda sehari-hari, dengan cara memberi tanda silang ( X ) pada kolom pilihan jawaban yang tersedia.
Pilihan jawaban terdiri atas : (SS) = Sangat Setuju (S) = Setuju
(TS) =Tidak Setuju (STS) = Sangat Tidak Setuju
Dlam hal ini tidak ada jawaban yang BENAR atau SALAH maupun penilaian yang baik atau buruk. Saya sangat meghargai kejujuran, keterbukaan, dan akan menjamin kerahasiann anda.
Terima Kasih
NB :
2. Saya sulit memahami perasaan yang saya alami
3. Saya mampu mengendalikan amarah saya dengan baik di tempat kerja
4. Saya jengkel jika ada calon pembeli yang keberatan membeli produk yang saya tawarkan
5. Jika calon pembeli tidak jadi membeli produk yang saya tawarkan, saya tetap akan bersemangat dalam bekerja.
6. Saya menjadi malas bekerja karena calon pembeli menolak produk yang saya tawarkan. 7. Saya bisa memahami kebutuhan
dan produk yang dibutuhkan oleh calon pelanggan
8. Saya merasa kurang peka terhadap rekan kerja yang sedang mengalamai masalah 9. Saya bisa berkomunikasi dengan
baik dalam menghadapi berbagai macam tipe pelanagan
10. Saya tidak bisa mengatasi masalah jika ada pelanggan yang komplain.
12. Saya tidak tahu apa yang membuat saya merasa cemas
13. Saya masih tetap berpikir jernih meskipun baru saja dimarahai atasan.
14. Saya tidak bisa mengendalikan kepanikan saya pada saat melakukan presentasi produk
15. Saya yakin dapat bekerja sesuai dengan target yang telah ditentukan perusahaan
16. Saya merasa tidak bersemangat bekerja jika target tidak terpenuhi 17. Saya mampu memahami alasan
keberatan pelanggan yang tidak jadi membeli produk yang saya presentasikan.
18. Saya tidak senang mendengarkan curahan hati teman sekantor
19. Saya mampu menyelesaikan komplain pelanggan dengan baik 20. Saya hanya bisa bekerja sama