• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEPUASAN TERHADAP LOYALITAS PENUMPANG GARUDA INDONESIA RUTE SINTANG – PONTIANAK - Repository UM Pontianak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH KEPUASAN TERHADAP LOYALITAS PENUMPANG GARUDA INDONESIA RUTE SINTANG – PONTIANAK - Repository UM Pontianak"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH :

MAS RATIH YUNIDIAWATI NIM : 141310736

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

(2)
(3)

i

memuaskan agar konsumen menjadi loyal. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Purposive Sampling. Berdasarkan kriteria pemilihan sampel yang telah ditentukan diperoleh jumlah sampel sebanyak 100 responden. Teknik analisis yang digunakan adalah uji validitas, uji reliabilitas, analisis regresi linier sederhana, koefisien korelasi dan koefisien determinasi (R2).

Hasil persamaan regresi linier sederhana menunjukkan persamaan :

= -0,185 + 1,003X. Hasil koefisien korelasi menunjukkan nilai R sebesar 0,780 yang berarti bahwa terdapat korelasi yang tinggi antara kepuasan (X) dan loyalitas (Y). Nilai (R Square) sebesar 0,608 atau 60,8%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase sumbangan variabel bebas (kepuasan) terhadap variabel terikat (loyalitas) sebesar 60,8% sedangkan sisanya sebesar 39,2% dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Uji korelasi menunjukkan bahwa nilai t ( ) sebesar 12,337 dan diketahui sebesar 1,98447. Karena lebih besar dari maka Ho ditolak. Dengan demikian korelasi berarti, maka terdapat hubungan positif antara kepuasan dan loyalitas penumpang Garuda Indonesia rute Sintang-Pontianak.

(4)

ii

penulisan skripsi yang berjudul : “Pengaruh Kepuasan Terhadap Loyalitas Penumpang Garuda Indonesia Rute Sintang-Pontianak”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Pontianak.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis banyak sekali memperoleh bantuan,

bimbingan, masukan serta petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus dan

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Samsuddin, SE, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Muhammadiyah Pontianak.

2. Bapak Dedi Hariyanto, SE, MM, selaku Dosen Pembimbing Utama yang

telah memberikan arahan dan bimbingan, hingga dapat terselesaikannya

penulisan skripsi ini.

3. Ibu Miftahuljannah, SE, MM, selaku Dosen Pembimbing Kedua yang telah

bersedia memberikan petunjuk dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

4. SPV Sales and Service Garuda Indonesia Sintang dan Garuda Indonesia Gerai Sintang yang telah memberikan izin dan bantuan untuk mengadakan

(5)

iii

baik materil maupun do’a, perhatian dan dorongannya selama ini.

7. Saodah Dwi Lestari yang selama penyusunan skripsi ini bersedia membantu

dan membimbing setiap penulisan dan penyusunan.

8. Gusty Prasetya Kurniawan yang selalu memberikan dukungan dan semangat.

9. Sahabat-sahabat terbaikku dan rekan-rekan mahasiswa khususnya Program

Studi Manajemen yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

sempurna dan tentunya masih banyak diperlukan perbaikan. Untuk itu kritik dan

saran yang sifatnya membangun sangat di harapkan demi kesempurnaan skripsi

ini.

Pontianak, Juli 2018

(6)

iv

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan ... 9

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Tujuan Penelitian... 10

E. Manfaat Penelitian... 10

F. Kerangka Pemikiran ... 11

G. Metode Penelitian ... 13

1. Jenis Penelitian ... 13

2. Teknik Pengumpulan Data... 13

3. Populasi & Sampel... 15

4. Alat Analisis ... 17

BAB II LANDASAN TEORI ... 22

A. Pengertian Manajemen Pemasaran... 22

B. Pengertian Jasa ... 23

C. Pengertian Kepuasan ... 25

D. Pengertian Loyalitas ... 27

E. Pengertian Maskapai Penerbangan... 34

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 36

A. Sejarah ... 36

1. Garuda Indonesia ... 36

2. Garuda Indonesia Rute Sintang-Pontianak ... 39

B. Struktur Organisasi Garuda Rute Sintang-Pontianak ... 41

C. Aspek Sumber Daya Manusia ... 44

D. Aspek Bauran Pemasaran ... 45

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Karakteristik Responden ... 49

B. Uji Instrumen... 53

C. Analisis Regresi Linier Sederhana ... 57

(7)

v

B. Saran ... 62

(8)

vi

Tabel 1.2 Jenis Pelayanan ... 4

Tabel 1.3 Sub-Kelas dan Harga Garuda Rute Sintang-Pontianak... 4

Tabel 1.4 Sub-Kelas dan Harga Nam Air Rute Sintang-Pontianak ... 5

Tabel 1.5 Sub-Kelas dan Harga Wings Air Rute Sintang-Pontianak... 6

Tabel 1.6 Jumlah Penumpang dan Seat Load Factor ... 7

Tabel 1.7 Jumlah Pendapatan Tahun 2016 - 2017 ... 8

Tabel 1.8 Penelitian Terdahulu ... 12

Tabel 3.1 Jumlah Karyawan ... 44

Tabel 3.2 Pendidikan Karyawan ... 44

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden ... 49

Tabel 4.2 Usia Responden... 50

Tabel 4.3 Pendidikan Terakhir Responden ... 50

Tabel 4.4 Pekerjaan Responden ... 51

Tabel 4.5 Penghasilan Responden Per Bulan ... 52

Tabel 4.6 Status Perkawinan Responden ... 52

Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Instrumen (X) ... 53

Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Instrumen (Y) ... 55

Tabel 4.9 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen (X) ... 56

Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen (Y) ... 57

Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Persamaan Regresi Linier Sederhana ... 58

(9)

vii

Gambar 2.1 Penyebab Utama Tidak Terpenuhinya Ekspektasi Pelanggan 27

Gambar 2.2 Siklus Pembelian ... 29

Gambar 2.3 Tingkatan Loyalitas ... 31

Gambar 2.4 Sikap Dan Perilaku Pembelian Ulang ... 34

(10)

viii

Lampiran 3 Tabulasi Jawaban Responden Variabel Kepuasan (X) ... 73

Lampiran 4 Tabulasi Jawaban Responden Variabel Kepuasan (Y) ... 77

Lampiran 5 Korelasi (X) ... 80

Lampiran 6 Korelasi (Y) ... 87

Lampiran 7 Reliabilitas (X) ... 88

Lampiran 8 Reliabilitas (Y) ... 89

Lampiran 9 Regresi ... 90

(11)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transportasi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan

manusia karena transportasi berkontribusi besar pada kehidupan dalam

kaitannya dengan aktivitas manusia sehari-hari. Di era modern ini, kegiatan

yang dilakukan oleh masyarakat lebih banyak dan semakin beragam

jenisnya. Untuk menunjang berbagai aktivitas tersebut transportasi

memainkan perannya untuk menunjang kebutuhan perpindahan dari satu

tempat ketempat lain. Dengan adanya transportasi maka masyarakat dapat

dengan mudah mengakses berbagai daerah baik dalam jarak dekat maupun

jarak jauh yang umumnya tidak dapat ditempuh dengan berjalan kaki.

Saat ini alat transportasi pesawat terbang menjadi kebutuhan bagi

masyarakat, terbukti dengan semakin banyaknya armada pesawat yang di

sediakan berbagai perusahaan jasa penerbangan bahkan

mengembangkannya hingga bisa masuk ke daerah terpencil.

Seiring semakin meningkatnya permintaan jasa industri penerbangan,

Perusahaan terus mengembangkan jaringan penerbangan hingga ke

kota-kota pertumbuhan ekonomi dan wisata baru di wilayah barat dan timur

Indonesia.

Persaingan yang semakin ketat akan membuat para pelaku bisnis

menjadi lebih bersemangat dalam memberikan pelayanan terhadap

(12)

konsumen, bertujuan untuk memberikan rasa puas terhadap pelanggan dan

dapat memiliki daya saing dibandingkan kompetitor.

Meningkatnya jumlah pelanggan merupakan bukti nyata keberhasilan

perusahaan dalam mencapai tujuan, karena semakin meningkatnya jumlah

pelanggan maka akan semakin meningkat pula jumlah penjualan dan

profitabilitas, peluang besar bagi perusahaan untuk memperluas market share, mempertinggi nilai perusahaan dan loyalitas pelanggan. Sebaliknya, jika terjadi penurunan jumlah pelanggan berarti menurun pula jumlah

penjualan dan profitabilitas.

Sejak masuknya Garuda Indonesia di Kabupaten Sintang hingga saat

ini, pandangan pelanggan tidak selalu positif terhadap perusahaan sehingga

terkadang memberikan dampak buruk bagi kemajuan perusahaan, namun

berkat manajemen perusahaan yang profesional, sabar dan selalu berpikir

kreatif dan inovatif akhirnya Garuda Indonesia bisa lebih maju, bertahan

dan bersaing dengan maskapai lain yang juga memiliki rute

Sintang-Pontianak.

Jenis pesawat untuk rute Sintang-Pontianak adalah ATR 72-600

dengan kapasitas 70 penumpang, jenis kelas ekonomi dan di operasikan

sebagai sub-brand Garuda Indonesia Explore. Untuk rute Pontianak-Sintang dengan flight number GA7534 dan untuk rute Sintang-Pontianak dengan

flight number GA7535.

Jumlah maskapai penerbangan yang memiliki rute Sintang-Pontianak

(13)

Tabel 1.1

Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Susilo Sintang Jumlah Maskapai Rute Sintang-Pontianak

Tahun 2018

No Maskapai Mulai Beroperasi Jadwal Rute

1. Garuda

Indonesia

2016 – sekarang 1 kali (Setiap Hari)

Pontianak - Sintang pp

2. Nam Air 2017 – sekarang 2 kali (Setiap

Hari)

Pontianak - Sintang pp

3. Wings Air 2017 – sekarang 1 kali sehari

(setiap hari)

Pontianak – Sintang pp

Sumber : KUP Bandara Susilo Sintang, 2018

Pada Tabel 1.1 dapat dijelaskan bahwa maskapai yang memiliki rute

Sintang-Pontianak sebanyak 3 (tiga) maskapai, yaitu Garuda Indonesia,

NAM Air, dan Wings Air. Dari maskapai yang memiliki rute

Sintang-Pontianak tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang pengaruh kepuasan terhadap loyalitas penumpang pada maskapai

Garuda Indonesia rute Sintang-Pontianak.

Garuda Indonesia di Kabupaten Sintang tidak memiliki Kantor

Cabang, namun memiliki perwakilan yaitu Gerai Garuda Indonesia Sintang

yang di kelola oleh PT.Jasa Karya Wisata. Dengan adanya Gerai tersebut

dapat mempermudah para penumpang yang ada di Kabupaten Sintang guna

merasakan pelayanan yang diberikan Garuda Indonesia dan menyampaikan

keluhannya.

Sebagai Gerai resmi Garuda Indonesia PT. Jasa Karya Wisata

(14)

Tabel 1.2

PT. Jasa Karya Wisata Jenis Pelayanan

No. Jenis Pelayanan

1 Penjualan Tiket Pesawat Garuda Indonesia

(Domestik/Internasional)

2 Reschedule Tiket

3 Refund Tiket

4 Pendaftaran Sub Agent

Sumber : PT. Jasa Karya Wisata, 2018

Pada Tabel 1.2 dapat dijelaskan bahwa jasa pelayanan yang diberikan

PT.Jasa Karya Wisata ada empat jenis pelayanan, yaitu penjualan tiket

domestik atau internasional pesawat Garuda Indonesia, reschedule tiket,

refund tiket, dan pendaftaran sub agent. Semua pelayanan yang diberikan Gerai Sintang disesuaikan dengan standar dari Garuda Indonesia.

Daftar sub-kelas dan harga untuk penerbangan rute Sintang-Pontianak

dapat dilihat pada Tabel 1.3 berikut :

Tabel 1.3

PT. Jasa Karya Wisata Sub-Kelas dan Harga Rute Sintang - Pontianak

Periode Maret 2018

No Kelas Harga (Rp)

1 L 491.000

2 H 514.500

3 S 564.000

4 V 613.500

5 T 663.000

6 Q 712.500

7 N 769.700

8 K 826.900

9 M 872.000

10 B 916.000

11 Y 934.700

(15)

Pada Tabel 1.3 dapat diketahui sub-kelas dan harga untuk

penerbangan rute Sintang-Pontianak. Harga yang ditawarkan dapat berubah

sewaktu-waktu tergantung kebijakan yang di buat oleh pihak Garuda

Indonesia.

Untuk maskapai lain yang juga memiliki rute Sintang-Pontianak

adalah NAM Air dan Wings Air. Sub-kelas dan harga yang ditawarkan oleh

NAM Air dapat dilihat pada Tabel 1.4 berikut :

Tabel 1.4

KCP. Sriwijaya Sintang Sub-Kelas dan Harga Rute Sintang - Pontianak Periode Mei 2018

No Kelas Harga (Rp)

1 X 355.000

2 E 388.000

3 G 421.000

4 V 454.000

5 T 487.000

6 Q 520.000

7 N 564.000

8 M 608.000

9 L 652.000

10 K 685.000

11 H 718.000

12 B 751.000

13 W 784.000

14 S 817.000

15 Y 843.000

Sumber : KCP. Sriwijaya Sintang, Mei 2018

Pada Tabel 1.4 dapat diketahui sub-kelas dan harga untuk

penerbangan rute Sintang-Pontianak maskapai NAM Air. Harga yang

ditawarkan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kebijakan yang di buat

(16)

Berikut merupakan sub-kelas dan harga yang ditawarkan oleh Wings

Air :

Tabel 1.5

Counter Service Wings Air Sintang Sub-Kelas dan Harga

Rute Sintang – Pontianak Periode Mei 2018

No Kelas Harga (Rp)

1 V 309.000

2 T 334.000

3 Q 377.000

4 N 395.000

5 M 410.000

6 L 443.000

7 K 476.000

8 H 520.000

9 B 553.000

10 S 597.000

11 W 652.000

12 G 696.000

13 A 751.000

14 Y 797.200

Sumber : CS Wings Air Sintang, Mei 2018

Pada Tabel 1.5 dapat diketahui sub-kelas dan harga untuk

penerbangan rute Sintang-Pontianak maskapai Wings Air. Harga yang

ditawarkan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kebijakan yang di buat

oleh pihak Wings Air.

Sub-kelas menandakan perbedaan pada letak kabin dan fasilitas yang

akan penumpang dapatkan pada kelas terbang, huruf tersebut juga berfungsi

menandakan harga dan fasilitas tambahan yang penumpang beli sewaktu

melakukan pemesanan, termasuk juga perhitungan yang akan dilakukan

(17)

pembatalan penerbangan (refund). Masing-masing maskapai memiliki sistem atau cara sendiri untuk memberikan nama kelas sehingga sub-kelas L

pada maskapai Garuda Indonesia bisa jadi adalah sub-kelas X pada

maskapai lain. Namun demikian secara umum simbol atau kode sub-kelas

tiket memiliki arti sebagai berikut :

- Y = hampir pasti merupakan kode untuk kelas ekonomi yang tertinggi.

- B, H, L, M dan V = kode sub-kelas yang membedakan fasilitas atau

pembatasan tertentu pada tiket.

Garuda Indonesia mengalami fluktuasi perkembangan jumlah

penumpang dari Tahun 2016 sampai Tahun 2017, seperti yang terlihat pada

Tabel 1.6 berikut ini :

Tabel 1.6

Counter Service Garuda Indonesia Sintang Jumlah Penumpang dan Seat Load Factor

Rute Sintang-Pontianak Tahun 2016-2017 No Tahun Jumlah

Kursi

Jumlah Hari

Jumlah Kursi Tersedia

Jumlah Kursi Terjual

% SLF

1 2016 70 290 20.300 12.381 61%

2 2017 70 365 25.550 16.121 63,1%

Sumber : Data Olahan, 2018

Pada Tabel 1.6 dapat diketahui jumlah penumpang naik di Tahun

2017 dari Tahun sebelumnya. Terlihat dari nilai SLF di Tahun 2017 naik

sebesar 2,1% dari Tahun 2016. Seat Load Factor (SLF) yaitu presentase kapasitas dari tempat duduk yang dipergunakan.

Berikut ini adalah data pendapatan Garuda Indonesia untuk rute

(18)

Tabel 1.7

Counter Service Garuda Indonesia Sintang Jumlah Pendapatan

Rute Sintang-Pontianak Tahun 2016 - 2017

No Tahun Pendapatan (USD) Persentase

1. 2016 744.494 -

2. 2017 1.128.334 51,56%

Sumber : CS Garuda Indonesia, 2018

Pada Tabel 1.7 dapat di simpulkan bahwa terjadi kenaikan jumlah

pendapatan di Tahun 2017 dari Tahun 2016. Pada Tahun 2017 jumlah

pendapatan meningkat 51,56%.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Supervisor Sales and Service Garuda Indonesia Sintang, beberapa hal yang sering dikeluhkan oleh penumpang adalah sebagai berikut :

1. Keterlambatan penerbangan atau delay.

2. Batalnya penerbangan.

Dari kondisi tersebut, membuat penulis terdorong untuk mengadakan

penelitian untuk mengetahui pengaruh kepuasan terhadap loyalitas

penumpang memilih Garuda Indonesia untuk keberangkatan rute

Sintang-Pontianak. Hal tersebut menjadi latar belakang dalam melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Kepuasan Terhadap Loyalitas

Penumpang Garuda Indonesia Rute Sintang-Pontianak”.

(19)

B. Permasalahan

Berdasarkan pemaparan penulis pada latar belakang yang telah

dikemukakan diatas, maka rumusan masalah yang diambil penulisan ialah

“Bagaimana kepuasan penumpang berpengaruh terhadap loyalitas

penumpang Garuda Indonesia rute Sintang-Pontianak ?”.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang diperoleh oleh penulis agar

penulis lebih terarah dan tidak menyimpang dari latar belakang yang telah

dipaparkan, maka dalam analisis ini penulis membatasi hanya pada

kepuasan (X) sebagai variabel bebas dan loyalitas (Y) sebagai variabel

terkait.

Menurut Parasuraman, Zeithaml, dan Berry dalam Tjiptono

(2016 : 137) terdapat lima dimensi utama dari jasa, yaitu :

1. Reliabilitas (Reliability)

2. Daya Tanggap (Responsiveness)

3. Jaminan (Assurance)

4. Empati (Empathy)

5. Bukti Fisik (Tangibels)

Menurut Tjiptono dalam Sangadji dan Sopiah (2013 : 115)

mengemukakan enam indikator yang bisa digunakan untuk mengukur

loyalitas konsumen, yaitu :

1. Pembelian ulang

2. Kebiasaan mengkonsumsi merek

3. Rasa suka yang besar pada merek

4. Ketetapan pada merek

5. Keyakinan bahwa merek tertentu merek yang terbaik

(20)

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitiana ini berdasarkan permasalah yang

dikemukakan di atas adalah untuk mengetahui pengaruh kepuasan terhadap

loyalitas penumpang Garuda Indonesia rute Sintang-Pontianak.

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian yang dilakukan penulis diharapkan akan

bermanfaat untuk berbagai pihak :

1. Bagi Peneliti

Untuk memperoleh gambaran tentang pokok masalah yang ada

diobjek penelitian dan membandingkan dengan teori yang diperoleh

selama mengikuti perkuliahan.

2. Bagi Perusahaan

Sebagai bahan masukan bagi Garuda Indonesia terhadap pokok

masalah yang telah disesuaikan dengan teori yang ada khususnya

tentang kepuasan dan loyalitas penumpang.

3. Bagi Almamater

Sebagai bahan referensi bagi penelitian yang mengambil topik yang

sama dan menambah hasanah perbendaharaan penelitian di

(21)

F. Kerangka Pemikiran

Menurut Kotler dan Keller (2017 : 177) : “Kepuasan adalah perasaan

senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja

(hasil) produk yang diperkirakan terhadap kinerja (atau hasil) yang

diharapkan”.

Menurut Hasan (2008 : 83) Loyalitas pelanggan di definisikan “Sebagai orang yang membeli, khusunya yang membeli secara teratur dan berulang-ulang. Pelanggan merupakan seseorang yang terus menerus dan berulang kali datang ke suatu tempat yang sama untuk memuaskan keinginannya dengan memiliki suatu produk atau mendapatkan suatu jasa dan membayar produk atau jasa tersebut”.

Menurut Sumarwan (2015 : 391) : “Tingkat kepuasan konsumen akan

mempengaruhi derajat loyalitas merek seseorang. Semakin puas seorang

konsumen terhadap suatu merek, akan semakin loyal terhadap merek

tersebut”.

Menurut Parasuraman, Zeithaml, dan Berry dalam Tjiptono

(2016 : 137) terdapat lima dimensi utama dari jasa, yaitu :

1. Reliabilitas (Reliability), berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memberikan layanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang disepakati.

2. Daya Tanggap (Responsiveness), berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan para karyawan untuk membantu para pelanggan dan merespon permintaan mereka, serta menginformasikan kapan jasa akan diberikan dan kemudian memberikan jasa secara cepat.

3. Jaminan (Assurance), yakni perilaku para karyawan mampu

menumbuhkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan dan perusahaan bisa menciptakan rasa aman bagi para pelanggannya. Jaminan juga berarti bahwa para karyawan selalu bersikap sopan da menguasai pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menangani setiap pertanyaan atau masalah pelanggan.

(22)

memberikan perhatian personal kepada para pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman.

5. Bukti Fisik (Tangibels), berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik, perlengkapan, dan material yang digunakan perusahaan, serta penampilan karyawan.

Menurut Tjiptono dalam Sangadji dan Sopiah (2013 : 115)

mengemukakan enam indikator yang bisa digunakan untuk mengukur

loyalitas konsumen, yaitu :

1. Pembelian ulang

2. Kebiasaan mengkonsumsi merek

3. Rasa suka yang besar pada merek

4. Ketetapan pada merek

5. Keyakinan bahwa merek tertentu merek yang terbaik

6. Perekomendasian merek kepada orang lain

Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi rujukan dalam penelitian

ini terdapat pada Tabel 1.8 berikut :

No Penelitian dan

Tahun

Judul Hasil

1. Sekar Widia

Sista (2017 : 117)

Analisis Pengaruh Service Quality, Prie, Brand Image, Terhadap Customer Satisfaction Dan Customer Loyalty Maskapai Garuda Indonesia Di Yogyakarta.

Variabel Customer Satisfaction memiliki

pengaruh terhadap Customer Loyalty pada maskapai Garuda Indonesia.

2. A A Ayu Atika

Paramitha Wendha, I Ketut Rahyuda dan I Gst A Kt G Suasana (2013 : 26)

Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Dan Loyalitas Pelanggan Garuda Indonesia Di Denpasar

Kepuasan berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan Garuda Indonesia. Hal ini

(23)

Dari pernyataan di atas maka gambaran dari kerangka pemikiran

penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

X = Variabel bebas (Independen)

Y = Variabel terikat (Dependen)

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam membahas masalah yang

telah diuraikan di atas, maka penulis menggunakan metode deskriptif.

Menurut Sukardi (2003 : 14) : “Pada penelitian deskriptif, para

peneliti berusaha menggambarkan kegiatan penelitian yang dilakukan

pada objek tertentu secara jelas dan sistematis”.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Data Primer

1) Observasi

Menurut Sukardi (2003 : 182) : “Observasi dilakukan

dengan tujuan agar dapat mengamati dan mencatat fenomena

yang muncul dalam variabel terkait sebagai akibat dari adanya

kontrol dan manipulasi variabel”. Para ilmuwan hanya dapat

bekerja berdasarkan data yaitu fakta mengenai dunia kenyataan Kepuasan

(X)

(24)

yang diperoleh melalui observasi. Dalam hal ini, penulis

melakukan pengamatan langsung ke Bandara Tebelian Sintang

dan Gerai Garuda Indonesia Sintang. Adapun hasil dari

observasi yang penulis lakukan ialah karyawan di Bandara

maupun Gerai memberikan pelayanan yang baik pada

penumpang dengan harapan memenuhi kepuasan penumpang.

2) Kuesioner

Menurut Sukardi (2003 : 76) : “Kuesioner sering disebut

angket dimana terdapat beberapa macam pertanyaan yang

berhubungan erat dengan masalah penelitian yang hendak

dipecahkan, disusun, dan disebarkan ke responden untuk

memperoleh informasi di lapangan”.

Untuk mengetahui tanggapan responden dalam penelitian

ini peneliti menyebarkan kuesioner kepada seluruh responden

yang menggunakan maskapai Garuda Indonesia untuk rute

Sintang-Pontianak dan diberikan pertanyaan yang berkaitan

dengan variabel yang terkait.

3) Wawancara

(25)

Dalam hal ini, penulis melakukan tanya jawab langsung

dengan Supervisor Sales and Service Garuda Indonesia mengenai hal yang berhubungan dengan obyek penelitian ini.

b. Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2015 : 137) : “Data sekunder adalah

sumber yang tidak langsung memberikan data pada pengumpul

data”. Data sekunder di peroleh dari Garuda Indonesia Sintang.

Data tersebut berupa data jenis pelayanan, sub-kelas dan harga,

jumlah penumpang, dan jumlah pendapatan.

3. Populasi & Sampel

a. Populasi

Menurut Sugiyono (2012:61) : “Populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi

kuantitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti

untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya”. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh penumpang Garuda Indonesia

rute Sintang-Pontianak.

b. Sampel

Menurut Sugiyono (2012 : 62) : “Sampel adalah bagian dari

jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Teknik

pengambilan sampel menggunakan metode pengumpulan sampel

(26)

berdasarkan pertimbangan mengingat adanya keterbatasan dana,

waktu, dan tenaga.

Menurut Sugiyono (2012 : 68) : “Purposive sampling adalah

teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.” Kriteria

responden yang dipilih adalah pelanggan yang pernah

menggunakan Maskapai Garuda Indonesia rute Sintang-Pontianak

minimal 2 (dua) kali keberangkatan.

Untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini

digunakan pendekatan Isac Michel dalam Siregar (2014 : 62)

dengan rumus sampel di mana jumlah populasi tidak diketahui

sebagai berikut :

(Z a/2) 2 p . q n =

e2

Keterangan :

n = sampel

p = proporsi populasi

q = 1-p

Z = tingkat kepercayaan/signifikan

e = margin of error

Dalam penelitian ini proporsi konsumen menggunakan

maskapai Garuda Indonesia untuk rute Sintang-Pontianak sebesar

(27)

Jadi, dalam penelitian ini sampel minimal yang harus diambil

adalah 57 responden. Berdasarkan hal tersebut penulis menetapkan

jumlah sampel sebanyak 100 responden.

4. Alat Analisis

a. Uji Instrumen

1) Uji Validitas

Menurut Siregar (2014 : 75) : “Validitas atau kesahihan

menunjukan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa

yang di ukur”. Rumus yang bisa digunakan untuk uji validitas

konstruk dengan teknik product moment, yaitu :

Keterangan :

n = Jumlah responden

x = Skor variabel (Jawaban Responden)

y = Skor total dari variabel untuk responden ke-n

Instrumen penelitian dikatakan valid apabila nilai

atau nilai r > 0,256 karena digunakan taraf signifikansi

(28)

2) Uji Reliabilitas

Menurut Siregar (2014 : 87) : “Reliabilitas bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten,

apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap

gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang

sama pula”.

Dengan menggunakan teknik Cronbach’s Alpha maka suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel, bila koefisien

reliabilitas > 0,6. Rumus yang digunakan untuk

menentukan reliabilitas instrumen adalah sebagai berikut :

Keterangan :

= Koefisien reliabilitas instrumen

= Jumlah butir pertanyaan

= Jumlah varian butir

(29)

b. Analisis Regresi Linier Sederhana

Menurut Sugiyono (2012 : 261) : “Regresi sederhana

didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel

independen dengan satu variabel dependen”. Adapun persamaan

regresi linier sederhana dalam penelitian ini dituliskan sebagai

berikut :

Di mana :

= Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan

a = Harga Y ketika harga X = 0 (Harga Konstan)

b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka

peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan variabel independen. Bila (+) arah garis naik, dan nila (-) maka arah garis turun.

X = Subyek pada variabel, independen yang mempunyai nilai tertentu

c. Analisis Koefisien Korelasi

Menurut Siregar (2014 : 337) : “Korelasi adalah bilangan

yang menyatakan kekuatan hubungan antara dua variabel atau

lebih, juga dapat menentukan arah hubungan dari kedua variabel”.

Nilai korelasi (r) = (-1 ≤ 0 ≤ 1). Rumus :

(30)

Keterangan :

n = Jumlah data (Responden)

x = Variabel bebas

y = Variabel terikat

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara

variabel independen yaitu kepuasan (X) terhadap variabel

dependen yaitu loyalitas (Y) secara bersamaan.

Kriteria tingkat hubungan (koefisien korelasi) antar variabel

berkisar antara ±0,00 sampai ±1,00 tanda (+) adalah positif dan

tanda (–) adalah negatif. Adapun kriteria penafsirannya adalah

sebagai berikut :

1. 0,00 sampai 0,20, artinya hampir tidak ada korelasi,

2. 0,21 sampai 0,40, artinya korelasi rendah,

3. 0,41 sampai 0,60, artinya korelasi sedang,

4. 0,61 sampai 0,80, artinya korelasi tinggi0,81 sampai 1,00,

artinya korelasi sempurna.

d. Analisis Koefisien Determinasi

Menurut Siregar (2014 : 338) : “Koefisien determinasi (KD)

adalah angka yang menyatakan atau digunakan untuk mengetahui

kontribusi atau sumbangan yang diberikan oleh sebuah variabel

atau lebih X (bebas) terhadap Y (terikat)”.

(31)

e. Analisis Uji Korelasi

Pada tahap ini dilakukan pengajuan terhadap variabel bebas

atau kepuasan (X) apakah mempunyai pengaruh terhadap variabel

terikat atau loyalitas (Y). Dengan demikian akan dapat diketahui

model hubungan fungsional antara kepuasan dengan loyalitas yang

terbentuk pada penelitian ini, digunakan rumus uji korelasi menurut

Sudjana (2001 : 261) sebagai berikut :

Ho : = 0 : korelasi tidak berarti

Ha : 0 : korelasi berarti (ada hubungan positif antara kepuasan

(32)

22

Aktivitas pemasaran merupakan salah satu aktivitas pokok yang harus

dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk terus menjaga kelangsungan

hidupnya dan berkembang ke skala yang lebih besar lagi.

Menurut Kotler dan Amstrong (2012 : 14) : “Manajemen Pemasaran

adalah analisis, perencanaan, implementasi, dan pengendalian program yang

di design untuk menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran, untuk mencapai tujuan

perusahaan”. Sedangkan menurut Alma (2004 : 130) : “Manajemen

pemasaran adalah merencanakan, pengarahan, dan pengawasan seluruh

kegiatan pemasaran ataupun bagian dipemasaran”.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran

adalah sebagai kegiatan yang direncanakan, dan diorganisasikan yang

meliputi pendistribusian barang, penetapan harga dan dilakukan

pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan yang telah dibuat yang tujuannya

untuk mendapatkan tempat dipasar agar tujuan utama dari pemasaran dapat

tercapai.

Alma (2004 : 5) mengemukakan bahwa tujuan pemasaran adalah :

1. Untuk mencari keseimbangan pasar, antara buyer's market dan seller's market, mendistribusikan barang dan jasa dari daerah surplus ke daerah minus, dan produsen ke konsumen, dari pemilik barang dan jasa ke calon konsumen.

2. Tujuan pemasaran yang utama ialah memberi kepuasan kepada

(33)

Tapi tujuan pertama ialah memberi kepuasan kepada konsumen, Dengan adanya tujuan memberi kepuasan ini, maka kegiatan

marketing meliputi berbagai lembaga produsen. Istilah marketing

meliputi marketing yayasan, marketing lembaga pendidikan,

marketing pribadi, marketing masjid, marketing non-profit organization. Tujuan pemasaran lembaga-lembaga non profit ini ialah membuat satisfaction kepada konsumen, nasabah, jamaah, murid, rakyat, yang akan menikmati produk yang dihasilkannya. Oleh sebab itu lembaga-lembaga tersebut harus mengenal betul siapa konsumen, jamaah, murid yang akan dilayaninya. Jika konsumen merasa puas, maka masalah keuntungan akan datang dengan sendirinya. Produsen akan memetik keuntungan secara terus menerus, sebagai hasil dari memberi kepuasan kepada konsumennya.

B. Pengertian Jasa

Manusia dalam kegiatan sehari-harinya tidak terlepas dari kebutuhan

akan barang dan jasa, baik yang dapat dikonsumsi secara langsung maupun

yang perlu diproses kembali. Dengan demikian, jasa menjadi salah satu

bagian terpenting dalam kegiatan pemasaran produk.

Menurut Lovelock dan Wright (2007 : 5) : “Jasa adalah tindakan atau

kinerja yang menciptakan manfaat bagi pelanggan dengan mewujudkan

perubahan yang diinginkan dalam diri atau atas nama penerima”. Sedangkan

menurut Kotler dan Keller (2007 : 71) : “Jasa adalah setiap tindakan atau

kinerja yang dapat ditawarkan satu pihak kepada pihak lain yang pada

dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apa pun.

Jasatersebut mungkin saja atau mungkin juga tidak terikat dengan suatu

produk fisik”.

Berdasarkan pengertian jasa di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

jasa adalah tindakan atau kinerja yang menciptakan manfaat bagi seseorang

(34)

apapun. Untuk mempertahankan pelanggan, hubungan yang baik dengan

pelanggan perlu diciptakan

Dengan berbagai jenis jasa yang terus berkembang, perlu diketahui

karakteristik jasa untuk mengetahui jenis jasa sesuai dengan tujuan jasa

tersebut. Menurut Kotler dan Amstrong (2012 : 223) Jasa memiliki empat

karakteristik yang membedakannya dengan barang, yaitu :

1. Tidak berwujud (intangibility)

Jasa berbeda dengan barang karena jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau dicium sebelum jasa itu dibeli. Dengan kata lain, konsumen tidak dapat menilai hasil dari jasa sebelum mereka menikmatinya sendiri. Oleh karena itu, untuk mengurangi ketidakpastian, konsumen akan mencari tanda atau bukti dari kualitas jasa tersebut.

2. Tidak terpisahkan (inseparability)

Biasanya barang diproduksi, disimpan dalam persediaan,

didistribusikan, dijual, baru kemudian dikonsumsi. Sementara jasa biasanya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan. Interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan merupakan ciri khusus dalam pemasaran jasa. Keduanya memengaruhi hasil (outcome) dari jasa tersebut.

3. Bervariasi (variability)

Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan keluaran nonbaku (nonstandardized output). Artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan, dan di mana jasa tersebut dihasilkan.

4. Tidak tahan lama (perishability)

Jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan.

Sedangkan menurut Bateson dalam Sangadji dan Sopiah (2013 : 94)

mengemukakan bahwa karakteristik jasa sebagai berikut:

1. Jasa tidak dapat disimpan dan pada umumnya dikonsumsi pada saat dihasilkan.

2. Jasa bergantung pada waktu. Secara umum, pelanggan cenderung lebih sering memanfaatkan jasa pada waktu tertentu.

3. Jasa bergantung pada tempat.

(35)

5. Perubahan pada konsep kemanfaatan berarti perubahan proses produksi yang terlihat ataupun yang tidak.

6. Setiap orang dan apa pun yang beruhubungan dengan konsumen juga

mempunyai andil dalam pemberian pesanan.

7. Karyawan penghubung (contact employee) merupakan bagian dari proses produksi jasa.

8. Kualitas jasa tidak dapat diperbaiki pada saat proses produksi karena produksi jasa terjadi secara waktu nyata (real time), dan konsumen terlibat pada proses produksinya. Jika terjadi kesalahan pada saat produksi, sudah terlambat bagi bagian pengendalian kualitas untuk memperbaikinya.

C. Pengertian Kepuasan

Eksistensi dan kemampuan perusahaan mendapatkan laba dalam

jangka panjang, secara tidak langsung dipengaruhi oleh perusahaan tersebut

dalam memuaskan kebutuhan konsumen. Apakah pembeli akan puas setelah

melakukan pembelian, tergantung pada kinerja tawaran dalam memenuhi

harapan pembeli.

Menurut Kotler dan Keller (2017 : 177) : “Kepuasan konsumen adalah

perasaan senang atau kecewa yang muncul setelah membandingkan kinerja

(hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja (atau hasil) yang

diharapkan. Jika kinerja berada dibawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika

kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang”. Sedangkan

menurut Umar (2005 : 65) : “Kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan

konsumen setelah membandingkan antara apa yang dia terima dan

harapannya”.

Berdasarkan pengertian kepuasan di atas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang

(36)

Menurut Umar (2005 : 51) Kepuasan dibagi dua macam,yaitu :

“Kepuasan fungsional dan kepuasan psikologika. Kepuasan fungsional

merupakan kepuasan yang diperoleh dari fungsi suatu produk yang

dimanfaatkan sedangkan kepuasan psikologikal merupakan kepuasan yang

diperoleh dari atribut yang bersifat tidak berwujud dari produk”.

Bagi perusahaan yang berfokus pada pelanggan, kepuasan pelanggan

adalah sasaran dan sekaligus alat pemasaran. Menurut Irawan (2002 : 37)

faktor-faktor yang mendorong kepuasan pelanggan adalah sebagai berikut:

1. Kualitas produk, pelanggan puas kalau setelah membeli dan

menggunakan produk tersebut ternyata kualitas produknya baik. 2. Harga, untuk pelanggan yang sensitif biasanya harga murah adalah

sumber kepuasan yang penting karena pelanggan akan mendapatkan

value for money yang tinggi.

3. Service quality, kepuasan terhadap kualitas pelayanan biasanya sulit ditiru. Kualitas pelayanan merupakan driver yang mempunyai banyak dimensi, salah satunya yang popular adalah SERVQUAL.

4. Emotional Factor, pelanggan akan merasa puas karena adanya

emotional value yang diberikan oleh brand dari produk tersebut. 5. Biaya dan kemudahan, pelanggan akan semakin puas apabila relatif

mudah, nyaman dan efisien dalam mendapatkan produk atau pelayanan.

Sebuah perusahaan dikatakan bijaksana kalau mengukur kepuasan

pelanggannya secara teratur, karena kunci untuk mempertahankan

pelanggan adalah kepuasan.

Dalam memberikan pelayanan tentu saja tidak semua pelanggan

merasa puas dengan kualitas pelayanan yang diberikan penyedia jasa. Hal

ini terjadi karena ekspektasi yang berlebihan dari konsumen atau

(37)

bawah ini akan ditampilkan gambar yang menunjukkan beberapa penyebab

utama tidak terpenuhinya ekspektasi pelanggan :

Gambar 2.1

Penyebab Utama Tidak Terpenuhinya Ekspektasi Pelanggan

Sumber : Tjiptono, 2016 D. Pengertian Loyalitas

Menurut Sumarwan (2015 : 390) : “Loyalitas merek (brand loyalty) diartikan sebagai sikap positif seorang konsumen terhadap suatu merek,

konsumen memiliki keinginan kuat untuk membeli ulang merek yang sama

pada saat sekarang maupun masa datang”. Sedangkan menurut Lovelock

dan Wright(2007 : 104) : “Loyalitas pelanggan adalah komitmen pelanggan

terhadap suatu merek, toko, atau pemasok, berdasarkan sikap yang sangat

positif dan tercermin dalam pembelian ulang yang konsisten”. Pelanggan Keliru

Mengkomunikasikan Jasa Yang Diinginkan

Ekspektasi Tidak Terpenuhi Pelanggan Keliru

Menafsirkan Sinyal (Harga, Positioning,

dan lain-lain)

Kinerja Buruk Karyawan Perusahaan Jasa

Miskomunikasi Rekomendasi Gethok Tular

Miskomunikasi Penyedia Jasa

(38)

Menurut Griffin dalam Sudarso (2016 : 86) pelanggan yang loyal

memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Makes Reguler Repeat Purchases

Pelanggan setia yang akan melakukan pembelian ulang terhadap produk saja melainkan satu periode tertentu.

2. Purchases Across Product And Service Lines

Pelanggan yang loyal tidak hanya membeli satu macam produk saja melainkan membeli lini produk dan jasa lain pada badan hukum usaha yang sama.

3. Refers Other

Pelanggan setia akan merekomendasikan hal-hal yang positif mengenai produk-produk badan usaha kepada rekan atau pelanggan lain dan meyakinkan bahwa produk tersebut baik sehingga orang lain ikut membeli produk badan usaha tersebut.

4. Demonstrates An Immunity To The Pull Of The Competition

Pelanggan setia akan menolak untuk mempertimbangkan tawaran terhadap produk badan usaha lain karena bahwa produk badan usaha adalah yang paling baik.

Loyalitas pelanggan sangat penting artinya bagi perusahaan yang

menjaga kelangsungan usahanya maupun kelangsungan kegiatan usahanya.

Pelanggan yang setia adalah mereka yang sangat puas dengan produk dan

pelayanan, sehingga mempunyai inisiatif untuk memperkenalkannya kepada

orang lain. Loyalitas akan berlanjut sepanjang pelanggan merasa bahwa ia

menerima nilai yang lebih baik.

Menurut Griffin (2005 : 18) : “Setiap kali pelanggan membeli, ia bergerak melalui siklus pembelian. Pembeli pertama-kali akan bergerak melalui lima langkah : pertama, menyadari produk, dan kedua, melakukan pembelian awal. Kemudian, pembeli bergerak melalui dua tahap

pembentukan sikap, yang satu disebut “evaluasi pasca-pembelian” dan yang

lainnya disebut “keputusan membeli kembali”. Bila keputusan membeli

kembali telah disetujui, langkah kelima, pembelian kembali akan

(39)

Berikut ini adalah gambar yang menunjukkan hubungan antara

loyalitas dan siklus pembelian :

Gambar 2.2 Siklus Pembelian

Sumber : Griffin, 2005

Keterangan :

1. Langkah Pertama : Kesadaran

Langkah pertama menuju loyalitas dimulai dengan kesadaran pelanggan akan produk anda. Pada tahap inilah anda mulai

membentuk “pangsa pikiran” yang dibutuhkan untuk memposisikan

ke dalam pikiran calon pelanggan bahwa produk atau jasa anda lebih unggul dari pesaing.

2. Langkah Kedua : Pembelian Awal

Pembelian pertama-kali merupakan langkah penting dalam

memelihara loyalitas. Baik itu dilakukan secara online ataupun offline, pembelian pertama-kali merupakan pembelian percobaan, perusahaan dapat menanamkan kesan positif atau negatif kepada pelanggan dengan produk atau jasa yang diberikan, mudahnya transaksi pembelian aktual, hubungan dengan pegawai, lingkungan fisik toko, dan bahkan waktu loading halaman situs Web perusahaan atau mudahnya navigasi.

3. Langkah Ketiga : Evaluasi Pasca-Pembelian

Setelah pembelian dilakukan secara sadar atau tidak sadar akan

mengevaluasi transaksi. Bila pembeli merasa puas, atau

ketidakpuasannya tidak terlalu mengecewakan sampai dapat dijadikan

 Kesadaran  Pembelian awal  Evaluasi

pasca-pembelian

 Keputusan membeli kembali

 Pembelian kembali

(40)

dasar pertimbangan beralih ke pesaing, langkah keempat (keputusan membeli kembali) merupakan kemungkinan.

4. Langkah Empat : Keputusan Membeli Kembali

Komitmen untuk membeli kembali merupakan sikap yang paling penting bagi loyalitas bahkan lebih penting dari kepuasan. Singkatnya, tanpa pembelian berulang, tidak ada loyalitas. Motivasi untuk membeli kembali berasal dari lebih tingginya sikap positif yang ditujukan terhadap produk atau jasa tertentu, dibanding sikap positif terhadap produk atau jasa alternatif yang potensial. Keputusan membeli kembali seringkali merupakan langkah selanjutnya yang terjadi secara alamiah bila pelanggan telah memiliki ikatan emosional yang kuat dengan produk tertentu.

5. Langkah Kelima : Pembelian Kembali

Langkah akhir dalam siklus pembelian adalah pembelian kembali yang aktual. Untuk dapat dianggap benar-benar loyal, pelanggan harus terus membeli kembali dari perusahaan yang sama, mengulangi langkah ketiga sampai kelima (lingkaran pembelian kembali) berkali-kali.

Menurut Durianto (2004: 21) loyalitas merek dapat memberikan nilai

kepada perusahaan sebagai berikut :

1. Mengurangi biaya pemasaran

Biaya pemasaran untuk mempertahankan konsumen akan lebih murah dibandingkan untuk mendapatkan konsumen baru.

2. Meningkatkan perdagangan

Loyalitas yang kuat terhadap suatu merek akan meningkatkan perdagangan dan memperkuat keyakinan perantara pemasaran.

3. Menarik konsumen baru

Perasaan puas dan suka terhadap suatu merek akan menimbulkan perasaan yakin bagi calon konsumen untuk mengonsumsi merek tersebut dan biasanya akan merekomendasikan atau mempromosikan merek yang ia pakai kepada orang lain, sehingga kemungkinan dapat menarik konsumen baru.

4. Memberi waktu untuk merespons ancaman persaingan

(41)

Menurut Sumarwan (2015 : 391) loyalitas merek dibagi ke dalam

beberapa kategori berikut :

1. Loyalitas tak terbagi (undivided loyalty) : AAAAAA

2. Kadang-kadang mengganti (occasional switch) : AABAAACAADAA

3. Loyalitas mengganti (switch loyalty) : AAAAAABBBBA

4. Loyalitas terbagi (divided loyalty) : AAAABBBAABBB

5. Merek tidak berbeda (brand indifference) : ABCDACDBCABC

Sedangkan menurut Durianto (2004 : 19) tingkatan loyalitas merek

adalah sebagai berikut :

Gambar 2.3 Tingkatan Loyalitas

Sumber : Durianto, 2004

Keterangan :

1. Switcher/price buyer (pembeli yang berpindah-pindah)

Adalah tingkat loyalitas paling dasar. Semakin sering pembelian konsumen berpindah dari suatu merek ke merek yang lain mengindikasikan bahwa mereka tidak loyal, semua merek dianggap memadai. Dalam hal ini merek memegang peranan yang kecil dalam keputusan pembelian. Ciri paling jelas dalam kategori ini adalah

Commit ed buyer

Likes the Brand

(42)

mereka membeli suatu merek karena banyak konsumen lain membeli merek tersebut karena harganya murah.

2. Habitual buyer (pembeli yang bersifat kebiasaan)

Adalah pembeli yang tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengonsumsi suatu merek produk. Tidak ada alasan yang kuat baginya untuk membeli merek produk lain atau berpindah merek, terutama jika peralihan itu membutuhkan usaha, biaya, atau pengorbanan lain. Jadi, ia membeli suatu merek karena alasan kebiasaan.

3. Satisfied buyer (pembeli yang puas dengan biaya peralihan)

Adalah kategori pembeli yang puas dengan merek yang mereka konsumsi. Namun mereka dapat saja berpindah merek dengan menanggung switching cost (biaya peralihan), seperti waktu, biaya, atau risiko yang timbul akibat tindakan peralihan mereka tersebut. 4. Likes the brand (menyukai merek)

Adalah kategori pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Rasa suka didasari oleh asosiasi yang berkaitan dengan simbol, rangkaian pengalaman menggunakan merek itu sebelumnya, atau persepsi kualitas yang tinggi.

5. Committed buyer (pembeli yang berkomitmen)

Adalah kategori pembeli yang setia. Mereka mempunyai kebanggaan dalam menggunakan suatu merek. Merek tersebut bahkan menjadi sangat penting baik dari segi fungsi maupun sebagai ekspresi siapa sebenarnya penggunanya. Ciri yang tampak pada kategori ini adalah tindakan pembeli untuk merekomendasikan atau mempromosikan merek yang ia gunakan kepada orang lain.

Apabila pelanggan telah loyal terhadap produk perusahaan dibutuhkan

langkah-langkah yang harus diambil untuk mempertahankan pelanggan agar

tidak beralih ke pesaing. Menurut Kotler (2017 : 196) ada lima langkah

utama yang dpaat ditempuh perusahaan untuk mengurangi pengalihan

pelanggan, yaitu :

1. Perusahaan harus menentukan dan mengukur tingkat retensi.

2. Perusahaan harus membedakan penyebab erosi pelanggan dan

mengidentifikasikan mereka yang dapat dikelola dengan naik. Tidak banyak yang bisa dilakukan terhadap mereka yang meninggalkan wilayah atau keluar dari bisnis, tetapi banyak yang dapat dilakukan terhadap mereka yang kabur karena layanan yang jelak, produk yang buruk, atau harga yang tinggi.

(43)

4. Perusahaan perlu menggambarkan berapa banyak biaya untuk mengurangi angka pengaliha. Sepanjang biayanya kurang dari kehilangan laba, perusahaan harus mengeluarkan uang.

5. Tidak ada yang lebih baik selain mendengarkan pelanggan.

Sedangkan Menurut Griffin dalam Sangadji dan Sopiah (2013 : 111)

beberapa cara agar perusahaan bisa menahan pelanggan beralih ke pesaing

ialah:

1. Meriset pelanggan

Tujuan riset yang mengatur adalah untuk memahami keinginan pelanggan.

2. Membangun hambatan agar pelanggan tidak berpindah

Ada tiga macam hambatan yang bisa dilakukan agar pelanggan tidak berpindah ke perusahaan pesaing, yaitu :

a. Hambatan fisik, yaitu dengan menyediakan layanan fisik yang dapat memberikan nilai tambah kepada pelanggan.

b. Hubungan psikologis, yaitu dengan menciptakan persepsi dalam pikiran pelanggan supaya mereka tergantung pada produk atau jasa perusahaan.

c. Hambatan ekonomis, yaitu dengan memberikan insentif bagi pelanggan yang menguntungkan secara ekonomis, misalnya dengan memberikan diskon atau potongan harga.

3. Melatih dan memodifikasi staf untuk loyal

Karyawan dan staf merupakan faktor penting untuk membangun loyalitas pelanggan. Ikut sertakan mereka dalam proses tersebut dan beri pelatihan informasi dukungan dan imbalan agar mereka mau melakukan hal tersebut.

4. Pemasaran loyalitas

Pemasaran loyalitas adalah pemasaran dengan program-program yang memberikan nilai tambah pada perusahaan dan produk atau jasa dimata konsumen. Program-program tersebut, antara lain adalah : a. Pemasaran hubungan (relationship marketing), yaitu pemasaran

yang bertujuan untuk membangun hubungan baik dengan para pelanggan.

b. Pemasaran frekuensi (frequency marketing), yaitu pemasaran yang bertujuan untuk membangun komunikasi dengan pelanggan.

c. Pemasaran keanggotaan (membership marketing), yaitu

(44)

Berikut ini merupakan sebuah gambar yang menunjukkan pengaruh

loyalitas pelanggan berdasarkan sikap dan perilaku pembelian ulang :

Gambar 2.4

Loyalitas Pelanggan Berdasarkan Sikap Dan Perilaku Pembelian Ulang

Loyalty Latent Loyalty

Spurious Loyalty No Loyalty

Sumber : Tjiptono, 2016

Keterangan :

1. No Loyalty

Bila sikap dan perilaku pembelian ulang pelanggan sama-sama lemah, maka loyalitas tidak terbentuk.

2. Spurious Loyalty

Bila sikap yang relatif lemah dibarengi dengan pola pembelian ulang yang kuat, maka yang terjadi adalah spurious loyalty atau captive loyalty.

3. Latent Loyalty

Situasi latent loyalty tercermin bila sikap yang kuat dibarengi dengan pola pembelian ulang yang lemah.

4. Loyalty

Situasi ini merupakan situasi ideal yang paling diharapkan para pemasar, dimana konsumen bersikap positif terhadap jasa atau penyedia jasa bersangkutan dan disertai pola pembelian ulang yang konsisten.

E. Pengertian Maskapai Penerbangan

Menurut Damardjati (2001 : 06) mengemukakan pengertian

perusahaan penerbangan sebagai berikut : “Perusahaan penerbangan adalah perusahaan milik swasta atau pemerintah yang khusus menyelenggarakan pelayanan angkutan udara untuk penumpang umum baik yang berjadwal

(schedule service/regular flight) maupun yang tidak berjadwal (non S

i k a p

Kuat Lemah

Kuat Lemah

(45)

schedule service). Penerbangan berjadwal menempuh rute penerbangan berdasarkan jadwal waktu, kota tujuan maupun kota-kota persinggahan yang tetap. Sedangkan penerbangan tidak berjadwal sebaliknya, dengan waktu, rute, maupun kota-kota tujuan dan persinggahan bergantung kepada

kebutuhan dan permintaan pihak penyewa”.

Sedangkan menurut Suwarno (2001 : 7) : “Perusahaan penerbangan

atau Airlines adalah perusahaan penerbangan yang menerbitkan dokumen penerbangan untuk mengangkut penumpang beserta bagasinya, barang

kiriman (kargo), dan benda pos (mail)dengan pesawat udara”.

Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan

penerbangan adalah suatu perusahaan angkutan udara yang memberikan dan

menyelenggarakan pelayanan jasa angkutan udara yang mengoperasikan

dan menerbitkan dokumen penerbangan dengan teratur dan terencana untuk

mengangkut penumpang, bagasi penumpang, barang kiriman (kargo), dan

benda pos ke tempat tujuan

Menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang

penerbangan Pasal 1 ayat (25) “Pengangkutan udara adalah badan usaha

angkutan udara niaga,pemegang izin kegiatan angkutan udara niaga yang melakukan kegiatan angkutan udara niaga berdasarkan ketentuan undang-undang ini dan/atau badan usaha selain badan usaha angkutan udara niaga

yang membuat kontrak perjanjian angkutan udara niaga”.

Pengangkut pada pengangkutan udara adalah perusahaan atau

maskapai penerbangan yang mendapat izin operasi dari pemerintah

(46)

36

A. Sejarah

1. Garuda Indonesia

Sejarah penerbangan komersial Indonesia dimulai saat bangsa

Indonesia sedang mempertahankan kemerdekaannya. Penerbangan

komersial pertama menggunakan pesawat DC-3 Dakota dengan registrasi

RI 001 dari Calcutta ke Rangoon dan diberi nama “Indonesian

Airways”dilakukan pada 26 Januari 1949. Pada tahun yang sama, 28

Desember 1949, pesawat tipe Douglas DC-3 Dakota dengan registrasi

PK-DPD dan sudah dicat dengan logo “Garuda Indonesian Airways”,

terbang dari Jakarta ke Yogyakarta untuk menjemput Presiden Soekarno.

Inilah penerbangan yang pertama kali dengan nama Garuda Indonesian

Airways. Nama “Garuda” diberikan oleh Presiden Soekarno dimana nama tersebut diambil dari sajak Belanda yang ditulis oleh penyair

terkenal pada masa itu, Noto Soeroto "Ik ben Garuda, Vishnoe's vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog bovine uw einladen", yang artinya, “Saya

Garuda, burung Vishnu yang melebarkan sayapnya tinggi di atas

kepulauan Anda”.

Sepanjang tahun 1980-an, Garuda Indonesia melakukan revitalisasi

dan restrukturisasi berskala besar untuk operasi dan armadanya. Hal ini

mendorong perusahaan untuk mengembangkan program pelatihan yang

(47)

mendirikan fasilitas pelatihan khusus di Jakarta Barat dengan nama

Garuda Indonesia Training Center.

Seiring dengan upaya pengembangan usaha, di awal tahun 2005,

Garuda Indonesia memiliki tim manajemen baru, yang kemudian

membuat perencanaan baru bagi masa depan perusahaan. Manajemen

baru Garuda Indonesia melakukan evaluasi ulang dan restrukturisasi

perusahaan secara menyeluruh dengan tujuan meningkatkan efisiensi

kegiatan operasional, membangun kembali kekuatan keuangan yang

mencakup keberhasilan perusahaan dalam menyelesaikan restrukturisasi

utang, menambah tingkat kesadaran para karyawan dalam memahami

pelanggan, dan yang terpenting memperbarui dan membangkitkan

semangat karyawan Garuda Indonesia.

Penyelesaian seluruh restrukturisasi utang perusahaan

mengantarkan Garuda Indonesia siap untuk mencatatkan sahamnya ke

publik pada 11 Februari 2011. Perusahaan resmi menjadi perusahaan

publik setelah penawaran umum perdana atas 6.335.738.000 saham

perusahaan kepada masyarakat. Saham tersebut telah dicatatkan pada

Bursa Efek Indonesia pada tanggal 11 Februari 2011 dengan kode GIAA.

Salah satu tonggak sejarah penting ini dilakukan setelah Perusahaan

menyelesaikan transformasi bisnisnya melalui kerja keras serta dedikasi

berbagai pihak.

Terlepas dari bisnis utamanya sebagai maskapai penerbangan,

(48)

Unit/SBU) dan anak perusahaan. Unit bisnis Garuda Indonesia adalah

Garuda Cargodan Garuda Medical Center. Sedangkan anak perusahaan Garuda Indonesia adalah PT.Citilink Indonesia, yaitu maskapai tarif

rendah (Low Cost Carrier), PT.Aerowisata (hotel, transportasi darat, agen perjalanan dan katering), PT.Abacus Distribution System Indonesia

(penyedia layanan sistem pemesanan tiket), PT.Aero System

Indonesia/Asyst (penyedia layanan teknologi informasi untuk industri pariwisawata dan transportasi) dan PT.Garuda Maintenance Facility

(GMF Aero Asia), yaitu perusahaan yang bergerak di bidang perawatan

pesawat dan perbaikan.

Garuda Indonesia saat ini melayani 83 destinasi di seluruh dunia

dan berbagai lokasi eksotis di Indonesia. Dengan jumlah penerbangan

lebih dari 600 penerbangan per hari dan jumlah armada 196 pesawat di

Januari 2017, Garuda Indonesia memberikan pelayanan terbaik melalui

konsep “Garuda Indonesia Experience” yang mengedepankan

keramahtamahan dan kekayaan budaya Indonesia.

Garuda Indonesia terus melaksanakan program transformasi secara

berkelanjutan. Hasilnya, kini Garuda Indonesia merupakan maskapai

bintang lima, dengan berbagai pengakuan dan apresiasi berskala

internasional. Berbagai penghargaan pun telah diterima oleh Garuda

Indonesia sebagai bukti dari keunggulannya. Pada tahun 2010, Skytrax

menobatkan Garuda Indonesia sebagai “Four Star Airline” dan sebagai

(49)

Garuda Indonesia mendapatkan penghargaan sebagai “World’s Best

Regional Airline” dan “Maskapai Regional Terbaik di Dunia”. Sebuah

lembaga konsultasi penerbangan bernama Centre for Asia Aviation

(CAPA), yang berpusat di Sydney, juga memberikan penghargaan

kepada Garuda Indonesia sebagai “Maskapai yang Paling Mengubah

Haluan Tahun Ini”, pada tahun 2010. Sedangkan Roy Morgan, lembaga

peneliti independen di Australia, juga memberikan penghargaan kepada Garuda Indonesia sebagai “The Best International Airline” pada bulan

Januari, Februari dan Juli 2012.

2. Garuda Indonesia Rute Sintang-Pontianak

Sejalan dengan upaya Garuda untuk terus mengembangkan dan

memperkuat jaringan penerbangannya di pasar domestik khususnya ke

wilayah-wilayah yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru dan

tujuan wisata di Indonesia, sejak akhir Tahun 2013 lalu Garuda Indonesia

memperkenalkan sub-brand “Explore” dan “Explore Jet”.

Untuk memenuhi harapan penggunaan jasa, Garuda Indonesia pun

membuka penerbangan intra-Kalimantan untuk memudahkan pengguna

jasa dalam menjangkau tujuan secara cepat dan efisien seiring semakin

meningkatnya perdagangan dan perekonomian antar kota di Kalimantan.

Sebelumnya beberapa kota di Kalimantan hanya dapat di jangkau

melalui Jakarta. Namun setelah Balikpapan menjadi hub Garuda

Indonesia di Kalimantan, maka penerbangan intra-Kalimantan dapat di

(50)

Adapun rute baru yang di buka Garuda Indonesia di

intra-Kalimantan adalah Balikpapan-Palangkaraya pp,

Pontianak-Putusibau pp, Pontianak-Balikpapan pp, Pontianak-Palangkaraya pp, dan

Pontianak-Sintang pp.

Garuda Indonesia memulai penerbangan perdananya di Kabupaten

Sintang pada 17 Maret 2016 dan bertahan hingga sekarang. Jenis

pesawat untuk rute Sintang-Pontianak adalah ATR 72-600. Penerbangan

tersebut akan dilayani dengan GA7534 untuk rute Pontianak-Sintang dan

untuk rute Sintang-Pontianak dengan GA7535.

Awal mula penerbangan di mulai, jadwal penerbangan Garuda

Indonesia untuk rute Sintang-Pontianak terjadwal pukul 13.40 WIB.

Kemudian pada bulan September 2016 pihak Garuda Indonesia

mengajukan perubahan jadwal dengan pemerintah Kabupaten Sintang,

pengajuan itu pun disetujui sehinggan jadwal penerbangan pun berubah

menjadi pukul 10.10 WIB untuk rute Sintang-Pontianak hingga sekarang.

Garuda Indonesia di Kabupaten Sintang tidak memiliki Kantor

Cabang, namun memiliki perwakilan yaitu Gerai Garuda Indonesia

Sintang yang di kelola oleh PT.Jasa Karya Wisata. Dengan adanya Gerai

tersebut dapat mempermudah para penumpang yang ada di Kabupaten

Sintang guna merasakan pelayanan yang diberikan Garuda Indonesia dan

(51)

B. Struktur Organisasi Garuda Indonesia Rute Sintang-Pontianak

Pengorganisasian merupakan salah satu fungsi dasar dalam

manajemen untuk mencapai sasaran yang ditetapkan oleh organisasi.

Struktur organisasi sangat diperlukan dalam sebuah perusahaan agar setiap

individu dan unit dapat mengetahui fungsinya dan sifat hubungan antar

bagian.

Dengan demikian, jelas bahwa penyusunan struktur organisasi

merupakan hal yang sangat penting dalam suatu organisasi atau perusahaan,

baik organisasi tersebut berskala kecil maupun besar tetap memerlukan

struktur organisasi yang jelas untuk mencapai sasaran organisasi yang

ditetapkan.Adapun struktur organisasi Garuda Indonesia Sintang, untuk

jelasnya dapat dilihat pada Gambar berikut :

Gambar 3.1

Garuda Indonesia Airport Service Sintang Struktur Organisasi

Sumber : Garuda Indonesia Airport Service, 2018

Berdasarkan gambar di atas, dapat diuraikan tugas masing-masing

bagian dalam perusahaan antara lain : Pontianak (PNK)

AIRPORT SERVICE LINE

MAINTENANCE GROUND

HANDLING

AERO FOOD Sintang Sales and Service

SQGSS

Sintang Kilokilo

(52)

1. Pontianak (PNK)

Pontianak merupakan Brance Office Coordinator untuk area

Kalimantan. Daerah Sintang termasuk wilayah yang di kelola oleh

Pontianak sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengan operasional,

kinerja dan penjualan semuanya berpusat di Pontianak (PNK).

2. Sintang Sales and Service (SQGSS)

Sintang Sales and Service bertugas mengawasi segala kegiatan operasional dan penjualan yang dilakukan di wilayah Sintang dan

merupakan penanggung jawab area Sintang.

3. Sintang Kilokilo (SQGKK)

Sintang Kilokilo bertugas mengawasi segala aktivitas operasional yang berkaitan dengan Garuda Indonesia di suatu Bandara. Namun

karena keterbatasan sumber daya manusia untuk wilayah Sintang,

SQGKK dan SQGSS di pegang oleh SDM yang sama.

4. Ground Handling

Ground Handling adalah proses penanganan penumpang, bagasi,

cargo dan pos di bandara oleh petugas airlines yang dimulai dari proses keberangkatan (departure) hingga proses kedatangan (arrival).

Tugasnya seperti menangani bagasi penumpang, menangani kargo

pesawat, melakukan loading dan unloading pesawat, membantu penumpang dalam proses check-in dan boarding serta menyapa penumpang sebelum masuk pesawat. Dalam unit ini ditangani

(53)

5. Line Maintenance

Line Maintenance unit yang mempunyai tugas dalam jasa perawatan ringan pesawat seperti perawatan sebelum terbang (Pre Flight Check),

perawatan harian (Daily Check) dan Transit Check. Unit ini ditangani oleh GMF Aero Asia.

6. Aero Food

Aero food unit ini mempunyai tugas dalam penyediaan makanan dan minuman saat di pesawat atau dalam keadaan pesawat mengalami

keterlambatan penerbangan. Unit ini dipercayakan kepada PT.Permata

Zein sebagai vendor.

7. Airport Service

Airport service unit ini memiliki tugas memeriksa penumpang di konter tiket. Membuat pengumuman publik dan pesawat penumpang

koordinat di daerah gerbang. Menyediakan bantuan untuk semua

pertanyaan pelanggan.

8. Gerai

Gerai merupakan perwakilan dari kantor pusat untuk daerah. Tugas

dari Gerai sendiri ialah memberikan pelayanan sesuai ketentuan

Garuda Indonesia serta melakukan penjualan tiket. Gerai untuk area

Sintang di percayakan kepada PT.Jasa Karya Wisata sebagai

(54)

C. Aspek Sumber Daya Manusia

1. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam menunjang tujuan

perusahaan. Oleh karena itu setiap vendor yang merekrut tenaga kerjanya

disesuaikan dengan standar dan kebutuhan pihak Garuda Indonesia.

Berikut ini adalah jumlah tenaga kerja Garuda Indonesia Sintang

terlihat pada Tabel 3.1 berikut ini :

Tabel 3.1

Garuda Indonesia Airport Service Sintang Jumlah Karyawan

Tahun 2018

NO Jabatan Jumlah (Orang)

1 SQGSS & SQGKK 1

2 Ground Handling 14

3 Line Maintenance 1

4 Aero Food 3

5 Airport Service 3

6 Gerai 3

TOTAL 25

Sumber : Garuda Indonesia Airport Service, 2018

2. Pendidikan Tenaga Kerja

Tingkat pendidikan tenaga kerja Garuda Indonesia Sintang dapat

dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini:

Gambar 3.2

Garuda Indonesia Airport Service Sintang Pendidikan Karyawan

Tahun 2018

No Pendidikan Jumlah (Orang)

1 SMA sederajat 11

2 Sarjana 14

TOTAL 25

(55)

D. Aspek Bauran Pemasaran

Bisnis jasa pada dasarnya merupakan suatu bisnis yang tidak

berwujud, yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Salah

satu bisnis jasa adalah bisnis penerbangan. Komponen utama bisnis

Gambar

Tabel 1.1 Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Susilo Sintang
Tabel 1.2 PT. Jasa Karya Wisata
Tabel 1.4 KCP. Sriwijaya Sintang
Counter ServiceTabel 1.5  Wings Air Sintang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa umur ibu hamil mayoritas sebanyak 12 orang (48%), sumber informasi yang di peroleh dari ibu hamil mayoritas

Investasi dalam kelompok tersedia untuk dijual adalah aset keuangan non-derivatif yang ditujukan untuk dimiliki sampai periode yang tidak ditentukan, yang mana dapat dijual dalam

Aset dan liabilitas keuangan dapat saling hapus dan nilai bersihnya disajikan dalam laporan posisi keuangan konsolidasian, jika dan hanya jika, 1) Perusahaan dan

Entitas tidak dapat menggabungkan sebagian kebijakan akuntansi yang diatur dalam Pedoman Umum dan Pedoman Teknis ini dengan Pedoman Umum dan Pedoman Teknis Pencatatan

Mekanisme atau proses untuk membuat udara tekan dapat diuraikan berikut ini : Udara lingkungan ditekan dengan menggunakan kompresor (CP–01) yang dilengkapi

Sikap karyawan berdasarkan masa kerja menunjukan adanya perbedaan sikap antara karyawan dengan masa kerja lebih lama atau senior dengan juniornya mengenai tuntutan

Berdasarkan analisis pendapatan usahatani yang dilakukan, usahatani padi petani program SLPTT secara absolut lebih menguntungkan dibandingkan dengan petani non SLPTT

Berdasarkan semua hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Rerata hasil belajar dalam mata pelajaran perakitan