• Tidak ada hasil yang ditemukan

EXECUTIVE SUMMARY KAJIAN FISKAL REGIONAL TRIWULAN II TAHUN 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EXECUTIVE SUMMARY KAJIAN FISKAL REGIONAL TRIWULAN II TAHUN 2019"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

EXECUTIVE SUMMARY

i

EXECUTIVE SUMMARY

Perekonomian Maluku Utara triwulan II-2019 tumbuh 7,49 persen (y-on-y) atau setara dengan target RPJMD sebesar 7,5 persen dan lebih tinggi 18 basis poin dari pertumbuhan triwulan II-2018 sebesar 7,31 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan didorong oleh semua lapangan usaha, dengan pertumbuhan tertinggi dicapai lapangan usaha konstruksi yang tumbuh sebesar 9,76 persen. Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen ekspor luar negeri yang tumbuh sebesar 33,76 persen. Ekspor minerba masih menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi Maluku Utara.

Inflasi tahun kalender sampai dengan triwulan II-2019 tercatat 1,93 persen, di bawah inflasi tahun kalender nasional sebesar 2,05 persen. Bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran menjadi komoditi penyumbang inflasi terbesar selama triwulan II-2019. Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) meningkat 32 basis poin menjadi 5,09 persen atau belum mencapai target RPJMD sebesar 4,13 persen. Kenaikan tingkat pengangguran sejalan dengan angka kemiskinan yang juga meningkat. Tingkat kemiskinan di Maluku Utara meningkat menjadi 6,77 dari periode tahun lalu sebesar 6,64 atau di atas RPJMD 3,44 persen.

Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, realisasi penerimaan perpajakan juga mengalami peningkatan. Penerimaan pajak sampai dengan triwulan II-2019 sebesar Rp833,17 miliar dibanding periode yang sama tahun 2018 sebesar Rp691,62 miliar. Dari sisi belanja, realisasi Belanja Negara dan Transfer ke Daerah tercatat Rp7,21 triliun atau turun dari realisasi pada periode yang sama tahun 2018 sebesar Rp8,05 triliun. Realisasi penyaluran dana transfer dari pusat yang lebih lambat dibanding tahun lalu mengakibatkan penurunan realisasi belanja pemerintah pusat di daerah.

Turunnya realisasi Transfer Ke Daerah berimbas kepada menurunnya realisasi Pendapatan Daerah pada APBD lingkup Provinsi Maluku Utara yang bersumber dari Pendapatan Transfer. Pendapatan Transfer tercatat sebesar Rp4,64 triliun atau turun dibanding periode yang sama tahun 2018 sebesar Rp4,83 triliun. Sementara itu, penerimaan daerah dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah mengalami peningkatan realisasi masing-masing sebesar 1,7 persen dan 9,56 persen. Meskipun meningkat, rasio penerimaan PAD terhadap total pendapatan masih tergolong rendah di level 6, 65 persen. salah satu penyebab rendahnya rasio penerimaan PAD terhadap total pendapatan daerah disebabkan tidak optimalnya Pemerintah Daerah dalam memungut retribusi dan ketidakmampuan Pemda dalam mencari alternatif sumber penerimaan baru. Hal tersebut menunjukkan bahwa APBD di Maluku Utara masih bergantung pada transfer dari Pemerintah Pusat.

(4)

EXECUTIVE SUMMARY

ii

Dari sisi belanja, realisasi belanja daerah tercatat sebesar Rp3,50 triliun atau 30,86 persen dari pagu. Dibanding periode yang sama tahun 2018, realisasi turun Rp26 Miliar setara dengan penurunan persentase penyerapan sebesar 2,06 persen. Realisasi belanja daerah hingga triwulan II-2019 didominasi oleh belanja aparatur yang telah terserap sebesar 42,88 persen. Tingkat penyerapan belanja tertinggi terdapat di Kota Tidore Kepulauan mencapai 36,11 persen, yang ditopang capaian pendapatan yang mencapai 48,70 persen. Sementara Kabupaten Pulau Taliabu menjadi daerah dengan tingkat penyerapan belanja paling rendah 21,83 persen. Sampai dengan akhir tahun, apabila Pemerintah Daerah membelanjakan anggarannya dengan pola yang sama seperti tahun sebelumnya, diprediksi belanja akan terealisasi sebesar 82,42 persen dari pagu.

Pendapatan Konsolidasian Pemerintah Pusat dan Daerah sampai dengan triwulan II-2019 tercatat Rp1,17 triliun atau lebih tinggi dari periode yang sama tahun II-2019 sebesar Rp1,07 triliun. Realisasi pendapatan konsolidasian didominasi oleh pendapatan pemerintah pusat yang mencapai 78,93 persen dari total pendapatan konsolidasian. Rasio penerimaan perpajakan terhadap PDRB meningkat menjadi 10,62 persen dari sebelumnya 8,89 persen. Sedangkan rasio PNBP terkoreksi menjadi 1,34 persen dari periode sebelumnya sebesar 3,16 persen. Belanja konsolidasian triwulan II-2019 juga mengalami kenaikan menjadi Rp6,41 triliun dari periode yang sama tahun 2018 sebesar Rp6,31 triliun. Beberapa belanja konsolidasian menurut fungsinya memiliki korelasi yang kuat dengan capaian indikator makro seperti Indeks Pembangunan Manusia.

Selama triwulan II-2019, rendahnya penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sering menjadi sorotan. Tidak jarang pula diberitakan mengenai beberapa Pemerintah Daerah yang terlambat dalam memenuhi kewajiban membayar gaji pegawainya. Hal tersebut berimbas pada fiscal sustainability pemerintah daerah yang mengalami kerentanan terhadap kewajiban pemenuhan APBD sebagai fungsi alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Beberapa Pemerintah Daerah mulai memperluas basis pengenaan retribusi salah satunya adalah Pemerintah Daerah Halmahera Barat.

(5)

DAFTAR ISI

iii

DAFTAR ISI

EXECUTIVE SUMMARY ……….………... i

DAFTAR ISI ………... iii

I. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL ………. 1

A. Produk Domestik Regional Bruto ………. 2

B. Inflasi ………. 4

C. Indikator Kesejahteraan ………. 5

II. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN ………. 7

A. Pendapatan Negara ………..…. 8

B. Belanja Negara ………... 11

C. Prognosis Realisasi APBN ……… 12

III. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD ………. 13

A. Pendapatan Daerah ………..…. 14

B. Belanja Daerah ………... 17

C. Prognosis Realisasi APBD Sampai Dengan Triwulan IV 2019 ………. 18

IV. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD) ………. 19 A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian ………. 19

B. Pendapatan Konsolidasian ………..………. 19

C. Belanja Konsolidasian ……… 22

V. BERITA/ ISU FISKAL REGIONAL TERPILIH ……….…………..….……. 25 A. Pendapatan Asli Daerah Rendah, Indikasi Kerentanan Fiscal

Sustainability...……. 25

B. Upaya Pemerintah Daerah Untuk Meningkatkan Realisasi Pendapatan Asli Daerah …...….

25

(6)

BAB IV – PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

1

I. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

Perekonomian Maluku Utara triwulan II-2019 tumbuh 7,49 persen (y-on-y), setara dengan target RPJMD 7,5 persen. Inflasi tahun kalender selama triwulan II-2019 masih terjaga pada level 1,93 persen dari target RPJMD sebesar 3,21 persen. Ekspor sampai dengan akhir triwulan II tercatat 5.941 ribu ton atau setara dengan US$363,6 juta. Sementara tingkat pengangguran terbuka dan kemiskinan tercatat belum memenuhi target, masing-masing tercatat sebesar 5,09 persen dan 6,77 persen.

Indikator 2017 2018 2019 RPJMD Capaian Triw II RPJMD Capaian Triw II RPJMD Capaian Triw II Pertumbuhan Ekonomi (% y-on-y) 7,0 6,96 7,2 7,31 7,5 7,49

Inflasi (Tahun Kalender) 4,2 2,47 3,8 4,42 3,21 1,93

Ekspor (ribu ton)

30.994 359 33.872 4.879 36.749 5.941 US$84,86 juta US$266,88 Juta US$363,60 Juta Pengangguran 4,59 4,81 4,36 4,65 4,13 5,09 Kemiskinan 4,84 6,35 4,14 6,64 3,44 6,77

Sumber : BPS Provinsi Maluku Utara, Pemerintah Provinsi Maluku Utara (2019)

Terjadi perlambatan 16 basis poin dibanding pertumbuhan ekonomi triwulan I-2019 (y-on-y) sebesar 7,65 persen. Perlambatan tersebut sangat dipengaruhi pertumbuhan dari lapangan usaha industri pengolahan yang turun 9,93 persen (q-to-q). Beberapa perusahaan yang diharapkan sudah berproduksi, saat ini masih dalam tahap pengerjaan konstruksi pembangunan smelter baru sehingga belum mendorong pertumbuhan sektor tersebut. Sejalan dengan pembangunan smelter baru, pertumbuhan pada lapangan usaha konstruksi menjadi yang tertinggi sebesar 9,76 persen.

Pertumbuhan ekonomi (y-on-y) yang tinggi diikuti oleh inflasi tahun kalender yang terjaga pada level 1,93 persen mengindikasikan terjadinya peningkatan pendapatan riil masyarakat. Sementara itu, realisasi ekspor s.d triwulan II-2019 sebesar 5.941 ribu ton atau setara dengan US$363,6 juta atau lebih tinggi dari realisasi periode yang sama tahun 2018. Komoditi ekspor Maluku Utara berupa kelompok bijih dan logam serta kelompok besi dan baja.

Tingginya pertumbuhan ekonomi belum mampu menekan angka kemiskinan dan kontribusinya terhadap penyerapan tenaga kerja masih sedikit. Pertumbuhan triwulan II tahun 2019 dari sisi pengeluaran sangat ditopang oleh Pembentukan Modal Tetap Bruto yang erat kaitannya dengan investasi padat modal. Investasi diharapkan mampu memberikan dampak positif terhadap penyediaan lapangan kerja dan menurunkan angka kemiskinan. Untuk itu, Pemerintah Daerah diharapkan mampu mendorong investasi pada sektor padat karya dan penetapan kebijakan pembangunan inklusif.

Tabel 1.1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Provinsi Maluku Utara

(7)

BAB IV – PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

2

A. Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Utara atas dasar harga berlaku (ADHB) pada triwulan II-2019 mencapai Rp9.826,97 miliar dan atas dasar harga konstan 2010 (ADHK) mencapai Rp6.591,92 miliar. Ekonomi Maluku Utara triwulan II-2019 dibanding triwulan II-2018 (y-on-y) tumbuh 7,49 persen. Namun, terjadi perlambatan dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2019 yang mencapai 7,65 persen. Perlambatan sangat dipengaruhi kontraksi pada lapangan usaha industri pengolahan yang turun 9,93 persen. Peningkatan produksi fero nikel belum mampu direalisasikan karena smelter baru -yang diharapkan dapat berproduksi- masih dalam tahap konstruksi, sehingga berdampak pada penurunan pertumbuhan.

Sumber : BPS dan BPS Prov Malut (diolah)

Secara y-on-y, sejak Tahun 2017, pertumbuhan ekonomi Maluku Utara senantiasa terjaga di kisaran 7 persen, lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional di kisaran 5 persen. Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan y-on-y

didukung oleh semua lapangan usaha, tertinggi pada Konstruksi.

Pertumbuhan sektor konstruksi ditopang oleh masifnya pembangunan infrastruktur dan juga pembangunan beberapa smelter baru. Pertumbuhan tinggi lainnya terjadi pada sektor perdagangan besar dan eceran, sejalan dengan meningkatnya aktivitas perdagangan menjelang hari besar keagamaan (ramadhan dan idul fitri). Pertumbuhan ekonomi di masa yang akan datang diperkirakan akan tetap tumbuh positif seiring dengan akan beroperasinya beberapa smelter baru.

5,09 5,64 5,56 6,54 7,54 6,96 7,78 8,3 7,98 7,31 8,17 7,92 7,65 7,49 4,92 5,18 5,02 4,94 5,01 5,01 5,06 5,19 5,06 5,27 5,17 5,17 5,07 5,05 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II

2016 2017 2018 2019

PDRB ADHB Maluku Utara (Miliar) PDRB ADHK Maluku Utara (Miliar) % Pertumbuhan PDRB Maluku Utara % Pertumbuhan PDB Nasional

9,76 9,65 9,21 6 10 Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran Jasa Lainnya Grafik 1.1 Perkembangan PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (y-on-y) Miliar % Grafik 1.2 Pertumbuhan tertinggi menurut lapangan usaha

(8)

BAB IV – PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

3

Sumber: BPS Provinsi Malut (diolah)

Dari struktur pembentuk PDRB, lapangan usaha konstruksi hanya menyumbang 6,79 persen. Sementara sektor yang memberikan kontribusi tertinggi terhadap PDRB, pertanian, tercatat tumbuh sebesar 6 persen. Cukup menggembirakan, mengingat pada periode sebelumnya pertumbuhan sektor pertanian berkisar pada angka 3-4 persen. Fundamental ekonomi regional akan lebih kuat apabila sumber pertumbuhan ditopang oleh lapangan usaha yang memberikan kontribusi tinggi terhadap pembentukan PDRB.

Dari sisi pengeluaran,

pertumbuhan ekonomi triwulan II-2019 (y-on-y) terjadi hampir pada semua komponen. Pertumbuhan ( y-o-y) tertinggi terjadi pada Ekspor Luar Negeri sebesar 33,76 persen diikuti Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 32,73 persen. Berdasarkan

struktur pembentukan PDRB,

Konsumsi Rumah Tangga masih menjadi penopang utama PDRB Ma-

luku Utara, diikuti pengeluaran pemerintah dan PMTB. Tingginya PMTB tidak terlepas dari meningkatnya investasi pada sektor pengolahan dan pertambangan melalui pembangunan smelter dan berbagai infrastruktur lainnya. Net ekspor daerah Maluku Utara yang masih negatif memberi andil pada sumber pertumbuhan sebesar minus 7,15 persen. Rendahnya net ekspor antar daerah menunjukkan bahwa perekonomian Maluku Utara sangat bergantung kepada pasokan produk dan jasa dari luar daerah.

4,11 2,21 5,63 4,83 7,96 9,21 8,14 0,52 3,99 8,47 6,08 8,87 9,76 7,46 7,75 9,65 6,00 Pengadaan Air Listrik dan Gas Real Estate Jasa Perusahaan Akomodasi Jasa Lainnya Jasa Kesehatan Jasa Keuangan Jasa Pendidikan Infokom Transportasi Industri Pengolahan Konstruksi Pertambangan Adm Pemerintahan Perdagangan Pertanian Konsums i RT; 55,41 Pengelua ran Pemerint ah; 32,96 PMTB; 32 Pengelua ran LNPRT; 1,48 Ekspor LN; 29,47 Perubahan Inventori; -0,38 Impor LN; 15,51 Net Ekspor Daerah; -35,42 Other; 51,31 Grafik 1.3 Struktur dan Pertumbuhan PDRB Triwulan II 2019 Maluku Utara menurut Lapangan Usaha Struktur PDRB Pertumbuhan PDRB Per sektor Grafik 1.4 Struktur PDRB menurut jenis pengeluaran

(9)

BAB IV – PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

4

B. Inflasi

Sampai dengan triwulan II-2019, Provinsi Maluku Utara yang diwakili oleh Kota Ternate mengalami inflasi sebesar 1,64 persen (y-on-y) atau di bawah inflasi nasional sebesar 2,48 persen (y-on-y). Inflasi bulanan selama triwulan II-2019 tertinggi terjadi pada bulan Mei sebesar 0,60 persen. Sedangkan inflasi bulanan pada April dan Juni sebesar 0,34 persen dan 0,49 persen.

Sumber: BPS Provinsi Malut (diolah)

Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi tahun kalender sampai dengan triwulan II-2019 terjadi di hampir seluruh kelompok pengeluaran. Penyumbang inflasi terbesar terjadi pada sub kelompok bumbu-bumbuan yang mencatatkan inflasi sebesar 29,76. Inflasi pada subkelompok ini terjadi sejak triwulan I-2019 persen. Sub kelompok lainnya yang meyumbang inflasi selama triwulan II-2019 adalah sayur-sayuran, telur, dan susu. Ketergantungan pasokan dari luar daerah, turut menyebabkan tingginya inflasi pada subkelompok tersebut.

Inflasi kota ternate triwulan II-2019 lebih rendah dari inflasi nasional. Sebuah kabar baik, mengingat sejak Agustus 2018 inflasi kota Ternate selalu di atas inflasi nasional. Dibanding kota lain di kawasan regional, inflasi di Kota

Ternate tergolong rendah dan di bawah target yang ditetapkan RPJMD maupun RKP. Meskipun angka inflasi relatif terkendali, tetapi ketergantungan terhadap barang dan jasa

0,83 12,9 29,76 1,43 1,17 0,86 6,21 0,39 2,73 2,27 1,2 -5,05 [] [] Sep 18 [] Okt 18 [] Nov 18 [] Des 18[] Jan 19 [] Feb 19 [] Mar 19 [] [] [] [] Juli 18 [] Agsts 18 [] 2,88 [] 3,23 3,13 2,82 2,57 2,48 Apr 19 [] Mei 19 [] Jun 19 [] 0 1 2 3 4 5 -6 4 14 24 34

Inflasi per Sub Kelompok Inflasi (y-on-y) Kota Ternate Inflasi (y-on-y) Nasional 1,64 4,03 1,38 5,1 4,01 0 2 4 6

Ternate Jayapura Sorong Manado Ambon

%

Grafik 1.5 Perkembangan Inflasi (y-on-y) dan inflasi tahun kalender per sub kelompok % RPJMD 3,21 RKP 3,5 + 1 RKP 3,5 - 1 Grafik 1.6 Perbandingan tingkat inflasi regional %

(10)

BAB IV – PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

5

dari luar daerah yang ditunjukkan rendahnya net ekspor antar daerah, harus menjadi

perhatian. Pemerintah daerah dan Tim Pengendali Inflasi Daerah harus mengambil langkah antisipasi pengendalian inflasi Daerah. Salah satunya melalui stimulus terhadap pelaku usaha yang menghasilkan produk bahan makanan seperti komoditi pertanian dan hortikultura yang selama ini dipasok dari daerah lain.

C. Indikator Kesejahteraan

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Maluku Utara per Februari 2019 tercatat sebesar 5,09 persen atau naik 32 basis poin dibanding TPT Februari 2018. Angkatan kerja sebanyak 544,9 ribu orang atau turun sebanyak 43,0 ribu orang dibandingkan Februari 2018 (587,9 ribu orang). Sejalan dengan penurunan jumlah angkatan kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga mengalami penurunan dibanding periode sebelumnya.

Sumber: BPS dan BPS Provinsi Malut (diolah)

Pertumbuhan pada beberapa sektor perekonomian selama periode perhitungan angka pengangguran (triwulan I-2019), tidak berimbas terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor tersebut. Pertumbuhan sektor pengolahan sebesar 16,41 persen tena- ga kerja pada sektor industri pengolahan

justru menurun 23,19 persen. Hal yang

sama juga terjadi pada sektor

perdagangan yang tumbuh 12,93 persen tetapi penyerapan tenaga kerja pada sektor tersebut menurun sebesar 20,21 persen. Peningkatan jumlah tenaga kerja tercatat pada sektor pertanian yang meru-

pakan sektor terbesar dalam struktur pembentuk PDRB di Provinsi Maluku Utara. 5,29 5,56 6,05 3,43 4,01 4,82 5,33 4,65 4,77 5,09 5,94 5,81 6,18 5,50 5,61 5,33 5,50 5,13 5,34 5,01 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 0 100 200 300 400 500 600 700

Agt 2014 Feb 2015 Agt 2015 Feb 2016 Agt 2016 Feb 2017 Agt 2017 Feb 2018 Agt 2018 Feb 2019

jumlah angkatan kerja jumlah penduduk bekerja TPT Maluku Utara TPT Nasional

16,41 -0,82 7 12,93 6,68 -23,19 -15,75 4,64 -20,21 12,03 -30 -20 -10 0 10 20 Pen go la h an Per ta m b an ga n Per ta n ia n Per d aga n ga n Ja sa K es eh ata n

Pertumbuhan Perkembangan Tenaga Kerja

Ribuan %

Grafik 1.7 Perkembangan Ketenagakerjaan

%

Sumber: BPS Provinsi Malut (diolah)

Grafik 1.8 Petumbuhan ekonomi dan pertumbuhan tenaga kerja per sektor

(11)

BAB IV – PERKEMBANGAN DAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL

6

Kenaikan jumlah tenaga kerja pada sektor pertanian tercatat sebesar 4,64 persen.

Momentum ini harus dimanfaatkan oleh Pemerintah Daerah, mengingat sektor pertanian merupakan sektor unggulan yang berkontribusi terbesar pada penciptaan PDRB. Apabila sektor pertanian mampu tumbuh dan menyerap tenaga kerja dengan jumlah besar, maka fundamental perekonomian Maluku Utara akan semakin kokoh dan stabil.

Kemiskinan di Maluku Utara meningkat menjadi 6,77 persen dibanding periode sebelumnya di kisaran 6,6 persen. Angka kemiskinan sejak dua tahun terakhir mengalami tren meningkat. Faktor-faktor penyebab kenaikan tingkat kemiskinan adalah, rendahnya nilai tukar petani (NTP), dan inflasi selama periode semester II-2018 hingga triwulan I-2019. Kenaikan jumlah pen-

duduk miskin terjadi di perkotaan yang meningkat 6 basis poin dibanding periode sebelumnya. Sedangkan angka kemiskinan di perdesaan meningkat 20 basis poin dari periode sebelumnya.

Pembangunan desa berbasis dana desa oleh pemerintah desa harus difokuskan untuk program/kegiatan yang dapat menstimulasi berkurangnya angka kemiskinan. Pemerintah Daerah juga perlu mengevaluasi program-program yang telah dilaksanakan, meliputi pengendalian inflasi daerah pembangunan sektor pertanian dan perkebunan.

Sementara itu, tren ketimpangan pengeluaran yang diukur dengan gini ratio

menunjukkan arah yang berlawanan dengan tren kemiskinan. Ketimpangan pengeluaran Maluku Utara turun hingga 24 basis poin menjadi 0,312 atau tergolong ke dalam kategori rendah. Angka ketimpangan di perdesaan yang menurun 21 basis poin sedangkan perkotaan naik tipis 2 basis poin.

Gini Ratio di Maluku Utara merupakan yang terendah keempat dari 34 Provinsi di Indonesia. Distribusi pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah tercatat sebesar 21,65 persen, termasuk pada kategori ketimpangan rendah. Pemanfaatan dana desa yang dipercepat sejak awal tahun dan optimalisasi penggunaannya untuk program padat karya berpengaruh pada turunnya ketimpangan di Perdesaan.

76,47 78,28 81,46 81,93 84,6 6,35 6,44 6,64 6,62 6,77 3 6 9 12 50 57 64 71 78 85 M ar 17 Se p 17 M ar 18 Se p 18 M ar 19

Jumlah Tingkat Kemiskinan Perkotaan Perdesaan 0,265 0,277 0,266 0,277 0,256 0,322 0,338 0,345 0,308 0,310 0,317 0,33 0,328 0,336 0,312 0,382 0,2 0,3 0,4 M ar 17 Se p 17 M ar 18 Se p 18 M ar 19 Pedesaan Perkotaan Total Nasional

Sumber: BPS Provinsi Malut (diolah)

% Ribu jiwa Grafik 1.9 Pekembangan kemiskinan Maluku Utara

Sumber: BPS dan BPS Provinsi Malut (diolah)

Grafik 1.10 Pekembangan Gini Ratio

(12)

BAB II – PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN

7

II. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN

Sampai dengan triwulan II-2019, realisasi pendapatan negara di Provinsi Maluku Utara mencapai Rp928,54 miliar, meningkat sebesar Rp130,61 miliar atau 16,37 persen dibanding periode yang sama tahun 2018. Sedangkan di sisi Belanja Negara, realisasinya sebesar Rp7.216,93 miliar, sebesar 45,43 persen dari pagu, lebih rendah 10,32 persen dibanding realisasi belanja pada periode yang sama tahun 2018.

Uraian Tahun 2018 Tahun 2019

Pagu Realisasi % Pagu Realisasi % A. PENDAPATAN NEGARA 1.744,09 797,93 45,75% 2.191,96 928,54 42,36% I.PENERIMAAN DALAM NEGERI 1.744,09 797,93 45,75% 2.191,96 928,54 42,36% 1. Penerimaan Pajak 1.652,15 691,62 41,86% 2.051,69 833,17 40,61% 2. PNBP 91,94 106,31 115,63% 140,27 95,36 67,99% II.HIBAH - - - - - - B. BELANJA NEGARA 15.243,64 8.047,45 52,79% 15.885,46 7.216,93 45,43% I.BELANJA PEMERINTAH PUSAT 5.236,40 1.884,19 35,98% 5.089,22 1.878,95 36,92% 1. Belanja Pegawai 1.267,80 597,14 47,10% 1.261,74 662,49 52,51% 2. Belanja Barang 2.003,00 651,51 32,53% 2.088,77 839,56 40,19% 3. Belanja Modal 1.950,00 632,82 32,45% 1.725,36 373,94 21,67% 4. Belanja Bantuan Sosial 15,6 2,71 17,37% 13,35 2,95 22,09% 5. Belanja Lain-lain - - - - - - II.TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

10.007,24 6.163,27 61,59% 10.796,24 5.337,99 49,44%

1. Transfer ke Daerah 9.221,02 5.692,44 61,73% 9.904,64 4.803,29 48,50%

a. Dana Perimbangan 9.085,52 5.624,69 61,91% 9.764,99 4.733,46 48,47%

1) Dana Alokasi Umum 6.356,37 4.228,15 66,52% 6.548,96 3.814,72 58,25%

2) Dana Bagi Hasil 424,24 217,79 51,34% 482,75 179,82 37,25%

3) Dana Alokasi Khusus 2.304,91 1.178,75 51,14% 2.733,28 738,92 27,03% b. Dana Otonomi Khusus - - - - - - c. Dana Keistimewaan Yogyakarta - - - - - - d. Dana Transfer Lainnya (DID) 135,5 67,75 50,00% 139,65 69,83 50,00% 2. Dana Desa 786,23 470,83 59,88% 891,60 534,70 59,97% C. SURPLUS DEFISIT (13.499,56) (7.249,52) 53,70% (13.693,50) (6.288,40) 45,92%

Sumber: Perpres Rincian TKDD Tahun 2019, OMSPAN, MEBE, dan Kanwil DJPb Maluku Utara (diolah)

Realisasi penerimaan pajak sampai dengan triwulan II-2019 terealisasi sebesar Rp833,17 miliar, mengalami peningkatan sebesar Rp141,55 miliar dibanding periode

Tabel 2.1 Pagu dan Realisasi APBN Lingkup Provinsi Maluku Utara Periode Triwulan II Tahun 2018 s.d. Tahun 2019 (dalam miliar rupiah)

(13)

BAB II – PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN

8

yang sama tahun 2018. Sedangkan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) terealisasi

sebesar Rp95,36 miliar atau 10,30 persen lebih rendah dari triwulan II tahun 2018. Dari sisi belanja, terjadi penurunan realisasi pada belanja pemerintah pusat dibanding periode yang sama tahun 2018. Penurunan disebabkan oleh rendahnya realisasi belanja modal yang hanya sebesar 21,67 persen. Lebih rendah 10,78 persen dari periode yang sama pada tahun 2018. Sementara itu belanja barang terealisasi 40,19 persen, mengalami kenaikan 7,67 persen dibandingkan tahun 2018 yang terealisasi 32,53 persen. Sedangkan untuk realisasi belanja pegawai mencapai Rp662,49 miliar.

Penyaluran belanja transfer ke daerah dan desa sampai dengan triwulan II tahun 2019 lebih rendah dibanding periode yang sama tahun 2018, baik nominal maupun persentase. Hal ini disebabkan lambannya pemerintah daerah dalam pemenuhan persyaratan pencairan dana transfer.

A. Pendapatan Negara 1. Penerimaan Perpajakan

B. Uraian

2018 2019

Target Realisasi % Target Realisasi %

Penerimaan Pajak Dalam

Negeri 1.615,602 495,20 30,65 1.594,48 592,026 37,13 PPh 839,121 281,94 33,60 790,370 349,309 44,20 PPN 746,134 202,86 27,19 759,413 230,582 30,36 PBB 14,057 4,56 32,44 28,887 5,752 19,91 Pajak Lainnya 16,290 5,84 35,85 15,804 6,381 40,38 Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional 192,991 196,21 101,67 457,214 248,398 196,76 Bea Masuk 12,990 3,96 30,48 10,723 21,099 50,90 Bea Keluar 180 192,25 106,81 446,490 227,284 54,33 Jumlah Penerimaan Perpajakan 1.808,59 691,41 38,23 2.051,69 840,43 40,96

Sumber: Diolah dari data OM SPAN 2019, KFR Tahunan 2018, KPP Ternate, KPP Tobelo, KPBC Ternate, 2019 Realisasi penerimaan perpajakan di Maluku Utara selama triwulan II-2019 mencapai Rp833,17 miliar, mengalami peningkatan sebesar Rp141,55 miliar atau 20,47 persen dibanding periode yang sama pada tahun 2018.

a) Pajak Penghasilan (PPh)

Penerimaan PPh selama triwulan II-2019 sebesar Rp.349,3 miliar, lebih tinggi dibanding realisasi periode yang sama tahun 2018 sebesar Rp281,94 miliar. Terhadap keseluruhan penerimaan perpajakan di Maluku Utara, penerimaan PPh tersebut memberi kontribusi sebesar 37,61 persen. Kenaikan PPh tersebut sejalan peningkatan jumlah wajib pajak di wilayah maluku utara dari 151.837 WP pada tahun 2018 menjadi 161.145 WP di

Tabel 2.2 Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat di Provinsi Maluku Utara (dalam Miliar Rupiah)

(14)

BAB II – PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN

9

tahun 2019. Selain itu peningkatan penerimaan PPh juga didukung

peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar 7,49 persen y-on-y.

b) Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Penerimaan PPN selama triwulan II-2019 mencapai Rp229,45 miliar, lebih tinggi dari periode yang sama tahun 2018 sebesar Rp202,86 miliar. Terhadap keseluruhan penerimaan perpajakan di Maluku Utara, penerimaan PPN tersebut memberi kontribusi sebesar 24,7 persen.

Kenaikan PPN pada periode triwulan II-2019 terjadi seiring pertumbuhan ekonomi maluku utara sebesar 7,49 persen dengan tingkat inflasi pada level 1,93. Pertumbuhan ekonomi ditopang oleh masifnya pembangunan infrastruktur dan juga pembangunan beberapa smelter baru. Pertumbuhan ekonomi juga didukung meningkatnya aktivitas perdagangan menjelang hari besar keagamaan (ramadhan dan idul fitri).

c) Pajak Bumi dan Bangunan

Penerimaan PBB mencapai Rp5,75 miliar pada triwulan II tahun 2019, seluruhnya merupakan Pendapatan PBB kehutanan, yang terbesar disumbang dari penerimaan di Kabupaten Halmahera Timur dan Kabupaten Kepulauan Sula.

d) Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

Penerimaan PPnBM (MAP 41122x) selama triwulan II-2019 hanya sebesar Rp1,134 miliar, lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun 2018 yang mencapai Rp38,9 juta. Berbeda dengan tahun 2018 penerimaan PPnBM tidak hanya terpusat di ternate. Justru daerah dengan penerimaan pajak PPnBM terbesar berasal dari Kabupaten Halmahera Utara. Meningkatnya penerimaan PPnBM di Kabupaten Halmahera Utara disebabkan meningkatnya aktifitas pembangunan infrastruktur pelabuhan, infrastruktur perikanan dan infrastruktur pariwisata.

e) Penerimaan Pajak Lainnya, Perdagangan Internasional dan Cukai

Realisasi penerimaan dari pajak perdagangan internasional mencapai Rp248,40 miliar, yang sebagian besar merupakan penerimaan Bea Keluar sebesar Rp.227,28 miliar, pendapatan bea meterai Rp6,38 miliar, dan bea masuk Rp21,1miliar

Peningkatan pendapatan bea keluar didorong oleh pesatnya pertumbuhan ekspor luar negeri, terutama ekspor hasil tambang berupa bijh, kerak, dan abu logam ke Tiongkok dan Ukraina serta besi dan baja ke

(15)

BAB II – PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN

10

Tiongkok dan Korea Selatan. Secara komulatif ekspor Maluku Utara

mencapai US$307,92 juta dengan volume ekspor sebesar 4.950,01 ribu ton. 2. Penerimaan Negara Bukan Pajak

Realisasi PNBP selama triwulan II-2019 mencapai Rp95,3 miliar. Seluruh PNBP yang diterima merupakan Pendapatan PNBP Lainnya (425xxx). Ketiadaan penerimaan PNBP dari sumber daya alam (SDA) terjadi karena PNBP SDA disetor dan dicatat sebagai penerimaan Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA BUN). Penerimaan PNBP di Maluku Utara didominasi oleh

Pendapatan Uang Pendidikan (425412) serta Pendapatan Jasa

Kebandarudaraan (425516) dan Kepelabuhanan (425513). a) Penerimaan Pendapatan Uang Pendidikan

Penerimaan berupa Pendapatan Biaya Pendidikan selama triwulan II-2019 mencapai Rp35,67 miliar. Penerimaan tersebut lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun 2018 (Rp32,2 miliar). Pendapatan Uang Pendidikan umumnya meningkat di triwulan I dan triwulan III. Penerimaan yang cenderung lebih tinggi di periode tersebut seiring dengan periode pembayaran uang semester kuliah pada bulan Februari dan Agustus. b) Pendapatan Jasa Kebandarudaraan dan Jasa Kepelabuhanan

Pendapatan Jasa Kebandarudaraan dan Kepelabuhanan selama triwulan II-2019 mencapai Rp24,9 miliar. Sejalan dengan aktivitas bandar udara yang terkonsentrasi di Ternate, dan pelabuhan yang tersebar di seluruh wilayah Maluku Utara. Penerimaan jasa kebandarudaraan mengalami penurunan sebesar 8,5 persen. Pada tahun 2018 penerimaan jasa kebandarudaraan mencapai Rp9,6 miliar namun pada tahun 2019 hanya Rp8,7 miliar untuk periode s.d. triwulan II 2019. Hal ini disebabkan berkurangnya jadwal penerbangan dari dan ke Maluku Utara yang merupakan imbas dari naiknya harga tiket pesawat.

Penerimaan jasa Kepelabuhanan mengalami peningkatan signifikan sebesar 49,93%. Hal ini disebabkan meningkatnya arus barang masuk ke Maluku Utara akibat meningkatnya pertumbuhan konstruksi. Pada tahun 2018 penerimaan jasa kepelabuhanan sebesar Rp10,7 miliar sedangkan pada tahun 2019 meningkat menjadi Rp16,12 Miliar.

(16)

BAB II – PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN

11

3. Pendapatan Hibah

Selama triwulan II tahun 2019, tidak terdapat pendapatan hibah yang dicatat di wilayah Maluku Utara. Hibah yang diterima instansi pemerintah pusat tercatat sebagai pendapatan Bendahara Umum Negara (DJPPR).

C. Belanja Negara

1. Belanja Pemerintah Pusat

Realisasi belanja pemerintah pusat di Maluku Utara selama triwulan II-2019 mencapai Rp1.878,95 miliar, meningkat 0,94 persen dibanding periode yang sama tahun 2018. Kenaikan belanja tertinggi terjadi pada belanja barang yang mencapai 7,67 persen.

Sedangkan realisasi belanja modal di triwulan II mengalami penurunan sebesar 10,78 persen dibanding realisasi pada periode yang sama pada tahun 2018. Hal ini dikarenakan proses pekerjaan yang sedang berjalan namun belum direalisasikan keuangannya, namun secara rata-rata sudah menunjukkan persentase realisasi yang baik.

Sumber: Diolah dari data OM SPAN (2019), KFR Maluku Utara (2018) 2. Transfer ke Daerah dan Dana Desa

Realisasi dana transfer ke daerah dan dana desa selama triwulan II-2019 mencapai Rp5,337 triliun, turun 12,15 persen dibanding tahun 2018. Hal ini disebabkan karena lambannya pemerintah daerah dalam melengkapi dokumen persyaratan penyaluran DAK Fisik tahap I yang paling lambat disampaikan tanggal 22 Juli 2019.

3. Pengelolaan Badan Layanan Umum (BLU)

Hingga periode triwulan II-2019 ini, di Maluku Utara belum ada instansi pemerintah pusat yang menerapkan pola pengelolaan keuangan BLU. Satuan

500,00 1.000,00 1.500,00 2.000,00 2.500,00

pagu realisasi pagu realisasi pagu realisasi

2017 2018 2019

1. Belanja Pegawai 2. Belanja Barang 3. Belanja Modal 4. Belanja Bantuan Sosial 5. Belanja Lain-lain

Grafik 2.1 Perkembangan Alokasi dan Realisasi Pagu per Jenis Belanja

(17)

BAB II – PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBN

12

kerja yang memiliki potensi untuk menerapkan pola pengelolaan keuangan BLU

di antaranya Bandara Babullah dan Universitas Khairun. 4. Manajemen Investasi Pusat

a) Penerusan Pinjaman

Sejak tahun 2017, Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Maluku Utara sudah tidak lagi menatausahakan penerusan pinjaman yang sumber pembiayaannya berasal dari Rekening Pembangunan Daerah (RPD). Hal didasari oleh terbitnya ijin prinsip penghapusan piutang pada PDAM Ternate. b) Kredit Program

Berdasarkan data Sistem Informasi Kredit Program (SIKP) Kementerian Keuangan per Juni 2019, jumlah dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang disalurkan di Maluku Utara sebesar Rp149,45 miliar atau hanya 0,20% dari total KUR yang disalurkan secara nasional sebesar Rp73,02 triliun. Meski demikian, bank penyalur telah memenuhi target penyaluran KUR yang ditetapkan oleh kantor pusat Bank Penyalur.

Secara umum KUR paling banyak disalurkan pada sektor Perdagangan Besar dan Eceran dengan persentase 59,61 persen dari seluruh KUR yang disalurkan. Sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum 11,57 persen sedangkan sektor lainnya dibawah 10 persen. Penyaluran KUR untuk sektor produktif pertanian dan perikanan tercatat menurun menjadi di bawah 10 persen. Sementara itu, kredit program lainnya berupa pembiayaan ultra mikro di Maluku Utara belum dapat disalurkan sejak Agustus 2018. Tingginya Non Performing Loan (NPL) pada PT Pegadaian selaku satu-satunya penyalur UMi di Maluku Utara menjadi kendala tidak disalurkannya UMi di Maluku Utara untuk sementara waktu.

D. Prognosis Realisasi APBN

Berdasarkan data empiris realisasi APBN di Maluku Utara selama kurun waktu 2015–2018 dan kebijakan fiskal yang diterapkan pada tahun 2019, APBN di Maluku Utara diperkirakan terealisasi sebagai berikut:

Uraian Pagu

Realisasi Triwulan II Perkiraan Realisasi s.d. Triwulan IV Rp % thd Pagu Rp % thd Pagu Pendapatan Negara 2.191,96 928,54 42,36% 2.115,46 96,51% Belanja Negara 15.885,46 7.216,93 45,43% 7.216,76 97,83% Sumber : KFR Maluku Utara Tahun 2015, 2016, 2017,2018 Kanwil DJPb Maluku Utara (diolah).

Tabel 2.3 Perkiraan Realisasi APBN Lingkup Provinsi Maluku Utara s.d. Triwulan II Tahun 2019 (dalam miliar rupiah)

(18)

BAB III – PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD

13

III. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD

Perkembangan realisasi APBD agregat dari seluruh pemerintah daerah di Maluku Utara hingga Triwulan II 2019 adalah sebagai berikut :

Uraian Triw. II 2018 % Triw. II 2019 %

Pagu Realisasi Pagu Realisasi

PENDAPATAN 11.535 5.117 44,36 12.260 5.032 41,04

PAD 999 273 27,40 1.153 335 29,10

Pajak Daerah 376 163 43,42 487 211 43,30

Retribusi Daerah 153 47 30,98 115 37 32,20

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang

Dipisahkan 13 - - 11 - -

Lain-Lain PAD yang Sah 457 63 13,83 540 88 16,22 Pendapatan Transfer 10.271 4.834 47,06 10.758 4.647 43,20 Transfer Pemerintah

Pusat-Dana Perimbangan 9.213 4.268 46,33 9.586 4.166 43,46 Transfer Pemerintah

Pusat – Lainnya 887 549 58,51 916 422 46,07

Transfer Pemerintah Prov 171 17 10,21 176 59 33,22

Transfer Bantuan Keu - - - 80 - -

Lain-lain pendapatan

daerah yang sah 265 8 3,02 350 51,03 14,58

Pendapatan Hibah 151 6 3,73 187 0,03 0,02

Pendapatan Dana Darurat - - - -

Pendapatan Lainnya 114 2 3,72 163 51 31,07 JUMLAH PENDAPATAN 11.535 5.117 44,36 12.260 5.032 41,04 BELANJA 10.726 3.531 32,92 11.407 3.505 30,86 Belanja Pegawai 3.626 1.481 39,09 3.730 1.600 42,88 Belanja Barang 3.168 955 3013 3.283 1.008 30,70 Belanja Bunga 13 8 60,16 34 5 15,97 Belanja Subsidi 8 1 13,40 2 1 41,25 Belanja Hibah 678 452 66,60 371 159 42,89

Belanja Bantuan Sosial 47 17 36,87 44 19 44,21

Belanja Modal 3.166 612 19,35 3.918 709 18,10

Belanja Tidak Terduga 20 5 24,28 25 4 15,99

TRANSFER PEMERINTAH

DAERAH 1.416 505 35,66 1.492 476 31,90

Transfer/Bagi Hasil Pend. 137 40 29,33 133 78 58,64 Transfer Bantuan Keu 1.279 465 36,34 1.359 398 29,25 JUMLAH BELANJA DAN

TRANSFER 12.142 4.037 33,25 12.899 3.981 30,86

SURPLUS/DEFISIT (607) 1.080 (177,91) (640) 1.051 (164,23) Sumber : LRA Kab/Kota/ Prov. Maluku Utara

Tabel 3.1 Realisasi APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara s.d. Akhir Triwulan II Tahun 2018 dan Tahun 2019 (dalam miliar Rp)

(19)

BAB III – PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD

14

Realisasi pendapatan daerah hingga akhir triwulan II 2019 mencapai 41,04 persen

dari total target pendapatan tahun 2019. Capaian tersebut turun 3,31 persen dari realisasi pendapatan tahun sebelumnya. Salah satu penyebab penurunan tersebut adalah lambatnya DAU dan DAK sebesar 2,6% dibanding tahun sebelumnya dengan total Rp4 triliun. Retribusi daerah juga mengalami penurunan disebabkan terdapat reklasifikasi pendapatan Badan Layanan Umum Daerah ke dalam Lain-lain PAD yang Sah. Sementara belanja daerah menurun tipis 0,74% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya. Dengan tingkat penyerapan anggaran belanja sebesar 30,86 persen, kinerja pemda perlu ditingkatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

A. Pendapatan Daerah

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Realisasi PAD di Maluku Utara pada Triwulan II-2019 tercatat 29,10 persen dari pagu yang telah ditetapkan. Kontribusinya terhadap total penerimaan hanya sebesar 6,66 persen yang menunjukkan bahwa tingkat kemandirian fiskal pemda di Maluku Utara masih rendah. Pemda diharapkan lebih kreatif dalam menggali sumber-sumber PAD. Berdasarkan komponen pembentuknya, pajak daerah berkontribusi sebesar 43,30 persen, retribusi daerah 32,30 persen, serta penerimaan dari lain-lain PAD yang sah sebesar 16,22 persen.

a) Penerimaan Pajak Daerah

Sumber : LRA Kab/Kota/ Prov. Maluku Utara

Realisasi pajak daerah mencapai 43,30 persen dari target yang ditetapkan, turun 0,12 persen dari tahun lalu. Pendapatan pajak daerah didominasi oleh pajak kendaraan bermotor dan bahan bakar. Jenis pendapatan tersebut tumbuh 42,06 persen dari tahun sebelumnya setelah pemberlakuan e-Samsat dan sms gateway

sejak 2017 oleh Pemprov Maluku Utara. Sementara untuk jenis pajak kabupaten/kota, sumbangsih terbesar berasal dari pajak penerangan jalan yang meningkat 24,06 persen. Hal ini tidak lepas juga dari program PT. PLN yang

0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 160.000 R p . J u ta Prov. Malut Halteng Ternate Halbar Haltim Halsel Halut Kep.Sula Tidore Morotai Taliabu Grafik 3.1 Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten/ Kota Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan II Tahun 2019

(20)

BAB III – PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD

15

berupaya menjadikan Maluku Utara Terang 2020, dengan target 889 desa dialiri

listrik hingga akhir tahun lalu. Dipastikan jenis pajak ini akan terus meningkat, mengingat telah beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas Ternate berkapasitas 30 MW pada 18 Maret 2018 yang lalu.

b) Penerimaan Retribusi Daerah

Sumber : LRA Kab/Kota/ Prov. Maluku Utara

Penerimaan retribusi daerah hingga triwulan II-2019 mencapai 32,20 persen dari target yang ditetapkan. Angka tersebut mengalami penurunan disebabkan adanya reklasifikasi dari retribusi menjadi lain-lain pendapatan daerah yang sah sehubungan dengan pengelolaan keuangan BLUD. Namun demikian, mengingat belum semua pemda menerapkan BLUD, penerimaan retribusi dari layanan kesehatan masih menjadi peyumbang terbesar hingga 33,32 persen dari total retribusi. Kabupaten Pulauan Morotai menjadi sumbangsih tertinggi yang dikarenakan tingginya realisasi pada pelayanan kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah yang belum BLUD.

c) Lain-Lain PAD yang Sah

Sumber : LRA Kab/Kota/ Prov. Maluku Utara

Realisasi Lain-lain PAD yang Sah Capaiannya mencapai 16,22 persen dari target dan menjadi penyumbang terendah PAD, akan tetapi mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Penerimaan jenis ini mengandalkan pendapatan yang berasal dari pihak ketiga utamanya dibidang pertambangan dengan total ±

2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 R p. J ut a Prov. Malut Halteng Ternate Halbar Haltim Halsel Halut Kep.Sula Tidore Morotai Taliabu 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000 45.000 50.000 R p. J ut a Prov. Malut Halteng Ternate Halbar Haltim Halsel Halut Kep.Sula Tidore Morotai Taliabu Grafik 3.2 Realisasi Penerimaan Retribusi Daerah Kabupaten/ Kota Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan II Tahun 2019 Grafik 3.3 Realisasi Penerimaan Lain-Lain PAD yang Sah Lingkup Provinsi Maluku Utara TriwulanI II Tahun 2019

(21)

BAB III – PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD

16

Rp15,6 miliar. Kontribusi terbesar adalah dari Kabupaten Halmahera Utara yang

ditopang keberadaan PT NHM sebagai perusahaan emas. Sejatinya, terdapat sumber penerimaan baru yang berasal dari pendapatan BLUD dari Kabupaten Tidore Kepulauan, Kabupaten Halmahera Barat, dan Kabupaten Halmahera Utara yang berpotensi menjadi kontributor terbesar dari sejumlah RSUD. Namun, mengingat pendapatan dan belanja BLUD belum disahkan, menjadikan Pendapatan tersebut belum tercantum dalam LRA.

2. Pendapatan Transfer

Realisasi pendapatan transfer di Maluku Utara hingga triwulan II-2019 mencapai 43,20%. Terjadi penurunan 3,86 persen dari tahun lalu dengan proporsi terbesar untuk DAU yang mengalami penurunan sebesar 8,32 persen dari tahun sebelumnya. Kabupaten Halmahera Selatan menjadi daerah kabupaten/kota dengan pendapatan transfer terbesar karena wilayahnya yang terluas dengan jumlah penduduk dan desa terbanyak di Maluku Utara.

Sumber : LRA Kab/Kota/ Prov. Maluku Utara

Prosentase kenaikan terbesar terjadi pada DAK yang meningkat 30,23 persen. Adanya kebijakan pemerintah melalui PMK 50/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan TKDD, mendorong pemda lebih disiplin dalam penyaluran DAK. Rasio pendapatan transfer terhadap total pendapatan sendiri mencapai 92,35 persen. Artinya tingkat ketergantungan pemda di Maluku Utara terhadap pemerintah pusat masih cukup tinggi. Pemda perlu mewaspadai sifat transfer DAU yang dinamis, yang bergantung pada realisasi penerimaan netto dalam negeri.

3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Realisasi penerimaan ini menjadi komponen pendapatan dengan sumbangsih paling minim sebesar 1,01 persen atau mencapai Rp51,03 miliar. Kontribusi terbesar berasal dari lain-lain mencapai 99,94 persen pendapatan yang tidak terklasifikasi pada Pemerintah Provinsi Maluku Utara. Selebihnya, pendapatan

500 1.000 1.500 2.000 2.500 Rp . Miliar Pagu Realisasi Grafik 3.4 Realisasi Dana Transfer Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan II Tahun 2019

(22)

BAB III – PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD

17

bersumber dari hibah yang hanya pada Provinsi Maluku Utara sebesar Rp30,8

juta.

B. Belanja Daerah

1. Belanja Pegawai, Belanja Barang, dan Belanja Modal

Realisasi belanja daerah hingga triwulan II-2019 didominasi oleh belanja aparatur yang telah terserap sebesar 42,88 persen. Kontribusinya terhadap total belanja daerah mencapai 40,18 persen. Mengingat pola realisasi belanja barang dan modal meningkat pada semester II-2019, maka pemerintah daerah perlu mengantisipasi defisit APBD.

Sumber : LRA Kab/Kota/ Prov. Maluku Utara

Belanja barang sampai dengan triwulan II-2019 terealisasi sebesar 30,70 persen. Jenis belanja ini menjadi kontraproduktif mengingat realisasi terbesar dialokasikan untuk belanja perjalanan dinas. Proporsi belanja perjalanan dinas mencapai 25,11 persen atau Rp283,56 miliar. Terdapat pula alokasi belanja yang besar untuk belanja makan dan minum yang mencapai Rp85,96 miliar. Pemda diharapkan lebih proaktif melakukan efisiensi dengan selektif dalam perjalanan dinas.

Sementara itu, belanja modal yang diharapkan dapat memberikan multiplier effect di Maluku Utara, baru terserap 18,10 persen. Meski demikian, realisasi tersebut meningkat 13,61 persen dibanding realisasi periode yang sama tahun lalu. Salah satu pemicu kenaikan Belanja Modal adalah Pengadaan Jalan di Kabupaten Halmahera Timur. Pemda perlu menyediakan ruang fiskal yang lebih memadai bagi belanja modal untuk mendapatkan multiplier effect bagi perekonomian.

2. Belanja Daerah Berdasarkan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota

Realisasi belanja tertinggi terdapat di Kota Tidore Kepulauan mencapai 36,11 persen. Sementara Kabupaten Pulau Taliabu menjadi daerah dengan tingkat realisasi belanja paling rendah sebesar 21,83 persen. Hal ini akibat masih banyak

42,90% 30,70% 18,10% 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 1.500 3.000 4.500

Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal

R p .Mi liar Pagu Realisasi Persentase Grafik 3.5 Pagu dan Realisasi Belanja Pegawai, Belanja Barang, dan Belanja Modal Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan II Tahun 2019

(23)

BAB III – PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN APBD

18

paket pekerjaan yang terlambat dilelang selain terkendala pemilihan metode

tender. Masih terdapat juga DAK Fisik sebesar Rp186,93 miliar yang belum disalurkan untuk pembiayaan proyek karena persyaratan data kontraknya belum terpenuhi.

Sumber : LRA Kab/Kota/ Prov. Maluku Utara

C. Prognosis Realisasi APBD Sampai Dengan Triwulan IV 2019

Memperhatikan kinerja APBD dalam tiga tahun terakhir realisasi sampai dengan triwulan II-2019, diperkirakan akan terjadi surplus anggaran agregat seluruh pemerintah daerah di Maluku Utara pada akhir tahun 2019. Dengan menggunakan metode regresi linier sederhana, realisasi pendapatan daerah hingga akhir tahun 2019 diperkirakan mencapai Rp11,10 triliun dari target pendapatan. Sementara realisasi belanja daerah diperkirakan mencapai 82,42 persen dari target yang akan ditetapkan atau mencapai Rp10,63 triliun. Dengan demikian, melihat kecenderungan capaian tahun-tahun sebelumnya, kemungkinan terjadi surplus di angka Rp465 miliar yang lebih disebabkan sudah optimalnya kinerja belanja daerah utamanya dari belanja modal.

Uraian Pagu

Realisasi s.d. Triwulan II Perkiraan Realisasi s.d. Triwulan IV Rp % Realisasi Terhadap Pagu Rp % Perkiraan Realisasi Terhadap Pagu Pendapatan Daerah 12.260 5.032 44,36 11.097 90,52 Belanja Daerah 12.900 3.981 33,24 10.632 82,42 Surplus/Defisit (640) 1.051 (177,91) 465 (72,66)

Sumber : LRA Kab/Kota/Prov. Maluku Utara 500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 Rp . Miliar Pagu Realisasi Grafik 3.6 Pagu dan Realisasi Belanja Lingkup Provinsi Maluku Utara Triwulan II Tahun 2019 Tabel 3.2 Perkiraan Realisasi APBD Lingkup Provinsi Maluku Utara s.d. Akhir Triwulan IV Tahun 2019 (dalam miliar Rp)

(24)

BAB IV – PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN

(APBN DAN APBD)

19

IV. PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN (APBN DAN APBD)

A. Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian

Laporan Keuangan Pemerintah Konsolidasian (LKPK) adalah laporan keuangan konsolidasian (gabungan) dari Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dengan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dalam periode laporan tertentu. Angka-angka yang disajikan dalam tabel 4.1 meliputi realisasi pendapatan/belanja Pusat dan Daerah setelah melalui proses eliminasi sehingga terdapat beberapa perbedaan angka realisasi dengan yang dipaparkan pada bab-bab sebelumnya.

Uraian Triwulan II 2019 Triwulan II 2018

Pusat Daerah Konsolidasi Kenaikan Konsolidasi

Pendapatan Negara 928,53 247,72 1.176,25 9,11% 1.078,02 Penerimaan Perpajakan 833,17 210,80 1.043,97 31,48% 793,99 PNBP 95,36 36,92 132,28 (53,09)% 281,99 Hibah 0,00 0,00 0,00 (100,00)% 2,04 Transfer* 5.337,99** 4.683,31* - - - Belanja Negara 2.533,62 3.876,82 6.410,45 1,56% 6.311,77 Belanja Pemerintah 1.878,95 3.543,44 5.422,39 (7,26)% 5.846,93 Transfer* 4.683,31* 333,38 988,06 112,56% 464,84 Surplus (Defisit) (6.288,40) 1.054,20 (5.234,20) 0,01% (5.233,75) Pembiayaan 0,00 (55,36) (55,36) 4,67% (58,08) Penerimaan Pembiayaan Daerah 0,00 0,00 0,00 - 0,00 Pengeluaran Pembiayaan Daerah 0,00 55,36 55,36 4,67% 58,08

Sisa Lebih (Kurang) Pembiayaan

Anggaran

(6.288,40) 998,84 (5.289,57) (0,04)% (5.291,83)

Sumber: Kanwil DJPb Prov. Maluku Utara (diolah)

*) Seluruh Pengeluaran Transfer pemerintah pusat dieliminasi dengan Penerimaan Transfer Pemerintah Daerah **) Penyesuaian terhadap pengakuan belanja transfer pada pemerintah pusat yang merupakan Pendapatan BA

099.05

B. Pendapatan Konsolidasian

Pendapatan Pemerintahan Umum (General Government Revenue) atau Pendapatan Konsolidasian Tingkat Wilayah adalah konsolidasian antara seluruh pendapatan pemerintah pusat dan pemerintah daerah suatu wilayah dalam satu periode pelaporan yang sama. Pendapatan tersebut telah dilakukan eliminasi atas akun-akun resiprokal (berelasi).

1. Analisis Proporsi dan Perbandingan

Pendapatan pemerintah konsolidasian terdiri dari penerimaan perpajakan, PNBP dan hibah. Total Pendapatan Konsolidasian Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Tabel 4.1 Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian Tingkat Wilayah Provinsi Maluku Utara s.d. Tw-II Tahun 2019 (dalam miliar rupiah)

(25)

BAB IV – PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN

(APBN DAN APBD)

20

sampai dengan triwulan II tahun 2019 adalah sebesar Rp1.176,25 miliar. Pendapatan tersebut mengalami kenaikan sebesar 9,11 persen dari triwulan II tahun 2018. Sebanyak

Rp928,53 miliar merupakan

pendapatan Pemerintah Pusat dan sisanya Rp247,72 miliar pendapatan Pemerintah Daerah. Pendapatan Pemerintah Pusat tersebut selanjutnya

akan didistribusikan kepada

Pemerintah Daerah berupa dana

transfer. Jumlah pendapatan

pemerintah pusat ini mengalami kenaikan dari yang sebelumnya pada triwulan II tahun 2018 hanya sebesar Rp797 miliar. Kenaikan ini berbanding

terbalik dengan pendapatan

pemerintah daerah yang mengalami penurunan. Realisasi Pendapatan

pemerintah daerah mengalami

penurunan seiring dengan lambatnya penyaluran Dana Transfer ke daerah dibanding periode yang sama tahun 2018. Realisasi pendapatan dari hibah juga turun mengingat target hibah pada beberapa kabupaten/kota belum dapat terealisasi. Sementara itu, Pendapatan Asli Daerah yang diharapkan mampu mendongkrak pendapatan daerah belum terealisasi secara optimal pada triwulan II-2019.

Sumber: Kanwil DJPb Prov. Maluku Utara (diolah)

Pada triwulan II tahun 2019 pendapatan pemerintah konsolidasian didominasi oleh penerimaan perpajakan konsolidasian sebesar Rp1.043,97 miliar atau 89 persen. PNBP hanya memberikan kontribusi terdapat pendapatan pemerintah konsolidasian sebesar 11 persen sedangkan hibah tidak memberikan kontribusi sama sekali terhadap pendapatan pemerintah konsolidasian. Penerimaan perpajakan konsolidasian sebesar 80 persen merupakan penerimaan perpajakan pemerintah pusat dan sisanya 20 persen merupakan penerimaan perpajakan pemerintah daerah.

Sumber: Kanwil DJPb Prov. Maluku Utara (diolah) Sumber: Kanwil DJPb Prov. Maluku Utara (diolah)

1078,02 1176,25 797,90 928,53 280,12 247,72 0,00 500,00 1000,00 1500,00 tw 2018 tw 2019 tw 2018 tw 2019 tw 2018 tw 2019 ko n so l pe m p us pe m d a 1043,97; 89% 132,28; 11% 833; 80% 210; 20% Grafik 4.2 Diagram Komposisi Pendapatan Negara Konsolidasian Provinsi Maluku Utara s.d. Tw-II 2019 Grafik 4.1 Perbandingan Pendapatan Konsolidasian di Provinsi Maluku Utara s.d. Tw-II Tahun 2019 (dalam milyar rupiah) Grafik 4.3 Diagram Komposisi Penerimaan Perpajakan Pusat dan Daerah Provinsi Maluku Utara s.d. Tw-II 2019

(26)

BAB IV – PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN

(APBN DAN APBD)

21

2. Analisis Perubahan

Penerimaan perpajakan konsolidasian mencapai Rp1.043,97 miliar mengalami kenaikan sebesar 31,48 persen dari tahun 2018. Penerimaan perpajakan ini terdiri dari penerimaan perpajakan dalam negeri sebesar Rp802,82 miliar dan penerimaan perpajakan internasional Rp241,15 miliar. Sebesar 73,74 persen dari Penerimaan Perpajakan Dalam Negeri tersebut merupakan penerimaan Pemerintah Pusat dan

sisanya sebesar 26,26 persen

merupakan penerimaan Pemerintah

Daerah. Penerimaan Perpajakan

Internasional seluruhnya merupakan penerimaan Pemerintah Pusat sebesar Rp241,15 miliar atau 23,10 persen dari

total penerimaan perpajakan

konsolidasi.

Sumber: Kanwil DJPb Prov. Maluku Utara (diolah)

3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kenaikan Realisasi Pendapatan Konsolidasian

Pertumbuhan ekonomi yang positif, akan mendorong kenaikan penerimaan negara di sektor perpajakan. Selain perpajakan, kenaikan penerimaan dari pemanfaatan SDA dan sumber lainnya juga akan mempengaruhi penerimaan untuk sektor PNBP. Perekonomian Maluku Utara yang senantiasa tumbuh di atas rata-rata pertumbuhan nasional mengisyaratkan bahwa potensi pendapatan konsolidasian di Maluku Utara akan tumbuh relatif lebih besar dibanding rata-rata nasional.

Uraian Triwulan II 2018 Triwulan II 2019

Realisasi Rasio Realisasi Rasio

Penerimaan Perpajakan 793,99 8,89% 1.043,97 10,62%

PNBP 281,99 3,16% 132,28 1,34%

Total 1.075.98 12,05% 1.176,25 10,28%

PDRB/Pertumbuhan

Ekonomi (harga berlaku*) 8.932,80 9.826,97

Sumber: Kanwil DJPb Prov. Maluku Utara dan BPS Malut (diolah)

Selama triwulan II tahun 2019, PDRB atas dasar harga berlaku Provinsi Maluku Utara mencapai Rp9.826,97 miliar atau mengalami laju pertumbuhan sebesar 7,49 persen ( y-on-y). Sejalan dengan perekonomian yang tumbuh, rasio pendapatan konsolidasian terhadap PDRB mengalami peningkatan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi telah mampu meningkatkan menaikkan rasio pendapatan konsolidasian terhadap PDRB. Antara pendapatan konsolidasian dengan pertumbuhan ekonomi memiliki korelasi yang sangat kuat sehingga ketika pendapatan konsolidasian naik maka pertumbuhan ekonomi secara otomatis juga akan naik begitu sebaliknya.

495,31 592,03 102,38 210,8 196,28 241,15 0 0 0 100 200 300 400 500 600 700 tw 2018 tw 2019 tw 2018 tw 2019 tw 2018 tw 2019 tw 2018 tw 2019 p empu s p emda p empu s p emda p ajak d al am n eg er i p ajak in ter n as io n al Tabel 4.2 Tabel Realisasi Pendapatan Konsolidasian Pempus dan Pemda di Wilayah Provinsi Maluku Utara Tw-II 2019 dan 2018 (dalam miliar rupiah) Grafik 4.4 Perbandingan Penerimaaan Perpajakan Pempus dan Pemda terhadap Penerimaan Perpajakan Konsolidasian Provinsi Maluku Utara s.d. Tw-II 2019

(27)

BAB IV – PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN

(APBN DAN APBD)

22

C. Belanja Konsolidasian

1. Analisis Proporsi dan Perbandingan

Belanja negara konsolidasian sampai dengan triwulan II tahun 2019 mencapai Rp6.410,45 miliar. Belanja pemerintah pusat didominasi oleh belanja barang dengan nilai mencapai 44,68 persen dari total belanja pemerintah pusat. Belanja pemerintah pusat pada periode sebelumnya lebih banyak digunakan untuk belanja pegawai. Pertumbuhan belanja barang ini terjadi seiring dengan besarnya belanja operasional, jasa serta perjalanan dinas di beberapa kementerian/Lembaga terutama terkait pelaksanaan pemilu. Belanja pegawai menempati urutan kedua terbesar di belanja pemerintah pusat dikarenakan tahun 2019 ini terjadi kenaikan gaji pokok pegawai disertai tunjangan kinerja dan pembayaran tunjangan hari raya (THR).

Belanja pemerintah daerah sebesar 42,07 persen digunakan untuk belanja pegawai. Besaran belanja pegawai ini meningkat dari yang triwulan II tahun 2018 sebesar Rp1.447,42 miliar. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kegiatan fiskal di Maluku Utara masih dibebankan oleh kewajiban pemerintah daerah untuk membayar gaji dan tunjangan para aparatur sipil negara. Semua jenis belanja pemerintah pusat di Maluku Utara sampai triwulan II tahun 2019 lebih rendah dibandingkan dengan belanja pemerintah daerah. Hal tersebut disebabkan karena jumlah instansi vertikal pemerintah pusat yang berada di Maluku Utara lebih sedikit dibanding jumlah seluruh SKPD yang terdapat di Maluku Utara. Tingginya belanja pemerintah daerah membuktikan bahwa Maluku Utara sudah melaksanakan desentralisasi dengan baik. Belanja pemerintah daerah perlu mendapatkan perhatian karena masih didominasi untuk pengeluaran belanja pegawai. Pemerintah daerah

Maluku Utara perlu mencontoh pola belanja pemerintah pusat yang didominasi belanja barang. Hal tersebut harus segera dilaksanakan, mengingat belanja barang dan modal merupakan salah satu katalisator

perekonomian dan mampu

memberikan manfaat jangka panjang. Sumber: Kanwil DJPb Prov. Maluku Utara (diolah) 2. Analisis Perubahan

Belanja konsolidasian triwulan II tahun 2019 mengalami kenaikan hanya pada belanja pegawai, barang, bantuan sosial dan belanja tak terduga apabila dibandingkan dengan triwulan II tahun 2018. Belanja pemerintah pusat mengalami penurunan yang signifikan sebesar 61,85 persen untuk belanja modal. Penurunan ini disebabkan karena

0,00 200,00 400,00 600,00 800,00 1000,00 1200,00 1400,00 1600,00 Belanja

Pegawai BelanjaBarang BelanjaModal PembayaranBelanja Bunga Utang

Belanja

Subsidi Belanja Hibah BantuanBelanja Sosial

Belanja Tak Terduga Belanja Lain-lain

6 6 2 ,4 9 8 3 9 ,5 6 3 7 3 ,9 4 0, 00 0,00 0 ,0 0 2 ,9 5 0 ,0 0 0 ,0 0 1 5 1 3 ,2 2 1 1 2 9 ,2 3 7 1 3 ,7 4 5 ,3 9 1 ,0 2 15 7 ,3 5 1 9, 4 4 4 ,0 5 0 ,0 0 Pempus Pemda Grafik 4.5 Perbandingan Belanja Pemerintah Pusat dan Daerah Maluku Utara Triwulan II 2019

(28)

BAB IV – PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN

(APBN DAN APBD)

23

Sumber: Kanwil DJPb Prov. Maluku Utara-Tw (diolah)

pagu yang di tetapkan di tahun 2019 lebih rendah daripada tahun sebelumnya. Belanja pembayaran bunga utang juga mengalami penurunan sebesar 2,61 persen. Penurunan ini terjadi dikarenakan realisasi belanja utang pinjaman turun. Belanja subsidi untuk pemerintah daerah mengalami penurunan sebesar Rp80,3 juta. Belanja bantuan sosial mengalami kenaikan pada komponen belanja bantuan sosial untuk perlindungan sosial dalam bentuk uang, pemberdayaan sosial dalam bentuk barang serta kepada organisasi sosial kemasyarakatan.

3. Analisis dampak kebijakan fiskal kepada indikator ekonomi regional

Belanja fungsi pelayanan umum, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan serta pariwisata memiliki hubungan yang sangat lemah terhadap indeks pembangunan manusia. Belanja fungsi pertahanan dan agama tidak memiliki hubungan sama sekali dengan indeks pembangunan manusia. Hubungan cukup kuat, kuat dan sangat kuat terhadap indeks pembangunan manusia dimiliki oleh belanja fungsi perlindungan sosial, lingkungan hidup, pendidikan,

ketertiban dan keamanan serta ekonomi. Sejalan dengan itu, Angka partisipasi kasar dan angka partisipasi murni untuk jenjang pendidikan SD, SMP serta SMA juga memberikan pengaruh yang besar terhadap belanja fungsi pendidikan.

Sumber: Kanwil DJPb Prov. Maluku Utara (diolah)

Faktor-faktor yang memiliki hubungan dengan belanja fungsi pendidikan hanya angka partisipasi murni. Jenjang pendidikan SD memiliki hubungan yang cukup kuat dengan belanja fungsi pendidikan sedangkan jenjang pendidikan SMP hubungannya sangat lemah. Angka partisipasi kasar untuk jenjang pendidikan SD, SMP serta SMA memiliki

2 0 4 4 ,5 1 7 2 3 ,4 8 1 5 9 2 ,6 0 8 ,0 0 1 ,1 0 4 52 ,0 5 2 0 ,1 0 0 ,0 0 5 ,0 2 2 1 7 5 ,7 1 9 6 8 ,7 1 0 8 7 ,6 9 5 ,3 9 1 ,0 2 157, 3 5 2 2 ,3 9 4 ,0 5 0 ,0 0 0,00 500,00 1000,00 1500,00 2000,00 2500,00 Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Belanja Pembayaran Bunga Utang Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Tak Terduga Belanja Lain-lain TW 2018 TW 2019 1719,50; 30% 139,08; 2% 454,43; 8% 874,67; 15% 102,70; 2% 811,58; 14% 514,89; 9% 46,99; 1% 66,75; 1% 947,16; 17% 78,01; 1%

Fungsi Pelayanan Umum Fungsi Pertahanan Fungsi Ketertiban dan Keamanan Fungsi Ekonomi Fungsi Lingkungan Hidup Fungsi Perumahan dan Fasilitas Umum Fungsi Kesehatan

Fungsi Pariwisata Fungsi Agama Fungsi Pendidikan Fungsi Perlindungan Sosial

Grafik 4.7 Diagram Komposisi Belanja Konsolidasian per Fungsi Triwulan II 2019 Grafik 4.6 Perbandingan Belanja Konsolidasian Maluku Utara Triwulan II 2018 dan 2019

(29)

BAB IV – PERKEMBANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN ANGGARAN KONSOLIDASIAN

(APBN DAN APBD)

24

hubungan yang negatif dengan belanja fungsi pendidikan. Apabila belanja fungsi pendidikan nilainya bertambah maka angka partisipasi kasar jenjang pendidikan SD, SMP serta SMA nilainya berkurang.

Belanja fungsi ekonomi memiliki hubungan yang sangat kuat dengan harapan lama sekolah. Belanja fungsi ketertiban dan keamanan serta pendidikan memiliki hubungan yang kuat terhadap harapan lama sekolah. Belanja fungsi ketertiban dan keamanan, ekonomi dan pendidikan memiliki hubungan yang kuat dengan rata-rata lama sekolah. Belanja fungsi ekonomi, lingkungan hidup, perlindungan sosial serta pelayanan umum memiliki hubungan yang kuat terhadap angka harapan hidup. Belanja fungsi ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup dan pendidikan memiliki hubungan yang kuat dengan pendapatan perkapita. Belanja fungsi pertahanan dan agama tidak memiliki hubungan sama sekali dengan faktor-faktor harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah, angka harapan hidup dan pendapatan perkapita.

Sumber: BPS Prov. Maluku Utara (diolah)

Belanja fungsi pariwisata memiliki hubungan yang sangat kuat dengan jumlah tamu yang menginap. Sektor pariwisata yang merupakan sektor potensial belum diperhatikan oleh Pemerintah Daerah. Hal tersebut tercermin dalam belanja untuk sektor pariwisata yang hanya 1 persen. Maluku Utara sebagai daerah yang kaya akan sejarah sudah sepatutnya mulai memperhatikan sektor pariwisata untuk dijadikan pendorong perekonomian Maluku Utara. Semakin berkembangnya sektor pariwisata, maka perekonomian semakin meningkat dan berdampak pula pada penciptaan lapangan kerja. Hal tersebut akan memacu pencapaian target pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan sebagaimana tertuang dalam RPJMD.

0,00 200,00 400,00 600,00 800,00 1000,00 1200,00 1400,00 Ketertiban Ekonomi Pendidikan APM SD APM SMP Ketertiban Ekonomi Lingkungan Pendidikan Ketertiban Ekonomi Pendidikan Ekonomi Lingkungan Perlindungan Pelayanan Ketertiban Ekonomi Lingkungan Pendidikan H ar ap an L am a Seko lah P endi d ika n In deks P em ba ng u na n Man us ia R at a-rat a Lam a Seko lah A ng ka H ar ap an H idup P enda pa ta n P er ka pi ta

Kab. Halmahera Tengah Kab. halmahera Utara Kab. Halmahera Selatan Kab. Kepulauan Sula Kab. Halmahera Timur Kab. Halmahera Barat Kab. Kepulauan Morotai Kab. Pulau Taliabu Kota Ternate Kota Tidore Kepulauan

Grafik 4.8 Dampak Fiskal terhadap Perekonomian Maluku Utara Triwulan II 2019

Gambar

Tabel 1.1  Perkembangan  Ekonomi Makro  Regional  Provinsi  Maluku Utara
Grafik 1.5  Perkembangan  Inflasi (y-on-y)  dan inflasi tahun  kalender per sub  kelompok%  RPJMD 3,21 RKP 3,5 + 1  RKP 3,5 - 1  Grafik 1.6  Perbandingan tingkat inflasi regional %
Grafik 1.7  Perkembangan  Ketenagakerjaan
Tabel 2.1  Pagu dan  Realisasi  APBN Lingkup  Provinsi  Maluku Utara  Periode  Triwulan II  Tahun 2018  s.d
+6

Referensi

Dokumen terkait

Bradshaw (2005:11) berkata, “ Kepercayaan bahwa kemiskinan berakar dari kelemahan-kelemahan individu adalah teori lama.” Namun selain terjadinya distorsi budaya di

Peningkatan pendapatan per kapita diikuti oleh peningkatan ketimpangan pendapatan karena setelah perekonomian di Provinsi Jawa Barat didominasi oleh sektor industri

Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya disusun dengan

“Allah tidak ada Ilah melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di

Dalam makalah ini kami akan menyoroti strategi-strategi yang harus kita lakukan agar setiap tahun kita dapat menjadi juara di Olimpiade Fisika Asia maupun di Olimpiade

Sebagaimana kesimpulan hasil studi maka pada dasarnya penyelesaian tersebut memerlukan tiga hal (lihat gambar 27) yaitu: pertama adanya batasan tentang hak properti yang

Kecepatan motor stepper hanya bisa diatur dengan delay ( penundaan Kecepatan motor stepper hanya bisa diatur dengan delay ( penundaan waktu ) antara data sebelum dan sesudahnya..