• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

PERA TURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-1'+/PB/2010

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DANA MELALUI BANK OPERASIONAL I MITRA KERJA KANTOR PELA YANAN PERBENDAHARAAN NEGARA

DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN, Menimbang

Mengingat

bahwa dalam rangka pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 98/PMK.05/2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Rekening Penge/uaran Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Bersaldo Nihil Dalam Rangka Penerapan Treasury Single Account (TSA) , perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyaluran Dana melalui Bank Operasional I Mitra Kerja Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara;

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2003, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

3. Undang-Undang Nomor15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang .Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4738) ;

5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 116/PMK06/2006 tentang Pemilihan Bank Operasional I Mitra Kerja Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara;

p. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 98/PMK.05/2007 tentang Pelaksanaan Rekening Pengeluaran Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Bersaldo Nihil Da/am Rangka Penerapan Treasury Single Account (TSA);

7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK01/2008 tentang Organisasi dan T ata Kerja Departemen Keuangan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 149/PMK01/2008; 8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK01/2008 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan;

(2)

Menetapkan

9. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-11/PB/2010 tentang Tata Cara Pengelolaan Rekening Pengeluaran Kuasa Bendahara Umum Negara Pusat;

MEMUTUSKAN:

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENY ALURAN DANA MELALUI BANK

OPERASIONAL I MITRA KERJA KANTOR PELA YANAN

PERBENDAHARAAN NEGARA.

BABI

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini yang dimaksud dengan:

1. Kuasa Bendahara Umum Negara Pus at, yang selanjutnya disebut Kuasa BUN Pusat adalah Direktur Jenderal Perbendaharaan atau pejabat lain yang diberi kuasa.

2. Kuasa Bendahara Umum Negara di daerah, yang selanjutnya disebut Kuasa BUN di daerah adalah Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara.

3. Direktorat Pengelolaan Kas Negara adalah unit eselon II pad a Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, verifikasi dan pemberian bimbingan teknis di bidang pengelolaan kas dan program pensiun serta pelaksanaan akuntansi atas transaksi keuangan melalui Direktorat Pengelolaan Kas Negara berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan Direktur Jenderal.

4. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan.

5. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara, yang selanjutnya disingkat KPPN adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang memperoleh kewenangan selaku Kuasa BUN, berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

6. Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara.

7. Rekening Kas Umum Negara, yang selanjutnya disingkat RKUN adalah rekening tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara pad a

bank sentral.

t

(3)

2-8. Rekening Pengeluaran Kuasa Bendahara Umum Negara Pusat, yang selanjutnya disebut RPK-BUN-P adalah rekening yang dibuka oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan selaku Kuasa BUN Pusat atau pejabat yang diberi kuasa di Bank Operasional Pusat.

9. Rekening Pengeluaran Kuasa Bendahara Umum Negara Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara, yang selanjutnya disebut RPKBUN KPPN adalah rekening yang dibuka oleh Kepala KPPN selaku Kuasa BUN di daerah pada Bank Operasionall.

10. Bank Operasional Pusat, yang selanjutnya disebut BO Pusat adalah bank operasional mitra kerja Kuasa BUN Pusat yang merupakan bank pusat dari Bank Operasional I atau kantor cabang yang ditunjuk dan sebagai pemegang RPK-BUN-P.

11. Bank Operasional I, yang selanjutnya disebut BO I adalah bank operasional mitra kerja Kuasa BUN di daerah yang menyalurkan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk pengeluaran non-gaji (termasuk kekurangan gaji dan gaji susulan), Uang Persediaan, dan dana Perhitungan Fihak Ketiga.

12. Surat Perintah Pencairan Dana, yang selanjutnya disebut SP2D, adalah surat perintah yang diterbitkan oleh Kepala KPPN selaku Kuasa BUN di daerah atau pejabat lain yang ditunjuk untuk pelaksanaan pengeluaran atas beban APBN berdasarkan Surat Perintah Membayar.

13. Surat Perintah Transfer, yang selanjutnya disingkat SPT adalah surat perintah yang diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa BUN di daerah untuk pemindahan dana dari BO I ke BO II dan/atau kantor pos dalam rangka penyediaan dana.

14. Rekapitulasi Penarikan Dana adalah dokumen yang dikeluarkan oleh BO Pusat yang merupakan bukti penarikan dana oleh BO I untuk pencairan SP2D non-gaji per KPPN termasuk penarikan dana untuk mengisi Rekening BO II.

15. Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement, yang selanjutnya disebut Sistem BI RTGS adalah sistem transfer dana elektronik antar peserta dalam mata uang Rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi secara individual.

16. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia, yang selanjutnya disingkat SKN BI adalah sistem kliring Bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional.

17. Kliring Lokal adalah kliring antar bank di suatu wilayah kliring yaitu suatu wilayah tertentu yang memungkinkan pelaksanaan kliring dalam jadwal Kliring Lokal yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia.

18. Cash Management System, yang selanjutnya disingkat CMS adalah sistem informasi yang memuat data mutasi dana pada rekening RPK-BUN-P dan rekening RPKBUN KPPN secara online-real time melalui sarana elektronik.

19. Hari ke~a adalah hari sebagaimana tersebut pada penanggalan yang secara resmi dinyatakan sebagai bukan hari libur/yang diliburkan oleh Pemerintah.

(4)

3-20. Keadaan Kahar(force majeure) adalah suatu kejadian yang terjadi di luar kemampuan manusia dan tidak dapat dihindarkan sehingga suatu kegiatan tidak dapat dilaksanakan atau tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Keadaan tersebut seperti: keadaan di luar kendali dan kemampuannya termasuk tapi tidak terbatas pada peraturan, bencana alam, kebakaran, banjir, pemogokan umum, perang (dinyatakan atau tidak dinyatakan), pemberontak~m, revolusi, makar, huru-hara, terorisme,wabah/epidemic dan diketahui secara luas

BAB II

TATA CARA PELAKSANAAN Bagian Kesatu

Prinsip Dasar Pelaksanaan Pasal2

(1) Direktur Jenderal Perbendaharaan menunjuk bank umum yang ditugaskan sebagai Bank Operasional.

(2) Penunjukan Bank Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai tata cara pengadaan barang/jasa pemerintah.

(3) Ketentuan mengenai pelaksanaan pekerjaan jasa pelayanan perbankan sebagai BO I dituangkan dalam kontrak jasa pelayanan perbankan antara Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan direksi bank yang ditunjuk sebagai BO I.

Pasal3

(1) Direktur Jenderal Perbendaharaan selaku Kuasa BUN Pusat membuka RPK-BUN-P di masing-masing BO Pusat.

(2) RPK-BUN-P sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk menampung dana yang akan digunakan oleh KPPN untuk membiayai pengeluaran negara.

(3) KPPN selaku Kuasa BUN di daerah membuka satu rekening pengeluaran dengan nama RPKBUN KPPN pada BO I.

(4) RPK-BUN-P dan RPKBUN KPPN setiap akhir hari kerja harus nihil. Bagian Kedua

Tata Cara Pelaksanaan pada Direktorat Pengelolaan Kas Negara Pasal4

(1) Direktorat Pengelolaan Kas Negara setiap akhir hari kerja menerima permintaan perkiraan kebutuhan dana dari KPPN untuk keperluan pengeluaran hari ke~a berikutnya..

(2) Direktorat Pengelolaan Kas Negara setiap awal hari kerja memindahbukukan/mentransfer dana dari RKUN ke RPK-BUN-P sebesar perkiraan kebutuhan dana dari KPPN.

(3) Pemindahbukuan/transfer sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan pada hari berkenaan dengan tambahan tidak lebih dari 20% (dua puluh per seratus) tidak termasuk dana untuk pembayaran gaji

(5)

(4) Direktorat Pengelolaan Kas Negara memindahbukukan/mentransfer dana tambahan dari RKUN ke RPK-BUN-P berdasarkan surat permintaan tambahan dana dari KPPN.

(5) Pemindahbukuan/transfer dana tambahan sebagaimana dimaksud pad a ayat (4) dengan ketentuan sebagai berikut:

a. pemindahbukuan/transfer dana tambahan dari RKUN ke RPK-BUN-P dalam rangka penyediaan dana tambahan keperluan KPPN pada BO I yang berlokasi di Indonesia Bagian Timur dengan waktu Indonesia Bagian Timur, dilakukan paling lambat Puku113.00 WIB;

b. pemindahbukuan/transfer dana tambahan dari RKUN ke RPK-BUN-P dalam rangka penyediaan dana tambahan keperluan KPPN pada BO I yang berlokasi di Indonesia Bagian T engah dengan waktu Indonesia BagianTengah, dilakukan paling lambat Puku114.00 WIB; c. pemindahbukuan/transfer dana tambahan dari RKUN ke RPK-BUN-P

dalam rangka penyediaan dana tambahan keperluan KPPN pad a BO I yang berlokasi di Indonesia Bagian Barat dengan waktu Indonesia Bagian Barat, dilakukan paling lambat Puku115.00 WIB.

(6) Direktorat Pengelolaan Kas Negara melakukan pembukuan atas pemindahbukuan/transfer dana dari RKUN ke RPK-BUN-P agar berpedoman pad a Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan mengenai tata cara pengelolaan rekening pengeluaran Kuasa BUN Pusat.

Bagian Ketiga

Tata Cara Pelaksanaan pada BO Pusat Pasal5

(1) RPK-BUN-P pad a setiap awal hari kerja menerima pengisian dana dari RKUN.

(2) RPK-BUN-P menerima pengisian tambahan dana dari RKUN dengan ketentuan sebagai berikut:

a. untuk RPK-BUN-P dalam rangka penyediaan dana untuk KPPN pada BO I yang berlokasi di Indonesia Bagian Timur dengan waktu Indonesia Bagian Timur paling lambat Puku113.30 WIB;

b. untuk RPK-BUN-P dalam rangka penyediaan dana untuk KPPN pad a BO I yang berlokasi di Indonesia Bagian Tengah dengan waktu Indonesia Bagian Tengah paling lambat Puku114.30 WIB;

c. untuk RPK-BUN-P dalam rangka penyediaan dana untuk KPPN pada BO I yang berlokasi di Indonesia Bagian Barat dengan waktu Indonesia Bagian Barat paling lambat Puku115.30 WIB.

(3) Pendebetan dana pad a RPK-BUN-P dilakukan oleh BO I guna pencairan SP2D dan SPT.

(4) Saldo RPK-BUN-P pad a akhir hari kerja harus dinihilkan paling cepat Puku116.30 waktu setempat dan paling lambat Puku117.30 WIS.

(5) Penihilan RPK-BUN-P pada akhir tahun anggaran dilakukan sesuai

r

peraturan perundang-undangan.

(6)

-5-(4)

8agian Keempat

Tata Cara Pelaksanaan pada KPPN Pasal6

(1) KPPN setiap hari menyampaikan perkiraan kebutuhan dana untuk hari berikutnya ke Direktorat Pengelolaan Kas Negara paling lambat Pukul 16.00 waktu setempat.

(2) Perkiraan kebutuhan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup kebutuhan dana dalam rangka pencairan SP2D dan SPT termasuk kebutuhan dana untuk pencairan SP2D yang dikembalikan

80 I.

(3) Penyampaian perkiraan kebutuhan dana kepada Direktorat Pengelolaan Kas Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan program aplikasi e-kirana atau sarana tercepat lainnya apabila pengiriman melalui e-kirana tidak dapat dilakukan.

Pasal?

(1) Dalam hal terjadi kekurangan dana, KPPN dapat mengajukan permintaan tambahan kebutuhan dana kepada Direktorat Pengelolaan Kas Negara paling lambat Pukul13.4S waktu setempat.

(2) Penyampaian permintaan tambahan kebutuhan dana kepada Direktorat Pengelolaan Kas Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan program aplikasi e-kirana atau sarana tercepat lainnya apabila pengiriman melalui e-kirana tidak dapat dilakukan.

PasalS

(1) KPPN menerbitkan SP2D Gaji 8ulanan bertanggal1 bulan berikutnya. (2) Dalam hal tanggal 1 adalah hari libur/diliburkan, SP2D Gaji bulan

berkenaan diterbitkan dan diberi tanggal hari kerja berikutnya. Pasal9

(1) KPPN menerbitkan SPT sebesar jumlah SP2D Non-Gaji untuk mengisi dana rekening pengeluaran pada kantor pos, sesuai format sebagaimana yang ditetapkan dalam Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini.

(2) KPPN menerbitkan SPT sebesar jumlah SP2D Gaji untuk mengisi dana rekening pengeluaran pada 80 II dan/atau kantor pos guna pembayaran gaji.

(3) SPT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterbitkan paling cepat 3 (tiga) hari kalender sebelum tanggal pembayaran gaji sesuai format sebagaimana yang ditetapkan dalam Lampiran II Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini.

Dalam hal 3 (tiga) hari kalender sebelum tanggal pembayaran gaji sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah hari libur/diliburkan, penerbitan SPT dilakukan paling cepat pada hari kerja sebelum had·, libur/dilibwkan.

(7)

-6-Pasal 10

(1) KPPN mengirimkan SP2D/SPT kepada BO I secara bertahap mulai Pukul 8.00 sampai dengan Puku115.00 waktu setempat.

(2) KPPN mengirimkan SPT kepada BO I untuk SP2D yang dibayar melalui kantor pos secara bertahap mulai Pukul 08.00 sampai dengan Pukul 14.00 waktu setempat.

(3) KPPN mengirimkan SP2D kepada kantor pos secara bertahap mulai Pukul 08.00 sampai dengan Puku114.00 waktu setempat.

(4) KPPN mengirimkan SP2D Gaji kepada BO II/kantor pos paling lambat 5 (lima) hari kalender sebelum tanggal pembayaran gaji.

(5) Dalam hal terjadi pengembalian SP2D/SPT oleh BO I karena diterima oleh BO I setelah Pukul 15.00 waktu setempat atau karena dananya tidak tersedia atau tidak cukup tersedia pada RPK-BUN-P sampai dengan Pukul 15.30 waktu setempat, KPPN mengirimkan kembali SP2D/SPT dimaksud pada hari kerja berikutnya paling lambat Pukul 08.00 waktu setempat.

Pasal11

KPPN membukukan pad a masing-masing Buku Bank/Kantor Pos atas: a. SP2D yang diterbitkan;

b. Advis kredit penerimaan dana pada RPKBUN KPPN/rekening BO II/rekening pengeluaran pad a kantor pos; dan

c. Advis debet pengisian dana rekening BO Ilirekening pengeluaran pada kantor pos dari RPKBUN KPPN.

Bagian Kelima

T ata Cara Pelaksanaan pad a BO I Pasal 12

(1) BO I menerima SP2D/SPT beserta daftar pengujinya dari KPPN mulai Pukul 08.00 sampai dengan Pukul 15.00 waktu setempat dengan membubuhi stempel waktu pada daftar penguji/pengantar bersangkutan.

(2) Atas dasar SP2D/SPT yang diterima dari KPPN, BO I segera mendebet RPK-BUN-P sebesar jumlah yang tercantum dalam SP2D/SPT berkena:::1n dan mengkreditkan untuk untung RPKBUN KPPN, dan selanjutnya dilakukan pemindahbukuan/transfer kepada yang berhak. (3) Pemindahbukuan/transfer kepada yang berhak sebagaimana dimaksud

pad a ayat (2) dilakukan sesuai dengan tanggal, nomor, nama rekening, nama bank/kantor pos yang ditunjuk, dan jumlah uang yang tercantum dalam SP2D/SPT.

(4) Pemindahbukuan/transfer atas dana SP2D kepada yang berhak sebagaimana dimaksud pad a ayat (2) dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

(8)

-a. SP2D yang diterima oleh BO I sampai dengan Pukul 11.00 waktu setempat, dananya dipindahbukukan/ditransfer melalui BI RTGS/SKN BI ke rekening yang berhak paling lambat 2 (dua) jam sejak SP2D diterima oleh BO I;

b. SP2D yang diterima oleh BO I setelah Pukul 11.00 sampai dengan Pukul 12.00 waktu setempat, dananya dipindahbukukan/ditransfer melalui BI RTGS/SKN 81 ke rekening yang berhak paling lambat 2 (dua) jam sejak SP2D diterima oleh BO I;

c. SP2D yang diterima oleh BO I setelah Pukul 12.00 sampai dengan Pukul 15.00 waktu setempat, dananya dipindahbukukan/ditransfer melalui BI RTGS ke rekening yang berhak paling lambat Pukul 15.30 waktu setempat.

d. Pemindahbukuan/transter sebagaimana dimaksud pada huruf a, hurut b, dan hurut c hanya berlaku untuk SP2D yang disertai lampiran rekening penerima sampai dengan jumlah 100 (seratus) rekening penerima.

(5) Dalam hal SP2D disertai lampiran rekening penerima diatas jumlah 100 (seratus) rekening penerima, pelaksanaan pemindahbukuan/tansfer dilakukan berdasarkan penetapan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

(6) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilakukan dengan memperhatikan prinsip transparansi dan akuntabilitas pengeloJaan keuangan negara.

(7) BO I dapat mengembalikan SP2D/SPT, dalam hal SP2D/SPT berkenaan disampaikan oleh KPPN:

a. setelah Puku115.00 waktu setempat untuk dicairkan pada hari kerja berkenaan;

b. sebelum Puku115.00 waktu setempat untuk dicairkan pada hari kerja berkenaan, apabila sampai dengan Pukul 15.30 waktu setempat pada RPK-BUN-P tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana untuk mencairkan SP2D/SPT dimaksud.

(8) Pengembalian SP2D/SPT ke KPPN sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilakukan oleh BO I menggunakan surat pengantar disertai penjelasan tentang alasan pengembalian, dan tembusannya disampaikan kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan setempat.

(9) BO I membuat advis kredit penerimaan dana atas pendebetan RPK-BUN-P.

(10) BO I memindahbukukan/mentranster sisa dana RPKBUN KPPN pada akhir hari kerja ke RPK-BUN-P paling cepat Pukul 16.30 waktu setempat dan paling lambat Puku117.30 WIB.

(11) Dalam hal terjadi. pengembalian/retur SP2D dari banklkantor pos penerima, BO I wajib mempedomani Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan mengenai pengelolaan rekening pengembalian (retur) SP2D.

(9)

-8-BAB III

IMBALAN JASA PELAYANAN Bagian Kesatu

Tata Cara Pembayaran Imbalan Jasa Pelayanan Pasal 13

(1) BO I dapat diberikan imbalan atas jasa pelayanan perbankan yang diberikannya.

(2) BO I dapat memberikan atau tidak mengajukan permintaan imbalan atas jasa pelayanan perbankan yang diberikan kepada Pemerintah. (3) BO I wajib menyetor ke Kas Negara, atas imbalan jasa pelayanan

perbankan yang diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2). Pasal14

(1) Pembayaran/penyetoran imbalan jasa pelayanan perbankan sebagai BO I sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Pembayaran dilakukan berdasarkan harga satuan sebagaimana ditetapkan dalam kontrak jasa pelayanan perbankan.

b. Harga satuan sebagaimana dimaksud pada huruf a sudah termasuk biaya jasa pelayanan perbankan pada BO Pusal.

c. Jumlah yang dibayarkan/disetorkan adalah sebesar nilai pekerjaan, yaitu harga satuan dikalikan jumlah SP2D dan SPT yang diterbitkan oleh KPPN yang dananya telah dipindahbukukan/ditransfer oleh BO I kepada yang berhak dalam bulan berkenaan.

(2) Pada setiap awal bulan paling lambat pada hari kerja kelima KPPN melaksanakan rekonsiliasi dengan BO I atas jumlah SP2D/SPT yang diterbitkan oleh KPPN dan telah dipindahbukukan/ditransfer dananya oleh BO I untuk bulan sebelumnya.

(3) Hasil rekonsiliasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dituangkan ke dalam Berita Acara Rekonsiliasi (BAR).

(4) BAR sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dibuat dalam rangkap 5 (lima) sesuai format sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran III Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. 2 (dua) lembar untuk penatausahaan BO I, dan selanjutnya 1 (satu) lembar disampaikan ke Kantor Pusat BO I sebagai dasar mengajukan tagihan kepada Pemerintah;

b. 3 (tiga) lembar untuk KPPN, selanjutnya KPPN menyampaikan 1 (satu) lembar ke Direktorat Pengelolaan Kas Negara dan 1 (satu) lembar ke Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan setempal.

(5) Berdasarkan BAR sebagaimana dimaksud pada ayat (3):

a. Dalam hal BO I membayar imbalan jasa pelayanan perbankan sebagai BO I kepada Pemerintah, KPPN memberitahukan BO I

besarnya nilai pekerjaan jasa pelayanan perbankan yang

harusr

disetor untuk bulan berkenaan;

(10)

9-b. Dalam hal BO I diberikan imbalan atas jasa pelayanan perbankan kepada Pemerintah, KPPN melaporkan kepada Direktur Pengelolaan Kas Negara besaran nilai pekerjaan yang berhak diterima BO I untuk bulan berkenaan dengan dilampiri BAR sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b, sesuai format sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini.

(6) Dalam hal BO I diberikan imbalan atas jasa pelayanan perbankan yang diberikan kepada Pemerintah, Kantor Pusat BO I mengajukan surat tagihan kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktur

Pengelolaan Kas Negara.

(7) Surat tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) sekurang-kurangnya memuat:

a. Nama dan nomor rekening penerima;

b. Nama bank dimana penerima membuka rekening; c. Jumlah tagihan; dan

d. Bulan dan tahun tagihan.

(8) Surat tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dan ayat (7) dilengkapi dengan dokumen:

a. Kwitansi dalam rangkap 3 (tiga), asli bermaterai cukup, contoh format kwitansi sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran V

Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini;

b. Daftar Rekapitulasi SP2D/SPT sesuai dengan BAR bulan tertentu, yang dikirim oleh BO I, sesuai contoh format sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran VI Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini;

c. Asli BAR.

Bagian Kedua

Penerbitan SPP, SPM, SP2D Pasal 15

(1) Direktur Pengelolaan Kas Negara menerbitkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) atas tagihan yang diajukan oleh BO I dan Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS) sebagaimana dimaksud dalam Pasal14 ayat (6) sesuai peraturan perundang-undangan.

(2) Kepala KPPN berdasarkan SPM-LS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menerbitkan SP2D sesuai peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketiga T ata Cara Penyetoran

Pasal 16

(1) Paling lambat 5 (lima) hari ke~a setelah diterimanya surat pemberitahuan dari KPPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat

(5) huruf

a,

BO I

wajib menyetor ke Kas Negara jasa pelayanar

perbankan sebagai BO I.

(11)

-10-(2) Penyetoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mengisi Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP), Bagian Anggaran 999.99 Akun 423251 (Pendapatan atas Penerbitan SP2D/SPT Dalam Rangka

Treasury Single Account (TSA».

(3) BO I menyampaikan lembar ke-3 SSBP sebagaimana dimaksud pad a ayat (2) kepada KPPN mitra kerja.

(4) KPPN berdasarkan lembar ke-3 sebagaimana dimaksud pada ayat (3) membuat dan menyampaikan Laporan PNBP Pendapatan atas Penerbitan SP2D/SPT Dalam Rangka TSA kepada Kepala Kant& Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan setiap bulan, paling lambat tanggal 15.

(5) Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), membuat Laporan Rekapitulasi PNBP Pendapatan atas Penerbitan SP2D/SPT Dalam Rangka TSA untuk KPPN-KPPN di wilayah kerjanya.

(6) Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud pad a ayat (5) kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktur Pengelolaan Kas Negara setiap bulan, paling lambat tanggal 20 atau hari kerja berikutnya jika tanggal 20 merupakan hari libur/diliburkan.

BABIV LARANGAN

Pasal 17

(1) KPPN dilarang mengirimkan SP2D dan/atau SPT kepada BO 1 setelah

pukul 15.00 waktu setempat untuk dipindahbukukan/ditransfer ke rekening yang berhak pad a hari kerja berkenaan.

(2) BO I dilarang:

a. membebankan biaya jasa pelayanan perbankan termasuk biaya BI RTGS/SKN BIIKliring Lokal kepada pihak yang tercantum dalam SP2D/SPT.

b. menarik dana/mendebet RPK-BUN-P sebelum diterimanya SP2D/SPT dari KPPN mitra kerja.

c. menariklmendebet RPK-BUN-P lebih besar dari jumlah dana yang tercantum dalam SP2D/SPT.

d. melakukan tindakan baik langsung maupun tidak langsung yang dapat mengakibatkan kE?terlambatan pemindahbukuan/transfer ke rekening yang berhak.·

(12)

-BABV LAPORAN Bagian Kesatu Laporan pada BO Pusat

Pasal 18

(1) BO Pusat wajib membuat dan menyampaikan laporan harian kepada Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat Pengelolaan Kas Negara.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) terdiri dari copyrekening koran harian, advis kredit pengisian dana, dan advis debet penihilan saldo RPK-BUN-P, serta Rekapitulasi Penarikan Dana per KPPN yang telah dilegalisasi.

(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dikirim dengan ketentuan sebagai berikut:

a. setiap akhir hari kerja dikirim melalui faksimile dan/atau e-mail;

b. paling lambat Pukul 09.00 WIB hari kerja berikutnya hard copy

laporan berkenaan harus sudah diterima Direktorat Pengelolaan Kas Negara.

(4) Dalam hal BO Pusat tidak berkedudukan di Jakarta, laporan sebagaimana dimaksud pad a ayat (3) huruf b harus sudah diterima Direktorat Pengelolaan Kas Negara paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah tanggal laporan/transaksi.

BagianKedua Laporan pad a BO 1

Pasal 19

(1) BO I wajib menyampaikan laporan kepada KPPN mitra ke~a. (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:

a. Laporan harian yaitu rekening koran harian, nota kredit penerimaan dana di rekening BO 1dan Daftar Rekapitulasi Nota Debet;

b. Laporan Bulanan, berupa bank statementlrekenig koran bulanan; dan c. Daftar Laporan Transfer SP2D/SPT ke rekening yang berhak dengan

bukti BI RTGS/SKN BI.

(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf c harus sudah diterima KPPN mitra kerja paling lambat Pukul 09.00 waktu setempat hari kerja berikutnya.

(4) Laporan sebagaimana dimaksud pad a ayat (2) huruf b harus sudah diterima KPPN mitra kerja pada bulan berikutnya paling lambat tanggal 5 (lima) atau hari kerja berikutnya apabila tanggal 5 merupakan hari

libur/diliburkan. (

(13)

12-Bag ian' Ketiga

Laporan pad a Direktorat Pengelolaan Kas Negara Pasal 20

(1) Direktorat Pengelolaan Kas Negara membuat laporan atas terjadinya pengeluaran dana dari RKUN ke RPK-BUN-P dan dari RPK-BUN-P ke RPKBUN KPPN.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada pad a ayat (1) dibuat sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah.

(3) Direktorat Pengelolaan Kas Negara melakukan rekonsiliasi data atas kiriman dana RPK-BUN-P ke RPKBUN KPPN dengan penerimaan dana RPKBUN KPPN dari RPK-BUN-P.

Bagian Keempat Laporan pada KPPN

Pasal21

(1) KPPN membuat laporan atas terjadinya penerimaan dana dari RPK-BUN-P ke RPKBUN KPPN dan pengeluaran dari RPKBUN KPPN ke rekening pihak ketiga.

(2) Laporan pada ayat (1) dibuat sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah.

(3) KPPN meJakukan rekonsiliasi data atas penerimaan dana RPKBUN KPPN dengan kiriman dana dari RPK-BUN-P.

BABVI

GANGGUAN JARINGAN Bagian Kesatu

Gangguan Jaringan Sistem BI RTGS Pasal22

(1) BO I wajib memberitahukan secara tertulis kepada KPPN apabila terjadi gangguan pada jaringan sistem BI RTGS disertai penjelasan penyebab terjadinya gangguan.

(2) Dalam hal terjadi gangguan jaringan sistem BJ RTGS, BO I wajib: a. melakukan pemindahbukuan/transfer melalui SKN Bl/Kliring Lokall

BO Pusat pada hari kerja bersangkutan paling lambat Pukul 16.30 waktu setempat.

b. memindahbukukan/mentransfer saldo RPKBUN KPPN paling cepat Pukul 16.30 waktu setempat dan paling lambat Pukul 17.30 waktu

setempat. '

Pasal23

(1) Berdasarkan laporan BO I sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1), KPPN meminta konfirmasi kepada Bank Indonesia.

(2) Dalam hal konfirmasi Bank Indonesia bahwa tidak terjadi gangguan

sistem jaringan sebagaimana dilaporkan 80 I, KPPN wajib:

r

-

(14)

13-a. memberikan peringatan pertama dan/atau sanksi denda kepada BO I;

b. meminta BO I untuk membuat pernyataan untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut;

c. menyampaikan tembusan surat sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

(3) Dalam hal BO I melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya, KPPN melaporkan hal tersebut kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan mengenakan sanksi denda kepada BO I.

(4) Berdasarkan laporan KPPN sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan memberikan peringatan kedua kepada BO I dan melaporkan pemberian peringatan tersebut kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan.

(5) Berdasarkan laporan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Direktur Pengelolaan Kas Negara atas nama Direktur Jenderal Perbendaharaan memberikan peringatan ketiga kepada BO I dengan tembusan kepada direksi BO I.

(6) Apabila dalam waktu 5 (lima) hari kerja sejak diterbitkannya peringatan ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (5) BO I tidak memberikan tanggapan yang memadai, Direktur Jenderal Perbendaharaan dapat melakukan pemutusan kontrak jasa layanan perbankan secara sepihak untuk BO I berkenaan.

Bagian Kedua

Gangguan Jaringan Sistem BI RTGS BO Pusat Pasal24

(1) Dalam hal terjadi gangguan jaringan sistem BI RTGS, BO Pusat wajib menyampaikan laporan kepada Direktur Pengelolaan Kas Negara. (2) Berdasarkan laporan BO Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Direktorat Pengelolaan Kas Negara meminta konfirmasi kepada Bank Indonesia.

(3) Dalam hal konfirmasi Bank Indonesia bahwa tidak terjadi gangguan jaringan sebagaimana dilaporkan BO Pusat. Direktur Pengelolaan Kas

Negara wajib:

a. memberikan peringatan pertama dan/atau sanksi denda kepada BO Pusat;

b. meminta BO Pusat untuk membuat pernyataan untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut;

c. menyampaikan tembusan surat sebagaimana dimaksud pada huruf a. dan huruf b. kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan.

(4) Dalam hal BO Pusat melakukan kesaJahan yang sama untuk kedua kalinya, Direktur Pengelolaan Kas Negara melaporkan hal tersebut kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan dan mengenakan sanksi

(15)

(5) Berdasarkan laporan Direktur Pengelolaan Kas Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Direktur Jenderal Perbendaharaan memberikan peringatan kedua kepada BO Pusat dengan tembusan kepada direksi BO Pusal.

(6) Apabila dalam waktu 5 (lima) hari kerja sejak diterbitkannya Peringatan Kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (5) BO Pusat tidak memberikan tanggapan yang memadai, Direktur Jenderal Perbendaharaan dapat melakukan pemutusan kontrak jasa layanan perbankan secara sepihak kepada BO Pusat berkenaan.

Bagian Ketiga

Gangguan Jaringan Sistem Kerja Internal BO I Pasal25

(1) Dalam hal terjadi gangguan jaringan sistem kerja internal BO I, maka BO I wajib:

a. menyampaikan laporan kepada KPPN disertai penjelasan mengenai penyebab terjadinya gangguan;

b. menerima SP2D/SPT yang disampaikan oleh KPPN paling lambat Puku115.00 waktu setempat.

c. melakukan pemindahbukuan/transfer dana SP2D/SPT kepada yang berhak pada hari kerja berkenaan melalui BO Pusat atau kantor cabang yang ditunjuk oleh BO Pusal.

d. memindahbukukan/mentransfer saldo pada RPKBUN KPPN ke RPK-BUN-P paling cepat Pukul 16.30 waktu setempat dan paling lambat Pukul17 .30 waktu setempal.

(2) Berdasarkan laporan gangguan jaringan sistem kerja internal BO I sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, KPPN melaporkan kepada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan melakukan penelitian. penelusuran, dan evaluasi serta memberitahukan hasilnya kepada KPPN.

(4) Dalam melakukan penelitian, penelusuran. dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan dapat meminta bantuan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

(5) Dalam hal hasil penelitian, penelusuran, dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditemukan bahwa laporan BO I tersebut tidak benar, maka KPPN:

a. memberikan peringatan pertamadan/atau sanksi denda kepada BO

I',

b. meminta BO I untuk membuat pernyataan tidak mengulangi kesalahan yang sama, dan tembusannya disampaikan kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan;

c. melaporkan tindakan sebagaimana dimaksud pada huruf a. dan huruf b. kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal

Perbendaharaan..

t

(6) Dalam hal BO I menyampaikan laporan yang tidak benar untuk kedua _kalinya, KPPN wajib:

(16)

-15-a. melaporkan hal tersebut kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan;

b. mengenakan sanksi denda kepada 80 I.

(7) 8erdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) hurut a, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan memberikan peringatan kedua kepada 80 I dan melaporkannya kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan.

(8) 8erdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (7), Direktur Pengelolaan Kas Negara atas nama Direktur Jenderal Perbendaharaan memberikan peringatan ketiga kepada 80 I.

(9) Apabila dalam waktu 5 (lima) hari ke~a sejak diterbitkan peringatan ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (8) 80 I tidak memberikan tanggapan yang memadai, Direktur Jenderal Perbendaharaan dapat melakukan pemutusan kontrak jasa layanan perbankan secara sepihak kepada 80 I berkenaan.

8agian Keempat

Gangguan Jaringan Sistem Kerja Internal 80 Pusat Pasal26

(1) Dalam hal terjadi gangguan jaringan sistem kerja internal pada 80 Pusat, maka 80 Pusat wajib:

a. Memberitahukan secara tertulis terjadinya gangguan kepada Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat Pengelolaan Kas Negara disertai penjeJasan mengenai penyebab terjadinya gangguan.

b. Memindahbukukan/mentranster saldo RPK-8UN-P ke RKUN paling cepat Pukul 16.30 waktu setempat dan paling lambat Pukul 17.30 waktu setempat.

(2) Direktorat Pengelolaan Kas Negara, berdasarkan pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), melakukan penelitian, penelusuran, dan evaluasi.

(3) Dalam melaksanakan penelitian, penelusuran, dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Direktorat Pengelolaan Kas Negara dapat mengikutsertakan Inspektorat Jenderal Departemen Keuangan atau 8PKP.

(4) Dalam hal hasil penelitian, penelusuran, dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menyatakan bahwa laporan 80 Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak benar, Direktur Pengelolaan Kas Negara menetapkan peringatan pertama dan/atau

sanksi denda kepada 80 Pusat.

(5) Tembusan surat peringatan dan pengenaan sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan.

(6) Dalam hal 80 Pusat melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya, Direktur'Pengelolaan Kas Negara:

a. mel.aporkankepada Direktur Jenderal Perbendaharaan; b. mengenakan sanksi denda kepada 80 Pusat.

(17)

-16-(7) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (6), Direktur Jenderal Perbendaharaan memberikan peringatan kedua kepada BO Pusat.

(8) Apabila dalam waktu 5 (lima) hari kerja sejak diterbitkannya peringatan kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (7) BO Pusat tidak memberikan tanggapan yang memadai, Direktur Jenderal Perbendaharaan dapat melakukan pemutusan kontrak jasa layanan perbankan kepada BO Pusat berkenaan dan pada sa at yang sarna direksi BO Pusat wajib mengganti dengan Kantor PusaUBank Cabang lainnya untuk berfungsi sebagai BO Pusat.

BAB VII SURAT PERINGATAN

Bagian Kesatu

Surat Peringatan kepada BO Pusat Pasal27

(1) Direktur Pengelolaan Kas Negara menyampaikan surat peringatan kepada pimpinan BO Pusat, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Surat Peringatan Pertama dalam hal tidaklterlambat menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3) dan ayat (4);

b. Surat Peringatan Kedua, apabila Surat Peringatan Pertama sebagaimana dimaksud pada huruf a dalam waktu 5 (lima) hari kerja tidak mendapatkan tanggapan atau tanggapan dari BO Pusat tidak menyelesaikan permasalahan.

(2) Direktur Pengelolaan Kas Negara melaporkan kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan apabila dalam waktu 5 (lima) hari ke~a BO Pusat tidak memberikan tanggapan atau tanggapan yang diberikan tidak menyelesaikan permasalahan.

(3) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Direktur Jenderal Perbendaharaan memberikan Surat Peringatan Ketiga kepada pimpinan BO Pusat.

(4) Dalam hal pimpinan BO Pusat tidak memberikan tanggapan atau memberikan tanggapan tapi tidak menyelesaikan permasalahan dalam waktu 5 (lima) hari ke~a sejak diterbitkannya Surat Peringatan Ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Direktur Jenderal Perbendaharaan memberitahukan kepada pimpinan BO Pusat untuk mengganti BO Pusat bersangkutan dengan BO Pusat lainnya

(5) Pimpinan BO Pusat wajib mengganti BO Pusat yang lama dengan BO Pusat yang baru dalam waktu 5 (lima) hari kerja sejak surat pemberitahuan untuk mengganti BO Pusat yang lama diterima dari Direktur Jenderal Perbendaharaan.

(18)

-17-Bagian Kedua

Surat Peringatan kepada BO I Pasal28

(1) Kepala KPPN menyampaikan Surat Peringatan Pertama kepada BO I dalam hal:

a. Tidak/terlambat memberitahukan adanya penolakan/pengembalian SP2D/SPT dari BO J sebagaimana dimaksud daJam Pasal 12 ayat

(7);

b. Terlambat menyampaikan Japoran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19;

c. Melakukan hal-har yang dilarang sebagaimana dimaksud dalam Pasal17 ayat (2);

d. Tidak membayar imbalan jasa pelayanan perbankan sebagai BO I sesuai jumlah dan waktu yang ditetapkan oleh KPPN;

e. Tidak membayar sanksi denda sesuai jumlah dan waktu yang ditetapkan;

f. Tidak melaporkan terjadinya gangguan sebagaimana dimaksud dalam Pasal22 ayat (1);

g. Tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan.

(2) Kepala KPPN menyampaikan laporan kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan apabila dalam waktu 5 (lima) hari kerja sejak diterbitkannya Surat Peringatan Pertama sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) BO I tidak menyampaikan tanggapan atau tanggapan yang disampaikan tidak menyelesaikan permasalahan. (3) Laporan sebagaimana dimaksud pad a ayat (2) disertai dengan alasan

atau pertimbangan perlunya diterbitkan Surat Peringatan Kedua. Pasal29

(1) Berdasarkan laporan KPPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan menerbitkan Surat Peringatan Kedua dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan dan pimpinan BO I terkait.

(2) Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan melaporkan kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan apabila dalam waktu 5 (lima) hari kerja sejak diterbitkannya Surat Peringatan Kedua sebagaimana dimaksud pad a ayat (1), BO I tidak memberikan tanggapan/memberikan tanggapan tetapi tidak menyelesaikan masalah.

(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disertai dengan alasan atau pertimbangan perlunya diterbitkan Surat Peringatan Ketiga.

Pasal30 (1)

(2)

Direktur Jenderal Perbendaharaan, berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2), menerbitkan Surat Peringatan Ketiga kepada pimpinan BO I.

Pimpinan BO I wajib melaksanakan surat peringatan tersebut pada

t

ayat (1) dalam waktu 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya Surat Peringatan.

(19)

18-(3) Apabila dalam waktu sebagaimana ditentukan pada ayat (2) pimpinan BO I tidak melaksanakan/menindaklanjuti/tidak memberikan tanggapan/memberikan tanggapan tetapi tidak memadai, Direktur Jenderal Perbendaharaan secara sepihak dapat memutuskan kontrak layanan jasa perbankan dengan BO I bersangkutan.

(4) Sebelum pemutusan kontrak layanan jasa perbankan ditetapkan masa transisi.

Pasal31

(1) Dalam hal pemutusan kontrak jasa layanan perbankan dilakukan terhadap BO I, selama masa transisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (4) dilakukan pemilihan BO I pengganti sesuai peraturan perundang-undangan dengan memperhatikan unsur waktu yang terbatas.

(2) Pemutusan kontrak layanan jasa perbankan dilakukan setelah BO I baru ditunjuk sesuai peraturan perundang-undangan.

BAB VIII SANKSIDENDA

Bagian Kesatu

Sanksi Denda Kepada BO Pusat Pasal32

(1) Direktur Pengelolaan Kas Negara menetapkan sanksi denda kepada pimpinan BO Pusat dalam hal:

a. BO Pusat tidak/kurang/terlambat menihilkan RPK-BUN-P.

b. menihilkan RPK-BUN-P tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 5 ayat (4).

(2) Besarnya sanksi denda sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) ditetapkan sebesar 3% (tiga per seratus) per bulan dihitung per hari termasuk hari libur/diliburkan dari/sejak saldo RPK-BUN-P yang tidak/kurang/ terlambat dinihilkan.

(3) BO Pusat wajib menyetor ke Kas Negara sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak ditetapkan oleh Direktur Pengelolaan Kas Negara.

(4) Direktur Pengelolaan Kas Negara menyampaikan Surat Peringatan Pertama kepada BO Pusat apabiJa daJam waktu 5 (lima) hari kerja BO Pusat tidak melaksanakan kewajibannya untuk menyetor sanksi denda sebagaimana dimaksud pad a ayat (2) dan ayat (3) ke Kas Negara, dan melaporkannya kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan.

(5) Direktur Jenderal Perbendaharaan menyampaikan Surat Peringatan Kedua kepada pimpinan BO Pusat apabila dalam waktu 5 (lima) hari kerja' sejak diterbitkan Surat Peringatan Pertama, BO Pusat tidak menyetor sanksi denda sebagaimana dimak~ud pad a ayat (2) dan

. ayat (3) ke Kas Negara ...

r

(20)

19-(6) Dalam hal BO Pusat tidak menyetor sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dalam waktu 5 (lima) hari kerja sejak diterbitkan Surat Peringatan Kedua, Direktur JenderaJ Perbendaharaan berdasarkan kuasa dengan hak substitusi direksi BO Pusat sebagaimana dituangkan dalam perjanjian, berhak mendebet rekening BO Pusat pad a Bank Indonesia.

(7) Pendebetan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilakukan oJeh Bank Indonesia berdasarkan Surat Kuasa Direktur Jenderal Perbendaharaan.

Bagian Kedua

Sanksi Denda Kepada BO I PasaJ33

(1) Kepala KPPN menetapkan sanksi denda kepada BO Jmitra kerja atas: a. Keterlambatan penihilan saldo pada rekening BO I sebagaimana

dimaksud daJam Pasal 12 ayat (10);

b. Keterlambatan dalam melakukan pemindahbukuan/transfer ke rekening yang tercantum dalam SP2D atau SPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal12 ayat (2), ayat (4) dan ayat (5);

c. Kekurangan pemindahbukuan/transfer ke rekening yang berhak sebagaimana dimaksud pada Pasal12 ayat (3);

d. Pendebetan RPK-BUN-P sebeJum menerima SP2D/SPT dari KPPN mitra kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf b.;

e. Penarikan dana dari RPK-BUN-P lebih besar dari jumlah dana yang tercantum dalam SP2D/SPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf c; atau

f. Pembebanan biaya kepada pihak yang tercantum dalam SP2D/SPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf

a.

(2) Besaran sanksi denda sebagaimana dimaksud pad a ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c masing-masing ditetapkan sebesar 3% (tiga per seratus) per bulan dari jumlah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c dihitung per hari termasuk hari libur/diliburkan.

(3) Besaran sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d ditetapkan sebesar 3% (tiga per seratus) dari jumJah yang di debet dari RPK-BUN-P sebelum menerima SP2D/SPT dari KPPN mitra kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d.

(4) Besaran sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e ditetapkan sebesar 3% (tiga per seratus) dari selisih lebih antara jumlah dana yang didebet dari RPK-BUN-P dengan nilai total

SP2D/SPT yang disampaikan oleh KPPN mitra kerja.

(5) Besaran sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f ditetapkan sebesar 300% (tiga ratus per seratus) dari jumlah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f ..

(6) Tembusan penetapan sanksi denda sebagaimana dimaksud pad a ayat(1), disampaikan kepada:

l.

~

(21)

20-(9) (8)

a. Direktur Jenderal Perbendaharaan;

b. Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan; dan c. Pimpinan Pusat Bank Operasional.

(7) BO I wajib menyetor sanksi denda sebagaimana dimaksud pad a ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) ke Kas Negara dalam waktu 5 (lima) hari kerja sejak sanksi denda ditetapkan.

(8) Penyetoran sanksi denda ke Kas Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilakukan dengan menggunakan SSBP Bagian Anggaran 999.99 Akun 423756 (Pendapatan Denda Pelaksanaan Rekening Pengeluaran KPPN Bersaldo Nihil Dalam Rangka Pelaksanaan TSA).

BABIX

KEBERATAN AT AS SANKSI DENDA Pasal34

(1) BO PusatlBO I dapat mengajukan keberatan atas sanksi denda yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan/Kepala KPPN. (2) Pengajuan keberatan atas sanksi denda tidak membebaskan

kewajiban BO PusatlBO I untuk membayar sanksi denda yang ditetapkan.

(3) Pimpinan BO Pusat dapat mengajukan keberatan atas sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Direktur Pengelolaan Kas Negara.

(4) Dalam hal keberatan atas sanksi denda sebagaimana dimaksud pad a ayat (3) ditolak oleh Direktur Pengelolaan Kas Negara, pimpinan BO Pusat dapat mengajukan keberatan kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan.

(5) Pengajuan keberatan atas sanksi denda kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat dilakukan oleh BO Pusat dengan terlebih dahulu membayar sanksi denda yang ditetapkan oleh Direktur Pengelolaan Kas Negara dan melampirkan bukti setor atas sanksi denda yang telah dibayar pada surat permohonan keberatan yang diajukan.

(6) Pimpinan BO I dapat mengajukan keberatan atas sanksi denda yang ditetapkan oleh KPPN.

(7) Dalam hal keberatan atas sanksi denda sebagaimana dimaksud pada ayat (6) ditolak oleh Kepala KPPN, pimpinan BO I dapat mengajukan keberatan kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan wajib mengambil langkah-Iangkah at as keberatan yang diajukan oleh BO I sebagaimana dimaksud pada ayat (7).

Dalam hal Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan menolak keberatan yang diajukan oleh BO I, BO I dapat mengajukan keberatan kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan.

(22)

-(10) Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (9) dapat dilakukan setelah BO I membayar terlebih dahulu sanksi denda yang ditetapkan oleh KPPN, dan melampirkan bukti setoran tersebut pada surat permohonan keberatan yang diajukan.

(11) Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan atas keberatan yang diajukan sebagaimana dimaksud pada ayat (9) bersifat final.

(12) Dalam hal BO PusaUBO I telah membayar sanksi denda dan permohonan keberatannya diterima/disetujui oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan, maka BO PusaUBO J dapat mengajukan permintaan

pengembalian pembayaran denda sesuai peraturan perundang-undangan.

BABX

CASH MANAGEMENT SYSTEM

Pasal35

(1) BO PusaUBO J wajib memberikan informasi mengenai semua data

transaksi pad a RPK-BUN-P dan RPKBUN KPPN secara real time

kepada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan KPPN melalui fasilitas CMS.

(2) BO PusaUBO J wajib menyediakan fasilitas CMS kepada Kantor Pusat

Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan KPPN.

(3) Tata cara pemberian informasi dan penyediaan fasilitas CMS

dituangkan dalam surat perjanjian. BABXI

KEADAAN KAHAR (FORCE MAJEUR) Pasal36

(1) Dalam hal terjadi keadaan kahar (force majeure) yang disebabkan baik langsung maupun tidak langsung, BO Pusat, BO I, Direktorat Pengelolaan Kas Negara, dan/atau KPPN dapat dibebaskan dari tanggung jawab atas keterlambatan atau kegagalan dalam melaksanakan ketentuan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini.

(2) Keadaan kahar (force majeure) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diberitahukan oleh pihak yang mengalami keadaan tersebut secara tertulis kepada pihak terkait dalam waktu paling lambat 14 (em pat belas) hari kalender setelah terjadinya keadaan kahar (force

majeure).

(3) Hal-hal lain yang disebabkan oleh perbuatan atau kelalaian, tidak dapat digolongkan sebagai keadaan kahar force majeure.

(4) BO Pusat dan/atau BO J dapat dibebaskan dari sanksi denda apabila

dapat menyampaikan bukti dari pihak yang berwenang bahwa telah te~adi keadaan kahar force majeure.

(23)

22-BAB XII

KETENTUAN PENUTUP Pasal37

(1) Pelaksanaan pengeluaran negara pada akhir tahun anggaran dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan.

(2) Semua ketentuan dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-59/PB/2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Rekening Pengeluaran Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Bersaldo Nihil dalam Rangka Penerapan Treasury Single Account (TSA) sepanjang telah diatur di dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini dinyatakan tidak berlaku.

Pasal38

Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 11 Mei 2010

IR.EKTUR

JENDERAL,t

~4-~~~-'~

/

•....~

(24)

23-LAMPIRAN I

PERATURAN DIREiKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN

NOMOR PER- 1~ IPB/2010 TENTANG PETUNJUK

PELAKSANAAN PENYALURAN DANA MELALUI BANK

OPERASIONAL I MITRA KERJA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA

KOP SURAT

Namar Sifat Lampiran Hal

S-

./

.

Segera

Perintah transfer dana ke rekening Pengeluaran di Kantor Pos

tanggal, bulan, tahun

Yth. Pemimpin Bank .

Cabang .

selaku BO I mitra kerja KPPN .

Menunjuk Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER- /PB/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyaluran Dana Melalui Bank Operasional I Mitra Kerja

Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Pasal ... ayat ...• dengan ini diminta bantuan Saudara kiranya dapat mentransfer dana untuk mengisi rekening pengeluaran di Kantor Pos ... mitra kerja KPPN ...• sebagai berikut:

Nama Bank *) Nomor Rekening Jumlah Uang

... I I Rp .

(. dengan huruf )

Demikian kami sampaikan untuk dapat ditindaklanjuti sebagaimana mestinya. Atas kerjasamanya yang baik, kami ucapkan terima kasih.

Kepala Kantor,

NIP .

T embusan:

Kepala SentraJ Giro/Kantor Pas

*) Bank Umum yang ditunjuk aleh Sentral Giro/Kantor Pos

DERAL,

r

(25)

24-LAMPI RAN II

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN

NOMOR PER-

14

IPB/2010 TENTANG PETUNJUK

PELAKSANAAN f'ENYALURAN DANA MELALUI BANK

OPERASIONAL I MITRA KERJA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA

KOP SURAT

Nomor Sifat Lampiran Hal S- ./ . Segera

Perintah transfer dana ke BO II

tanggal, bulan, tahun

Yth. Pemimpin Bank .

Cabang .

selaku BO I mitra kerja KPPN .

Menunjuk Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER- IPB/2010

tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyaluran Dana Melalui Bank Operasional I Mitra Kerja Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Pasal ... ayat .... , dengan ini diminta bantuan Saudara untuk dapat mentransfer dana pembayaran gaji bulan ke Rekening Bank Operasionalll Mitra Kerja KPPN sebagai berikut:

Nama Bank Nomor Rekening Jumlah Uang

Mandiri Caban~ . BRI Caban dst. Jumlah ... den R,.. . R I R,.. . an huruf '" .

Demikian kami sampaikan untuk dapat ditindaklanjuti sebagaimana mestinya. Atas kerjasamanya yang baik, kami ucapkan terima kasih.

Kepala Kantor,

NIP .

(26)

25-LAMPIRAN III

PERATURAN DIREKT,~R JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 1"t IPB/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DANA MELALUI BANK OPERASIONAL I MITRA KERJA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA

BERITA ACARA REKONSILIASI IMBALAN JASA PELA YANAN PERBANKAN

BANK OPERASIONAL I

Nomor:

ill

.

... ..(2) .

.'.

1. Pada hari ini (3) tanggal .... (4) .... di. .. (5) ... telah dilaksanakan rekensiliasi antara Kepala KPPN (6) dengan Pimpinan Cabang BanklKepala SG/SGGI SGGK ... (7) ... mengenai jumlah transaksi SP2D/SPT yang telah disalurkan ke pihak yang berhak untuk bulan .... (8) ... .tahun .... (9).

2. Adapun hasil rekensiliasi adalah sebagai berikut

Sebelum Rekonsiliasi Catatanl Perbaikan

No Total Menurut Bank! Pos (10) Menurut KPPN (11 ) SanklPos (12) KPPN (13) Hasil Rekonsiliasi Menurut Menurut Bankl Pes KPPN ~ (15)

3. Dokumen sumber hasil rekonsiliasi telah dicocokkan satu sama lain' dan dipegang oleh masing-masing pihak.

4. Demikian Berita Acara Rekonsiliasi ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

(16) . Telah diperiksa dan

disetujui:

Pimpinan Cabang Bank! Kepala SG/SGG/SGGK . (17) ... (19) n •••••••

-

26-Kepala KPPN ... (18) ... (20) .

(

(27)

PETUNJUK PENGISIAN BERITA ACARA REKONSILIASI IMBALAN JASA PELA YANAN PERBANKAN

BANK OPERASIONAL I

Nomor Uraian

(1)

Oiisi nomor Berita Acara Rekonsiliasi oleh KPPN (2)

Diisi nom or Berita Acara Rekonsiliasi oleh BO I (3)

Diisi nama hari Berita Acara Rekonsiliasi dibuat (4)

Diisi nama tanggal Berita Acara Rekonsiliasi dibuat (5)

Diisi nama tempat Berita Acara Rekonsiliasi dibuat (6)

Diisi nama KPPN (7)

Diisi nama Cabang Bank/Pos mitra kerja KPPN (8)

Diisi bulan pelaksanaan penyaluran dana SP2D/SPT yang direkonsiliasi (9)

Diisi tahun pelaksanaan penyaluran dana SP2D/SPT yang direkonsiliasi (10)

Diisi jumlah transaksi menurut Bank/Pos sebelum rekonsiliasi (11)

Diisi jumlah transaksi menurut KPPN sebelum rekonsiliasi (12)

Diisi perbaikan dan/atau catatan atas perbaikan tersebut menurut Bank/Pos (13)

Diisi perbaikan dan/atau catatan atas perbaikan tersebut menurut KPPN (14)

Diisi jumlah transaksi hasil rekonsiliasi (jumlah menurut KPPN harus sama dengan menu rut Bank/Pos)

(15)

Diisi jumlah nominal rupiah imbalan jasa pelayanan kepada Bank/Pos (dalam Rp) (16)

Diisi tempat, tanggal dan tahun Berita Acara Rekonsiliasi dibuat (17)

Diisi nama Cabang Bank/Pos mitra kerja KPPN (18)

Diisi nama KPPN (19)

Diisi nama dan NIP Pimpinan Cabang Bank/ Kepala SG/SGG/SGGK

(20)

Diisi nama dan NIP Kepala KPPN

(28)

27-LAMPI RAN IV

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN

NOMOR PER- 14 IPB/2010 TENTANG PETUNJUK

,PELAKSANAAN PENYALURAN DANA MELALUI BANK

OPERASIONAL I MITRA KERJA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA KOP SURA T Nomor Lampiran Hal

S-

./

.

Laporan jumlah transaksi SP2D/SPT

BO I .

tanggal, bulan, tahun

Yth. Direktur Jenderal Perbendaharaan u.p. Direktur Pengelolaan Kas negara Jakarta

Menunjuk Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER- IPB/2010

tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyaluran Dana Melalui Bank Operasional I Mitra Kerja Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Pasal ayat (..), dengan ini diberitahukan jumlah SP2D/SPT yang telah dicairkan untuk bulan sejumlah SP2D/SPT, dengan rincian sebagai berikut:

a. SP2D b. SPT

c. Harga satuan (sesuai kontrak)

Jumlah (a+b) xc RpRp .::::

Demikian kami sampaikan untuk dapat ditindaklanjuti sebagaimana mestinya. Atas kerjasamanya yang baik, kami ucapkan terima kasih.

Kepala Kantor,

NIP .

Tembusan:

Pemimpin Cabang Bank (selaku BO I mitra kerja KPPN )

(29)

28-Sudah terima dari Jumlah Uang

Terbilang dengan huruf Untuk pembayaran

LAMPIRAN V

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN

NOMOR PER- IPB/2010 TENTANG PETUNJUK

PELAKSANAAN PENYALURAN DANA MELALUI BANK

OPERASIONAL I MITRA KERJA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA

Nomor: (1) . KWITANSII BUKTI PEMBAYARAN

Direktorat Pengelolaan Kas Negara selaku Kuasa Bendahara Umum Negara

(2) .

(3) .

Imbalan jasa pelayanan perbankan untuk bulan (4) .

Menyetujui:

Kuasa Pengguna Anggaranl Penanggung Jawab Kegiatanl Pembuat Komitmen (9) Nama Jelas

-

29-(5) , tanggal .(6) . (7) . (8) Nama Jelas /

r

(30)

PETUNJUK PENGISIAN

KWITANSII BUKTI PEMBAYARAN

Nomor Uraian

(1)

Diisi nom or kwitansi atas bukti pembayaran (2)

Diisi jumlah atau nilai uang dengan angka (3)

Diisi jumlah atau nilai uang dengan huruf (4)

Diisi bulan penerbitan SP2D (5)

Diisi tempat kwitansi dibuat dan ditandatangani (6)

Diisi tanggal kwitansi dibuat dan ditandatangani (7)

Diisi nama jabatan penerima dana (8)

Diisi tanda tangan penerima dana (9)

Diisi tanda tangan Kuasa Pengguna Anggaran/Penanggung Jawab Kegiatanl Pembuat Komitmen

(31)

30-LAMPIRAN VI

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN

NOMOR PER-

14

IPB/2010 TENTANG PETUNJUK

PELAKSANAAN PENYALURAN DANA MELAlUI BANK

OPERASIONAL I MITRA KERJA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA

DAFTAR REKAPITULASI SP2D DAN SURAT PERINTAH TRANSFER YANG TELAH DIBA YARKAN OLEH BANK OPERASIONAL I

KPPNI KANWIL DJPBN NAMA BO I BULAN ... (1) J (2) . ... (3) . ... (4) .

No Tanggal Jumlah SP2DCatatan

(5) (6) (8)(7) Jumlah ... '" ... (9). ... (. ... (1 0) ... .) Mengesahkan: Kepala KPPN (13) . (14) Nama Jelas NIP . ... (11), . ... (12) . (15) Nama Jelas 31

(32)

-PETUNJUK PENGISIAN

DAFTAR SP2D DAN SURAT PERINTAH TRANSFER YANG TELAH DIBAYARKAN OLEH BANK OPERASIONAL I

Nomor Uraian

(1)

Diisi nama KPPN (2)

Diisi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang membawahi KPPN terkait

(3)

Diisi nama BO I: misal, Bank Mandiri, BNI, BRI, Bank Bengkulu, Bank Sumut, Bank Kalbar, Bank Sulsel, Bank Maluku

(4)

Diisi bulan penerbitan SP2D (5)

Diisi nomor urut (6)

Diisi tanggal penerbitan SP2D (7)

Diisi jumlah SP2D yang diterbitkan pad a tanggal tersebut pad a nomor (6) (8)

Diisi catatan apabila ada SP2D yang belum dibayar pada hari itu atau dikembalikan kepada KPPN

(9)

Diisi jumlah SP2D yang telah dibayarkan pada bulan berkenaan (10)

Oiisi jumlah SP2D pada huruf (9) dengan huruf (11)

Oiisi nama kota dan tanggal (12)

Oiisi jabatan pejabat bank yang menandatangani daftar (13)

Oiisi nama KPPN (14)

Oiisi tanda tangan Kepala KPPN dan stempel dinas (15)

Oiisi tanda tangan pejabat bank yang membuat daftar

Referensi

Dokumen terkait

Inflasi terjadi karena adanya peningkatan harga yang ditunjukkan oleh naikknya indeks dilima kelompok pengeluaran yakni kelompok bahan makanan sebesar 3,46 persen;

Dari hasil analisis data KSU. Hal ini menunjukan bahwa stingkat solvabilitas KSU. BMT Muamalat Brebes selama lima tahun dalam klasifikasi koperasi yang sangat

Mikrokontroler Arduino Uno bisa digunakan sebagai elemen pengontrol pada alat pengukur suhu udara karena mikrokontroler ini sudah memiliki rangkaian ADC internal yang

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga fraksi ekstrak etanol kelopak bunga rosella ini mempunyai rata-rata volume urin yang sama, namun fraksi yang paling aktif

Hasil analisis keragaman menunjukkan tidak terdapat pengaruh nyata (P > 0,05) perlakuan batuan fosfat dan mikroba serta interaksinya terhadap serapan Fosfor

Prakiraan SPBK untuk tanggal 25 Juli 2016, menunjukkan sebagian besar Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Selatan,

Jika seseorang mela kukan modifikasi terhadap file carrie r tersebut, ma ka proses tersebut disebut attack karena ada mod ifikasi yang dila kukan yang bertujuan

Agar pelaksanaan program tersebut sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan maka perlu dilakukan kegiatan pengendalian, yaitu pengendalian dokumen, pengendalian desain,