• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PERBEDAAN KEPERCAYAAN DIRI ANTARA PEROKOK PRIA DAN PEROKOK WANITA DALAM PERGAULAN SEHARI-HARI (di DIY)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SKRIPSI PERBEDAAN KEPERCAYAAN DIRI ANTARA PEROKOK PRIA DAN PEROKOK WANITA DALAM PERGAULAN SEHARI-HARI (di DIY)"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PERBEDAAN KEPERCAYAAN DIRI ANTARA

PEROKOK PRIA DAN PEROKOK WANITA

DALAM PERGAULAN SEHARI-HARI

(di DIY)

Disusun oleh :

Agustin Dewi Pratiwi

0 1 9 1 1 4 0 3 7

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)

iii

(4)

iv

Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.

(Matius 7 : 7)

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan keekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat

(5)

v

Karya yang sederhana ini aku persembahkan untuk Allah Sang Bapa Tuhan Yesus Kristus atas segala karunia berkat dan

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang sudah disebutkan dalan kutipan dan daftar puataka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, April 2007 Penulis

Agustin Dewi Pratiwi

(7)

vii ABSTRAK

Agustin Dewi Pratiwi (2007). Perbedaan Kepercayaan Diri Antara Perokok Pria dan Perokok Wanita Dalam Pergaulan Sehari-hari (di DIY). Yogyakarta : Fakultas Psikologi; Jurusan Psikologi, Program Studi Psikologi, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dan bertujuan untuk mengetahui perbedaan kepercayaan diri antara perokok pria dan perokok wanita dalam pergaulan sehari-hari. Asumsinya adalah merokok dapat meningkatkan kepercayaan diri pada perokok pria dan perokok wanita dalam pergaulan sehari-hari. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada perbedaan kepercayaan diri antara perokok pria dan perokok wanita dalam pergaulan sehari-hari.

Subjek yang dipakai dalam penelitian ini adalah pria dan wanita yang berusia 15-25 tahun di DIY yang merokok, dengan jumlah sebanyak 102 responden. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah menggunakan kuesioner yang berkaitan dengan kepercayaan diri yang dihubungkan dengan merokok. Kuesioner digunakan untuk mengukur perbedaan kepercayaan diri antara perokok pria dengan perokok wanita. Untuk mengetahui perbedaan kepercayaan diri digunakan uji beda rata-rata.

(8)

viii ABSTRACT

Agustin Dewi Pratiwi (2007). The Different of Self-Esteem Between Smoker Men and Women In The Daily Interaction (in DIY). Yogyakarta: Faculty of Psychology, Psychology Departmen, Psychology Study Program, Sanata Dharma University.

This was a descriptive quantitative research and it was aimed to identivy the different of self-esteem between smoker men and women in the daily interaction. The assumption was that by smoking can increase self-esteem at smoker men and smoker women in the daily interaction. The hypothsis of the research was that there is different of self-esteem between smoker men and smoker women in the daily interaction.

The subject of the research were 15 up to 25-year-old-men and women in DIY with 102 numbers of respondent. The questionnaire was used to measure the different of self-esteem between smoker men and smoker women. To know these different, mean different was applied.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kemurahan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir yang harus ditempuh penulis untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu ( S1 ) pada Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tak akan terwujud tanpa bantuan, bimbimngan, dukungan, dan dorongan dari berbagai pihak yang sangat berarti bagi penulis. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S. Psi., M. Si., selaku Dekan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan ijin penelitian.

2. Ibu Ratri Sunar Astuti, S. Psi., M. Si., selaku kaprodi Psikologi fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 3. Ibu Sylvia Carolina M.Y.M.,S. Psi., M. Si., selaku Dosen

Pembimbing Akademik penulis.

4. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, MSi., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang penuh kesabaran telah membimbing dan memberi nasihat kepada penulis dalam menyelesaikan sripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

5. Para Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan tentang dunia psikologi yang sangat menarik.

6. Segenap karyawan Fakultas Psikologi atas bantuan dan kerjasamanya selama penulis kuliah.

(10)

x

8. Bapak dan ibu tercinta serta adikku yang telah memberikan kasih saying, doa dan dukungan yang tak pernah berhenti kepada penulis.

9. Om dan tante serta sepupu, terima kasih atas bantuannya. 10. Papa tercinta, terimakasih atas doa, cinta, dukungan,

pengorbanan, serta perhatiannya selama ini.

11. Rani dan Sapti ( makasih ya selama ini kalian telah menjadi sahabat terbaikku, karena kalianlah aku dapat seperti ini. Kenangan manis bersama kalian tak akan kulupakan. )

12. Teman-teman angkatan 2001 dan teman-teman lain yang penuls tidak dapat disebutkan satu persatu.

13. Semua pihak yang telah membantu dan teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan.

Akhir kata, penilis mohon maaf apabila dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Penulis juga mengharapkan kritik serta saran sehingga skripsi ini dapat berguna bagi ilmu psikologi.

Yogyakarta, April 2007

(11)

xi

BAB 1 : PENDAHULUAN………..………….1

A. Latar Belakang……….1

1. Definisi Percaya Diri……….7

2. Ciri-ciri orang yang percaya diri……….14

B. Rokok……….16

(12)

xii

D. Alat dan Metode Pemgumpulan Data………...22

1. Alat Analisis Data………....…24

a. Uji Instrumen Penelitian………...….…24

1. Uji Validitas………..…24

2. Uji Reliabilitas………..……25

b. Metode Analisis Data……….……26

BAB IV : PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………29

A. Persiapan Penelitian………..…………29

1. Uji coba Alat Ukur………29

a. Uji Reliabilitas……….31

b. Uji Validitas………...31

B. Pelaksanaan Penelitian………...32

C. Analisis Data……….….35

1. Uji Asumsi………...……..35

a. Ui Normalitas………...35

b. Uji Homogenitas………..……35

2. Uji Hipotesis………..36

3. Kategorisasi berdasarkan kepercayaan diri………37

D. Hasil Penelitian………..38

E. Pembahasan………38

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN………..43

(13)

xiii

B. Saran………..43

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Blue-print Skala Kepercayaan Diri……….23

Tabel 2. Jenis Kelamin Responden uji instrumen……….30

Tabel 3. Umur Responden uji instrumen………...30

Tabel 4. Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel ……….31

Tabel 5. Jenis Kelamin Responden Penelitian………..33

Tabel 6. Umur Responden Penelitian………33

Tabel 7. Daerah Asal Responden Penelitian……….34

Tabel 8. Hasil Analisis Kepercayaan Diri ………36

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kepercayaan diri amatlah penting bagi kehidupan manusia karena menyangkut harga diri dari seseorang. Saat kita memiliki harga diri, kita lebih merasa tenang dan percaya diri. Pada saat harga diri hilang, maka ketika itu pula kita kehilangan kepercayaan diri dan segalanya mulai terlihat kacau.

Percaya diri yang positif dalam perkembangan sosial remaja sangat berperan dalam pembentukan pribadi yang kuat, sehat dan memiliki kemampuan untuk menentukan pilihan, termasuk mampu berkata tidak untuk hal-hal negatif dan tidak terpengaruh berbagai godaan dari teman sebaya mereka sendiri.

Rasa percaya diri ini dapat mengalami penurunan, dan ini biasanya banyak dialami oleh remaja pada masa pubertas. Beberapa orang ahli psikologi perkembangan, Marsters dkk, berpendapat bahwa penurunan ini disebabkan oleh perkembangan fisik yang begitu cepat dan tidak beraturan pada diri anak-anak yang beranjak remaja (dalam http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/kw2pd.html, 16/01/06). Pada masa ini, remaja belum memiliki identitas diri yang jelas, sehingga

(17)

“bagaimana penampilan saya, bagaimana orang lain melihat saya”, seringkali disepadankan dengan “siapa saya”. Seseorang lebih banyak menghabiskan waktunya dengan teman sebaya daripada dengan orang tua atau anggota keluarga lain seperti di sekolah dari pagi sampai siang, kegiatan ekstra kurikuler, kegiatan les tambahan, nonton bioskop atau kemah bersama, acara rekreasi bersama atau camping.

Dalam pergaulan, orang akan mengalami interaksi. Interaksi intensif yang disertai fenomena disebut peer pressure atau tekanan teman sebaya. Seseorang merasakan betapa besar pengaruh teman sebaya dalam kehidupan mereka sehari-hari, mulai cara berbicara, berpakaian, sampai tingkah laku. Mereka tidak hanya mengikuti apa yang diajarkan dan diarahkan oleh orang tua di rumah, tetapi juga memperhatikan dan mengikuti apa yang dilakukan oleh teman-teman sebaya.

(18)

Ini disebabkan oleh salah satu perubahan emosional seseorang yaitu meningkatnya rasa ingin tahu dan ingin mencoba. Misalnya dari sebuah penelitian ditemukan bahwa orang yang mempunyai self esteem rendah cenderung lebih mudah mencoba menyalahgunakan obat-obatan atau mengkonsumsi napza, termasuk rokok. Muchtar, 2005, mengatakan bahwa laporan WHO (World Health Organization) tahun 1983 yang menyebutkan bahwa jumlah perokok meningkat 2,1 persen per tahun di negara-negara berkembang. Hingga kini jumlah perokok tidak berkurang, bahkan semakin banyak diminati oleh anak-anak dan remaja. Data survey Kesehatan Nasional Tahun 2001 menunjukkan, bahwa 54,5% laki-laki dan 1,2% perempuan Indonesia berusia lebih dari 10 tahun merupakan perokok aktif.

(19)

dan mengontrol berat badannya akan lebih sering mulai mencoba merokok. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pengaruh ini lebih terasa pada wanita dibandingkan dengan yang prianya.

Wanita biasanya mulai mencoba merokok pada usia 10-14 tahun. Penelitian dari berbagai negara menunjukkan bahwa faktor yang mendorong untuk mulai merokok amat beragam, baik berupa faktor dari dalam dirinya sendiri (personal), sosio-kultural dan pengaruh kuat lingkungannya..

Melalui uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal (Herawati, 1996). Yang termasuk dalam faktor internal antara lain: jenis kelamin, tingkat pendidikan, kemasakan persepsi dan kepercayaan individu tentang merokok serta adanya karakteristik kepribadian tertentu. Yang termasuk dalam faktor eksternal adalah pengaruh dari orang tua, pengaruh orang dewasa yang berada di sekitarnya juga teman-teman sebaya dengannya yang merokok.

(20)

B. Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan kepercayaan diri antara perokok pria dan perokok wanita dalam pergaulan sehari-hari?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui perbedaan kepercayaan diri antara perokok pria dan perokok wanita dalam pergaulan sehari-hari.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Ilmiah

Untuk menambah kekayaan kepustakaan Psikologi Kepribadian dalam hal kepercayaan diri berhubungan dengan merokok.

2. Manfaat Praktis

Sebagai salah satu sumber data untuk mengetahui perbedaan kepercayaan diri antara perokok pria dan perokok wanita dalam pergaulan sehari-hari.

E. Batasan Masalah

(21)
(22)

BAB II

DASAR TEORI

A. Percaya Diri

1. Definisi Percaya Diri :

Kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya (Rini, 2002). Hasan dan kawan – kawan (1981), dalam buku Kamus Istilah Psychology, mengatakan bahwa percaya diri adalah kepercayaan akan kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki, serta dapat memanfaatkannya secara tepat.

Kira - kira beberapa puluh tahun sebelumnya, seorang psikolog W.H. Miskell telah mendefinisikan arti Percaya Diri dalam bukunya yang berpengaruh, Mental Hygiene. Menurut Miskell (1939), “ Percaya Diri adalah penilaian yang relatif tetap tentang diri sendiri, mengenai kemampuan, bakat, kepemimpinan, inisiatif dan sifat-sifat lain, serta kondisi–kondisi yang mewarnai perasaan manusia.”

Maslow (1971), mengatakan bahwa, “ Percaya Diri merupakan modal dasar untuk pengembangan aktualisasi diri ( eksplorasi segala kemampuan dalam diri ). Melalui percaya diri seseorang akan mampu

(23)

mengenal dan memahami diri sendiri. Sementara itu, kurang percaya diri dapat menghambat pengembangan potensi diri. Jadi orang yang kurang percaya diri akan menjadi seseorang yang pesimis dalam menghadapi tantangan, takut dan ragu-ragu untuk menyampaikan gagasan, bimbang dalam menentukan pilihan dan sering membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain.”

Secara umum, seseorang dikatakan Percaya Diri, jika ia memiliki (Iswidharmanjaya dan Agung, 2004) :

a. Kemampuan.

Orang yang percaya diri menyadari kemampuan yang ada pada dirinya.

b. Merasa bisa melakukan karena memiliki pengalaman.

Sikap percaya diri bisa timbul karena ia sanggup mengambil hikmah setelah ia mengalami pengalaman-pengalaman tertentu. Pengalaman tidak semuanya manis (berhasil), tetapi ada juga yang pahit (kegagalan).

c. Self Esteem yang tinggi.

(24)

orang yang bisa diandalkan. d. Kemampuan dalam beraktualisasi.

Seseorang yang percaya diri akan berusaha sekeras mungkin untuk mengeksplorasi semua bakat yang ia miliki.

e. Prestasi.

Prestasi yang jelas akan mendukung seseorang untuk berkembang menjadi orang yang percaya diri. Semakin banyak meraih prestasi, semakin melejit pula dorongannya untuk menjadi orang yang percaya diri.

f. Nggak neko-neko.

Seorang yang percaya diri biasanya mampu melihat kenyataan yang ada pada dirinya, sehingga ia tidak akan berusaha menjangkau sebuah tujuan yang terlampau tinggi serta tidak sesuai dengan kapasitas kemampuan yang ia miliki.

Menurut Silvan Tomkins (dalam Al Bachri, 1991) ada 4 tipe perilaku merokok yang disebut dengan Management of affect theory (dalam http://www.e-psikologi.com/remaja/050602.htm, 24/2/06):

(25)

a.Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi.

b.Stimulation to pick them up. Perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.

c.Pleasure of handling the cigarette. Kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja. Atau perokok lebih senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya dengan jari-jarinya lama sebelum ia nyalakan dengan api.

2. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila ia marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak.

(26)

dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah membeli rokok walau tengah malam sekalipun, karena ia khawatir kalau rokok tidak tersedia setiap saat ia menginginkannya.

4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi benar-benar sudah menjadi kebiasaannya rutin. Dapat dikatakan pada orang-orang tipe ini merokok sudah merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis, seringkali tanpa dipikirkan dan tanpa disadari. Ia menghidupkan api rokoknya bila rokok yang terdahulu telah benar-benar habis.

Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang merokok ( http://www.e-psikologi.com/remaja/050602.htm, 24/2/06) :

1. Pengaruh orang tua

(27)

tujuan jangka panjang lebih sulit untuk terlibat rokok/ tembakau/ obat-obatan dibandingkan dengan keluarga yang permisif dengan penekanan pada falsafah “kerjakan urusanmu sendiri-sendiri”, dan yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figur contoh yaitu sebagai perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya. Perilaku merokok lebih banyak didapati pada mereka yang tinggal dengan satu orang tua (single parent). Orang akan lebih cepat berperilaku sebagai perokok bila ibu mereka merokok daripada ayah yang merokok, hal ini lebih terlihat pada wanita (Al Bachri, Buletin RSKO, tahun IX, 1991).

2. Pengaruh teman.

Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak orang merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama orang tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman-temannya tersebut dipengaruhi oleh diri orang tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara para perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan orang non perokok (Al Bachri, 1991).

3. Faktor kepribadian.

(28)

ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah (Aktinson, 1999). 4. Pengaruh iklan.

Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat orang seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. (Mari Juniarti, Buletin RSKO, tahun IX, 1991).

Dalam majalah WHO bertajuk : Women and Tobacco Epidemic-Challenges for the 21st Century, rokok juga dipromosikan sebagai simbol kematangan, yang bisa menambah rasa percaya diri dan meningkatkan daya tarik seksual.

Traquet (1992) (dalam Wibowo, 1996) menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok, yaitu :

a. Sosiokultural, meliputi penerimaan sosial, pengaruh orang tua, teman sebaya

(29)

c. Lingkungan, meliputi promosi iklan dan penjualan rokok, pengembangan dan pemasaran produk, mudah didapat, harga terjangkau serta lingkungan bebas rokok.

Aditama (1997) mengatakan bahwa faktor personal yang paling kuat adalah mencari bentuk jati diri. Menurut Mangoenprasodjo dan Hidayati (2005) faktor sosio-kultural juga turut mendongkrak jumlah wanita perokok misalnya, wanita yang merokok, dianggap lebih gaya daripada wanita yang tidak merokok. Dengan merokok, seolah-olah wanita bisa dinaikkan derajatnya ke kelas tertentu di lingkungan pergaulan. Merokok juga dianggap mampu mengendalikan berat badan serta mengurangi stress.

2. Ciri-ciri Orang Yang Percaya Diri.

(30)

menyenangkan dimata orang lain dan tidak ragu pada diri sendiri. Ada lagi tambahan mengenai ciri-ciri orang yang percaya diri. Kali ini dikemukakan oleh ahli psikologi, Maslow pada tahun 1971 dalam bukunya yang berjudul The Third Forces : The Psychology of Abraham Maslow. Ia menyebut ciri-ciri orang yang percaya diri adalah orang yang memiliki “ kemerdekaan psikologis ”, yaitu kebebasan mengarahkan pilihan dan mencurahkan tenaga berdasarkan keyakinan pada kemampuan dirinya, untuk melakukan hal-hal yang produktif. Oleh karena itu, biasanya orang percaya diri menyukai pengalaman baru, suka menghadapi tantangan, pekerjaan yang efektif, dan bertanggung jawab sehingga tugas yang dibebankan selesai dengan tuntas.

Selain itu, Rini (2002) juga menyebutkan beberapa ciri atau karakteristik orang percaya diri yang proporsional. Karakteristik-karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:

• Percaya akan kompetensi/kemampuan diri, hingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan, penerimaan, atau pun rasa hormat orang lain

• Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis demi diterima oleh orang lain atau kelompok

(31)

• Punya pengendalian diri yang baik (tidak moody dan emosinya stabil)

• Memiliki internal locus of control (memandang keberhasilan atau kegagalan, tergantung dari usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung/mengharapkan bantuan orang lain)

• Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi di luar dirinya

• Memiliki harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dirinya dan situasi yang terjadi.

Rini (2002), dalam

http://www.e-psikologi.com/dewasa/161002.htm (26/01/07) juga mengatakan bahwa rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa – karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri.

B. Rokok

(32)

dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. Nikotin adalah bahan senyawa pirrolidin yang terdapat dalam Nikotiana tabacum, adiktif yang mengakibatkan ketergantungan. Tar adalah senyawa polinuklir hidrokarbon aromatik yang bersifat karsinogenetik.

Menurut Puguh Irawan, seorang peneliti bidang sosial dan ekonomi Badan Pusat Statistik (BPS), menyampaikan dalam seminar Rokok dan Kemiskinan 2004, bahwa prevalensi merokok di Indonesia paling tinggi diantara penduduk laki-laki berusia 15 tahun ke atas dan lebih banyak ditemukan di pedesaan dari pada perkotaan. Berbagai penelitian membuktikan bahwa yang paling banyak merokok adalah kelompok masyarakat miskin.

(33)

tidak menyadari bahwa nikotin yang diisap akan larut dalam darah sampai ke otak.

Nikotin menggelitik otak sehingga otak mengeluarkan zat kimia yang membuat perasaan menjadi nikmat. Sayangnya rasa nyaman dan nikmat itu tidak bertahan lama. Begitu rokok yang diisap habis, rasa nyaman itu hilang sehingga mulut rasanya menjadi tidak enak lagi. Begitu seterusnya menjadikan perokok sulit untuk menghentikan kebiasaanya, merokok dan terus merokok sampai tua.

Rokok dapat menyebabkan kanker paru-paru, asap rokok juga bisa menimbulkan tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan asma.

Karena itu, orang yang gemar merokok sangat mudah terserang penyakit darah tinggi dan jantung. Seorang bukan perokok yang menikah dengan perokok juga mempunyai resiko terkena penyakit kanker dan jantung daripada mereka yang memiliki pasangan bukan perokok.

(34)

Selain merusak kulit wajah dan bibir, rokok juga membuat efek buruk terhadap gigi. Awalnya gigi menjadi berwarna kuning, lama-lama berubah menjadi kecoklatan dan menghitam. Filter dari batang rokok yang menyelip di kedua jemari saat merokok, juga bisa mengubah warna kuku menjadi semakin menghitam.

Aspek psikologis oleh sementara kalangan, rokok dianggap sebagai sarana pergaulan di dalam masyarakat. Juga dianggap bisa meningkatkan ‘gaya’ dan penampilan diri, sehingga meningkatkan kepercayaan diri. Dianggap sebagai pelarian bagi orang yang sering gugup dan kurang percaya diri. Sebagai teman saat belajar atau bekerja, atau untuk menimbulkan inspirasi dan lain-lain (http://www.sammaditthi.org/Sd4/silavsaids.asp, 15/10/2006).

(35)

Hipotesis :

(36)

BAB III`

METODOLOGI PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah kepercayaan diri perokok pria dengan perokok wanita.

B. Definisi Operasional 1. Percaya diri

Percaya diri adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang yang di dalam mengembangkan kemampuan dalam dirinya mempunyai tujuan untuk mendapatkan kepuasan diri, dan bukan bertujuan untuk mengharapkan penghargaan. Percaya diri yang tinggi tidak membutuhkan dukungan dari orang lain dan atau sarana untuk bergaul. Sedangkan pecaya diri yang rendah membutuhkan dukungan dari orang lain dan atau sarana untuk bergaul.

2. Perokok pria

Perokok pria adalah laki-laki yang melakukan perilaku merokok lebih dari 3 batang setiap hari.

3. Perokok wanita

Perokok wanita adalah perempuan yang melakukan perilaku merokok lebih dari 3 batang setiap hari.

(37)

4. Perilaku merokok

Perilaku merokok adalah reaksi atau sikap seseorang dengan cara menghisap atau menghirup rokok, yang dapat diukur dan diamati melalui pengakuan atau dengan melihat frekuensi individu merokok.

C. Subjek Penelitian

Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah pria dan wanita yang berusia 15-25 tahun yang merokok lebih dari 3 batang setiap hari dan tinggal di DIY. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan metode random sampling, yaitu sampel yang dipilih secara acak. Dalam penelitian ini sampel yang diambil sejumlah 102 orang terdistribusi merata untuk 5 wilayah di DIY. Pengambilan sampel sebanyak 102 orang ini diharapkan mampu mewakili populasi perokok pria dan wanita di DIY.

D. Alat dan Metode Pengumpulan Data

(38)

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini bersumber dalam masyarakat, maka teknik pengumpulan datanya dipergunakan kuesioner. Kuesioner yang telah disusun disampaikan kepada responden pria dan wanita yang merokok lebih dari 3 batang setiap hari. Data yang dibutuhkan merupakan data kualitatif, maka diangkakan dengan skala Likert dengan kriteria jawaban sebagai berikut :

Sangat Setuju (SS) diberi nilai 5 Setuju (S) diberi nilai 4

Ragu-ragu (R) diberi nilai 3 Tidak Setuju (TS) diberi nilai 2

Sangat Tidak Setuju (STS) diberi nilai 1

Skala tersebut disusun berdasarkan 6 aspek kepercayaan diri menurut Rini (http://www.e-psikologi.com/dewasa/161002.htm, 26/01/07). Keenam aspek tersebut adalah sebagai berikut :

1. Merasa memiliki kompetensi. 2. Memiliki keyakinan yang tinggi.

3. Mampu dan percaya bahwa dia bisa – karena didukung oleh pengalaman.

4. Memiliki potensi aktual. 5. Berprestasi.

(39)

Tabel 1. Blue-print Skala Kepercayaan Diri

No Aspek Nomor item f (%)

1. Merasa memiliki kompetensi 1 – 9 12,86 2. Memiliki keyakinan yang tinggi 10 – 13 5,71 3. Mampu dan percaya bahwa dia bisa –

karena didukung oleh pengalaman

14 – 26 18,57

4. Memiliki potensi aktual 27 – 50 34,29

5. Berprestasi 51 – 58 11,43

6. Harapan yang realistik terhadap diri sendiri.

59 – 70 17,14

Total item 70 100

1. Alat Analisis Data

a. Uji Instrumen Penelitian

Untuk menguji kuesioner yang disebarkan kepada responden atau subjek, penulis menggunakan uji reliabilitas dan validitas.

1. Uji Validitas

(40)

Moment (Sutrisno Hadi, 1991 :20) (n. Σxy) – (Σx) (Σy)

r

xy= __________________________________

√ (n . Σx²) – (Σx)² (n . Σy²) – (Σy)²

Keterangan:

r

xy : koefisien korelasi setiap item x : skor dari setiap item

y : skor total dari setiap item n : banyaknya sampel Taraf nyata : 0,05

Uji validitas dilakukan menggunakan program SPSS, pada taraf signifikansi 5%. Jika hasil akhir pernyataan yang berjumlah 15 butir dinyatakan sahih, maka tidak ada butir pernyataan yang dinyatakan gugur dan sebagai alat pengukur penelitian, kuesioner tersebut telah mencerminkan variabel/konsep yang hendak diukur.

2. Uji Reliabilitas

(41)

dengan jenis alat pengukur yang dipakai. Untuk menguji keandalan (reliabilitas) instrument dengan menggunakan rumus Alpha, yaitu secara matematis dapat diformulasikan.

(

)

2

r adalah Reliabilitas Instrumen. k adalah Banyaknya butir pertanyaan.

2

b

σ adalah Jumlah varians butir. σt2 adalah Jumlah varians total

Kriteria Reliabilitas :

Jika koefisien alpha lebih besar dari 0,6 maka reliabilitas sudah tercapai (Nunnally, 1998).

b. Metode Analisis Data

Untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini yaitu: terdapat perbedaan kepercayaan diri antara perokok pria dengan perokok wanita, digunakan test perbedaan rata-rata dengan t-test.

(42)

rumus sebagai berikut (Azwar, 1995):

f = Frekuensi pemilih setiap kategori respons n = Banyaknya subjek dalam suatu kelompok A = Kelompok atas

(43)
(44)

BAB IV

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian

Sebelum penelitian ini dilaksanakan ada beberapa persiapan yang harus dilakukan diantaranya pembuatan kuesioner yang berhubungan dengan kepercayaan diri dan perilaku merokok pria dan wanita. Untuk mendapatkan pernyataan-pernyataan kuesioner yang reliabel dan valid maka dilakukan uji coba alat ukur.

1. Uji coba alat ukur.

Uji coba alat ukur dilakukan untuk melihat kesahihan butir yang diukur dan reliabilitas alat ukur yang akan digunakan untuk penelitian. Uji coba alat ukur dilaksanakan pada subjek yang berusia 15-25 tahun yang merokok lebih dari 3 batang setiap hari dan berdomisili di DIY. Uji coba alat ukur dilakukan sebanyak satu kali. Cara yang dilakukan untuk mencari subjek uji coba alat ukur ini, yaitu dengan menanyakan kepada subjek apakah subjek setiap hari merokok lebih dari 3 batang. Kemudian menanyakan berapa usia subjek. Jika subjek masuk dalam kriteria, kepada subjek dibagikan kuesioner.

Uji coba penelitian dilaksanakan mulai tanggal 3 Februari 2007 sampai dengan tanggal 5 Februari 2007 dengan membagikan kuesioner yang dilakukan di 4 wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Sleman,

(45)

Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Gunungkidul dan 1 wilayah Kotamadya Yogyakarta.

Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh responden sebanyak 102 orang, pria sebanyak 52 orang yang rata-rata berusia 17 tahun dan wanita sebanyak 50 orang yang rata-rata berusia 20 tahun. Semua skala dan kuesioner yang dibagikan kepada subjek memenuhi syarat kelengkapan untuk dianalisis. Adapun deskripsi sampelnya sebagai berikut.

Tabel 2. Jenis kelamin responden

Jenis Kelamin Frequency Percent Usia rata-rata

Wanita 50 49,02 20 tahun

Pria 52 50,98 17 tahun

Total 102 100.0

Sumber: data primer

Usia responden 15-20 tahun sebanyak 66 orang (64,7 persen). Sementara itu yang berusia 21-25 tahun sebanyak 36 orang (35,29 persen).

Tabel 3. Umur Responden

Umur ( Tahun ) Frequency Percent

15-20 tahun 66 64,71

21-25 tahun 36 35,29

Total 102 100.0

(46)

a. Uji Reliabilitas

Kuesioner diberikan kepada subjek untuk diujicobakan terdiri dari 70 item. Reliabilitas kuesioner perbedaan kepercayaan diri antara perokok pria dan wanita dihitung dengan menggunakan pendekatan koefisien reliabilitas Alpha. Perhitungan reliabilitas Alpha ini mengunakan program SPSS versi 12.0 for windows. Seleksi item ini mengunakan taraf signifikansi 5 % dengan N = 102 subjek.

Setelah data diperoleh, dilakukan seleksi item dengan menggunakan program SPSS versi 12.0 for windows. Dari tabel hasil pengujian reliabilitas dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian ini mampu memberikan hasil yang konsisten yang dapat dilihat dari nilai alpha keenam aspek yang di atas 0,5. Nilai ini telah memenuhi nilai alpha minimal agar suatu instrumen dapat dikatakan reliabel yaitu 0,5 (Nunnally, 1969 dalam Santoso, 2003).

Tabel 4.Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel

Variabel Alpha Keterangan

Item 1-70 0,859 Reliable

b. Uji Validitas

(47)

analisis Pearson’s Product Moment menunjukkan bahwa ada beberapa item yang dinyatakan gugur.

Berdasarkan hasil pengujian validitas item, maka ada 14 item yang dinyatakan gugur, yaitu item nomor 20, 21, 22, 27, 34, 36, 37, 61, 63, 65, 67, 68, 69 dan 70. Dengan demikian, jumlah item yang sahih ada 56 item, yaitu item nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 23, 24, 25, 26, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 35, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 62, 64 dan 66 dengan nilai reliabilitas sebesar 0,872. Item-Item tersebut akan digunakan untuk penelitian sesungguhnya.

B. Pelaksanaan Penelitian

Untuk mendapatkan subjek pada penelitian ini, dilakukan dengan cara yang sama seperti pada saat mencari subjek untuk uji coba alat ukur.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Februari 2007 sampai dengan tanggal 10 Februari 2007 yang dilakukan di 4 wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Gunungkidul dan 1 wilayah Kotamadya Yogyakarta.

(48)

untuk dianalisis. Adapun deskripsi sampelnya sebagai berikut. Tabel 5. Jenis Kelamin Responden Penelitian

Jenis Kelamin Frequency Percent Usia Rata-Rata

Wanita 50 49,02 18 tahun

Pria 52 50,98 17 tahun

Total

102 100.0

Sumber: data primer

Usia responden yang kurang dari 20 tahun sebanyak 56 orang (54,90 persen). Sementara itu yang berusia 20 tahun keatas sebanyak 46 orang (45,10 persen).

Tabel 6. Umur Responden Peneltian

Umur (tahun) Frequency Percent

15-20 tahun 56 54,90

21-25 tahun 46 45,10

Total 102 100.0

Sumber: data primer

(49)

persen) dan wanita sebanyak 8 orang (4 persen). Dari Kabupaten Gunungkidul, pria sebanyak 7 orang (3,64 persen) dan wanita sebanyak 8 orang (4 persen). Sedangkan yang terakhir dari Kotamadya, pria sebanyak 15 orang (7,8 persen) dan wanita sebanyak 14 orang (7 persen).

Tabel 7. Daerah Asal Responden

Asal Kabupaten/Kota Frekuensi Persen

(50)

C. Analisis Data 1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat normal tidaknya data penelitian atau untuk membandingkan fungsi distribusi kumulatif observasi untuk variabel dengan distribusi teoretis yang telah ditentukan (Arikunto, 1989).

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov. Pengambilan keputusan didasarkan jika p>0,05 maka variabel dinyatakan tidak terdistribusi secara normal. Sedangkan jika p<0,05 maka variabel dinyatakan terdistribusi normal.

Dari hasil perhitungan uji normalitas menghasilkan p=0,001 yang berarti variabel tingkat kepercayaan diri dalam penelitian ini terdistribusi secara normal.

b. Uji Homogenitas

(51)

kepercayaan diri melalui komputer program SPSS versi 12,0 for windows. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah varians tersebut adalah sama.

Berdasarkan data yang diperoleh, signifikansi dari variabel kepercayaan diri, p=0,490 maka varians tersebut adalah homogen.

2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif dengan SPSS versi 12,0 for windows. Dalam hal ini untuk menghitung nilai rata-rata skor skor kuesioner. Sedangkan untuk menguji hipotesis mengenai perbedaan kepercayaan diri digunakan uji beda rata-rata (mean different) dengan SPSS versi 12,0 for windows. Di bawah ini disajikan tabel dan analisis dari hasil pengujian hipotesis.

Tabel 8. Hasil Analisis Kepercayaan Diri

Taraf signifikansi 5% (two-tailed) N : Jumlah subjek

(52)

T : Hasil perhitungan Uji-t P : Probabilitas

Dari data di atas, terlihat bahwa hasil perhitungan uji-t < 0,05 yaitu -0,508, yang berarti tidak signifikan. Maka hipotesis pada penelitian ini tidak terbukti.

3. Kategorisasi Berdasarkan Kepercayaan Diri

Secara umum kepercayaan diri antara pria dan wanita dapat dilihat melalui tabel rata-rata skor atas jawaban yang diberikan dalam kuesioner.

Penentuan kategori perbedaan kepercayaan diri antara perokok pria dengan perokok wanita dilakukan dengan kategorisasi skala Likert sebagai berikut :

Nilai 5 = sangat ada perberbedaan Nilai 4 = berbeda

Nilai 3 = sama

Nilai 2 = tidak ada perbedaan Nilai 1 = sangat tidak ada perbedaan

Tabel 9 . Beda Mean Kepercayaan Diri

Kepercayaan Diri N Mean

Wanita 52 3,5268

(53)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat perbandingan kepercayaan diri antara perokok pria dengan perokok wanita yang ditunjukkan melalui beda mean antara perokok pria dengan perokok wanita. Nilai mean kepercayaan diri perokok wanita adalah 3,5268 dan nilai mean kepercayaan diri perokok pria adalah 3,5601, yang ternyata berada pada skala yang sama, yaitu cenderung mendekati 3. Ini berarti tidak ada perbedaan kepercayaan diri antara perokok pria dengan perokok wanita.

D. Hasil Penelitian

Dari hasil analisis data pada tabel diketahui t hit -0,508 < t tabel 2,00 maka hipotesis pada penelitian ini tidak terbukti, yang berarti tidak ada perbedaan kepercayaan diri antara perokok pria dengan perokok wanita. Hal tersebut juga dibuktikan dengan tidak ditemukannya perbedaan mean pada kedua subjek. Perokok pria mempunyai mean sebesar 3,5601 dan mean pada perokok wanita sebesar 3,5268.

E. Pembahasan

(54)

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi orang untuk merokok. Pertama, faktor sosiokultural yang meliputi penerimaan sosial, pengaruh orang tua dan teman sebaya (Traquet, 1992 dalam Wibowo, 1996). Keadaan keluarga dan sikap orang tua mempengaruhi anak untuk berperilaku merokok. Keadaan keluarga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras, menyebabkan anak lebih mudah untuk menjadi perokok (Bear & Corado dalam Aktinson, Pengantar Psikologi, 1999:294). Single parent juga berpengaruh dalam hal ini. Selain itu, perilaku merokok lebih cepat dicontoh oleh anak jika ibu merokok daripada ayah yang merokok (Al Bachri, Buletin RSKO, tahun IX, 1991).

Teman juga mempengaruhi orang untuk merokok, terutama teman sebaya. Ini dikarenakan adanya tekanan teman sebaya dalam interaksi pergaulan yang berpengaruh sangat besar dalam kehidupan sehari-hari, mulai cara berbicara, berpakaian, sampai tingkah laku. Oleh karena itu, seseorang yang tidak merokok bisa terpengaruh oleh orang lain untuk merokok, tetapi bisa juga orang tersebut sudah merokok dan dicontoh oleh temannya dalam berperilaku merokok. Dengan demikian, ada penerimaan sosial untuk orang yang merokok tersebut.

(55)

Kedua, faktor personal yang meliputi self image, self esteem dan disposable income juga mempengaruhi seseorang untuk merokok (Traquet, 1992 dalam Wibowo, 1996). Faktor personal yang paling kuat adalah mencari bentuk jati diri (Aditama, 1997). Orang mencoba merokok karena alasan ingin tahu atau melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan.

Selain itu, ketiga, faktor lingkungan yang meliputi promosi iklan dan penjualan rokok, pengembangan dan pemasaran produk, mudah didapat, harga terjangkau serta lingkungan bebas rokok juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang merokok (Traquet, 1992 dalam Wibowo, 1996). Dalam iklan-iklan kebiasaan merokok digambarkan sebagai lambang kematangan, kedewasaan, popularitas dan bahkan lambang kecantikan, kehidupan yang sexy serta feminisme. Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat orang seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut (Mari Juniarti, Buletin RSKO, tahun IX, 1991).

(56)

Dengan perilaku merokok yang dipengaruhi oleh beberapa faktor tersebut berpengaruh terhadap kepercayaan diri seseorang. Masters dan Johnson juga mengatakan bahwa rasa percaya diri (self esteem) ini juga berpengaruh terhadap sikap seseorang terhadap status sebagai remaja (dalam http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/ kw2pd.html, 16/01/06). Seorang remaja yang memiliki percaya diri yang positif akan mudah terbawa godaan yang banyak ditawarkan oleh lingkungan, salah satu contohnya adalah merokok.

Ketertarikan awal orang untuk merokok umumnya muncul saat usia remaja, 15-19 tahun atau sewaktu duduk di bangku SMA. Sebagian perokok tahu bahwa merokok tidak baik untuk kesehatan dan lingkungannya, namun mereka memerlukan rokok dengan berbagai alasan, dari soal diterima oleh lingkungan pergaulannya sampai merasa tidak “gagah dan modern” tanpa rokok (http://bz.blogfam.com/bzfit/pria_dan_rokok/, 15/10/06).

Rokok juga dianggap bisa meningkatkan ‘gaya’ dan penampilan diri, sehingga meningkatkan kepercayaan diri. Dianggap sebagai pelarian bagi orang yang sering gugup dan kurang percaya diri. Sebagai teman saat belajar atau bekerja, atau untuk menimbulkan inspirasi, dan lain-lain (http://www.sammaditthi.org/Sd4/silavsaids.asp, 15/10/06).

(57)
(58)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari analisis yang dilakukan pada bagian sebelumnya, kemudian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, merokok terbukti tidak berpengaruh terhadap kepercayaan diri antara perokok pria dengan perokok wanita. Dengan demikian, tidak ada perbedaan kepercayaan diri antara perokok pria dengan perokok wanita dalam pergaulan sehari-hari. Ini dapat dibuktikan berdasarkan nilai hasil uji t dan beda mean antara perokok pria dengan perokok wanita.

B. Saran-saran

1. Saran untuk pria dan wanita

Melalui penelitian ini dapat diketahui juga bahwa perilaku merokok tidak dapat menyebabkan seseorang menjadi lebih percaya diri.

Oleh karena itu, disarankan pria dan wanita baik yang berperilaku merokok maupun yang tidak, agar tidak merokok. Saran ini diberikan tidak hanya untuk perokok pria dan wanita yang berusia 15-25 tahun, tetapi untuk semua umur.

2. Saran untuk peneliti mendatang yang menggunakan skripsi ini sebagai bahan acuan penelitiannya.

(59)
(60)

DAFTAR PUSTAKA

Iswidharmanjaya, D. dan Agung, G. 2004. Satu Hari Menjadi Lebih Percaya Diri. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Mangoenprasodjo, A. S. dan Hidayati, S. N. 2005. Hidup Sehat Tanpa Rokok. Yogyakarta: Pradipta Publishing.

Muchtar A.F. 2005. Matikan Rokok Hidupkan Semangat. Bandung: Amanah Publishing House.

Azwar, S. Drs. 1995. Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Aditama, T. Y. 1997. Rokok dan Kesehatan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Wibowo, D. E. 1996. Hubungan Kecemasan Akan Menghadapi Ujian Lisan dengan Frekuensi Merokok Pada Mahasiswa.

Herawati, V. 1996. Hubungan Teman Sebaya Perokok dengan Perilaku Merokok Pria.

“Sedihnya Menjadi Perokok Pasif”. http://www.sammaditthi.org/Sd4/silavsaids.asp.05/10/06

“Pria dan Rokok”. 2006. http://bz.blogfam.com/bzfit/pria_dan_rokok/

Mu’tadin, Z. 2006. Remaja dan Rokok. Jakarta: http://www.e-psikologi.com/remaja/050602.htm

Sitepoe, M. 2000. Kekhususan Rokok di Indonesia. Jakarta: PT Grasindo.

---, http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/kw2pd.html. 16/01/06

(61)

Rini, J. F. 2007. Memupuk Rasa Percaya Diri. Jakarta : http://www.e-psikologi.com/dewasa/161002.htm

Azwar, S. Drs. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

(62)

LAMPIRAN

(63)

Jenis kelamin :Pria/Wanita *)

Usia : ….. tahun

Domisili : Sleman/Bantul/Kulonprogo/Gunungkidul/Yogya *) *) coret yang tidak perlu

SKALA PERBEDAAN KEPERCAYAAN DIRI ANTARA

PEROKOK PRIA DENGAN PEROKOK WANTA

Di bawah ini terdapat 70 pernyataan :

Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Kemudian Anda diminta untuk mengemukakan apakah pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan diri Anda, dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia. Jangan sampai ada pernyataan yang tidak diberi jawaban atau terlewatkan.

Adapun pilihan jawaban tersebut adalah: SS = Sangat Setuju

S = Setuju

R = Ragu-Ragu

TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

Set iap or ang dapat m em punyai j awaban yang berbeda, karena it u pilihlah j awaban yang paling sesuai dengan diri anda, karena t idak ada j awaban yang dianggap salah. Jawaban anda kam i j am in kerahasiaannya.

(64)

Jawaban No Pernyataan

SS S R TS STS

1. Saya selalu membantu teman atau orang lain yang membutuhkan bantuan saya. 2. Jika saya menghadapi suatu masalah, saya

pasti akan menyelesaikannya sampai tuntas.

3. Saya merasa mempunyai jiwa pemimpin. 4. Saya mampu menyalurkan bakat yang saya

miliki.

5. Saya mampu mengerjakan segala sesuatu dengan baik.

6. Saya bisa mengerjakan banyak hal tanpa bantuan orang lain.

7. Saya selalu membuat suasana yang tidak menyenangkan menjadi menyenangkan. 8. Saya selalu berusaha membuat orang lain

senang jika bersama saya.

9. Saya menjadi seorang pemimpin dalam suatu organisasi.

10. Saya yakin bahwa saya bisa mengerjakan segala sesuatu dengan baik.

11. Saya yakin bisa berhenti merokok.

12. Saya yakin keberadaan saya diterima dengan senang hati oleh teman-teman saya. 13. Saya yakin bahwa semua masalah pasti ada

jalan keluarnya.

(65)

15. Saya menyukai pekerjaan yang ringan-ringan.

16. berani melakukan hal-hal yang beresiko. 17. Saya menyukai hal-hal yang membutuhkan

kepercayaan diri tinggi.

18. Saya sering membuat orang lain tertawa. 19. Saya merasa bahwa orang lain senang jika

bisa merokok bersama saya.

20. Saya tidak akan melakukan pekerjaan yang membutuhkan banyak tenaga.

21. Saya tidak akan melakukan pekerjaan yang membutuhkan banyak pemikiran.

22. Saya tidak menyukai pekerjaan yang berbelit-belit.

23. Saya selalu mengerjakan segala sesuatu sampai tuntas.

24. Saya berani menanggung segala akibat dari perbuatan saya.

25. Saya selalu mengerjakan segala sesuatu dengan sungguh-sungguh.

26. Saya tidak terlalu lama meninggalkan sesuatu hal yang tertunda untuk segera melakukannya kembali.

27. Saya tetap merokok meski orang lain melarang.

28. Saya tahu bahaya merokok, tapi saya tetap merokok.

29. Rokok adalah bagian dari hidup saya.

(66)

merokok.

31. Jika saya ingin merokok, saya tidak bisa menundanya.

32. Saya suka mencoba rokok-rokok baru. 33. Saya selalu berusaha mendapatkan rokok

dari uang saya sendiri.

34. Dimanapun saya pasti merokok. 35. Setiap hari saya pasti merokok. 36. Saya tidak bisa berhenti merokok. 37. Rokok saya bukan rokok murahan.

38. Saya menyukai hal-hal yang sedang trend. 39. Saya suka mengerjakan hal-hal yang

menantang.

40. Saya merasa bangga jika orang lain melihat saya merokok.

41. Saya harus merokok meski bagaimanapun caranya.

42. Saya merasa lebih percaya diri jika di ada rokok dalam saku saya.

43. Jika saya merasa kurang percaya diri, saya mengatasinya dengan merokok.

44. Rokok membuat saya merasa lebih percaya diri.

45. Saya akan berusaha melakukan dengan segala cara yang orang lain tidak bisa melakukannya.

(67)

47 Saya merasa lega jika sehabis makan saya merokok.

48. Saya lebih senang jika saya membeli rokok dengan uang saya sendiri.

49. Sudah hampir semua merk rokok pernah saya coba.

50. Saya merasa minder jika berkumpul bersama teman-teman tanpa membawa rokok.

51. Prestasi saya bagus meski saya merokok. 52. Saya mempunyai banyak prestasi.

53. Saya mempunyai prestasi, misalnya dalam bidang olah raga, musik atau dalam bidang-bidang yang lain.

54. Saya merasa lebih percaya diri dengan prestasi-prestasi yang saya miliki.

55. Tanpa rokok, saya tidak dapat belajar. 56. Saya tidak dapat berkonsentrasi tanpa

merokok.

57. Saya selalu menunjukkan hal yang terbaik kepada orang lain.

58. Saya selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk hal-hal yang ditanggungkan kepada saya.

59. Saya merasa percaya diri dengan penampilan saya apa adanya.

(68)

rokok.

61. Jika malam sudah larut dan saya kehabisan rokok, saya tidak akan membeli rokok pada saat itu juga.

62. Saya tidak suka ganti-ganti merk rokok. 63. Saya lebih suka merokok daripada minum

minuman keras atau lainnya.

64. Saya mempunyai rasa percaya diri yang tinggi.

65. Jika berhadapan atau berbicara dengan lawan jenis, saya merasa kurang percaya diri.

66. Saya segera memperbaiki kesalahan yang saya buat baik sengaja ataupun tidak.

67. Jika saya melakukan kesalahan, saya segera meminta maaf.

68. Saya tidak pernah melarang orang lain merokok.

69. Saya tidak pernah memaksa orang lain merokok.

(69)

LAMPIRAN

(70)

Jenis kelamin :Pria/Wanita *)

Usia : ….. tahun

Domisili : Sleman/Bantul/Kulonprogo/Gunungkidul/Yogya *) *) coret yang tidak perlu

SKALA PERBEDAAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI ANTARA

PEROKOK PRIA DENGAN PEROKOK WANTA

Di bawah ini terdapat 56 pernyataan :

Baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Kemudian Anda diminta untuk mengemukakan apakah pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan diri Anda, dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia. Jangan sampai ada pernyataan yang tidak diberi jawaban atau terlewatkan.

Adapun pilihan jawaban tersebut adalah: SS = Sangat Setuju

S = Setuju

R = Ragu-Ragu

TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

Set iap or ang dapat m em punyai j awaban yang berbeda, karena it u pilihlah j awaban yang paling sesuai dengan diri anda, karena t idak ada j awaban yang dianggap salah. Jawaban anda kam i j am in kerahasiaannya.

(71)

Jawaban No Pernyataan

SS S R TS STS

1. Saya selalu membantu teman atau orang lain yang membutuhkan bantuan saya. 2. Jika saya menghadapi suatu masalah, saya

pasti akan menyelesaikannya sampai tuntas.

3. Saya merasa mempunyai jiwa pemimpin. 4. Saya mampu menyalurkan bakat yang saya

miliki.

5. Saya mampu mengerjakan segala sesuatu dengan baik.

6. Saya bisa mengerjakan banyak hal tanpa bantuan orang lain.

7. Saya selalu membuat suasana yang tidak menyenangkan menjadi menyenangkan. 8. Saya selalu berusaha membuat orang lain

senang jika bersama saya.

9. Saya menjadi seorang pemimpin dalam suatu organisasi.

10. Saya yakin bahwa saya bisa mengerjakan segala sesuatu dengan baik.

11. Saya yakin bisa berhenti merokok.

12. Saya yakin keberadaan saya diterima dengan senang hati oleh teman-teman saya. 13. Saya yakin bahwa semua masalah pasti ada

jalan keluarnya.

(72)

15. Saya menyukai pekerjaan yang ringan-ringan.

16. berani melakukan hal-hal yang beresiko. 17. Saya menyukai hal-hal yang membutuhkan

kepercayaan diri tinggi.

18. Saya sering membuat orang lain tertawa. 19. Saya merasa bahwa orang lain senang jika

bisa merokok bersama saya.

20. Saya selalu mengerjakan segala sesuatu sampai tuntas.

21. Saya berani menanggung segala akibat dari perbuatan saya.

22. Saya selalu mengerjakan segala sesuatu dengan sungguh-sungguh.

23. Saya tidak terlalu lama meninggalkan sesuatu hal yang tertunda untuk segera melalukannya kembali.

24. Saya tahu bahaya merokok, tapi saya tetap merokok.

25. Rokok adalah bagian dari hidup saya. 26. Saya pernah membolos hanya untuk dapat

merokok.

27. Jika saya ingin merokok, saya tidak bisa menundanya.

28. Saya suka mencoba rokok-rokok baru. 29. Saya selalu berusaha mendapatkan rokok

dari uang saya sendiri.

30. Setiap hari saya pasti merokok.

(73)

32. Saya suka mengerjakan hal-hal yang menantang.

33. Saya merasa bangga jika orang lain melihat saya merokok.

34. Saya harus merokok meski bagaimanapun caranya.

35. Saya merasa lebih percaya diri jika di ada rokok dalam saku saya.

36. Jika saya merasa kurang percaya diri, saya mengatasinya dengan merokok.

37. Rokok membuat saya merasa lebih percaya diri.

38. Saya akan berusaha melakukan dengan segala cara yang orang lain tidak bisa melakukannya.

39. Saya selalu berusaha mencapai apa yang saya inginkan meski bagaimanapun caranya.

40. Saya merasa lega jika sehabis makan saya merokok.

41. Saya lebih senang jika saya membeli rokok dengan uang saya sendiri.

42. Sudah hampir semua merk rokok pernah saya coba.

43. Saya merasa minder jika berkumpul bersama teman-teman tanpa membawa rokok.

(74)

46. Saya mempunyai prestasi, misalnya dalam bidang olah raga, musik atau dalam bidang-bidang yang lain.

47. Saya merasa lebih percaya diri dengan prestasi-prestasi yang saya miliki.

48. Tanpa rokok, saya tidak dapat belajar. 49. Saya tidak dapat berkonsentrasi tanpa

merokok.

50. Saya selalu menunjukkan hal yang terbaik kepada orang lain.

51. Saya selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk hal-hal yang ditanggungkan kepada saya.

52. Saya merasa percaya diri dengan penampilan saya apa adanya.

53. Jika saya ingin merokok dan saya tidak mempunyai uang, saya tidak akan berhutang pada teman untuk membeli rokok.

54. Saya tidak suka ganti-ganti merk rokok. 55. Saya mempunyai rasa percaya diri yang

tinggi.

Gambar

Tabel 1. Blue-print Skala Kepercayaan Diri……………………….23
Tabel 1. Blue-print Skala Kepercayaan Diri
Tabel 2. Jenis kelamin responden
Tabel 5. Jenis Kelamin Responden Penelitian
+3

Referensi

Dokumen terkait

- bahwa saya/kami dengan ini mengerti bahwa SMA Sampoerna (Sampoerna Academy), Kampus Bogor berhak untuk menghentikan bantuan pendidikan program Sampoerna Academy

Keuntungan bagi pengembang, antara lain, (1) aplikasi yang ber-VBA merupakan apikasi open-system, melalui model obyek, dan komponen berbasis Active-X, akan dapat berguna bagi

“ Praktek Pembagian Harta Warisan Di Desa Simpur Kecamatan Simpur Kabupaten HSS (Studi Kasus Terhadap Tiga Problem Kewarisan Ashabah) ”.

Rancangan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan yang telah ditandatangani oleh semua anggota Direksi disampaikan oleh Direksi kepada Dewan Komisaris selambatnya 60 (enam puluh)

Suatu tata ruang terbaik ialah yang menempatkan para pegawai dan alat-alat kantor menurut rangkaian yang sejalan dengan urutan-urutan penyelesaian pekerjaan

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Komunikasi Bisnis melalui pelaksanaan tindakan dengan

Pengaruh Current Ratio terhadap perubahan laba adalah semakin tinggi Current Ratio maka laba bersih yang dihasilkan perusahaan semakin rendah, karena Current

Skripsi ini telah diuji dan dinyatakan oleh Panitia Ujian Tingkat Sarjana (S1) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surabaya sebagai