• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA PANGKALPINANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI KOTA PANGKALPINANG"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

 Pada Maret 2016 Kota Pangkalpinang mengalami inflasi sebesar 0,26 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 125,74 setelah sebelumnya Februari 2014 juga mengalami inflasi yakni sebesar 0,39 persen dengan IHK 125,41.

 Inflasi terjadi karena adanya peningkatan harga yang ditunjukkan oleh naikknya indeks di enam kelompok pengeluaran yakni kelompok bahan makanan sebesar 0,65 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,11 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,30 persen; kelompok sandang sebesar 0,63 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,49 persen; serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,13 persen. Sementara kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar deflasi 0,42 persen.

 Tingkat inflasi tahun kalender Maret 2016 adalah inflasi sebesar 1,59 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Maret 2016 terhadap Maret 2015) sebesar 6,77 persen.

 Komponen inti pada Maret 2016 memberikan andil inflasi sebesar 0,33 persen demikian pula komponen bergejolak inflasi sebesar 0,13 persen. Sementara komponen yang harganya diatur oleh pemerintah deflasi sebesar 0,20 persen.

No. 21/04/19/Th.XIV, 1 April 2016

P

ERKEMBANGAN

I

NDEKS

H

ARGA

K

ONSUMEN

/I

NFLASI

K

OTA

P

ANGKALPINANG

MARET 2016 INFLASI 0,26 PERSEN

Indeks Harga Konsumen (IHK) merupakan salah satu indikator ekonomi yang digunakan untuk mengukur tingkat perubahan harga (inflasi/deflasi) di tingkat konsumen, khususnya di daerah perkotaan. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket komoditas yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Di Indonesia, tingkat inflasi diukur dari persentase perubahan IHK dan diumumkan ke publik setiap awal bulan (hari kerja pertama) oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Berdasarkan hasil pemantauan BPS di pasar tradisional maupun modern pada Maret 2016, di Kota Pangkalpinang terjadi inflasi sebesar 0,26 persen, atau terjadi peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari

(2)

125,41 pada Februari 2016 menjadi 125,74 pada Maret 2016. Tingkat inflasi tahun kalender bulan ini adalah sebesar 1,59 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Maret 2016 terhadap Maret 2015) adalah sebesar 6,77 persen.

Inflasi terjadi karena adanya peningkatan harga yang ditunjukkan oleh naikknya indeks di enam kelompok pengeluaran yakni kelompok bahan makanan sebesar 0,65 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,11 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,30 persen; kelompok sandang sebesar 0,63 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,49 persen; serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,13 persen. Sementara kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar deflasi 0,42 persen.

Beberapa komoditas yang mengalami peningkatan harga pada Maret 2016 adalah bawang merah, tukang bukan mandor, cabai rawit, daging babi, apel, sawi hijau, bawang putih, kontrak rumah, cabai merah, dan ikan selar. Sementara beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga adalah daging ayam ras, bayam, bahan bakar rumahtangga, udang basah, tarif listrik, daging sapi, telepon seluler, pisang, daun singkong, dan angkutan udara.

Kelompok pengeluaran yang memberikan andil/sumbangan inflasi pada Maret 2016, yaitu kelompok bahan makanan sebesar 0,17 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,02 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,07 persen; kelompok sandang sebesar 0,03 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,02 persen; serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,01 persen. Sementara itu kelompok pengeluaran yang memberikan andil/sumbangan deflasi adalah kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,06 persen.

Tabel 1

IHK dan Tingkat Inflasi Kota Pangkalpinang Maret 2016, Tahun Kalender 2016, dan Tahun ke Tahun Menurut Kelompok Pengeluaran (2012=100)

Kelompok Pengeluaran Februari IHK

2016 IHK Maret 2016 Inflasi Februari 20161) Laju Inflasi Tahun Kalender 20162) Inflasi Tahun ke Tahun 3) (1) (2) (3) (4) (5) (6) U m u m (Headline) 125,41 125,74 0,26 1,59 6,77 1 Bahan Makanan 128,93 129,77 0,65 4,59 12,48

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 130,55 130,69 0,11 0,91 6,81 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan bakar 124,09 124,46 0,30 0,61 2,77

(3)

Tabel 2

Sumbangan Kelompok Pengeluaran Terhadap Inflasi Kota Pangkalpinang (2012=100) Maret 2016

Kelompok Pengeluaran Sumbangan Inflasi

(%)

(1) (2)

U M U M 0,26

1. Bahan Makanan 0,17

2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok,dan Tembakau 0,02 3. Perumahan, Air, Listrik, Gas,dan Bahan Bakar 0,07

4. Sandang 0,03

5. Kesehatan 0,02

6. Pendidikan, Rekreasi,dan Olahraga 0,01

7. Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan -0,06

Gambar 1

Sumbangan Kelompok Pengeluaran Terhadap Inflasi Kota Pangkalpinang Maret 2016 -0,1 -0,05 0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 A nd il (% ) Kelompok Pengeluaran Umum 1. Bahan Makanan 2. Makanan Jadi 3. Perumahan 4. Sandang 5. Kesehatan 6. Pendidikan 7. Transpor

(4)

Tabel 3

Sumbangan Komoditi Terbesar Terhadap Inflasi/Deflasi Kota Pangkalpinang Maret 2016

Komoditi Persentase Perubahan Harga Inflasi/Deflasi (%) Sumbangan

(1) (2) (3)

1. BAWANG MERAH 26,70 0,21

2. TUKANG BUKAN MANDOR 7,14 0,18

3. CABAI RAWIT 56,25 0,08 4. DAGING BABI 20,95 0,07 5. APEL 15,63 0,07 6. SAWI HIJAU 15,32 0,06 7. BAWANG PUTIH 27,82 0,05 8. KONTRAK RUMAH 0,93 0,05 9. CABAI MERAH 23,75 0,05 10. IKAN SELAR 6,79 0,04 11. ANGKUTAN UDARA -1,85 -0,03 12. DAUN SINGKONG -11,11 -0,03 13. PISANG -8,18 -0,03 14. TELEPON SELULER -16,79 -0,04 15. DAGING SAPI -7,98 -0,05 16. TARIF LISTRIK -1,41 -0,06 17. UDANG BASAH -15,50 -0,07

18. BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA -6,04 -0,11

19. BAYAM -20,00 -0,13

(5)

URAIAN MENURUT KELOMPOK PENGELUARAN

1. Bahan Makanan

Kelompok bahan makanan pada Maret 2016 mengalami inflasi 0,65 persen atau terjadi peningkatan indeks dari 128,93 pada Februari 2016 menjadi 129,77 pada Maret 2016.

Dari 11 subkelompok dalam kelompok bahan makanan pada bulan ini, 5 subkelompok mengalami inflasi, 4 subkelompok mengalami deflasi, dan 2 subkelompok stabil. Subkelompok yang mengalami inflasi tertinggi adalah subkelompok bumbu-bumbuan 19,17 persen dan inflasi terendah terjadi pada subkelompok buah-buahan sebesar 0,81 persen. Subkelompok yang mengalami deflasi tertinggi adalah subkelompok sayur-sayuran sebesar 5,62 persen dan terrendah subkelompok telur, susu, dan hasil-hasilnya sebesar 0,21 persen. Sementara subkleompok kacang-kacangan dan subkelompok bahan makanan lainnya stabil.

Kelompok ini pada Maret 2016 memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,17 persen. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi antara lain bawang merah, cabai rawit, daging babi, apel, sawi hijau, bawang putih, cabai merah, serta ikan selar.

2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau

Kelompok ini pada Maret 2016 mengalami inflasi 0,11 persen atau terjadi peningkatan indeks dari 130,55 pada Februari 2016 menjadi 130,69 pada Maret 2016.

Subkelompok minuman yang tidak beralkohol inflasi sebesar 0,57 persen serta subkelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 0,08 persen. Sementara subkelompok makanan jadi deflasi sebesar 0,57 persen.

Kelompok ini pada Maret 2016 secara keseluruhan memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,02 persen. Komoditas yang memberikan sumbangan inflasi adalah komoditas gula pasir, rokok putih, kopi bubuk, bir hitam, dan teh.

3. Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar

Kelompok ini pada Maret 2016 mengalami inflasi sebesar 0,30 persen atau terjadi peningkatan indeks dari 124,09 pada Februari 2016 menjadi 124,46 pada Maret 2016.

Subkelompok mengalami inflasi yakni subkelompok biaya tempat tinggal sebesar 1,33 persen; subkelompok perlengkapan rumah tangga sebesar 0,38 persen; serta subkelompok penyelenggaraan rumah tangga sebesar 1,91 persen. Subkelompok bahan bakar, penerangan dan air deflasi sebesar 2,77 persen.

Pada Maret 2016 kelompok ini secara umum memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,07 persen. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi adalah komoditas kontrak rumah, tukang bukan mandor, lemari pakaian, upah pembantu rumahtangga, sapu, dan sofa.

4. S a n d a n g

Kelompok sandang pada Maret 2016 mengalami inflasi 0,63 persen atau terjadi peningkatan indeks dari 117,52 pada Februari 2016 menjadi 118,26 pada Maret 2016.

Subkelompok yang mengalami inflasi yakni subkelompok sandang laki-laki sebesar 0,37 persen; subkelompok sandang anak-anak sebesar 0,98 persen; serta subkelompok barang pribadi dan sandang lain sebesar 2,25 persen. Sementara subkelompok sandang wanita deflasi sebesar 0,34 persen.

(6)

Kelompok ini pada Maret 2016 secara keseluruhan memberikan sumbangan/andil inflasi sebesar 0,03 persen. Komoditas yang memberikan sumbangan inflasi adalah emas perhiasan, baju kaos berkerah laki-laki dan wanita, baju mulsim, dan ongkos jahit.

5. K e s e h a t a n

Kelompok kesehatan pada Maret 2016 mengalami inflasi sebesar 0,49 persen atau terjadi peningkatan indeks dari 121,71 pada Februari 2016 menjadi 122,31 di Maret 2016.

Subkelompok jasa kesehatan inflasi sebesar 1,30 persen serta subkelompok obat-obatan juga inflasi sebesar 0,43 persen. Subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika deflasi sebesar 0,09 persen, sementara subkelompok subkelompok jasa perawatan jasmani stabil.

Kelompok ini pada Maret 2016 secara keseluruhan memberikan sumbangan/andil inflasi sebesar 0,02 persen. Komoditas yang memberikan sumbangan inflasi tarif dokter gigi, tarif dokter umum, sabun mandi cair, sikat gigi, dan bedak bayi

6. Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga

Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga pada bulan ini mengalami inflasi sebesar 0,13 persen atau terjadi peningkatan indeks dari 126,31 baik pada Februari 2016 menjadi 126,47 pada Maret 2016.

Hanya dua subkelompok yang mengalami inflasi yakni subkelompok perlengkapan/peralatan pendidikan inflasi sebesar 0,30 persen dan subkelompok rekreasi sebesar 0,56 persen. Sementara subkelompok pendidikan; subkelompok kursus-kursus/pelatihan; dan subkelompok olahraga stabil.

Secara keseluruhan kelompok ini pada Maret 2016 memberikan sumbangan inflasi 0,01 persen. Komoditas yang memberikan sumbangan/andil inflasi yaitu komoditas printer dan televisi berwarna.

7. Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

Kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan pada Maret 2016 mengalami deflasi 0,42 persen atau terjadi penurunan indeks dari 118,67 pada Februari 2016 menjadi 118,17 pada Maret 2016.

Subkelompok transpor deflasi sebesar 0,26 persen demikian pula subkelompok komunikasi dan pengiriman sebesar 1,12 persen. Sementara subkelompok sarana dan penunjang transpor serta subkelompok jasa keuangan stabil.

Secara keseluruhan kelompok ini pada Maret 2016 memberikan sumbangan deflasi sebesar 0,06 persen. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan/andil deflasi yaitu komoditas angkutan udara, bensin, dan telepon seluler.

(7)

PERBANDINGAN INFLASI TAHUNAN

Tingkat inflasi tahun kalender Maret 2016 maupun tahun ke tahun (Maret 2016 terhadap Maret 2015) pada empat kota pantauan IHK menunjukkan arah yang berbeda hanya di kota Tanjungpandan. Inflasi tahun kalender Pangkalpinang adalah sebesar 1,59 persen; Tanjungpandan deflasi sebesar 0,24 persen; serta Palembang dan DKI Jakarta masing-masing sebesar 0,43 persen dan 0,32 persen. Sementara untuk inflasi tahun ke tahun Kota Pangkalpinang tertinggi sebesar 6,77 persen; diikuti Palembang dengan 4,89 persen; DKI Jakarta 3,67 persen; sementara Tanjungpandan sebesar 3,27 persen. (Lihat Tabel 4).

Tabel 4

Inflasi Maret 2016, Tahun Kalender 2016, dan Tahun ke Tahun Kota Pangkalpinang, Tanjungpandan, Palembang, dan DKI Jakarta

Inflasi Pangkalpinang Tanjungpandan Palembang DKI Jakarta

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Maret 2016 0,26 -1,22 0,22 0,15

2. Tahun Kalender 2016 1,59 -0,24 0,43 0,32

3. Maret 2016 terhadap Maret 2015 (year

on year) 6,77 3,27 4,89 3,62

Gambar 2

Inflasi Maret 2016, Tahun Kalender 2016, dan Tahun ke Tahun Kota Pangkalpinang, Tanjungpandan, Palembang, dan DKI Jakarta

-3.00 -2.00 -1.00 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00

INFLASI MARET 2016 INFLASI TAHUN KALENDER MARET 2016

INFLASI YEAR ON YEAR MARET 2016 TERHADAP MARET 2015

(8)

PERBANDINGAN ANTARKOTA

Pada Maret 2016 di 82 kota pantaun IHK, tercatat 58 kota mengalami inflasi dan 24 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Bukittinggi 1,18 persen dengan IHK 123,05 diikuti Medan dengan inflasi 0,88 persen dan IHK 127,42. Sementara inflasi terendah terjadi di Singkawang sebesar 0,02 persen dengan IHK 122,89. Deflasi tertinggi di Tanjungpandan sebesar 1,22 persen dengan IHK 127,63 dan terendah di Mamuju sebesar 0,02 persen dengan IHK 122,23.

Inflasi sangat dipengaruhi oleh kelancaran distribusi dan ketersediaan berbagai kebutuhan rumahtangga yang tentu saja berimbas langsung terhadap tingkat harga, serta kebijakan pemerintah akan sektor strategis, seperti bahan bakar minyak, tarif listrik dan bahan bakar rumahtangga. Tingkat permintaan dari konsumen yang dipengaruhi faktor musiman seperti hari raya keagamaan dan liburan sekolah memberikan dampak yang cukup signifikan pula.

Perbandingan Antarkota di Pulau Sumatera

Kota-kota IHK di wilayah Pulau Sumatera yang berjumlah 23 kota, pada Maret 2016 tercatat 18 kota inflasi dan 5 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi di Bukittingi 1,18 persen dengan IHK 123,05. Deflasi tertinggi di Tanjungpandan sebesar 1,22 persen dengan IHK 127,63. (Lihat Tabel 5).

Tabel 5

Perbandingan Indeks dan Inflasi/Deflasi Maret 2016 Kota-Kota di Pulau Sumatera, (2012=100)

K O T A Maret 2016 IHK Inflasi/Deflasi (%) (1) (2) (3) 1. Meulaboh 122,18 -0,07 2. Banda Aceh 116,73 -0,26 3. Lhokseumawe 118,26 -0,19 4. Sibolga 126,56 0,75 5. Pematang Siantar 127,04 0,66 6. Medan 127,42 0,88 7. Padang Sidempuan 121,51 0,54 8. Padang 128,91 0,55 9. Bukit Tinggi 123,05 1,18 10. Tembilahan 127,48 0,27 11. Pekanbaru 123,16 0,54 12. Dumai 124,23 0,23 13. Bungo 121,38 -0,31 14. Jambi 122,79 0,26 15. Palembang 121,05 0,22

(9)

Perbandingan Antarkota di Pulau Jawa

Pada Maret 2016 dari kota-kota IHK di wilayah Pulau Jawa yang berjumlah 26 kota, tercatat hanya 3 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Purwokerto sebesar 0,55 persen dengan IHK 121,31 dan diikuti Kudus 0,51 persen dengan IHK 129,16; dan terrendah di Tangerang dengan IHK 131,06 dan inflasi 0,02 persen. Deflasi terjadi di Sumenep sebesar 0,27 persen dengan IHK 120,80; Sukabumi sebesar 0,16 persen dengan IHK 122,62; serta Probolinggo 0,08 persen dengan IHK 121,54. (Lihat Tabel 6).

Tabel 6

Perbandingan Indeks dan Inflasi/Deflasi Maret 2016 Kota-Kota di Pulau Jawa, (2012=100)

K O T A Maret 2016 IHK Inflasi/Deflasi (%) (1) (2) (3) 1. DKI Jakarta 123,75 0,15 2. Bogor 122,98 0,20 3. Sukabumi 122,62 -0,16 4. Bandung 122,42 0,20 5. Cirebon 119,28 0,05 6. Bekasi 120,68 0,15 7. Depok 121,94 0,35 8. Tasikmalaya 122,01 0,13 9. Cilacap 125,32 0,11 10. Purwokerto 121,31 0,55 11. Kudus 129,16 0,51 12. Surakarta 120,82 0,42 13. Semarang 122,35 0,39 14. Tegal 120,13 0,32 15. Yogyakarta 121,00 0,02 16. Jember 120,99 0,07 17. Banyuwangi 121,19 0,03 18. Sumenep 120,80 -0,27 19. Kediri 121,27 0,09 20. Malang 123,69 0,02 21. Probolinggo 121,54 -0,08 22. Madiun 120,77 0,08 23. Surabaya 122,67 0,06 24. Tangerang 131,06 0,02 25. Cilegon 126,94 0,38 26. Serang 130,13 0,29 PANGKALPINANG 125,74 0,26

(10)

Perbandingan Antarkota di Luar Pulau Jawa dan Sumatera

Pada Maret 2016 dari kota-kota IHK di wilayah luar Pulau Jawa dan Sumatera yang berjumlah 33, tercatat 17 kota mengalami inflasi dan 16 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Tual sebesar 0,82 persen dengan IHK 135,79 dan terrendah di Singkawang 0,02 persen dengan IHK 122,89. Deflasi tertinggi terjadi di Pare-Pare 0,90 persen dengan IHK 119,77 dan terrendah di Mamuju 0,02 persen dengan IHK 122,23. (Lihat Tabel 7).

Tabel 7

Perbandingan Indeks dan Inflasi/Deflasi Maret 2016 Kota-Kota di Luar Pulau Jawa dan Sumatera

(2012=100) K O T A Maret 2016 IHK Inflasi/Deflasi (%) (1) (2) (3) 1. Singaraja 131,22 0,81 2. Denpasar 120,32 0,06 3. Mataram 122,43 -0,05 4. Bima 127,14 -0,14 5. Maumere 117,50 -0,77 6. Kupang 125,64 -0,76 7. Pontianak 130,56 -0,08 8. Singkawang 122,89 0,02 9. Sampit 123,84 -0,34 10. Palangkaraya 120,69 -0,04 11. Tanjung 124,37 0,17 12. Banjarmasin 122,79 0,14 13. Balikpapan 126,67 -0,04 14. Samarinda 126,54 0,44 15. Tarakan 132,39 0,09 16. Manado 123,92 -0,03 17. Palu 124,42 0,38 18. Bulukumba 127,18 -0,31 19. Watampone 118,27 0,04 20. Makassar 124,40 0,17 21. Pare-Pare 119,77 -0,90 22. Palopo 121,60 0,25 23. Kendari 120,18 0,23 24. Bau-Bau 126,94 -0,04 25. Gorontalo 120,50 0,15 26. Mamuju 122,23 -0,02 27. Ambon 121,97 -0,36 28. Tual 135,79 0,82

(11)

INFLASI KOMPONEN INTI, HARGA DIATUR PEMERINTAH, DAN BERGEJOLAK

Komponen yang harganya diatur pemerintah pada bulan ini memberikan andil deflasi 0,20 persen dan sejalan dengan bulan sebelumnya yang memberikan andil deflasi sebesar 0,02 persen. Komoditas tarif listrik, bensin, dan tarif angkutan udara memberikan andil deflasi di komponen ini.

Sementara komponen bergejolak memberikan andil inflasi 0,13 persen yang sejalan dengan Februari 2016 dengan andil inflasi juga sebesar 0,47 persen. Andil inflasi di bulan ini dipicu oleh naiknya harga beberapa komoditas diantaranya di subkelompok sayur-sayuran (buncis, kentang, tauge, tomat sayur, dan sawi hijau) serta subkelompok ikan segar (cumi-cumi, ikan selar, ikan dencis, ikan kembung, dan ikan ekor kuning).

Komponen inti pada Maret 2016 memberikan andil inflasi sebesar 0,33 persen dan tidak sejalan dengan Februari 2016 yang memberikan andil deflasi sebesar 0,06 persen. Andil inflasi ini dipicu oleh naiknya harga di beberapa komoditas diantaranya ikan segar (ikan pari, ikan singkur, ikan kerisi, dan sotong) serta komoditas lain seperti pasta gigi, printer, emas perhiasan, dan baju kaos berkerah. (Lihat Tabel 8).

Tabel 8

Dekomposisi Laju dan Andil Inflasi/Deflasi Februari-Maret 2016 Menurut Kelompok Komponen, (2012=100)

Komponen

Februari 2016 Maret 2016

IHK Inflasi/Deflasi Laju Inflasi/Deflasi Andil IHK Inflasi/Deflasi Laju Inflasi/Deflasi Andil

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Umum 125,41 0,39 0,39 125,74 0,26 0,26

Harga Diatur Pemerintah 140,31 -0,09 -0,02 138,83 -1,05 -0,20

Bergejolak 130,52 2,22 0,47 131,31 0,61 0,13

(12)

BPS PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Informasi lebih lanjut hubungi:

Darwis Sitorus, S.Si., M.Si

Kepala BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Telepon: 0717-439422 Fax: 0717-439425

Email: bps1900@bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Gillin dan Gillin (1982: 263) menjelaskan lebih lanjut mengenai perubah-an sosial yang dikutip oleh Soerjono Soekanto dalam bukunya Sosiologi Suatu Pengantar

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul Pengembangan Lab Dalam Kepingan (LDK) Berbasis Kertas Untuk Penentuan Kadar Asam Urat, Protein, dan pH

Hasil pengujian hipotesis ketujuh (H7) menunjukkan bahwa kesadaran merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap niat pembelian ulang dengan menggunakan loyalitas merek

Menurut Hanafiyah, jilid sebagai sebagai ta’zi>r harus harus dicambukan lebih keras dari jilid dalam had agar dengan ta’zi>r orang yang terhukum akan menjadi jera,

Pelaksanaan pembelajaran didasarkan pada RPP yang telah dibuat sehingga prosesnya sesuai arah yang diinginkan. Dengan kata lain, pelaksanaan tindakan ini meliputi siapa melakukan

a) Penelitian yang dilakukan oleh Elis Darnita (2013) terdapat persamaan penggunaan variabel independen (X) yaitu ROA dan EPS, serta variabel dependen (Y) yaitu Harga

Istilah management berasal dari kata “to manage” yang berarti mengatur, melaksanakan, mengelola, mengendalikan, dan memperlakukan. Namun kata manajemen sendiri

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN ISLAMIC