i
TERBIMBING PADA MATERI FLUIDA STATIK
SKRIPSI
OLEH
WA ODE ANGGI AMBARWATI 105391105316
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA 2021
PENGEMBANGAN LKPD EKSPERIMEN BERBASIS INQUIRY TERBIMBING PADA MATERI FLUIDA STATIK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika Keguruan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
WA ODE ANGGI AMBARWATI 105391105316
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA 2021
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya” (An Najm:39)
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (Al-Baqarah: 216)
Proses merupakan kepanjangan dari PROsedur sukSES yang prosesnya dinikmati dan dijalankan dengan semaksimal untuk
meraihnya (Penulis).
Persembahan:
Karya ini ku persembahkan kepada Ayahandaku La Ode
Aisanuddin dan ibundaku Nur Asmara sebagai bentuk rasa
hormat dan kecintaanku pada kalian yang telah memberikan kasih sayangnya yang tak terhingga melalui lantunan doa dan tetesan keringat serta motivasi untukku. Kakak dan adik (Aswin dan Adit) yang menjadi teman bertengkar dan menjadi penjagaku. Semoga karya ini dapat memberikan sebuah lengkungan indah diwajah kalian dan menjadi sebuah kebanggan untuk kalian.
Serta wujud terima kasihku kepada seluruh teman-teman seangkatan khususnya Dispersi B yang telah memberikan motivasi dalam suka maupun duka.
ABSTRAK
Wa Ode Anggi Ambarwati. 2020. Pengembangan LKPD eksperimen berbasis inquiry terbimbing pada materi fluida statik. Program Studi Pendidikan Fisika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. (Dibimbing oleh Djajadi dan Fiskawarni).
Lembar kerja peserta didik (LKPD) merupakan bagian dari instrumen guru dalam proses pembelajaran untuk membantu kegiatan belajar mengajar sehingga diharapkan bisa menjadi pedoman belajar bagi peserta didik di sekolah. Namun, LKPD saat ini dijadikan guru hanya sebagai bagian dari formalitas mengajar saja, tanpa memahami bahwa sebenarnya LKPD bisa menjadi rujukan bagi guru untuk melakukan kegiatan praktikum. Saat ini kegiatan praktikum dalam pembelajaran fisika di SMA belum maksimal apalagi membutuhkan paduan yang lebih baik lagi, sehingga diperlukan suatu pengembangan pada LKPD yang bisa membantu guru dan peserta didik dalam kegiatan praktikum. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Validitas, kepraktisan dan keefektifan LKPD berbasis eksperimen inquiry terbimbing pada materi fluida statik. Penelitian ini menggunakan metode penelitian R&D dengan desain ADDIE. Penelitian ini dilakukan di SMA muhammadiyah 1 Unismuh Makassar. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru dan peserta didik SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar, sementara sampel terdiri dari guru 2 orang dan peserta didik kelas XI yang berjumlah 33 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa validitas LKPD dengan peresentase 81.1% pada kategori sangat layak, kepraktisan LKPD pada respon guru didapatkan persentase rata-rata sebesar 95.12 % dalam kategori sangat layak dan pada respon peserta didik persentase rata-rata sebesar 67.90% dan dikategorikan layak dan keefektifan LKPD didapatkan nilai rata-rata N-Gain termonalisasi sebesar 0,53 pada kategori sedang. Akhirnya, Pengembangan LKPD eksperimen menggunakan model Inquiry terbimbing ini dapat meningkatkan
critical thinking skills peserta didik sehingga diharapkan dapat menjadikan peserta
didik untuk lebih berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur senantiasa atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya kepada penulis. Setiap tarikan nafas dan detak jantung penulis adalah anugrah terindah dari-Nya. Nikmat waktu, pikiran dan tenaga yang tiada terukur yang diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam atas Rasulullah Sallallahu „Alaihi Wassallam sebagai satu-satunya suri teladan dalam menjalankan aktivitas keseharian kita, juga kepada keluarga, para sahabat dan segenap umat yang tetap istiqamah di atas ajaran Islam hingga akhir zaman.
Penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengembangan LKPD Eksperimen Berbasis Inquiry Terbimbing Dalam
Meningkatkan Critical Thinking Skills Peserta Pada Materi Fisika Statik”
yang diajukan sebagai bagian dari persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan pada program Strata Satu (S1) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Sebagai seorang manusia yang jauh dari kesempurnaan dengan kemampuan yang terbatas, tidak sedikit halangan yang dialami oleh penulis dalam menyusun skripsi ini. Akan tetapi berkat pertolongan dari-Nya dan bantuan berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung sehingga kendala tersebut dapat diatasi. Melalui skripsi ini, teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahandaku La Ode Aisanuddin dan Ibundaku Nur Asmara, atas segala doa terbaiknya, cinta yang begitu besar, kasih sayang yang teramat tulus, didikan,
kepercayaan dan pengorbanan Ayahanda dan Ibunda untuk Ananda. Tanpa Ayah dan Ibu, Ananda tidak dapat menajadi seperti. Karena ridho Ayah dan Ibu adalah ridho dari-Nya. Meskipun ucapan terima kasih ini tiada artinya bila dibandingkan dengan pengorbanan Ayah dan Ibu yang begitu besar dan tulus.
Demikian pula penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang sebesar-sebesar-besarnya dan setulusnya kepada Ayahanda Muhammad Djajadi, M.Pd., Ph.D selaku pembimbing I dan Ibunda Tri Hastiti Fiskawarni, S.Pd., M.Pd selaku pembimbing II atas kesediaan dan kesungguhan dalam memberikan bimbingan dengan sabar dan bijaksana serta memberikan dorongan kepada penulis dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan perlindungan, kesehatan dan pahala yang berlipat ganda atas segala kebaikan yang telah dicurahkan kepada penulis selama ini.
Pada kesempatan ini juga dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Bapak Erwin Akib, M.Pd., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Ibunda Dr. Nurlina, S.Si., M.Pd dan Bapak Ma‟ruf, S.Pd.,M.Pd selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makasar, Ayahanda dan Ibunda Dosen Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar atas segala ilmu dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis, terkhusus kepada pengelola laboratorium elektronika dasar ibu Salwa Rufaida, S.Pd,.M.Pd dan
pengelola laboratorium fisika dasar ibu Riskawati S.Pd.,M.Pd, bapak Drs. Amir. MR, MM Selaku Kepala sekolah SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar, ibu Asnia Edja,S.Pd.,M.Pd dan pak Ardiansah Hasim, S.Pd.,M.Pd selaku guru mata pelajaran fisika yang senantiasa membimbing dan mengayomi selama melakukan penelitian serta adik-adik kelas XI IPA SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar atas segala perhatian dan kerja samanya.
Terima kasih juga penulis hanturkan kepada sahabat-sahabatku Fira, Aru dan Fitri sudah menjadi vitamin dikala penulis merasa tidak mampu dan selalu memberikan semangat sehingga bisa menyelesaikan skrispi ini. tak lupa pula orang-orang yang selalu membuat penulis tertawa Neni, Adel, dan Yana sehingga bisa sedikit menghilangkan rasa sedih dalam perjalanan menyelesaikan skripsi ini. Kemudian yang seperti alarm menjadi penginggat bagi penulis yaitu Sudarti, Kiki, hikma dan Hesti yang tak henti-hentinya menginggatkan untuk selalu semangat menyelesaikan skrispi dan membakar kembali semangat penulis. Tak lupa teman-teman seperjuangku Dispersi B angkatan 16, terima kasih sudah menjadi bagian dari perjalanan ku di awal hingga menyelesaikan studi ini banyak duka dan suka yang telah dilalui. Teman-teman asisten 16 yang menjadi tempatku kembali belajar, dan menjadi pribadi yang lebaih baik lagi yakni Dahlia, Ainun, Sartina, Rizky dan Yudha terima kasih sudah membersamai selama ini. Serta obat semangatku 7 orang yang jauh di sana yakni BTS yang sudah banyak menjadi pemicu semangat dikala capek dan lelah.
Terlalu banyak orang yang berjasa dan mempumyai andil kepada penulis selama menempuh pendidikan di universitas muhammadiyah makassar sehingga, tidak akan cukup penulis mencantumkan dan menuturkan kedalam sebuah
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN SAMPUL ...
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
SURAT PERNYATAAN ... iv
SURAT PERJANJIAN ... v
MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 5 C. Tujuan Pengembangan ... 5 D. Manfaat Pengembangan ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka ... 7
1. Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing ... 7
2. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Eksperimen ... 15
3. Pengembangan LKPD Eksperimen Inquiry Terbimbing ... 20
4. Berpikir Kritis ... 22
5. Materi Fluida Statik ... 29
6. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 36
B. Kerangka Pikir ... 38
BAB III METODEOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 41
B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 41
D. Prosedur Penelitian ... 44
E. Teknik Pengumpulan Data ... 45
F. Instrumen Penelitian ... 46
G. Teknik Analisis Data ... 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 53 B. Pembahasan ... 83 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 87 B. Saran ... 88 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Deskripsi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing 13
2.2 Indikator Berpikir Kritis 23
3.1 Model kesepakatan antar penilai untuk validasi konten 49
3.2 Kategori Penilaian Skla Likert 50
3.3 Kriteria Kevalidan Data Angket Respon Peserta Didik dan Guru
51
3.4 Kriteria Nilai Gain 52
4.1 Nama Validator 64
4.2 Saran Perbaikan Valdator Ahli 64
4.3 Hasil Validasi LKPD oleh Validator 70
4.4 Hasil Validasi Angket Pendidik oleh Validator 72 4.5 Hasil Validasi Angket Peserta Didik oleh Validator 73
4.6 Hasil Respon Guru Terhadap Produk 75
4.7 Hasil Respon Peserta Didik Terhadap Produk 77
4.8 Analisis Deskriptif Hasil Respon Peserta Didik 81
4.9 Hasil Analisis Tes Berpikir Kritis 82
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Rincian Proses Inkuiri 15
2.2 Penerapan Hukum Pascal 31
2.3 Benda yang tercelup dalam Fluida akan mengalami gaya angkat keatas 32
2.4 Meniskus Cekung 33
2.5 Meniskus Cembung 33
2.6 Gerak benda dalam Zat Cair Kental 35
2.7 Desain Kerangka Berpikir 40
3.1 Model ADDIE Penelitian Research and Development
(R&D)
42 3.2 Prosedur Penelitian Pengembangan LKPD berbasis
Inquiry terbimbing
44
4.1 Langkah Pembuatan Desain LKPD 45
4.2 Sampul Depan LKPD Eksperimen Berbasis Inquiry Terbimbing
59
4.3 Tampilan Kata Pengantar 60
4.4 Tampilan Daftar Isi LKPD 60
4.5 Tampilan Petunjuk Pengunaan LKPD 61
4.6 Tampilan Peta Konsep LKPD 61
4.7 Tampilan Sub-bab dan Identitas Kelompok pada LKPD 62
4.8 Tampilan Topik Unit LKPD 63
4.9 (a) Tampilsn Daftar Pustaka (b) Tampilsn Biodata Penulis 63
4.10 Perbaikan Perumusan Rumus 65
4.11 Perbaikan Prosedur Bertambah Ilustrasi Gambar 66
4.12 Perbaikan Hasil Judul Pengamatan 66
4.13 Penambahan Tujuan Tiap Sub Unit LKPD 67
4.14 Perbaikan Pada Peta Konsep LKPD 67
4.15 Penambahan untuk merangsang Keterampilan berpikir kritis
68
4.16 Diagram Tabulasi Validasi LKPD 71
4.17 Diagram Tabulasi Angket Guru 72
4.18 Diagram Tabulasi Angket Peserta didik 74
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu bangsa yang besar bukanlah bangsa yang banyak penduduknya melainkan bangsa yang elemen masyarakatnya berpendidikan. Pendidikan merupakan aset penting bagi pembangunan bangsa, oleh karena itu setiap warga negara wajib dan memiliki kewajiban untuk memperoleh pendidikan yang layak, baik pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan memainkan peran penting dalam menentukan kualitas warga negara. Hal ini karena, pendidikan merupakan investasi seseorang bagi masa depannya dan merupakan bagian dari penentu kesuksesan seseorang.
Berbicara mengenai pendidikan, Al-Qur‟an telah menjelaskan begitu banyak manfaat dalam menuntut ilmu. Di dalam Al-Qur‟an telah dijelaskan mengenai posisi pendidikan diberbagai aspek. Al-Qur‟an Surat al-„Alaq ayat 1-5, Allah SWT berfirman:
Artinya: 1. Bacalah, dengan Nama Tuhanmu yang menjadikan. 2. Menjadikan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhan-mu Yang Maha Pemurah. 4. Yang mengajar dengan qalam. 5. Dia mengajar manusia sesuatu yang tidak diketahui.
Dalam Surat Al-'Alaq dijelaskan bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang membutuhkan penalaran dan pemikiran rasional karena akan digunakan untuk peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran
hidup dan kehidupan umat manusia di muka bumi ini. Demikian, Allah SWT telah menerangkan bahwa manusia dicipta dari benda yang tidak berharga kemudian memuliakannya dengan mengajar membaca, menulis dan memberinya pengetahuan.
Perkembangan ilmu dan teknologi di era dewasa ini semakin berkembang pesat, mulai dari dunia sains hingga pendidikan mengalami dampak perubahan tersebut. Pembelajaran pada abad 21 mencirikan pada learning skills, skills dan literasi. Dalam konteks pembelajaran abad 21 terkait pada kurikulum 2013 proses pembelajaran peserta didik aktif, guru sebagai fasilitator maupun motivator, sehingga akan melahirkan manusia-manusia pembelajar. Perkembangan pendidikan pada pembelajaran abad 21 lebih menekankan pada kemampuan berpikir kritis peserta didik, mampu menghubungkan ilmu dengan dunia nyata, menguasai teknologi informasi komunikasi dan kolaborasi. Untuk mewujudkan pembelajaran di abad 21 perlu diterapkan metode pembelajaran yang tepat.
Pembelajaran di kelas untuk para peserta didik hendaknya dapat mengarahkan, membimbing dan mempermudah mereka dalam penguasaan sejumlah konsep dasar sehingga mereka dapat membentuk struktur ilmu pengetahuannya sendiri. Peserta didik saat ini dapat belajar dimana dan kapan saja baik didalam kelas maupun di rumah. Seorang pendidik dituntut untuk dapat merancang pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai jenis media dan sumber belajar yang sesuai agar proses pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien. Penyampaian materi yang kurang efektif menyebabkan peserta didik cepat bosan dengan mata pelajaran yang diberikan, peserta didik hanya diberikan penguatan daya ingat, membuat catatan dalam bentuk yang monoton.
Di samping itu, materi fisika merupakan kumpulan hukum, teori, prinsip, aturan atau rumus-rumus yang terbangun sesuai pengkajiannya. Pembelajaran fisika tidak cukup hanya dengan menghafal atau mengingat saja, akan tetapi diperlukan pemahaman pada setiap materi yang diajarkan karena materi fisika merupakan sekumpulan konsep-konsep yang saling berhubungan. Pembelajaran fisika yang hanya memberikan sekumpulan fakta dan pengetahuan kepada peserta didik mengakibatkan pemahamannya kurang dan tidak mengembangkan kebebasan intelektual (Ismawati, 2013; Mutmainnah dkk, 2016). Pelaksanaan pembelajaran fisika pada umumnya lebih difokuskan kepada pemahaman konsep serta analisis dan penerapan persamaan, baik untuk materi yang bersifat sederhana, kompleks, hingga abstrak (Anisfaizurrahmah, 2018).
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan SMA Muhammadiyah 1 Unismuh Makassar, didapatkan bahwa pembelajaran dalam kelas belum memaksimalkan pembelajaran abad 21 yakni peserta didik lebih aktif untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya dan media ajar seperti LKPD yang digunakan masih sederhana dalam bentuk desain dan belum menekankan pada eksperimen atau percobaan. Padahal diketahui dengan semakin banyak kegiatan praktek akan semakin banyak pula pengalaman keilmuan yang didapatkan peserta didik.
Salah satu upaya alternatif dalam mengatasi permasalahan tersebut khususnya dalam pembelajaran fisika dalam pengoptimalan dan pemanfaatan bahan ajar dalam kegiatan belajar mengajar seperti LKPD yang berfungsi sebagai pedoman bagi guru dan bagi peserta didik. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi,
ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai (Prastowo,2013). Pengembangan LKPD diharapkan menjadi solusi dari permasalahan yang ditemukan peneliti. LKPD eksperimen berupa lembar kerja yang memuat petunjuk praktikum yang menggunakan alat-alat dan bahan-bahan (Afifah, 2013).
Di sisi lain, pembelajaran inkuiri dapat mengembangkan cara berpikir ilmiah yang menempatkan peserta didik sebagai pembelajar dalam memecahkan permasalahan dan memperoleh pengetahuan yang bersifat penyelidikan sehingga dapat memahami konsep-konsep sains (Kurniawati, 2013). Pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan kesempatan dan pengalaman belajar peserta didik dan dapat membantu peserta didik untuk mengonstruksi konsep fisika yang dipelajari melalui proses berpikir. Selain itu, terdapat perbedaan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing integrasi peer instruction, pembelajaran inkuiri terbimbing dan pembelajaran konvensional, penguasaan konsep peserta didik yang belajar dengan pembelajaran inkuiri terbimbing integrasi peer instruction lebih tinggi daripada pembelajaran inkuiri terbimbing dan pembelajaran konvensional, dan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang belajar dengan pembelajaran inkuiri terbimbing integrasi peer instruction lebih tinggi daripada pembelajaran inkuiri terbimbing dan pembelajaran konvensional (Kurniawati, 2013; Yeritia dkk, 2017).
Akhinya, berdasarkan uraian pemaparan tersebut di atas, maka penulis merasa termotivasi untuk melakukan pengembangan tentang “Pengembangan
B. Rumusan Masalah
Dari beberapa uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dijawab dalam pengembangan ini diajukan sebagai berikut:
1. Bagaimana validitas LKPD eksperimen berbasis inquiry terbimbing pada materi fluida statik ?
2. Bagaimana kepraktisan LKPD eksperimen berbasis inquiry terbimbing pada materi fluida statik ?
3. Bagaimana keefektifan LKPD eksperimen berbasis inquiry terbimbing pada materi fluida statik ?
C. Tujuan Pengembangan
Pada dasarnya pengembangan ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang akurat tentang permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, yakni: 1. Untuk mengetahui validitas LKPD eksperimen berbasis inquiry terbimbing
pada materi fluida statik.
2. Untuk mengetahui kepraktisan LKPD eksperimen berbasis inquiry terbimbing pada materi fluida statik.
3. Untuk mengetahui keefektifan LKPD eksperimen berbasis inquiry terbimbing pada materi fluida statik.
D. Manfaat Pengembangan
Adapun manfaat yang diharapkan dalam pengembangan ini adalah: 1. Bagi peserta didik, diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berpikir
2. Bagi guru, untuk memberikan gambaran referensi yang dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar
3. Bagi sekolah, yaitu untuk memberikan informasi tentang pengembangann LKPD eksperimen berbasis inquiry terbimbing sebagai salah satu pengembangan inovatif yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran secara umum.
4. Bagi peneliti, menambah wawasan dan ilmu pengetahuan pendidikan serta sebagai bahan kajian untuk penelitian selanjutnya.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Pustaka
1. Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing
Pembelajaran adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan peserta didik sehingga terjadi proses belajar. Pembelajaran memusatkan pada “bagaimana membelajarkan peserta didik” dan bukan pada “apa yang dipelajari peserta didik”.
(Nasution, 1999:86). Kemudian Wenger (1998: 227, 2016:1), mengatakan bahwa “pembelajaran bukanlah aktivitas, sesuatu yang dilakukan oleh seseorang ketika ia
tidak melakukan aktivitas yang lain. Pembelajaran juga bukanlah sesuatu yang berhenti dilakukan oleh seseorang. Lebih dari itu, pembelajaran bisa terjadi di mana saja dan pada level yang berbeda-beda secara individual, kolektif, ataupun sosial”. Sedangkan menurut Suparman (2012:10), pembelajaran adalah suatu
rangkaian peristiwa yang memengaruhi peserta didik atau pembelajar sedekimian rupa sehingga perubahan perilaku yang disebut hasil belajar terfasilitasi.
Pelaksanaan pembelajaran merupakan hasil integrasi dari beberapa komponen yang memiliki fungsi tersendiri dengan maksud agar ketercapaian tujuan pembelajaran dapat terpenuhi. Ciri utama dari kegiatan pembelajaran adalah adanya interaksi. Interaksi yang terjadi antara peserta didik dan lingkungan belajarnya, baik itu dengan guru, teman-temannya, alat, media pembelajaran, dan/atau sumber-sumber belajar lainnya. Adapun ciri-ciri lainnya dari pembelajaran ini berkaitan dengan komponen-komponen pembelajaran itu sendiri.
Dimana di dalam pembelajaran akan terdapat komponen-komponen, sebagai berikut: tujuan, bahan/materi, strategi, media, dan evaluasi pembelajaran.
Sebagai suatu sistem, masing-masing komponen tersebut membentuk sebuah integritas atau satu kesatuan yang utuh. Masing-masing komponen saling berinteraksi yaitu saling berhubungan secara aktif dan saling memengaruhi. Misalnya, dalam menentukan bahan pembelajaran merujuk pada tujuan yang telah ditentukan, serta bagaimana materi itu disampaikan menggunakan strategi yang tepat yang didukung oleh media yang sesuai. Dalam menentukan evaluasi pembelajaran akan merujuk pada tujuan pembelajaran, bahan yang disediakan media dan strategi yang digunakan, begitupun juga dengan komponen yang lainnya saling bergantung (interdepedensi) dan saling menerobos (interpenetrasi).
Penjelasan mengenai komponen-komponen pembelajaran sebagai berikut: (1). Tujuan Pembelajaran, tujuan pendidikan sendiri adalah untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dengan kata lain, pendidikan merupakan peran sentral dalam upaya mengembangkan sumber daya manusia. (2). Sumber Belajar, diartikan segala bentuk atau segala sesuatu yang ada di luar diri seseorang yang bisa digunakan untuk membuat atau memudahkan terjadinya proses belajar pada diri sendiri atau peserta didik, apa pun bentuknya, apa pun bedanya, asal bisa digunakan untuk memudahkan proses belajar, maka benda itu bisa dikatakan sebagai sumber belajar. (3). Strategi Pembelajaran, adalah tipe pendekatan yang spesifik untuk menyampaikan informasi, dan kegiatan yang mendukung penyelesaian tujuan khusus. Strategi pembelajaran pada hakikatnya merupakan penerapan prinsip-prinsip psikologi dan prinsip-prinsip
pendidikan bagi perkembangan peserta didik. (4). Media Pembelajaran, merupakan salah satu alat untuk mempertinggi proses interaksi guru dengan peserta didik dan interaksi peserta didik dengan lingkungan dan sebagai alat bantu mengajar (ABM) dapat menunjang penggunaan metode mengajar yang digunakan oleh guru dalam proses mengajar. (5). Evaluasi Pembelajaran, merupakan indikator untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan serta menilai proses pelaksanaan mengajar secara keseluruhan. Evaluasi bukan hanya sekadar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan tujuan yang jelas. Komponen pembelajaran adalah penentu dari keberhasilan proses pembelajaran. Komponen-komponen tersebut memiliki fungsi masing-masing dalam setiap peranannya dalam proses pembelajaran.
Menurut Setiani dan Priansa (2015:164) mengemukakan tentang model pembelajaran sebagai berikut:
Model merupakan kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Model pembelajaran dapat dipahami sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dan terencana dalam mengorganisasikan proses pembelajaran peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif.
Menurut Rusman (2016:133) model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain.
Menurut Amri (2013:34) model pembelajaran kurikulum 2013 memiliki empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut yaitu: (1) Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya. (2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai. (3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. (4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Berdasarkan hasil pemjelasan diatas dapat dismpulkan untuk model pembelajaran inquiry terbimbing merupakan pembelajaran yang efektif dan bermakna peserta didik dilibatkan secara aktif, karena peserta didik adalah pusat dari kegiatan pembelajaran serta pembentukan kompetensi dan karakter. Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik dan gaya mengajar guru. Usaha guru dalam membelajarkan peserta didik merupakan bagian yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, teknik maupun model pembelajaran merupakan suatu hal yang utama.
Berikut penjelasan terkait inquiry terbimbing:
a. Defenisi Inkuiri Terbimbing
Inkuiri, berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta atau terlibat dalam mengajukan pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan (Fathurrohman, 2015:104). Kemudian Menurut Kurniasih dan Sani (2017:113) model pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran dengan seni merekayasa situasi-situasi yang sedemikian rupa sehingga peserta didik bisa berperan sebagai ilmuwan. Menurut Sagala (2014:89) menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual. Pengetahuan dan keterampian yang diperoleh peserta didik diharapkan bukan hanya hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi juga hasil dari menemukan sendiri.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran di mana peserta didik berperan sebagai ilmuwan, yang berarti peserta didik ikut serta atau terlibat dalam mengajukan pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan sehingga peserta didik bukan hanya mengingat fakta-fakta tetapi juga hasil dari penemuannya sendiri.
b. Langkah-Langkah (Sintaks) Model Pembelajaran Inkuiri
Pendekatan inkuiri merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar pengembangan cara berpikir imiah, pendekatan ini menempatkan peserta didik lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kekreatifan dalam memecahkan masalah (Sagala, 2014:196). Pembelajaran inkuiri ini mensyaratkan keterlibatan peserta didik yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar dan sikap anak terhadap pelajaraan, khususnya kemampuan pemahaman dan komunikasi peserta didik (Fathurrohman, 2015:111).
Ini sejalan dengan pendapat Andriani, dkk (2013), model pembelajaran inkuiri ini dapat mengubah peserta didik dari pasif menjadi aktif dalam proses pembelajaran dan dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika peserta didik. Dari hasil penelitian Maretasari dkk. (2012), inkuiri terbimbing berbasis laboratorium mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap hasil belajar dan sikap ilmiah peserta didik.
Menurut Kurniasih dan Sani (2017:115) pelaksanaan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut: Melakukan orientasi yaitu memberikan pemahaman dan penjelesan tentang topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik; setelah tahap melakukan orientasi selanjutnya yaitu tahap
belajar merumuskan masalah, pada langkah ini bertujuan untuk membawa peserta didik pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang peserta didik untuk memecahkan teka-teki itu; merumuskan hipotesis, hipotesis merupakan jawaban sementara dimana jawaban ini harus dibuktikan; mengumpulkan data, dari persoalan yang ada, peserta didik diajak menemukan data-data yang menunjang persoalan-persoalan yang ada, dan data tersebut nantinya diolah dan diskusikan dengan teman ataupun secara individu; menguji hipotesis konsep ini adalah langkah untuk menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau inormasi yang diperoleh berdasarkan data-data yang didapatkan; merumuskan kesimpulan, yaitu dengan cara melihat hipotesis yang ada, dan peoses ini bisa bersama-sama dengn guru, jika peserta didik menemukan kesulitan.
Menurut Syah (dalam Fathurrahman, 2017:109), dalam pengaplikasian pembelajaran inkuiri di kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum sebagai berikut: Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan) atau orientasi,pada tahap ini peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingunganya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri; problem statement (pernyataan/indentifikasi masalah) Setelah dilakukan stimulation langkah selanjutnya adalah guru memberi kesempatan kepada peserta didik untu mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan peajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hpotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah); Data collection (pengumpulan data) ketika ekspolorasi berlangsung guru juga
memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis; Data processing (pengolaan data) merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoeh para peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan, dan semuanya diolah, diacak diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu; Verification (pembuktian) pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan temuan alternatif lalu dihubungkan dengan hasil data processing; Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi) adalah proses menarik kesimpan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama dengan memerhatikan hasil verifikasi.
Untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan pembelajaran melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing, maka diperlukan langkah-langkah pembelajaran yang runtun dan sistematis seperti pada Tabel 2.1:
Tabel 2.1 Deskripsi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Tahap Aktivitas Guru Aktivitas Peserta Didik Tahap 1
Observasi untuk menemukan masalah
Menyajikan hal-hal baru seperti kejadian atau fenomene-fenomena baru pada alam sekitar yang dapat memancing peserta didik untuk menemukan masalah.
Menyimak hal-hal yang diberikan guru lalu kemudian menemukan permasalahan yang terdapat didalamnya.
Tahap 2
Merumuskan masalah
Membantu peserta didik untuk menemukan masalah berdasarkan kejadian atau fenomena yang disajikan.
Menemukan dan
merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan kejadian atau fenomena yang disajikan oleh guru.
Tahap Aktivitas Guru Aktivitas Peserta Didik Merumuskan
hipotesis
untuk merumuskan dugaan sementara terhadap masalah yang telah ditentukan.
dugaan sementara (hipo-tesis) dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan sebelumnya. Tahap 4 Merencanakan dan melakukan pemecahan masalah
Membantu peserta didik untuk memecahkan masalah baik melalui percobaan maupun tidak.
Melakukan percobaan dengan bantuan bimbingan dari guru untuk
memecahkan masalah.
Tahap 5
Mengamati
Membimbing peserta didik untuk melakukan peng-amatan tetang hal-hal yang penting dan mengumpulkan data.
Melakukan pengamatan tentang hal-hal penting dan mengumpulkan data.
Tahap 6
Analisis data
Mengarahkan peserta didik dalam meng-analisis data untuk menemukan suatu konsep
Melakukan analisis data untuk menemukan konsep
Tahap 7
Menarik Kesimpulan
Membimbing peserta didik untuk memberi kesimpulan data hasil eksperimen sehingga memperoleh suatu konsep yang ingin
ditanamkan
Menyimpulkan data hasil eksperimen untuk mem-peroleh konsep yang diinginkan.
(Sumber: Anam, 2016:92-101).
Dari Tabel 2.1 terlihat bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing berupaya menanamkan dasar-dasar ilmiah pada diri peserta didik, sehingga dalam proses pembelajaran peserta didik lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Peserta didik benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar, peranan guru dalam pembelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing adalah sebagai pembimbing dan fasilitator.
Pembelajaran berbasis inkuiri adalah pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam merumuskan pertanyaan yang mengarahkan untuk melakukan investigasi dalam upaya membangun pengetahuan dan makna baru, seperti didefenisikan dalam Alberta Learning sebagai berikut.
“Inquiry-based learning is a process where students are involved in their
learning, formulate questions, investigate widely and then build new understandings, meanings and knowledge”
(Sumber: Sani, 2017:88).
Gambar 2.1 Rincian Proses Inkuiri
Suprihatiningrum (2017:163) menyatakan bahwa inkuiri adalah sebuah pendekatan, yang mana guru melibatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik untuk menganalisis dan memecahkan persoalan secara sistematik melalui proses identifikasi persoalan, membuat hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan mengambil kesimpulan, sehingga dengan melalui langkah-langkah tersebut peserta didik mampu menemukan suatu prinsip, hukum, ataupun teori. Sedangkan menurut Kusmana (2010:47) bahwa inkuri adalah sebuah sistem dalam cara melihat sebuah pengetahuan atau hal baru. Model pembelajaran inkuiri lebih cenderung dipergunakan pada pengajaran eksakta seperti fisika.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa inkuiri adalah suatu model maupun strategi yang salah satu fokusnya menekankan proses pembelajaran lebih aktif kepada peseta didik untuk mencari dan mengumpulkan informasi sendiri.
2. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Eksperimen
Lembar kerja pesertta didik merupakan bagian dari perangkat pembelajran. Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standard Proses Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan bahwa penyusunan perangkat pembelajaran merupakan bagian dari penyusunan perangkat pembelajaran. Perencanaan pembelajaran
dirancang dalam bentuk silabus dan RPP yang mengacu pada standar isi. Selain itu, dalam perencanaan pembelajaran juga dilakukan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian dan skenario pembelajaran.
Suprihatiningrum (2013:131) menjabarkan perangkat pembelajaran sebagai segala sesuatu yang dipersiapkan guru sebelum melaksanakan proses pembelajaran. Menurut Suhadi (2007:24) bahwa perangkat pembelajaran adalah sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan pedoman yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan pendapat di atas perangkat pembelajaran dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dipersiapkan pendidik sebelum melaksanakan proses pembelajaran untuk dijadikan petunjuk dan pedoman dalam proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran diantaranya terdiri dari RPP, media pembelajaran, dan lembar penilaian baik yang berupa tes maupun non tes.
a. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
LKPD merupakan lembaran-lembaran yang berisi materi pelajaran, tujuan percobaan, alat dan abahan, langkah kerja, hasil pengamatan, serta diskusi berupa pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara kronologis untuk memudahkan peserta didik dalam membangun konsep (Putri, 2016). Selain itu, LKPD juga merupakan suatu bahan ajar cetak yang berupa lembaran-lembaran yang berisi materi, ringkasan dan petunjuk yang harus dilaksanakan oleh peserta didik. Tugas-tugas tersebut sudah disesuaikan dengan KD yang harus dicapai (Prastowo, 2013). Hal itu sejalan pula dengan Anggraini (2017) bahwa LKPD merupakan lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik untuk melakukan kegiatan agar mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang
perlu dikuasai secara mandiri. Selain itu, LKPD merupakan salah satu bahan ajar yang penting untuk tercapainya keberhasilan dalam pembelajaran fisika (Majid, 2017).
LKPD yang disusun guru dirancang sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang akan dicapai. Menurut Prastowo (dalam Anggraini, 2016) LKPD memiliki fungsi dan tujuan. Fungsi LKPD sebagai berikut: a) Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran guru tetapi menunjang keaktifan peserta didik. b) Sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk memahami materi yang diberikan. c) Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih. d) Mempermudah pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.
Sedangkan tujuan penyusunan LKPD yaitu: a) Menyajikan bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan. b) Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan peserta didik terhadap materi yang diberikan. c) Melatih kemandirian belajar peserta didik. d) Memudahkan guru dalam memberikan tugas kepada peserta didik.
LKPD yang disusun harus memenuhi persyaratan-persyaratan berikut ini, yaitu syarat dikdatik, syarat konstruksi, dan syarat teknik menurut Roheti (2010). a) Syarat-syarat dikdatik: (1) Mengajak peserta didik aktif dalam proses pembelajaran. (2) Memberi penekanan pada proses untuk menemukan konsep. (3) Memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan peserta didik sesuai dengan ciri kurikulum. (4) Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi social, emoseinal, moral, dan estetika pada diri peserta didik. (5) Pengalaman belajar ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi; b) Syarat-syarat konstruksi:
(1) Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan peserta didik. (2) Menggunakan struktur kalimat yang jelas; c) Syarat-syarat teknik; (1) Gunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau romawi. (2) Gunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah. (3) Gunakan kalimat pendek, tidak boleh lebih dari satu kata dalam satu baris. (4) Gunakan bingkai untuk menentukan kalimat perintah dan jawaban peserta didik. (5) Usahakan agar besarnya huruf dan gambar sesuai; d) Gambar: Gambar yang baik dalam LKPD adalah gambar yang dapat menyampaikan isi dari materi pelajaran yang disampaikan atau sedang dipelajari. Agar peserta didik lebih memahami materi yang disampaikan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat bahwa LKPD merupakan suatu bahan ajar berupa lembaran-lembaran yang dapat membantu aktivitas belajar peserta didik yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai serta unsur-unsur LKPD meliputi judul, materi pokok sesuai kompetensi dasar, alokasi waktu yang digunakan peserta didik untuk menyelesaikan tugas dalam LKPD, informasi pendukung yang berkaitan dengan identitas peserta didik, alat dan bahan yang diperlukan dalam tugas LKPD, langkah kerja, tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik yang biasanya disajikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan.
b. LKPD Eksperimen
Eksperimen adalah percobaan yang bersistem dan berencana (untuk membuktikan kebenaran suatu teori dan sebagainya). Metode eksperimen dalam proses pembelajaran fisika tidak terlepas dari metode ilmiah (scientific method) dalam mempelajari fisika serta critical thinking skills. Hal ini disebabkan, fisika diperoleh melalui suatu proses melalui suatu metode ilmiah. Fisika ditemukan dari
bahasan “mengapa dan bagaimana” fenomena-fenomena yang terjadi dialam,
penemuan ini dikembangkan oleh ilmuan sejak dahulu kala secara coba-coba. Pelaksanaan metode eksperimen dalam pembelajaran fisika dapat dilaksanakan di laboratorium maupun alam sekitar. Pelaksanaan metode eksperimen di laboratorium akan efektif jika:
a) Peralatan laboratorium yang digunakan harus cukup untuk semua peserta didik.
b) Bahan-bahan yang akan digunakan harus cukup untuk semua peserta didik.
c) Peserta didik sudah memahami Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam menggunakan alat dan bahan.
d) Alat dan bahan yang digunakan bagus kualitasnya.
Metode eksperimen bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik dalam menemukan dan memahami suatu konsep atau teori fisika yang sedang dipelajari. Kemampuan berpikir peserta didik dimulai dengan adanya pertanyaan apa, mengapa, kapan, dimana dan sebagainya suatu fenomena alam terjadi. Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan mendorong peserta didik untuk mencari jawabannya, misalnya pertanyaan “Apa yang terjadi jika klip dimasukkan
ke gelas yang berisi air dan dan gelas yang berisi gliserin?”, “Mengapa terdapat perbedaan jatuhnya klip ke dasar gelas?”, dan “Bagaimana proses klip pada kedua gelas dengan isi yang berbeda?” pertanyaan-pertanyaan tersebut akan memicu peserta didik untuk berpikir dan mencari tahu untuk menjawab dan memecahkan permasalahan tersebut. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat diberikan oleh pendidik sebagai stimulus untuk melaksakan eksperimen, tetapi juga dapat berasal
dari diri peserta didik akibat melihat fenomena yang mereka jumpai. Dengan eksperimen peserta didik menemukan bukti kebenaran dari suatu teori yang dipelajarinya. Penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran dilakukan dengan tujuan agar peserta didik mempunyai keterampilan dalam melakukan uji coba terhadap suatu permasalahan.
Sehingga dapat disimpulkan LKPD eksperimen adalah LKPD dengan langkah dan metode eksperimen sesuai hal ini dikarenakan kegiatan eksperimen peserta didik mampu menguasai konsep data proses sains. Singkatnya, melalui kegiatan percobaan inilah, peserta didik dilatih untuk menggunakan logikanya untuk berpikir sistematis dalam membuktikan dan membuat kesimpulan terhadap objek (materi sains) yang sedang dikajinya.
3. Pengembangan LKPD Eksperimen Berbasis Inquiry Terbimbing
Penelitian dan pengembangan Research and Development (R&D) merupakan konsep yang relatif masih baru di bidang pendidikan. Ilmu pengetahuan dapat dianggap sebagai strategi mencari pengetahuan yang kurang lebih bersifat abstrak yang dinamakan teori. Sedangkan pengembangan adalah penerapan pengetahuan yang terorganisasi untuk membantu memecahkan masalah dalam masyarakat termasuk di bidang pendidikan. Sebuah pertanyaan menarik yang muncul bagi para peneliti, mengingat saat ini penelitian dan pengembangan menjadi suatu metode penelitian yang cukup popular dan banyak dipilih sebagai metode penelitian dalam segala bidang kajian, termasuk dalam dunia pendidikan. Penelitian merupakan kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau ingin menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan
prinsip-prinsip umum, sedangkan pengembangan adalah proses atau cara yang dilakukan untuk mengembangkan sesuatu menjadi baik atau sempurna. Kalau arti penelitian dan arti pengembangan dikaitkan menjadi satu kata utuh yaitu penelitian dan pengembangan, maka dapat diartikan sebagai “kegiatan pengumpulan,
pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan objektif yang disertai dengan kegiatan mengembangkan sebuah produk untuk memecahkan suatu persoalan yang dihadapi.
Penelitian dan pengembangan bertujuan untuk menghasilkan sebuah produk baru atau menyempurnakan produk yang sudah ada yang dapat dipertanggung jawabkan. Produk yang dihasilkan tidak harus berbentuk benda perangkat keras (hardware) namun juga dapat berupa benda yang tidak kasat mata atau perangkat lunak (software). Produk yang dihasilkan (dalam dunia pendidikan) dapat berupa model pembelajaran, multimedia pembelajaran atau perangkat pembelajaran, seperti RPP, buku, lembar kerja, soal-soal dll atau bisa juga penerapan teori pembelajaran dengan menggabungkan pengembangan perangkat pembelajaran. Jadi titik fokus penelitian kita sebenarnya ada pada objek penelitian (produk), sehingga dalam mengambil keputusan tidak mengarah kemana-mana yaitu tetap pada produk yang dikembangkan (objek penelitian).
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian dan pengembangan bertujuan menghasilkan produk maka sangat jelas produk ini adalah objek yang diteliti pada proses awal penelitian sampai akhir, sedangkan jika dilakukan uji coba dalam kelas peserta didik, maka peserta didik adalah subjek penelitian (pelaku).
4. Berpikir Kritis
a. Pengertian Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah sebuah proses intelaktual dengan melakukan pembuatan konsep, penerapan, melakukan sintensis dengan atau mengevaluasi informasi yang diperoleh dari observasi, pengalaman, refleksi, pemikiran, atau komunikasi sebagai dasar untuk meyakini dan melakukan suatu tindakan.
Berpikir kritis sebagai cognitive skill, didalamnya terdapat kegiatan interprestasi, analisis, evaluasi, inferensi, penjelasan, serta pengelolaan diri. Definisi berpikir kritis yang dikembangkan oleh Ennis ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang membuat keputusan atau pertimbangan-pertimbangan. Selanjutnya Ennis (dalam Sapriya, 2012:144) telah melakukan identifikasi lima kunci unsur berpikir kritis, yaitu praktis, reflektif, rasional, terpercaya, dan berupa tindakan. Dengan didasari pemikiran inilah, Ennis merumuskan definisi berpikir kritis sebagai aktivitas berpikir secara reflektif dan rasional yang difokuskan pada penentuan apa yang harus diyakini atau dilakukan.
Terdapat enam unsur dasar dalam berpikir kritis menurut Ennis (1995: 4-8),yaitu focus (focus), alasan (reasons), kesimpulan (inference), situasi (situation), kejelasan (clarity), dan pemeriksaan secara menyeluruh (overview). Penjelasan mengenai enam unsur dasar tersebut adalah sebagai berikut:
1) Fokus (focus), merupakan hal pertama yang harus dilakukan untuk mengetahui informasi. Untuk fokus terhadap permasalahan, diperlukan pengetahuan. Semakin banyak pengetahuan dimiliki oleh seseorang akan semakin mudah mengenali informasi.
2) Alasan (reason), yaitu mencari kebenaran dari pernyataan yang akan dikemukakan. Dalam mengemukakan suatu pernyataan harus disertai dengan alasan-alasan yang mendukung pernyataan tersebut.
3) Kesimpulan (Inference), yaitu membuat pernyataan yang disertai dengan alasan yang tepat.
4) Situasi (situation), yaitu kebenaran dari pernyataan tergantung pada situasi yang terjadi. Oleh karena itu perlu mengetahui situasi atau keadaan permasalahan
5) Kejelasan (clarity), yaitu memastikan kebenaran suatu pernyataan dari situasi yang terjadi.
6) Pemeriksaan secara menyeluruh (overview), yaitu melihat kembali sebuah proses dalam memastikan kebenaran pernyataan dalam situasi yang ada sehingga bisa menentukan keterkaitan dengan situasi lainnya.
Indikator keterampilan berpikir kritis ada 12 yang dikelompokkan dalam 5 kelompok keterampilan berpikir seperti pada tabel 2.2:
Tabel 2.2. Indikator Berpikir Kritis
Berpikir Kritis Sub Berpikir Kritis
1. Memberikan penjelasan sederhana (elementary
clarification)
1. Memfokuskan pertanyaan 2. Menganalisis argumen
3. Bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan dan tantangan 2. Membangun
keterampilan dasar (basic
support)
4. Mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber
5. Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi
3. Kesimpulan (inference)
6. Membuat deduksi dan
mempertimbangkan hasil deduksi 7. Membuat induksi dan
mempertimbangkan hasil induksi 8. Membuat dan mempertimbangkan nilai
keputusan 4. Membuat penjelasan
lebih lanjut (advance
clarification)
9. Mendefinisikan istilah 10. Mengidentifikasi asumsi 5 Strategi dan taktik
(strategi and tactic)
11. Memutuskan suatu tindakan 12. Berinteraksi dengan orang lain (Sumber: Ennis (dalam Rante, 2008))
Untuk lebih memahami lebih dalam tentang makna berpikir kritis, berikut ini diturunkan definisi klasik yang menggambarkan hekekat dan karakteristik dari orang yang berpikir kritis. Yaumi (2012:67) mengatakan bahwa berpikir kritis
merupakan kemampuan kognitif untuk mengatakan sesuatu dengan penuh keyakinan karena bersandar pada alasan yang logis dan bukti empiris yang kuat, berpikir kritis adalah proses berpikir sistematis dalam mencari kebenaran dan membangun keyakinan terhadap sesuatu yang dikaji dan ditelaah secara faktual dan realistis, dalam lingkungan sekolah.
Sementara menurut Santrock (dalam Desmita 2016:153) pemikiran kritis adalah: “critical thinking involves grasping the deeper meaning of problems,
keeping on open mind about different approaches and perspectives, not accepting on faith what other people and books tell you, and thinking reflectiifely rather than accepting the first idea that comes to mind”. Pada bagian lain, Santrock
(2008) (dalam Desmita, 2016:153) menjelaskan bahwa pemikiran kritis adalah pemikiran reflektif dan produktif serta melibatkan evaluasi bukti.
Johnson (dalam Yaumi, 2012:67) mengatakan secara spesifik bahwa berpikir kritis adalah suatu proses yang terorganisir yang memungkinkan peserta didik mengevaluasi fakta, asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari pernyataan orang lain. Sementara Itu, John Dewey (dalam Yaumi, (2012:68) memandang bahwa berpikir kritis itu pada dasarnya adalah berpikir reflektif, dimana dikatakan bahwa: critical thinking or reflective thinking is an active, persistent, and careful
consideration of a belief or suppose form of knowledge in the light of the grounds which support it and the further conclusions to which it tends.
Disini John Dewey menekankan bahwa berpikir kritis merupakan proses yang aktif, maksudnya untuk mengontraskan proses berpikir seorang pada umumnya dalam menerima atau memperoleh informasi dari pihak lain cenderung menerima begitu saja secara pasif. Memang, tak dapat dibantah bahwa berpikir
kritis pasti melewati proses yang aktif, dimana ketika seseorang memikirkan sesuatu yang ingin dilakukan atau yang hendak dipaparkan, begitupun ketika ingin mengajukan pertanyaan dan mencari informasi yang relefan dengan objek yang diinginkan.
Berpikir kritis juga dipandang sebagai suatu keyakinan yang kuat dan hati-hati dengan maksud untuk mengkontraskan sistem berpikir seseorang yang tidak reflektif atau tanpa melibatkan pemikiran yang konperehensif, misalnya, ketika seseorang begitu cepat sampai kepada kesimpulan atau keputusan yang dangkal dalam berbuat atau bertindak tanpa menelusuri dan mengkaji esensi makna yang terkandung didalamnya. Memang benar bahwa ketika menyimpulkan sesuatu harus dilakukan dengan cepat dan tepat, tetapi sering tidak dilakukan secara konperehensif.
Namun demikian, yang paling penting dalam pandangan John Dewey adalah apa yang dia sebut sebagai “grounds which support” (dasar pemikiran yang mendukung) sesuatu sehingga dapat disimpulkan artinya, dasar pijakan berpikirnya harus didasarkan pada alasan rasional dan implikasinya harus dikaji dari sudut pandang kecenderungannya.
Richard Paul (dalam Yaumi, 2012:70) menjelaskan bahwa berpikir kritis ditinjau dari perspektif filsafat memandang bahwa berpikir kritis itu adalah berpikir tentang pikiran itu sendiri, secara lengkap dikatakan bahwa: critical
thinking is that mode of thinking about any subject, content, or problem in which the thinker improves the quality of his or her thinking by skillfully taking charge of the structures inherent in thinking and imposing intellectual standards upon them.
Salah satu hal yang sangat menarik untuk digaris bawahi dalam pernyataan ini adalah thinking about the quality of thinking (berpikir tentang kualitas berpikir). Dengan kata lain dapat dinyatakan berpikir tentang pikiranya seorang atau sering disebut dengan istilah metakognisi (metacognition). Bagi Paul, berpikir kritis itu adalah bermetakognisi. Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka berpikir kritis itu adalah (1) proses berpikir aktif untuk mengkaji hakikat dari suatu objek, (2) memahami secara konperehensif tentang barbagai pendekatan yang digunakan sehingga muncul suatu keyakinan yang kuat (pendekatan langsung, observasi langsung,wawancara mendalam, dan lain-lain), (3) membuat alasan rasional tentang objek yang dikaji, (4) membuat asumsi-asumsi yang dikontruksi berdasarkan pertimbangan dari berbagai alasan rasioanal, (5) mengungkapkan kandungan makna dengan merumuskan kedalam bahasa yang sesuai dan bijaksana, (6) mengungkap bukti-bukti empiris dari setiap makna kata-kata yang telah dirumuskan, (7) membuat keputusan berdasarkan kajian mendalam dari bukti empiris yang ada, dan (8) mengevaluasi implikasi dari hasil keputusan yang dibuat (berpikir tentang kualitas berpikir (metacognition).
Berdasarkan pada beberapa definisi di atas dapat dijabarkan bahwa yang di maksud dengan keterampilan berpikir kritis adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki peserta didik untuk berpikir secara logis, reflektif, dan produktif yang diaplikasikan dalam menilai situasi untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang baik. Berpikir kritis berarti merefleksikan permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka bagi berbagai pendekatan dan perspektif yang berbeda, tidak mempercayai begitu saja informasi-informasi yang datang berbagai sumber (lisan atau tulisan), serta
berpikir secara reflektif ketimbang hanya menerima ide-ide dari luar tanpa adanya pemahaman dan evaluasi yang singnifikan.
b. Keterampilan Berpikir Kritis (Critical Thinking Skills) Peserta Didik
Seringkali orang membayangkan bahwa aktivitas pembelajaran berpikir kritis dianggap sangat sulit diterapkan pada kelas-kelas rendah atau bahkan di lingkungan Sekolah. Anggapan ini tidaklah demikian jika materi dan tahapan-tahapan berpikir kritis itu dapat disederhanakan atau disesuaikan dengan kemampuan peserta didik.
Sebagai salah satu aspek penting dari perkembangan kognitif, perkembangan pemikiran ktiris ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan, Pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan memiliki arti penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Demikian juga dengan interaksi sosial, sangat berperan dalam perkembangan pemikiran anak sehingga pada akhirnya mereka dapat berpikir secara lebih kritis dan logis.
Oleh sebab itu, belakangan ini sejumlah ahli psikologi dan pendidikan menyarankan bahwa proses pembelajaran disekolah seharusnya lebih dari sekedar mengingat atau menyerap secara pasif berbagai informasi baru, melainkan peserta didik perlu berbuat lebih banyak dan belajar bagaimana berpikir secara kritis. Peserta didik didorong untuk memiliki kesadaran akan diri dan lingkunganya, yang pada giliranya terbentuk kesadaran berpikir secara kritis.
Menurut santrock 1998 dalam Desmita (2016: 155) untuk berpikir secara kritis, untuk memecahkan setiap permasalahan atau untuk mempelajari sejumlah pengetahuan baru, anak-anak harus mengambil peran aktif didalam belajar, dalam
artian anak-anak harus berupaya mengembangkan sejumlah proses berpikir aktif, di antaranya;
1) Mendegarkan secara seksama
2) Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan-pertanyaan 3) Mengorganisasi pemikiran-pemikiran mereka
4) Memperhatikan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan 5) Melakukan deduksi (penalaran dari umum ke khusus)
6) Membedakan antara kesimpulan-kesimpulan yang valid dan yang tidak valid secara logika
7) Belajar bagaimana mengajukan pertanyaan-pertanyaan klarifikasi, (seperti “apa intinya?”, “apa yang anda maksud dengan pertanyaan itu? Dan mengapa?”)
Lebih lanjut santrock 1998 (dalam Desmita, 2016:156), menjelaskan bahwa para pemikir yang baik mengunakan lebih dari sekedar proses-proses berpikir yang benar sebaliknya, mereka juga harus mengetahui bagaimana mengkombinasikan proses-proses berpikir tersebut ke dalam strategi-strategi yang tepat guna memecahkan masalah. Suatu masalah jarang dapat dipecahkan hanya dengan menggunakan satu jenis proses pemikiran yang terisolasi. Pemikiran kritis mencakup pengombinasian proses-proses berpikir dengan cara-cara yang masuk akal, bukan hanya mencampuradukannya bersama-sama.
Menurut Moored dan Parker (dalam Desmita, 2016:158) setidaknya ada Lima tipe kemampuan berpikir baru yang diperoleh pada masa remaja, yaitu; 1) Menerima dan mendefinisikan masalah
3) Mengambil kesimpulan 4) Menguji kesimpulan
5) Mengevaluasi dan mengambil keputusan
Santrock 1996 (dalam Desmita, 2016:158) mencatat beberapa perubahan kognitif yang memungkinkan terjadinya peningkatan pemikiran kritis pada masa remaja, di antaranya;
1) Meningkatkan kecepatan,otomatisasi dan kapasitas pemrosesan informasi yang membebaskan sumber-sumber kognitif untuk dimanfaatkan bagi tujuan lain
2) Bertambah luansnya isi pengetahuan tentang berbagai bidan
3) Meningkatkan kemampuan membangun kombinasi baru dari pengetahuan 4) Semakin panjangnya rentang dan spontanya penggunaan strategi atau
prosedur untuk menerapkan atau memperoleh pengetahuan seperti perencanaan mempertimbangkan berbagai pilihan, dan pemantauan kognitif
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sifat intelektual seorang perlu dikembangkan dan diasah agar menjadi pemikir yang kritis. Tidak ada resep yang instan untuk sifat-sifat intelektual dari pemikir kritis. Sebab berpikir kritis dikembangkan berdasarkan konsep-konsep dan prinsip, begitu pula peserta didik.
5. Materi Fluida Statik
Materi pokok fluida statik yang diberikan menggunakan LKPD eksperimen berbasis inquiry terbimbing meliputi sub pokok materi tekanan, hukum utama hidrostatis, hukum pascal, hukum archimedes, meniskus dan tegangan permukaan, kapilaritas, serta viskositas.
a. Tekanan
Tekanan didefinisikan sebagai Gaya per satuan luas bidang tekan, dengan Gaya F dianggap bekerja secara tegak lurus terhadap luas permukaan A. Tekanan pada suatu benda memenuhi persamaan berikut:
…(1)
Satuan tekanan dalam SI adalah N/m2. Satuan ini mempunyai nama resmi
pascal (Pa) dimana 1 Pa= 1 N/m2. Satuan tekanan yang lain adalah atmosfer (atm), cm raksa (cmHg), dan milibar (mb).
b. Hukum Utama Hidrostatis
Sifat menarik yang dimiliki zat cair statis adalah adanya tekanan yang dilakukan pada benda yang dicelupkan ke dalam zat cair tersebut. Tekanan tersebut muncul karena benda menahan berat zat cair diatasnya. Semakin dalam posisi suatu benda dalam zat cair maka tekanan yang dialami oleh benda akan semakin besar. Tekanan jenis ini dinamakan tekanan hidrostatis, tekanan oleh zat cair yang diam. Hukum utama hidrostatis meyatakan bahwa “semua titik yang
terletak pada satu bidang datar dalam suatu zat cair memiliki tekanan yang sama.” Tekanan hidrostatis dapat dirumuskan berdasarkan persamaan tekanan,
sebagai berikut menurut Giancoli, 2014: 327:
…(2) Ph = gh …(3) Dengan,
Ph = tekanan hidrostatis (Pa)
= massa jenis zat cair (kg
/m³)
g = percepatan gravitasi (m/s²)
h = kedalaman benda dari permukaan zat cair (m)
c. Hukum Pascal
Blaise Pascal menyatakan bahwa ketika perubahan tekanan diberikan pada suatu fluida pada ruang tertutup, perubahan tersebut akan diteruskan sama besar ke segala arah. Pernyataan ini akhirnya dikenal sebagai Hukum Pascal. Penerapan hukum pascal tersebut tertera pada gambar dibawah ini, menurut Giancoli, 2014: 330:
Gambar 2.2 Penerapan Hukum Pascal
Persamaan yang memenuhi Hukum Pascal sebagai berikut:
P1 = P2
…(4)
F1 = F2 …(5)
Dengan,
F1 = gaya pada permukaan A1 (N)
F2 = gaya pada permukaan A2 (N)
A1 = luas permukaan 1 (m2)
A2 = luas permukaan 2 (m2)
d1 = diameter permukaan 1 (m)
d2 = diameter permukaan 2 (m) d. Hukum Archimedes
Ketika kita mencelupkan sebuah benda ke dalam air, benda tersebut akan mengalami suatu gaya yang arahnya ke atas permukaan air seperti terlihat pada Gambar 2.3. Fenomena ini berkaitan dengan Hukum Archimedes menyatakan bahwa “gaya ke atas pada suatu benda yang dicelupkan dalam sebuah fluida
sama dengan berat fluida yang dipindahkan oleh benda tersebut.” Gaya yang
arahnya menuju permukaan air ini disebut sebagai gaya apung. Gaya apung (FA)
dialami benda jika seluruh volume benda tercelup ke dalam zat cair memenuhi persamaan berikut menurut Giancoli, 2014: 330:
FA = gVb …(6)
Dimana = Massa jenis zat cair
Gambar 2.3 Benda yang tercelup dalam Fluida akan mengalami gaya angkat
keatas
e. Meniskus dan Tegangan Permukaan
Menurut Abdullah (2016) Meniskus adalah bentuk permukaan zat cair dalam suatu pipa, yaitu cekung atau cembung. Semakin sempit suatu pipa (pembuluh) maka akan semakin jelas kelengkungannya
Gambar 2.4 Menikus cekung
Gambar 2.5 Menikus cembung
Kohesi adalah gaya tarik menarik antara partikel-partikel suatu zat yang sejenis. Semakin kuat kohesi maka semakin kuat suatu benda (tidak mudah berubah bentuk). Kohesi molekul-molekul zat padat lebih besar dari kohesi molekul-molekul zat cair dan gas. Gaya tarik menarik yang terjadi pada air merupakan salah satu contoh fenomena kohesi. Adhesi adalah gaya tarik menarik antara partikel-partikel dari zat yang berbeda/tak sejenis.
Contoh fenomena adanya adhesi adalah kapur tulis yang melekat pada papan. Sebagai akibat dari adanya kohesi zat cair dan adhesi antara zat cair-udara
diluar permukaannya maka pada permukaan zat cair selalu terjadi terjadi tegangan yang disebut tegangan permukaan. Adanya tegangan permukaan ini menyebabkan nyamuk, jarum, dan pisau silet dapat terapung di permukaan zat cair meskipun massa jenisnya lebih besar dari zat cair.
Tegangan permukaan dapat dirumuskan sebagai berikut (Young & Freedman, 2002: 433):
…(7)
Dengan,
= tegangan permukaan zat cair (N/m)
F = gaya yang bekerja (N)
L = panjang batas antara benda dengan permukaan zat cair (m)
f. Kapilaritas
Kapilaritas adalah gejala turun atau naiknya zat cair dalam pembuluh yang sempit jika pembuluh yang kedua ujungnya terbuka ini dimasukkan tegak lurus de dalam bak yang berisi zat cair. Pembuluh sempit ini disebut pipa kapiler.
Kenaikan atau penurunan permukaan zat cair dalam kapiler dapat dirumuskan
sebagai berikut (Young & Freedman, 2002: 433):
…(8)
Dengan,
y = Kenaikan/penurunan permukaan zat cair dalam kapiler (m) = sudut kontak
= massa jenis zat cair (kg
/m³)
g = percepatan gravitasi (m/s²)
g. Viskositas
Jika kekentalan (viskositas) suatu fluida tidak diabaikan, maka akan muncul gaya gesek ke atas disamping gaya Archimedes pada benda. Gaya gesek inilah yang dikenal dengan Hukum Stokes, yang memenuhi persamaan sebagai berikut menurut Soedojo, 2004: 49:
F = 6 …(9)
Dengan,
= Koefisien Kekentalan (viskositas) r = Jari-jari berupa bola
Hasil Percobaan menunjukan jika suatu benda dimasukan ke dalam suatu fluida kental maka kecepatan benda di dalam fluida semakin besar sampai mencapai kecepatan terbesar yang konstan. Kecepatan yang konstan inilah yang dinamakan kecepatan termal ( ).
Gambar 2.6 Gerak benda dalam Zat cair Kental
Berdasarkan skema di atas, diperoleh persamaan menurut Abdullah (2016):
W = FA + Ff → Ff = W - FA
6 = g Vb ( - )