• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

Kajian teoretis ini merupakan penjelasan teori-teori yang relevan dengan penelitian. Kajian sebagai dasar dalam pelaksanaan penelitian. Penelitian yang didasarkan pada teori maka akan lebih akurat hasilnya. Kajian yang sangat penting dibahas dalam landasan teori yaitu inti dari penelitian itu sendiri. Kajian yang akan dipaparkan dalam penelitian ini yaitu pidato dan metode demonstrasi. Dalam kaitannya dengan pembelajaran (dan tes) bahasa di sekolah, tugas berpidato dapat berwujud permainan simulasi. Misalnya, peserta didik bersimulasi sebagai kepala sekolah berpidato dalam upacara bendera, hari sumpah pemuda, dan sebagainya ( Nurgiyantoro, 2013: 420).

1. Pidato

Pidato merupakan kegiatan berbicara di depan orang banyak untuk menyampaikan suatu tujuan atau gagasan, pikiran atau informasi dari pembicara kepada orang lain dengan cara lisan (Yanuarita, 2012: 19). Melakukan pidato berhubungan dengan retorika, yaitu seni menggunakan bahasa dengan efektif yang diartikan juga sebagai the art of persuasion. The art of persuasion itu sendiri adalah sebagai seni membujuk atau mempengaruhi audience. Pidato yang baik dapat memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang yang mendengarnya. Kemampuan berpidato atau berbicara yang baik di depan publik dapat membantu untuk mencapai jejang karir yang baik.

(2)

Menurut Badudu (2012: 9), pidato adalah penyampaian gagasan, pikiran atau informasi serta tujuan dari pembicara kepada orang lain( audience ) dengan cara lisan. Pidato juga dapat diartikan sebagai the art of persuasion, yaitu sebagai seni membujuk atau mempengaruhi. Berpidato bukanlah suatu pekerjaan yang sederhana karena dalam berpidato menyangkut beberapa unsur penting seperti: pembicara, pendengar, tujuan dan isi pidato, persiapan, teknik dan etika dalam berpidato. Perlu diperhatikan juga hal yang dapat jadi masalah bagi seseorang yang berpidato yaitu jika seseorang memaksakan diri untuk menyampaikan persoalan yang tidak dikuasainya. Pidato yang seperti ini akan membuat ketidak runtutan materi yang disampaikan.

a. Jenis Metode Pidato

Orang akan berpidato harus tahu metode yang akan digunakan. Penggunaan metode yang tepat akan membawa pendengar antusias dalam mengikuti pidatonya. Mereka akan merespon pada setiap kata/ kalimat yang diucapkan. Badudu (2012:10) mengatakan bahwa pidato dapat berjalan dengan lancar maka harus memperhatikan metode pidato yang akan digunakan. Metode pidato tersebut adalah: impromtu, manuskrip, memoriter, ekstemporer.

1) Impromtu (Tanpa Persiapan)

Metode ini sering disebut metode spontanitas, yaitu metode pidato yang tidak dilakukan persiapan atau pembuatan naskah tertulis terlebih dahulu. Biasanya dilakukan hanya oleh orang-orang yang akan tampil mendadak. Pada dasarnya metode seperti ini tidak diperkenankan atau tidak ideal karena kemungkinan besar lupa dengan ide dan gagasan pidato yang hendak disampaikan. Apabila metode ini

(3)

digunakan oleh oarang yang belum terbiasa berpidato maka yang akan terjadi adalah kegagapan materi. Jadi resiko pada metode ini sangat besar.

Keuntungan metode ini adalah :

a) dapat mengungkapakan perasaan sebenarnya, b) gagasan dan pendapat datang secara spontan, c) memungkinkan pembicara terus berpikir. Kerugian metode ini adalah:

a) dapat menimbulkan simpulan yang mentah karena terbatasnya pengetahuan pembicara,

b) penyampaian tidak lancar, terutama bagi orang yang belum berpengalaman, c) gagasan yang disampaikan bisa jadi acak-acakan,

d) mudah kena demam panggung.

2) Manuskrip (Naskah)

Metode naskah berarti seorang sudah mempersiapkan pidatonya dengan baik. Ia sudah menulis secara utuh,mulai dari pembuka sampai dengan penutup. Jika ada cerita atau humor, maka selingan itu sudah ditulis dalam naskah. Metode naskah ini sangat baik bagi mereka yang baru tampil di depan umum. Ide, gagasan yang terdapat di dalamnya tersusun rapi, tidak ada lompatan ide atau gagasan, tidak ada yang terlupakan semuanya terungkapkan secara jelas tanpa ada yang dilupakan. Jika tampil dalam situasi yang formal, maka metode ini sangat baik.

Keuntungan metode ini adalah:

(4)

b) pernyataan dapat dihemat, c) lebih fasih dalam berbicara,

d) hal-hal yang menyimpang dapat dihindari, e) naskah dapat diterbitkan atau diperbanyak. Kerugian metode ini adalah:

a) interaksi dengan pendengar menjadi berkurang, b) pembicara terlihat kaku,

c) tanggapan pendengar tidak dapat mempengaruhi pesan, d) persiapannya lebih lama,

3) Memoriter (Hafalan)

Metode ini memang sungguh luar biasa karena kemampuan mengingat seseorang betul-betul diasah. Ketika hendak membawakan pidatonya, tidak lagi menggunakan naskahnya karena apa yang tertera di dalam naskah itu sudah dihafal semuanya. Dia sudah menguasai secara lebih baik susunan bahasa, ide, gagasan yang terdapat dalam naskahnya. Metode ini cocok bagi mereka yang daya ingatnya tinggi, topik pidatonya menarik dan sederhana dan penyampaiannya tidak terlalu lama. Jika kita tidak mempunyai kapasitas dalam mengingat atau menghafal, maka jangan sekali-kali mencoba untuk melakukan dengan model seperti ini. Keuntungan dan kerugian metode ini hampir sama dengan metode manuskrip (naskah), ditambah risiko yang lebih besar. Naskah sudah dibuat sebelumnya.

Keuntungan metode ini adalah:

(5)

b) pernyataan dapat dihemat, c) lebih fasih dalam berbicara,

d) hal-hal yang menyimpang dapat dihindari, e) naskah dapat diterbitkan atau diperbanyak. Kerugian metode ini adalah:

a) interaksi dengan pendengar menjadi kurang, b) pembicara terlihat kaku,

c) tanggapan pendengar tidak dapat mempengaruhi pesan, d) persiapannya lebih lama.

4) Ekstemporer

Naskah pidato hanya berupa outline (garis besar) dan pokok-pokok penunjang, yang bersifat sebagai pedoman untuk mengatur gagasan yang ada dalam pikiran. Metode ini sering disebut metode penjabaran termasuk jenis pidato yang terbaik. Dalam metode ini orang tidak membuat atau menggarap naskah pidato. Naskah yang dibuat tidak lengkap. Komunikator hanya membuat kerangka atau pokok-pokok gagasan penting. Biasanya pokok-pokok gagasan itu ditulis dalam kertas kecil secara runtut namun kurang begitu lengkap, komunikator akan mengembangkan pokok-pokok gagasan itu ketike berpidato.

Keuntungan metode ini adalah:

a) komunikasi dengan pendengar lebih baik, b) pesan dapat berubah sesuai kebutuhan, c) penyajiannya lebih spontan.

(6)

Kerugian metode ini adalah:

a) persiapan kurang baik bila dibuat terburu-buru, b) pemilihan bahasa yang jelek,

c) kefasihan kurang,

d) kemungkinan menyimpang dari outline

e) tak dapat diterbitkan.

b. Fungsi Pidato

Seseorang yang akan melakukan aktivitas harus tahu fungsinya. Fungsi yang dikatahui maka akan membuat aktivitas yang dilakukan akan terarah. Diantara aktivitas yang dilakukan orang adalah berpidato. Pidato itu tidak hanya sekedar menyampaikan informasi, tetapi dalam pidato itu terdapat fungsi dan tujuan . Fungsi pidato itu merupakan hal utama yang perlu diketahui sebelum membawakan pidato ibaratnya sebagai pemandu agar dapat melalui jalan yang jelas dan tujuan yang tepat. Menurut Yanuarita (2012:10) fungsi-fungsi pidato antara lain:

1) memberi suatu pemahaman atau informasi pada orang lain,

2) mempermudah komunikasi antara atasan dan bawahan dalam sebuah organisasi,

3) mempermudah komunikasi antar sesama anggota organisasi,

4) mempengaruhi orang lain agar mau mengikuti kemauan kita dengan suka rela,

5) menenangkan massa atau khalayak ramai,

6) membuat orang lain senang dengan pidato yang menghibur sehingga orang lain senang dan puas dengan ucapan yang kita sampaikan.

c. Tujuan Pidato

Tujuan itu adalah sesuatu yang hendak dicapai. Kegiatan yang bertujuan maka akan bisa terarah. Tujuan itu mempermudah kita untuk melakukan sesuatu yang akan kita capai. Kegiatan/ketrampilan berpidato juga harus bertujuan. Tujuan pidato

(7)

menurut yanuarita ( 2012: 20) meliputi: informatif, persuasif, argumentatif, deskriptif, rekreatif, edukatif, entertain.

1) Informatif/Instruktif

Pidato bertujuan menyampaikan informasi atau keterangan kepada pendengar atau memberikan sesuatu yang menarik untuk audience.

2) Persuasif

Pidato persuasif berisi tentang usaha untuk mendorong,menyakinkan dan mengajak audience untuk melakukan sesuatu hal.

3) Argumentatif

Pidato argumentatif bertujuan untuk meyakinkan audience. 4) Deskriptif

Pidato deskriptif bertujuan untuk melukiskan atau menggambarkan sesuatu keadaan.

5) Rekreatif

Pidato rekreatif bertujuan untuk meggembirakan atau menghibur

audience.

6) Edukatif

Pidato edukatif berupaya menekankan pada aspek-aspek pendidikan.

7) Entertain

Pidato entertain bertujuan memberikan penyegaran kepada audience yang sifatnya lebih santai.

d. Jenis Pidato

Kita sering menyaksikan orang berpidato baik di sekolah atau di masyarakat. Bentuk/jenis pidato yang kita saksikan bermacam-macam tergantung kapada tujuan yang hendak disampaikan. Dari sekian jenis pidato tujuan umumnya sama yaitu dalam rangka memberi informasi. Perbedaan iformasi yang akan disampaikan itu yang dapat menentukan jenis yang mana. Jenis pidato itu antara lain pidato pembukaan, pidato pengarahan, pidato sambutan, pidato peresmian, pidato laporan, pidato pertanggung jawaban (Yanuarita, 2012: 26).

1) Pidato Pembukaan

Pidato pembukaan merupakan sebuah pidato singkat yang dibawakan oleh pembawa acara atau MC (Master of Ceremoni) untuk mengawali atau membuka suatu acara.

(8)

2) Pidato Pengarahan

Pidato pengarahan adalah pidato untuk mengarahkan pada suatu pertemuan.Pidato ini memberikan seluruh gambaran mengenai suatu cara yang sedang dilaksanakan. 3) Pidato Sambutan

Pidato sambutan merupakan pidato yang disampaikan pada suatu acara kegiatan atau peristiwa tertentu yang dapat dilakukan oleh beberapa orang dengan waktu yang terbatas secara bergantian.

4) Pidato Peresmian

Pidato peresmian adalah pidato yang dilakukan oleh orang yang berpengaruh untuk meresmikan sesuatu.

5) Pidato Laporan

Pidato laporan yakni pidato yang isinya adalah melaporkan suatu tugas atau kegiatan tertentu,atau menyampaikan hasil dari suatu kegiatan tertentu.

6) Pidato Pertanggungjawaban

Pidato pertanggungjawaban adalah pidato yang berisi suatu laporan pertanggungjawaban mengenai suatu tugas yang sudah dilaksanakan dalam suatu periode tertentu (Yanuarita, 2012: 27).

e. Etika Pidato

Dalam melakukan pidato perlu mengetahui etika berpidato supaya dapat mengukur tindakan kita sendiri. Etika ini sangat penting karena orang yang berpidato menjadi pusat perhatian orang banyak. Melakukan kesalahan sedikit saja atau berlaku tidak sopan menjadi bahan pembicaraan. Berpidato itu perlu hati-hati/ beretika supaya

(9)

penampilannya bisa menarik. Etika dalam berpidato yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1) Etika Berpidato di Depan Umum

Hal ini berkaitan dengan penampilan, antara lain mengenakan pakaian yang sesuai dengan suasana pertemuan, rapi, bersih, dan sopan.

2) Etika Berpidato di Depan Pejabat

Hal ini berkaitan dengan menghilangkan rasa rendah diri. Jangan tampil seolah-olah menggurui, sikap lebih tahu, tidak memberikan penghormatan yang berlebihan pada

audience.

3) Berpidato di Depan Pemuka Agama

Jangan mengeluarkan kata-kata yang dapat menyinggung umat beragama. Jangan ada nada merendahkan atau memuji agama tertentu. Perbanyak istilah-istilah keagamaan. 4) Etika Berpidato di Depan Para Wanita

Bila pembicara seorang laki-laki, hati-hati jangan sampai menyinggung harkat dan martabat wanita. Hindari kata-kata kasar atau kurang senonoh.

5) Etika Berpidato di Depan Pemuda/Mahasiswa

Pidato mengutamakan penalaran yang berkaitan dengan dunia anak-anak muda. Jangan mengeluarkan kata-kata yang bersifat menentang, jangan mengkritik dan menyalahkan.

6) Etika Berpidato di Depan Masyarakat Desa

Gunakan kata-kata yang sopan dan sederhana, sesekali perlu disisipkan beberapa istilah dalam bahasa daerah setempat ( Yanuarita, 2012: 30).

(10)

f. Kerangka Pidato

Menurut Yanuarita ( 2012: 32) bahwa kerangka pidato terdiri dari pendahuluan, isi, pembahasan, dan penutup.

1) Pendahuluan

Diawali salam pembuka untuk mengantar ke arah pokok persoalan yang akan dibahas. Pada bagian pendahuluan perlu juga sedikit menggambarkan mengenai isi dari pidato yang dibawakan.

2) Isi

Inti dari pidato sedapat mungkin ringkas dan mudah dipahami.Usahakan jangan menyimpang dari tema.Susunlah materi atau isi pidato secara sistematis: maksud, tujuan, sasaran, rencana, langkah.

3) Pembahasan

Bagian ini adalah kesatuan yang berisi alasan-alasan yang mendukung hal-hal yang dikemukakan pada bagian isi.

4) Penutup

Menutup pidato dengan membuat rangkuman atau kesimpulan. Menceriterakan secara singkat yang menarik. Dan, terakhir adalah salam penutup.

g. Sikap Berpidato

Ketika kita berdiri di depan para pendengar, tentu tidak sekedar memamerkan wajah dan tubuh. Sikap kita berdiri, mimik wajah sangat mempengaruhi kesan pendengar terhadap pribadi kita. Cara berjalan, berdiri di depan mimbar dan berbagai gerakan tubuh lainnya sangat mempengaruhi pendengar diri kita. Oleh karena itu sikap pada saat pidato sangat penting untuk diperhatikan. Sikap tersebut antara lain:

(11)

1) Sikap Berdiri

Sikap berdiri yang kurang baik, yaitu: a) berdiri dengan kaki sebelah, b) bersandar pada mimbar, c) berdiri terlalu rapat, d) berdiri terlalu terbuka. 2) Mimik Wajah

Mimik wajah yang kurang baik yaitu: a) tertawa yang dibuat-buat,

b) tersenyum terus-menerus, c) muka selalu masam, d) dahi selalu berkerut. 3) Gerakan Anggota Badan Gerakan yang kurang baik yaitu:

a) selalu menggerak-gerakkan bagian-bagian tertentu, b) merogoh-rogoh saku,

c) memainkan pensil atau pulpen , d) berbicara melihat teks terus-menerus, e) terlalu banyak melangkah atau berjalan.

4) Penampilan Sebelum, Saat, dan Sesudah Pidato a) Sebelum Pidato:

(1) memperhatikan pakaian, (2) sikap tenang,

(12)

b) Saat Pidato:

(1) percaya diri sendiri,

(2) menghirup nafas panjang sebelun mulai berpidato tetapi tidak boleh ter lihat oleh

audience,

(3) tataplan audien pada bagian atas matanya. c) Sesudah pidato:

(1) mengucapkan salam akhir, (2) wajah cerah dan sidikit senyum,

(3) memberi hormat ( Badudu, 2012: 42-43).

2. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan guru dalam mengajar. Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi, atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan (Sanjaya, 2006: 152). Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demontrasi peran siswa hanya sekedar memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Roestiyah (2008: 82) menyatakan bahwa demonstrasi adalah cara mengajar di mana seorang instruktur/tim guru menunjukkan, memperlihatkan suatu proses, misalnya merebus air mendidih 100C sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati; mendengar mungkin meraba-raba dan merasakan proses yang dipertunjukkan oleh guru tersebut.

(13)

a. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi

1) Kelebihan Metode Demonstrasi

a) Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari karena siswa disuruh langsung memperhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan.

b) Proses pembelajaran akan lebih menarik sebab siswa tak hanya mendengar tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.

c) Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempa tan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih menyakini kebenaran materi pembelajaran.

2) Kelemahan Metode Demonstrasi

a) Metode demontrasi memerlukan persiapan yang lebih matang karena tanpa persiapan yang memadai demonstrasi dapat gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi, bahkan sering terjadi untuk menghasilkan pertunjukkan suatu proses tertentu, guru harus beberapa kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat memakan waktu yang banyak.

b) Demonstrasi memerlukan peralatan,bahan-bahan,dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibanding dengan ceramah.

c) Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru secara khusus sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Di samping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa (Sanjaya, 2006: 152-153).

(14)

b. Langkah-Langkah Menggunakan Metode Demonstrasi

Menurut Sanjaya ( 2006: 153-154 ) langkah-langkah menggunakan metode demonstrasi meliputi tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.

1) Tahap Persiapan

a) Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demontrasi berakhir. Tujuan ini meliputi beberapa aspek seperti aspek penge tahuan, sikap atau keterampilan tertentu;

b) Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan. Garis-garis besar langkah demonstrasi diperlukan sebagai panduan untuk menghindari kegagalan;

c) Lakukan uji coba demonstrasi. Uji coba meliputi segala peralatan yang diperlukan.

2) Tahap Pelaksanaan a) Langkah Pembukaan.

Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya :

(1) Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memerhatikan dengan jelas sesuatu yang didemonstrasikan;

(2) Kemukakan tujuan yang harus dicapai oleh siswa;

(3) Kemukakan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanan demonstrasi;

(15)

(1) Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memerhatikan demonstrasi;

(2) Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan;

(3) Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa;

(4) Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.

c) Langkah Mengakhiri Demonstrasi

Apabila demonstrasi telah selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk menyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa malakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya. Guru memberikan pengarahan/penjelasan secara umum materi yang perlu untuk ditingkatkan pada pertemuan berikutnya. Memberikan hadiah/pujian pada siswa yang sudah bagus ketika berpidato.

c. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan dalam Menggunakan Metode Demonstrasi

1) Guru harus mampu menyusun rumusan tujuan instruksional, agar dapat memberi motivasi yang kuat pada siswa untuk belajar.

2) Mempertimbangkan baik-baik apakah teknik yang dipilih mampu menjamin tujuan yang telah dirumuskan.

(16)

3) Mengamati jumlah siswa yang memberi kesempatan untuk suatu demontrasi yang berhasil, bila tidak kita harus mengambil kebijaksanaan lain.

4) Harus sudah menentukan garis besar langkah-langkah yang akan dilakukan. 5) Waktu yang cukup tersedia, sehingga dapat memberi keterangan bila diperlukan,

dan siswa dapat bertanya.

6) Selama demonstrasi berlangsung guru harus memberi kesempatan pada siswa untuk mengamati dengan baik dan bertanya.

7) Perlu mengadakan evaluasi apakah demonstrasi yang dilakukan itu berhasil, dan bila perlu demonstrasi bisa diulang (Roestiyah, 2008: 84).

Menurut Sudjana (2009: 83) pelaksanaan demonstrasi dan eksperimen dapat digabungkan, artinya demonstrasi dulu lalu diikuti dengan eksperimen. Supaya demonstrasi dan eksperimen dapat digunakan secara efektif, maka perlu memerhatikan petunjuk penggunaannya yaitu:

1) Persiapan /Perencanaan

a) Menetapkan tujuan demonstrasi dan eksperimen,

b) Tetapkan langkah-langkah pokok demonstrasi dan eksperimen, c) Menyiapkan alat-alat yang diperlukan.

2) Pelaksanaan Demonstrasi dan Eksperimen

a) Usahakan demonstrasi dan eksperimen dapat diikuti, diamati oleh selururuh kelas. b) Tumbuhkan sikap kritis pada siswa sehingga terdapat tanya jawab, dan diskusi

tentang masalah yang didemonstrasikan.

c) Beri kesempatan kepada setiap siswa untuk mencoba sehingga siswa merasa yakin tentang kebenaran suatu proses.

(17)

3) Tindak Lanjut Demonstrasi dan Eksperimen Setelah demontrasi dan eksperimen selesai, guru memberi tugas kepada Siswa baik secara tertulis maupun secara lisan.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian Sutoro (2010) yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Pidato Persuasif pada Pelajaran Bahasa Indonesia melalui Metode Simulasi Lomba Pidato berbahasa Indonesia pada kelas XII IPS I Semester I SMA Negeri Ajibarang”, menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan berpidato pada siswa setelah dilaksanakan tindakan sebagaimana tersebut dalam judul. Peningkatan terjadi pada semua aspek. Data yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar, yaitu hasil evaluasi tertulis siklus 1 adalah 68,40 siklus II 86,06. Psikomotorik siklus 1 63,20, siklus II 69,00. Ketuntasan belajar siklus 1 25%, siklus II 82%. Dari hasil penelitian diketahui nilai rata-rata yang dicapai oleh siswa sebelum diberi tindakan 55,10 dan berada dalam kategori kurang.

Pada siklus I, masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Nilai rata-rata kelas dalam praktik berpidato baru mencapai 63, 20, masih di bawah nilai KKM yang ditetapkan yaitu 65. Adapun rata-rata skor keakuratan informasi pidato 6.70, hubungan antar informasi 6.15, ketepatan struktur dan kosakata 6.45, kelancaran berpidato 6. 55, kewajaran urutan wacana 6.35, gaya pengucapan 6.25, lafal 6.45, intonasi 6.10, nada 6.15, dan sikap 6,06. belum sesuai dengan indikator KKM yang diharapkan. Nilai rata-rata evaluasi kognitif tertulis mencapai 68.40. Ini berarti masih ada kekurangansempurnaan pada perencanaan ataupun pada proses pembelajaran.

Penerapan metode simulasi lomba pidato berbahasa Indonesia dapat memperbaiki hasil belajar maupun ketuntasan belajar klasikal. Nilai terendah yang

(18)

dapat dicapai 57 pada siklus I dan meningkat pada siklus 2 yaitu 62. Nilai tertinggi yang dicapai adalah 71 pada siklus I,dan meningkat menjadi 76 pada siklus2. Rata-rata kelas pada siklus I dapat mencapai nilai 63, 20 dan meningkat menjadi 69,00 pada siklus 2. Ketuntasan belajar pada siklus I hanya 25%, meningkat pada siklus 2 menjadi 82%. Nilai rata-rata tugas menyusun teks pidato 64,05 pada siklus I meningkat menjadi 68,50 pada siklus 2. Jadi secara umum setiap komponen pada siklus I meningkat pada siklus 2.

Sutoro juga menyimpulkan bahwa hasil penelitiannya secara keseluruhan belum menggambarakan hasil nilai kognitif yang optimal dan belum dapat dikatakan “sangat memuaskan”. Teknik guru menggunakan metode simulasi lomba pidato berbahasa Indonesia dan menggunakan media pembelajaran sudah ada peningkatan. Metode simulasi juga mampu menarik perhatian siswa dan motivasi belajar pun ada peningkatan. Siswa merasa antusias mengikuti pembelajaran berpidato. Rasa malu, grogi, takut dapat diatasi, sehingga bisa berpidato dengan baik.

Penelitian Sutoro tersebut relevan dengan penelitian ini karena memiliki tujuan yang sama yaitu untuk meningkatkan kemampuan berpidato. Jika subjek penelitian Sutoro di tingkat SLTA, peneliti di tingkat SLTP khususnya kelas IX MTs. Selain itu, hal yang membedakan lagi yaitu jenis metode yang digunakan. Sutoro menggunakan metode simulasi lomba pidato berbahasa Indonesia sedangkan peneliti menggunakan metode demonstrasi. Kedua metode ini sama-sama mengharuskan guru untuk mempraktekan materi yang ajarkan.

C. Kerangka Pikir

Dalam pembelajaran keterampilan berpidato ini, penulis melihat bahwa minat siswa terhadap kegiatan berpidato masih rendah. Siswa cenderung malas mengikuti

(19)

pembelajaran berpidato, siswa terlihat bermalas-malasan saat mengerjakan tugas berpidato dari guru. Banyak diantara siswa yang memilih melakukan aktivitas di luar pembelajaran, misalnya bercerita di luar topik pembelajaran atau bercanda dengan teman sebangku. Perilaku tersebut menunujukkan bahwa minat dan antusias siswa terhadap pembelajaran berpidato tergolong rendah. Ketika guru mrmberikan tugas bercerita, banyak diantara siswa yang mengeluh dan tidak menginginkan tugas tersebut.

Proses belajar mengajar aspek berbicara khususnya dalam kompetensi dasar berpidato kurang berhasil/belum maksimal. Kemampuan siswa dalam aspek berpidato di kelas IX A masih lemah dan belum sesuai dengan batas minimal ketuntasan belajar yaitu 70. Penulis menengarai ada berbagai faktor penyebab mengapa siswa tidak mendapat nilai maksimal. Diantaranya adalah selama ini pembelajaran berpidato tidak dilakukan secara serius dan antusias. Siswa beranggapan bahwa berpidato merupakan kegiatan sepele yang dapat dilakukan oleh siapa pun sehingga tidak memerlukan keterampilan khusus dalam pelaksanaannya. Pidato itu sebuah keterampilan yang membutuhkan banyak aspek diantaranya keberanian, tidak grogi, punya ilmu retorika dan sebagainya.

Faktor lain adalah siswa cenderung kurang berani berpidato di depan umum. Siswa merasa takut salah, malu, grogi, tegang, dan kurang percaya diri bila ditunjuk berpidato di depan kelas. Hal tersebut disebabkan siswa tidak menguasai bahan berpidato dan kurang mampu mengorganisasikan gagasannya pada saat berpidato. Selain itu, faktor dari luar diri siswa juga berpengaruh misalnya, penggunaan metode yang kurang tepat, serta kondisi dan tata ruang kelas yang tidak kondusif. Kegiatan berpidato belum secara intensif dilakukan oleh guru. Siswa hanya diberi tugas untuk berpidato tanpa ada rangsangan dengan menggunakan metode tertentu.

(20)

Karena permasalahan tersebut, maka penulis mencoba mencari alternatif tindakan yaitu dengan menggunakan metode demonstrasi. Pemilihan metode demonstrasi dipandang mampu untuk meningkatkan kemampuan berpidato. Metode demonstrasi akan dapat menumbuh rasa ketertarikan dalam diri siswa terhadap pembelajaran berpidato, sehingga aspek-aspek keterampilan siswa dalam berpidato secara otomatis akan mengalami perubahan seiring dengan tumbuhnya keterterikan tersebut. Rasa grogi, takut, malu mulai berkurang. Siswa bisa dengan santai menyampaikan materi pidato dengan baik.

Dalam siklus 1, guru menggunakan metode demostrasi, siswa melihat,dan mengamati teks pidato dari mulai salam pembuka sampai salam penutup. Siswa berlatih menyusun teks pidato dan mempraktikan. Dalam siklus ini guru menyajikan dua jenis pidato dan siswa memilih salah satu dari pidato tersebut. Dengan menyajikan teks pidato itu diharapkan siswa bisa mencontoh cara mebuat teks pidato. Siswa bisa mengembangkan ide pidato sendiri.

Dalam siklus 2, guru menggunakan metode demonstrasi. Saat guru mendemonstrasikan pidato siswa melihat/memperhatikan, berlatih menyusun teks pidato dan mempraktikan. Dari tindakan tersebut diharapkan dengan menggunakan metode demonstrasi kemampuan berpidato akan mengalami peningkatan. Siswa dapat berpidato sesuai dengan apa yang telah dicontohkan guru. Rasa malu, grogi, takut jadi hilang.

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan digunakannya metode demonstrasi kemampuan berpidato siswa kelas IX A MTs Ma’arif 04 Tamansari Purbalingga dapat meningkat .

(21)

Bagan 1 Kerangka Pikir Penelitian BAB III. Kondisi awal Guru masih mengajarkan Tanpa menggunakan metode demonstrasi Proses pembelajaran berpidato belum maksimal keterampilan berpidato siswa belum maksimal/ketunta

san belajar masih kurang Proses pembelajaran berpidato dengan menggunakan metode demonstrasi Siklus I Menggunakan metode demonstrasi,siswa melihat dan mempraktikan. Siklus II Menggunakan metode demanstrasi ,siswa melihat,berlatih

menyusun teks pidato dan mempraktikan Kondisi akhir Diduga dengan menggunakan metode demonstrasi kemampuan berpidato akan mengalami peningkatan. tindakan

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, analisis data hasil belajar siswa kelas XI Ak 5 keterampilan menulis Hanzi dalam pembelajaran bahasa Mandarin menggunakan metode resitasi, nilai

Algoritma yang disajikan dalam makalah ini yang didasari oleh clonal selection dengan mekanisme seleksi positif dan seleksi negatif, terbukti berhasil menggantikan

Dalam hal aset keuangan atau liabilitas keuangan tidak diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, nilai wajar tersebut ditambah atau dikurang dengan biaya

Pusat Teknologi Inventarisasi Sumberdaya Alam, BPPT Jl. Tujuan makalah ini adalah untuk memperkenalkan sistem baru untuk estimasi luas panen padi yang disebut sebagai “Pendekatan

Konkrit adalah kualifikasi tindakan hukum yang berkenaan dengan suatu peristiwa hukum tertentu, individual diartikan sebagai suatu tindakan hukum yang ditujukan

Variabel respon yang diamati dalam penelitian ini adalah IPK mahasiswa Sistem Informasi angkatan 2017 STMIK Atma Luhur yang terdiri dari 2 kategori yaitu kategori IPK kurang dari 3

Usaha perkebunan sering disebut pertanian besar, sebab tanamannya diselenggarakan secara besar-besaran. Jenis tanaman yang ditanam adalah jenis tanaman musiman,

2) Isi Perjanjian Rental Mobil Lepas Kunci pada CV Gotong-Royong Trans dengan Penyewa berupa Perorangan ... Pelaksanaan Perjanjian Rental Mobil Lepas Kunci pada CV