• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

v

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN

PERMAINAN BAHASA PADA SISWA KELAS I SD NEGERI MIJEN II

KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2007/2008

SKRIPSI

OLEH

SRI YANTI

X 7106033

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

v

2009

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN

PERMAINAN BAHASA PADA SISWA KELAS I SD NEGERI MIJEN II

KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2007/2008

Oleh

Sri Yanti

X 7106033

Skripsi

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan

Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Ilmu Pendidikan

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(3)

commit to user

v

2009

PERSETUJUAN

Skripsi:

“Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Permainan Bahasa Pada

Siswa Kelas I SD Negeri Mijen II Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran

2007/2008.”

Oleh :

Nama : Sri Yanti

NIM :

X7106033

telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing:

Pembimbing

I

Pembimbing

II

(4)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

v

NIP. 19510102 198003 1 003

NIP. 19670617 199203 1 002

PENGESAHAN

Skripsi:

“Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Permainan Bahasa Pada

Siswa Kelas I SD Negeri Mijen II Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran

2007/2008.”

Oleh :

Nama : Sri Yanti

NIM :

X7106033

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi

persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari

:

Tanggal :

Tim

Penguji

Skripsi

: Tanda

Tangan

Nama Terang

:

Ketua

: Drs. Kartono, M.Pd

1.

Sekretaris

: Drs. Hasan Mahfud, M.Pd.

2.

Anggota I

: Drs. Samino Sangaji, M.Pd. 3.

Anggota II

: Drs. Hartono, M.Hum

4.

Disahkan Oleh:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

(5)

commit to user

v

Prof. Dr.H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.

NIP. 19600727 198702 1 001

ABSTRAK

Sri Yanti. X7106033.

Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui

Permainan Bahasa pada Siswa Kelas I SD Negeri Mijen II Kecamatan Jebres

Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2007/2008.

Skripsi. Surakarta: Pendidikan Guru

Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret,

Desember 2009.

Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mengetahui bagaimana pelaksanaan

pembelajaran membaca permulaan dengan permainan bahasa pada siswa kelas I SD

Negeri Mijen II Kecamatan Jebres Kota Surakarta, (2) Mengetahui seberapa besar

permainan bahasa dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada siswa

kelas I SD Negeri Mijen II Kecamatan Jebres Kota Surakarta, (3) Mengetahui

hambatan-hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan pembelajaran membaca

permulaan dengan permainan bahasa pada siswa kelas I SD Negeri Mijen II

Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

Adapun metode penelitian tindakan kelas ini ditempuh dengan tiga siklus.

Setiap siklus terdiri atas tiga pertemuan dan meliputi empat tahap yaitu tahap

perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Tindakan dalam

setiap siklus dilakukan dengan cara permainan yang dapat diaplikasikan dalam

pembelajaran membaca permulaan dengan media pembelajaran berupa kartu huruf,

kartu suku kata, kartu kata, kartu kalimat, dan papan panel. Pembelajaran dilakukan

dengan permainan sehingga siswa akan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan

diakhiri dengan pemberian tugas sebagai evaluasi dan feed back disetiap pertemuan

dalam siklus.

Hasil yang diperoleh setelah penelitian tindakan kelas ini adalah (1)

Prosentase hasil observasi tentang keaktifan siswa dalam berpendapat, keaktifan

siswa dalam Tanya jawab, keaktifan siswa mengambil inisiatif dalam kelompok, dan

keaktifan siswa dalam menyelesaikan tugas siswa yang aktif pada siklus I 86,25%,

siklus II 88,75%, siklus III 91,67%. (2) Nilai rata-rata sebelum dilakukan tindakan

adalah 62,00 sedangkan setelah silkus I nilai rata-rata menjadi 68,14, siklus II nilai

rata-rata 75,45 dan pada siklus ketiga nilai rata-rata menjadi 77,41.

Simpulan dengan permainan bahasa terbukti dapat meningkatkan kemampuan

membaca permulaan bagi siswa kelas I SD Negeri Mijen II Kecamatan Jebres Kota

Surakarta. Oleh karena itu saran dari peneliti hendaknya guru menggunakan

permainan dalam melakukan pembelajaran membaca sehingga siswa tanpa disadari

telah melakukan aktivitas belajar membaca tanpa ada paksaan dan tekanan dari guru.

(6)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO

Harta tidak pernah ada cukupnya, dan keinginan tidak pernah ada habisnya. Bila

hanya dua hal yang kita kejar dapat dipastikan ….bahwa ketenangan dan kebahagiaan

justru akan menjauh, Sementara itu, ada ruh yang bisa bicara, ada hati yang bisa

berkata. Keduanya jangan sampai mati….sebelum jasad mati.

(Ust. Yusuf Mansur)

Jika kita mampu menikmati

setiap pekerjaan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab,

maka setiap hari pasti menjadi hari kerja yang membahagiakan.

(Andrie Wongso)

Anda akan sulit mencapai kebesaran yang diidamkan, jika terus mencemaskan

Hal-hal kecil, memikirkan yang remeh-remah,

Serta melakukan hal yang biasa-biasa saja.

(Mario Teguh Golden Ways)

(7)

commit to user

v

Dengan segenap rasa syukur yang

sedalam-dalamnya kepada Allah SWT karya ini saya

persembahkan kepada:

1.

Suamiku yang aku hormati dan aku cintai yang

telah memberi kesempatan dan dukungan yang

luar biasa untuk melanjutkan studiku.

2.

Orang tuaku yang dengan tulus memberi doa

restu atas studiku.

3.

Adik-adikku (d’ pujay n d’iput) yang telah

membantu selesainya skripsiku.

4.

Anak-anakku dan seluruh anggota keluargaku

(Kakak salma, Nabeel, Mincun) juga mbak Kus.

5.

Teman-teman S1 PGSD

6.

Almamaterku

(8)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

v

Puji syukur kehadirat Illahi Robbi yang telah memberikan nikmat dan

hidayah-Nya sehingga peneliti mempunyai kekuatan lahir dan batin untuk

menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini untuk memenuhi kewajiban sebagai

tugas akhir mahasiswa yang akan menyelesaikan jenjang pendidikannya di Perguruan

Tinggi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Adapun judul skripsi yang peneliti kemukakan adalah: “Peningkatan

Kemampuan Membaca Permulaan Dengan Permainan Bahasa pada Siswa Kelas I SD

Negeri Mijen II Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2007/2008”.

Dalam prosesi penyelesaian skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan

dukungan material maupun spiritual dari berbagai pihak.Oleh karena itu dalam

kesempatan ini peneliti akan menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada

yang terhormat:

1.

Prof. Dr. H. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan

ijin penulisan skripsi ini.

2.

Drs. R. Indianto, M. Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberikan ijin dan pengarahan penyusunan skripsi ini.

3.

Drs. Kartono, M. Pd selaku ketua program studi Pendidikan Guru Sekolah

Dasar, yang dengan perhatiannya memberikan bimbingan dan dorongan untuk

menyelesaikan tugas ini.

4.

Drs. Samino Sangaji, M. Pd. Selaku pembimbing I, yang dengan perhatiannya

memberikan bimbingan dan dorongan untuk menyelesaikan tugas ini.

5.

Drs.Hartono, M. Hum, selaku pembimbing II yang dengan penuh kesabaran

membimbing dan mengarahkan penulisan penelitian ini.

6.

Ch. Th. Supriyati, S. Pd Kepala SD Negeri Mijen II yang telah memberi ijin

untuk mengadakan penelitian dan secara terbuka membrikan berbagai bantuan

berupa data-data yang peneliti perlukan.

(9)

commit to user

v

7.

Bapak dan Ibu Dosen S1 PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret atas segala

jasanya yang tiada ternilai telah melancarkan studi penelitian ini.

8.

Teman-teman guru SD Negeri Mijen II yang telah dengan tulus ikhlas

membantu selesainya penelitian ini.

9.

Teman-teman seperjuanganku: Pak Tanto, Pak Maryadi, De’ Dyah, Mba’

Utami, Mba’ Warti, dan lain-lain.

10.

Segenap keluarga besarku: suamiku, orang tuaku, anak-anakku, adik-adikku,

mbak Kus yang tak henti-hentinya memberikan dukungan dan motivasi

kepadaku untuk menyelesaikan penelitian ini

Atas segala daya dan upaya, skripsi ini peneliti maknai sebagai sebuah karya.

Bersamaan dengan rasa bangga tersebut peneliti sadar betul bahwa tentulah hasil

penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan disebabkan karena keterbatasan pribadi

peneliti. Oleh karena itulah secara terbuka peneliti menerima kritik dan saran demi

kedalaman kajian dan kemanfaatan.

Harapan peneliti, hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

yang memerlukan.

Surakarta,

Desember

2009.

Peneliti

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ………...

i

(10)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

v

HALAMAN JUDUL ……….……..

ii

HALAMAN PERSETUJUAN ………

iii

HALAMAN PENGESAHAN ……….

iv

ABSTRAK ………..

v

HALAMAN MOTTO ………...

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ………..

vii

KATA PENGANTAR ……….

viii

DAFTAR ISI ………

x

DAFTAR GAMBAR ………...

xiii

DAFTAR TABEL ………

xiv

DAFTAR LAMPIRAN ………

xv

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……… 1

B. Identifikasi Masalah ……… 6

C. Pembatasan Masalah ………... 7

D. Perumusan Masalah ……… 7

E. Tujuan Penelitian ……… 7

F. Manfaat Penelitian ……….. 8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka ……… 9

1. Membaca Permulaan ……… 9

a. Pengertian Membaca Permulaan ……… 9

b. Pentingnya Pembelajaran Membaca Permulaan ………… 13

2. Permainan Bahasa ……… 13

a. Pengertian Permainan ………. 13

b. Pengertian Permainan Bahasa………... 15

c. Membaca Permulaan dengan Permainan Bahasa ……….. . 16

(11)

commit to user

v

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian ………. 23

1. Tempat Penelitian ……… 23

2. Waktu Penelitian ………. 24

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ………. 24

1. Bentuk Penelitian ………. 24

2. Strategi Penelitian ………... 25

a. Siklus I ……….. 25

b. Siklus II ……… 25

c. Siklus III ……… 26

C. Sumber Data ………... 27

D. Tehnik Pengumpulan Data ……… 27

E. Tehnik Analisis Data ………. 28

F. Prosedur Penelitian ……… 30

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ……….. 32

1. Sejarah Singkat SD Negeri Mijen II Surakarta ……… 32

2. Daftar Kepala SD Negeri Mijen II Surakarta ……….. 34

3. Profil Sekolah ……….. 34

4. Data Personal Siswa ……… 36

B. Deskripsi Sebelum Tindakan ………... 36

C. Deskripsi Tindakan……… ………... 37

1. Pelaksanaan Tindakan pada Siklus I ………. ………. 37

a. Perencanaan Tindakan ………. 37

b. Pelaksanaan Tindakan ………... 38

c. Observasi ………. 43

d. Refleksi ……… 52

(12)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

v

2. Pelaksanaan Tindakan pada Siklus II ………. 57

a. Perencanaan Tindakan ………. 57

b. Pelaksanaan Tindakan ………. 58

c. Observasi ………. 62

d. Refleksi ……… 69

3. Pelaksanaan Tindakan pada Siklus III ……… 73

a. Perencanaan Tindakan ………. 73

b. Pelaksanaan Tindakan ………. 73

c. Observasi ………. 75

d. Refleksi ……… 79

D. Temuan dan Hasil Tindakan……… ……… 81

1. Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan ……… 81

2. Jenis-jenis Permainan Bahasa dalam Membaca Permulaan ... 82

3. Hambatan-hambatan yang Ditemui dalam Permainan Bahasa ... 84

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A.

Simpulan ……….. 85

B.

Implikasi ……….. 86

C.

Saran ……… 86

DAFTAR PUSTAKA ………. 88

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1

Kerangka Pemikiran ……… 22

(13)

commit to user

v

Gambar 2

Bagan Tehnik Analisis Data...………. 30

Gambar 3

Bagan Prosedur Penelitian ……….

31

Gambar 4

Grafik Nilai Sebelum Tindakan Siklus I ………

48

Gambar 5

Grafik Nilai Setelah Tindakan Siklus I ……….

51

Gambar 6

Grafik Nilai Setelah Tindakan Siklus II ………

67

Gambar 7

Grafik Nilai Setelah Tindakan Siklus III ……….. 78

Gambar 8

Foto Dokumentasi Sebelum Tindakan pada Siklus I ………… 104

Gambar 9

Foto Dokumentasi Setelah Tindakan pada Siklus I……… 106

Gambar 9

Foto Dokumentasi Setelah Tindakan pada Siklus II …………. 129

Gambar 10

Foto Dokumentasi Setelah Tindakan pada Siklus III ………… 148

DAFTAR TABEL

Tabel 1

Daftar Nama Kepala SD Negeri Mijen II ……….. 34

(14)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

v

Tabel 2

Data Personal Siswa SD Negeri Mijen II ……….. 36

Tabel 3

Rekapitulasi Nilai Membaca Sebelum Tindakan Siklus I ………. 47

Tabel 4

Data Frekuensi Nilai Membaca Sebelum Tindakan Siklus I ……. 48

Tabel 5

Rekapitulasi Nilai Membaca Setelah Tindakan pada Siklus I ……. 49

Tabel 6

Data Frekuensi Nilai Membaca Setelah Tindakan Siklus I ………. 50

Tabel 7

Rekapitulasi nilai rata-rata sebelum dan setelah tindakan ……….. 51

Tabel 8

Prosentase nilai > 60,0 Sebelum dan Setelah Tindakan …………. 52

Tabel 9

Rekapitulasi Nilai Membaca Setelah Tindakan Siklus II ... 66

Tabel 10

Data Frekuensi Nilai Membaca Setelah Tindakan Siklus II ……... 67

Tabel 11

Rekapitulasi nilai rata-rata Siklus I dan Siklus II ……… 68

Tabel 12

Prosentase nilai > 60,0 Siklus I dan Siklus II ……….. 68

Tabel 13

Rekapitulasi Nilai Membaca Siklus III ………. 76

Tabel 14

Data Frekuensi Nilai Membaca Setelah Tindakan Siklus III …….. 77

Tabel 15

Nilai Rata-rata Membaca Sebelum Tindakan, Siklus I, Siklus II,

dan Siklus III ……….. 80

Tabel 16

Prosentase nilai > 60,0 Seblum Tindakan, Siklus I, Siklus II,

Dan Siklus III ... 81

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1a Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Sebelum Tindakan………. 90

Lampiran 1b Lembar Observasi Sebelum Tindakan………. 93

(15)

commit to user

v

Lampiran 1c Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tema Lingkungan ………. 94

Lampiran 2

Lembar Observasi Siklus I ……….. 103

Lampiran 3

Dokumentasi Pelaksanaan Pembelajaran Sebelum Tindakan…. 104

Lampiran 4

Dokumentasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ……… 106

Lampiran 5

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tema Aku dan Keluargaku …116

Lampiran 6

Lembar Observasi Siklus II ……… 128

Lampiran 7

Dokumentasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ……… 129

Lampiran 8

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tema Kesehatan ……… 142

Lampiran 9

Lembar Observasi Siklus III ……… 147

Lampiran 10 Dokumentasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ……… 148

DAFTAR PUSTAKA

Aslam Sumhudi M. 1988. Komposisi Disain Riset. Solo : Ramadhani.

Basuki Wibowo. 2003. Strategi Penelitian Tindakan kelas.

(16)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

v

Carin, Arthur A. 1993. Teaching Modern Science. Sixth Edition. New York. NY :

Maxwell Macmillan International

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-undang No. 20/2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

Dewey. Polito 1994.http;//mbahbrata-edu.blogspot.com.

Flavel. Carin. 1993. Prinsip-Prinsip Pieget dalam Pengajaran. http://www.google.com

Framberg. Berky. 2009

http://definicinta.blogspot.com

Kamus Besar Bahasa Indonsia. 1999. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Balai Pustaka.

Kartini Kartono. 1990. Pengantar Metodologi Riset Sosial. Bandung: Mandar Maju.

Martinis Yamin. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press &

Center for Learning Innovation.

Miles MB & Huberman A.M Penterjeman Tjejep Rohendi. 1994. Analisis Data

Kualitatif. Jakarta UI Press.

Moleong Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandug: Remaja

Rosdakarya.

Muhamad Ali. 1985. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung:

Angkasa.

Pellegrini dan Saracho. 1996. Prinsip-Prinsip Peaget dalam Pengajaran.

http://www.Google.com

Piaget. 1992. Prinsip Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

Semiawan, Conny.R. (2002). Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini.

Jakarta. PT. Ikrar Mandiri Abadi

Siti Fathonah. 2008. Peningkatan Keterampilan Membaca Permulaan pada Anak

yang Berkesulitan Belajar Melalui Remidial Teaching bagi Siswa Kelas II

MI Negeri Boyolali. Skripsi

(17)

commit to user

v

Sutopo HB. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif II. Surakarta: Universitas

Sebelas Maret Press.

Suwarti. 2008. Penggunaan Media Permainan Kreativitas Sebagai Upaya

Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas V SDN Kumpulrejo 02

Salatiga. Skripsi.

St Y. Slamet. (2007). Dasar-dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di

Sekolah Dasar. Surakarta : LPP UNS.

Syafi’ie, Imam. 1999. Pengajaran Membaca di Kelas-kelas Awal Sekolah Dasar

Wood. (1996) Pembelajaran Membaca Melalui Permainan.

http://mbahbrata

edu.blogspot.com

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA KOTA SURAKARTA

SD NEGERI MIJEN II

(18)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

v

Alamat: Jl. Kalimadahan No. 50 Jagalan, Jebres, Surakarta Telp. (0271) 648221

SURAT KETERANGAN

NOMOR: 421.2/786/SD/2008

Yang bertanda tangan di bawah ini kepala SD Negeri Mijen II Kecamatan Jebres

Kota Surakarta, menerangkan dengan sesungguhnya bahwa mahasiswa tersebut di

bawah ini:

N a m a

: Sri Yanti

N I M

: X7106033

Jurusan/ Program

: Ilmu Pendidikan/ S1 PGSD

Telah kami ijinkan melaksanakan research di SD Negeri Mijen II Kecamatan Jebres

Kota Surakarta dari bulan Pebruari sampai dengan Nopember 2008.

Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana

mestinya dan harap menjdikan makhlum adanya.

Surakarta,

5

Pebruari

2008

Kepala

SD

Negeri

Mijen

II

Ch. Th. Supriyati, S. Pd

(19)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rangka menghadapi era globalisasi, pemerintah Indonesia dewasa ini sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan disegala bidang. Pelaksanaan pembangunan tentunya tidak terlepas dari sumber daya manusia yang berkualitas, handal, dan memiliki potensi serta kecakapan dalam bidang tertentu yang menunjang tercapainya tujuan pembangunan nasional. Untuk mencetak sumber daya manusia seperti tersebut di atas, salah satu langkah yang ditempuh adalah peningkatan kualitas pendidikan nasional.

Secara jelas pemerintah Indonesia telah memberikan perhatian yang cukup besar terhadap dunia pendidikan. Terbukti dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Secara jelas tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang - undang No. 20 tahun 2003, dalam Bab II pasal 3 dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dengan mengacu pada fungsi pendidikan nasional di atas maka sistem pendidikan yang ada di Indonesia tidak hanya bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tetapi juga bertujuan untuk mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya dalam arti manusia yang bisa mencapai harkat atau tahap penemuan diri (self-actualization) yang paling tinggi sebagai makhluk Tuhan, yang ditandai dengan keseimbangan dan keselarasan antara kepentingan dunia dan akherat, jiwa dan raga, individu dan masyarakat, dalam hubungan manusia dengan alam dan Tuhannya, maupun dalam mengejar kemajuan jasmaniah dan kemajuan rohaniah.

Undang-undang Dasar 1945 yang sudah diamandemen Bab XIII tentang pendidikan dan kebudayaan pasal 31 ayat (1) Setiap warga negara berhak

(20)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

2

mendapat pendidikan; ayat (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya; ayat (3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Jelaslah bahwa warga negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan yang sistem pendidikanya diatur dengan undang-undang. Dengan demikian pemerintah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada warga negara untuk memperoleh pendidikan sesuai dengan urutan institusi yang ada yang dimulai sejak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), sampai Perguruan Tinggi (PT).

Pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar terdiri atas 6 kelas yang dimulai dari kelas rendah yaitu kelas I, II, III dan kelas tinggi yaitu kelas IV, V, VI. Untuk anak usia kelas rendah, terutama kelas I adalah fase yang sangat urgen dalam pembentukan atau pembangunan pengetahuannya mengenai dunia nyata, artinya mereka tidak bisa menerima begitu saja informasi secara pasif. Mereka memegang peranan aktif dalam menafsirkan informasi yang mereka dapat dari pengalaman dan mengadaptasikannya ke dalam khasanah pengetahuan yang mereka miliki sebelumnya. Dalam hubungannya dengan proses perkembangan belajar anak-anak usia sekolah dasar mempunyai kecenderungan-kecenderungan sebagai berikut: (1) Beranjak dari hal-hal yang konkrit; dan (2) Memandang sesuatu yang dipelajari adalah sebagai suatu keutuhan, terpadu dan melalui proses manipulatif yaitu proses mengotak-atik benda-benda konkrit dengan tangannya sambil membangun skemata yang bermakna di dalam khasanah kemampuannya.

Menurut Flavel (1985) dalam Carin (1993) dinyatakan bahwa anak-anak yang berbeda usia memiliki perkembangan kognitif yang berbeda. Sehingga dalam hal ini guru harus memahami betul tahapan-tahapan perkembangan kognitif anak di setiap fase perkembangannya. Dengan demikian guru dapat memberikan kontribusi yang tepat dalam perannya sebagai fasilitator, mediator, dan pembimbingan.

(21)

commit to user

Piaget (dalam Dworetzky, 1988) dinyatakan bahwa ada 4 tahap perkembangan kognitif anak-anak yaitu tahap sensomotorik (0-2 tahun), tahap praoperasional (2-7 tahun), dan tahap operasional formal (11-14 tahun) dengan catatan bahwa akhir tahap pra operasional disebut tahap intuitif yaitu antara usia 4-7 tahun. Mengacu pada pendapat Piaget tersebut dapat diketahui bahwa usia 4-7 tahun merupakan masa intuitif.

Mengutip pendapat Dr. St. Y. Slamet, M. Pd dan Drs. Suwarto, WA, M.Pd. menguraikan tentang intuitif sebagai berikut:

Menentukan sesuatu berdasarkan atas pengetahuan yang langsung atau didapat dengan cepat melalui proses yang tak disadari atau yang tidak dipikirkan lebih dahulu. Dengan intuisi seseorang memberikan penilaian tanpa didahului suatu perenungan tetapi hanya didasarkan pada pengetahuannya semata. Pencapaian pengetahuan yang demikian itu sukar dipercaya. Disini tidak terdapat langkah-langkah yang sistematik dan terkendali (2006: 4).

Dari sudut pandang tersebut, pengetahuan yang dimiliki anak merupakan hasil dari pengalaman langsung yang diperoleh dari lingkungan di sekitarnya. Anak-anak dalam tahap intuitif mempergunakan intuisinya dalam menentukan sesuatu yaitu berdasarkan apa yang ditangkap oleh panca indranya. Mereka belum dapat mengingat lebih dari satu hal pada saat yang bersamaan.

Menurut Piaget (dalam Toeti Sukamto) dinyatakan sebagai berikut:

Pada tahapan pra operasional usia (2-7 tahun) ini anak mulai meningkatkan kosa kata, membuat penilaian berdasarkan persepsi bukan pertimbangan konseptual, mengelompokkan benda-benda berdasarkan sifat-sifat, mulai memiliki pengetahuan fisik mengenai sifat-sifat benda dan mulai memahami tigkah laku dan organisme di dalam lingkungannya, tidak berpikir tentang bagian-bagian dan keseluruhan secara serempak dan mempunyai pandangan subjektif dan egosentrik.

Tahapan perkembangan anak pada masa operasional konkret yaitu usia (6-11 tahun atau 6-12 tahun) sebagai berikut:

Anak mulai memandang dunia secara objektif bergeser dari satu aspek situasi ke aspek situasi lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur kesatuan secara serentak. Anak mulai berfikir secara operasional dan menggunakan cara berfikir opeasional untuk mengklasifikasikan benda-benda. Anak membentuk keterhubungan aturan-aturan sederhana dan mempergunakan hubungan sebab akibat ( 1992: 25).

(22)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa usia Sekolah Dasar proses kognitifnya meningkat sehingga anak mulai mengenal adanya berbagai pandangan mengenai topik. Mereka mulai berfikir tentang benda-benda yang ada disekitarnya. Sebagai contoh adalah apabila di rumah anak melihat buku maka anak sudah ada ketertarikan terhadap buku-buku tersebut, mulai memikirkan kegunaannya dan ingin membuka-buka. Selain itu anak sudah mulai memahami belajar di sekolah dan aturan-aturan yang ada di sekolah tersebut harus ditaati yaitu peraturan mengenai kewajiban untuk belajar.

Guru merupakan fasilitator, mediator dan pembimbing dalam proses belajar sudah semestinya untuk mampu mengelola strategi pembelajaran dengan tepat. Dalam hal ini siswa kelas I SD Negeri Mijen II yang merupakan kelas yang paling rendah memiliki keunikan-keunikan yang menuntut kreativitas guru dalam merencanakan, melaksanakan dan memberikan evaluasi pembelajaran agar siswa kelas I SD Negeri Mijen II Kecamatan Jebres Kota Surakarta dapat benar-benar melakukan tugas belajar secara aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Mereka mau dan mampu melakukan tugas belajarnya tanpa ada tekanan maupun paksaan dari guru maupun orang tua. Bahkan guru dapat mendesain pelaksanaan pembelajaran dengan belajar sambil bermain, sehingga tanpa disadari anak, mereka telah melakukan kegiatan belajar.

Di dalam perkembangannya, anak usia Sekolah Dasar terutama kelas I masih memandang sesuatu secara menyeluruh dan bulat (holistik), belum dapat berfikir secara terpisah-pisah atau terpecah-pecah. Maka dari siswa kelas I masih belum dapat membedakan mata pelajaran seperti: Bahasa Indnesia, Matematika, IPA, IPS, dan sebagainya. Dalam hal ini perlu dikaji lebih mendalam tentang pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak atau siswa siswa kelas I yang berusia 6-7 tahun. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran siswa kelas I SD Negeri Mijen II Jebres Surakarta yang terpisah untuk setiap mata pelajaran, akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berfikir holistik.

Dari latar belakang yang diuraikan di atas maka perlu menemukan pendekatan pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan

(23)

commit to user

beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dengan pendekatan tersebut pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah.

Meskipun dalam pelaksanaan pembelajaran pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas akan tetapi bagi siswa kelas I, prosentase membaca, menulis dan berhitung harus mendapatkan porsi yang paling banyak dibandingkan yang lain. Hal ini dikarenakan membaca, menulis dan berhitung merupakan suatu sarana dalam kegiatan pembelajaran berikutnya.

Dalam hal ini peneliti berkeinginan untuk mengkaji lebih mendalam tentang pelaksanaan membaca permulaan pada siswa kelas I SD Negeri Mijen II Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Hal yang melatarbelakangi pengkajian yang lebih mendalam terhadap kompetensi membaca adalah bahwa membaca merupakan suatu sarana belajar yang berkedudukan sangat penting dalam kegiatan pembelajaran dan merupakan pelajaran yang pertama dan utama di kelas pertama bagi seorang siswa yang baru bersekolah.

Sebagai kegiatan belajar di sekolah maka guru, para ahli dibidang ilmu kebahasaan maupun ilmu pengajaran mengupayakan berbagai metode sebagai cara membelajarkan siswa dengan tujuan mereka memiliki kemampuan membaca untuk belajar lebih lanjut. Salah satu metode membaca permulaan adalah dengan cara permainan bahasa.

Permainan merupakan alat bagi anak untuk menjelajahi dunianya, dari yang tidak dikenali sampai pada yang diketahui, dan dari yang tidak dapat diperbuatnya sampai mampu melakukannya. Bermain bagi anak memiliki nilai dan ciri yang penting dalam kemajuan perkembangan kehidupan sehari-hari. Pada permulaan setiap pengalaman bermain memiliki resiko. Ada resiko bagi anak untuk belajar misalnya naik sepeda sendiri, belajar meloncat. Unsur lain adalah pengulangan. Anak mengkonsolidasikan keterampilannya yang harus diwujudkannya dalam berbagai permainan dengan nuansa yang berbeda. Dengan cara ini anak memperoleh pengalaman tambahan untuk melakukan aktivitas lain.

(24)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Melalui permainan anak dapat menyatakan kebutuhannya tanpa dihukum atau terkena teguran misalnya bermain boneka diumpamakan sebagai adik yang sesungguhnya.

Berkaitan dengan permainan, permainan memiliki sifat sebagai berikut: (1) Permaianan dimotivasi secara personal, karena memberi rasa kepuasan; (2) Pemain lebih asyik dengan aktivitas permainan (sifatnya spontan) ketimbang pada tujuannya; (3) Aktivitas permainan dapat bersifat nonliteral; (4) Permainan bersifat bebas dari aturan-aturan yang dipaksakan dari luar, dan aturan-aturan yang ada dapat dimotivasi oleh para pemainnya; (5) Permainan memerlukan keterlibatan aktif dari pihak pemainnya.

Permainan merupakan aktivitas yang bersifat simbolik, yang menghadirkan kembali realitas dalam bentuk pengandaian misalnya, bagaimana jika, atau apakah jika yang penuh makna. Dalam hal ini permainan dapat menghubungkan pengalaman-pengalaman menyenangkan atau mengasyikkan, bahkan ketika siswa terlibat dalam permainan

secara serius dan menegangkan sifat sukarela dan motivasi datang dari dalam diri siswa sendiri secara spontan.

Bertolak dari betapa urgen kemampuan membaca permulaan, maka penelitian yang berbentuk kaji tindak pada pembelajaran bahasa Indonasia ini berupaya menyajikan beberapa bentuk permainan bahasa dan cara penyajiannya yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran membaca permulaan, sehingga peneliti terinspirasi untuk mengadakan penelitian dengan judul: ”Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Permainan Bahasa pada Siswa Kelas I SD Negeri Mijen II Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun Pelajaran 2007/2008”.

B. Identifikasi Masalah

Dengan latar belakang tersebut, peneliti dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Pada umumnya guru kurang memahami metode pembelajaran membaca permulaan dengan baik.

(25)

commit to user

2. Guru telah memahami metode pembelajaran membaca, tetapi kurang dapat mempraktekkan metode tersebut dengan baik.

3. Dalam pemilihan metode mengajar untuk pembelajaran membaca permulaan seringkali guru kurang memperhatikan tingkat perkembangan dan kondisi siswa.

C. Pembatasan Masalah

Masalah-masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini cukup banyak dan beragam. Oleh karena itu, peneliti membatasi penelitian ini pada metode pembelajaran membaca permulaan dengan permainan bahasa mata pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar kelas I.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah permainan bahasa dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas I SD Negeri Mijen II Kecamatan Jebres kota Surakarta ?

2. Jenis permainan bahasa yang apa sajakah yang dipergunakan untuk pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan pada siswa kelas I SD Negeri Mijen II Kecamatan Jebres kota Surakarta ?

3. Hambatan-hambatan apa yang ditemui dalam pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan dengan permainan bahasa pada siswa kelas I SD Negeri Mijen II Kecamatan Jebres kota Surakarta ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui seberapa besar permainan bahasa dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas I SD Negeri Mijen II Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

(26)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

8

2. Untuk mengetahui jenis-jenis permainan bahasa yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran membaca permulaan pada siswa kelas I SD Negeri Mijen II kecamatan Jebres kota Surakarta.

3. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan dengan permainan bahasa pada siswa kelas I SD negeri Mijen II kecamatan Jebres kota Surakarta.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat bagi siswa, bagi guru dan bagi sekolah. 1. Manfaat bagi siswa

Siswa memiliki pengalaman membaca permulaan dengan menggunakan berbagai jenis permainan bahasa sebagai dasar untuk kemampuan membaca lanjut.

2. Manfaat bagi guru

a. Memiliki pengalaman merencanakan penelitian tindakan kelas guna mengatasi permasalahan dalam pembelajaran membaca permulaan dengan permainan bahasa.

b. Memiliki pengalaman melaksanakan pembelajaran membaca permulaan dengan permainan bahasa.

3. Manfaat bagi sekolah

Penelitian ini dapat dipergunakan sebagai acuan pihak sekolah dalam pendekatan pembelajaran membaca permulaan bagi siswa yang mulai belajar membaca permulaan, misalnya : penyiapan alat / media belajar, sumber dan acuan, pengalaman tentang teknik pembelajaran siswa, dan sebagainya. Tindakan I

(27)

commit to user

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Membaca Permulaan a. Pengertian Membaca Permulaan

Membaca merupakan salah satu kompetensi yang terdapat dalam pembelajaran bahasa Indonesia serta memiliki peranan yang sangat urgen guna menunjang keberhasilan dalam proses maupun hasil belajar.

Membaca dalam pandangan baru menurut Martinis Yamin (2007) menyebutkan bahwa:

Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi yang disampaikan secara verbal dan merupakan hasil ramuan pendapat, gagasan, teori-teori, hasil penelitian para ahli untuk diketahui untuk menjadi pengetahuan siswa. Kemudian pengetahuan tersebut dapat diterapkan dalam berfikir, menganalisis, bertindak, dan dalam pengambilan keputusan ( 2007:106)

Aktivitas membaca merupakan aktivitas kompleks yang mencakup fisik (gerakan mata dan ketajaman penglihatan), aktivitas mental (daya ingat), dan pemahaman. Setiap anak akan membaca dengan baik bila mampu melihat huruf-huruf dengan jelas, dapat menggerakkan mata secara lincah, memahami simbol-simbol bahasa secara tepat, dan memiliki penelaran yang cukupuntuk memahami bacaan.

Mengajari anak membaca sejak awal sangat baik dilakukan, karena pada awal usia sekolah dasar anak sedang mengalami masa-masa keemasan. Mereka memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi, dan mudah menyerap segala hal yang diajarkan dengan baik bila cara atau metode pengajarannya cocok bagi anak.

Sedangkan permulaan menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1999: 543) adalah awal dari suatu peristiwa atau kegiatan. Jadi bila diberikan pengertian maka membaca permulaan merupakan suatu cara untuk mendapatkan informasi secara verbal pada tahap awal kegiatan tersebut yang sifatnya masih sederhana baik dari bahan bacaan maupun makna dari bacaan tersebut.

(28)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Membaca permulaan dalam pengertian ini adalah membaca permulaan dalam teori keterampilan, maksudnya menekankan pada proses penyandian membaca secara mekanikal. Membaca permulaan yang menjadi acuan adalah membaca merupakan proses recoding dan decoding. Membaca merupakan suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses yang bersifat fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual. Dengan indera visual, pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi serta kombinasinya. Melalui proses recoding pembaca mengasosiasikan gambar-gambar bunyi beserta kombinasinya itu dengan bunyi-bunyinya. Dengan proses tersebut, rangkaian tulisan yang dibacanya menjelma menjadi rangkaian bunyi bahasa dalam kombinasi kata, kelompok kata, dan kalimat yang bermakna.

Disamping itu, pembaca mengamati tanda-tanda baca untuk membantu memahami maksud baris-baris tulisan. Proses psikologis berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi. Melalui proses decoding, gambar gambar bunyi dan kombinasinya diidentifikasi, diuraikan kemudian diberi makna. Proses ini melibatkan knowledge of the world dalam skemata yang berupa kategorisasi sejumlah pengetahuan dan pengalaman yang tersimpan dalam gudang ingatan (Syafi’ie, 1999: 7).

Proses membaca permulaan melibatkan tiga komponen, yaitu (a) Visual Memory (VM), (b) Phonological Memory (PM), dan (c) Semantic Memory (SM). Lambang-lambang fonem tersebut adalah kata, dan kata dibentuk menjadi kalimat. Proses pembentukan tersebut terjadi pada ketiganya. Pada tingkat VM, huruf, kata dan kalimat terlihat sebagai lambang grafis, sedangkan pada tingkat PM terjadi proses pembunyian lambang. Lambang tersebut juga dalam bentuk kata, dan kalimat. Proses pada tingkat ini bersumber dari VM dan PM. Akhirnya pada tingkat SM terjadi proses pemahaman terhadap kata dan kalimat. Selanjutnya dikemukakan bahwa untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan (a) lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosa kata untuk memberi arti, dan (c) memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.

(29)

commit to user

Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki keterampilan atau kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh keterampilan atau kemampuan membaca. Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut.

Membaca permulaan merupakan suatu proses keterampilan dan kognitif. Proses keterampilan menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan lambang-lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau kalimat.

Membaca merupakan suatu kebutuhan, sama seperti kebutuhan makan, pakaian, dan perumahan. Membaca akan menghindarkan orang dari kepicikan dan dapat memperluas wawasan, meningkatkan toleransi serta menambah pengetahuan.

Rendahnya kemampuan membaca permulaan disebabkan oleh berbagai masalah, mulai dari rumah, sekolah, dan masyarakat. Membaca harus dimulai sejak dini. Sejak anak mengenal bahasa atau mulai mampu berkomunikasi. Sejak kecil anak harus dibiasakan mencintai buku, mulai dari bagaimana memegang buku, membuka atau membalikkan halaman, menyimpan dan memelihara buku. Orang tua pun harus memberikan contoh bahwa orang tua gemar membaca atau ada waktu yang sengaja disediakan untuk membaca sehingga si anak selalu melihat suasana membaca di rumahnya.

Menurut St. Y. Slamet tentang membaca menerangkan bahwa:

Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis, yang reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca, sesorang akan dapat memperoleh informasi ilmu pengetahuan dan pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh melalui bacaan itu akan memungkinkan orang tersebut mampu mempertinggi daya pikirnya, mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannnya (2007: 58).

Belajar membaca sudah dimulai sejak di Sekolah Dasar (SD) bahkan di Taman Kanak-anak (TK), meskipun demikian membaca permulaan merupakan

(30)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

12

masalah besar bagi siswa dalam membaca buku pelajaran, buku-buku yang tebal dengan kata-kata, istilah-istilah yang sulit dan sukar dipahami pembaca.

Agar memiliki potensi membaca yang baik dan benar maka, semestinya siswa mendapatkan pembelajaran membaca permulaan secara baik dan benar juga. Baik artinya membaca sesuai dengan lafal dan intonasi yang sesuai dan benar artinya siswa mampu mengerti dan memahami dari apa yang dibacanya. Jadi tidak hanya mampu membaca lancar tetapi juga harus mampu mengerti arti dari apa yang dibacanya. Itulah sebabnya, pembelajaran membaca permulaan di SD Negeri Mijen II utamanya kelas I mempunyai peranan yang sangat penting.

Menurut Siti Fathonah dalam skripsinya tentang membaca permulaan menerangkan bahwa:

Membaca permulaan merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat reseptif karena dengan membaca seseorang akan memperoleh informasi, ilmu, dan pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru. Tujuan membaca permulaan agar siswa memiliki kemampuan untuk memahami sekaligus menyuarakan tulisan dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut. Pembelajaran membaca permulaan merupakan proses pembelajaran membaca untuk menguasai system tulisan sebagai representasi visual bahasa. (2008:14)

Lebih lanjut Siti Fathonah menerangkan bahwa membaca permulaan perlu disuarakan maksudnya agar segera diketahui pengucapan bunyi-bunyi dan huruf-huruf dari kata atau kalimat dalam bacaan secara benar dan jelas (2008:18).

Pembelajaran membaca permulaan juga memiliki nilai strategis bagi pengembangan kepribadian dan kemampuan siswa. Pengembangan kepribadian dapat ditanamkan melalui materi teks bacaan (wacana, kalimat, kata, suku kata, huruf/bunyi bahasa) yang berisi pesan moral, nilai pendidikan, nilai sosial, nilai emosional spiritual dan berbagai pesan lainnya sebagai dasar pembentuk kepribadian yang baik pada siswa.

Dari uraian di atas dapat diambil pengertian bahwa membaca permulaan adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi secara verbal pada tahap awal yang mana sifatnya masih sederhana baik dari bahan bacaan maupun makna dari bacaan tersebut.

(31)

commit to user

b. Pentingnya Pembelajaran Membaca Permulaan

Kemampuan membaca yang diperoleh dalam membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca permulaan selanjutnya. Sebagai kemampuan membaca yang mendasari kemampuan membaca berikutnya maka kemampuan pengenalan membaca permulaan benar-benar memerlukan perhatian guru, sebab jika dasar itu tidak kuat, pada tahap membaca permulaan anak akan mengalami kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan membaca permulaan yang memadai.

Padahal seperti telah diuraikan sebelumnya, kemampuan membaca sangat diperlukan oleh setiap orang yang ingin memperluas pengetahuan dan pengalaman, mempertinggi daya pikir, mempertajam penalaran, mencapai kemajuan, dan peningkatan diri. Oleh karena itu, bagaimana pun keadaannya guru haruslah berusaha sungguh-sungguh agar ia dapat memberikan dasar kepada siswa. Hal itu akan dapat terwujud melalui pelaksanaan pembelajaran yang baik. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran secara baik perlu ada perencanaan, baik mengenai materi, metode, maupun pengembangannya.

2. Permainan Bahasa a. Pengertian Permainan

Permainan merupakan alat bagi anak untuk menjelajahi dunianya, dari yang tidak dikenali sampai pada yang diketahui, dan dari yang tidak dapat diperbuatnya sampai mampu melakukannya. Bermain bagi anak memiliki nilai dan ciri yang penting dalam kemajuan perkembangan kehidupan sehari-hari. Pada permulaan setiap pengalaman bermain memiliki resiko. Ada resiko bagi anak untuk belajar misalnya naik sepeda sendiri, belajar meloncat. Unsur lain adalah pengulangan. Anak mengkonsolidasikan keterampilannya yang harus diwujudkannya dalam berbagai permainan dengan nuansa yang berbeda. Dengan cara ini anak memperoleh pengalaman tambahan untuk melakukan aktivitas lain. Melalui permainan anak dapat menyatakan kebutuhannya tanpa dihukum atau

(32)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

14

terkena teguran misalnya bermain boneka diumpamakan sebagai adik yang sesungguhnya.

Berkaitan dengan permainan Pellegrini dan Saracho (dalam Wood, 1996: 3) permainan memiliki sifat sebagai berikut: (1) Permaianan dimotivasi secara personal, karena memberi rasa kepuasan; (2) Pemain lebih asyik dengan aktivitas permainan (sifatnya spontan) ketimbang pada tujuannya; (3) Aktivitas permainan dapat bersifat nonliteral; (4) Permainan bersifat bebas dari aturan-aturan yang dipaksakan dari luar, dan aturan-aturan yang ada dapat dimotivasi oleh para pemainnya; dan (5) Permainan memerlukan keterlibatan aktif dari pihak pemainnya.

Menurut Framberg (dalam Berky, 1995) permainan merupakan aktivitas yang bersifat simbolik, yang menghadirkan kembali realitas dalam bentuk pengandaian misalnya, bagaimana jika, atau apakah jika yang penuh makna. Dalam hal ini permainan dapat menghubungkan pengalaman-pengalaman menyenangkan atau mengasyikkan, bahkan ketika siswa terlibat dalam permainan secara serius dan menegangkan sifat sukarela dan motivasi datang dari dalam diri siswa sendiri secara spontan. Permainan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) adanya seperangkat peraturan yang eksplisit yang mesti diindahkan oleh para pemain; dan (2) adanya tujuan yang harus dicapai pemain atau tugas yang mesti dilaksanakan.

Menurut Suwarti dalam skripsinya menerangkan bahwa:

Permainan merupakan awal dari timbulnya kreativitas karena dalam kegiatan yang menyenangkan, siswa dapat mengungkapkan gagasan-gagasannya secara bebas dalam hubungan dengan lingkungannya. Oleh kerena itu kegiatan tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu dasar dalam mengembangkan kreativitas siswa. Dengan bermain gembira, dalam suasana aman dan bebas anak tampil dengan gagasan-gagasannya yang unik. Siswa berani bertanya, berani mencoba, tidak takut salah dan berani mengekspresikan pendpat-pendapatnya. Dalam hal ini bukan hanya terkait dengan pertumbuhan fisik, tetapi juga perkembangan sosial dan mentalnya (2008: 18)

(33)

commit to user

Dari uraian di atas dapat diambil pengertian bahwa permainan adalah suatu aktifitas atau kegiatan untuk memperoleh kesenangan yang memerlukan keterlibatan aktif oleh para pemainnya dan bebas dari aturan-aturan yang dipaksakan dari luar.

b. Pengertian Permainan Bahasa

Permainan bahasa merupakan permainan untuk memperoleh kesenangan dan untuk melatih keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca dan menulis). Apabila suatu permainan menimbulkan kesenangan tetapi tidak memperoleh keterampilan berbahasa tertentu, maka permainan tersebut bukan permainan bahasa. Sebaliknya, apabila suatu kegiatan melatih keterampilan bahasa tertentu, tetapi tidak ada unsur kesenangan maka bukan disebut permainan bahasa. Dapat disebut permainan bahasa, apabila suatu aktivitas tersebut mengandung kedua unsur kesenangan dan melatih keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca dan menulis). Setiap permainan bahasa yang dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran harus secara langsung dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.

Anak-anak pada usia 6 – 8 tahun masih memerlukan dunia permainan untuk membantu menumbuhkan pemahaman terhadap diri mereka. Pada usia tersebut, anak-anak mudah merasa jenuh belajar di kelas apabila dijauhkan dari dunianya yaitu dunia bermain. Permainan hampir tak terpisahkan dengan kehidupan manusia. Baik bayi, anak-anak, remaja, orang dewasa semua membutuhkan permainan. Tentunya dengan jenis dan sifat permainan yang berbeda-beda sesuai dengan jenis kelamin, bakat dan minat masing-masing. Tujuan utama permainan bahasa bukan semata-mata untuk memperoleh kesenangan, tetapi untuk belajar keterampilan berbahasa tertentu misalnya menyimak, berbicara, membaca dan menulis.

Menurut Dewey (dalam Polito, 1994) bahwa interaksi antara permainan dengan pembelajaran akan memberikan pengalaman belajar yang sangat penting bagi anak-anak. Menang dan kalah bukan merupakan tujuan utama permainan. Dalam setiap permainan terdapat unsur rintangan atau tantangan yang harus

(34)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

16

dihadapi. Tantangan tersebut kadang-kadang berupa masalah yang harus diselesaikan atau diatasi, kadang pula berupa kompetisi. Masalah yang harus diselesaikan itulah dapat melatih keterampilan berbahasa. Alat permainan baik realistik maupun imajinatif, buatan pabrik maupun alamiah memiliki peranan yang cukup besar dalam membantu merangsang anak dalam menggunakan bahasa. Keberadaan alat-alat permainan dapat membantu dan meningkatkan daya imajinasi anak.

Permainan bahasa adalah kegiatan untuk memperoleh kesenangan sekaligus untuk melatih keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca dan menulis.

c. Membaca Permulaan dengan Permainan Bahasa Menurut Semiawan menyatakan bahwa:

Belajar konstruktivisme mengisyaratkan bahwa guru tidak memompakan pengetahuan ke dalam kepala pebelajar, melainkan pengetahuan diperoleh melalui suatu dialog yang ditandai oleh suasana belajar yang bercirikan pengalaman dua sisi. Ini berarti bahwa penekanan bukan pada kuantitas materi, melainkan pada upaya agar siswa mampu menggunakan otaknya secara efektif dan efisien sehingga tidak ditandai oleh segi kognitif belaka, melainkan oleh keterlibatan emosi dan kemampuan kreatif. Dengan demikian proses belajar membaca perlu disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan siswa (2002:5).

Dalam hal ini guru tidak hanya sekedar melaksanakan apa yang ada dalam kurikulum, melainkan harus dapat menginterpretasi dan mengembangkan kurikulum menjadi bentuk pembelajaran yang menarik.

Pembelajaran dapat menarik apabila guru memiliki kreativitas dengan memasukkan aktivitas permainan ke dalam aktivitas belajar siswa. Penggunaan bentuk-bentuk permainan dalam pembelajaran akan memberi iklim yang menyenangkan dalam proses belajar, sehingga siswa akan belajar seolah-olah proses belajar siswa dilakukan tanpa adanya keterpaksaan, tetapi justru belajar dengan rasa keharmonisan. Selain itu, dengan bermain siswa dapat berbuat agak santai. Dengan cara santai tersebut, sel-sel otak siswa dapat berkembang akhirnya siswa dapat menyerap informasi, dan memperoleh kesan yang mendalam terhadap

(35)

commit to user

materi pelajaran. Materi pelajaran dapat disimpan terus dalam ingatan jangka panjang.

Permainan dapat menjadi kekuatan yang memberikan konteks pembelajaran dan perkembangan masa kanak-kanak awal. Oleh karena itu, perlu diperhatikan struktur dan isi kurikulum sehingga guru dapat membangun kerangka pedagogis bagi permainan. Struktur kurikulum terdiri atas: (1) Perencanaan yang mencakup penetapan sasaran dan tujuan; (2) Pengorganisasian, dengan mempertimbangkan ruang, sumber, waktu dan peran orang dewasa; (3) Pelaksanaan, yang mencakup aktivitas dan perencanaan, pembelajaran yang diinginkan; dan (4) Assesmen dan evaluasi yang meliputi alur umpan balik pada perencanaan (Wood, 1996:87). Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, guru dapat melakukan simulasi pembelajaran dengan menggunakan kartu berseri (flash card). Kartu-kartu berseri tersebut dapat berupa kartu bergambar. Kartu huruf, kartu kata, kartu kalimat.

Dalam pembelajaran membaca permulaan guru dapat menggunakan strategi bermain dengan memanfaatkan kartu-kartu huruf. Kartu-kartu huruf tersebut digunakan sebagai media dalam permainan menemukan kata. Siswa diajak bermain dengan menyusun huruf-huruf menjadi sebuah kata yang berdasarkan teka-teki atau soal-soal yang dibuat oleh guru. Titik berat latihan menyusun huruf ini adalah keterampilan mengeja suatu kata. Dalam pembelajaran membaca teknis guru dapat menggunakan strategi permainan membaca, misalnya cocokkan kartu, ucapkan kata itu, temukan kata itu, kontes ucapan, temukan kalimat itu, baca dan berbuat dan sebagainya. Kartu-kartu kata maupun kalimat digunakan sebagai media dalam permainan kontes ucapan. Para siswa diajak bermain dengan mengucapkan atau melafalkan kata-kata yang tertulis pada kartu kata. Pelafalan kata-kata tersebut dapat diperluas dalam bentuk pelafalan kalimat bahasa Indonesia. Yang dipentingkan dalam latihan ini adalah melatih siswa mengucapkan bunyi-bunyi bahasa (vokal, konsonan, dialog, dan cluster) sesuai dengan daerah artikulasinya.

Untuk memilih dan menentukan jenis permainan dalam pembelajaran membaca permulaan di kelas, guru perlu mempertimbangkan tujuan

(36)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

18

pembelajaran, materi pembelajaran dan kondisi siswa maupun sekolah. Dalam tujuan pembelajaran, guru dapat mengembangkan salah satu aspek kognitif, psikomotor atau sosial atau memadukan berbagai aspek tersebut. Guru juga perlu mempertimbangkan materi pembelajaran, karena bentuk permainan tertentu cocok untuk materi tertentu. Misalnya, untuk keterampilan berbicara guru dapat menyediakan jenis permainan dua boneka, karena dengan permainan ini dapat mendorong siswa berani tampil secara ekspresif. Belajar konstruktivisme mengisyaratkan bahwa guru tidak memompakan pengetahuan ke dalam kepala pebelajar, melainkan pengetahuan diperoleh melalui suatu dialog yang ditandai oleh suasana belajar yang bercirikan pengalaman dua sisi. Ini berarti bahwa penekanan bukan pada kuantitas materi, melainkan pada upaya agar siswa mampu menggunakan otaknya secara efektif dan efisien sehingga tidak ditandai oleh segi kognitif belaka, melainkan oleh keterlibatan emosi dan kemampuan kreatif. Selain hal tersebut di atas pembelajaran membaca permulaan dengan permainan bahasa dapat memformulasikan permainan dengan metode Struktur Analitik dan Sintatik atau disingkat metode SAS.

Menurut St. Y. Slamet menyatakan bahwa:

Metode SAS atau disingkat Struktur Analitik Sintetik berarti struktur adalah bagian dari bahasa yang berupa kalimat, kalimat juga merupakan struktur yang terdiri atas kata, suku kata dan bunyi atau huruf.

Analitik adalah berarti memisahkan, menguraikan, menceraikan, membongkar.

Sintatik adalah berarti menyatukan, menggabungkan, merangkai, menyusun atau usaha secara sintetik artinya kembali mengenal bentuk struktur. Metode SAS dalam pembelajaran bahasa menekankan pada hal-hal yang fungsional. (2007:63)

Dalam pelaksanaannya, pembelajaran membaca permulaan dibagi menjadi dua tahap yaitu (1) tahap tanpa buku dan (2) tahap menggunakan buku. Pada tahap tanpa buku pembelajarannya dilaksanakan dengan cara-cara sebagai berikut: 1. Merekam bahasa siswa

Bahasa yang yang digunakan siswa dalam percakapan mereka, direkam untuk digunakan sebagai bahan bacaan. Karena bahasa yang digunakan adalah bahasa siswa sendiri, maka siswa tidak akan mengalami kesulitan.

(37)

commit to user

2. Menampilkan gambar sambil bercerita

Dalam hal ini, guru memperlihatkan gambar sambil bercerita sesuai dengan gambar tersebut. Kalimat-kalimat yang digunakan guru dalam bercerita digunakan sebagai pola dasar bahan bacaan.

3. Membaca gambar

Guru menunjukkan gambar sambil mengucapkan kalimat sederhana yang berhubungan dengan gambar, siswa melanjutkan kalimat tersebut berdasarkan gambar.

4. Membaca dengan kartu kalimat

Setelah siswa dapat membaca gambar dengan lancar guru menempatkan kartu kalimat di bawah gambar. Dengan menggunakan kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata, dan kartu kalimat siswa belajar menguraikan (analitik) dan menggabungkan (sintetik) dengan mudah.

Cara-cara tersebut dapat dijadikan permainan sesuai dengan kreativitas guru. Semakin kratif pembelajaran membaca permulaan dengan permainan bahasa semakin memberikan makna dan siswa akan mendapatkan keterampilan berbahasa yang bermanfaat bagi dirinya untuk dijadikan bekal guna pembelajaran membaca lanjut.

Dengan demikian proses belajar membaca perlu disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan siswa. Dalam hal ini guru tidak hanya sekedar melaksanakan apa yang ada dalam kurikulum, melainkan harus dapat menginterpretasi dan mengembangakan kurikulum menjadi bentuk pembelajaran yang menarik. Pembelajaran dapat menarik apabila guru memiliki kreativitas dengan memasukkan aktivitas permainan ke dalam aktivtas belajar siswa. Penggunaan bentuk-bentuk permainan dalam pembelajaran akan memberi iklim yang menyenangkan dalam proses belajar, sehingga siswa akan belajar seolah-olah proses belajar siswa dilakukan tanpa adanya keterpaksaan, tetapi justru belajar dengan rasa keharmonisan. Selain itu, dengan bermain siswa dapat berbuat agak santai. Dengan cara santai tersebut, sel-sel otak siswa dapat berkembang akhirnya siswa dapat menyerap informasi, dan memperoleh kesan yang mendalam

(38)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

20

terhadap materi pelajaran. Materi pelajaran dapat disimpan terus dalam ingatan jangka panjang.

Permainan dapat menjadi kekuatan yang memberikan konteks pembelajaran dan perkembangan masa kanak-kanak awal. Untuk itu perlu, diperhatikan struktur dan isi kurikulum sehingga guru dapat membangun kerangka pedagogis bagi permainan. Struktur kurikulum terdiri atas: (1) perencanaan yang mencakup penetapan sasaran dan tujuan, (2) pengorganisasian, dengan mempertimbangkan ruang, sumber, waktu dan peran orang dewasa, (3) pelaksanaan, yang mencakup aktivitas dan perencanaan, pembelajaran yang diinginkan, dan (4) assesmen dan evaluasi yang meliputi alur umpan balik pada perencanaan (Wood, 1996:87).

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, guru dapat melakukan simulasi pembelajaran dengan menggunakan kartu berseri (flash card). Kartu-kartu berseri tersebut dapat berupa kartu bergambar. Kartu huruf, kartu kata, kartu kalimat. Dalam pembelajaran membaca permulaan guru dapat menggunakan strategi bermain dengan memanfaatkan kartu-kartu huruf. Kartu-kartu huruf tersebut digunakan sebagai media dalam permainan menemukan kata. Siswa diajak bermain dengan menyusun huruf-huruf menjadi sebuah kata yang berdasarkan teka-teki atau soal-soal yang dibuat oleh guru. Titik berat latihan menyusun huruf ini adalah keterampilan mengeja suatu kata.

Dalam pembelajaran membaca permulaan untuk memilih dan menentukan jenis permainan dalam pembelajaran membaca permulaan di kelas, guru perlu mempertimbangkan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran dan kondisi siswa maupun sekolah. Dalam tujuan pembelajaran, guru dapat mengembangkan salah satu aspek kognitif, psikomotor atau sosial atau memadukan berbagai aspek tersebut. Guru juga perlu mempertimbangkan materi pembelajaran, karena bentuk permainan tertentu cocok untuk materi tertentu. Misalnya, untuk keterampilan berbicara guru dapat menyediakan jenis permainan dua boneka, karena dengan permainan ini dapat mendorong siswa berani tampil secara ekspresif.

Dari uraian di atas membaca permulaan dengan permainan bahasa adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi secara verbal pada tahap awal yang mana

(39)

commit to user

kegiatan tersbut sifatnya masih sederhana baik dri bahan bacaan maupun makna dari bacaan tersebut melalui kegiatan untuk memproleh kesenangan dan untuk melatih keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca dan menulis)

B. Kerangka Pemikiran

Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasaan membaca sebagai suatu yang menyenangkan. Suasana belajar harus dapat diciptakan melalui kegiatan yang menyenangkan dalam pembelajaran membaca khususnya membaca permulaan. Selain itu guru harus mampu memilih metode yang sesuai dengan perkembangan anak usia sekolah dasar salah satunya adalah melalui permainan bahasa.

Membaca permulaan sering kali menjadi masalah bagi guru kelas I maupun bagi siswa kelas I itu sendiri. Baik guru maupun siswa mengalami kesulitan dalam kegiatan pembelajaran membaca permulaan. Kesulitan yang dialami guru adalah pemilihan metode dan penggunaan media yang kurang efektif dan kurang memperhatikan tingkat perkembangan siswa kelas I yang sarat dengan sifat-sifat uniknya. Kesulitan dari siswa adalah ketidakmampuan siswa dalam melakukan kegiatan membaca permulaan tersebut karena sulit memahami metode yang diterapkan oleh guru dan penggunaan media yang kurang memperhatikan perkembangan siswa itu tadi. Dari kondisi tersebut akibatnya kemampuan membaca permulaan rendah.

Mengingat betapa pentingnya kemampuan membaca permulaan tersebut, maka masalah-masalah tersebut sudah semestinyanya diberikan tindakan. Tindakan yang dilakukan adalah dapat menggunakan metode permainan bahasa yang secara teori telah terbukti dengan tingkat perkembangan siswa kelas I sekolah dasar. Pelaksanaan permainan bahasa tersebut perlu dilakukan perencanaan yaitu dengan menyusun Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

(40)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Dalam menyusun RPP perlu diperhatikan penggunaan metode dan media yang efektif.

Dengan tindakan tersebut, diharapkan kesulitan dalam membaca permulaan dapat diatasi sehingga kemampuan membaca permulaan meningkat. Selanjutnya problematika tentang kesulitan membaca permulaan mendapatkan alternatif solusi yaitu membaca permulaan dapat dilakukan dengan permainan bahasa dijelaskan melalui gambar 1, yaitu:

Gambar 1: Bagan Kerangka Pemikiran KERANGKA PEMIKIRAN

Kondisi Awal

1. Kesulitan dalam pembelajaran membaca permulaan 2. Penggunaan metode yang belum sesuai

3. Kemampuan belajar membaca permulaan rendah

Tindakan

1. Pembelajaran membaca permulaan dengan permainan bahasa

2. Pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan RPP 3. Penggunaan metode dan media secara efektif

Hasil

1. Kesulitan dalam membaca permulaan dapat diatasi 2. Kemampuan membaca permulaan meningkat

(41)

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Menurut Aslam Sumhudi (1986:37) metodologi adalah “pengetahuan tentang tata cara atau prosedur untuk menjalankan seluruh kegiatan tertentu.” Dengan kata lain metodologi merupakan suatu pengetahuan tentang tata kerja dan tata cara yang mencakup instrumen-instrumen yang berisi mekanisme tertentu untuk dipakai dalam proses mencapai tujuan.

Sedangkan penelitian, menurut Kartini Kartono (1990:20) “Merupakan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan melakukan verifikasi terhadap kebenaran suatu peristiwa atau pengetahuan dalam memakai metode-metode ilmiah.”

Atas dasar kedua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa metodologi penelitian adalah ilmu yang membahas tentang cara kerja untuk memahami objek/peristiwa dengan memakai pendekatan ilmiah.

Adapun bagian-bagian metodologi yang digunakan untuk memandu penelitian ini adalah sebagai berikut:

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Mijen II Jebres Surakarta khususnya kelas I yang beralamat di Jalan Kalimadahan Nomor 50 kelurahan Jagalan, kecamatan Jebres, kota Surakarta yang terdiri dari 6 kelas dengan jumlah siswa dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Dari data yang diperoleh pada tahun pelajaran 2003/2004 jumlah siswa 145 sampai dengan tahun pelajaran 2007/2008 memiliki total siswa 197 siswa.

Adapun pertimbangan-pertimbangan yang mendorong melakukan penelitian dilokasi tersebut adalah:

(42)

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

commit to user

24

a. Terdapat masalah yang menarik untuk diteliti terutama bagi siswa kelas satu yang seringkali mengalami kesulitan belajar membaca permulaan.

b. Membaca permulaan sering menjadi problem bagi siswa kelas I di SD Negeri Mijen II

c. Data yang dibutuhkan cukup tersedia untuk dilakukan penelitian. 2. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan untuk proses penelitian ini sampai mendapatkan hasil adalah semester genap tahun 2008 sampai dengan tahun 2009 dari bulan Pebruari 2008 sampai dengan bulan Nopember 2009 dengan rincian sebagai berikut:

a. Minggu pertama bulan Pebruari 2008 konsultasi judul skripsi. b. Minggu ketiga bulan Pebruari 2008 pengajuan proposal skripsi. c. Minggu pertama bulan Maret 2008 pengesahan proposal skripsi. d. Minggu keempat bulan Maret 2008 mengurus perijinan skripsi.

e. Minggu pertama bulan April sampai minggu pertama bulan Juni 2008 pengumpulan data.

f. Minggu pertama bulan Juli 2008 sampai dengan minggu kedua bulan Oktober 2009 Analisis data.

g. Minggu ketiga bulan Nopember 2009 penyusunan pelaporan. h. Minggu kelima bulan Desember 2009 ujian skripsi.

i. Minggu kelima bulan Desember 2009 perbaikan dan penggandaan laporan. B. Bentuk dan Strategi Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan paradigma guru sebagai peneliti. Hal ini disebabkan sangat besarnya peran guru itu sendiri dalam proses penelitian. Dalam hal ini Penelitian tindakan kelas yang dilakukan untuk meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas dimana guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.

Gambar

Tabel 2  Data Personal Siswa SD Negeri Mijen II ………………………..     36  Tabel 3  Rekapitulasi Nilai Membaca Sebelum Tindakan Siklus I ………
Gambar 1: Bagan Kerangka Pemikiran  KERANGKA PEMIKIRAN
Gambar 2: Bagan Tehnik Analisis Data
Tabel 1. Tabel Daftar Kepala SD Negeri Mijen II kec. Jebres Surakarta
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian peramalan kapasitas baterai lead acid pada mobil listrik berbasis levenberg marquardt neural network, maka dapat diambil beberapa kesimpulan,

harmony search algorithm for the no-wait flow shop scheduling problem with total flow

Dalam Penguasaan Pemerintah Kota Mataram tetapi Belum Bersertifikat Atas nama Pemerintah Kota Mataram.. Dalam hal BMD telah didukung oleh dokumen awal kepemilikan

Perubahan bentuk atau perwujudan dan juga penyebutan nama dari instrumen karawitan yang tersurat dalam kakawin Arjuna Wiwaha ada yang berubah dan ada pula yang

Dapat dirincikan dengan komponen teknologi yang berada pada kategori tinggi yaitu: benih 52,38 persen, pemupukan 51,43 persen, pengairan 100 persen, pengendalian

Hasil analisis kadar air yang terlihat pada Gambar 5 menunjukkan bahwa, kadar air mie basah pada semua konsentrasi mengalami penurunan karna produk mie basah

Metode : Jenis penelitian ini adalah true experimental dengan pre-post test randomized control group design terhadap 28 ekortikus Sprague Dawley pra sindroma