• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pendapatan Dan Resiko Itik Pedaging Di Desa Meddelan Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Pendapatan Dan Resiko Itik Pedaging Di Desa Meddelan Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

458

ANALISIS PENDAPATAN DAN RESIKO ITIK PEDAGING DI DESA MEDDELAN KECAMATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP

Hoirur Rozikin1)

1) Mahasiswa Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian Unija,

email: kinrosi48@gmail.com ABSTRAK

Ternak itik merupakan komoditi ternak unggas yang potensial sebagai penghasil telur dan daging. Sumbangan ternak itik terhadap produksi daging nasional cukup signifikan, karena sebagai penyumbang kedua terbesar setelah ayam ras, dengan produksi daging itik dalam negeri sekitar 245 ribu ton/tahun. Disamping ukuran telurnya yang lebih besar dari telur ayam, ternak itik mudah pemeliharaannya, mudah beradaptasi dengan kondisi setempat serta merupakan bagian dari kehidupan masyarakat tani pedesaan.

Tujuan Penelitian adalah (1) Mengatahui pendapatan usaha ternak itik di Desa Madelan KecamatanLenteng. (2) Mengetahui resiko usaha ternak itik di Desa Madelen Kecamatan Lenteng. Penentuan daerah penelitian secara sengaja (purposive), karena Desa Meddelan merupakan salah satu desa yang terbesar produksi itik pedaging. Penentuan sampel menggunakan simple random sampling dan menggunakan 31 sampel. Analisis data yang digunakan yakni Analisis Pendapatan dan Analisis Risiko. Hasil penelitian menjelaskan bahwa pendapatan yang diperoleh dalam usaha ternak itik pedaging sebesar Rp. 1.592.722 per 100 ekor. Selain itu, nilai koefisien variasi (CV) sebesar 0,10 dan nilai batas bawah keuntungan (L) sebesar Rp. 1.434.948, dimana nilai koefisien variasi < 0,5 dan nilai batas bawah keuntungan > 0. Hal ini menunjukkan bahwa usaha ternak itik pedaging Di Desa Meddelan Kecamatan Lenteng Menguntungkan dan terhindar dari risiko kerugian.

Kata Kunci: Itik Pedaging, Pendapatan, Risiko PENDAHULUAN

Pembangunan subsektor peternakan merupakan salah satu bagian dari pembangunan pertanian yang memiliki tujuan untuk mencapai suatu kondisi peternakan yang baik, yang dicirikan karena kemampuan mensejahterakan para peternak dan kemampuannya dalam mendorong pertumbuhan subsektor terkait secara keseluruhannya. Pembangunan subsektor peternakan di Indonesia memiliki tujuan untuk meningkatkan

produksi ternak. Peningkatan produksi ini diharapkan untuk membawa dampak terhadap peningkatan pendapatan peternak, memperbaiki keadaan lingkungan, meningkatkan kesempatan berusaha, membuka lapangan kerja baru dan memperluas kesempatan kerja yang telah ada. Tujuan jangka panjang pembangunan sektor peternakan salah satunya adalah tercapainya standar kecukupan gizi dari hasil ternak untuk

(2)

459 masyarakat Indonesia (Sosroamidjojo dan Soeradji, 1990).

Usaha perunggasan yang sudah berkembang di Indonesia salah satunya adalah usaha ternak itik. Maupun tidak sepopuler ternak ayam, itik memiliki potensi yang cukup besar seperti penghasil telur dan daging. Bila dibandingkan dengan ternak unggas yang lain, ternak itik memiliki kelebihan diantaranya adalah memiliki daya tahan terhadap penyakit. Karena itu usaha ternak itik pedaging memiliki resiko yang relatif lebih kecil. Di Indonesia ternak itik adalah salah satu komoditas peternakan yang memiliki nilai ekonomis dan potensi yang cukup tinggi, baik sebagai sumber protein hewani maupun sebagai sumber tambahan dalam menunjang kehidupan keluarga (Rasyaf, 2000).

Itik adalah jenis unggas air yang telah lama dikenal masyarakat dan berpotensi besar untuk dikembangkan di Indonesia. Ternak itik memiliki peran strategis dalam mensuplai kebutuhan protein hewani baik dari produksi telur maupun dari produksi daging terutama di wilayah perkotaan ataupun perdesaan. Usaha itik untuk wilayah pedesaan juga memberikan kontribusi dalam peningkatan perekonomian masyarakat. Ketika krisis moneter melanda di setiap wilayah Indonesia, itik ini ternyata mampu menjadi penyelamat perekonomian masyarakat pedesaan yang ditunjukkan dengan pertumbuhan yang positif (Prasetyo dkk, 2004).

Keuntungan pemeliharaan itik pedaging secara intensif adalah produktivitasdaging yang bermutu, dari segi kesehatan dan keselamatan itik lebih terjamin serta biaya pemeliharaan lebih efisien. Produksi itik pedaging

yang dipelihara dengan cara pemeliharaan intensif lebih meningkatkan kualitas daging dari pada produksi itik yang dipelihara secara digembalakan. Dengan kata lain, itik yang dikandangkan mampu menghasilkan daging yang berkualitas dengan produksi yang lebih baik mutunya daripada yang digembalakan. Pertimbangan ekonomis untuk memelihara itik secara intensif adalah dapat menghemat tenaga. Seorang peternak pada sistem penggembalaan hanya mampu merawat paling banyak 100 ekor itik, sedangkan dengan cara dikandangkan mampu merawat 600-1.000 ekor itik sekaligus, dengan demikian biaya tenaga kerja lebih sedikit dan usaha ini cocok untuk dijadikan usaha keluarga. Semakin meningkatnya pemeliharaan itik secara intensif (dikandangkan), bahwa pengetahuan dan keterampilan tentang penyusunan porsi pemberian pakan sangat diperlukan.

Daging sangat besar manfaatnya untuk pemenuhan gizi berupa protein hewani, akan tetapi pemenuhan daging belum mencukupi kebutuhan konsumsi yang terus meningkat. Peningkatan produksi daging sangat erat berhubungan dengan penyebaran populasi ternak pada suatu daerah, lebih mendukung lagi bila pengolahan ataupun pemeliharaan dilakukan secara modern. Akan tetapi pemeliharaan yang dilakukan masih bersifat tradisional (Santoso, 2013).

Ternak itik merupakan komoditi ternak unggas yang potensial sebagai penghasil telur dan daging. Sumbangan ternak itik terhadap produksi telur nasional cukup signifikan, yakni sebagai penyumbang kedua terbesar setelah ayam ras, dengan

(3)

460 produksi telur itik dalam negeri sekitar 245 ribu ton/tahun. Disamping ukuran telurnya yang lebih besar dari telur ayam, ternak itik mudah pemeliharaannya, mudah beradaptasi dengan kondisi setempat serta merupakan bagian dari kehidupan masyarakat tani pedesaan (Rusfidra, 2006). Ternak itik pedaging adalah salah jenis ternak yang menghasilkan daging. Produksi daging itik pedaging terus meningkat pula seiring dengan peningkatan populasi itik pedaging di Indonesia.

Dalam proses pemeliharaan terdapat beberapa kendala secara umum tidak jauh dari rentan mati karena terdapat penyakit yang menyerang seperti virus flu burung pada itik pedaging, sehingga para peternak itik pedaging di wilayah sekitar Kabupaten Sumenep akan banyak mengalami kerugian. Dalam hal ini juga mempengaruhi segi kepercayaan kosumen terhadap kulaitas daging itik yang di produksi oleh peternak itik pedaging, oleh sebab itu peniliti terdorong untuk melakukan penelitian

dengan judul”ANALISIS

PENDAPATAN DAN RESIKO ITIK PEDAGING DI DESA MEDDELEN KECAMATAN LENTENG”

METODE PENELITIAN Jenis Dan Lokasi Penelitian

Jenis penelitian digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif, dimana kulitatif merupakan cara untuk mendapatkan informasi dan data-data yang berupa lisan dari orang-orang atau juga kata-kata tertulis. Kuantitatif Merupakan cara untuk mendapatakan data-data yang berupa gambar dan angka-angka karena adanya penerapan metode kuantitatif. Adanya pendekatan kualitatif dan kuantitatif maka penelitan

akan mudah dan sesuai dengan tujuan peneliti.

Penelitian dilakukan secara purposive sampling dengan pertimbangan daerah tersebut memiliki populasi itik terbesar. Yaitu di Desa Meddelen Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep.

Pengumpulan Data A. Observasi

Teknik pengumpulan data dengan observasi dilakukan dengan cara pengamatan langsung pada daerah yang akan diteliti, sehingga akan memperoleh gambaran yang jelas/sebenarnya mengenai objek yang diteliti.

B. Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan wawancara ini dilakukan dengan cara bertanya langsung kepada responden berdasarkan pada daftar pertanyaan yang telah dibuat.

C. Pencatatan

Pencatatan dilakukan untuk memperoleh data sekunder, dengan cara mencatat data yang ada pada instansi atau lembaga yang terkait dengan penelitian.

Analisis Data

Dalam penelitian ini untuk menganalisis data menggunakan analisis usaha yaitu lebih mengutamakan bagaimana kemampuan suatu usaha untuk memperoleh keuntungan dari usaha yang dijalankan dalam hal ini usaha ternak itik.

1. Analisis Usaha

Analisis Biaya, Penerimaan, dan Keuntungan dari usaha ternak itik.

A. Konsep biaya yang dipergunakan

adalah konsep biaya

mengusahakan yaitu biaya alat luar ditambah biaya tenaga kerja

(4)

461 keluarga, dalam hal ini biaya yang dihitung meliputi biaya tenaga kerja, pakan, minyak tanah, listrik, pengemasan.

B. Untuk mengetahui penerimaan dari usaha ternak itik yaitu dengan mengalikan jumlah produk (terjual) dengan harga produk tersebut.

Secara matematis dirumuskan sebagai berikut : TR = TRt + TRb TR = Q x P TRt = Qt x Pt TRb = Qb x Pb Keterangan :

TR = Penerimaan total usaha ternak itik (Rupiah)

TRt = Penerimaan dari hasil penjualan telur (Rupiah)

TRb = Penerimaan dari hasil penjualan bibit (Rupiah)

Qt = Jumlah telur yang dijual (Butir) Qb = Jumlah bibit yang dijual (Ekor) Pt = Harga telur (Rupiah)

Pb = Harga bibit (Rupiah)

Keuntungan usaha adalah selisih antara penerimaan total dengan biaya total. Metode perhitungan keuntungan usaha ternak itik secara matematis dirumuskan sebagai berikut:

= TR – TC dimana :

=keuntungan usaha ternak itik (Rupiah)

TR = penerimaan total usaha t ernak itik (Rupiah)

TC = biaya total usaha ternak itik (Rupiah)

1. Analisis Risiko Usaha

Untuk Koefisien Variasi (CV) dan Batas Bawah Keuntungan (L). Koefisien Variasi merupakan perbandingan antara resiko yang harus

ditanggung oleh petani dengan jumlah keuntungan yang diperoleh sebagai hasil dari modal yang telah dikeluarkan dalam proses produksi. Semakin besar nilai koefisien variasi menunjukkan bahwa resiko yang harus ditanggung oleh petani semakin besar. Napaj (1995) berpendapat bahwa koefisien variasi diperoleh dengan menggunakan rumus: 𝑪𝑽 =𝑽 𝑬 Keterangan: CV = Koefisien variasi V = Simpangan baku E = Keuntungan rata-rata

Untuk mengetahui Koefisien Variasi maka harus mencari keuntungan rata-rata pada usaha rumput laut serta simpangan baku

Setelah mengetahui keuntungan rata-rata selanjutnya mencari simpangan baku Semakin besar nilai CV menunjukkan bahwa resiko yang harus ditanggung oleh petani semakin besar dan sebaliknya (Setia A, 1997).

Batas bawah keuntungan (L) menunjukkan nilai nominal keuntungan dan kerugian minimum. Apabila nilai L ≥ 0 maka peternak tidak akan pernah mengalami kerugian. Sebaliknya jika niali L ≤ 0 maka dapat disimpulkan bahwa dalam proses produksi ada peluang kerugian yang akan diderita peternak. Batas bawah keuntungan dirumuskan:

L = E – 2V Keterangan:

L = Batas bawah keuntungan

E = Rata-rata keuntungan yang diperoleh

V = Simpangan baku

Dari rumus diatas, dapat diperoleh suatu hubungan antara nilai batas bawah keuntungan dengan nilai

(5)

462 koefisien variasi. Apabila nilai CV > 0,5 maka nilai L < 0, begitu pula jika CV ≥ 0,5 maka nilai L ≤ 0. Hal ini menunjukkan bahwa jika CV ≤ 0,5 peternak akan selalu untung atau impas. Sebaliknya jika CV ≥ 0,5 maka peternak bisa rugi.

Nilai koefisien variasi dan batas bawah keuntungan (L) secara tidak langsung menyatakan aman tidaknya modal yang ditanam dari kemungkinan mengalami kerugian. Nilai CV ≤ 0,5 atau L ≥ 0 menyatakan bahwa petani akan selalu terhindar dari kerugian dan jika niali CV > 0,5 atau L < 0 berarti ada peluang kerugian yang akan diderita oleh petani (Renthiandy dkk, 2011). HASIL DAN PEMBAHASAN Biaya Usaha Ternak Itik Pedaging Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang di ukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Biaya dalam kegiatan usaha ternak itik pedaging yang di keluarkan oleh peternak dengan tujuan untuk menghasilkan pendapatan. Biaya terdiri dari biaya tetap (fixed cost), biaya variabel (Variable Cost), dan biaya total (total cost).

Biaya Tetap

Biaya tetap merupakan biaya yang digunakan dalam usaha ternak itik pedaging yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi. Biaya tetap terdiri dari akumulasi biaya penyusutan dan sewa lahan. Biaya tetap dalam tenak itik pedaging dapat dilihat pada tabel 4.7.

Tabel 4.7. Biaya Tetap Usaha Ternak Itik Pedaging Di Desa Meddelen Per 100 Ekor

Jenis alat Biaya tetap Persentase (%) Sewa Lahan 31.250 70.70 Penyusutan Alat 12.950 29,30 Jumlah 44.200 100,00

Sumber: Data Primer yang diolah, 2019

Berdasarkan Tabel 4.7 (lampiran 5), menjelaskan bahwa biaya tetap yang dikeluarkan dalam usaha peternak itik pedaging di Desa Lenteng Meddelen Kecamatan Lenteng sebesar Rp 44.200 per 100 ekor. Sumber biaya terbesar pada biaya tetap berasal dari sewa lahan yaitu sebesar Rp 31.250 (70,70%), dan biaya biaya penyusutan alat sebesar Rp 12.950 (29,30%). Peralatan yang digunakan dalam usaha ternak itik pedaging yaitu tempat minum, tempat pakan, bak, ember dan kandang.

Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang digunakan dalam peternak Usaha Tenak itik Pedaging yang mempengaruhi hasil produksi ternak . Adapun biaya variabel yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Biaya Variabel Usaha

Ternak itik Pedaging Per 100 ekor Di Desa Meddelen NO Jenis Biaya Variabel Biaya Variabel (Rp) Persentase (%) 1. Bibit Itik 650.000 29,01 2. Pakan 1.338.615 59,73 3. Vitachick 30.000 1,34

(6)

463 4. Tenaga kerja 100.000 4,46 5. Listrik 56.550 2,52 6. Transpot 65.811 2,94 Jumlah 2.240.976 100,00

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2019

Berdasarkan Tabel 4.8 (lampiran 7), menunjukkan bahwa biaya variabel yang dikeluarkan oleh peternak itik pedaging sebesar Rp. 2.240.976. per ekor. Sumbangan terbesar pada biaya variabel yaitu dari biaya pakan sebesar Rp 1.338.615 (59,73%) per 100 ekor. Sedangkan Biaya pembelian bibit hanya sebesar Rp. 650.000 (29,01%). Biaya Total

Biaya total merupakan penjumlahan antara biaya tetap dan biaya variabel. Biaya total yang dikeluarkan oleh peternak itik pedaging di Desa Meddelen Kecamatan Lenteng disajikan pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Biaya Total Usaha Ternak itik Pedaging Di Desa Meddelen Per 100 Ekor

Jenis Biaya Biaya (Rp) Persentase (%) Biaya Tetap 44.200 1,93

Biaya Variabel 2.240.976 98,07

Jumlah 2.285.176 100,00

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2019

Berdasarkan Tabel 4.9, menjelaskan bahwa biaya total yang digunakan dalam usaha ternak itik pedaging sebesar Rp. 2.285.176per 100 ekor. Sumbangan terbesar berasal dari biaya variabel sebesar Rp 2.240.976 (98,07%). Hal ini disebabkan karena harga pakan itik pedaging relatif tinggi,

sehingga menyebabkan tingginya biaya variabel yang dikeluarkan peternak itik pedaging.

Penerimaan Usaha Ternak Itik Pedaging

Penerimaan merupakan hasil kali antara produksi itik pedaging dengan harga. Adapun penerimaan usaha ternak itik pedaging per 100 ekor dapat dilihat pada Tabel 4.10

.

Tabel 4.10. Penerimaan Usaha Ternak

Itik Pedaging Per 100 Ekor Di Desa Meddelen

Uraian Rata-rata Per

Produksi (Rp) Hasil Produksi 100 Harga 38.774,19 Penerimaan 3.877.419

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2019

Berdasarkan Tabel 4.10, menunjukkan bahwa harga itik pedaging sebesar Rp. 38.774,19 per ekor, maka, penerimaan usaha ternak itik pedaging sebesar Rp. 3.877.419 per 100 ekor. Berat per ekor itik rata-rata sebesar 1,5 - 2 kg. Hal ini menyebabkan harga itik pedaging bervariasi tergantung berat itik pedaging (lampiran 8), sehingga harga yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga rata-rata.

Pendapatan Usaha Ternak Itik Pedaging

Pendapatan merupakan hasil selisih antara total penerimaan dan total biaya. Perhitungan pendapatan dimaksud untuk memgetahui besarnya pendapatan yang diterima peternak itik

(7)

464 pedaging per 100 ekor. Adapun Pendapatan yang diterima peternak dalam usaha ternak itik pedaging disajikan pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Pendapatan Usaha Ternak

Itik Pedaging Per 100 Ekor Di Desa Meddelen

Uraian Rata-rata Per Produksi (Rp) Total Penerimaan 3.877.419 Total Biaya 2.284.698 Pendapatan 1.592.722

Sumber: Data Primer yang Diolah, 2019

Tabel 4.11 (lampiran 8), penerimaan usaha ternak itik pedaging sebesar Rp. 3.877.419 dan total biaya sebesar Rp. 2.284.698 per 100 ekor, sehingga pendapatan yang didapat peternak itik pedaging sebesar Rp 1.592.722 per 100 ekor. Hal ini, menunjukkan bahwa usaha ternak itik pedaging di Desa Meddelen Kecamatan Lenteng menguntungkan. Tingkat Risiko Usaha Ternak Itik Pedaging

Risiko merupakan

kemungkinan yang terjadi pada kondisi merugi sebagai akibat yang dapat diketahui kemungkinannya. Pada setiap usaha ternak itik pedaging akan selalu dihadapkan pada risiko dan ketidakpastian. Hal ini sangat penting bagi peternak itik pedaging untuk mengetahui sejauh mana modal yang ditanam akan memberikan pendapatan dan bagaimana risiko yang akan ditanggung peternak dalam

menjalankan usaha ternak itik pedaging Di Desa Meddelen Kecamatan

Lenteng.

Hubungan antara risiko dan pendapatan dapat diukur melalui dengan koefisien variasi (CV) dan batas bawah keuntungan (L). koefisien variasi merupakan perbandingan antara risiko yang harus ditanggung dengan besarnya produksi. Semakin besar nilai koefisien variasi menunjukkan bahwa risiko yang harus ditanggung semakin besar dibandingkan dengan pendapatannya, sedangkan batas bawah keuntungan menunjukkan nilai nominal pendapatan terendah yang mungkin diterima ole peternak (Hermanto, 1993). Untuk mengetahui besarnya risiko dan batas bawah keuntungan usaha ternak itik pedaging dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12. Risiko dan Batas Bawah Keuntungan Pada Usaha Ternak Itik Pedaging Di Desa Meddelen

Uraian Rata-rata Keuntungan (E) Rp. 1.592.722 Simpangan Baku (V) 157.774 Koefisien Varias (CV) 0,10 Batas Bawah Keuntungan (L)

Rp. 1.434.948 Sumber: Data Primer yang Diolah, 2019

Tabel 4.11, menunjukkan bahwa keuntungan rata-rata yang diterima oleh peternak usaha ternak itik pedaging sebesar Rp 1.592.722. Berdasarkan perhitungan tersebut, maka dapat diketahui besarnya simpangan baku usaha ternak itik pedaging yaitu Rp 157.774. Nilai koefisien variasi sebesar 0,10 dan nilai batas bawah keuntungan sebesar Rp. 1.434.948. Secara rinci, perhitungan simpangan baku keuntungan, koefisien variasi dan batas

(8)

465 bawah keuntungan disajikan pada Lampiran 9.

Hasil perhitungan tersebut, menunjukkan nilai koefisien variasi usaha ternak itik pedaging di Desa Meddelen Kecamatan Lenteng yang memiliki nilai koefisien variasi dibawah 0,5 yaitu sebesar 0,20 yang artinya untuk setiap 1 itik pedaging yang diperoleh peternak akan menghasilkan risiko sebesar 0,10 itik pedaging. Nilai batas bawah keuntungan (L) yang diperoleh yaitu sebesar Rp. 1.434.948 Angka tersebut menunjukkan batas minimal keuntungan yang harus dihasilkan peternak itik pedang dimasa datang. Apabila dilihat dari kiteria hubungan antara nilai CV < 0,5 dan L > 0. Hal ini menunjukkan bahwa usaha ternak itik pedaging di Desa Meddelen Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep terhindar dari risiko kerugian.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Usaha ternak itik pedaging di Desa Meddelan Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep memiliki keuntungan rata-rata sebesar Rp 1.592.722 per 100 ekor.

Usaha ternak itik pedaging di Desa Meddelan Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep memiliki tingkat resiko usaha yang rendah karena nilai CV sebesar 0,10 dan L sebesar Rp 1.434.948 artinya nilai L > 0 dan CV < 0,5.

DAFTAR PUSTAKA

Adiwilaga, Anwas. 1974. Ilmu Usaha Tani. Penerbit: Alumni.

Bandung.

Arianti dan Arsyadi Ali. 2009. Performans Itik Pedaging (Lokal X Peking) pada Fase Starter yang Diberi Pakan dengan Persentase Penambahan Jumlah Air yang Berbeda. Jurnal Peternakan. Vol: 6(2). Hal:71-77

Arianti, R. dan S. Suryani. 2013. Studi Kelayakan Pengembangan Peternakan Puyuh diKecamatan Tenayan Raya Pekanbaru Riau. Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi. Vol: 20(1). Hal. 73-92.

Badan Pusat Statistik. 2018. Kabupaten sumenep dalam Angka 2018. Badan Pusat Statistik Jawa Timur.

Boediono. 1990. Ekonomi Moneter. Edisi Ketiga. BPFE-UGM. Yogyakarta.

_________ 2002.Ekonomi Mikro. BPFE-UGM. Yogyakarta. Cahyono, Bambang. 1994. Berternak

Ayam Ras Petelur Dalam Kandang Baterai. CV Aneka Solo. Solo.

_________________ 1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging (Broiler). Penerbit Pustaka Nusatama. Yogyakarta.

Debertin, D.L. 1986. “Agricultural Production Economics”. Macmillan Publishing Company. New York.

Doll, J.P. and F, Orazem. 1984. “Production Economics, Theory With Application”. John Willey and Sons Inc. New York. Firdaus, Ahmad. 2009. Akuntansi

Biaya: Edisi 2. Penerbit: Salemba 4. Jakarta.

(9)

466 Halim, Abdul. 2012.Dasar-Dasar

Akuntansi Biaya Edisi 4. Penerbit: BPFE. Yogyakarta Hariyati, Yuli. 2007. Ekonomi Mikro.

CSS. Jember.

Helmi, rahmi. 2013. Analisis Pendapatan Peternakan Itik Pedaging Di Desa Mattongan-Tongang Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang. Fakultas peternakan. Universitas Hasanuddin Makassar. Makassar.

Heriyatno, 2009. Analisis Pendapatan

dan Faktor Yang

Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah Di Tingkat Peternak (Kasus Anggota Koperasi Serba Usaha “Karya Nugraha” Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat). Skripsi Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Hernanto, F. 1994. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. __________ 1996. Ilmu Usahatani.

Penebar Swadaya. Jakarta. Hirschey, Mark dan Pappas, J.M. 1995.

Ekonomi Manajerial Edisi Keenam Jilid II. Binarupa Akasara. Jakarta

Kartasapoetra, A. G. 1988. Pengantar Ekonomi Produksi Pertanian. Bina Aksara. Jakarta.

Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta. Munawir, S. 2002. Analisis Informasi

Keuangan. Edisi Pertama. Liberty Yogya.Yogyakarta. Nafarin,M. 2007. Penganggaran

Perusahaan. Edisi Ketiga. Salemba Empat. Jakarta.

Prasetyo, L. H, T. Susanti, P. P. Kataren, E. Juwarini dan M.

Purba. 2004. Pembentukan itik lokal petelur MA G3 dan pedaging seleksi dalam galur pada bibit induk alabio dan itik mojosari generasi F3. KumpulanHasil-hasilPenelitianTahunAnggaran 2004. BalaiPenelitianTernakCiawi, Bogor. Hal. 70-82.

Purwanti. 1999. Peternakan Itik Rakyat Dalam Pembangunan Regional Di Karawang. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rasyaf, M.1993. Produksi dan Pemberian Ransum Unggas. Kanisius. Yogyakarta. 2000. Beternak Itik Komersial. Kanisius. Yogyakarta. 2002. Beternak Ayam Pedaging. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 2011. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Edisi Ke-15. Kanisius. Yogyakarta.

Rusfidra. 2006. Pengembangan Ternak Itik.

rusfidra.multiply.com/journ al/item/56 Diakses tanggal 6 Januari 2009 pukul 17.00 WIB. Santoso, Slamet (2013). Stasistika

Ekonomi plus Aplikasi SPSS. Umpo Press. Ponorogo.

Singarimbun, M. dan Efendi. 1995. Metode Penelitian Survey. PT. Pustaka LP3ES. Jakarta

Soeharto, Iman.1997. Manajemen Proyek dari Konseptual Sampai Operasional. Erlangga. Jakarta Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar

Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

__________ 2006. Analisis Usahatani. UI-Press.Jakarta.

(10)

467 Sosroamidjojo, S. dan Soeradji. 1990.

Peternakan Umum. Yasaguna. Jakarta.

Suharno dan Amri. 1995. Beternak Itik Secara Intensif. Penebar Swadaya. Jakarta.

Wibowo, Agung A.. 2009. Analisis Usaha Ternak Itik Di Kabupaten Sukoharjo. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta. Wibowo. 2010. Manajemen Kinerja.

Rajawali Press. Jakarta.

Widjaja, A. 2008. Dasar – Dasar

Customer Relationship

Management(CRM). Harvindo. Jakarta.

Windhyarti, S. S.. 2002. Beternak Itik Tanpa Air. Cetakan Kedua Puluh Dua. Penebar Swadaya.

Referensi

Dokumen terkait

Melalui pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penilaian terhadap aspek isi, penyajian, dan kebahasaan LKS berorientasi pengamatan burung ( birdwatching) yang

4.2.3 Kebutuhan Armada Pengangkut Sampah Perhitungan kebutuhan armada pengangkut sampah dapat dihitung dengan membagi volume timbulan sampah per hari dengan kapasitas

Kombinasi perlakuan yang memberikan pengaruh lebih baik terhadap kualitas tanah dan pertumbuhan bibit kelapa sawit pada media subsoil diperoleh pada dosis guano 1,5 kg

Pada grafik diatas berdasarkan jenis industri yang dilihat dari jumlah karyawan bahwa industri keratif blangkon di Kecamatan Serengan tergolong industri kerajinan dan

Adanya Program Pembaharuan Agraria Nasional (PPAN) ini ternyata membawa dampak perubahan sosial dalam masyarakat di Kecamatan Jasinga, khususnya dalam hal ini Desa Pangradin

Sumbangan tenaga kerja dalam pencapaian tujuan perusahaan tidak akan terlepas dari gaji dan upah yang diberikan kepada karyawan karena seseorang yang bekerja tentu

Oleh karenanya Pendidik (guru dan Orang tua) harus benar-benar memahami apa saja hal-hal yang dapat menghambat pengembangan karakter anak dan apa saja yang dapat membantu

Jika memiliki kartu tampilan yang sesuai dengan DPM VESA atau perangkat lunak yang terinstal pada komputer, monitor secara otomatis mengurangi kosumsi daya saat tidak digunakan1.