• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

a

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN

NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG

RETRIBUSI PELAYANAN PASAR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TUBAN,

Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 29 Tahun 2003 tentang Retribusi Pasar beserta perubahannya perlu diganti;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Retribusi Pelayanan Pasar.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965 (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2730);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209);

3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851);

4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah kedua kali dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);

(2)

6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5049);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Hukum Acara Pidana sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 (Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5145);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah ( Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4855);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5161);

12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah kedua kali dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011;

13. Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 10 Tahun 2007 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tuban (Lembaran Daerah Kabupaten Tuban Tahun 2007 Seri E Nomor 25);

14. Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 01 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Tuban (Lembaran Daerah Kabupaten Tuban Tahun 2008 Seri E Nomor 7);

(3)

15. Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 03 Tahun 2008 tentang Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Tuban ( Lembaran Daerah Kabupaten Tuban Tahun 2008 Seri D Nomor 2) .

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TUBAN

dan

BUPATI TUBAN

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TENTANG

RETRIBUSI PELAYANAN PASAR. BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Tuban.

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintaha Kabupaten Daerah. 3. Bupati adalah Bupati Tuban.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tuban.

5. UPTD Pasar, adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas yang ditunjuk atau ditugasi oleh Kepala Dinas Perekonomian dan Pariwisata dan diberi tugas tertentu di bidang pengelolaan dan retribusi Pasar Daerah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6. Pasar Daerah, adalah sebagai suatu tempat baik terbuka maupun tertutup dengan segala kelengkapannya adalah milik dan atau dibawah pengelolaan, pengawasan pemerintah Kabupaten yang dipergunakan perdagangan jual beli / transaksi barang maupun jasa baik tetap atau tidak tetap secara teratur.

7. Pasar Hewan adalah pasar yang khusus disediakan bagi pedagang ternak.

8. Jasa adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

9. Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

(4)

10. Retribusi Pelayanan Pasar Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pembayaran atas pelayanan penyediaan kios, los dan pelataran di pasar dan pasar hewan yang disediakan, dimiliki dan atau dikelola Pemerintah Daerah, tidak termasuk yang disediakan dan dikelola oleh BUMD, BUMN dan Pihak Swasta.

11. Bangunan, adalah semua bangunan yang berada dalam pasar yang dipergunakan untuk keperluan penjualan di pasar.

12. Kios, adalah sebuah bangunan tetap dalam bentuk petak yang beratap dan dipisahkan satu dengan yang lainnya berdinding keliling dan berpintu yang dipergunakan untuk berjualan di pasar.

13. Los, adalah sebuah bangunan tetap di dalam lingkungan pasar yang beratap berbentuk bangunan memanjang sifatnya terbuka dan tanpa dinding keliling yang dipergunakan untuk berjualan.

14. Pelataran Pasar adalah tanah di area pasar dimana tidak didirikan bangunan kios/los dan atau bangunan lainnya.

15. MCK, adalah sarana untuk mandi cuci dan kakus yang dibangun di lingkungan pasar dan atau kawasan pasar.

16. Pedagang, adalah orang pribadi atau badan usaha yang melakukan kegiatan perdagangan diarea Pasar baik yang menempati tempat secara tetap maupun tidak tetap.

17. Wajib Retribusi, adalah orang pribadi atau Badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi daerah diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi daerah, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

18. Masa Retribusi, adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan jasa pelayanan fasilitas pasar.

19. Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SSRD adalah bukti pembayaran atau penyetoran retribusi yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati.

20. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok retribusi yang terhutang.

21. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya disingkat SKRDKBT, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan.

22. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKRDLB, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terhutang atau seharusnya tidak terhutang.

(5)

23. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administratif berupa bunga dan/atau denda.

24. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap SKRD, SKRDKBT, SKRDLB atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Retribusi.

25. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, persekutuan, perkumpulan, Yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

26. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek retribusi, penentuan besarnya retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan retribusi kepada Wajib Retribusi serta pengawasan penyetorannya.

27. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh Bupati untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran daerah pada Bank yang telah ditetapkan.

28. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan retribusi dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah dan retribusi daerah.

29. Penyidikan Tindak Pidana di bidang retribusi daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

BAB II

NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI Pasal 2

Dengan nama Retribusi Pelayanan Pasar dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan penyediaan fasilitas pasar berupa Kios, Los dan Pelataran yang dikelola oleh Pemerintah Daerah dan khusus disediakan untuk pedagang.

(6)

Bagian Kedua Tempat Kedudukan

Pasal 3

(1) Obyek retribusi adalah setiap jasa pemanfaatan pemakaian fasilitas Pasar berupa Kios, Los, Pelataran dan fasilitas lainnya yang berada di dalam pasar. (2) Fasilitas pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a. pemakaian / penggunaan Kios pasar; b. pemakaian / penggunaan Los pasar;

c. pemakaian / penggunaan pelataran atau halaman di dalam pasar; d. pemakaian / penggunaan jasa sarana MCK di dalam pasar; e. pelayanan tempat kendaraan di pasar.

Pasal 4

Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh pelayanan fasilitas pasar tradisional / sederhana yang dikelola oleh Pemerintah Daerah.

BAB III

GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 5

Retribusi Pelayanan Pasar digolongkan sebagai retribusi jasa umum. BAB IV

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA

Pasal 6

Tingkat penggunaan jasa retribusi pelayanan pasar diukur berdasarkan lokasi, luas, jenis, jasa pelayanan serta penggunaan jangka waktu fasilitas pasar.

BAB V

PRINSIP DAN SASARAN PENETAPAN TARIP RETRIBUSI

Pasal 7

Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif Retribusi Pelayanan Pasar ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan dan efektifitas pengendalian atas pelayanan tersebut.

(7)

Pasal 8

(1) Tarip retribusi ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali.

(2) Peninjauan tarip retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian.

(3) Penetapan tarip retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

BAB VI

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIP RETRIBUSI

Pasal 9

(1) Setiap Pengguna jasa fasilitas pasar dikenakan Retribusi.

(2) Besarnya tarip retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebagai berikut :

a. pemakaian fasilitas / bangunan Pasar di wilayah Kota Tuban kecuali Pasar Sore dan Pasar Atom :

- bangunan permanen tertutup (Kios) sebesar Rp. 300,00 (tiga ratus rupiah) /m2/hari;

- bangunan permanen tertutup (Los) sebesar Rp. 140,00 (seratus empat puluh rupiah) /m2/hari;

- halaman terbuka / pelataran / dasaran di dalam pasar sebesar Rp. 350,00 (tiga ratus lima puluh rupiah) /m2/hari;

- halaman terbuka / pelataran / dasaran di luar pasar sebesar Rp. 350,00 (tiga ratus lima puluh rupiah) /m2/hari;

b. pemakaian fasilitas / bangunan Pasar di luar Kota Tuban kecuali Pasar Karangagung :

- bangunan permanen tertutup (Kios) sebesar Rp. 200,00 (dua ratus rupiah) /m2/hari;

- bangunan permanen tertutup (Los) sebesar Rp.100,00 (seratus rupiah) /m2/hari;

- halaman terbuka / pelataran / dasaran di dalam pasar sebesar Rp. 300,00 (tiga ratus rupiah) /m2/hari;

- halaman terbuka / pelataran / dasaran di luar pasar sebesar Rp. 300,00 (tiga ratus rupiah) /m2/hari.

c. Pemakaian Fasilitas / Bangunan Pasar Sore dan Pasar Atom : - 7 -

(8)

- bangunan permanen tertutup (Kios) sebesar Rp. 350,00 (tiga ratus lima puluh rupiah) /m2/hari;

- bangunan permanen tertutup (Los) sebesar Rp. 200,00 (dua ratus rupiah) /m2/hari;

- halaman terbuka / pelataran / dasaran di dalam pasar sebesar Rp. 350,00 (tiga ratus lima puluh rupiah) /m2/hari;

- halaman terbuka / pelataran / dasaran di luar pasar sebesar Rp. 350,00 (tiga ratus lima puluh rupiah) /m2/hari.

d. Pemakaian Fasilitas / Bangunan Pasar Karangagung :

- bangunan permanen tertutup (Kios) sebesar Rp. 325,00 (tiga ratus dua puluh lima rupiah) /m2/hari;

- bangunan permanen tertutup (Los) sebesar Rp. 175,00 (seratus tujuh puluh lima rupiah) /m2/hari;

- halaman terbuka / pelataran / dasaran di dalam pasar sebesar Rp. 300,00 (tiga ratus rupiah) /m2/hari;

- halaman terbuka / pelataran / dasaran di luar pasar sebesar Rp. 300,00 (tiga ratus rupiah) /m2/hari.

e. Pemakaian tempat penjualan dan pemakaian tempat untuk penukaran hewan ternak di pasar hewan Kabupaten Tuban dikenakan retribusi sebagai berikut :

a. sapi, kerbau dan kuda sebesar Rp. 3.500,00 (tiga ribu lima ratus rupiah) /ekor/hari;

b. kambing dan domba sebesar Rp. 1.000,00 (seribu rupiah) /ekor/hari;

c. ayam / itik / entok dan burung sebesar Rp. 500,00 (lima ratus rupiah ) /ekor/hari.

f. untuk pemakaian tempat penurunan ternak, pemeriksaan kesehatan ternak dan pengelolaan limbah dikenakan retribusi sebesar Rp. 1.500,00 ( seribu lima ratus rupiah) /ekor/hari.

h. untuk pengesahan surat jual beli ternak dikenakan retribusi sebesar : a. Sapi, Kerbau dan Kuda sebesar Rp. 2.000,00 (dua ribu rupiah) /ekor/hari; b. Kambing dan Domba sebesar Rp. 1.000,00 (seribu rupiah) /ekor/hari. i. Parkir dalam area Pasar dikenakan retribusi sebagai berikut :

a. truck gandengan / Bus sebesar Rp. 5.000,00 (lima ribu rupiah) sekali masuk;

(9)

b. truck engkel / double sebesar Rp. 4.000,00(empat ribu rupiah) sekali masuk;

c. mobil barang / Taksi sebesar Rp. 3.000,00 (tiga ribu rupiah) sekali masuk;

d. dokar / gledekan sebesar Rp. 500,00 (lima ratus rupiah) sekali masuk; e. sepeda Motor sebesar Rp. 500,00 (lima ratus rupiah) sekali masuk; f. becak sebesar Rp. 200,00 (dua ratus rupiah) sekali masuk;

g. sepeda pancal Rp. 200,00 (dua ratus rupiah) sekali masuk.

j. untuk pemakaian jasa prasarana MCK khusus Pasar Daerah Jatirogo, Bangilan, Montong dan Pasar Hewan sebagai berikut :

a. buang air kecil sebesar Rp. 500.00 (lima ratus rupiah) sekali pakai; b. buang air besar sebesar Rp. 1.000,00 (seribu rupiah) sekali pakai; c. mandi sebesar Rp. 1.500,00 (seribu lima ratus rupiah) sekali pakai.

k. untuk bongkar muat barang diluar pelataran pasar yang masih dalam kawasan pasar dikenakan retribusi sebagai berikut :

a. kendaraan / mobil roda 4 (empat) sebesar Rp. 3.000,00 (tiga ribu rupiah) tiap kendaraan;

b. kendaraan truk engkel / double sebesar Rp. 4.000,00 (empat ribu rupiah) tiap kendaraan;

c. kendaraan truk double sebesar Rp. 5.000,00 (lima ribu rupiah) tiap kendaraan

.

BAB VII

WILAYAH PEMUNGUTAN

Pasal 10

Retribusi pelayanan pasar dipungut di wilayah Kabupaten Tuban. BAB VIII

TATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 11

(1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau Dokumen lain yang dipersamakan.

(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa karcis, dan/atau kartu langganan.

(10)

Pasal 12

(1) Pembayaran retribusi harus dilakukan secara tunai.

(2) Setiap pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan tanda bukti pembayaran.

(3) Setiap pembayaran dicatat dalam buku penerimaan.

(4) Hasil pungutan retribusi disetorkan secara bruto ke kas umum daerah selambat - lambatnya 1 x 24 jam setiap hari kerja.

BAB IX

CARA PENGHITUNGAN RETRIBUSI

Pasal 13

Besarnya Retribusi Pelayanan Pasar yang terhutang dihitung berdasarkan perkalian antara tingkat penggunaan jasa dengan tarif Retribusi.

BAB X

MASA RETRIBUSI

Pasal 14

(1) Masa retribusi pelayanan pasar adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan jangka waktu pemanfaatan fasilitas pasar;

(2) Retribusi pelayanan pasar yang terutang terjadi pada saat pemanfaatan fasilitas pasar atau sejak diterbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan

BAB XI

KERINGANAN, PENGURANGAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 15

(1) Pengurangan dan keringanan retribusi pelayanan pasar diberikan dengan melihat kemampuan wajib retribusi.

(2) Pembebasan retribusi pelayanan pasar diberikan dengan melihat fungsi dan obyek retribusi.

(11)

BAB XII

KEBERATAN

Pasal 16

(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertai alasan alasan yang jelas.

(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKRD diterbitkan, kecuali jika Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya.

(4) Keadaan diluar kekuasaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah suatu keadaan yang terjadi diluar kehendak atau kekuasaan Wajib Retribusi.

(5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar Retribusi dan pelaksanaan penagihan Retribusi.

Pasal 17

(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan dengan menerbitkan Surat Keputusan Keberatan.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk memberikan kepastian hukum bagi Wajib Retribusi, bahwa keberatan yang diajukan harus diberi keputusan oleh Bupati.

(3) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya Retribusi yang terutang.

(4) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.

Pasal 18

(1) Jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran Retribusi dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan untuk paling lama 12 (dua belas) bulan.

(2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKRDLB.

(12)

BAB XIII

SANKSI ADMINISTRASI Pasal 19

Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang terhutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah (STRD).

BAB XIV

PENAGIHAN

Pasal 20 (1) Penagihan didahului dengan surat teguran.

(2) Penagihan dilakukan dengan menggunakan STRD.

(3) Tata cara penagihan lebih lanjut diatur dengan Peraturan Bupati. BAB XV

TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI

YANG KEDALUWARSA

Pasal 21

(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi, menjadi kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terhutang Retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang Retribusi.

(2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tertangguh apabila :

a. diterbitkan Surat Teguran; atau

b. ada pengakuan hutang Retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak langsung.

(3) Dalam hal diterbitkan surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf a, kedaluarsa penagihan dihitung sejak tanggal diterimanya surat teguran.

(4) Pengakuan hutang retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf b adalah wajib retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai hutang retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.

(13)

(5) Pengakuan hutang retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat 2 huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh wajib retribusi.

Pasal 22

(1) Piutang Retribusi yang tidak dapat ditagih lagi karena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapus.

(2) Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

(3) Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XVI

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN

Pasal 23

(1) Atas kelebihan pembayaran Retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati.

(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memberikan keputusan, apabila tidak ada keputusan keberatan dianggap dikabulkan.

(3) Dalam jangka waktu sebagaimana 1 (satu) bulan sejak keputusan harus diterbitkan SKRDLB.

(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai hutang Retribusi lainnya, maka kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu hutang Retribusi tersebut.

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.

(6) Jika pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dilakukan setelah lewat 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran Retribusi.

(7) Tata cara pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

(14)

BAB XVII

PEMANFAATAN RETRIBUSI

Pasal 24

Pemanfaatan dari penerimaan retribusi pelayanan pasar diutamakan untuk mendanai kegiatan yang berkaitan langsung dengan penyelenggaraan pelayanan pasar.

BAB XVIII

INSENTIF PEMUNGUTAN

Pasal 25

(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan Retribusi dapat diberi insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu.

(2) Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebesar 5% (lima persen) dari realisasi retribusi.

(3) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

(4) Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB XIX

PENYIDIKAN

Pasal 26

(1) Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah dan Retribusi, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat Pegawai negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah daerah yang diangkat oleh Pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah :

a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

(15)

b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi;

d. memeriksa buku, catatan dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut ;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi;

g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang Retribusi; i. memanggil orang untuk di dengar keterangannya dan diperiksa sebagai

tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan; dan/atau

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memberitahukan dimulainya

penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana.

BAB XX

KETENTUAN PIDANA

Pasal 27

Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali jumlah retribusi terhutang yang tidak atau kurang dibayar.

(16)

BAB XXI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 28

Peraturan pelaksanaan atas Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati.

Pasal 29

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 7 Tahun 2000 tentang Retribusi Pasar (Lembaran Daerah Kabupaten Tuban Tahun 2000 Seri B Nomor 7) diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 29 Tahun 2003 (Lembaran Daerah Kabupaten Tuban Tahun 2003 Seri B Nomor 12) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 30

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tuban.

Ditetapkan di Tuban

pada tanggal 19 Agustus 2011 BUPATI TUBAN

ttd.

H. FATHUL HUDA

Diundangkan di Tuban

pada tanggal 19 Agustus 2011 Plt. SEKRETARIS DAERAH ttd.

Drs. HERI SISWORO, M.H. Pembina Utama Muda NIP. 19551128 198509 1 001

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN TAHUN 2011 SERI C NOMOR 01 - 16 -

(17)

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 04 TAHUN 2011

TENTANG

RETRIBUSI PELAYANAN PASAR

I. UMUM

Bahwa dalam rangka lebih meningkatkan pelaksanaan pembangunan dan potensi serta fungsi pasar untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan asli daerah serta guna meningkatkan pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Tuban, maka pengaturannya perlu lebih ditingkatkan lagi, sejalan dengan semakin meningkatnya pelaksanaan pembangunan dan pemberian pelayanan kepada masyarakat dengan memberikan fasilitas perpasaran dan mampu mencukupi konsumsi masyarakat terhadap barang-barang kebutuhan rumah tangga maupun barang dagangan lainnya untuk meningkatkan daya saing serta mendorong peningkatan eksport.

Bahwa dengan ditetapkannya Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 7 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Tuban Nomor 29 Tahun 2003 tentang Retribusi Pasar perlu disesuaikan dengan tingkat perkembangan dewasa ini.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Cukup jelas Pasal 3 Ayat 1 Cukup Jelas Ayat 2 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas - 17 -

(18)

Pasal 5 Cukup jelas Pasal 6 Cukup jelas Pasal 7 Cukup jelas. Pasal 8 Cukup jelas. Pasal 9

Pasal ini mengatur besarnya tarif retribusi yang disesuaikan dengan lokasi pasar, pemakaian fasilitas pasar untuk memenuhi azas keadilan yang diberikan kepada pedagang. Pasal 10 Cukup Jelas. Pasal 11 Cukup Jelas. Pasal 12 Cukup Jelas. Pasal 13 Cukup Jelas. Pasal 14 Cukup Jelas. Pasal 15 Ayat (1)

Pemberian pengurangan dan keringanan terkait dengan kondisi dan kemampuan wajib retribusi seperti orang jompo, cacat dan anak sekolah.

Ayat (2)

Pembebasan dapat diberikan kepada wajib retribusi dalam keadaan seperti korban bencana alam, terkena musibah dll.

Pasal 16

Cukup Jelas. Pasal 17

(19)

Cukup Jelas. Pasal 18

Cukup Jelas. Pasal 19

Dengan adanya sanksi berupa bunga atas keterlambatan / kekurangan membayar retribusi diharapkan adanya kepatuhan wajib retribusi lebih meningkat

Pasal 20

Cukup Jelas Pasal 21

Ayat (1)

Saat kedaluwarsa penagihan retribusi ini perlu ditetapkan untuk memberi kepastian hukum kapan utang retribusi tersebut tidak dapat ditagih lagi.

Ayat (2) huruf a

Dalam hal diterbitkan surat teguran kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal penyampaian surat teguran tersebut.

huruf b

Yang dimaksud dengan pengakuan hutang retribusi secara langsung ádalah wajib retribusi dengan kesadarannya menyatakan masih mempunyai utang retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.

Yang dimaksud dengan pengakuan hutang retribusi secara tidak langsung adalah wajib retribusi tidak secara nyata-nyata langsung menyatakan masih mempunyai hutang retribusi dan belum melunasinya kepada Pemerintah Daerah.

Contoh :

- wajib retribusi mengajukan permohonan angsuran / penundaan bayaran;

- wajib retribusi mengajukan permohonan keberatan. Ayat (3) Cukup Jelas Ayat (4) Cukup Jelas Ayat (5) - 19 -

(20)

Cukup Jelas Pasal 22 Cukup Jelas Pasal 23 Cukup Jelas Pasal 24 Cukup Jelas. Pasal 25 Cukup Jelas. Pasal 26 Ayat (1)

Penyidik tindak pidana di bidang retribusi adalah PPNS dilingkungan Pemerintah Kabupaten Tuban yang diangkat sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Ayat (2) Cukup Jelas. Ayat (3) Cukup Jelas. Ayat (4) Cukup Jelas. Pasal 27

Dengan adanya sanksi pidana diharapkan timbulnya kesadaran dan kepatuhan wajib retribusi untuk memenuhi kewajibannya sesuai batas waktu yang ditetapkan. Pasal 28 Cukup Jelas. Pasal 29 Cukup Jelas. Pasal 30 Cukup Jelas. - 20 -

Referensi

Dokumen terkait

.Dengan mengucap syukur yang sebesar-besarnya atas berkah dan karunia ALLAH SWT akhirnya penulis dapat menyelesaikan thesis ini yang disusun guna memenuhi sebagian

Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan

Sejak bulan Maret s/d Agustus 2010, Balai Besar Veteriner Denpasar bekerjasama dengan Project ACIAR AH 2006-166-AUSAID telah melakukan pengujian terhadap 3.000 spesimen

Penetapan Rencana Program dan Kegiatan, Indikator kinerja, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018

Untuk contoh perikanan budidaya, salah satunya adalah memenuhi kebutuhan nasional akan benih dan pakan seringkali tidak mencukupi, sehingga aktivitas perikanan

Elastisitas adalah kemampuan suatu benda untuk kembali ke bentuk semula setelah gaya luar yang diberikan pada benda tersebut dihilangkan.. Benda–benda yang memiliki sifat elastis

Bahan setek bagian bawah batang (B 1 ) dapat mempengaruhi pertumbuhan bibit setek tanaman buah naga merah dimana dapat dilihat bahwa setek bagian bawah batang