• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBUATAN MODEL TIGA DIMENSI (3D) SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK VISUALISASI WILAYAH KOTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBUATAN MODEL TIGA DIMENSI (3D) SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK VISUALISASI WILAYAH KOTA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBUATAN MODEL TIGA DIMENSI (3D) SISTEM INFORMASI

GEOGRAFIS (SIG) UNTUK VISUALISASI WILAYAH KOTA

Silvester Sari Sai

Dosen Teknik Geodesi FTSP ITN Malang

ABSTRAKSI

Visualisasi informasi geospasial 3D untuk wilayah kota di Indonesia masih jarang dan bahkan di beberapa tempat tidak ada. Informasi geospasial 3D biasanya hanya terdapat pada kota-kota besar yang memilki bangunan bertingkat. Informasi visualisasi data geospasial 3D dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan terkait

dengan keberlangsungan perencanaan, pembangunan, dan

operasional infrastruktur wilayah kota.

Salah satu metode untuk visualisasi obyek 3D di wilayah kota adalah 3D CGIS (3D City GIS). Model 3D CGIS dapat diartikan sebagai representasi digital dari permukaan (terrain) dan obyek yang terdapat di wilayah kota. Model 3D CGIS memiliki tingkat detail informasi yang beragam bergantung pada jenis informasi dan detail obyek yang disampaikan. Tingkat detail model 3D CGIS ini terdiri atas LD0, LD1, LD2, LD3, dan LD4.

Hasil penelitian ini adalah model 3D CGIS dari wilayah Kota Kupang berbasiskan desktop. Model 3D CGIS ini memiliki tingkat detail LD02 dengan jenis informasi yang terdiri atas permukaan, obyek bangunan infrastruktur, dan vegetasi. Informasi permukaan diperoleh dari data DTM, informasi bangunan dan infrastruktur serta vegetasi diperoleh dari data foto udara. Tiap obyek bangunan dan infrastruktur memiliki informasi nonspasial yang dinyatakan dengan hubungan relasional dari masing-masing basis data menggunakan kunci identifikasi.

Kata Kunci: 3D CGIS, LD02, Permukaan, Bangunan, Infrastuktur.

PENDAHULUAN

Bumi sebagai tempat aktivitas manusia memiliki bentuk tiga dimensi (3D). Oleh karena itu, kebutuhan informasi 3D saat ini merupakan hal yang penting dalam mendukung setiap aktivitas manusia. Selain aktivitas manusia tersebut, beberapa kajian dan aplikasi bidang kelimuan membutuhkan data spasial 3D, diantaranya adalah untuk studi ekologi, pemantuan kualitas lingkungan, analisis geologi, ekplorasi tambang, oseanografi, arsitektur, arkeologi dan otomatisasi navigasi kendaraan, informasi 3D wilayah kota, rencana lansekap (Raper & Kelk, 1991; Li. R, 1994; Forstner, 1995; C.

(2)

Bonham, 1996). Informasi spasial 3D yang dibutuhkan adalah informasi spasial yang memiliki referensi geografis atau disebut data geospasial.

Kebutuhan informasi geospasial 3D untuk wilayah kota sangatlah penting, mengingat kota sebagai pusat kegiatan dengan jumlah bangunan dan infrastruktur yang banyak dan memiliki karakteristik data geospasial yang multi obyek, multi struktur, dan bermacam jenis (heterogenitas). Informasi visualisasi data geospasial 3D dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan terkait dengan keberlangsungan perencanaan, pembangunan, dan operasional infrastruktur di wilayah kota. Selain terkait dengan infrastruktur kota, data 3D dapat digunakan dalam melakukan analisis mitigasi bencana, khususnya terkait dengan polusi udara serta analisis daya dukung lahan untuk pemukiman.

Saat ini visualisasi informasi geospasial 3D untuk wilayah kota di Indonesia masih jarang dan bahkan di beberapa tempat tidak ada. Informasi geospasial 3D biasanya hanya terdapat pada kota-kota besar yang memilki bangunan bertingkat, padahal informasi kota bukan hanya dikhususkan untuk bangunan bertingkat, tetapi juga dapat memberikan informasi terkait dengan bangunan, infrastruktur seperti halnya jalan dan vegetasi atau vegetasi yang berada di wilayah kota. Saat ini perencanaan wilayah kota (urban design) yang dilakukan masih berbasiskan informasi 2D yang diperoleh dari peta skala besar, padahal konsep ruang perencanaan tidak hanya untuk 2D tetapi memiliki aspek 3D. Informasi 3D khususnya untuk wilayah kota atau dikenal dengan nama 3D CGIS (3D City Geographic Information System) merupakan alat bantu yang dapat digunakan untuk melakukan visualisasi, memberikan informasi atribut serta analisis perencanaan, pembangunan, dan monitoring wilayah kota.

MODEL TIGA DIMENSI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK

KOTA (3D CITY GIS)

Model 3D City GIS (3D CGIS) dapat diartikan sebagai representasi digital dari permukaan (terrain) dan obyek yang terdapat di wilayah kota (http://en.wikipedia.org/wiki/3D_city_models). Data geospasial 3D bangunan dan infrastruktur wilayah kota dapat dikategorikan menjadi tiga bagian, yaitu data geospasial yang terdapat diatas permukaan bumi, di permukaan bumi dan di bawah permukaan bumi (Bing,Y,et al., 2007).

(3)

Gambar 1.

Obyek Bangunan dan Infrastruktur Kota yang Terdapat di Atas Permukaan Sumber: Bing,Y, et al., 2007

Dalam bidang geoinformasi representasi data geospasial terdiri atas data dua dimensi (2D) dan data tiga dimensi (3D). Pada saat ini aplikasi data 2D lebih banyak digunakan dibandingkan dengan data 3D. Hal tersebut disebabkan adanya kesulitan dalam membentuk struktur data 3D, khususnya pada proses topologi data 3D (Raper, 1992; Li, 1994). Struktur data 3D terdiri dari unsur X, Y, Z (Raper, 1992) yang mengacu pada masing-masing sumbu koordinat rectangular. Struktur data 3D tersebut menyatakan posisi dari obyek di atas permukaan bumi. Obyek yang terdapat di atas permukaan bumi terdiri atas obyek yang bentuknya teratur (regular) dan obyek yang bentuknya tidak teratur (irregular). Obyek yang bentuknya teratur, seperti halnya obyek buatan (man-made objects) misalnya bangunan gedung, sedangkan obyek yang memiliki bentuk tidak teratur biasanya merupakan obyek alami seperti halnya permukaan topografi. Kedua bentuk obyek tersebut direpresentasikan dalam struktur data 3D dalam dua kelas, yaitu surface based dan volume based (Li, 1994). Data surface based merupakan merupakan representasi data primitif, sedangkan volume based merupakan representasi data yang menyatakan informasi isi dari obyek. Dalam 3D CGIS model, struktur data 3D surface based digunakan untuk menyatakan permukaan dimana obyek berada yang biasanya menggunakan model TIN atau Grid. Struktur data 3D volume based digunakan untuk merepresentasikan bentuk obyek bangunan dan infrastruktur. Bentuk struktur yang digunakan adalah 3D TIN atau Octree.

Secara umum tingkatan detail dari representasi 3D CGIS Model dapat dikategorikan sebagai berikut (https://portal.opengeospatial.org/):

1. Levels of detail 0 (LOD0) 2. Levels of detail 1 (LOD1) 3. Levels of detail 2 (LOD2)

Diatas permukaan

Dipermukaan

(4)

4. Levels of detail 3 (LOD3) 5. Levels of detail 4 (LOD4)

Tingkat detail LOD0 menampilkan bentuk permukaan digital, dimana obyek 3D terletak. Tingkat detail untuk LOD1 menampilkan obyek gedung dan infrastruktur yang terdapat di permukaan atau di atas permukaan. Posisi planimetris dari obyek dinyatakan oleh bentuk sederhana 2D, sedangkan bentuk 3D ditentukan dari nilai tinggi gedung. Keseluruhan permukaan dari obyek (facet) ditampilkan secara datar. Tingkat detail untuk LOD2 sama seperti halnya LOD1, perbedaanya terletak pada bentuk sisi atap dari bangunan yang tidak rata, tetapi memiliki bentuk geometrik sesuai dengan aslinya. Tingkat detail LOD3 menampilkan obyek lebih detail dimana setiap sisi dari obyek ditampilkan menurut bentuk aslinya. Pada beberapa kasus bentuk dari permukaan sisi obyek diperoleh dari foto udara (pictometry) atau foto oblique dan dapat diperoleh juga dari teknik pemetaan cepat. Tingkat detail LOD4 menampilkan bagian dalam dari bangunan atau infrastruktur. Data bagian dalam dari obyek tersebut dapat diperoleh dari teknik terestrial lidar.

LOD0 LOD1

LOD2 LOD3

LOD5

Gambar 2.

(5)

METODOLOGI

Tujuan dari studi ini adalah membuat model 3D CGIS untuk visualisasi wilayah kota Kota Kupang. Tingkat detail dari model 3D CGIS menggunakan level LOD2, dimana bangunan dan infrastruktur didetailkan bentuk geometriknya dengan menggunakan data foto udara. Bentuk permukaan didetailkan dengan data DTM yang diperoleh dari peta topografi dengan skala 1:1.000. Peningkatan ketelitian posisi 3D dari obyek dilakukan melalui observasi lapangan dengan menggunakan peralatan GPS Hanheld. Diagram berikut ini menunjukkan alur studi, yaitu:

Gambar 3. Bagan Alir Studi

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN

3D GIS untuk visualisasi wilayah kota Kupang menginformasikan bangunan permanen dan infrastruktur seperti jalan dan jembatan serta vegetasi, yaitu tumbuhan yang terdapat di wilayah kota. Visualisasi wilayah kota Kupang ditampilkan dengan tingkat detail LOD2, dimana detail bangunan dan infrastruktur dimodelkan berdasarkan infomasi yang diperoleh dari pengamatan lapangan dan data foto udara. Sisi bagian atap bangunan dan bentuk infrastruktur tidak rata tetapi memiliki bentuk yang sesuai dengan kondisi lapangan, bagian sisi lain dari bangunan ditampilkan tidak detail. Bangunan dan infrastruktur serta vegetasi ditampilkan bersama model permukaan dalam bentuk DTM (digital terrain model).

Gambar 4.

Visualisasi 3D Bentuk Permukaan, Infrastruktur, dan Vegetasi dengan Tingkat Detail LOD2

Sumber: Hasil Analisis

Gambar 5.

Visualisasi 3D Bentuk Bangunan dengan Tingkat Detail LOD2

(7)

Setiap Obyek 3D dari bangunan dan infrastruktur memiliki informasi nonspasial dan foto. Data nonspasial dari tiap obyek digabung dengan data spasial berdasarkan kunci identifikasi (identifier key) yang terdapat pada tiap entitas dari basis data nonspasial dan basis data spasial. Hubungan antara entitas basis data dinyatakan dengan hubungan relasi antara tiap kunci identifikasi dari masing-masing etintas.

Gambar 6.

Hasil Penggabungan Data Spasial dan Data Nonspasial dari Obyek 3D Sumber: Hasil Analisis

KESIMPULAN

Visualisasi permukaan dan obyek yang terletak di permukaan dan di atas permukaan serta yang terdapat di bawah permukaan di wilayah kota dapat dilakukan menggunakan konsep 3D CGIS. Konsep 3D CGIS memiliki tingkat detail yang berbeda dalam memberikan informasi dari obyek-obyek 3D yang terdapat di wilayah kota. Visualisasi obyek 3D yang dimodelkan meliputi obyek bangunan, infrastruktur dan vegetasi yang terdapat di wilayah kota.

Visualisasi model 3D wilayah Kota Kupang dengan konsep 3D CGIS menampilkan model permukaan digital dan obyek 3D dari bangunan, infrastruktur, dan vegetasi yang terdapat di bagian wilayah Kota Kupang. Bentuk permukaan dimodelkan dari data DTM yang diperoleh dari data kontur, bentuk bangunan, infrastruktur, dan vegetasi yang dimodelkan menggunakan data foto udara. Model 3D CGIS juga menggabungkan data nonspasial dan data spasial menggunakan hubungan relasional dari tiap etintas obyek 3D. Dengan hubungan tersebut, maka tiap obyek 3D yang dimodelkan akan menampilkan informasi nonspasial yang dimiliki. Model 3D

(8)

CGIS untuk Kota Kupang selanjutnya dapat digunakan sebagai sumber data dalam pengambilan keputusan dalam aplikasi apapun yang membutuhkan data 3D sebagai parameter analisis. Beberapa model pengembangan diantaranya adalah visualisasi berbasiskan web dan mobile dengan kemampuan melakukan analis spasial 3D.

DAFTAR PUSTAKA

Bing, Y., et al. 2007. On 3D GIS Spatial Modeling. ISPRS Workshop on Updating Geo-spatial Databases with Imagery & The 5th ISPRS Workshop on DMGISs. http://en.wikipedia.org/wiki/3D_city_models, diakses tanggal 12 Pebruari 2011. https://portal.opengeospatial.org/ , diakses tanggal 12 Pebruari 2011.

Li, R. 1994. Data Structures and Application Issues in 3-D Geographic Information

Systems. Geomatica. Vol. 48, No. 3, pp. 209-224.

Pilouk, M., et al. 2008. Spatial Data Modelling for 3D GIS. Springer. pp 11-42. 2008. Raper, J. 1992. Key 3D Modelling Concepts for Geoscientific Analysis. In:

Threedimensional modeling with geoscientific. By: A.K. Turner (ed.). NATO ASI Series. Kluwer Academic Publishings. pp. 215-232.

Gambar

Diagram berikut ini menunjukkan alur studi, yaitu:

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya sistem ini, proses pengisian data pengajuan memo, persetujuan dari BM/MM/Kawil, persetujuan dari departemen BOM yang otomatis ter-generate menjadi

Faktor ekonomi Suami menyimpang Hobi suami jalan sama anak-anak SMA Suami pacaran dengan anak-anak SMA Hasil kerja suami tidak untuk anak istri Suami berfoya-foya Hasil kerja

Berdasarkan kajian peraturan yang terkait dengan pengkajian pada persyaratan menjadi pengawas sekolah/madrasah serta pengembangan profesi berdasarkan kompetensi yang

[r]

Penelitian ini akan ditinjau dari pengaruh penambahan limbah karbit terhadap peningkatan nilai California Bearing Ratio (CBR) pada tanah lempung ekspansif dengan

Penelitian ini menggunakan teknologi augmented reality yang mampu memproyeksikan objek tiga dimensi rumah sehingga katalog menjadi lebih nyata, dan teknologi virtual reality yang

[r]

Gambar 3  Siklus hidup proyek penelitian dan pengembangan yang berorientasi pada  Siklus hidup proyek penelitian dan pengembangan yang berorientasi pada  produk atau proses