• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH METODE COURSE REVIEW HORAY BERBANTUAN MEDIA BY DESIGN TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH METODE COURSE REVIEW HORAY BERBANTUAN MEDIA BY DESIGN TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH METODE COURSE REVIEW HORAY BERBANTUAN

MEDIA

BY DESIGN

TERHADAP HASIL BELAJAR IPA

SISWA KELAS IV

I Putu Yogi Karnanda

1

, Ni Ketut Suarni

2

, I Made Citra Wibawa

3 1,3

Jurusan PGSD,

2

Jurusan BK

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

E-mail: ykarnanda@gmail.com

1

, tut_arni@yahoo.com

2

, dekwi_petiga@yahoo.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan hasil belajar IPA kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode course review horay berbantuan media by design, (2) mendeskripsikan hasil belajar IPA kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional, (3) mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode course review horay berbantuan media by design dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD di Gugus V Kecamatan Mendoyo tahun pelajaran 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan non-equivalent post-test only control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas IV SD di Gugus V Kecamatan Mendoyo tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 111 siswa. Sampel penelitian ini yaitu kelas IV SDN 1 Yehembang Kangin yang berjumlah 23 siswa dan siswa kelas IV SDN 3 Yehsumbul yang berjumlah 19 siswa yang dipilih dengan teknik random sampling. Data diperoleh melalui metode tes berbentuk pilihan ganda. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) skor rata-rata hasil belajar IPA kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode course review horay

berbantuan media by design adalah 19,00 yang terkategori tinggi, (2) nilai rata-rata hasil belajar IPA kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional adalah 10,94 yang terkategori rendah, (3) terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarakan dengan metode course review horay

berbantuan media by design dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus V Kecamatan Mendoyo tahun pelajaran 2015/2016 (sig=4,860 > 2,021).

Kata-kata kunci: Course review horay, hasil belajar

Abstract

The aimed of this research were (1) to describe student’s science learning outcome who learned by course review horay method aid by design media, (2) to describe student’s science learning outcome who learned by conventional learning, (3) to know the difference in science’s learning outcomes between students who learned by course review horay method aid by design mediaand students who learned by conventional learning on fourth grade students on cluster V at Mendoyo district in academic year 2015/2016. This study was quasi experimental research with non-equivalent post-test only control group design. The population of this research were all fourth grade students on Gugus V at Mendoyo district in academic year 2015/2016 whom total of the students were 111 students. The sample of this research was fourth grade students of SDN 1 Yehembang Kangin whom totaling 23 students and fourth grade students of SDN 3 Yehsumbul whom total of the students were 19 students which selected by random sampling technique. Learning outcome’s data collected by multiple choice test method. The data which obtained then analyzed using descriptive statistical analysis techniques and inferential

(2)

statistics (t-test). The result of this research showed, (1) the average score of student’s science learning outcome who learned by course review horay method aid by design media was 19 which excellent category, (2) the average score of student’s science learning outcome who learned by conventional learning was 10,94 which poor category, (3) that was significantly difference science’s learning outcomes between students who learned by course review horay method aid by design media and students who learned by conventional learning on fourth grade students on cluster V at Mendoyo district in academic year 2015/2016 (sig=4,860 > 2,021).

Key words: Course review horay, learning outcome

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam

menjamin keberlangsungan

pembangunan suatu bangsa. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 disebutkan bahwa, Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Berdasarkan pengertian tersebut, pendidikan dimaksudkan agar seseorang dapat mengembangkan segala aspek potensi yang dimilikinya sehingga terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas yang diharapkan mampu bersaing dengan negara lain yang telah maju. Untuk dapat menciptakan SDM yang berkualitas tentunya memerlukan suatu proses yang berkualitas pula, proses yang dimaksud yaitu dengan memberikan pendidikan yang baik kepada peserta didik.

Proses pendidikan yang baik yaitu dengan adanya pembelajaran efektif. Susanto (2013:53) menyatakan bahwa, “Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik dapat terlibat secara aktif, baik mental, fisik, maupun sosialnya”. Hal ini berarti dalam proses pembelajaran terjadi suatu interaksi yang baik antara guru dan peserta didik. Interaksi yang dimaksud adalah hubungan timbal balik antara guru

dan peserta didik, peserta didik dan guru, dan peserta didik dengan peserta didik lainnya.

Proses pendidikan di Indonesia saat ini belum dapat dikatakan baik, karena pembelajaran efektif belum terjadi secara sepenuhnya. Hal tersebut diakibatkan oleh beberapa kendala yang berkaitan dengan mutu pendidikan diantaranya adalah keterbatasan akses pendidikan dibeberapa daerah, kemampuan peserta didik di daerah perkotaan berbeda dengan di daerah pedesaan, penyebaran guru yang belum merata tertutama di daerah pelosok, serta kualitas guru yang masih kurang. Kendala-kendala tersebut dapat menghambat peningkatan kualitas pendidikan. Menyikapi hal tersebut, pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dengan melakukan perubahan dan penyempurnaan kurikulum dari tahun ketahunnya agar sesuai dengan tuntutan zaman. Beberapa kurikulum yang sempat berlaku di Indonesia yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan yang terbaru yaitu Kurikulum 2013. Kurikulum yang berlaku saat ini yaitu Kurikulum 2013 dan KTSP.

Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP) masih diberlakukan saat ini dikarenakan dalam pelaksanaan pembelajarannya disesuaikan dengan kondisi di daerah yang bersangkutan, hal tersebut dipandang bijak mengingat kondisi disetiap daerah berbeda termasuk kemampuan peserta didiknya. Berbeda halnya dengan Kurikulum 2013 yang menyamaratakan kemampuan peserta didik di semua daerah. Saat ini sebagian besar daerah menerapkan Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP), dikarenakan Kurikulum 2013 ini masih

(3)

disempurnakan dan belum semua sekolah di tiap daerah mampu menerapkannya sehingga hanya beberapa sekolah saja yang mampu menerapkan kurikulum ini.

Upaya perubahan dan

penyempurnaan kurikulum untuk meningkatkan kualitas pendidikan diharapkan dapat memberikan pengaruh yang optimal terutama di jenjang sekolah dasar. Hal ini dikarenakan sekolah dasar merupakan landasan bagi pendidikan selanjutnya dan merupakan tonggak awal peningkatan SDM. Apabila mutu pendidikan di sekolah dasar sudah baik tentunya di tingkat selanjutnya mutu pendidikan akan semakin baik yang bermuara positif terhadap kualitas pendidikan di Indonesia. Untuk dapat menciptakan mutu pendidikan yang baik di sekolah dasar maka guru memiliki peran yang penting sejalan dengan Kunandar (2007:54) yang menyatakan bahwa, “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik”.

Kemudian Manulang (dalam

Darmansyah, 2011) menyatakan bahwa

guru harus mampu membangun

hubungan dengan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan bersemangat, sehingga pembelajarannya memberi kepuasan (satisfaction), kebahagiaan (happiness) dan kebanggaan (dignities). Dengan demikian untuk menjadi pendidik yang profesional guru harus mampu membangun dan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Di jenjang sekolah dasar guru harus mengajar lima mata pelajaran wajib yang sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan meliputi Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Salah satu mata pelajaran yang memberikan pengaruh penting dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Sains atau IPA merupakan usaha manusia untuk memahami alam semesta, pada hakikatnya manusia hidup bergantung

terhadap alam disekitarnya. Alam memberikan kehidupan kepada manusia, selain itu alam juga memliki kontribusi yang besar dalam perkembangan IPTEKS. Sains atau IPA dibelajarkan di sekolah dasar memiliki beberapa tujuan berdasarkan Badan Nasional Standar Pendidikan (dalam Susanto 2013, 171) diantaranya yaitu 1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan

Yang Maha Esa berdasarkan

keberadaan, keindahan, dan keteraturan ciptaan-Nya. 2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. 4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. 5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan alam. 6) meningkatkan kesadaran untuk

menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. 7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.

Mata pelajaran IPA selama ini dianggap sulit oleh sebagian besar peserta didik, mulai dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah. Sebenarnya mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang menarik dan memiliki banyak manfaat dalam kehidupan. Anggapan terhadap sulitnya mata pelajaran IPA dapat dikarenakan oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu guru yang belum dapat menciptakan pembelajaran efektif dan menyenangkan serta menunjang keaktifan peserta didik. Tentunya hal tersebut berpengaruh terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik, sehingga mata pelajaran IPA dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit.

Pemaparan tersebut diperkuat dengan hasil observasi, wawancara, dan pencatatan dokumen di SD Gugus V

(4)

Kecamatan Mendoyo menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran guru cenderung menggunakan metode ceramah, tanya jawab, penugasan dan diskusi dikarenakan metode tersebut dipandang mudah untuk diterapkan dan praktis karena tidak terlalu banyak memerlukan persiapan, selain itu juga karena guru tidak ada cukup waktu untuk memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang inovatif. Kemudian juga dalam pembelajaran guru tidak menggunakan media dalam pembelajaran dikarenakan guru tidak ada waktu untuk mempersiapkan media. Akibatnya dalam pembelajaran siswa menjadi pasif, kemudian suasa kelas menjadi sunyi dan siswa kesulitan untuk memahami konsep materi yang dipelajari. Hal tersebut bermuara pada rendahnya hasil belajar IPA siswa.

Menyikapi hal tersebut, perlu dilakukan upaya alternatif dalam pembelajaran oleh guru dengan melibatkatkan siswa secara aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran, serta dapat menimbulkan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dan perlu mengingat bahwa siswa SD memiliki ciri masih suka bermain maka diperlukan pemilihan model, metode dan strategi pembelajaran yang memiliki kriteria bermain sambil belajar namun tetap menitik beratkan pada pemahaman konsep siswa mengenai materi yang dibahas.

Metode course review horay

merupakan salah satu alternatif metode pembelajaran, dalam penerapannya metode ini akan membuat siswa aktif dan senang dalam pembelajaran karena adanya hiburan yang berupa apresiasi terhadap jawaban betul dan metode ini seperti kuis berkelompok. Huda (2014) menyatakan metode ini berusaha untuk menguji pemahaman siswa dalam menjawab soal, di mana jawaban tersebut dituliskan pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi nomor. Sugandi dan Sri (2012) menyatakan bahwa metode

course review horay merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang dalam kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan cara mengelompokkan siswa ke

dalam kelompok-kelompok kecil. Dari pendapat para ahli tersebut dapat disintesiskan bahwa metode course review horay ini merupakan suatu metode pembelajaran dengan kegiatan belajar

mengajar dilakukan dengan

mengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil dengan tujuan menguji pemahaman siswa mengenai suatu konsep materi baik secara individu maupun kelompok, dengan demikian metode course review horay ini merupakan suatu metode pembelajaran yang mengarah pada pemahaman konsep.

Beberapa peneliti juga pernah menerapkan course review horay dalam pembelajaran beberapa diantaranya yaitu Giri yang melakukan penelitian di kelas IV SD Negeri Patas, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa model pembelajaran

course review horay memberikan pengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Begitu juga dengan penelitian Pujayanti yang menunjukkan hal yang sama yaitu penerapan pembelajaran

course review horay dapat memberikan hal yang positif terhadap hasil belajar.

Selain pemilihan model, metode dan strategi yang cocok, guru hendaknya memilih media pembelajaran. Hamalik (dalam Arsyad 2009:15) menyatakan bahwa, ”Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa”. Salah satu contoh media yang dapat digunakan yaitu media by design. Media by design adalah media rancangan yang dirancang atau dibuat dan dipersiapkan secara khusus untuk tujuan pembelajaran tertentu (Sadiman dkk, 2005). Kelebihan dari media by design adalah media by design ini merupakan media yang dirancang sesuai dengan tujuan pembelajaran materi dan siswa, dan materi yang sulit dapat dijelaskan dengan penggunaan media ini.

Berdasarkan pemaparan tersebut dapat dikatakan bahwa, metode course review horay berbantuan media by design

(5)

belajar IPA siswa. Namun seberapa jauh pengaruhnya pada penelitian ini belum dapat diungkapkan. Maka dari itu, permasalahan ini diangkat dalam suatu penelitian berjudul “Pengaruh Metode

Course Review Horay Berbantuan Media

By Design terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Gugus V Kecamatan Mendoyo Tahun Pelajaran 2015/2016”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk 1) mendeskripsikan hasil belajar IPA kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode course review horay

berbantuan media by design, 2) mendeskripsikan hasil belajar IPA kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional, 3) mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode course review horay

berbantuan media by design dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD di Gugus V Kecamatan Mendoyo Tahun Pelajaran 2015/2016.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi eksperiment) karena desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2012). Desain penelitian yaitu non-equivalent post-test only control group design. Desain ini dipilih karena tidak memungkinkan mengubah kelas desain yang ada. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD di Gugus V Kecamatan Mendoyo tahun pelajaran 2015/2016 yang menerapkan kurikulum KTSP, dengan jumlah siswa secara keseluruhan berjumlah 111 orang siswa. Sebelum menentukan sampel penelitian maka dilakukan uji kesetaraan untuk mengetahui setara atau tidaknya kemampuan siswa kelas IV di masing-masing SD. Uji kesetaraan ini dilakukan dengan menganalisis nilai hasil belajar IPA siswa dengan menggunakan rumus ANAVA A.

Berdasarkan hasil analisis dengan ANAVA A pada taraf signifikansi 5% didapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD gugus V Kecamatan Mendoyo atau dengan kata lain kemampuan siswa kelas IV SD Gugus V Kecamatan Mendoyo adalah setara.

Setelah melakukan uji kesetaraan, maka dilanjutkan dengan pemilihan sampel. Pemilihan sampel yang digunakan untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah dengan teknik random sampling dengan cara undi. Sampel yang diperoleh harus bersifat representatif. Sampel yang representatif diperoleh dengan prosedur penentuan sampel menurut Winarno. Jumlah populasi pada penelitian ini adalah 111 orang siswa dengan demikian banyaknya jumlah sampel harus memenuhi 25% dari jumlah populasi keseluruhan, yaitu sebanyak 28 orang siswa. Berdasarkan hasil undi diperoleh kelas IV SDN 1 Yehembang Kangin ditetapkan sebagai kelompok eksperimen yang mendapatkan perlakuan metode

course review horay berbantuan media by design dan kelas IV SDN 3 Yehsumbul ditetapkan sebagai kelompok kontrol, dengan total siswa keseluruhan yaitu sebanyak 42 orang siswa. Sampel penelitian yang diperoleh telah memenuhi kriteria 25% dari jumlah populasi sehingga sampel yang didapat telah representatif dan dapat dilanjutkan ketahap selanjutnya yaitu penentuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar IPA yang meliputi aspek kognitif digunakan metode tes, dengan intrumen berupa tes pilihan ganda. Sebelum digunakan dalam post-test, intrumen yang digunakan diuji cobakan pada populasi. Uji coba tes hasil belajar IPA meliputi uji validitas tes, uji reliabilitas tes, daya beda butir tes dan tingkat kesukaran butir tes.

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama dilakukan analisis deskriptif. Pada tahap kedua dilakukan uji coba prasyarat untuk pembuktian persyaratan

(6)

analisis statistik. Sedangkan pada tahap ketiga dilakukan analisis untuk pembuktian hipotesis.

Pengujian terhadap hipotesis yang telah dirumuskan, dilakukan melalui uji-t (polled varians). Sebelum melakukan uji hipotesis, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan perlu dibuktikan. Persyaratan yang dimaksud yaitu: (1) data yang dianalisis harus berdistribusi normal, (2) mengetahui data yang dianalisi bersifat homogen atau tidak.

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL

Data hasil penelitian yang dianalisis adalah data berbentuk skor. Data hasil belajar IPA siswa didapatkan dari hasil

post-test. Intrumen yang digunakan untuk

post-test sudah valid berdasarkan kriteria yang ditetapkan dari hasil analisis uji coba

intrumen penelitian. Jumlah soal post-test

hasil belajar IPA adalah sebanyak 27 butir pilihan ganda yang telah mewakili

keseluruhan indikator dalam

pembelajaran. Selama kegiatan post-test, siswa di kelas eksperimen serta kelas kontrol hadir secara keseluruhan. Jumlah pertemuan untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol sama yaitu sebanyak delapan kali pertemuan dalam pembelajaran. Setiap pertemuan disesuaikan dengan jadwal pelajaran yang ada di sekolah tersebut.

Data yang diperoleh dalam penelitian adalah data tentang hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Rincian data hasil belajar IPA kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan pada tabel 1 sebagai berikut.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Hasil Belajar IPA Data

Statistik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol

Mean Median Modus 19,00 20,00 20,94 10,94 10,22 9,30 Standar Deviasi (SD) Varians 5,86 34,34 4,513 20,37 Skor Minimum Skor Maksimum 6,00 26,00 5,00 22,00 Mean (M), Median (Md), Modus (Mo) hasil

belajar IPA siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol selanjutnya disajikan ke dalam grafik poligon. Tujuan penyajian data ini adalah untuk menafsirkan sebaran data hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hubungan antara Mean (M), Median (Md), Modus (Mo) dapat digunakan untuk menentukan kemiringan kurva poligon distribusi frekuensi. Data hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan ke dalam grafik poligon seperti pada gambar 1 dan 2.

Gambar 1. Grafik Poligon Data Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen Berdasarkan Gambar 1 diketahui modus lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean (Mo>Md>M). Dengan demikian, grafik poligon pada gambar 1 membentuk kurva juling negatif yang

M = 19,00

Md = 20,00 Mo = 20,94

(7)

berarti sebagian besar skor cenderung tinggi.

Gambar 2. Grafik Poligon Data Hasil Belajar IPA Kelompok Kontrol Berdasarkan Gambar 2 diketahui modus lebih kecil dari median dan median lebih kecil dari mean (Mo<Md<M). Dengan demikian, grafik poligon pada gambar 2 membentuk kurva juling positif yang berarti sebagian besar skor cenderung rendah.

Sebelum melakukan uji hipotesis maka harus dilakukan beberapa uji prasyarat terhadap sebaran data yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas terhadap data tes hasil belajar IPA siswa. Adapun rincian mengenai uji normalitas dapat dilihat pada tabel 2 dan uji homogenitas dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 2. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar IPA No. Kelompok Data

Hasil Belajar

2

Nilai Kritis dengan Taraf

Signifikansi 5% Status 1 2 Eksperimen Kontrol 4,523 3,775 7,815 5,591 Normal Normal Tabel 3. Rangkuman Hasil Uji Homogentias Varians

Sumber Data Fhitung Ftabel Signifikansi 5% dengan Taraf Status

Kelompok Eksperimen dan Kontrol 1,67 2,19 Homogen

Berdasarkan tabel 2 dan tabel 3 tampak bahwa hasil belajar IPA kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan homogen, dengan demikian dapat dilanjutkan dengan uji hipotesis. Pengujian hipotesis ini mengguankan uji-t dengan rumus

polled varians. Hipotesis penelitian yang diuji adalah terdapat perbedaan hasil

belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan metode course review horay berbantuan media by design

terhadap hasil dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD di Gugus V Kecamatan Mendoyo tahun pelajaran 2015/2016. Hasil perhitungan uji-t dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4 Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t

Kelompok N X s2 t hitung ttabel ( 5%) Eksperimen Kontrol 24 18 19,00 10,94 34,34 20,37 4,860 2,021

Berdasarkan analisis data menggunakan uji-t, diperoleh thitung =

4,860 dan ttabel (db= 40) dengan taraf

signifikansi 5% = 2,021. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung lebih

besar dari ttabel (thitung > ttabel), sehingga

hasil penelitian adalah signifikan. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang

signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode course review horay

berbantuan media by design dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. M = 10,94

Md = 10,22 Mo = 9,30

(8)

PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis deskriptif terhadap hasil belajar IPA siswa, diperoleh hasil bahwa nilai rata-rata siswa yang dibelajarkan dengan metode course review horay berbantuan media by design

adalah 19,00 yang terkategori tinggi, sedangkan nilai rata-rata siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional adalah 10,94 yang terkategori rendah. Hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan metode course review horay berbantuan media by design

memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.

Berdasarkan analisis data menggunakan uji-t, diperoleh thitung =

4,860 dan ttabel (db= 40) dengan taraf

signifikansi 5% = 2,021. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung lebih

besar dari ttabel (thitung > ttabel), sehingga

hasil penelitian adalah signifikan. Berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode course review horay berbantuan media by design

dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang yang dibelajarkan dengan metode course review horay berbantuan media by design

dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional disebabkan oleh beberapa hal terkait dengan pelaksanaan pembelajaran. Perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode course review horay berbantuan media by design

dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional dapat dijelaskan secara teoretis dan operasional empiris.

Pertama, dilihat dari segi landasan teoretis. Course review horay merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan. Huda (2014) menyatakan metode ini berusaha untuk menguji pemahaman siswa dalam menjawab soal,

jawaban tersebut dituliskan pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi nomor. Sugandi dan Sri (2012) menyatakan bahwa course review horay merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang dalam kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan cara siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil. Dalam pelaksanaannya metode course review horay ini berbantuan media by design, media by design adalah media rancangan yang dirancang atau dibuat dan dipersiapkan secara khusus untuk tujuan pembelajaran tertentu (Sadiman dkk, 2005).

Berbeda halnya dengan

pembelajaran konvensional, pada pembelajaran konvensional metode ceramah mendominasi, Sanjaya (2010:147) menyatakan bahwa, “Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa”. Karena dalam penerapan pembelajaran konvensional menggunakan metode ceramah maka kegiatan pembelajaran yang dilakukan berpusat pada guru (teacher centered) sehingga terjadi komunikasi searah, yaitu dari guru ke siswa. Guru mendominasi seluruh kegiatan pembelajaran, sedangkan siswa hanya pasif menerima informasi yang disampikan oleh guru.

Kedua, dilihat dari operasional empiris pelaksanaan pembelajaran. Pada saat pelaksanaan pembelajaran dengan metode course review horay berbantuan media by design tampak bahwa setelah guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan materi siswa dengan sigap siswa langsung membuka buku dan mencari materi yang disampaikan oleh guru, berdasarkan hal tersebut tampak bahwa minat siswa untuk belajar sudah mulai meningkat. Ketika guru mengajukan pertanyaan terkait materi yang telah dibaca, siswa telah dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh guru, itu berarti siswa telah mampu mengontruksi pengetahunnya sendiri, bahkan tidak hanya guru saja yang mengajukan pertanyaan namun ada juga siswa yang mengajukan pertanyaan

(9)

terkait dengan hal-hal yang belum mereka mengerti.

Kemudian siswa juga tampak penasaran dengan media yang disediakan oleh guru, terlihat dari cara siswa memandangin media dan siswa yang menyentuh serta memegang media pembelajaran. Setalah media diamati dan dimanipulasi sesuai dengan intruksi guru tampak bahwa sudah adanya gambaran secara nyata mengenai materi yang dibahas di benak siswa, hal ini dapat dilihat dari siswa yang menganggukkan kepala pertanda ia mengerti sesuatu hal, kemudian siswa mulai berdiskusi dengan temannya. Pernyataan ini didukung oleh Hamalik (dalam Arsyad, 2006:15) yang menyatakan bahwa, ”Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar dapat membangkitkan keinginan siswa dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa”.

Dalam pembelajaran siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan tampak siswa sangat senang belajar dengan kelompok serta memiliki rasa

bertanggung jawab terhadap

kelompoknya. Ketika mengisi nomor di setiap kotak, siswasangat antusias dan aktif dalam pembelajaran kemudian terlihat juga suasana kelas yang terjadi menyenangkan dan meriah hal ini disebabkan karena perwakilan kelompok yang maju meminta pertimbangan kelompoknya untuk menentukan nomor sehingga memberikan dampak positif terhadap eratnya kekompakan kelompok dan suasana kelas.

Ketika guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya, tampak bahwa siswa di setiap kelompok saling berdiskusi untuk menentukan jawaban yang mereka anggap benar, bahkan di antara anggota kelompok sering terjadi perdebatan untuk menyatukan pemikiran. Ketika dalam kelompok tidak menemukan titik terangnya karena anggota kelompok yang memiliki pendapat yang berbeda, maka salah satu anggota kelompok kembali menanyakan soal kepada guru untuk mengkonfirmasi maksud dari pertanyaan

tersebut sehingga mereka dapat mendiskusikan kembali jawaban yang mereka anggap benar. Tampak juga terjadinya persaingan positif antar kelompok, ketika ada satu kelompok yang telah menempel jawabannya maka kelompok yang lain termotivasi tidak mau kalah untuk segera menyatukan

pemikiran dan menempelkan

jawabannya. Pada kegiatan ini telah tampak interaksi positif yang terjadi baik itu interaksi antar guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa. Pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran efektif, pernyataan ini didukung oleh Susanto (2014:53) yang

menyatakan bahwa, ”Proses

pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik dapat terlibat secara aktif, baik mental, fisik, maupun sosialnya”.

Ketika semua soal terjawab, siswa dan guru membahas soal satu-persatu. Tampak bahwa guru merangsang siswa untuk mengutarakan jawaban-jawaban kelompoknya dengan tujuan untuk melatih siswa mempertahankan jawaban mereka. Pada awal-awal pembelajaran tampak bahwa kebanyakan siswa masing

ragu-ragu terhadap jawaban

kelompokknya, namun setelah beberapa kali pertemuan mereka sudah berani mempertahankan dan mempertanggung jawabkan jawabannya. Setelah seluruh kelompok mengutarakan jawabannya barulah guru membahas soal yang bersangkutan, kemudian salah satu perwakilan kelompok berada di lembar kotak kelompoknya untuk mendikte jawaban kelompoknya.

Setelah soal dibahas maka perwakilan kelompok yang ditugaskan untuk mendikte langsung mendikte

jawaban kelompoknya apabila

jawabannya benar diberi tanda √ dan apabila jawaban salah di beri tanda X. Selama kegiatan mendikte ini berlangsung tampak dengan jelas ekspresi siswa yang senang terhadap jawaban yang benar dan ekspresi kecewa terhadap jawaban yang salah, namun tidak membuat siswa terpuruk justru membuat siswa semakin antusian dan bersemangat karena ingin mendapatkan

(10)

jawaban benar secara keseluruhan dan tidak mau kalah dari kelompok lainnya. Jumlah √ yang berjejer secara horizontal, vertikal maupun diagonal disebut horay jadi siswa tidak meneriakkan horay berdasarkan jumlah tanda √ yang berjejer, namum horay diteriakkan berbarengan dengan jumlah tanda √ yang berjejer yang mereka dapatkan (contoh 6 horay!!). Pada awalnya siswa meneriakkan horay berdasarkan jumlah tanda √ yang berjejer, namun tampak bahwa suasana kelas menjadi tidak kondusif akibat siswa saling adu teriakan dan tentunya dapat mengganggu kelas di sebelahnya, maka alternatif inipun diambil sebagai tidakan antisipasi suasana yang tidak kondusif dan mengganggu kelas lain. Meskipun demikian, suasana kelas masih meriah dan menyenangkan karena siswa meneriakkan horay dengan penuh ekspresi keceriaan sambil mengangkat kedua tangan dan mengepalkannya.

Setelah mendikte dilanjutkan dengan menghitung nilai siswa dan memberikan reward, dalam pembelajaran guru menanyakan jumlah benar yang diperoleh kelompok dan menanyakan kembali jumlah horay yang didapatkan kemudian mencatatnya, kegiatan penghitungan nilai ini dilakukan secara bergiliran antar kelomppok. Kemudian guru memberitahukan skor yang mereka dapatkan lalu memberikan reward kepada setiap kelompok reward ini berupa lencana yang berisikan bilangan romawi sebagai simbol juara pada pertemuan tersebut, lencana dengan bilangan romawi I untuk kelompok dengan jumlah skor tertinggi, bilangan romawi IV untuk kelompok dengan skor terendah. Lencana tersebut ditempelkan pada nama kelompok dan lencana tersebut harus dikumpulkan siswa karena pada pertemuan ke 8 lencana tersebut akan diakumulasikan dan kelompok yang paling sering memperoleh juara I diberikan hadiah. Dengan adanya pemberian reward ini tampak bahwa antusias siswa semakin besar untuk memperoleh juara I dan melakukan yang terbaik untuk memperoleh hadiah, hal tersebut tampak dengan jelas disetiap

pertemuan selalu ada perubahan juara yang diperoleh tiap kelompok.

Berdasarkan hasil temuan selama

proses pembelajaran dengan

diterapkannya metode course review horay berbantuan media by design, tampak bahwa prinsip metode ini adalah suatu metode pembelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan karena metode ini berbasis permainan yang berupa kuis berkelompok sehingga terciptanya tujuan-tujuan hubungan sosial yang melahirkan sikap ketergantungan yang positif diantara siswa, penerimaan terhadap perbedaan individu, dan mengembangkan keterampilan bekerjasama antar kelompok yang bermuara pada pemahaman konsep materi baik secara individu maupun berkelompok.

Berbeda halnya dalam

pembelajaran konvensional yang merupakan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru. Dalam kegiatan pembelajaran tampak bahwa guru memberi materi melalui metode ceramah, latihan soal, kemudian pemberian tugas pada siswa. Dalam pembelajaran konvensional yang menjadi pusat pembelajaran adalah guru, sedangkan siswa hanya berperan pasif dalam mengikuti pembelajaran. Karena guru menjadi pusat pembelajaran maka siswa akan lebih memperhatikan guru dan pandangan siswa hanya tertuju pada guru. Namun dengan guru menjadi pusat pembelajaran tanpa diimbangi dengan aktivitas siswa, maka pembelajaran akan terasa membosankan sehingga setiap konsep yang diajarkan dapat dengan cepat dilupakan oleh siswa.

Perbedaan cara pembelajaran antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode course review horay

berbantuan media by design dengan pembelajaran konvensional tentunya memberikan dampak yang berbeda pula terhadap hasil belajar siswa. Penerapan metode course review horay berbantuan media by design dalam pembelajaran memungkinkan siswa untuk tahu manfaat dari materi yang dipelajari bagi kehidupan atau dapat dikatakan siswa mengalami pembelajaran yang bermakna, aktif dalam

(11)

pembelajaran, memahami konsep materi yang dipelajari ditambah lagi dengan pemanfaatan media untuk memudahkan siswa memahami materi yang dipelajari, serta bekerja sama dengan siswa lain. Siswa akan menjadi lebih senang dalam pembelajaran karena dalam proses pembelajaran siswa akan dibentuk menjadi beberapa kelompok untuk menjawab soal yang diajukan guru, dalam menjawab soal tersebut tentunya akan menimbulkan nuansa persaingan yang positif antar kelompok karena tidak ada yang ingin kalah dengan demikian mereka akan menyimak dengan seksama pertanyaan yang diajukan oleh guru. Dengan demikian hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan metode course review horay berbantuan media by design

lebih baik dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil dari beberapa penelitian tentang penerapan metode course review horay. Hasil Penelitian Giri (2013) menunjukkan bahwa hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran course review horay berada pada tingkat kategori sedang (rata-rata sebesar 14,78) dan hasil belajar IPA siswa yang mengikuti

pembelajaran dengan model

pembelajaran konvensional berada pada tingkat kategori sangat rendah (rata-rata sebesar 9,12). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata tes siswa kelas eksperimen lebih besar dibandingkan kelas kontrol dan juga terdapat perbedaan hasil belajar dari kedua kelas tersebut.

Hasil penenlitian oleh Pujayanti (2013) menunjukkan bahwa perhitungan rata-rata hasil post-test IPA siswa kelas IV didapat bahwa rata-rata hasil post-test IPA siswa kelompok eksperimen adalah 19,2 dan rata-rata hasil post-test IPA siswa kelompok kontrol adalah 15,21. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata tes siswa kelas eksperimen lebih besar dibandingkan kelas kontrol dan juga terdapat perbedaan hasil belajar dari kedua kelas tersebut.

Berdasarkan hasil temuan dan penelitian yang relevan, maka terbukti secara teoretik dan empiris bahwa metode course review horay berbantuan media by design lebih unggul dibandingkan pembelajaran konvensional. Hasil penelitian ini dapat memberikan implikasi bahwa penerapan metode

course review horay berbantuan media by design dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar lebih efektif dibandingkan penerapan pembelajaran konvensional.

Berdasarkan pemaparan di atas, tampak jelas bahwa pembelajaran menggunakan metode course review horay berbantuan media by design

berpengaruh terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Gugus V Kecamatan Mendoyo Tahun Pelajaran 2015/2016.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa (1) hasil belajar kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode course review horay berbantuan media by design

berada pada kurva juling negatif, yang menunjukkan sebagian besar data hasil belajar IPA kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode course review horay berbantuan media by design

berada pada skor tinggi, terlihat dari nilai modus dan median lebih besar dari mean (Mo>Md>M), nilai rata-rata hasil belajar IPA kelompok siswa yang dibelajarkan dengan metode course review horay

berbantuan media by design adalah 19,00 yang terkategori tinggi, (2) hasil belajar kelompok siswa yang dibelajarakan dengan pembelajaran konvensional berada pada kurva juling positif, yang menunjukkan sebagian besar data hasil belajar IPA kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional berada pada skor rendah, hal ini terlihat dari nilai modus dan median yang lebih kecil dari mean (Mo<Md<M), nilai rata-rata hasil belajar IPA kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional adalah 10,94 yang terkategori rendah, (3) terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarakan

(12)

dengan metode course review horay

berbantuan media by design dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus V Kecamatan Mendoyo tahun pelajaran 2015/2016. Berdasarkan hasil

pengujian hipotesis dengan

menggunakan uji-t diperoleh thitung 4,860

dan ttabel dengan taraf signifikansi 5% dan

db = 40 adalah 2,021. Ini berarti thitung>ttabel, sehingga H0 ditolak dan H1

diterima. Artinya metode course review horay berbantuan media by design

berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD di Gugus V Kecamatan Mendoyo tahun pelajaran 2015/2016.

Bertolak dari hasil penelitian, dapat diajukan saran yaitu (1) kepada siswa disarankan agar lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan terus

mengembangkan pemahamannya

dengan membangun sendiri pengetahuan tersebut melalui pengalaman sehingga dapat meningkatkan hasil belajar, (2) kepada guru disarankan agar lebih berinovasi dalam pembelajaran dengan menerapkan model, metode, maupun strategi pembelajaran yang inovatif dalam

pembelajaran serta didukung

penggunaan media dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, (3) kepada kepala sekolah disarankan agar selalu berusaha meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah, salah satunya dengan cara mensosialisasikan penerapan suatu model pembelajaran yang inovatif, sehingga hasil belajar siswa meningkat, (4) kepada peneliti lain disarankan agar melakukan penelitian hendaknya dapat menggunakan model, metode, maupun strategi pembelajaran yang sesuai dengan permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran di kelas. Selain itu, peneliti yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang metode

course review horay dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai salah satu referensi untuk meneliti dalam lingkup yang lebih luas, sehingga diperoleh sumbangan ilmu yang lebih baik dan sesuai dengan perkembangan zaman.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 2006. Media

Pembelajaran. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Darmansyah. 2011. Strategi

Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor, Edisi 1, Cetakan Kedua. Jakarta: PT Bumi Aksara. Giri, Komang Rosita. 2013. “Pengaruh

Model Pembelajaran Course Review Horay terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013 di SD Negeri Patas, Desa Patas, Kecamatan Grokgak, Kabupaten Buleleng”. Skripsi

(tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha. Huda, Miftahul. Model-Model Pengajaran

dan Pembelajaran: Isu-Isu Metodis dan Paradigmatis, Cetakan Kelima. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Pujayanti, Putu. 2012. “Pengaruh Model Pembelajaran Course Review Horay Berbantuan Media Gambar terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Gugus VIII Desa

Munduk Tahun Pelajaran

2012/2013”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha.

Sadiman, Arief S, dkk. 2005. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Sugandi, Eko dan Sri Rahayu. 2012. “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan dan Pertidaksamaan Kuadrat melalui

(13)

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Course Review Horay pada Siswa Kelas X Akutansi 1 SMK Negeri 1 Surabaya Tahun Ajaran 2011/2012”. Makalah disajikan

dalam Seminar Nasional

Pendidikan Matematika Aplikasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Matematika. Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, 05 Mei 2012.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Cetakan Kelimabelas. Bandung: CV Alfabeta.

Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Cetakan Kedua. Jakarta: Kencana Prenamedia Group.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Sidiknas.

Gambar

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Hasil Belajar IPA                                 Data
Gambar 2. Grafik Poligon Data Hasil  Belajar IPA Kelompok Kontrol  Berdasarkan  Gambar  2  diketahui  modus  lebih  kecil  dari  median  dan  median  lebih  kecil  dari  mean  (Mo&lt;Md&lt;M)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis multivariat pada tabel 3 menunjukkan terdapat tiga variabel yang terbukti sebagai faktor risiko kejadian drop out pengobatan penderita kusta yang

Sambungan baut dilakukan dengan cara suatu pasak melintang (baut) dipasang pada suatu lubang, yang dengan menembus masuk pada bagian konstruksi yang

S, Patricia Febrina D, SE., MA., selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta memberikan banyak saran dan nasehat untuk

1.) Require Data, beberapa atribut harus selalu mengandung nilai yang valid, dengan kata lain tidak boleh mengandung nilai null. 2.) Atribut Domain Constraint, setiap atribut

Hasil dari penelitian adalah sebagai berikut: (1) Batik Majapahit adalah batik yang dikerjakan oleh masyarakat yang tinggal di wilayah bekas kerajaan Majapahit

38 Oleh karena itu, filsafat tidak hanya menjadi sebuah wacana pemikiran, namun sejatinya telah menjadi satu identitas dari sekian produk pandangan hidup yang memberikan

Kegiatan yang umumnya di- lakukan di Teluk Klabat bagian dalam adalah pe- rikanan, seperti penangkapan ikan manyung ( Ari- us spp.) dan petek ( Leiognathus splendens) , udang,

Diagram proses bisnis user menggambarkan semua kegiatan yang boleh dilakukan dalam Web Portal UKM Kerajinan setelah mengakses halaman maka user dapat