• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab-V Konsep Perencanaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab-V Konsep Perencanaan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Bab-V

Konsep Perencanaan

5.1 Konsep Dasar

Berdasarkan tema yaitu eco-architecture, dimana desain bangunan harus mengacu kepada keseimbangan alam. Sedangkan kaitannya terhadap penghuni disebutkan harmonisasi sosial kekeluargaan, sebagai satu kesatuan hubungan timbal balik saling membutuhkan antara penghuni yang satu dengan penghuni lain, dalam wadah saling toleransi yang diaplikasikan ke dalam bentuk bangunan , khususnya tata ruang dalam (Interior).

Disamping itu konsep perencanaan pada setiap lantai akan di sediakan ruang bersama atau ruang publik, dimana ada beberapa pertimbangan pemanfaatan ruang publik :

Weilman & Leighton (1979 Ruang publik merupakan kebutuhan ruang yang berfungsi sebagai ruang sosial, yaitu sebagai salah satu kebutuhan pokok pemukim untuk mengembangkan kehidupan bermasyarakat.

Newman (1990) Ruang publik dapat membangkitkan hasrat penghuni menjadi satu komunitas, sehingga dapat dikondisikan sifat pemakaian, pemeliharaan dan pengawasan secara bersama.

Herlianto (1986:86) Ruang publik dapat digunakan sebagai sarana penambah penghasilan serta aktifitas sosial rumah lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan sosial tersebut, bentuk rancangan ruang publik dapat berfungsi untuk kegiatan ekonomi penghuninya.

5.1.1 Massa Bangunan

Konsep bangunan apartemen bersubsidi merupakan suatu hunian massal (bersama) yang hemat dalam penggunaan (konsumsi) sumber daya alam, termasuk energi, tanpa harus mengorbankan kenyamanan fisik penghuni rumah dan menimbulkan permasalahan lingkungan. Dalam pengertian hemat disini adalah penggunaan energi terkait dengan sistem pengudaraan buatan (penggunaan AC) dan pencahayaan artifisial (lampu).

(2)

Suatu bangunan dengan pendekatan ekologis harus mempertimbangkan kesesuaian penampilan dengan kondisi alam setempat, karena berdasarkan konsep eko-arsitektur semua perubahan yang dilakukan manusia pada suatu tempat berpengaruh pula pada ekosistem lainnya, termasuk hubungannya dengan tetangga sekitar yang sudah lama mendiami daerah tersebut. Karena itu penampilan dari bangunan harus merupakan jawaban dari kondisi alam setempat, dengan desain yang lebih modern. Elemen lain yang mempengaruhi penampilan bangunan adalah pemilihan warna, berdasarkan pendekatan ekologis, warna yang dipilih harus mempertimbangkan keseimbangan.

5.1.2 Orientasi Massa

Konsep yang diambil dalam perencanaan berkaitan dari hasil analisa pola massa bangunan adalah pola masa majemuk, karena pertimbangan lahan yang cukup luas, juga jalur sirkulasi dan ruang terbuka pada bangunan tersebut sangat dominan pada desain perencanaanya. Pertimbangan lain adalah pada pengelompokan atau hirarki kegiatan dan pola perletakan massa yang dinamis dan kemungkinan adanya pengembangan bangunan.

5.2 Konsep Tapak dan Lingkungan

(Gambar 5.1) Konsep tapak dan lingkungan

1 2 3 1 1 4 5

(3)

Keterangan analisa tapak Gambar/ sketsa/ foto (rancangan tapak,denah,tampak,potongan dan detail)

Keterangan/ Uraian

1 - Area pembuangan sampah akhir dan pengolahan

limbah (daur ulang).

- Perencanaan sebagai zona service dan penutup (buffer) pada arah pintu air (pengerukan sampah)

- Pada zona tersebut diperbanyak area hijau, selain sebagai buffer terhadap pencegahan pencemaran udara

2 - Podium, pada area tersebut akan dipergunakan sebagai : area bersama,reatai, restoran, pengelola, dan publik 3

Gubahan Massa

- Bangunan utama terdiri dari 3 tower

- Konsep hubungan persaudaraan dan kekeluargaan

diaplikasikan ke dalam facade

4 - Zona parkir, penggunaan lantai parkir menggunakan

material yang bisa menyerap air (grasse block)

5 - Zona hijau, jogging track, taman bermain,dan swimming

pool.

- Konsep desain kursi pada area luar (seminimal mungkin pemakaian perkerasan pada tapak dikurangi).

- Konsep hutan buatan dan jogging track.

Kebisingan

- Kebisingan tinggi, konsep antisipasi dengan penanaman pohon dan tektur tanah untuk taman dibuat berundak. - Kebisingan sedang,pada daerah tersebut view kearah sungai akan diolah sedemikian rupa menjadi salah satu view yang menarik.

(4)

Retaining wall

- Konsep perencanaan dengan mengedepankan ekologis

- View bagus dan diprioritaskan penghijauan, existing tapak terdapat pohon-pohon besar, menunggu pengelolaannya.

-

- Perencanaan pada zona yang terdapat kebisingan tinggi dan view yang kurang bagus dapat diantisipasi dengan pengelolaan penghijauan, pengaturan bentuk kontur tanah (berundak)

- Konsep sirkulasi udara, akan direncanakan dengan sistem panggung, selain sirkulasi udara yang masuk lebih maksimal juga dampak ekologis pada tapak dan resapan air hujan lebih maksimal.

Green Roof

- Konsep perencanaan green roof akan menjadi dasar perencanaan.

5.3 Konsep Perencanaan dan Perancangan

Orientasi massa bangunan perlu memperhatikan pola pergerakan manusia yang didapat dari analisa sirkulasi di sekitar tapak.

5.3.1 Tata Ruang Dalam

Dalam perencanaan bangunan dengan pendekatan ekologis terutama hubungan sosial manusia, rencana penataan ruang akan mempertimbangkan :

 Standar luas koridor yang bisa memberikan kenyamanan penghuni.

 View koridor di desain tidak masif.

 Pemakaian bahan yang ramah lingkungan.

 Konsep bentuk ruang koridor di desain seperti bangunan horisontal, sehingga hubungan antar penghuni dapat tercapai.

(5)

(Gambar 5.2) konsep perencanaan koridor dengan pendekatan sosial

Kenyamanan dapat dibagi atas kenyamanan Psikis dan kenyamanan Fisik. Kenyamanan psikis berkaitan dengan aspek kepercayaan, agama adat dan kebudayaan (bersifat personal dan kualitatif). Sementara kenyamanan fisik lebih bersifat universal dan kuantitatif. Kenyamanan fisik terdiri dari kenyamanan ruang (spasial), penglihatan (visual), pendengaran (audial). suhu (thermal).

5.3.2 Tata Ruang Luar

Penataan ruang luar merupakan elemen yang penting dalam kaitannya dengan eko-arsitektur yang menjaga keseimbangan alam sekitar. Fungsi ruang luar pada perencanaan apartemen bersubsidi adalah :

 Mengolah ruang luar menjadi zona perantara yang menjadi penghubung antar bangunan.

 Sebagai pengarah sirkulasi.

 Sebagai transisi antar tapak dengan area sekitar.  Sebagai unsur estetika penunjang bangunan.

Adapun perencanaan ruang luar yang direncanakan meliputi :

Kisi kisi bambu dan sistem pintu (hidden door) semi publik (foyer)

Area dapur didesain ada jendela, ini pertimbangan keamanan (saling mengawasi) tidak masif, hub sosial lebih terjalin

Pintu shaft

Semi publik sebagai ruang santai atau tempat bermain anak.

(6)

1. Ruang Luar Aktif, yaitu ruang luar yang digunakan untuk menampung kegiatan di luar ruangan atau bangunan (Garden to live in); Play ground, Kafetaria.

2. Ruang Luar Pasif, yaitu taman dan penghijauan dalam tapak, yang dinikmati secara visual dan dapat mempengaruhi persepsi (Garden to look at).

5.4 Konsep Utilitas

1) Efisiensi Dalam Penggunaan Air

Konsep pemanfaatan air pada perencanaan apartemen bersubsidi adalah konsep Biopori, diharapkan debit air hujan secara maksimum dapat di serap.

 Penggunaan air bersih di dalam bangunan dipergunakan secara efisien, baik untuk mandi, cuci dan keperluan lainnya.

 Penanganan air hujan akan disalurkan ke dalam bak-bak resapan material dari bis beton dengan diameter 100 cm, tinggi 120 cm yang ditanam pada tanah dengan kedalaman sekitar 3-5 m diatas permukaan tanah.

(Gambar 5.3) Pemasangan Bis Beton untuk Resapan

 Penanganan air kotor dari dalam bangunan disalurkan dan di proses di dalam water treatment (biofill) selanjutnya di salurkan kedalam bak-bak penampungan atau resapan sebelum di salurkan ke riol kota.

2) Penanganan Sampah

Sampah yang dihasilkan dari kegiatan sehari-hari di dalam bangunan terdiri dari sampah kering (non organik) dan sampah basah (organik) dimana dalam penempatannya pada setiap lantai disiapkan ruang khusus penampungan sampah sementara. Kemudian sampah tersebut akan diangkut secara berkala ke tempat

(7)

pembuangan akhir di lantai basement dalam penempatannya disiapkan dua bagian terpisah, sehingga dapat dipilah bagian sampah yang dapat didaur ulang, kemudian sisa yang tidak bisa dimanfaatkan di buang kemudian diangkut oleh kendaraan truk sampah.

(Gambar 5.4) Sistim distribusi pengelolaan sampah

3) Sistem Pencahayaan

Dalam Eko Arsitektur manusia harus dapat memanfaatkan potensi alam seoptimal mungkin, tanpa menggangu keseimbangan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian potensi matahari tropis perlu dimanfaatkan untuk pencahayaan. Sistem pencahayaan dalam bangunan dipilih dengan pertimbangan sebagai berikut :

Sistem Pencahayaan Keuntungan Kerugian

Pencahayaan Alami - Optimalisasi potensi alam - Efisiensi energi

- Efisiensi bahan

- Terpengaruh cuaca dan waktu

- Kelembaban ruang tidak stabil

Pencahayaan Buatan - Intensitas cahaya stabil - Kelembaban ruang bisa diatur - Bisa membentuk suasana

- Butuh energi lebih - Bahan harus dipilih yang

ramah lingkungan

Berdasarkan analisa diatas, maka kedua sistem pencahayaan digunakan dalam bangunan. Alternatif sistem yang dapat digunakan :

1. Sistem pencahayaan alami, dilakukan dengan :  Pengaturan bukaan

 Pemilihan jenis kaca yang bisa menahan silau 2. Sistem pencahayaan buatan, dengan syarat :

 Pemilihan bahan yang aman bagi kesehatan dan lingkungan  Intensitas cahaya yang dihasilkan sesuai kebutuhan

 Penggunaan energi yang efisien  Mudah dalam perawatannya

(8)

4) Sistem Penghawaan

Sistem penghawaan dalam ruangan ditentukan berdasarkan sifat ruangan tersebut. Untuk ruangan terbuka bisa memanfaatkan penghawaan alami, sedangkan ruangan yang tertutup perlu menggunakan penghawaan buatan dengan syarat-syarat tertentu.

Penghawaan Alami

Beberapa alternatif sistem penghawaan alami : - Memperbanyak bukaan

Keuntungannya :

 Tidak memerlukan sistem khusus  Efisiensi kerja

Kerugiannya :

 Konsekuensi cahaya yang masuk terlalu banyak  Efisiensi ruang kurang

- Stack-effect Keuntungannya :

 Suhu dapat dikondisikan sesuai dengan kenyamanan manusia  Efisiensi ruang

Kerugiannya :

 Membutuhkan instalasi khusus - Penggunaan element air

Keuntungannya :

 Berfungsi ganda sebagai elemen estetis

 Menghasilkan udara yang segar dari proses evaporasi Kerugiannya :

 Butuh instalasi khusus

Berdasarkan analisa di atas, maka sistem penghawaan alami yang digunakan merupakan gabungan dari ketiganya, karena setiap ruangan memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.

(9)

Penghawaan Buatan

Untuk penghawaan buatan diupayakan pengkondisian udara tanpa menggunakan CFC dan HCFC yang membahayakan lapisan ozon. Alternatif sistem yang dapat digunakan adalah :

- Air handing Units dengan sirkulasi ulang udara Keuntungannya :

 Daur ulang udara

 Plat lantai efektif sebagai buffer  Tanpa CFC dan HCFC

Kerugiannya :

 Energi yang dibutuhkan tinggi

 Udara yang masuk suhunya tidak terlalu stabil - Ground water cooling system

Keuntungannya :

 Media pendingin banyak tersedia  Biaya perawatan rendah

 Biaya operasional rendah  Tanpa CFC dan HCFC  Sumber bisa didaur ulang Kerugiannya :

 Biaya pemasangan tinggi

Berdasarkan analisa di atas, sistem penghawaan yang dipilih adalah dengan ground water cooling system.

5) Sistem Instalasi Listrik

Pada umumnya sumber tenaga listrik yang digunakan adalah dari PLN atau menggunakan Genset. Dalam kaitannya dengan Eko-Arsitektur, maka diupayakan efisiensi energi dan bahan bakar dengan memanfaatkan energi matahari sebagai sumber listrik dengan photovoltaic. Sistem ini dapat menghemat energi listrik sampai dengan 15% karena energi matahari yang diserap disimpan kedalam baterai.

(10)

 Photovolaic

6) Sistem Penyalur Petir

Terdapat kesalahan persepsi dalam sebutan kata “penangkal petir”, seharusnya bukan penangkal petir tetapi lebih tepat dengan sebutan “penyalur petir”, karena arus listrik yang masuk (petir) ke dalam Bumi akan di salurkan atau di netralkan, bukan di tangkal. Dalam sistem ini terdapat dua penyalur petir yaitu sistem Faraday dan sistem Franklin :

- Sistem Faraday

Perletakan bahan, tiang yang dihubungkan dengan kawat tembaga pada sekeliling bangunan.

- Sistem Franklin

Sistem dengan memberikan perlindungan dalam bentuk kerucut dengan sudut 45°.

Dengan pertimbangan kemudahan dalam pengerjaan, efek yang ditimbulkannya serta efisiensi bahan, maka rencana perencanaan dipilih dengan sistem Faraday.

7) Sistem Telekomunikasi

Sistem komunikasi pada bangunan ini digunakan sebagai : - Kebutuhan Informasi

- Penunjang kegiatan peragaan  Komunikasi Ekstern

(11)

Melayani komunikasi antar bangunan dan luar bangunan, dengan sistem PABX yang dapat melayani beberapa jaringan ruang.

 Komunikasi Intern

Untuk menunjang aktifitas dalam bangunan digunakan alat komunikasi intercom

- Kebutuhan telekomunikasi

8) Sistem Pemadam Kebakaran

Konsep perencanaan dalam penggunaan sistem pemadam kebakaran, pada perencanaan apartemen bersubsidi dengan penerapan, ;

- Pencegahan

 Smoke detector, pada temperature 40°-50° dengan jangkauan 1 head (75 m2)

 Head detector, pada temperature 60°-70°  Fire detector, diletakkan pada daerah strategis - Penanggulangan

 Dengan air

Agar penanggulangan bahaya kebakaran segera tertanggulangi maka digunakan sprinkler (setiap 9m2 luas lantai) dan hydrant (setiap 500-800 m2) dengan radius jangkauan 25-30 m.

 Dengan bahan kimia

Untuk ruangan dimana isinya bias rusak bila terkena air, misalnya data penting, digunakan power dry chemical.

5.5 Konsep Struktur

Struktur Atas

Bagian struktur bangunan yang terletak di atas tanah, terdiri atas badan bangunan dan kepala bangunan. Struktur pada bagian dalam menggunakan core, karena dinilai lebih kokoh dan kuat dalam menerima beban dan gaya lateral. Badan bangunan luar (facade) yang akan direncanakan ada 2 alternatif yaitu dengan sistem precast dan sistem molding GRC.

- Sistem Precast / beton pracetak, adalah menjadi pertimbangan perencanaan, hal ini dapat dikerjakan dalam jangka waktu yang lebih singkat, sehingga akan

(12)

menghemat waktu. Tahapan metode konstruksi yang direncanakan terdiri dari tiga, yaitu: 4

1. Tahapan cetak (moulding and de-moulding)

Proses konstruksi dimulai dengan mencetak (moulding) komponen struktur yang disesuaikan dengan rancangan, seperti: kolom, balok, tie beam, plat lantai atau dinding, namun pada bangunan elemen dinding tetap menggunakan konstruksi konvensional (dinding bata atau batako).

2. Tahapan pemasangan (installation and erection)

Setelah komponen struktur tersedia maka selanjutnya dirangkai dan dipasang sesuai dengan urutan dan bentuknya, dimulai dari tie beam, kolom, balok dan plat lantai. Setiap komponen dirangkai secara teratur dengan bermacam metode, sesuai jenis metode.

(Gambar 5.5) Instalasi kolom dan slab dengan menggunakan alat crane (Rusunawa Bantul, DIY)

(Gambar 5.6) Beberapa contoh facade dengan material precast

Beton pracetak yang dipergunakan, yang mana masing-masing komponen dirangkai dengan sambungan (joint).

(13)

3. Tahapan penyambungan (grouting)

Grouting dilakukan sebagai koreksi atau juga perkuatan terhadap rangkaian komponen struktur yang telah dipasang. Dengan demikian kekuatan, kekakuan serta kekokohan struktur dapat tercapai sesuai rancangan bangunan.

Terdapat beberapa persyaratan di dalam penggunaan sistem pracetak. Di antaranya adalah bentuk gedung yang direncanakan harus bersifat tipikal. Selain itu, lahan yang tersedia dapat memadai untuk peletakkan komponen-komponen beton pracetak sebanyak dua sampai tiga hari kerja atau dua lantai bangunan. Berdasarkan analisa tersebut, pengerjaan dengan sistem pracetak dan tahapan-tahapannya sudah sesuai dengan kondisi tapak.

- Sistem Molding (GRC) Glassfibre Reinforced Cement), merupakan bahan komposit yang terdiri dari campuran semen dengan pasir, dipompakan untuk kemudian disemprotkan dan diberi penulangan fiberglass. Kandungan fiberglass biasanya 4% menurut berat dalam keadaan basah. Produk yang tipis membuat komponen GRC ringan dan memudahkan pengangkutan, penanganan, penyimpanan dan pemasangan. Karakteristik dan keunggulan GRC adalah :

1. Mudah diaplikasikan

2. Mampu membentuk detail yang rumit

3. Bentuk yang relatif tipis dan mudah dalam pemasangannya 4. Bobot yang ringan

5. Tahan terhadap cuaca, tahan api, tahan korosi. 6. Tidak berjamur dan anti rayap dan tahan abrasi 7. Tidak terpengaruh sinar ultra violet

8. Tidak mengandung Asbestos

9. Biaya perawatan yang rendah dan mudah di cat

(14)

Konsep Molding GRC pada sketsa perencanaan

No Gambar/Sketsa Uraian/ Keterangan

1 Konsep Kuncup

2

Facade menggunakan cetakan molding GRC.

Aplikasi konsep Tunas.

3

Rencana detail molding GRC pada dinding

Struktur Bawah

Struktur yang terletak di bagian bawah tanah, diantaranya adalah pondasi yang berfungsi sebagai penahan beban yang ada diatasnya (mengalirkan beban dari upper structure ke tanah) sampai dengan tanah keras. Struktur bawah pada bangunan apartemen bersubsidi akan menggunakan Pondasi pancang (bisa mencapai kedalaman 30 meter), hal ini dilakukan mempertimbangkan lahan di sekitar tapak dekat dengan sungai Ciliwung yang rawan longsor (abrasi)

(Gambar 5.8) Perumahan pantai mutiara

Mesin pancang jack in pile (hydrolic) kedap suara dengan sistem tekan(kanan). Salah satu contoh hasil setelah dipancang (kiri)

(15)

5.6 Konsep Perilaku dan Interaksi

Manusia mempunyai keunikan tersendiri, keunikan yang dimiliki setiap individu akan mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Sebaliknya, keunikan lingkungan juga mempengaruhi perilakunya. Karena lingkungan bukan hanya menjadi wadah bagi manusia untuk ber aktivitas, tetapi juga menjadi bagian integral dari pola perilaku manusia. Proses dan pola perilaku manusia di kelompokkan menjadi dua bagian, yaitu proses individual dan proses sosial.

1. Proses Individual

Dalam hal ini proses psikologis manusia tidak terlepas dari proses tersebut. Pada proses individu meliputi beberapa hal :

a. Persepsi Lingkungan, yaitu proses bagaimana manusia menerima informasi mengenai lingkungan sekitarnya dan bagaimana informasi mengenai ruang fisik tersebut di organisasikan kedalam pikiran manusia. b. Kognisi Spasial, yaitu keragaman proses berpikir selanjutnya, mengorganisasikan, menyimpan dan mengingat kembali informasi mengenai lokasi, jarak dan tatanannya.

c. Perilaku Spasial, menunjukan hasil yang termanifestasikan dalam tindakan respon seseorang, termasuk deskripsi dan preferensi personal, respon emosional, ataupun evaluasi kecenderungan perilaku yang muncul dalam interaksi manusia dengan lingkungan fisiknya.

Proses Individual mengacu pada skema pendekatan perilaku yang menggambarkan hubungan antara lingkungan dan perilaku individu Skema : Proses Perilaku Individual

1.1 Perilaku Manusia dan Lingkungan

Perilaku manusia akan mempengaruhi dan membentuk setting fisik lingkungannya.5 Pengaruh lingkungan terhadap tingkah laku dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu :

a. Environmemntal Determinism, menyatakan bahwa lingkungan menentukan tingkah laku masyarakat di tempat tersebut.

(16)

b. Enviromental Posibilism, menyatakan bahwa lingkungan fisik dapat memberikan kesempatan atau hambatan terhadap tingkah laku masyarakat.

c. Enviromental probabilism, menyatakan bahwa lingkungan memberikan pilihan-pilihan yang berbeda bagi tingkah laku masyarakat.

Pendekatan Perilaku, menekankan pada keterkaitan yang ekletik antara ruang dengan manusia dan masyarakat yang memanfaatkan ruang atau menghuni ruang tersebut. Dengan kata lain pendekatan ini melihat aspek norma, kultur, masyarakat yang berbeda akan menghasilkan konsep dan wujud ruang yang berbeda.5 Adanya interaksi antara manusia dan ruang, maka pendekatannya cenderung menggunakan setting dari pada ruang. Istilah seting lebih memberikan penekanan pada unsur-unsur kegiatan manusia yang mengandung empat hal yaitu : pelaku, macam kegiatan, tempat dan waktu berlangsungnya kegiatan. Kegiatan dapat terdiri dari sub-sub kegiatan yang saling berhubungan sehingga terbentuk sistem kegiatan.

1.2 Seting Perilaku ( Behaviour Setting )

Behaviour setting merupakan interaksi antara suatu kegiatan dengan tempat yang lebih spesifik. Behaviour setting mengandung unsur-unsur sekelompok orang yang melakukan kegiatan, tempat dimana kegiatan tersebut dilakukan dan waktu spesifik saat kegiatan dilakukan.

Setting perilaku terdiri dari 2 macam yaitu :

a. Sistem tempat atau ruang (System of setting), sebagai rangkaian unsur-unsur fisik atau spasial yang mempunyai hubungan tertentu dan terkait hingga dapat dipakai untuk suatu kegiatan tertentu.

b. Sistem kegiatan (System of activity), sebagai suatu rangkaian perilaku yang secara sengaja dilakukan oleh satu atau beberapa orang.

Dari pengertian tersebut dapat ditegaskan bahwa unsur ruang atau beberapa kegiatan, terdapat suatu struktur atau rangkaian yang menjadikan suatu kegiatan dan pelakunya mempunyai makna.

Pada berbagai pendapat dikatakan bahwa desain Behavior Setting yang baik dan tepat adalah yang sesuai dengan struktur perilaku penggunanya. Dalam desain

(17)

arsitektur hal tersebut disebut sebagai sebuah proses argumentatif yang dilontarkan dalam membuat desain yang dapat diadaptasikan, Fleksibel atau terbuka terhadap pengguna berdasarkan pola perilakunya.Identifikasi tiga tipe dasar dalam pola ruang:6

1. Ruang Berbatas Tetap (Fixed-Feature Space), ruang berbatas tetap dilingkupi oleh pembatas yang relatif tetap dan tidak mudah digeser, seperti dinding masif, jendela, pintu atau lantai.

2. Ruang Berbatas Semi Tetap (Semi Fixed-Feature Space), ruang yang pembatas nya bisa berpindah, seperti ruang-ruang pameran yang dibatasi oleh partisi yang dapat dipindahkan ketika dibutuhkan menurut setting perilaku yang berbeda.

3. Ruang Informal, ruang yang terbentuk hanya untuk waktu singkat, seperti ruang yang terbentuk kedua orang atau lebih berkumpul, ruang ini tidak tetap dan terjadi diluar kesadaran.

Desain behavior setting tidak selalu perlu dibentuk ruang-ruang tetap, baik yang ber pembatas maupun semi tetap terlebih lagi dalam desain ruang publik yang di dalamnya terdapat banyak pola perilaku yang beraneka ragam.

Konsep sistem aktivitas dan behaviour setting memberi dasar yang luas dalam mempertimbangkan lingkungan daripada semata-mata tata guna lahan, tipe bangunan, dan tipe ruangan secara fisik. Hal tersebut dapat membebaskan desain ruang publik dari bentuk-bentuk klise, bentuk-bentuk prototip atau memaksakan citra yang tidak sesuai dengan pola perilaku masyarakat penggunanya.

Pengamatan behaviour setting dapat digunakan dalam desain ruang publik karena dapat mengerti preferensi pengguna yang diekspresikan dalam pola perilaku pengguna. Dari pembahasan ini jelas bahwa organisasi ruang pada ruang publik dan perilaku pengguna mempunyai peran yang sangat penting dalam suatu behavior setting

2. Proses Sosial

Manusia mempunyai kepribadian individual, tetapi manusia juga merupakan makhluk sosial hidup dalam masyarakat dalam suatu kolektivitas. Dalam memenuhi kebutuhan sosialnya manusia berperilaku sosial dalam lingkungannya

(18)

dapat diamati pada, fenomena perilaku lingkungan, kelompok pemakai, dan tempat berlangsungnya kegiatan. Pada proses sosial, perilaku interpersonal manusia meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Ruang Personal (Personal Space) berupa domain kecil sejauh jangkauan manusia.

b. Teritorialitas yaitu kecenderungan untuk menguasai daerah yang lebih luas bagi seseorang.

c. Kesesakkan dan Kepadatan yaitu keadaan apabila ruang fisik yang tersedia terbatas.

d. Privasi sebagai usaha optimal pemenuhan kebutuhan sosial manusia.

Kesimpulan :

Dalam proses sosial, perilaku interpersonal yang sangat berpengaruh pada perubahan ruang publik adalah teritorialitas. Konsep teritori dalam studi arsitektur lingkungan dan perilaku yaitu adanya tuntutan manusia atas suatu area untuk memenuhi kebutuhan fisik, emosional dan kultural. Berkaitan dengan kebutuhan emosional ini maka konsep teritori berkaitan dengan ruang privat dan ruang publik. Ruang privat (personal space) dapat menimbulkan crowding (kesesakkan) apabila seseorang atau kelompok sudah tidak mampu mempertahankan personal space nya.

Referensi

Dokumen terkait

Sutabri (2012:116-120), mengatakan “Secara umum Data Flow Diagram adalah suatu network yang menggambarkan suatu sistem automat/komputerisasi, manualisasi, atau gabungan

“Kami merendahkan diri di hadapamMu ya Tuhan, dan mengaku, bahwa dalam hidup kami pada waktu yang lalu, kami tidak melakukan kehendakMu, dan kami telah melakukan

Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu negara, sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari kandungan karbon dan nitrogen dalam paduan Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni terhadap nilai kekerasan dan struktur mikro

Metodologi yang digunakan dalam penulisan thesis ini adalah metode analisis yang terdiri dari survey atas proses yang berjalan, analisis terhadap temuan survey,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemahaman wajib pajak, kualitas pelayanan perpajakan, sanksi perpajakan dan kondisi lingkungan terhadap

Hasil analisis n-gain pada nilai kompetensi keterampilan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan nilai kompetensi keterampilan siswa dengan me- nerapkan model

Setelah data yang diperoleh, kemudian disajikan menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu teknik analisis yang berupa mendiskripsikan atau