PRINSIP DASAR BIOETIKA
Oleh: E. Suryadi
Pendahuluan: Pengertian
Bioetika
Awalnya adalah Etika bioteknologi yaitu
suatu studi masalah etika terkait produksi,
penggunaan dan modifikasi mikroorganisme,
tanaman dan hewan dalam pertanian,
industri farmasi dan produksi makanan
Saat ini adalah Etika yang berhubungan
dengan praktek kedokteran termasuk
kebidanan dan atau penelitian di bidang
kedokteran.
Pendahuluan: Hubungan
Bioetika dan Etika
Kedokteran
World Medical Association: etika kedokteran berkaitan erat dengan bioetika namun tidak sama
Etika kedokteran: suatu disiplin yang melibatkan banyak ilmu yang meneliti, mengkritisi,
mendalami, menganalisis dan menguji aspek moral dan etika terutama pengambilan
keputusan terkait pelayanan kesehatan dan penelitian kedokteran
Pendahuluan: Hubungan
Bioetika dan Etika
Kedokteran
Bioetika dalam definisi luas:
cabang etika yang mempelajari masalah
terkait kedokteran dan biologi, termasuk
masalah terapi, hak pasien, hak dokter dan
profesi kesehatan lainnya, batasan-batasan
terhadap intervensi medis seperti aborsi dan
euthanasia, serta ketepatgunaan penelitian
genetika dan aplikasinya
Pendahuluan: Hubungan
Bioetika dan Etika
Kedokteran
Bioetika dalam definisi luas:
meliputi keseluruhan aspek etika ekosistem dan kedokteran.
etika ilmu hayati dimana tidak hanya ilmu kedokteran dan biologi tetapi juga praktek kedokteran dan biologi, yang antara lain
mempelajari keputusan politik, organisasi dan ekonomi yang mempengaruhinya.
Sehingga: Etika kedokteran termasuk ke dalam bioetika.
Pendahuluan: Prinsip Dasar
Bioetika
Beauchamp dan Childress (1994): empat
kaidah dasar bioetika prinsip moral
bioetika atau prinsip dasar bioetika.
1.
prinsip Autonomy
2.
prinsip Non Maleficence
3.
prinsip Beneficence
4.
prinsip Justice
Prinsip dasar bioetika, Sumpah Dokter dan
Kode Etik Kedokteran pedoman
Autonomy: Pengertian
Asal kata: Bahasa Yunani ”autos” (sendiri)
dan ”nomos” (peraturan atau pemerintahan
atau hukum)
Autonomy: dikaitkan dengan suatu wilayah
dengan peraturan sendiri atau pemerintahan
sendiri atau hukum sendiri.
Autonomy: dikaitkan suatu kondisi individu
yang bermakna memerintah sendiri, hak
untuk bebas, pilihan pribadi, kebebasan
berkeinginan dan menjadi diri sendiri.
Autonomy: Pengertian
Autonomy individu: Ketentuan pribadi dari
diri sendiri yang bebas, baik bebas dari
campur tangan orang lain maupun dari
keterbatasan yang dapat menghalangi
pilihan yang benar, seperti karena
pemahaman yang tidak cukup.
Seseorang yang dibatasi otonominya:
seseorang yang dikendalikan oleh orang lain
atau seseorang yang tidak mampu bertindak
sesuai dengan hasrat dan rencananya.
Autonomy: Konsep
Teori autonomy: dua kondisi autonomy
liberty atau bebas dari pengaruh pengendalian agency atau kemampuan untuk bertindak sesuai
keinginan.
Hasil analisa lain: tiga kondisi autonomy yaitu mampu bertindak:
secara disengaja,
dengan pemahaman, dan
tanpa dikendalikan dalam menentukan
Autonomy: Penerapan
menyampaikan kebenaran atau berita yang
sesungguhnya (tell the truth)
menghormati hak pribadi orang lain (respect
the privacy of others)
melindungi informasi yang bersifat rahasia
Autonomy: Penerapan
mendapat persetujuan untuk
melakukan tindakan terhadap pasien
(obtain consent for interventions with
patients)
membantu orang lain membuat
keputusan yang penting (when ask,
Autonomy: Menilai Kompetensi
Pasien
Belum ada satu definisi kompetensi pasien yang dapat diterima semua pihak,
Salah satu definisi: kemampuan untuk
melaksanakan atau perform suatu tugas atau perintah.
Menyatakan seseorang kompeten dan tidak kompeten tentu harus memiliki dasar atau standar.
Autonomy: Standar Pasien
Kompeten
Standar kompetensi seseorang: didasarkan pada gambaran kemampuan mental atau kemampuan yang mengarah pada karakteristik pribadi yang otonom, seperti kemampuan kognitif dan
kebebasan dalam membuat keputusan.
Dalam kontek biomedis, seseorang dipandang kompeten jika mampu memahami prosedur
suatu penelitian atau tindakan terapi, menyadari resiko serta manfaatnya dan dalam membuat
keputusan dilakukan secara sadar atau disengaja.
Autonomy: Standar Pasien
Tidak Kompeten
Standar 1: tidak mampu mengekspresikan atau
mengkomunikasikan suatu pilihan atau
keputusan
Standar 1 adalah kemampuan yang sederhana
untuk menyatakan keputusan atau pilihan dan
merupakan standar yang lemah.
Autonomy: Standar Pasien
Tidak Kompeten
Standar 2: tidak mampu memahami satu
situasi dan konsekuensi atau dampaknya
Standar 3: tidak mampu memahami
informasi yang sesuai
Standar 2 dan 3 adalah kemampuan untuk
memahami informasi dan menilai suatu
kondisi
Autonomy: Standar Pasien
Tidak Kompeten
Standar 4: tidak mampu memberikan alasan
Standar 5: tidak mampu memberikan alasan
yang rasional
Standar 6: tidak mampu memberikan alasan
terkait resiko atau manfaat
Standar 7: tidak mampu mencapai suatu
Autonomy: Standar Pasien
Tidak Kompeten
Standar 4 sampai 7 adalah kemampuan
membuat alasan terkait pembuatan
keputusan yang memiliki konsekuensi
terhadap kehidupan seseorang meskipun
hanya standar 7 yang menunjukan secara
jelas hasil yang dapat diterima dari sebuah
proses penetapan alasan
Non-Maleficence: Pengertian
Prinsip non-maleficence: melarang tindakan
yang membahayakan atau memperburuk
keadaan pasien.
Dikenal sebagai “primum non nocere” atau “do
no harm”.
Hipokrates: “saya akan menggunakan terapi
untuk membantu orang sakit berdasarkan
kemampuan dan pendapat saya, tetapi saya
tidak akan pernah menggunakannya untuk
merugikan atau mencelakakan mereka”.
Non-Maleficence: Konsep
Banyak filosof yang menjadikan prinsip
non-maleficence sebagai satu kesatuan dengan
prinsip beneficence
Perbedaan: kewajiban untuk tidak
membahayakan atau mencelakakan pasien,
berbeda dengan kewajiban untuk membantu
pasien
Non-Maleficence: Konsep
Willian Frankena: empat kewajiban beneficence, yaitu:
Kewajiban non-maleficence:
1. Satu keharusan untuk tidak menimbulkan kejahatan atau bahaya
Kewajiban beneficence
2. Satu keharusan untuk mencegah kejahatan atau bahaya
3. Satu keharusan untuk menghilangkan kejahatan atau bahaya
4. Satu keharusan untuk melakukan atau mendukung kebaikan
Non-Maleficence: Konsep
Ketentuan utama non-maleficence: “tidak melakukan X”, dimana “X” adalah hal yang “membahayakan” (harm) atau “merugikan”
(injury).
Membahayakan dalam makna luas: kemunduran atau penurunan dari reputasi, sifat, keleluasaan pribadi atau kebebasan.
Membahayakan dalam makna sempit:
penurunan kondisi fisik dan psikologis, seperti kesehatan dan ketahanan atau keselamatan
Non-Maleficence: Penerapan
Tidak membunuh.
Tidak menyebabkan sakit atau penderitaan
yang lain.
Tidak menyebabkan orang lain menjadi
tidak mampu atau tidak berdaya.
Tidak melukai perasaan orang lain.
Tidak mencabut kebahagiaan orang lain.
(Contoh penerapan di atas tidak bersifat
mutlak)
Non-Maleficence: Standar
Pelayanan Kesehatan
Prinsip non-maleficence sangat erat kaitannya dengan standar pelayanan
Standar: pelatihan atau pendidikan yang sesuai, kemampuan medis dan ketentuan atau standar profesi yang berlaku.
Standar pelayanan ditetapkan untuk mencegah munculnya resiko yang membahayakan pasien. Kelalaian (negligence): dokter gagal mencegah
resiko yang membahayakan pasien
Malpraktek (professional malpractice): Kelalaian berupa tidak diikutinya standar profesi
Beneficence: Pengertian
Makna kata: pengampunan, kebaikan,
kemurahan hati, mengutamakan
kepentingan orang lain, mencintai dan
memanusiakan.
Beneficence: tindakan yang dilakukan untuk
Beneficence: Konsep
Prinsip moral beneficence: kewajiban moral
untuk melakukan suatu tindakan demi
kebaikan atau kemanfaatan orang lain
(pasien).
Prinsip moral beneficence: alat untuk
memperjelas atau meyakinkan diri sendiri
(self-evident) dan diterima secara luas sebagai
Beneficence: Penerapan
Penerapan tidak bersifat mutlak.
Bukanlah satu-satunya prinsip yang harus
dipertimbangkan, melainkan satu diantara
beberapa prinsip lain yang juga harus
dipertimbangkan.
Dibatasi keseimbangan manfaat, resiko, dan
biaya
Harus diterapkan untuk kebaikan individu
Beneficence: Contoh
Penerapan
melindungi dan menjaga hak orang lain.
mencegah bahaya yang dapat menimpa orang lain.
meniadakan kondisi yang dapat membahayakan orang lain.
membantu orang dengan berbagai keterbatasan (kecacatan).
menolong orang yang dalam kondisi bahaya. Salah satu bagian dari pengembangan prinsip
Justice: Pengertian
Prinsip Justice: menegakan keadilan atau
kesamaan hak kepada setiap orang (pasien).
Definisi lainnya: memperlakukan orang lain
secara adil, layak dan tepat sesuai dengan
haknya.
Justice: Konsep
Situasi yang adil: seseorang mendapatkan manfaat atau beban sesuai dengan hak atau kondisinya.
Situasi yang tidak adil: tindakan yang salah atau lalai berupa meniadakan manfaat kepada
seseorang yang memiliki hak atau pembagian beban yang tidak sama.
Prinsip justice: lahir dari sebuah kesadaran bahwa jumlah benda dan jasa (pelayanan) itu terbatas, sedangkan yang memerlukan
Justice: Penerapan
Kriteria dalam penerapan prinsip justice:
ada pembagian yang merata (equal share) berdasarkan kebutuhan (need)
berdasarkan usahanya (effort)
berdasarkan kontribusinya (contribution)
berdasarkan manfaat atau kegunaannya (merit) berdasarkan pertukaran pasar bebas
Justice: Penerapan
3 bagian prinsip Justice dalam pelayanan kesehatan:
prinsip kebutuhan (need principles): pelayanan kesehatan diberikan berdasarkan kebutuhan (kebutuhan klinis).
prinsip memaksimalkan (maximising principles): pelayanan kesehatan diberikan berdasarkan
pencapaian manfaat yang maksimal.
prinsip persamaan (egalitarian principles): pelayanan kesehatan diberikan untuk
Contoh Kasus
Kasus 1 Seorang laki-laki usia 55 tahun telah tiga bulan mengeluh nyeri dada dan sering pingsan. Setelah diperiksa, dokter ahli jantung menyarankan kepada pasien untuk operasi. Dokter menjelaskan resiko dan manfaat operasi tersebut kepada pasien, termasuk akibatnya jika tidak dilakukan operasi. Dokter juga menjelaskan kebijakan rumah sakit terkait biaya operasi untuk pasien tidak mampu jika
pasien merasa keberatan karena masalah biaya. Laki-laki tersebut mampu memahami apa yang dijelaskan dokter, tetapi kemudian dia menolak tindakan yang disarankan dokter.
Contoh Kasus
Pembahasan Kasus 1 Penerapan prinsip Autonomy:
Menjelaskan kondisi kesehatan pasien dan tindakan terapi yang dapat diambil secara rinci untuk memenuhi hak pasien atas informasi kesehatannya
Menghormati keputusan pasien yang menolak tindakan, karena pasien kompeten untuk mengambil keputusan
Meminta persetujuan pasien sebelum melakukan tindakan
Penerapan prinsip Non-maleficence:
mempertimbangkan tindakan operasi untuk mencegah bahaya kematian dan kondisi buruk pasien
Pembahasan Kasus 1
Penerapan prinsip Beneficence:
Mempertimbangkan manfaat dan resiko
tindakan operasi tehadap kesehatan pasien
Mempertimbangkan resiko jika tindakan operasi tidak dilakukan kepada pasien
Penerapan prinsip Justice:
adanya kebijakan biaya operasi dari rumah sakit untuk pasien tidak mampu karena semua pasien memiliki hak sama untuk sehat
Contoh Kasus
Kasus 2 Ny. F seorang perempuan berusia 81 tahun di rawat di rumah sakit karena menderita Alzheimer’s, dimana daya ingatnya terganggu. Dia dirawat oleh dokter X. Seorang peneliti telah meminta persetujuannya untuk ikut dalam penelitian uji klinis suatu obat untuk meningkatkan daya ingat (memory). Peneliti tersebut telah mendapatkan tanda tangan persetujuan dari Ny. F. Namun, satu hari sebelum pelaksanaan penelitian, Ny. F nampak tidak tahu menahu saat dokter X bertanya tentang
Contoh Kasus
Pembahasan Kasus 2
Penerapan prinsip Non-maleficence:
mempertimbangkan resiko penelitian terhadap kesehatan Ny. F jika
terlibat sebagai subjek penelitian
Penerapan prinsip Beneficence:
menilai manfaat penelitian dibandingkan dengan resiko terhadap
kesehatan Ny. F, meskipun secara metodologis sangat sesuai untuk penelitian tersebut
Penerapan prinsip Justice:
mempertimbangkan kebutuhan Ny. F untuk menjadi salah satu
pasien yang diteliti
memberikan perlakuan yang sama terhadap Ny. F seperti pasien
lainnya dalam mengikuti prosedur penelitian, meskipun kondisi
Contoh Kasus
Pembahasan Kasus 2 Penerapan prinsip Autonomy:
mempertimbangkan kompetensi pasien dalam
memberikan persetujuan, dimana kompetensi Ny. F diragukan karena penyakit yang dideritanya.
mempertimbangkan kondisi kesehatan jiwa Ny. F dalam mengambil keputusan, sehingga harus ada pihak
berwenang lain yang dimintai persetujuan
meminta pertimbangan keluarga untuk persetujuan ikut serta penelitian karena kompetensi Ny.F yang diragukan
penjelasan yang rinci tentang penelitian, manfaat dan resiko kepada pihak keluarga sebagai pemenuhan hak atas informasi dan pemahaman prosedur