• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA MEMBACA PERMULAAN DI KELAS I DI SDN. NO 3 MELI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LATIHAN TERBIMBING MAS AYU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA MEMBACA PERMULAAN DI KELAS I DI SDN. NO 3 MELI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LATIHAN TERBIMBING MAS AYU"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 5 ISSN 2354-614X

1 PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA MEMBACA PERMULAAN DI

KELAS I DI SDN. NO 3 MELI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LATIHAN TERBIMBING

MAS’AYU

Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

ABSTRAK

This research aimed at increasing students’ ability in Pre-reading activity at the first grade students of SDN No.3 Meli through guided method. The design of this research was Classroom Action Research (CAR). The sample of the research was 20 students of the first graders of SDN No.3 Meli; 9 males and 11 females. The research was conducted in two cycles; the first cycle only reached 60%, while the second one was 95%. The standard of classical learning achievement was 80%. This result was gained from observation result of learning process based on observation checklists, and it showed that the second cycle was successful since it fulfilled the requirement of research standard. Then, the researcher concluded that the use of Guided Method can increase the ability of the first grade students of SDN No.3 Meli in Pre-reading activity.

Keywords: Pre-reading activity, Guided Method.

A. PENDAHULUAN

Salah satu keterampilan yang harus dimiliki seorang siswa adalah membaca, dalam perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat cepat seperti sekarang ini terasa sekali bahwa membaca boleh dikatakan sangatlah penting bagi kehidupan manusia. Berbagai informasi sebagian besar disampaikan melalui media cetak, sehingga terdapat kemungkinan suatu saat kegiatan membaca akan menjadi kebutuhan hidup sehari – hari seperti terdapat dinegara - negara maju lainnya.

Tujuan pembelajaran pada tahap membaca permulaan di kelas 1 SD terutama ditekankan pada kemampuan membaca teknik yang masi terbatas pada ketepatan lafal dan intonasi bahasa. Sejalan dengan tujuan tersebut, alat evaluasi yang harus digunakan haruslah dapat mengukur

(2)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 5 ISSN 2354-614X

2 kemampuan siswa. Melalui pembelajaran membaca, Siswa di harapkan mampu menyuarakan tulisan dengan lafal dan intonasi yang tepat.

Berdasarkan hasil observasi diperoleh informasi bahwa dalam proses pembelajaran Di SDN. No. 3 Meli, membaca merupakan keterampilan berbahasa yang di anggap sulit dan masih tergolong rendah. Hal ini di pengaruhi karna faktor kesiapan siswa dalam mengikuti materi. Ini disebabkan karna terbatasnya alat Dan bahan mengajar dan terkadang juga disebabkan karna guru tidak tepat dalam memilih pendekatan selama pembelajara membaca. Sehingga siswa kurang bersemangat mengikuti pelajaran.untuk mengatasi hal tersebut salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menggunakan Metode Latihan Terbimbing.

Berdasarkan latar belakang yang di kemukakan di atas, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan Judul “ Peningkatan Kemampuan Siswa Membaca Permulaan di Kelas I di SDN No. 3 Meli Dengan Menggunakan Metode Latihan Terbimbing”.

Berdasarkan Apa rumusan masalah yang telah di uraikan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian di kemukakan “ Apakah benar dengan menggunakan Metode LatihanTerbimbing dapat meningkatkan kemampuan siswa membaca permulaan di kelas I di SDN.No. 3 Meli ?

Tujuan yang hendak di capai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil penggunaan Metode Pembelajaran terbimbing dalam pembelajaran membaca permulaan untuk peningkatan kemampuan siswa membaca permulaan di kelas I di SDN No. 3 Meli.

Penelitian inidapat memberi manfaat sebaagai berikut :

1. Bagi Siswa, Dapat membaca dengan lafal dan intonasi dengan tepat. 2. Bagi Peneliti, Dapat mengatasi kesulitan membaca siswa sejak dini.

3. Bagi Guru, Dapat memotivasi guru – guru dalam pengembangan strategi pembelajaran di kelas, khusunya memaksimalkan kemampuan membaca siswa.

4. Bagi Sekolah, Dapat meningkatkan mutu pendidikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah Dasar, Khususnya SDN NO.3 MELI.

(3)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 5 ISSN 2354-614X

3 Membaca adalah kegiatan mengamati dan memahami kata – kata yang tertulis dan memberikan makna terhadap kata – kata tersebut berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki. (Syafi’e,1994:6:7) Membaca adalah suatu proses yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis (Tarigan,1984:7). Pengertian lain dari membaca adalah suatu proses kegiatan mencocokkan huruf atau melafalkan lambang – lambang bahasa tulis. Membaca adalah suatu kegiatan atau cara dalam mengupayakan pembinaan daya nalar, dengan membaca, seseorang secara tidak langsung sudah mengumpulkan kata demi kata dalam mengaitkan maksud dan arah bacaannya dan pada akhirnya pembaca dapat menyumpilkan suatu hal dengan nalar yang di milikinya (Tampubolon,1987:6).

Harja Sujana ( 1996 : 4 ) Mengemukakan bahwa membaca bukanlah proses tunggal melainkan sintesis dari berbagai proses yang kemudian berakumulasi pada suatu perbuatan tunggal, membaca di artikan sebagai pengucapan kata-kata mengidentifikasi kata dengan mencari arti dari sebuah teks. Membaca di awali dari struktur luar bahasa yang terlihat oleh kemampuan visual untuk mendapatkan makna yang terdapat dalam struktur bahasa, Dengan kata lain, membaca berarti menggunakan struktur dalam untuk menginterpretasikan struktur luar yang terdiri dari kata – kata dalam sebuah teks.

Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) adalah metode yang disediakan untuk belajar membaca dan menulis permulaan di kelas permulaan SD. Dalam proses operasionalnya metode SAS mempunyai langkah-langkah berlandaskan operasional dengan urutan: Struktural metampilkan keseluruhan; Analitik melakukan proses penguraian; Sintetik melakukan penggabungan kembali kepada bentuk struktural semula. Metode SAS berlandaskan beberapa prinsip, yaitu prinsip lingustik (ilmu bahasa) yang memandang satuan bahasa terkecil untuk berkomunikasi adalah kalimat. Kalimat dibentuk oleh satuan-satuan bahasa di bawahnya yakni kata, suku kata, dan fonem (huruf-huruf); metode SAS juga mempertimbangkan pengalaman berbahasa anak. Oleh karena itu, pengajaran akan lebih bermakna bagi anak karena bertolak dari sesuatu yang dikenal dan diketahui anak. Hal ini akan memberikan dampak positif terhadap daya ingat dan pemahaman anak; prinsip inkuiri (mentemukan sendiri). Anak mengenal dan memahami sesuatu berdasarkan hasil temuannya sendiri. Sikap seperti ini akan membantu anak dalam mencapai keberhasilan belajar (Solchan, dkk., 2010).

(4)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 5 ISSN 2354-614X

4 Akhadiah, Arsjad, Ridwan, Zulfahnur dan Mukti menambahkan ada beberapa alasan yang mendasari penggunaan metode SAS antara lain: a) Pada dasarnya bahasa merupakan ucapan bukan tulisan; b) Unsur bahasa terkecil yang bermakna adalah kata; c) Setiap bahasa mempunyai struktur bahasa yang berbeda dengan bahasa lain; d) Pada awal sekolah setiap anak telah menguasai bahasa ibu; e) Bahasa ibu dikuasai siswa tanpa kesadaran tentang aturan-aturan dalam bahasa tersebut; f) Potensi berbahasa siswa perlu dikembangkan; dan g) Dalam mengamati sesuatu, manusia lebih dulu melihat strukturnya atau sosok keseluruhannya; h) Setiap siswa pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu, sehingga ia ingin mengupas, merusak, atau membongkar sesuatu (1991/1992: 34).

Menurut Roestiyah (2008:125), ”Metode latihan adalah suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, agar siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari”.

Metode latihan terbimbing adalah cara guru dalam memberikan pengajaran melalui kegiatan latihan yang disertaidengan bimbingan guru.

Metode mengajar latihan terbimbing biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa:

1. Memiliki keterampilan Motoris/gerak; seperti mengucapkan kata-kata. 2. Mengembangkan kecakapan intelek; seperti penguasaan tanda baca

3. Memiliki kemampuan menghubungkan antara suatu keadaan dengan hal lain;

Dalam penggunaan metode latihan agar berhasil guna dan berdaya guna perlu ditanamkan seperti sebagai berikut:

1. Tentang sifat-sifat suatu latihan, bahwa setiap latihan harus selalu berbeda dengan latihan sebelumnya, hal itu disebabkan karena situasi dan pengaruh latihan lalu berbeda juga. Bila situasi latihan berubah, timbul tantangan yang dihadapi berlainan dengan situasi berlainan sebelumnya, maka memerlukan tanggaapan/sambutan yang berbeda pula.

(5)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 5 ISSN 2354-614X

5 2. Persiapan sebelum memasuki latihan, guru harus memberikan pengertian dan perumusan tujuan yang jelas bagi siswa, sehingga mereka mengerti dan memahami apa tujuan latihan dan bagaimana kaitannya dengan pelajaran lain yang diterimanya.

B. METODE PENELITIAN

Rancangan ini terdiri atas dua siklus, setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai yaitu kemampuan siswa dalam membacapermulaan Setiap siklus terdiri atas beberapa tahap. Secara garis besar dapat dilihat pada gambar yang mengacu pada model yang dikemukakan oleh kemmis dan taggart (Wardhani, 2007:425)

Keterangan : O : Perencanaan 1 : Rencanasiklus I 2 : Pelaksanaansiklus I 3 : Observasisiklus I 4 : Refleksisiklus I 5 : Rencanasiklus II 6 : Pelaksanaansiklus II 7 : Observasisiklus II 8 : Refleksi a : Siklus I

(6)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 5 ISSN 2354-614X

6 Gambar.1. Diagram penelitian dari model Kemmis dan Mc. Taggart,( Arikunto. S. dalam Wardhani 2013: 21)

Penelitian ini dilakukan di kelas 1 SDN No 3 Meli. Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas satu dengan jumlah 20 siswa, yang terdiri atas 9 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.

Lokasi penelitaian ini dipilih berdasarkan pengalaman peneliti yang sekaligus guru kelas satu yang menyatakan adanya masalah yang dihadapi siswa pada pelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam membaca.

Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dengan perubahan tingkah laku yang ingin dicapai yaitu kemuan siswa dalam menulis. Tahapan tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian meliputi: a). Perencanaan tindakan, b). Pelaksaan tindakan, c). Observasi dan d). Refleksi.

Teknik yang digunakan dalam menganalisis data untuk mementukan persentase ketuntasan belajar siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

(7)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 5 ISSN 2354-614X

7 a. Daya serap Individu

% Daya serap individu = skor yang diperoleh

𝑠𝑘𝑜𝑟𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙𝑡𝑒𝑠 x 100%

Suatu kelas dikatakan tuntas belajar secara individu jika persentase daya serap individu sekurang- kuarangnya 65%

b. Ketuntasan Belajar Klasikal

Persentase ketuntasan klasikal =banyaknya siswa yang tuntas belajar

𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢𝑛𝑦𝑎 x 100%

Suatu kelas dikatakan tuntas belajar jika sekurang-kurangnya 80% c. Daya Serap Klasikal

Daya Serap Klasikal = 𝑥 = skor total peserta tes

skor ideal seluruh tes x 100%

Seluruh kelas dikatakan tuntas belajar jika sekurang-kurangnya 80% siswa telah tuntas belajar secara individu . (Depdiknas, 2004)

Untuk analisis data proses siswa dalam belajar dan hasil observasi, guru menggunakan analisis persentase skor. Untuk indikator sangat baik diberi skor 4, baik diberi skor 3, sedangkan cukup diberi skor 2, dan kurang diberi skor 1. Selanjutnya dihitung persentase rata-rata dengan rumus :

Persentase Nilai rata-rata (NR) = jumlah skor

skor maksimal x 100%

Kriteria taraf keberhaslan tindakan dapat ditentukan yaitu : NR ≥ 75% : sangat baik

NR 50% - 74% : baik NR 25% - 49% : cukup baik NR 0% - 24% : kurang baik

Hal yang dijadikan sebagai indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas atau PTK adalah apabilah dat yang diperoleh telah menunjukan adanya perolehan hasil evaluasi maksimal selama penelitian tindakan pada siswa kelas 1 SDN No 3 Meli dengan kriteria apabila indikator kuantitatifnya menunjukan daya serap individual 65% dan daya serap klasikal serta ketuntasan

(8)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 5 ISSN 2354-614X

8 belajar klasikal rata-rata 80%. Dan hasil observasi ktivitas guru dan siswa berada dalam kategori baik.

C. HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil observasi kegiatan guru pada siklus I dapat disimpulkan bahwa kegiatan guru dalam pembelajaran belum berhasil dengan baik. Hal ini berdasarkan atas nilai rata-rata yang diperoleh guru berada dalam kategori nilai 50-65 atau dalam ketegori cukup, belum sesuai dengan indikator keberhasilan kualitatif. Pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jika dalam proses pembelajaran diperoleh hasil observasi aktivitas guru berdasarkan lembar observasi menimal rata-rata dalam ketegori baik.

Berdasarkan hasil observasi kegiatan siswa pada siklus I, dapat disimpulkan bahwa kegiatan siswa belum sesuai dengan tujuan yang dihaparkan hal ini dapat dilihat dari hasil observasi hasil kegiatan siswa dalam pembelajaran memperoleh nilai rata-rata dalam kategori cukup, belum sesuai dengan indikator keberhasilan kualitatif pembelajaran yang ditentukan dalam penelitian ini yaitu jika dalam proses pembelajaran diperoleh hasil observasi aktivitas siswa berdasarkan nomor observasi minimal rata-rata dalam kategori baik dalam hasil tes evaluasi siswa pada siklus I.

Berdasarkan hasil observasi kegiatan guru pada siklus I dapat disimpulkan bahwa kegiatan guru dalam pembelajaran belum berhasil dengan baik. Hal ini berdasarkan atas nilai rata-rata yang diperoleh guru berada dalam kategori nilai 50-65 atau dalam ketegori cukup, belum sesuai dengan indikator keberhasilan kualitatif. Pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jika dalam proses pembelajaran diperoleh hasil observasi aktivitas guru berdasarkan lembar observasi menimal rata-rata dalam ketegori baik.

Berdasarkan hasil observasi kegiatan siswa pada siklus I, dapat disimpulkan bahwa kegiatan siswa belum sesuai dengan tujuan yang dihaparkan hal ini dapat dilihat dari hasil observasi hasil kegiatan siswa dalam pembelajaran memperoleh nilai rata-rata dalam kategori cukup belum sesuai dengan indikator keberhasilan kualitatif pembelajaran yang ditentukan dalam penelitian ini yaitu jika dalam proses pembelajaran diperoleh hasil observasi aktivitas siswa berdasarkan nomor observasi minimal rata-rata dalam kategori baik.

(9)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 5 ISSN 2354-614X

9 Tabel 1.1 Hasil Tes Evaluasi Kemampuan Membaca Permulaan siswa Siklus I

No Nama Siswa

Aspek penilaian Skor Keterangan

Lafal intonasi kelancaran Skor Perolehan Nilai Ketuntasan 3 2 1 3 2 1 3 2 1 T TT 1 Fahri 1 1 1 3 33 Tidak 2 Farel 3 2 3 8 89  3 Rafal 1 1 1 3 33 Tidak 4 Rafil 1 1 1 3 33 Tidak 5 Andika 3 3 2 7 78  6 Nabil 1 1 1 3 33 Tidak 7 Rian 3 2 2 7 78  8 Fauzan 3 2 2 7 78  9 Agusalim 3 2 2 7 78  10 Annisa Suci 3 2 3 8 89  11 Fersalina 3 2 2 7 78  12 Lilis 2 1 1 4 44 Tidak 13 Marsya 3 2 2 7 78  14 Sitti 2 2 1 5 55 Tidak 15 Fitriani 2 1 1 4 44 Tidak 16 Aura 3 2 3 7 78  17 Sherly 1 1 1 3 33 Tidak 18 Almira 3 2 2 7 78  19 Aulia 3 2 2 7 78  20 Magfirli 3 2 3 8 89  Jumlah 37 34 36 107

Skor maksimal tes 51 51 51 153

Daya serap klasikal 107/153x100 69.94

Presentase (%) 12/20x100 60

Berdasarkan tabel tes hasil evaluasi pada pembelajaran siklus I, diperoleh daya serap klasikal 69,94 % dan ketuntasan belajar klasikal 60% dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil kegiatan pembelajaran siklus I belum berhasil.

Berdasarkan hasil refleksi diatas, disimpulkan bahwa pembelajaran sisklus I siswa belum memahami materi tentang membaca permulaan. Dengan kata laintujuan pembelajaran pada siklus I belum tercapai sesuai dengan kriteria keberhasilan tindakan. Beberapa kegiatan siswa yang amati oleh teman sejawat/observer yang menjadi kekurangan pada siklus I adalah intensitas pertanyaan siswa kepada guru, kemampuan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan, dan usaha dalam mendengarkan dan mengutarakan pendapat. Pada tindakan siklus I daya serap klasikal mencapai 69,94% dan ketuntasan belajar klasikal 60%. Hasil kegiatan pembelajaran

(10)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 5 ISSN 2354-614X

10 siklus I belum berhasil, karena belum memenuhi indikator keberhasilan dengan nilai rata-rata daya serap klasikal minimal 70% dan ketuntasan belajar klasikal memperoleh nilai minimal 80%. Oleh karena itu, perbaikan pembelajaran dilakukan pada siklus II dengan memperhatikan (1) siswa yang berkemampuan rendah, (2) meningkatkan aktivitas siswa, dan (3) memberikan waktu yang cukup untuk menyelesaikan tugas membaca permulaan.

Tahapan yang dilaksanakann pada siklus II tidak berbeda dengan siklus I, meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi/pengamatan, dan refleksi.

Berdasarkan hasil obesrvasi kegiatan guru pada siklus II, dapat disimpulkan bahwa kegitan guru dalam pembelajaran berhasil dengan baik. Hal ini berdasarkan nilai rata-rata yang deperoleh guru memperoleh rata-rata dalam kategori sangat baik sesuai dengan indikator keberhasilan kualitatif pembelajaran yang digunakan dalam penelitaian ini yaitu jika dalam proses pembelajaran diperoleh hasil observasi aktivitas guru berdasarkan lembar observasi minimal rata-rata dalam kategori baik.

Berdasarkan hasil observasi kegiatan siswa pada siklus II, dapat disimpulkan bahwa kegiatan siswa telah sesuai dengan tujuan yang telah diharapkan. Hal ini dilihat dari hasil observasi kegiatan siswa dalam pembelajaran memperoleh nilai rata-rata dalam kategori sangat baik, sesuai dengan indikator keberhasilan kualitatif. Pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu jika dalam proses pembelajaran diperoleh hasil observasi aktivitas siswa berdasarkan lembar observasi minimal rata-rata dalam kategori baik. Data hasil tes evaluasi siswa siklus II disajikan pada tabel 1.2 berikut ini.

(11)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 5 ISSN 2354-614X

11 Tabel 1.2 Hasil Tes Kemampuan Membaca Permulaan siswa Siklus II

No Nama Siswa

Aspek penilaian Skor Keterangan

Lafal intonasi kelancaran Skor Perolehan Nilai Ketuntasan 3 2 1 3 2 1 3 2 1 T TT 1 Fahri 2 2 1 5 55 Tidak 2 Farel 3 2 3 8 89  3 Rafal 3 2 2 7 78  4 Rafil 3 2 3 8 89  5 Andika 3 3 2 7 78  6 Nabil 3 2 2 7 78  7 Rian 3 2 2 7 78  8 Fauzan 3 2 2 7 78  9 Agusalim 3 2 2 7 78  10 Annisa Suci 3 2 3 8 89  11 Fersalina 3 2 3 8 89  12 Lilis 3 2 2 7 78  13 Marsya 3 2 2 7 78  14 Sitti 3 2 2 7 78  15 Fitriani 3 2 2 7 78  16 Aura 3 2 3 7 78  17 Sherly 3 2 2 7 78  18 Almira 3 2 2 7 78  19 Aulia 3 2 2 7 78  20 Magfirli 3 2 3 8 89  Jumlah 59 41 45 145

Skor maksimal tes 51 51 51 153

Daya serap klasikal 145/153x100 94.78

Presentase (%) 19/20x100 95

Berdasarkan hasil observasi kegiatan siswa pada siklus II dapat disimpulkan bahwa kegiatan siswa telah sesuai dengan tujuan yang telah diharapkan. Hal ini dilihat dari hasil observasi kegiatan siswa dalam pembelajaran memperoleh nilai rata-rata dalam kategori sangat baik, sesuai dengan indikator keberhasilan kualitatif. Pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu jika dalam proses pembelajaran diperoleh hasil observasi aktivitas siswa berdasarkan lembar observasi minimal rata-rata dalam kategori baik.

(12)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 5 ISSN 2354-614X

12 Berdasarkan hasil tes evaluasi pada pembelajaran siklus II diperoleh daya serap klasikal 94,78% dan ketuntasan belajar klasikal 95%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil kegiatan pembelajaran siklus II telah berhasil, sesuai dengan indikator keberhasilan.

Tujuan peneliatian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil penggunaan metode pembelajaran terbimbing dalam membaca permulaan untuk peningkatan kemampuan siswa membaca permulaan di kelas 1 SDN No. 3 Meli. Sebaiknya ditelaah kembali rumusan masalah yaitu apakah benar dengan menggunakan metode latihan terbimbing dapat meningkatkan kemampuan siswa membaca permulaan dikelas 1 di SDN No. 3 Meli ? pada penelitian ini perbaikan pembelajaran dilakukan dalam 2 siklus kegiatan yakni siklus I dan siklus II. Pada setiap siklus pembelajaran menggunakan metode pembelajaran latihan terbimbing yang dengan metode pembelajaran SAS (Struktula Analisis Sintetik) dengan kegiatan pembelajaran terdiri atas : perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Setiap siklus senantiasa mengikjuti tahapan tersebut. Pada akhir pembelajaran dilaksanakan tes evaluasi.

Pelaksanaan siklus I dengan menggunakan metode latihan terbimbing yang dipadukan dengan metode SAS (Struktural Analisis Sintetik) dengan kegiatan pembelajaran secara umum telah berjalan dengan lancar dan menunjukan nilai rendah. Kegiatan guru dalam pembelajaran pada siklus I memperoleh nilai rata-rata dalam kategori cukup. Beberapa kegiatan guru yang diamati oleh teman sejawat/observer yang mendapat nilai cukup adalah member apersepsi memberi motivasi, penampilan guru, keterampilan menjelaskan, dan teknik bertanya. Kegiatan guru dalam mempelajari nilai baik adalah memberikan contoh kata, memberikan kesempatan bertanya kepada siswa, membuat rencana pembelajaran, menjelaskan tujuan pembelajaran yang dicapai dan memberikan peluan kepada siswa menunjukkan hasil kerja mereka. Untuk kegiatan siswa pada pembelajaran siklus I memperoleh nilai rata-rata dalam kategori cukup. Beberapa kegiatan siswa yang diamati oleh teman sejawat/observer mendapat nilai cukup adalah keaktifan menjawab pertanyaan, kemampuan mengerjakan tugas/latihan secara individu dirumah dan disekolah, kemampuan siswa dalam menerima pelajaran. Kegiatan siswa dalam pembelajaran yang mendapat nilai baik adalah kesiapan siswa mengikuti pelajaran dikelas, keaktifan siswa mengikuti pelajaran, kemampuan siswa dalam menanggapi pelajaran yang diberikan guru, kesungguhan mengerjakan latihan secara kelompok disekolah. Hal ini disebapkan pengguaan

(13)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 5 ISSN 2354-614X

13 metode latihan terbimbing masih kurang efektif dalam memberikan kecakapan kepada siswa untuk membentuk pengetahuan dan mempermudah pemahaman suatu pelajaran khususnya pada materi membaca permulaan. Pada tindakan siklus I daya serap mencapai 69,94% dan ketuntasan belajar klasikan 60%. Oleh karena itu hasil kegiatan pembelajaran siklus I belum dikategorikan belum berhasil karena belum memenuhi indikator keberhasilan dengan nilai rata-rata daya serap klasikal 70% dan ketuntasan belajar klasikal memperoleh minimal 80%. Untuk selanjutnya dilakukan perbaikan pada pelaksanaan pembelajaran siklus II.

Pembelajaran siklus II mengguanakan metode latihan terbimbing yang dipadukan dengan metode SAS (Struktural Analisis Sintetik) berjalan lancar, lebih efektif dan menunjukan peningkatan. Kegiatan guru dalam pembelajaran pada siklus II memperoleh nilai rata-rata dalam kategori sangat baik. Beberapa kegiatan guru yang diamati oleh teman sejawat yang mendapatkan nilai baik adalah teknik dan variasi pertanyaan untuk menggali pengetahuan siswa tentang materi yang akan diajarkan, menciptakan suasana belajar komunikatif dan menyenangkan memberikan contoh kata, memberikan tugas latihan pada siswa dengan petunjuk sangat jelas, memberikan kesempatan pada siswa untuk membaca secara benar, mempersiapkan setiap siswa. Untuk kegiatan siswa pada pembelajaran siklus II memperoleh nilai rata-rata dalam ketegori sangat baik. Yang diamati oleh teman sejawat/ observer yang mendapatkan nilai baik adalah keakttifan menjawab pertanyaan kemampuan mengerjakan tugas latihan individu dirumah dan disekolah, keaktifan mengajukan pertanyaan kepada guru, kemampuan menerima materi pelajaran. Keikutsertaan siswa dalam mengelola pembelajaran menunjukkan peningkatan yang berarti siswa telah mampu menunjukkan pemahaman tentang membaca permulaan dengan membentuk pemahaman sampai pada bagian pendukung yang mempunyai hubungan satu sama lain. Pada siklus II siswa tidak ragu-ragu lagi dalam menyelesaikan tugas membaca permulaan dengan baik. Aktivitas guru dan siswa pada siklus II lebih baik dari pada siklus I.

Pada pembelajaran siklus II diperoleh daya serap klasikal 94,78% dan ketuntasan belajar klasikal 95%. Hal ini berarti pembelajaran siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan dengan nilai rata-rata klasikal diatas 70% dan ketuntasan belajar klasikan memperoleh nilai diatas 80%.

(14)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 5 ISSN 2354-614X

14 Berdasarkan rata-rata daya serap klasikal dan ketuntasan belajar klasikal pada siklus II, maka pembelajaran melalui metode latihan terbimbing dapat meningkatkan kempuan siswa membaca pada materi membaca permulaan.

D. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil tes evaluasi pada siklus I dengan jumlah siswa sebanyak 20 orang diperoleh siswa yang tuntas sebanyak 12 orang dan 8 orang belum tuntas dengan persentase ketuntasan belajar klasikal 60% dan persentasi daya serap klasikal sebesar 69,94%. Pada siklus II siswa yang tuntas sebanyak 19 orang dan terdapat 1 orang yang tidak tuntas dengan persentasi ketuntasan belajar klasikal 95% dengan ketuntasan daya serap klasikal sebesar 94,78%. Pada siklus I ke siklus II ketuntasan belajar klasikal mengalami peningkatan sebanyak 35% dan daya serap klasikal mengalami peningkatan sebanyak 24,8%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan metode pembelajaran terbimbing dapat meningkatan kemampuan membaca permulaan siswa kelas 1 SDN No.3 Meli.

Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian ini ada beberapa saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Metode latihan terbimbing yang dipadukan dengan metode pembelajaran SAS (Struktural Analisis Sintetik) dapat dipertimbangan dipergunakan sebagai salah satu metode pembelajaran di SD, khususnya pada materi membaca permulaan.

2. Pentingnya setiap guru untuk menerapkan metode latihan terbimbing yang dipadukan dengan metode pembelajaran SAS (Stuktural Analisis Sintetik) sebagai salah satu metode yang digunakan dalam pembelajaran.

(15)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 5 ISSN 2354-614X

15 E. DAFTAR RUJUKAN

Akhadiah, M. K. S, Arsjad, M. G., Ridwan, S. K., Zulfahnur Z.F., & Mukti, U.S. (1991/1992). Bahasa Indonesia I. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Kependidikan

Arikunto. S. ( Wardhani 2013 : 21 ).

Darmiyanti, V.S -2013, Membaca Dalam Teori dan Praktik.

Harjasujana A.s (1996) Membaca.2. Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Rofi’uddin, (1998) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dikelas Tinggi. Jakarta. Depdikbud.

Roestiyah. (2008:125) Strategi Belajar Mengajar. Jakarta Rineka Cipta.

Solchan, T. W, Mulyati, Y., Syarif, M., Yunus, M., Werdiningsih, E. & Pramuki, B. E. (2010). Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Jakarta: Universitas Terbuka

Syafi’e (1994:67). Tampubolon, 1987.’6.

Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

(16)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 5 ISSN 2354-614X

16 Http://www.KajianPustaka.com/2015/01/28/Pengertian dan Hakikat Membaca. Httml.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data hasil analisis pada siklus I dan II, baik dari hasil evaluasi dan hasil observasi kegiatan guru dan siswa maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode membaca

Berdasarkan hasil dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penggunaan media flash card dapat meningkatkan proses dan hasil

Dari hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II, kegiatan pembelajaran sudah dapat berjalan dengan baik, dimana hasil observasi kemampuan membaca permulaan

Tujuan membaca permulaan kelas satu dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sesuai dengan tujuan Kompetensi Dasar, yaitu siswa dapat membaca nyaring kata-kata dan

Dari hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II, kegiatan pembelajaran sudah dapat berjalan dengan baik, dimana hasil observasi kemampuan membaca permulaan

Semua ini dilihat dari hasil tes siswa yang belum mencapai tujuan pengajaran.Dalam tahap pembelajaran ini dapat terlihat peneliti masih belum optimal dalam

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan selama tiga siklus. Pada tiap pentahapan siklus diupayakan dapat menghasilkan kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien. Dari hasil

Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata ketuntasan belajar pada siklus mencapai 80% berdasarkan data tabel berikut ini: Tabel 6 Rekapitulasi Kemampuan Membaca Permulaan Siswa