• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. ANALISIS SITUASIONAL RANTAI PASOK MANGGA GEDONG GINCU UNTUK EKSPOR Potensi dan Produksi Mangga Gedong Gincu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV. ANALISIS SITUASIONAL RANTAI PASOK MANGGA GEDONG GINCU UNTUK EKSPOR Potensi dan Produksi Mangga Gedong Gincu"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

IV. ANALISIS SITUASIONAL RANTAI PASOK MANGGA GEDONG GINCU UNTUK EKSPOR

4.1. Potensi dan Produksi Mangga Gedong Gincu

Buah-buahan Indonesia diminati di pasar luar negeri. Hal ini ditunjukkan

dengan adanya kegiatan ekspor buah Indonesia ke pasar luar negeri. Potensi

mangga di pasar internasional cukup prospek. Dari tahun ke tahun permintaan mangga asal Indonesia di negara tujuan ekspor cenderung terus meningkat. Hal ini dapat dilihat dari produksi ekspor dan volume ekspor mangga Indonesia yang mengalami peningkatan (Tabel 6).

Tabel 6. Produksi dan Volume Ekspor Mangga Indonesia Tahun 2007-2009

Tahun Produksi (ton) Volume ekspor (kg)

2007 1.621,997 1.181.881 kg

2008 1.818,619 1.198.213 kg

2009 2.105.085 1.908.001 kg

Sumber : BPS (2010)

Mangga gedong gincu merupakan kelompok dari mangga gedong. Mangga gedong gincu selintas terlihat hampir mirip dengan mangga gedong biasa, tetapi sesungguhnya terdapat banyak perbedaannya (Tabel 7).

Tabel 7.Perbedaan Mangga Gedong Gincu Dengan Gedong Biasa

No. Kriteria Gedong gincu Gedong biasa

1. Warna kulit Merah keunguan pada pangkal buah dengan masih menyisakan semburat hijau tua pada ujung buah

Kuning

2. Ujung buah Lekukan rata/hampir hilang Membulat 3. Pangkal buah (tempat

tangkai buah)

Membulat Ada lekukan

4. Posisi bisa “duduk” Ujung buah di bawah Pangkal buah di bawah

5. Rasa Manis segar (manis dengan sedikit asam)

manis

6. Umur panen 90- 95 hsbm 100 – 120 hsbm

7. Aroma Harum (sangat kuat) Biasa

8. Warna daging buah saat matang

Merah oranye atau kuning kemerahan

Kuning

(2)

Konsumen luar negeri pada umumnya menghendaki buah mangga ukuran sedang (250-350 g per buah), warna kulit buah bersih mencolok, misalnya kuning kemerahan, sedangkan rasa manis bukan satu-satunya persyaratan utama (Anshari, 2006). Pasar Eropa menghendaki mangga yang berukuran seragam kecil-sedang (200 - 300 g), kulit berwarna menarik (merah atau oranye), rasa manis dengan sedikit asam, agak berserat, tahan lama disimpan, serta mudah penyajiannya atau cara makannya. Kriteria ini cocok dengan deskripsi varietas gedong gincu sehingga untuk pasar ekspor, tampaknya mangga gedong gincu menjadi andalan yang tepat. Berbagai keunggulan yang menjadikan mangga gedong gincu digemari pasar luar negeri dibanding varietas favorit mangga asal Indonesia lainnya dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Perbandingan Mangga Gedong Gincu Dengan Mangga Varietas Indonesia

No. Kriteria Gedong gincu Gedong Arumanis

1. Warna Merah keunguan pada

pangkal buah

Kuning Kuning

2. Rasa Manis segar (manis

dengan sedikit asam)

Manis Sangat manis

3. Tekstur Lembut agak berserat Lembut agak

berserat

Lembut tanpa serat

4. Ukuran Kecil sampai sedang

(200 – 400 g) Kecil sampai sedang (200 – 400 g) Besar ( 500 g)

5. Aroma Harum (sangat kuat) Biasa Harum

Saat ini, harga mangga gedong gincu merupakan harga tertinggi bagi varietas mangga Indonesia. Tingginya harga mangga gedong gincu bukan hanya disebabkan faktor pasokan dan permintaan (permintaan tinggi tetapi produksi masih terbatas), tetapi juga karena pola pemanenannya. Mangga gedong gincu dipetik saat semburat merah sudah keluar di pangkal buah sehingga dijamin tua optimal (sudah cukup tua tapi belum terlalu matang) sehingga rata-rata tingkat ketuaan dipastikan seragam. Jika mangga gedong gincu dipetik belum keluar semburat merah pada pangkal buahnya, maka saat matang warna kulitnya akan kuning seperti gedong biasa. Terbentuknya tampilan “Gincu” di pangkal buah memerlukan sinar matahari saat buah masih di pohon. Untuk keperluan ekspor,

(3)

mangga gedong gincu mempunyai harga jual yang tinggi dibanding varietas mangga lainnya (Tabel 9).

Tabel 9. Rata-Rata Harga Mangga Kualitas Ekspor di Tingkat Petani di Kabupaten Cirebon Tahun 2010.

No. Musim Panen Bulan

Rata-rata Harga Kualitas Ekspor per kg (dalam rupiah)

Harumanis Dermayu Gedong Gincu 1. Awal panen raya Oktober 7.000 8.000 25.000 2. Puncak panen raya Nopember 6.000 6.000 15.000 3. Akhir panen raya Desember 7.000 7.000 20.000

Sumber : Distanbunnakhut Kabupaten Cirebon (2010)

Daerah sentra produksi mangga gedong gincu di Indonesia adalah Jawa Barat meliputi Kabupaten Indramayu, Cirebon, dan Majalengka. Kabupaten Cirebon menjadikan mangga gedong gincu sebagai komoditas unggulan daerahnya. Perkembangan produksi mangga gedong gincu di Kabupaten Cirebon tahun 2005-2010 menunjukkan kecenderungan peningkatan (Tabel 10)

Tabel 10. Produksi Mangga Gedong Gincu Tahun 2005-2010

Tahun Jumlah produksi (ton)

2005 2.412 2006 3.859 2007 4.461 2008 6.994 2009 8.079 2010 12.058

Sumber : Distanbunnakhut Kabupaten Cirebon (2010)

Berdasarkan data Distanbunnakhut Kabupaten Cirebon (2010) pada tahun 2010, Kabupaten Cirebon mempunyai luas areal mangga 6.910 ha dengan populasi sebanyak 691.046 pohon. Dari jumlah luas dan pohon yang ada, terdapat kebun mangga gedong gincu seluas 3.022 ha dengan jumlah pohon yang produktif sebanyak 211.540 pohon dengan jumlah produksi sebanyak 12.058 ton. Dari 3.022 ha kebun mangga gedong gincu di Kabupaten Cirebon, sekitar 2 % (60 ha) telah terdaftar di Departemen Pertanian. Kebun mangga yang bisa didaftarkan adalah kebun mangga yang sudah menerapkan Good Agricultural Practices

(GAP) dan Standard Operational Procedure (SOP). Para importir mengharuskan

(4)

diketahui jaminan kualitasnya. Bahkan beberapa negara mengharuskan kebun dan rumah pengemasan (packing house) buah sudah disertifikasi. Untuk meningkatkan kualitas mangga gedong gincu dari Kabupaten Cirebon, sejak tahun 2005 pemerintah Kabupaten Cirebon sudah mencanangkan penerapan GAP dan SOP

pada kebun-kebun mangga gedong gincu di wilayah Cirebon. Dasar hukum

penerapan GAP di Indonesia adalah peraturan menteri nomor

61/Permentan/OT.160/11/2006, tanggal 28 November 2006 untuk komoditi buah. Sampai saat penelitian ini dilaksanakan kebun buah mangga baru sampai tahap terdaftar sebagai kebun penerapan GAP/SOP.

Sekitar 23%, petani mangga di Cirebon telah menerapkan teknologi pembungaan sehingga dapat meningkatkan jumlah bunga yang juga akan meningkatkan jumlah buah. Pada saat kemarau panjang, tanaman mangga di wilayah Cirebon, berbunga antara Maret sampai Juli sehingga menghasilkan buah siap panen antara Oktober sampai Desember. Panen raya terjadi pada November setiap tahunnya. Mangga gedong gincu baru bisa dipanen saat berusia 3 tahun dengan produksi sebesar 1- 2 ton per hektar per sekali panen. Setelah berusia 5 tahun, produksi buah akan meningkat menjadi 3 ton per hektar per sekali panen.Satu hektar kebun mangga gedong gincu berkapasitas 100 pohon.

Sentra mangga gedong gincu yang terbesar di Kabupaten Cirebon berada di Kecamatan Sedong. Kondisi lingkungan di Kecamatan Sedong sangat mendukung untuk pertumbuhan dan perkembangan maangga gedong gincu karena

memiliki tingkat keasaman tanah yaitu pH 5 dan suhu harian 26 – 30 oC. Pada

tahun 2010, dari 211.540 pohon mangga gedong gincu yang produktif di Kabupaten Cirebon, sebanyak 43.254 pohon mangga gedong gincu ada di Kecamatan Sedong, sisanya tersebar di 36 kecamatan lainnya pada wilayah Kabupaten Cirebon.(Lampiran 3). Jumlah petani mangga di Kecamatan Sedong merupakan jumlah terbesar diantara kecamatan lain di Kabupaten Cirebon. Pohon-pohon mangga di Kecamatan Sedong dikelola oleh 1.295 petani mangga yang tergabung dalam 11 Kelompok Tani Buah (KTB) mangga dalam satu Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan).

(5)

4.2. Elemen Rantai Pasok Mangga Gedong Gincu

Rantai pasok produk pertanian lebih kompleks dari rantai pasok pada umumnya karena : produk pertanian bersifat mudah rusak, tergantung iklim dan musim, dan bentuk serta ukuran hasil panen bervariasi. Elemen yang diperhatikan dalam rantai pasok meliputi fasilitas, fungsi, dan aktifitas (Ma’arif dan Tanjung, 2003). Elemen dalam rantai pasok mangga gedong gincu untuk ekspor digambarkan pada Gambar 12.

Elemen Rantai Pasok Mangga Gedong Gincu Untuk Ekspor

Fasilitas Fungsi Aktifitas

1. Kebun mangga

2. Gudang penampungan hasil panen milik gapoktan

3. Gudang dan packing house milik eksportir

1. Petani mangga/KTB 2. Gapoktan

3. Eksportir

4. Konsumen luar Negeri

1. Pemanenan 2. Pengumpulan dan penampungan hasil panen 3. Pembersihan, sortasi I pengemasan dan penimbangan 4. Pengiriman ke gudang eksportir

5. Sortasi II dan grading 6. Pelabelan buah,

pembungkusan, pengemasan, dan penimbangan

7. Pelabelan kemasan dan peletizing

8. pengiriman ekspor.

Gambar 12. Elemen dalam rantai pasok mangga gedong gincu pada tingkat eksportir

4.2.1. Fasilitas

Fasilitas yang diperlukan dalam rantai pasok mangga gedong gincu di tingkat eksportir adalah kebun mangga sebagai pabrik yang memproduksi mangga gedong gincu, gudang milik gapoktan tempat penampungan hasil panen, dan gudang eksportir yang juga berfungsi sebagai packing house.

4.2.2. Fungsi

Fungsi produksi dan distribusi mangga gedong gincu dari kebun ke konsumen dilakukan oleh pelaku rantai pasok mangga gedong gincu. Jika

(6)

ditelusuri dari hasil penelitian Eryani (1999) tentang pemasaran mangga gedong gincu di Kabupaten Cirebon, maka akan diperoleh berbagai pola saluran pemasaran mangga gedong gincu di Kabupaten Cirebon (Gambar 13).

Petani Pedagag pengumpul kecil Pedagang di pasar induk Pedagang pengecer di wilayah Cirebon Konsumen di wilayah Cirebon Pedagang pengecer di luar wilayah Cirebon Konsumen di luar Cirebon Petani Pedagang pengumpul besar Pedagang pengumpul besar Petani Pedagang di pasar induk Pedagang pengecer di luar wilayah Cirebon Konsumen di luar Cirebon Pedagang pengumpul besar Konsumen di luar Cirebon Petani Pedagag pengumpul kecil Pedagang pengumpul besar Petani Supermarket Konsumen Supermarket Konsumen luar negeri Petani Pedagag pengumpul kecil Pedagang pengumpul besar Ekportir Pedagang pengumpul besar

Petani Ekportir luar negeriKonsumen

Pedagang pengumpul besar Pedagang pengecer di wilayah Cirebon Konsumen di wilayah Cirebon Pola 1 Cara bayar : tunai Grade B : Rp 14.000/kg Grade C : Rp 6000-7000/kg

Pola 2 Cara bayar : tunai Grade B : Rp 14.000/kg Grade C : Rp 6000-7000/kg Pola 4 Cara bayar : DP Grade A : Rp 17.000/kg Grade B : Rp 15.000/kg Pola 5 Cara bayar : DP Grade A : Rp 20.000/kg Grade B : Rp 17.000/kg Pola 6 Cara bayar : tunda Grade A : Rp 20.000/kg Grade B : Rp 17.000/kg

Pola 7 Cara bayar : tunda Grade A Petani Pedagang di pasar induk Pedagang pengecer di luar wilayah Cirebon Konsumen di luar Cirebon Pedagang pengumpul besar Pola 3 Cara bayar : DP Grade A : Rp 17.000/kg Grade B : Rp 15.000/kg Pedagag pengumpul kecil Pola 8 Cara bayar : tunda Grade A

Gambar 13. Berbagai pola saluran pemasaran mangga gedong gincu di wilayah Cirebon (diolah kembali dari hasil penelitian Eryani, 1999)

Umumnya, petani mangga gedong gincu melakukan sendiri kegiatan pemanenan dan pengangkutan. Pada saat jumlah mangga gedong gincu sedikit, sedangkan permintaan dan harga jual tinggi, maka pengangkutan dari kebun ke lokasi pengumpulan dilakukan oleh pedagang pengumpul. Pada kondisi tersebut, resiko dan biaya tranportasi akan ditanggung oleh pedagang pengumpul. Volume rata-rata yang mampu petani penuhi adalah 0,2 ton per 2 hari. Harga yang diterima petani ditentukan oleh mutu mangga gedong gincu yang dihasilkan

(7)

petani tersebut. Bagi petani yang sudah menerapkan GAP/SOP dan serangkaian tindakan pascapanen (pembersihan, sortasi, dan grading), akan mendapatkan harga yang lebih baik.

Pedagang pengumpul terdiri dari pedagang pengumpul kecil dan pedagang pengumpul besar. Pedagang pengumpul kecil merupakan pedagang pengumpul di desa atau kecamatan yang mempunyai informasi lokasi kebun petani mangga gedong gincu yang siap panen dan harga mangga gedong gincu di wilayah Cirebon. Pedagang pengumpul kecil akan mencari sampel mangga gedong gincu untuk ditawarkan ke pedagang pengumpul besar dan akan memperoleh komisi dari petani sebesar 5 – 10 % dari jumlah penjualan mangga gedong gincu yang berhasil ditawarkan ke pedagang pengumpul besar. Pedagang pengumpul besar adalah pedagang yang menampung mangga gedong gincu untuk dijual ke pedagang pengecer, pedagang pasar induk, supermarket atau eksportir. Pada penelitian ini, pedagang pengumpul besar direpresentasikan oleh Gapoktan Samimulya Desa Sedong Lor Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon. Volume rata-rata mangga gedong gincu yang mampu dijual oleh Gapoktan Samimulya adalah 1 ton per hari.

Pedagang pengecer terdiri dari pedagang pengecer di wilayah Cirebon dan di luar Cirebon. Pedagang pengecer di wilayah Cirebon adalah pihak yang membeli mangga gedong gincu dari pedagang pengumpul besar yang kemudian menjualnya kembali ke konsumen, sedangkan pedagang pengecer di luar wilayah Cirebon adalah pihak yang membeli mangga gedong gincu dari pedagang pasar induk yang kemudian menjualnya kembali ke konsumen di luar wilayah Cirebon. Rata-rata jumlah mangga gedong gincu yang dibeli pedagang pengecer adalah kurang lebih 0,03 ton per hari.

Pedagang di pasar induk adalah pedagang yang berdomisili di luar wilayah Cirebon. Rata-rata volume penjualan mangga gedong gincu di pedagang pasar induk adalah 1-5 ton per hari. Pedagang supermarket adalah pedagang yang membeli mangga gedong gincu dari pedagang pengumpul besar untuk dijual kembali ke konsumen akhir. Rata-rata volume penjualan mangga gedong gincu di supermarket adalah 0,4 ton per 2 minggu.

(8)

Eksportir adalah pedagang yang membeli mangga gedong gincu dari pengumpul besar untuk dijual kembali ke pasar luar negeri. Antara eksportir dan pedagang pengumpul besar melakukan perjanjian kontrak berdasarkan volume mangga gedong gincu yang sanggup dipenuhi oleh pedagang pengumpul besar dalam suatu periode kontrak yang disepakati.

Pada penelitian ini, rantai pasok yang diamati adalah rantai pasok mangga gedong gincu di tingkat eksportir yang dilihat dari sisi sistem persediaan mangga gedong untuk ekspor. Pemasok direpresentasikan oleh petani dan gapoktan yaitu gapoktan di Desa Sedong Lor Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon. Perusahaan direpresentasikan oleh eksportir yang merupakan pedagang besar di Kabupaten Cirebon. Pelanggan akhir direpresentasikan oleh importir. Rantai pasok mangga gedong gincu untuk ekspor dapat dilihat pada Gambar 14.

Petani (KTB) Gapoktan Pengecer/ Konsumen dalam negeri Pedagang besar (Eksportir) Importir

Keterangan : Arus produk Arus kas/uang Arus informasi

Gambar 14. Rantai pasok mangga gedong gincu untuk ekspor

Mangga gedong gincu dipesan eksportir dari gapoktan yang sudah terikat kontrak untuk menyediakan pesanan eksportir mangga gincu selama periode musim panen. Gapoktan akan mengirim pesanan ke gudang eksportir di hari yang sama dengan hari pemetikan. Eksportir akan mengirim buah ke konsumen luar negeri di malam hari dengan menggunakan angkutan udara. Pengiriman dilakukan malam hari untuk mengurangi kerusakan akibat suhu yang panas dalam kemasaan. Pada lokasi penelitian ini, Gapoktan Samimulya adalah satu-satunya gapoktan di Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon. Dalam Gapoktan Samimulya terdapat 11 KTB yaitu Sri Makmur, Sukamulya, Samoja, Makmur Jaya, Sugihmurti, Pakembaran, Datar Indah, Astana, Barokah, dan Cikondang Indah. Selain menjadi pemasok mangga gedong gincu untuk eksportir, Gapoktan Samimulya juga menjual mangga gedong gincu untuk pasar di wilayah Cirebon

(9)

dan di luar wilayah Cirebon. Gapoktan Samimulya memperoleh pasokan mangga gedong gincu dari petani mangga yang sudah menerapkan GAP/SOP pada kebun mangganya. Tidak semua petani dalam KTB telah menerapkan GAP/SOP. Di kecamatan Sedong, baru 10 petani dari berbagai KTB yang kebunnya mendapatkan nomor registrasi dari Departemen Pertanian karena sudah menerapkan GAP/SOP (Lampiran 4). Persyaratan importir, mangga gedong gincu yang dikirim haruslah berasal dari kebun yang sudah menerapkan GAP/SOP. Saat ini, baru KTB Sukamulya yang memasok mangga gedong gincu ekspor untuk Gapoktan Samimulya.

Eksportir pada penelitian ini adalah salah satu pedagang besar mangga yang sejak tahun 2007 sudah mengekspor mangga gedong gincu dari Cirebon ke berbagai negara meliputi : Arab Saudi, Bahrein, Kuwait, Hongkong, Singapura, Malaysia, Dubai, Qatar, Homan, dan Ukraina. Selain mengirim mangga gedong gincu untuk pasar luar negeri, eksportir juga menjual mangga gedong gincu untuk pasar dalam negeri. Hal tersebut, dilakukan eksportir untuk menghindari kerugian akibat rusaknya mangga gedong gincu di gudang persediaannya. Sebagai buah tropis klimakterik, mangga gedong gincu mempunyai umur simpan terbatas dan mudah mengalami kerusakan di sepanjang rantai pasoknya. Negara importir menginginkan mangga gedong gincu yang dipetik pada tingkat kematangan 80-85%. Pada suhu ruang, mangga dengan tingkat kematangan 80-85% mempunyai umur simpan 6 hari, sehingga buah harus segera dikeluarkan dari gudang persediaan sebelum rusak untuk menghindari kerugian.

4.2.3. Aktifitas

Dalam SOP mangga gedong gincu Kabupaten Cirebon yang dikeluarkan oleh Deptan tahun 2005, aktifitas pada sepanjang rantai pasok mangga gedong gincu meliputi : pemanenan, pengumpulan di gudang, sortasi, grading, pelabelan, pengemasan, penyimpanan, dan pendistribusian. Aktifitas pemilihan dan penyimpanan belum banyak dilakukan petani mangga gedong gincu. Pemilihan, penyimpanan dan aktifitas pascapanen lainnya banyak dilakukan tengkulak, pedagang pengumpul, dan pedagang antar kota. Pemilihan dilakukan berdasarkan: cacat, tua, dan sesuai ukuran yang diinginkan. Kemudian

(10)

dikumpulkan dalam keranjang atau wadah penyimpanan sampai adanya transaksi

pemasaran ke konsumen. Petani mangga gedong gincu yang telah menerapkan

SOP selain melakukan aktifitas pemanenan dan pengumpulan, juga melakukan aktifitas sortasi, grading, dan distribusi. Daftar penerapan SOP oleh petani SOP di Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon dapat dilihat pada Lampiran 6. Pada penelitian ini, aktifitas pada sepanjang rantai pasok mangga gedong gincu untuk ekspor (Gambar 15) meliputi :

1. Pemanenan.

Pemanenan adalah pemisahan buah dari tanaman induknya. Pemanenan yang benar dan pada tingkat kematangan yang sesuai akan mempengaruhi kualitas mangga. Umumnya, mangga gedong gincu dipetik saat buah telah memenuhi ciri-ciri tua optimal yaitu adanya lapisan lilin buah, bentuk buah sudah padat penuh terutama bagian ujung, bila buah diketuk menghasilkan nada tinggi, buah akan melayang bila dimasukkan ke dalam air, tangkai buah kering, dan warna kulit kuning kemerahan pada ujungnya. Akan lebih baik jika dipetik matang di pohon sehingga warna kemerahan terlihat bagus dan rasa pun lebih manis.

Musim panen mangga gedong gincu adalah Oktober sampai Desember. Petani melakukan pemanenan disesuaikan dengan harga dan permintaan. Di luar waktu panen raya, petani memanen buah saat berumur 100 hsbm (tingkat kematangan 70%) karena saat tersebut harga mangga tua optimal rata-rata Rp 12.500 hingga Rp 15.000 per kg. Saat puncak panen raya (Nopember), mangga dengan tingkat kematangan 70% harganya rendah (Rp 6.000 – 7.000 per kg) dibanding mangga yang dipanen dengan tingkat kematangan 80-85% (Rp 15.000 per kg). Di luar waktu panen raya, petani hanya akan memanen mangga gedong gincu pada umur buah 100-120 hsbm (tingkat kematangan 80-85%) jika ada pesanan dari pembeli karena pemanenan pada umur tersebut sangat beresiko yaitu umur simpan buah sangat pendek dan resiko jumlah buah yang terserang lalat buah semakin besar. Pemanenan saat musim hujan, mengakibatkan buah rentan terkena hujan dan penyakit akibat air hujan sehingga buah akan cepat busuk.

(11)

Grade B dan C Pemanenan Pembersihan, sortasi, pengemasan, penimbangan Pengumpulan dan penampungan hasil panen Pengiriman ke gudang eksportir

sortasi dan grading di gudang eksportir Pelabelan buah, pembungkusan, pengemasan, penimbangan Pelabelan kemasan, paletizing Pengiriman ekspor

Pasar dalam negeri Tidak Layak

Jual

Layak Jual

Grade A

Gambar 15. Aktifitas di sepanjang rantai pasok mangga gedong gincu untuk ekspor

Rata-rata harga mangga gedong gincu berdasarkan tingkat kematangan di tingkat petani di Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Rata-Rata Harga (Dalam Rupiah Per Kg) Mangga Gedong Gincu Berdasarkan Tingkat Kematangan di Tingkat Petani di Kecamatan

Sedong Kabupaten Cirebon Tahun 2011

No. Musim panen Sortir Tanpa sortir

70% 80% 70% 80%

1. Awal panen raya (Oktober) 10.000 25.000 6.000 10.000 2. Puncak panen raya (Nopember) 6.000 15.000 2.500 8.000 3. Akhir panen raya (Desember) 8.000 20.000 4.000 10.000

(12)

Pemanenan pada tingkat kematangan 80-85% dilakukan secara berkala 1- 2 hari sekali. Hal ini karena, masa kematangan antara satu buah dengan buah lain baik dalam satu pohon maupun pohon lain berada dalam waktu yang tidak bersamaan. Khusus mangga gedong gincu untuk ekspor, mangga dipetik saat umur buah 100 – 120 hsbm (80-85%), yaitu lekukan ujung buah rata/hampir hilang, lapisan lilin mulai menebal pada permukaan buah, cabang tangkai buah telah kering, bentuk buah padat penuh terutama pada bagian ujung buah, buah tidak runcing (dapat duduk), bila dimasukkan ke dalam air akan melayang, bila buah diketok sudah

berbunyi nyaring, rasa manis segar (total padatan terlarut 17-19 obrix), tingkat

kekerasan 15kg/m2, dan warna kulit buah hijau dengan pangkal kemerahan.

Kriteria petik mangga gedong gincu berdasarkan umur dan warna kulit buah dapat dilihat pada Tabel 12 dan Lampiran 5.

Tabel 12. Kriteria Petik Mangga Gedong Gincu Berdasarkan Umur Dan Warna Kulit Buah

Tingkat kematangan

Umur buah

(hsbm) Warna kulit buah Rasa buah

70% 90-100 Seluruh bagian buah

masih berwarna hijau

Asam segar

80% 95-100 Bagian atas ujung

buah berwarna hijau tua dengan pangkal buah berwarna orange

Manis-asam segar

85% 110-120 Bagian atas ujung

buah berwarna hijau tua dengan pangkal buah berwarna merah

Manis segar

95% (siap konsumsi)

125 Bagian ujung dan

tengah buah berwarna kuning dengan pangkal buah berwarna merah Manis segar 100% (over ripe)

130 Bagian ujung dan

tengah buah berwarna kuning kemarahan dengan pangkal buah berwarna merah

Manis segar

Sumber : Deptan (2005)

Pemanenan dilakukan oleh petani, pedagang pengumpul, pedagang antar kota atau tenaga upahan. Pemanenan di wilayah Cirebon dilakukan pada pagi

(13)

(pukul 06.00 - 10.00) atau sore (pukul 14.00 - 17.00) tergantung cuaca dan sesuai keperluan. Untuk keperluan ekspor, mangga gedong gincu dipanen pada pagi hari dengan tujuan mangga gedong gincu dapat diangkut ke gudang eksportir di hari yang sama dengan hari pemanenan. Mangga gedong gincu bisa dipanen saat berusia 3 tahun, namun biasanya buah yang dihasilkan masih sekitar 2-3 ton per panen. Setelah usianya 5 tahun, buah yang dihasilkan mencapai 4 ton per panen.

Berdasarkan SOP mangga gedong gincu Kabupaten Cirebon (Lampiran 13), buah dipanen harus dengan menyisakan tangkai sepanjang 10 cm supaya tidak terjadi penyebaran getah. Namun, praktik tersebut belum sepenuhnya dijalankan karena masih ada buah yang dipanen dengan tidak menyisakan tangkai. Panjang tangkai yang disisakan pun bervariasi antara 2-10 cm. Petani menyisakan tangkai hanya pada buah yang dapat dijangkau dengan tangan. Buah yang tidak terjangkau dengan tangan, dipanen menggunakan alat petik yang disebut “caduk’ yaitu semacam tongkat yang ujungnya terbuat dari besi yang dilengkapi jala (Gambar 16). Pemakaian “caduk” mengakibatkan buah beresiko terkena benturan, getah buah, dan luka yang akan mempengaruhi mutu dan harga jual di tingkat petani. Seyogyanya, tenaga petik menggunakan tangga segitiga untuk mencapai buah yang letaknya tinggi sehingga dapat menggunakan gunting sebagai alat petik. Pemetikan dengan gunting dapat memungkinkan tenaga pemetikan mengatur panjang tangkai buah yang disisakan.

a. Alat petik “caduk” b. Pemetikan menggunakan “caduk”

Gambar 16. Alat petik “caduk” dan cara petik mangga gedong gincu di Kecamatan Sedong

(14)

2. Pengumpulan dan Penampungan Hasil Panen

Saat menunggu proses pemanenan selesai, buah yang sudah dipetik, kemudian dikumpulkan dalam keranjang. Pengumpulan merupakan rangkaian kegiatan setelah panen sebelum buah mendapat penanganan selanjutnya. Setelah dipetik, mangga dikumpulkan dan tidak boleh terkena sinar matahari langsung dalam waktu lama supaya buah tetap segar. Kontak sinar matahari secara langsung menyebabkan susut bobot, mempercepat proses metabolisme (respirasi) yang akan mempercepat proses pematangan, pelayuan, dan pembusukan. Karenanya, berbagai acuan penanganan pascapanen buah mangga juga memberikan perhatian cukup besar pada proses penghilangan panas lapang atau panas kebun terutama jika panen dilakukan pada waktu suhu udara panas untuk menghambat respirasi, menurunkan kepekaan terhadap serangan mikroba, mengurangi kehilangan air, dan memudahkan pemindahan ke dalam ruang penyimpanan dingin atau sistem transportasi dingin. Pada praktiknya, proses penghilangan panas lapang belum dilakukan di tingkat petani terutama petani tradisional karena menganggap tahapan tersebut memerlukan fasilitas dan peralatan khusus sehingga menambah biaya produksi. Sebenarnya, praktik penghilangan panas lapang dapat dilakukan dengan cara sederhana yaitu memasukkan mangga yang telah dipetik ke dalam cooler box yang diberi media pendingin berupa air dingin yang telah dicampur dengan

bongkahan es (suhu berkisar 4 - 5 oC). Penelitian Nurmawanti (2008),

menunjukkan bahwa perlakuan penghilangan panas lapang pada mangga cengkir menggunakan cooler box yang diberi media pendingin berupa air dingin yang telah dicampur dengan bongkahan es, dapat mengurangi persen susut bobot mangga tersebut daripada mangga tanpa perlakuan pra pendinginan. Susut bobot penyimpanan mangga sampai hari ke enam di suhu

ruang adalah 12,80 % (pra pendinginan cooler box yang diberi air

dingin+bongkahan es ) dan 16, 32 % (tanpa pra pendinginan).

Petani KTB Sukamulya mengumpulkan mangga gedong gincu yang telah dipetik dengan cara meletakkan mangga ke dalam keranjang yang terbuat dari

plastik HDPE (High Density Polyethylene) berkapasitas  20 kg. Tumpukan

(15)

(Gambar 17). Praktik yang dilakukan petani KTB Sukamulya tersebut sesuai dengan SOP mangga gedong gincu Kabupaten Cirebon, yang mengijinkan tumpukan maksimal hanya 8 tumpukan.

Gambar 17. Keranjang pengumpulan mangga gedong gincu petani KTB Sukamulya

Setelah proses pemanenan selesai, buah dalam keranjang pengumpulan dibawa ke gudang penampungan hasil panen dan dilakukan penimbangan. Petani KTB Sukamulya membawa mangga ke gudang penampungan hasil Gapoktan Samimulya dengan menggunakan kendaraan roda dua atau kendaraan roda empat. Gapoktan Samimulya telah memiliki gudang penampungan hasil panen yang juga berfungsi sebagai packing house sehingga selain digunakan untuk menampung hasil panen, juga dapat digunakan untuk aktifitas penanganan pascapanen lainnya berupa, penimbangan, pembersihan, sortasi, grading, dan pengemasan. Saat ini, Gapoktan Samimulya juga mulai merintis penggunaan packing house Samimulya sebagai tempat pengolahan mangga menjadi dodol mangga.

3. Pembersihan, Sortasi, dan Pengemasan

Di gudang penampungan hasil, mangga gedong gincu dibersihkan dengan cara dicuci dengan air bersih atau dilap dengan kain halus yang bersih dan basah untuk membersihkan kotoran, sisa getah yang menempel pada permukaan kulit mangga. Kemudian, mangga dikeringkan dengan cara di angin-anginkan. Segera setelah pembersihan, mangga mendapat perlakuan sortasi untuk memisahkan mangga gedong gincu yang layak jual dan tidak layak jual agar diperoleh mangga yang seragam bentuk, warna, ukuran, dan kematangannya. Saat sortasi, buah mangga dipilih dan dipisahkan secara

(16)

visual, berdasarkan tampilan fisik terhadap buah yang cacat, bergetah, kerusakan mekanis (luka atau tergores saat pemetikan), mangga dapat duduk, warna gincu, dan tingkat kematangan buah. Rata-rata mangga yang rusak di gudang gapoktan adalah sekitar 10 % (100 kg dari 1.000 kg). Gapoktan Samimulya hanya melakukan aktifitas sortasi, karena aktfitas pemilahan kelas mutu (grading) dilakukan oleh eksportir. Jadi, mangga gedong gincu yang dikirim Gapoktan Samimulya ke gudang eksportir adalah mangga yang sudah seragam mutunya sesuai standar mutu ekspor, tapi belum diklasifikasikan kelas mutunya (grade).

Dalam SOP mangga gedong gincu Kabupaten Cirebon, pelaksanaan sortasi dilakukan dengan tahapan :

a. Memisahkan buah yang baik dengan buah yang tidak baik, kemudian memotong tangkai buah sehingga tersisa sepanjang 2 cm.

b. Memilih buah matang dengan cara memasukkan buah dalam bak penampung berisi air, bila buah tenggelam, artinya buah telah matang (90-95%), sedangkan jika buah melayang artinya buah belum begitu matang (80-85%).

c. Mengelompokkan secara terpisah antara buah yang tenggelam dengan buah yang melayang.

d. Meletakan buah hasil sortasi ke dalam keranjang dengan posisi tangkai menghadap ke bawah.

Pada praktiknya, Gapoktan Samimulya tidak sepenuhnya berpedoman pada tahapan sortasi SOP mangga gedong gincu Kabupaten Cirebon karena proses sortasi dan grading akan dilakukan kembali pihak eksportir di gudang milik eksportir. Berdasarkan dengan standar Codex STAN 184-1993 (Lampiran 10) dan SNI 3164:2009 (Lampiran 11), panjang tangkai yang buah yang disisakan tidak boleh lebih dari 1 cm.

Gapoktan Samimulya melakukan sortasi secara manual berdasarkan : a. Tangkai buah, yaitu tangkai masih hijau, tidak busuk, tidak berpenyakit,

tidak patah, dan tidak mengeluarkan getah.

b. Buah, yaitu buah sudah tua tapi belum matang (tingkat kematangan  80%),

(17)

permukaan kulit bersih (tidak bergetah, tidak ada spot hitam), serta buah tidak pecah, memar, luka akibat gesekan atau rusak terbakar matahari. Saat sortasi, selain berdasarkan syarat minimum mutu mangga yang diatur dalam Codex Stand 184-1993 dan atau SNI 3164-2009, gapoktan melakukan pengelompokan mangga gedong gincu menjadi tiga kelompok yaitu :

a. Kelompok I, yaitu mangga yang bentuknya sempurna, warna semburat pada pangkal buah merah merata, berat buah 200- 350 g

b. Kelompok II, yaitu mangga yang bentuknya sempurna warna semburat pada pangkal buah merah merata, berat buah 180 - < 200 g.

c. Kelompok III, yaitu mangga yang rusak karena jatuh saat pemanenan, gigitan lalat buah dan serangga pengganggu lainnya, bentuk tidak sempurna (tidak dapat duduk yaitu buah tidak dapat diletakkan dengan posisi berdiri, terlalu besar yaitu > 350 g, atau terlalu kecil yaitu < 180 g, serta banyak getah yang tertinggal di kulit buah).

Setelah disortir, masing-masing kelompok mangga gedong gincu

tersebut dimasukkan dalam keranjang plastik HDPE kapasitas  20 kg

(ukuran 62 x 43 x 25 cm) yang dialasi dan ditutup kertas koran, kemudian dilakukan penimbangan. Gapoktan akan mengirim mangga kelompok I ke gudang eksportir, sedangkan mangga kelompok II dan kelompok III dijual gapoktan untuk pasar supermarket dan lokal.

Jika dilihat berdasarkan SNI 3164-2009 (Lampiran 11), sesungguhnya mangga yang digolongkan gapoktan dalam kategori kelompok I dan II adalah mangga yang termasuk dalam ciri-ciri mangga kelas “super” dengan kode ukuran 3 (bobot 251-350 g) untuk kelompok I (200 - 300 g) dan kode ukuran 4 (bobot 151-250 g) untuk kelompok II (180 - < 200 g), sedangkan untuk kelompok III tidak termasuk dalam kelas mutu manapun dalam aturan SNI 3164-2009 dan atau Codex Stand 184-1993. Dalam SOP mangga gedong gincu Kabupaten Cirebon (Lampiran 13), pengkelasan mutu (grading) kualitas dilakukan berdasarkan beratnya yaitu grade A (>450-550 g), grade B (350 - <450 g), dan grade C (250 -350 g). Pada praktiknya, kriteria pengelompokkan kelas mutu yang digunakan oleh gapoktan berdasarkan kesepakatan antara gapoktan dan eksportir.

(18)

4. Pengiriman ke gudang eksportir

Gapoktan Samimulya kemudian mengirim mangga gedong gincu ke gudang eksportir menggunakan mobil bak terbuka berkapasitas rata-rata 0,8 - 1,5 ton mangga. Perjalanan dari gudang penampungan hasil milik Gapoktan Samimulya ke gudang eksportir memerlukan waktu kurang lebih 1

jam dengan jarak tempuh  25 km. Biaya tranportasi dari gudang gapoktan ke

gudang eskportir ditanggung oleh pihak eksportir. Pada buah mangga gedong gincu dari gapoktan, eksportir akan memotong 5% dari total penjualan. Jadi, jika mangga gedong gincu yang dikirim Gapoktan Samimulya ke gudang eksportir adalah sebesar 0,8 ton, maka eksportir menganggap jumlah mangga yang dikirim adalah 0,75 ton.

5. Sortasi dan grading di gudang eksportir

Setelah mangga gedong gincu sampai di gudang eskportir, mangga dikeluarkan dari keranjang plastik HDPE milik gapoktan untuk dipindahkan ke keranjang plastik HDPE milik eksportir (Gambar 18).

Gambar 18. Penampungan mangga di gudang eskportir dalam keranjang plastik HDPE

Saat mengeluarkan mangga gedong gincu dari kotak kayu, eksportir melakukan aktifitas sortasi kedua dan aktifitas grading. Aktifitas sortasi dilakukan untuk memisahkan buah berdasarkan yang rusak (cacat, memar, luka mekanis), dan memotong tangkai buah yaitu disisakan sepanjang 1 cm. Eksportir menganggap perlu melakukan sortasi kembali karena untuk menghindari tercampurnya buah yang rusak akibat tranportasi. Pada musim panen, mangga yang masuk ke gudang eksportir mengalami kerusakan akibat

(19)

transportasi yaitu kerusakan mekanis berupa tidak bertangkai sebanyak 2,1- 6,4 %, luka memar (benturan) sebanyak 9,4 – 19,2 %, dan luka gesekan sebanyak 15,2 – 31,9% sehingga, dari total mangga yang masuk ke gudang eksportir hanya sekitar 29,1 – 50,5 % yang bisa diekspor (Lampiran1). Pada off-season (di luar musim panen), mangga yang masuk ke gudang eksportir mengalami kerusakan akibat transportasi yaitu kerusakan mekanis berupa tidak bertangkai sebanyak 1,0- 3,2 %, luka memar (benturan) sebanyak 4,2 – 6,2 %, dan luka gesekan sebanyak 10,5 – 18,7 % sehingga, dari total mangga yang masuk ke gudang eksportir hanya sekitar 16,2 – 26,5 % yang bisa diekspor.

Grading di gudang eksportir dilakukan untuk memperoleh mangga yang

seragam ukurannya berdasarkan bobot buah (besar, sedang, atau kecil).

Grading mangga gedong gincu dilakukan berdasarkan kriteria yang telah

disepakati antara ekportir dengan importir. Mangga Kelompok I dari gapoktan adalah mangga dengan kriteria umum kelas mutu yang telah disepakati bersama antara eskportir dengan importir. Kriteria mutu ekspor belum tentu sama antara tiap importir, tergantung tingkat kesukaan konsumen di negara importir. Mangga yang dikelompokkan gapoktan sebagai mangga Kelompok I adalah mangga yang termasuk dalam ciri-ciri mangga kelas mutu “super” kode ukuran 3 berdasarkan SNI 3164-2009, atau dengan syarat kelas mutu I kode ukuran A pada Codex Stand 184-1993)

Pada penelitian ini, eksportir mangga gedong gincu di Kabupaten Cirebon memilah kembali mangga gedong gincu Kelompok I menjadi tiga kelompok sesuai dengan bobot buah (Tabel 13). Tujuan pemilahan pengelompokan tersebut adalah untuk membedakan harga jual berdasarkan bobot buah. Proses sortasi dan pengkelasan mutu mangga gedong gincu untuk ekspor dapat dilihat pada Gambar 19.

Tabel 13. Harga Mangga Gedong Gincu di Kabupaten Cirebon Pada Tingkat Eksportir Berdasarkan Bobotnya

Kriteria Harga jual (rupiah/kg)

Bobot > 250 g 40.000

Bobot < 250 g 30.000

(20)

Kelompok I Berat 200 -350 g Kelompok II Berat 180 - <200 g Kelompok III Berat <180 atau >350 >250 g Harga jual Rp 40.000/kg <250 g Harga jual Rp 30.000/kg 200 g Harga jual Rp 20.000 - < 30.000/kg

Gudang gapoktan Gudang eksportir Mangga gedong

gincu yang telah memenuhi syarat minimum mangga yang diatur oleh Codex Stand 184-1993 dan atau SNI

3164-2009

Keterangan :

- Kelompok I setara dengan kelas mutu “ super” kode ukuran 3 pada SNI 3164:2009 atau setara dengan kelas mutu I kode ukuran A pada Codex STAN 184-1993

- Kelompok II setara dengan kelas mutu “super” kode ukuran 4 pada SNI 3164:2009

- Kelompok III : di luar kelas mutu berdasarkan SNI 3164:2009 dan atau Codex STAN 184-1993

Gambar 19. Proses sortasi dan pengkelasan mutu mangga gedong gincu pada tingkat eksportir di Kabupaten Cirebon.

Tidak ada aktifitas penyimpanan khusus di gudang eksportir. Mangga gedong gincu yang sudah disortir dan grading serta belum dikemas dalam kemasan karton, dikumpulkan saja dalam keranjang plastik HDPE yang berventilasi. Mangga gedong gincu yang sudah dikemas dalam kemasan karton tapi belum segera diekspor, dibiarkan dalam keadaan terbuka, kemudian diamati setiap hari dan dilakukan sortasi ulang untuk memisahkan jika ada mangga yang mengalami kerusakan atau terlalu matang (over ripe).

6. Pelabelan buah, pembungkusan, pengemasan, dan penimbangan

Mangga gedong gincu yang sudah melalui aktifitas sortasi dan grading, kemudian diberi label nama perusahaan eksportir dan diberi pembungkus sebagai pelapis berupa net foam (Gambar 20). Setelah itu, mangga dimasukkan ke dalam kemasan kotak karton (Gambar 21) kapasitas 1,5 kg (ukuran 24 x 20 x 9 cm), kapasitas 3 kg (ukuran 34 x 27 x 9 cm), dan kemasan 10 kg (ukuran 47 x 34 x 9 cm).

(21)

Gambar 20. Mangga gedong gincu untuk ekspor di dalam kemasan

3 kg 1,5 kg 10 kg

Gambar 21. Kemasan karton mangga gedong gincu untuk ekspor Setelah buah dimasukkan ke dalam kotak karton, maka dilakukan aktifitas

penimbangan. Untuk karton kapasitas 3 kg, memuat  10 buah mangga

gedong gincu dengan bobot  300 g per buah. Jumlah buah per kemasan

tergantung permintaan importir. 7. Pelabelan kemasan dan paletizing

Setelah melalui aktifitas penimbangan, mangga gedong gincu yang akan segera dikirim ke luar negeri, kemasannya ditutup dan direkat. Selanjutnya kemasan diberi label nama perusahaan eksportir kemudian kemasan tersebut disusun di atas papan palet (palletizing).

8. Pengiriman ekspor

Pengiriman mangga gedong gincu ke negara tujuan dilakukan menggunakan angkutan udara. Dari gudang eksportir, mangga diangkut dalam kemasan karton menggunakan mobil bak terbuka (kapasitas 1,5 ton) dan truk terbuka yang atasnya ditutup terpal (kapasitas 4 ton). Pengangkutan dari gudang eksportir ke bandara memerlukan waktu 5 – 6 jam dengan jarak angkut

(22)

Hubungan antar kegiatan rantai pasok mangga gedong gincu untuk ekspor dapat dilihat pada Gambar 22.

Panen Penanganan hasil panen di pemasok Pasokan ke eksportir Sediaan di gudang gapoktan Pengendalian persediaan di tingkat eksportir

Gambar 22. Hubungan antar kegiatan rantai pasok mangga gedong gincu untuk ekspor

Berdasarkan hubungan antar kegiatan rantai pasok mangga gedong gincu untuk ekspor, maka ada tiga fungsi pokok dalam rantai pasok mangga gedong gincu untuk ekspor yaitu fungsi panen, fungsi penangangan hasil panen, dan fungsi persediaan. Fungsi panen adalah bagian dari sistem manajemen panen mangga di kebun mangga gedong gincu. Hal yang menjadi perhatian adalah peningkatan produksi dan penerapan cara panen yang sesuai SOP untuk menjaga mutu panen agar sesuai standar mutu untuk ekspor.

Fungsi penanganan hasil panen adalah bagian dari sistem manajemen mengelola hasil panen sesuai standar mutu ekspor. Hal yang menjadi perhatian dalam pengelolaan hasil panen di tingkat pemasok adalah penerapan teknologi pascapanen yang sesuai dengan SOP mangga gedong gincu sehingga menjaga mutu panen agar tetap sesuai standar mutu untuk ekspor.

Fungsi persediaan merupakan kebijakan eksportir mengelola persediaannya dan sebagai upaya menjaga tingkat pelayanan kepada konsumen. Hal yang menjadi perhatian dalam fungsi persediaan adalah penentuan jumlah persediaan minimal di tingkat eksportir dengan mempertimbangkan aspek penurunan mutu dan terbatasnya umur simpan mangga gedong gincu.

Gambar

Tabel 8. Perbandingan Mangga Gedong Gincu Dengan Mangga Varietas  Indonesia
Tabel 9.  Rata-Rata Harga Mangga Kualitas Ekspor di Tingkat Petani di  Kabupaten Cirebon Tahun 2010
Gambar 12.  Elemen  dalam  rantai  pasok  mangga  gedong  gincu  pada  tingkat  eksportir
Gambar  13.  Berbagai  pola  saluran  pemasaran  mangga  gedong  gincu  di  wilayah  Cirebon (diolah kembali dari hasil penelitian Eryani, 1999)
+7

Referensi

Dokumen terkait

sholihin, (manager Pabrik Rokok Hendra Jaya Langgardalem Kudus), Wawancara Pribadi , tanggal 30 Agustus 2016, di Kantor Pabrik Hendra Jaya Kudus.. untuk memperoleh jumlah yang

Kinerja Pemasaran (Y2)  diferensiasi produk bahwa variabel bebas diferensiasi produk benar-benar signifikan berpengaruh positif terhadap variabel terikat

Dan salah satu dukungan media elektronik dalam upaya untuk menghimbau masyarakat melalui ILM adalah dengan merancang dan menyiarkan ILM yang memiliki daya tarik yang

Hal ini akan menimbul- kan ketidakseimbangan dalam busana yang dipakai oleh pengantin, sehingga unsur tra- disional yang mestinya diangkat menjadi lenyap tertutupi oleh unsur

Continue care yang dapat dilakukan perawat komunitas untuk mengatasi masalah anemia pada remaja putri diantaranya melaporkan kondisi keluarga setelah dilakukan

Getah pohon pisang yang merupakan obat tradisional yang dapat menyembuhkan luka luar yang sudah di kemas dalam bentuk obat tetes, sehingga mempermudah masyarakat

Penelitian ini dilaksanakan di Makassar dengan metode sosiolegal research, penulis memperoleh data dengan melakukan beberapa wawancara dengan narasumber dari Lembaga

sebesar nilai nominal, tercatat di Bursa Efek Indonesia (di Bursa Efek Surabaya). Obligasi ini ditawarkan dengan ketentuan yang mewajibkan perusahaan untuk membayar kepada