• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - SUMINAH BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - SUMINAH BAB I"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar merupakan pembelajaran yang sangat penting, karena dengan pembelajaran bahasa anak memiliki keterampilan dan kemahiran dasar berbahasa. Dengan pembelajaran bahasa ini anak akan memiliki pedoman kuat, yang akan memberikan konstribusi positif dan dapat digunakan sebagai bekal menguasai semua ilmu pengetahuan yang ada.

Pembelajaran bahasa Indonesia dalam Permendiknas nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kelulusan diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia untuk sekolah dasar pada pembelajaran menulis adalah mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman secara tertulis dalam bentuk karangan, surat undangan, dan dialog tertulis, sedangkan kompetensi dasar pembelajaran menulis adalah menulis karangan berdasarkan pengalaman dengan memperhatikan pilihan kata dan penggunaan ejaan

Tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia kelas lima sekolah dasar antara

lain agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

(2)

baik secara lisan maupun tulis; (2) Menghargai dan bangga menggunakan

bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara; (3) Menghargai

dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual

manusia Indonesia. Sedangkan ruang lingkup penyajian materi bahasa

Indonesia kelas lima sekolah dasar ini mencakup komponen kemampuan

berbahasa dan kemampuan bersastra yang di dalamnya mencakup empat

keterampilan berbahasa yaitu keterampilan mendengarkan, keterampilan

berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis (Permendiknas

No 22/2006).

Keterampilan menulis termasuk keterampilan berbahasa yang dianggap oleh siswa paling rumit dibandingkan empat keterampilan berbahasa yang lain. Hal ini dikarenakan menulis bukan sekedar menyalin kata-kata dan kalimat, melainkan menuangkan dan mengembangkan pokok pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur. Keterampilan menulis membutuhkan proses belajar dan latihan yang terus menerus, sistematis dan penuh kedisiplinan agar dapat menghasilkan tulisan yang baik, selain itu diperlukan juga pengetahuan, konsep, prinsip, dan prosedur yang harus ditempuh dalam keterampilan menulis.

(3)

dasar perlu mendapat perhatian yang serius agar mendapatkan hasil yang optimal.

Menulis berarti mengekspresikan gagasan, ide, pendapat, pikiran, atau perasaan secara tertulis. Sarana untuk mewujudkan kegiatan menulis adalah bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya, semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas pula jalan pikirannya. Isi ekspresi melalui bahasa akan dimengerti pembaca bila dituangkan dalam bahasa yang teatur, sistematis, sederhana dan mudah dimengerti. Keterampilan mengekspresikan pikiran melalui bahasa itulah yang harus dilatih oleh guru kepada anak didiknya. Hal ini dapat dicapai melalui latihan menulis yang terarah dan berencana.

Pembelajaran menulis merupakan pembelajaran bahasa bersifat produktif yang menuntut kemampuan untuk menyampaikan ide dan pikiran kepada pihak lain melalui tulisan. Kemampuan menulis harus dapat dikuasai oleh siswa melalui pembelajaran yang difasilitasi oleh guru.

Kesulitan siswa dalam pembelajaran menulis tidak semata-mata disebabkan oleh faktor siswa tetapi kemungkinan juga adanya peran guru dalam pengelolaan pembelajaran. Oleh karena itu guru dituntut mempunyai kemampuan yang memadai.

(4)

pemahaman guru yang akan dilakukan. Kemampuan guru dan pemahaman guru terhadap keadaan sekitar sangat dibutuhkan agar suasana pembelajaran bahasa Indonesia hidup dan menjadikan kerangka pembelajaran dapat terimplementasikan dengan baik.

Guru yang berpengalaman seyogyanya mengetahui bagaimana cara mengajar agar menarik, menantang, dan sekaligus efisien. Mereka telah mengenal, memahami, menghayati, serta dapat menerapkan berbagai metode pengajaran menulis. Namun pada kenyataannya masih banyak guru yang masih enggan dalam mengajarkan keterampilan menulis, sehingga guru cenderung dalam pengajaran menulis hanya menyelesaikan materi yang ada di silabus saja, sehingga tidak mengherankan bila hasil nilai menulis karanganpun rendah.

Guru juga harus mampu menciptakan kondisi ideal proses pembelajaran yang memaksimalkan pencapaian tujuan belajar. Guru harus memiliki keterampilan dalam memilih metode pembelajaran untuk setiap jenis kegiatan pembelajaran. Dengan pemilihan metode yang tepat diharapkan pencapaian tujuan belajar dapat tercapai.

(5)

transformasi ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru merupakan aktor utama dalam pembelajaran. Usman (2008: 12) menegaskan bahwa proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Sejalan dengan itu, Slameto (2010: 97) mengatakan bahwa dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan.

(6)

Pendapat tersebut di atas menunjukkan bahwa guru mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Oleh karena itu kelancaran dan keberhasilan pendidikan tidak lepas dari peranan guru, sehingga guru dituntut memiliki kemampuan untuk dapat menunjukkan profesionalisme dan kinerja yang optimal dalam menjalankan tugasnya.

Berdasarkan hasil supervisi pengawas sekolah selaku peneliti diperoleh informasi tentang proses pembelajaran menulis karangan narasi sebagai berikut.

1. Guru dalam mengajar menggunakan lebih dari satu metode. Metode yang digunakan adalah metode ceramah, tanya jawab, tugas, demonstrasi, dan diskusi. Ternyata metode yang digunakan guru belum dapat membuahkan hasil sesuai yang diharapkan.

2. Siswa kesulitan menemukan ide, memulai dan mengakhiri kalimat dalam menulis karangan, merangkai kalimat satu dengan yang lain, mengembangkan kalimat untuk membentuk sebuah karangan, menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai EYD, sehingga hasil menulis karangan masih belum sesuai harapan.

3. Guru merasa kesulitan memunculkan keberanian siswa untuk menulis, dan guru belum menemukan metode yang tepat

(7)

mendampingi siswa dalam proses pembelajaran menulis karangan dan juga menggunakan berbagai metode pembelajaran. Peneliti mengidentifikasi bahwa metode pembelajaran yang selama ini digunakan oleh guru masih tergolong metode pembelajaran yang konvensional dan kurang menarik bagi siswa sehingga kurang berhasil menggali kemampuan siswa dalam menulis karangan. Mengacu pada kondisi dalam pembelajaran keterampilan menulis yang masih rendah, maka perlu adanya upaya guru untuk menggunakan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan kebutuhan, salah satunya adalah metode pembelajaran kooperatif jigsaw. Metode pembelajaran kooperatif merupakan metode yang mengelompokkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Siswa saling bekerja sama dalam menyelesaikan tugas.

Metode kooperatif jigsaw adalah metode kooperatif yang diterapkan untuk materi-materi pembelajaran yang berhubungan dengan keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam metode kooperatif jigsaw guru harus memahami pengetahuan dan pengalaman siswa dan membawa siswa mengaktifkan skema ini agar pembelajaran lebih bermakna. Guru juga harus memberi banyak kesempatan kepada siswa untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi (Huda, 2013: 204)

(8)

Metode pembelajaran kooperatif jigsaw dapat diterapkan dalam pembelajaran menulis karangan narasi. Pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan metode kooperatif jigsaw diharapkan dapat mengaktifkan siswa melalui kerja sama antar siswa dengan pembentukan kelompok, diharapkan juga dapat mengubah pembelajaran konvensional yang semula memposisikan guru sebagai sentral pembelajaran menjadi siswa yang memegang peranan penting dalam pembelajaran. Selain itu metode kooperatif siswa juga dapat menggali kreatifitas siswa sehingga pembelajaran lebih menyenangkan.

(9)

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Apakah metode kooperatif jigsaw berpengaruh terhadap sikap tanggung jawab siswa dalam menulis karangan narasi?

2. Apakah metode kooperatif jigsaw berpengaruh tehadap kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi?

C.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Pengaruh metode kooperatif jigsaw terhadap sikap tanggung jawab siswa dalam pembelajaran menulis karangan narasi.

2. Pengaruh metode kooperatif jigsaw terhadap kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis karangan narasi.

D.Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini ada dua ranah, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

(10)

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

1). Mendapatkan pengalaman baru pembelajaran bahasa Indonesia dengan metode kooperatif jigsaw.

2). Membantu siswa dalam memahami pembelajaran bahasa Indonesia pada kompetensi menulis karangan narasi

3). Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis karangan narasi

b. Bagi Guru

1). Menambah wawasan pengetahuan, dan pengalaman praktis dalam pembelajaran menulis karangan narasi.

2). Menambah wawasan dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi siswa

3). Membantu menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan bagi siswa melalui metode kooperatif jigsaw c. Bagi Sekolah

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan karya ilmiah tertulis (skripsi) yang berjudul “Analisis Nilai Tambah Dan Prospek Agroindustri Suwar-Suwir di Kabupaten Jember“ ini diajukan sebagai salah satu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia dalam publikasi tersebut belum memuaskan karena terdapat beberapa kesalahan, seperti kesalahan penulisan kata

[r]

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK & MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI

Dalam konstruksi berkelanjutan tidak cukup hanya tiga aspek tersebut, namun harus dipikirkan pula aspek lain yaitu sumberdaya yang digunakan dalam proyek konstruksi, emisi

Latar Belakang: Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat

Dari berbagai alat penilaian tertulis, alat penilaian jawaban benar-salah, isian singkat, dan menjodohkan merupakan alat yang hanya menilai kemampuan berpikir rendah, yaitu

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai proses amidasi senyawa etil p -metoksisinamat melalui reaksi langsung dengan iradiasi microwave dan