• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN. Key words: Problem Solving Ability

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN. Key words: Problem Solving Ability"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

VOL.6 NO.1 DESEMBER 2020

ISSN: 2443-1257

162

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS X OTKP 1 (OTOMATISASI

DAN TATA KELOLA PERKANTORAN) SMKN 1 PAINAN Nanda Bella Kurniasih, Villia Anggraini, Hafizah Delyana

Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP PGRI Sumatera Barat, Jl. Gunung Pangilun, Padang [email protected]

Abstract. The students' mathematical problem solving ability in solving problems is still low to be the background of this research. This study aims to determine the mathematical problem solving abilities of students with high, medium and low abilities in class X OTKP 1 SMKN 1 Painan in mathematics learning. This study aims to determine the level of mathematics problem solving ability of class X OTKP 1 SMKN 1 Painan students. This research is a qualitative descriptive. The subjects in this study were students of class X OTKP 1 SMKN 1 Painan. The instrument used in this study was a test of mathematical problem solving abilities. Based on the analysis of the data obtained, it shows that students with high problem solving abilities are 14, 71% of students have met all four indicators. Students with moderate problem solving ability 38.23% stated that they understood the problem of planning, while students with low problem solving ability were 47.06% of students who did not understand the problem, plan solutions, plan and check again. So it can be concluded that the analysis of problem solving abilities Class X OTKP 1 students of SMKN 1 Painan are still low.

Key words: Problem Solving Ability

Abstrak. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dalam menyelesaikan masalah

masih rendah menjadi latar belakang peenelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan kemampuan tinggi, sedang dan rendah kelas X OTKP 1 SMKN 1 Painan pada pembelajaran matematika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan pemecahan masalah Matematika siswa kelas X OTKP 1 SMKN 1 Painan. Penelitian ini merupakan deskriptif kualitatif. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas X OTKP 1 SMKN 1 Painan. Intrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa tes kemampuan pemecahan masalah matematika. Berdasarkan analisis data yang diperoleh menunjukan bahwa siswa yang kemampuan pemecahan masalah tinggi sebanyak 14, 71 % siswa sudah memenuhi keempat indikator. Siswa yang kemampuan pemecahan masalah sedang 38,23% menyatakan memahami masalah melakukan rencana, sedangkan siswa yang kemampuan pemecahan masalah rendah sebanyak 47,06% siswa belum memahami masalah,merencanakan pemecahan, melakukan rencana dan memeriksa kembali.Sehingga dapat disimpulkan bahwa analisis kemampuan pemecahan masalah siswa kelas X OTKP 1 SMKN 1 Painan masih rendah.

Kata kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah

PENDAHULUAN

Pembelajaran matematika bertujuan untuk mengembangkan segala kemampuan matematissiswa dalam memperoleh hasil belajar matematika yang maksimal. Salah satu target penting dalam mencapai hasil belajar tersebut adalah dengan memaksimalkan

(2)

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STKIP PGRI SUMATERA BARAT

NANDA BELLA KURNIASIH, VILLIA ANGGRAINI HAFIZAH DELYANA

163 pembelajaran pada kemampuan memecahkan masalah. Mengingat pentingnya pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika, maka kemampuan tersebut akan didukung dengan bagaimana memahami kemampuan tersebut dengan baik agar tujuan yang diinginkan tercapai (Yarmayani Ayu)

Tujuan pembelajaran matematika menurut Kemendikbud No. 59 tahun 2014 agar siswa dapat: (1) Memahami konsep matematika dalam pemecahan masalah. (2) Menggunakan pola sebagai dugaan dalam penyelesaian masalah. (3) Menggunakan penalaran dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari (dunia nyata). (4) Mengkomunikasikan gagasan untuk memperjelas keadaan atau masalah. (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam pemecahan masalah. Dari tujuan pembelajaran matematika diatas terlihat bahwa kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu tujuan yang harus dikuasai oleh siswa.

Berdasarkan (Mariam et al., 2019) Dilihat dari tujuan umum pendidikan matematika tersebut, pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang cukup penting dalam proses pembelajaran matematika. Melalui kegiatan pemecahan masalah aspek-aspek kemampuan pemecahan matematis yang penting seperti penerapan aturan pada masalah tidak rutin, penemuan pola, penggeneralisasian, komunikasi matematis dan lain-lain dapat dikembangkan dengan baik

Branca dalam sumartini (2016) mengatakan bahwa pemecahan masalah dapat diartikan dengan menggunakan interpretasi umum, yaitu pemecahan masalah sebagai tujuan, pemecahan masalah sebagai proses, dan pemecahan masalah sebagai keterampilan dasar.Pemecahan masalah sebagai tujuan menyangkut alasan mengapa matematika itu diajarkan. Dalam interpretasi ini, pemecahan masalah bebas dari soal, prosedur, metode atau isi khusus yang menjadi pertimbangan utama adalah bagaimana cara menyelesaikan masalah yang merupakan alasan mengapa matematika itu diajarkan. Pemecahan masalah sebagai proses merupakan suatu kegiatan yang lebih mengutamakan pentingnya prosedur, langkah-langkah strategi yang ditempuh oleh siswa dalam menyelesaikan masalah dan akhirnya dapat menemukan jawaban soal bukan hanya pada jawaban itu sendiri. Berdasarkan langkah kemampuan pemecahan masalah Menurut Polya dalam Cahyani (2016), ada empat tahap pemecahan masalah yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian masalah, melakukan perencanaan masalah, dan melihat kembali hasil yang diperoleh.

(3)

VOL.6 NO.1 DESEMBER 2020

ISSN: 2443-1257

164

Kemampuan pemecahan masalah matematis yang baik juga berpengaruh kepada hasil belajar matematika untuk menjadi lebih baik dan juga merupakan tujuan umum pengajaran matematika, karena kemampuan pemecahan masalah matematis dapat membantu dalam memecahkan persoalan baik dalam pelajran lain maupun dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa juga menyebabkan proses belajar mengajar matematika ini tidak mencapai tujuan hasil belajar yang diharapkan.

Permasalahan ini dapat dilihat dari hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 11 Januari 2020, SMKN 1 painan kurikulum yang berlaku adalah kurikulum 2013. Pelaksanaan kurikulum 2013 belum sepenuhnya terlaksana dengan baik, karena dalam proses pembelajaran masih terlihat guru yang lebih aktif (Teacher Center). Pada saat pembelajaran terlihat bahwa siswa mampu menyelesaikan soal dengan bentuk yang sama yang di contohkan oleh guru sedangkan ketika diberikan soal yang berbeda dengan yang di contohkan guru siswa kebingungan dalam menyelesaikan persoalan. Karena siswa sudah terbiasa dengan langkah penyelesaian yang dicontohkan guru. Hal ini menyebabkan siswa tidak terbiasa menyelesaikan soal non rutin, sehingga kemampuan pemecahan masalah matematis siswa tidak megalami peningkatan.

Hasil wawancara dengan guru matematika kelas X OTKP 1 SMKN 1 Painan diperoleh informasi bahwa siswa tidak mampu menyelesaikan soal dengan bentuk berbeda dengan contoh yang diberikan guru. Hasil wawancara dengan beberapa siswa kelas X OTKP 1 SMKN 1 Painan diperoleh bahwa siswa menganggap matematika itu sulit.Sehingga siswa tidak mampu menyelesaikan soal dengan bentuk berbeda dengan contoh yang diberikan guru.Siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal yang diberikan guru.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa masih rendah. Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa lebih lanjut dilakukan dengan Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Pada Pembelajaran Matematika Kelas X OTKP SMKN 1 Painan.

(4)

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STKIP PGRI SUMATERA BARAT

NANDA BELLA KURNIASIH, VILLIA ANGGRAINI HAFIZAH DELYANA

165 Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Sukmadinata (2010:72) peneltitian desktiptif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada.Moleong (2012: 6) mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis, lisan dan perilaku dari orang-orang yang diamati.

Menurut Arikunto (2014: 188) “ Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh penelitian”. Dalam sebuah penelitian, subjek penelitian mempunyai peran yang sangat strategis karena pada subjek penelitian, itulah data tentang variable yang peneliti amati. Subjek penelitian dipilih secara Purposive Sampling, menurut Arikunto (2006:144) Purposive Sampling merupakan teknik pengambilan sampel dengan tidak berdasarkan random, daerah atau strata, melainkan berdasarkan atas adanya pertimbangan yang berfokus pada tujuan tertentu.

Pengambilan subjek yang dilakukan dengan mengambil kelas berdasarkan ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang merupakan cirri-ciri pokok populasi .karakteristik pada subjek penelitian yaitu kemampuan pemecahan masalah matematis siswa masih rendah. Didukung dengan hasil wawancara kepada siswa, siswa mengatakan tidak mampu menyelesaikan soal yang berbeda dengan contoh yang diberikan guru.Hal ini menjelaskan bahwa siswa tidak mampu mengidentifikasi ketika soal yang berbeda. Berdasarkan karakteristik tersebut dipilih kelas X OTKP 1 yang berjumlah 34 orang sebagai subjek penelitian.

Subjek penelitian diberi soal tes, kemudian hasil yang diperoleh siswa dianalisis kemampuan pemecahan masalah oleh peneliti. Setelah itu, siswa diwawancarai menngenai soal tes yang telah diberikan .

Sumber data diperoleh melalui instrumen penelitian yaitu tes akhir yang terdiri dari 5 soal dan wawancara mengenai indikator-indikator yang terdapat pada soal. Hasil dari tes akhir dan wawancara dianalisis dan disimpulkan, setelah mendapatkan kesimpulan maka dapat dideskripsikan pemecahan masalah matematis siswa.

Analisis data dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari tes akhir.Hal ini dilakukan untuk dapat menarik kesimpulan dari hasil penelitian.Analisis data yang dilakukan sebagai berikut:

a. Mengelompokkan Siswa Berdasarkan Kemampuan Akademik

Data yang diambil dalam penelitian adalahhasil ulangan harian siswa, kemudian dianalisis berdasarkan kelompok kemampuan akademik siswa dengan cara

(5)

VOL.6 NO.1 DESEMBER 2020

ISSN: 2443-1257

166

menghitung jumlah skor siswa.Kategori pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan akademik dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini:

Tabel 4. Kategori Pengelompokan Kemampuan Akademik

Persentase Skor Tes Kategori

75≤ P ≤100 Tinggi

50≤ P < 75 Sedang 25 ≤ P < 50 Rendah

Sumber:(Istikomah & Jana, 2016)

b. Analisis Hasil Tes

Analisis data dilakukan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Kemampuan tinggi, sedang, dan rendah menggunakan indikator penskoran kemampuan pemecahan masalah.Jawaban siswa dianalisis menggunakan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang akan dilakukan.

Berdasarkan indikator penskoran kemampuan pemecahan masalah yang sudah dibuat dapat dinilai tes akhir yang dilakukan siswa. Skor yang diperoleh siswa masih harus dirubah ke dalam skala angka yang ditetapkan yaitu ke skala 0-100. Menghitung skor yang diperoleh siswa jika dikonversikan ke skala 0-100 yaitu:

Selanjutnya nilaisiswa dalam penyelesaian tes kemampuan pemecahan masalah, jawaban siswa dianalisis secara deskriptif berdasarkan indikator. Selanjutnya analisis data wawancara dianalisis secara kualitatif. Menurut Miles & Huberman (dalam Sugiyono, 2017:132) secara umum teknik analisis data wawancara sebagai berikut:

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data merupakan proses pemilihan data yang benar – benar dibutuhkan dalam penelitian dan mengabaikan data yang dianggap tidak penting. Setelah membaca, mempelajari dan menelaah data yang diperoleh dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dan wawancara, maka dilakukan reduksi data. Hasil wawancara dituangkan secara tertulis dengan cara sebagai berikut:

(6)

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STKIP PGRI SUMATERA BARAT

NANDA BELLA KURNIASIH, VILLIA ANGGRAINI HAFIZAH DELYANA

167 1) Mendengarkan rekaman hasil wawancara beberapa kali agar dapat menuliskan

dengan tepat apa yang diucapkan responden. 2) Membuatkan transkrip hasil wawancara.

3) Memeriksa kembali transkip hasil wawancara dengan cara mendengarkan kembali rekaman hasil wawancara.

b. Penyajian Data (data display)

Penyajian data dilakukan dengan mendeskripsikan data hasil wawancara. Data hasil wawancara yang sudah ditranskrip diberikan kode- kode berdasarkan kemampuan akademik siswa yang disajikan dalam bentuk tabel agar pembaca dapat memahami hasil wawancara dengan mudah. Selanjutnya data tersebut diidentifikasi, ditafsirkan, dan dimaknai dengan menggambarkan deskripsi singkat dari hasil wawancara yang telah diolah dalam tahap reduksi data.

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan didasarkan atas data yang telahdianalisis, meliputi data hasil tes kemampuan pemecahan masalahmatematis siswa dan hasil wawancara.Siswa kelas X OTKP 1 SMKN 1 Painan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tes kemampuan pemecahan masalah matematika dilakukan dengan siswa yang telah menyelesaikan materi yang diujikan.Tes ini terdiri 5 soal, setiap soal memiliki 4 langkah kemampuan pemecahan masalah yang dilaksanakan. Setelah dilakukan analisis tes kemampuan pemecahan masalah matematika, maka diperoleh kriteria pemecahan masalah yang dimiliki siswa sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan masalah Matematika

No Kriteria Kemampuan

Pemecahan Masalah Jumlah %

1 Tinggi 5 Orang 14,71

2 Sedang 13 Orang 38,23

3 Rendah 16 Orang 47,05

Berdasarkan Tabel 6 diatas menunjukan bahwa kelas OTKP 1 memiliki kemampuan pemecahan masalah yang berbeda-beda, dimana 5 orang siswa memiliki kriteria kemampuan pemecahan masalah tinggi, 13 orang siswa memiliki kriteria kemampuan pemecahan masalah sedang, dan 16 orang siswa memiliki kriteria rendah.

(7)

VOL.6 NO.1 DESEMBER 2020

ISSN: 2443-1257

168

Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas OTKP 1 SMKN 1 Painan masih rendah.

Hasil penelitian berupa deskripsi kemampuan pemecahan masalah matematis siswa (tinggi,sedang, dan rendah) dalam menyelesaikan soal. Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa siswa kelas OTKP 1 yang berjumlah 34 orang siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah yang berbeda-beda, dalam analisis ini terdapat 5 soal untuk dianalisis kemampuan pemecahan masalah dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang sampai siswa yang berkemampuan rendah. Distribusi nilai siswa bekemampuan timggi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai siswa berkemampuan tinggi No Soal

Skor Nilai

1 2 3 4 5

14 17 17 14 13 75 100

13 14 17 14 14 73 97

Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat bahwa siswa sudah mampu memecahkan masalah yang terdapat pada soal berdasarkan indikator pemecahan masalah. Siswa hampir menyelesaikan soal secara sempurna hanya terdapat sedikit kesalahan dalam mengerjakan soal. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, siswa mengatakan bahwa untuk memahami maksud dari permasalahan yang terdapat pada soal tersebut siswa harus membaca soal berulang kali. Selanjutnya, untuk melihat siswa berkemampuan sedang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 3. Distribusi siswa berkemampuan sedang No Soal

Skor Nilai

1 2 3 4 5

14 17 17 14 13 75 100

12 9 14 6 9 51 68

Berdasarkan tabel 3 dapat kita lihat bahwa siswa yang berkemampuan sedang hanya mampu menyelesaikan beberapa indikator soal. Dimana, terlihat dari nilai yang diperoleh setiap soal hampir mendekati sempurna. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, siswa mengatakan bahwa mereka masih belum mengerti sepenuhnya indikator soal. Kemuadian untuk melihat siswa berkemampuan rendah dapat dilihat pada tabel 5.

(8)

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STKIP PGRI SUMATERA BARAT

NANDA BELLA KURNIASIH, VILLIA ANGGRAINI HAFIZAH DELYANA

169

Tabel 4. Distribusi nilai siswa berkemampuan rendah No Soal

Skor Nilai

1 2 3 4 5

14 17 17 14 13 75 100

3 12 0 0 3 18 24

Berdasarkan tabel 4 terlihat jelas bahwa siswa berkemampuan rendah tidak mampu menyelesaikan soal secara baik. Dimana terdapat pada tabel bisa lihat bahwa ada beberapa soal yang tidak di kerjakan oleh siswa. Hal ini di katakan bahwa siswa tidak memahami indikator soal dengan benar. Berdasarkan wawancara siswa mengatakan bahwa siswa tidak memahami maksud dari soal yang diberikan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang berkemampuan tinggi sudah memenuhi semua indikator. Berikutnya pada siswa yang berkemampuan sedang menyatakan memahami masalah, melakukan rencana, sedangkan siswa yang memiliki kemampuan rendah belum memahami masalah, merencanakan masalah, melakukan rencanakan masalah. pada kriteria kemampuan pemecahan masalah kelas X OTKP 1 SMKN 1 masih berkategori rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Istikomah, D. A., & Jana, P. (2016). Kemampuan pemahaman konsep matematis mahasiswa melalui pendekatan pembelajaran saintifik dalam perkuliahan aljabar matrik. Prosiding Seminar Nasional Etnomatnesia.

Mariam, S., Nurmala, N., Nurdianti, D., Rustyani, N., Desi, A., & Hidayat, W. (2019). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa MTsN Dengan Menggunakan Metode Open Ended Di Bandung Barat. Jurnal Cendekia : Jurnal

Pendidikan Matematika, 3(1), 178–186. https://doi.org/10.31004/cendekia.v3i1.94

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Cahyani, H., & Setyawati, R. W. (2016a). Pentingnya Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah melalui PBL untuk Mempersiapkan Generasi Unggul Menghadapi MEA. PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika, 151–160. Cahyani, H., & Setyawati, R. W. (2016b). Pentingnya Peningkatan Kemampuan

Pemecahan Masalah melalui PBL untuk Mempersiapkan Generasi Unggul Menghadapi MEA. Seminar Nasional Matematika X Universitas Negeri Semarang, 151–160.

(9)

VOL.6 NO.1 DESEMBER 2020

ISSN: 2443-1257

170

Depdiknas. (2001). Penyusunan Butir Soal dan Instrumen Penilaian. Jakarta: Depdiknas.

Moleong, L. J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Netriwati. (2016). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Berdasarkan Teori Polya Ditinjau dari Pengetahuan Awal Mahasiswa IAIN Raden Intan Lampung. Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika, 7(2), 181–190.

Nuryana, D., & Rosyana, T. (2019). Analisis kesalahan siswa smk dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah matematik pada materi program linear. Jurnal Cendekia:

Jurnal Pendidikan Matematika, 3(1), 11–20.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT remaja Rosdakarya. Sumartini, T. S. (2018). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Siswa melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Mosharafa: Jurnal Pendidikan

Gambar

Tabel 1. Hasil Tes Kemampuan Pemecahan masalah Matematika  No  Kriteria  Kemampuan
Tabel 2. Nilai siswa berkemampuan tinggi  No Soal

Referensi

Dokumen terkait

Pelestarian eks-Bioskop Indra dilakukan dengan cara adaptasi ( adaptive-reuse ), yaitu mengubah eksisting yang terbengkalai untuk difungsikan kembali dengan fungsi baru (berupa

Hal ini senada dengan Dapat disimpulkan bahwa upaya meningkatkan minat baca siswa Madrasah Aliyah Negeri Mangempang Barru salah satunya dilakukan dengan menambah

Angka Kematian Ibu (AKI) menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk

Pada tabel berikut dapat diketahui bahwa variabel Prasangka Sosial dan Culture Shock mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,249 &gt; 0,05 dari hasil tersebut maka dapat

Selanjutnya jangan lupa untuk melakukan sesuai jadaal yah bu, mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari juga, keramas 2 kali seminggu, gunting kuku 1

Berdasarkan hasil perbandingan citra ber-watermark antara menggunakan metode FWT dan IWT menghasilkan rata-rata PSNR untuk FWT pada setiap citra uji sebesar 60.77

Perencanaan Pembangunan Nasional dan Departemen Dalam Negeri, bahwa transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh

Melewati peristiwa konflik dan hidup sebagai pengungsi bukan hal yang mudah.Para subjek merasa bangga pada dirinya karena dapat bangkit dan tegar