• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI SENYAWA SAPONIN EKSTRAK ETANOL PELEPAH PISANG ULI (Musa x paradisiaca L.) ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IDENTIFIKASI SENYAWA SAPONIN EKSTRAK ETANOL PELEPAH PISANG ULI (Musa x paradisiaca L.) ABSTRAK"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI

51 Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia

IDENTIFIKASI SENYAWA SAPONIN EKSTRAK ETANOL PELEPAH PISANG ULI (Musa x paradisiaca L.)

Nicharla Rianty Sefrani

Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia, Jl. Soekarno Hatta No.354 (Parakan Resik) Bandung 40266 Email: riantysefrani21@gmail.com

ABSTRAK

Salah satu jenis pisang yang sering kita jumpai adalah pisang jantan (Kelompok pisang Uli). Pelepah pisang sering kali disepelekan oleh sebagian besar orang dan dianggap sebagai limbah dari pohon pisang. Keberadaan pelepah pisang yang melimpah dan cenderung menimbulkan polusi lingkungan, seperti menimbulkan bau tidak sedap, merusak pemandangan, menjadi sarang larva serangga, mendorong penulis untuk mencoba menggali senyawa saponin pohon pisang jantan yang sudah tidak terpakai. Telah dilakukan penelitian tentang identifikasi senyawa saponin ekstrak etanol pelepah pisang Uli (Musa x paradisiaca L.) dengan ekstraksi maserasi dan identifikasi menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa saponin dan cara mengidentifikasi senyawa saponin dari ekstrak etanol pelepah pisang Uli (Musa x paradisiaca L.). Dilakukan verifikasi taksonomi tumbuhan, lalu serbuk pelepah pisang Uli diekstraksi maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Setelah itu dirotari evaporasi untuk memperoleh ekstrak kental. Hasil yang diperoleh di skrining fitokimia saponin. Kemudian ekstrak diidentifikasi menggunakan KLT dengan eluen kloroform : metanol : air (13:7:2) noda yang menunjukkan senyawa saponin pada plat KLT dihitung nilai Rf. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saponin dinyatakan terkandung dalam pelepah pisang Uli dengan uji skrining fitokimia busa stabil setinggi 1,5 cm selama lebih dari 15 menit pada penambahan satu tetes asam klorida 2 N dan uji warna Lierbermann Burchard (LB) yang menghasilkan cincin warna coklat menunjukkan adanya saponin triterpen. Identifikasi menggunakan eluen kloroform : metanol : air (13:7:2), menyatakan sampel juga mengandung saponin dengan bercak noda pada sinar UV 366 nm berwarna hijau dengan nilai Rf ekstrak etanol pelepah pisang Uli 0,55.

Kata kunci : Saponin, Ekstrak Etanol, Pelepah Pisang Uli ABSTRACT

One type of banana that we often encounter is the male bananas (banana Group ULI). Banana bark often overlooked by most people and is considered a waste of banana trees . The existence of abundant banana bark and tend to cause environmental pollution, such as causing odor, an eyesore, into a hotbed of insect larvae, encouraging writers to try to dig saponins male banana trees that have been unused. A research on the identification of compounds saponin extract ethanol peleapah Uli banana (Musa x paradisiaca L.) with maceration extraction and identification using Thin Layer Chromatography (TLC). This study aims to determine the content of saponins and saponin way of identifying compounds from ethanol extract Uli banana leaves (Musa x paradisiaca L.). Verification plant taxonomy, and powder extracted Uli banana skins maceration using ethanol 96%. After that dirotari evaporated to obtain a thick extract. Results obtained in phytochemical screening saponin. Then extract identified by TLC with eluent chloroform: methanol: water (13: 7: 2) stain showed saponins on TLC plates calculated value of Rf. The results showed that saponin stated Uli contained in banana leaves with a stable foam phytochemical screening test as high as 1.5 cm for more than 15 minutes on the addition of one drop of 2 N hydrochloric acid and color test Lierbermann Burchard (LB) which produces color rings show their coklat triterpene saponins. Identification using the eluent chloroform: methanol: water (13: 7: 2), said sample also contains saponins by staining on 366 nm UV beam with a green colored ethanol extract value Rf 0.55 Uli banana bark. .

(2)

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai beraneka ragam tanaman. Iklim tropis yang sesuai serta kondisi tanah yang banyak mengandung humus memungkinkan tanaman pisang tersebar luas di Indonesia (Jaya, 2011). Hampir di seluruh wilayah Indonesia dapat ditanami tanaman pisang, baik sebagai tanaman sela, tanaman pelindung, maupun tanaman pagar (Suarsa dkk, 2011).

Pisang (Musa paradisiaca) merupakan tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara. Pisang merupakan hasil pertanian utama dunia yang tumbuh dan dikonsumsi oleh lebih dari 100 negara yang memiliki iklim tropis dan subtropis. Di seluruh dunia sendiri lebih dari 1000 varietas pisang yang telah diakui. Tanaman pisang mempunyai bagian-bagian diantaranya adalah akar, batang, pelepah, daun, bunga, dan buah (Hastari, 2012). Tanaman pisang (Musa, sp), merupakan salah satu jenis tanaman yang paling banyak terdapat di Indonesia, tetapi masih belum memiliki acuan informasi yang lengkap, baik dari segi fitokimia maupun dari segi farmakologi guna dimanfaatkan secara optimal (Pane, 2013). Tanaman pisang dalam pembangunan negara merupakan salah satu potensi penghasil devisa negara yang tidak dapat diabaikan (Yuliastuti, 2002).

Pemanfaatan pisang pada industri masih belum populer dan yang dikenal sampai saat ini masih terbatas pada buahnya (Pane, 2013). Pengolahan bagian lain yang berupa limbah seperti batang, daun, kulit buah masih sedikit sekali terutama pada bagian pelepah pisang belum ada pengolahannya. Pelepah tanaman pisang biasa dimanfaatkan oleh beberapa masyarakat di Indonesia sebagai obat luka, beberapa bagian lain dari tanaman pisang telah diteliti manfaatnya diantaranya adalah ekstrak batang tanaman pisang ambon bermanfaat untuk mempercepat penyembuhan luka pada mencit (Prasetyo dkk, 2010), ekstrak kulit buah pisang dan daunnya dapat menghambat pertumbuhan beberapa bakteri pathogen seperti Staphylococcuc aureus.

Salah satu jenis pisang yang sering kita jumpai adalah pisang jantan (Kelompok pisang Uli). Pelepah pisang sering kali

disepelekan oleh sebagian besar orang dan dianggap sebagai limbah dari pohon pisang (Jaya, 2011). Keberadaan pelepah pisang yang melimpah dan cenderung menimbulkan polusi lingkungan, seperti menimbulkan bau tidak sedap, merusak pemandangan, menjadi sarang larva serangga, mendorong penulis untuk mencoba menggali senyawa saponin pohon pisang jantan yang sudah tidak terpakai.

Saponin paling tepat diekstraksi dari tanaman dengan pelarut etanol 70%, 90% dan 96% atau metanol. Saponin adalah senyawa metabolit sekunder yang bersifat dapat membentuk busa, serta menghemolisis sel darah merah. Pembentukan busa sewaktu mengekstraksi simplisia merupakan bukti akan adanya saponin (Harborne, 1987).

Informasi senyawa fitokimia metabolit sekunder seperti pelepah tanaman pisang masih sangat sedikit, oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian identifikasi senyawa saponin ekstrak etanol pelepah pisang uli (Musa x paradisiaca L.) sehingga nantinya diketahui senyawa saponin bagian pelepah dari tanaman pisang uli (Musa x paradisiaca L.).

METODE

Alat Penelitian. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah pisau, timbangan, oven, neraca analitik, blender serbuk, sudip, pipet tetes, bunsen, korek api, gelas ukur, labu ukur, penggaris, botol coklat gelap, erlemeyer, rak dan tabung reaksi, tang penjepit, pipa kapiler, kertas saring, corong gelas, waterbath, pensil, chamber, hair drayer, rotary evaporator, pipa kapiler, Lampu UV 366 nm.

Bahan Penelitian. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelepah pisang uli (Musa x paradisiaca L.), aquadest, asam klorida 2 N, kloroform, Pereaksi Lieberman Burchard (20 ml asam asetat glasial dan 1 ml asam sulfat pekat), metanol, etanol 96%, lempeng silica gel 60 F254 Merck.

Prosedur Kerja. Tanaman pisang uli yang tumbuh di perkarangan warga jalan Adam Malik gang Adam Malik 1 KM.8 Kota

(3)

Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI

53 Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia

Bengkulu diidentifikasi secara makroskopik, kemudian dokumentasi bagian-bagian tanaman yang akan dijadikan sampel ini dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi berdasarkan kunci determinasi dan disesuaikan dengan atlas Tanaman Obat

Indonesia.

Pengambilan Sampel. Tanaman pisang yang telah diidentifikasi, diambil bagian pelepahnya dan dibawa ke laboratorium untuk diteliti.

Preparasi Sampel. Sampel pelepah pisang uli yang sudah terkumpul bersihkan simplisia dari benda-benda asing, kemudian dibersihkan dengan air, dirajang. Lalu dikeringkan dengan cara diangin-anginkan selama 4x24 jam dan dilanjutkan menggunakan oven pada suhu 40°C selama 7 jam. Setelah kering diblender untuk menghasilkan serbuk sampel atau simplisia.

Uji Pendahuluan

Uji Busa. Simplisia sebanyak 0,5 gram dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisikan aquadest 10 mL, dikocok dan ditambahkan satu tetes larutan asam klorida 2 N. Tabung reaksi tersebut didiamkan dan diperhatikan ada atau tidak adanya busa stabil. Sampel mengandung saponin terlihat apabila pada tabung reaksi terbentuk busa stabil (Jaya, 2010).

Uji Warna. Simplisia sebanyak 0,5 gram dimasukan ke dalam tabung reaksi yang telah berisikan kloroform 10 mL, dipanaskan selama 5 menit dengan penangas air sambil dikocok. Setelah itu ditambahkan dengan beberapa tetes pereaksi Lieberman Bochard, jika terdapat cincin coklat atau violet maka menunjukkan adanya saponin triterpen, sedangkan warna hijau atau biru menunjukkan adanya saponin steroid (Jaya, 2010).

Ekstraksi Sampel. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol. Sebanyak 170 gram simplisia dimasukkan ke dalam botol coklat gelap bertutup yang bersih kemudian direndam dengan etanol 96% sebanyak 2 L. Botol coklat gelap ditutup dan didiamkan selama 3 hari

dengan sesekali kocok. Kemudian hasil ekstrak disaring untuk memperoleh filtrat. Hasil ekstrak (filtrat), kemudian dievaporasi pada suhu 60°C hingga diperolehekstrak cair. Ekstrak cair kemudian dimasukkan ke dalam cawan porselin dan diuapkan dengan menggunakan waterbath hingga diperoleh ekstrak kental. Rendemen ekstrak kental =

x 100 %

Skrining Fitokimia Saponin. Ekstrak sebanyak 0,5 gram dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisikan aquadest 10 ml, dikocok dan ditambahkan satu tetes larutan asam klorida 2 N. Tabung reaksi tersebut didiamkan dan diperhatikan ada atau tidak adanya busa stabil. Sampel mengandung saponin terlihat apabila pada tabung reaksi terbentuk busa stabil dengan ketinggian 1-3 cm selama 15 menit (Depkes, 1989).

Identifikasi Senyawa Saponin dengan Kromatografi Lapis Tipis. Lempeng silica gel 60 GF 254 Merck disiapkan dengan ukuran panjang 20 cm dan lebar 6 cm. Ekstrak yang telah dilarutkan dengan alcohol 96% ditotolkan sepanjang lempeng tepi bawah dan di angin-anginkan beberapa saat. Lempeng dimasukan ke dalam chamber yang berisi eluen yaitu campuran homogen lapisan bawah pelarut antara kloroform : metanol : aquadest (13:7:2) dalam 100 mL. Lempeng dibiarkan terelusi hingga eluen mencapai batas atas lempeng kemudian dikeluarkan dan dikeringkan diudara. Lakukan penyemprotan SbCl3 dengan cara SbCl3 1,9 g dalam 50 mL aqua dest. Pengamatan noda menggunakan lampu UV 366 nm. Noda-noda yang terbentuk pada bagian tepi lempeng dihubungkan dengan garis dari tepi satu ke tepi yang lain. Hitung nilai Rf (Retensi Faktor) ekstrak etanol pelepah pisang Uli dengan rumus:

Rf = .

HASIL DAN PEMBAHASAN

Verifikasi Taksonomi Tumbuhan. Telah dilakukan verifikasi taksonomi tumbuhan di laboratorium Biologi UNIB. Hasil verifikasi taksonomi tumbuhan menyatakan bahwa

(4)

tanaman yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pisang Uli keluarga musaceae, spesies Musa x paradisiaca L. yang disahkan dengan Surat Keterangan Verifikasi Taksonomi Tumbuhan.

Uji Pendahuluan. Uji pendahuluan dilakukan dengan dua cara yaitu uji busa dan uji warna LB.

Uji Busa. Simplisia pelepah pisang Uli 0,5 g yang dimasukkan dalam tabung reaksi berisi pelarut aquades kemudian dikocok menghasilkan busa dan setelah penambahan pereaksi asam klorida 2 N, busa yang terbentuk tidak hilang. Dalam uji busa digunakan aquades sebagai pelarut dan asam klorida 2 N sebagai pereaksinya. Setelah simplisia dikocok dalam aquades 10 mL, busa yang terbentuk pada tabung reaksi setinggi 0,5 cm dan setelah penambahan 1 tetes asam klorida 2 N, busa tidak hilang dengan ketinggian 0,5 cm selama lebih dari 30 detik.

Uji Warna. Dalam uji warna yang dilakukan menghasilkan cincin coklat setelah simplisia yang dilarutkan dalam kloroform dan dipanaskan selama 5 menit sambil dikocok, ditambahkan Pereaksi Lieberman Burchard (20 mL asam asetat glasial dan 1 mL asam sulfat pekat) menunjukan adanya saponin triterpen. Jika terdapat warna hijau atau biru menunjukkan adanya saponin steroid.

Pembuatan Ekstrak. Pada pengumpulan bahan baku, bagian tanaman yang digunakan adalah pelepah pisang Uli. Setelah itu dilakukan sortasi basah untuk membersihkan simplisia dari benda-benda asing dari tanah, rumput, bahan tanaman lain atau bagian lain dari tanaman yang tidak digunakan, serta bagian tanaman yang rusak. Kemudian dilakukan pencucian untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang melekat pada bahan simplisia dengan menggunakan air bersih. Saat perajangan dilakukan untuk mempermudah proses pengepakan dan penggilingan. Tujuan dari perajangan untuk memperbesar luas permukaan. Tanaman setelah dicuci dan dibersihkan dari kotoran atau benda asing, materai atau sampel

kemudian dipotong-potong yang dikehendaki dilakukan dengan pisau. Saat pengeringan dengan cara diangin-anginkan selama 4x24 jam dan dilanjutkan dengan proses pemanasan menggunakan oven pada suhu 40°C selama 7 jam. Pengeringan dilakukan agar kadar air yang terkandung dalam sampel pelepah pisang Uli akan hilang sehingga memudahkan dalam proses ekstraksi. Tujuannya pengeringan yaitu untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Mengurangi kadar air dalam simplisia sampai kurang dari 10% dapat menghentikan reaksi enzimatik sehingga dapat dicegah penurunan mutu simplisia. Mudah dalam penyimpanan dan mudah dihaluskan bila ingin dibuat serbuk dan yang terakhir dilakukan sortasi kering untuk memisahkan benda-benda asing seperti: bagian tanaman yang tidak diinginkan pada simplisia kering. Pemilihan dilakukan terhadap bahan-bahan yang rusak.

Simplisia kering kemudian dibuat menjadi serbuk agar hasil ekstraksi yang diperoleh lebih banyak, karena semakin halus sampel yang akan diekstraksi maka semakin mudah pelarut masuk ke sel untuk menarik zat aktif. Maserasi merupakan metode yang digunakan dalam proses ekstraksi pada penelitian ini untuk menghasilkan ekstrak pelepah pisang Uli dengan Etanol 96% sebagai pelarutnya. Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana, seperti cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendam, mudah diusahakan, prosesnya relatif hemat penyari dan tanpa pemanasan. Hanya saja kekurangannya pengerjaannya lama, butuh waktu beberapa hari dan penyariannya kurang sempurna, karena zat aktif hanya mampu terekstraksi sebesar 50% saja.

Pembentukan busa sewaktu mengekstraksi simplisia merupakan bukti akan adanya saponin (Harborne, 1987). Etanol 96% dipilih sebagai pelarut karena sifatnya yang polar sesuai dengan zat aktif yang akan diteliti yaitu saponin. Setelah proses maserasi, filtrat dirotari evaporator dan selanjutnya diuapkan dengan waterbath yang diperoleh ekstrak kental berwarna coklat kehijauan

(5)

Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI

55 Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia

dengan rendemen 0,4%. Rendemen ekstrak

kental = x 100 %

Rendemen ekstrak kental = x 100 % = 0,4 %

Skrining Fitokimia Saponin. Ekstrak pelepah pisang Uli 0,5 g yang dimasukkan dalam tabung reaksi berisi pelarut aquades kemudian dikocok menghasilkan busa dan setelah penambahan pereaksi asam klorida 2 N, busa yang terbentuk tidak hilang. Dalam uji busa digunakan aquades sebagai pelarut dan asam klorida 2 N sebagai pereaksinya. Setelah simplisia dikocok dalam aquades 10 ml, busa yang terbentuk pada tabung reaksi setinggi 1,5 cm dan setelah penambahan 1 tetes asam klorida 2 N, busa tidak hilang dengan ketinggian 1,5 cm selama lebih dari 15 menit. Busa yang terbentuk disebabkan karena senyawa saponin memiliki sifat fisika yaitu mudah larut dalam air dan akan menimbulkan busa ketika dikocok.

Identifikasi Senyawa Saponin dengan Kromatografi Lapis Tipis. Kromatografi lapis tipis merupakan metode yang sering digunakan untuk memisahkan komponen-komponen senyawa dalam suatu simplisia. Data yang diperoleh dari KLT adalah nilai Rf (Retensi Faktor) yang berguna untuk identifikasi senyawa. Pemisahan senyawa saponin dari ekstrak pelepah pisang Uli dalam penelitian ini menggunakan metode KLT dengan eluen kloroform : metanol : air (13:7:2) dalam 100 mL (Harborne, 1987). Digunakan eluen kloroform karena termasuk tingkat semi polar dan penggunaan eluen metanol dan air karena termasuk ke tingkat polar. Jadi eluen yang digunakan dalam penelitian ini termasuk ke tingkat polar, yang sesuai dengan prinsip like dissolve like artinya pelarut polar akan melarutkan senyawa polar dan pelarut non polar akan melarutkan senyawa non polar. Hasil KLT yang diamati secara visual tidak terlihat bercak noda pada Lempeng silica gel 60 GF 254 Merck yang telah ditotolkan ekstrak dan terelusi oleh eluen. Arti lempeng silica gel 60 GF 254 yaitu lempeng yang mengandung silika gel mempunyai ukuran pori 60 A°(10A° = 1 nm)

dan ditambah bahan yang berfluoresensi yang mampu menyerap panjang gelompang 254 nm. Setelah terelusi dilakukan penyemprotan SbCl3, pada pengamatan di bawah lampu UV 366 nm terlihat bercak noda hijau dengan nilai Rf ekstrak etanol pelepah pisang Uli 0,55 KESIMPULAN

Kandungan senyawa saponin pada ekstrak etanol pelepah pisang Uli (Musa x paradisiaca L.) dilakukan dengan ekstrak dikocok dalam aquades, busa yang terbentuk pada tabung reaksi setinggi 1,5 cm dan setelah penambahan asam klorida 2 N, busa tidak hilang dengan ketinggian 1,5 cm selama lebih dari 15 menit.

Identifikasi senyawa saponin dari ekstrak pelepah pisang Uli (Musa x paradisiaca L.) menggunakan metode KLT dengan eluen kloroform : metanol : air (13:7:2). Pada pengamatan di bawah lampu UV 366 nm terlihat bercak noda hijau dengan nilai Rf ekstrak etanol pelepah pisang Uli 0,55.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih kepada Akademi Farmasi Al-Fatah Kota Bengkulu yang telah membantu atas jalannya penelitiaan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes, 1989, Material Medika Indonesia Jilid V.VI, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia. Penuntun Cara Modern Mengekstraksi Tumbuhan, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, ITB, Bandung.

Hastari, R., 2012, Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Pelepah dan Batang Tanaman Pisang Ambon (Musa paradisiaca var.sapientum) terhadap Staphylococcus aureus, Skripsi, Jurusan Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang.

Jaya, Ara Miko. 2010. Isolasi dan Uji Efektivitas Antibakteri Senyawa Saponin dari Akar Putri Malu (Mimosa pudica) [skripsi]. Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim, Malang.

(6)

Jaya, A.L., 2011, Pembuatan Pulp dari Pelepah Pisang dengan Alat Digester, KTI, Jurusan Teknik Kimia Universitas Diponegoro, Semarang.

Pane, R.E., 2013, Uji Aktivitas Senyawa Antioksidan dari Ekstrak Metanol Kulit Pisang Raja (Musa paradisiaca Sapientum) Vol. 3 No.2, November 2013 (76-81) ISSN : 1978-8193, Tadris Biologi Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Fatah, Palembang.

Prasetyo, F.B., Wientarsih, I., Priosoeryanto, P.B., 2010, Aktivitas Sediaan Gel Ekstrak Batang Pohon Pisang Ambon dalam Proses Penyembuhan Luka pada Mencit

Vol. 11 No.2 : 70-73. Diakses melalui: www.ejournal.unud.ac.id/new/jurnal-11-veteriner.html

Suarsa, W.I., Suarya, P., Kurniawati, I., 2011, Optimasi Jenis Pelarut dalam Ekstraksi Zat Warna Alam dari Batang Pisang Kepok (Musa paradisiaca L. cv kepok) dan Batang Pisang Susu (Musa paradisiaca L. cv susu) Jurnal Kimia 5 (1), Januari 2011 : 72-80, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran.

Yuliastuti, N.W., 2002, Pembuatan Etanol dari Beberapa Jenis Kulit Buah Pisang, Skripsi, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran.

Referensi

Dokumen terkait

Semangat siswa mengikuti pelajaran seni budaya materi tari kreasi (tari massari`) melalui proses model explicit instruction atau biasa disebut dengan pengajaran

Peneliti beragumen bahwa perbedaan jumlah universitas di wilayah yang berbeda akan membedakan dukungan terhadap rasa kompetensi, otonomi dan keterhubungan serta

Bapak Poniran merupakan pemilik dari industri gula merah yang sudah 3 tahun didirikan tersebut, dulunya beliau bekerja serabutan bahkan dari usia 8 tahun sudah

Menerirna mencatat dan menyortir data Laporan SLHD Kab/Kota dalam pelestarian lfungsi lingkungan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku agar Imemudahkan

Hal ini dikarenakan dalam kegiatan ujicoba yang dilakukan di laboratorium IPA, siswa dituntut untuk bersikap dan bertindak dengan peralatan laboratorium yang ada

Maka sistem informasi dapat didefinisikan sebagai suatu susunan dari orang, data, proses dan teknologi informasi yang saling berhubungan untuk mengumpulkan, memproses,

QA Manager memiliki tugas dalam meneliti dan mengawasi sebelum, setelah maupun selama proses produksi agar hasil yang didapatkan sesuai dengan standar mutu dan

Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan model pembelajaran