• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PELAKSANAAN KTSP MATA PELAJARAN PAI SDN WATES 01 WONOTUNGGGAL. tahun 1919, dulu namanya Sekolah Angka II. Pada saat itu ada masa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PELAKSANAAN KTSP MATA PELAJARAN PAI SDN WATES 01 WONOTUNGGGAL. tahun 1919, dulu namanya Sekolah Angka II. Pada saat itu ada masa"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

33

PELAKSANAAN KTSP MATA PELAJARAN PAI SDN WATES 01 WONOTUNGGGAL

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Tinjauan Historis

Sekolah Dasar Negeri Wates 01 Wonotunggal Batang berdiri pada tahun 1919, dulu namanya Sekolah Angka II. Pada saat itu ada masa tenggang namanya kelas kemerdekaan. Pada tahun 1948-1950 namanya Sekolah Swadaya. Pada tahun 1950-1952 namanya menjadi SR VI. Kelas I-III ada di Desa Wates sampai dengan kelas I-III sedangkan untuk kelas IV-VI di desa Wonotunggal. Untuk kelas III ada di rumah penduduk di Dukuh Karangsari. Pada tahun 1964 dengan nama SR dibuat secara swadaya, sedangkan di kelas IV-V mondok di rumah warga. Pada tahun 1970 bisa membangun SD 6 lokal lokasinya di dekat Balai Desa. Selanjutnya ada SD Inpres sekarang menjadi tiga SD yaitu SD I, SD II dan SD III. Untuk SD Wates I lokasinya di dukuh Kampung Baru, Wates.

2. Letak Geografis SDN Wates 01 Wonotunggal Batang

Secara geografis SDN Wates 01 Wonotunggal Batang ini terletak di Dukuh Wates Desa Wates.1 Lokasi pendidikan tersebut lebih tepatnya berbatasan dengan:

a. Sebelah utara Jalan Desa

b. Sebelah timur tanah milik warga c. Sebelah barat Jalan Desa

d. Sebelah selatan tanah milik desa

1

(2)

Ditinjau dari letak geografis yang strategis ini, maka SDN Wates 01 Wonotunggal Batang sangat potensial dalam pengembangan sayap pendidikan di wilayah sekitarnya.2

3. Tujuan, Visi dan Missi SDN Wates 01 Wonotunggal Batang

a. Tujuan

Tujuan Pendidikan Dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Merujuk pada tujuan tersebut, tujuan SDN Wates 01 Kecamatan Wonotunggam adalah sebagai berikut:

1) Siswa dapat mengamalkan pelajaran agama hasil dari pembelajaran dan pembiasaan.

2) Siswa mampu eraih prestasi akademik maupun non akademik minimal tingkat Kabupaten.

3) Siswa mampu menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bekal untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi.

4) Sekolah mampu menjadi sebagai pelapor dan penggerak lingkungan sekitar.

5) Sekolah menjadi lebih diminati masyarakat. b. Visi

Visi dari SDN Wates 01 adalah 1) Berbudi pekerti yang luhur 2) Cinta Lingkungan

3) Sehat jasmani dan rohani

(3)

4) Berprestasi akademik

5) Pengembangan diri dan karier masa depan c. Misi

1) Memiliki akhlak budi pekerti yang luhur

2) Mengembangkan semangat cinta tanah air dan bangsa

3) Menciptakan sekolah yang kondusif, aman, nyaman dan menyenangkan.

4) Mendorong siswa mengenali dirinya sehingga dapat dikembangkan secara optimal.

5) Melakukan kerjasama yang harmonis dengan komponen sekolah dan lembaga kemasyarakatan.

4. Struktur Organisasi SDN Wates 01 Wonotunggal Batang

Organisasi yang penulis maksudkan adalah struktur Kepegawaian dan hubunganya tugas serta tanggung jawab masing-masing individu atau perorangan. Organisasi merupakan hak yang sangat penting untuk kelancaran, ketertiban dan kelangsungan suatu Lembaga pendidikan untuk membina dan mengembangkan pendidikan dan pengajaran

Pengorganisasian yang baik pada suatu lembaga akan dapat mewujudkan bagian tugas kerja serta efesien kerja. Struktur organisasi di SDN Wates 01 Wonotunggal Batang adalah sebagai berikut:

a. Kepala sekolah : Tri Prasetianingsih, S.Pd., M.Pd. b. Daftar Guru Kelas

1) Guru Kelas : Haryadi, S.Pd 2) Guru Agama : Ruhanah, S.Pd.I. 3) Guru Kelas : Wahyuningrum, S.Pd

(4)

4) Guru Olahraga : Juhantoyo, A.Ma.Pd 5) Guru Kelas : Sulaiman, S.Pd. 6) Guru Kelas : Sakiyat, S.Pd 7) Guru Kelas : Tri Winarsih, S.Pd

8) Guru Mulok : Mukhamad Romdani, S.Pd. 9) Guru Mulok : Nur Khasanah, S.Pd

Tabel 3.1

Keadaan Guru Sekolah Dasar Negeri Wates 01 1.

No Nama L/P Jabatan Pendidikan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Tri Prasetianinsih, S. Pd.,M.Pd Haryadi, Ama. Pd Ruhanah, S.Pd.I Wahyuningrum, S.Pd Juhantoyo, A.Ma.Pd Sulaiman, S.Pd Sakiyat, S.Pd Tri Winarsih, S.Pd Mukhamad Romdani, S.Pd Nur Khasanah, S.Pd Taryoto P L P P L L L P L P L Kepala Sekolah Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Staf TU P.Sarjana Diploma Sarjana Sarjana Diploma Sarjana Sarjana Sarjana Sarjana Sarjana SMP Tabel 3.2

Keadaan Siswa Kelas VI SD N Wates 01 Tahun Pelajaran 2010/2011 sd 2015/2016.3

2.

Tahun Pelajaran L P Jumlah

2010 / 2011 17 10 27 2011 / 2012 15 13 31 2012 / 2013 21 15 36 2013 / 2014 17 14 31 2014 / 2015 17 13 30 2015 / 2016 16 15 31 3

(5)

5. Struktur Organisasi SDN Wates 01 Wonotunggal Batang

SDN Wates 01 Wonotunggal Batang berdiri sejak tahun 1919 hingga sekarang. Ini berarti ibarat perkembangan seorang di usia yang puluhan tahun ini adalah masa yang sudah matang hanya karena di desa sehingga perkembangan yang terus menerus. Oleh karena itu, dengan mengemban amanat dan kepercayaan masyarakat, SDN Wates 01 selalu berusaha untuk mencetak generasi yang bermutu. Untuk itu dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai dan baik dalam Proses Belajar Mengajar (PBM). 4

Adapun sarana dan prasarana yang telah dimiliki adalah : 5

Tabel 3.3

Keadaan Sekolah dan Sarana Prasarana 4.

No Nama Jumlah Ket.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Gedung Kelas Ruang UKS

Ruang Kantor / Ruang Guru Ruang Tamu

Ruang Perpustakaan Ruang Urinoir / WC Mesin Ketik

Perlengkapan Ruang belajar Alat Olah Raga

Lapangan Olah Raga Bangsal Kendaraan

Rumah Dinas / Mess Guru

1 6 - 1 1 1 1 1 Lengkap Lengkap Luas 1 2 Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Rusak Baik Baik Baik Baik Cukup

4Tri Prasetianingsih, S.Pd., M.Pd., Kepala SDN Wates 01 Wonotunggal Batang, Wawancara, tgl. 28 Maret 2016.

5

(6)

B. Pelaksanaan KTSP mata pelajaran PAI kelas VI di SD Negeri Wates Wonotunggal Batang

Hasil penelitian Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di di SDN Wates 01 Wonotunggal Batang, selanjutnya disebut sebagai data penelitian. Penyajian data penelitian diuraikan dengan urutan berdasarkan pada subjek penelitian, yaitu data dari sumber data yang terdiri dari informan dan responden, serta data observasi dan dokumentasi, Sajian data hasil penelitian, berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan dan data tambahan dari responden serta observasi dan dokumentasi secara ringkas.

Data yang penulis peroleh dari lapangan adalah data hasil observasi, interview, wawancara dan dokumen penting SDN Wates 01 Wonotunggal Batang. Penulis tidak mengalami hambatan yang berarti dalam menggali informasi. Wawancara yang penulis lakukan adalah wawancara tak terstruktur atau wawancara informal, sehingga proses wawancara bersifat santai dan berlangsung dalam kegiatan sehari-hari tanpa mengganggu aktifitas subjek. Penulis akan memaparkan berdasarkan fokus penelitian yang telah diperoleh peneliti sebagai berikut:

1. Perencanaan Pendidikan Agama Islam di SDN Wates 01 Wonotunggal Batang

Guru biasanya melakukan persiapan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), agar dapat tercapai dengan maksimal. Sebagai persiapan mengajar guru mata pelajaran pendidikan agama Islam di SDN Wates 01 Wonotunggal Batang, menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu. Silabus yang disusun mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi

(7)

pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Pengembangan silabus dalam KTSP diserahkan sepenuhnya kepada setiap satuan pendidikan, khususnya bagi yang sudah mampu melaksanakannya. Berkaitan dengan hal tersebut guru pendidikan agama Islam di SDN Wates 01 Wonotunggal Batang belum mampu menyusun silabus sendiri. Guru Pendidikan Agama Islam di SDN Wates 01 Wonotunggal Batang masih mengadopsi model silabus dari Depdiknas, selanjutnya model silabus tersebut ditelaah dan disesuaikan dengan kondisi sekolah.

Hasil wawancara dengan guru pendidikan agama Islam di SDN Wates 01 Wonotunggal Batang mengenai perencanaan pembelajaran dalam pembuatan silabus pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dijelaskan oleh guru PAI sebagai berikut,

“Berkaitan dengan penyusunan silabus, saya melihat contoh-contoh yang sudah ada dan panduan penyusunan silabus, selanjutnya dikembangkan sendiri. Silabus tersebut dijadikan acuan atau pedoman untuk membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Silabus menjelaskan mengenai standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar”. 6

Mengenai manfaat dari silabus beliau juga mengemukakan sebagai berikut:

“Manfaat dari silabus adalah sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut, seperti pembuatan Rencana Pelaksanaan

6 Ruhanah, S.Pd.I., Guru PAI SDN Wates 01 Wonotunggal Batang, Wawancara, tgl. 26

(8)

Pembelajaran (RPP), pengelolaan kegiatan pembelajaran dan pengembangan sistem nilai”.7

Persiapan pembelajaran berikutnya yang disusun oleh guru mata pelajaran pendidikan agama Islam di SDN Wates 01 Wonotunggal Batang berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan apa yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berisi tentang : alokasi waktu, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pokok atau pembelajaran, metode, strategi pembelajaran, sumber belajar, serta penilaian.

Hasil wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran pendidikan agama Islam di SDN Wates 01 Wonotunggal Batang dalam penyususnan RPP dijelaskan oleh Ibu Ruhanah, S.Pd.I, sebagai berikut,

“Saya menyusun RPP menjadi satu untuk beberapa kali pertemuan tatap muka, hal ini dikarenakan adanya kesibukan-kesibukan yang harus diselesaikan dan Secara umum dalam penyusunan RPP berbasis KTSP, saya tidak mengalami hambatan yang berarti, hal ini disebabkan telah adanya panduan dalam penyusunan RPP yang mengacu pada silabus”. 8

Metode juga memiliki arti penting dalam persiapan pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan pembelajaran, Penggunaan metode dalam pembelajaran ini dijelaskan oleh guru PAI,

“Penggunaan metode dalam perencanaan, saya tidak melakukan persiapan khusus, tapi semua itu tergantung materi yang nanti akan dijarkan, jika materi tersebut memerlukan ceramah, ya saya akan

7 Ruhanah, S.Pd.I., Guru PAI SDN Wates 01 Wonotunggal Batang, Wawancara, tgl. 26

Maret 2016.

8 Ruhanah, S.Pd.I., Guru PAI SDN Wates 01 Wonotunggal Batang, Wawancara, tgl. 26

(9)

ceramah namun jika materi tersebut membutuhkan praktek atau demonstrasi ya saya akan memakai praktek”. 9

Beliau mengemukakan juga mengenai perencanaan media pembelajaran, “saya tidak mempunyai perencanaan dalam penggunaan media, karena dalam pembelajaran saya memakai buku yang merupakan media yang saya pakai dalam mengajar” 10

. Sedangkan dalam perencanaan evaluasi pembelajaran beliau mengemukakan: “saya membuat beberapa pertanyaan yang saya berikan nanti dalam pembelajaran, pertanyaan tersebut menyangkut pre test dan post test”. 11

Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi penulis menemukan fakta sebagai berikut:

a. perencanaan pembelajaran PAI di SDN Wates 01 Wonotunggal Batang berupa Silabus, RPP, Prota, Promes.

b. guru melakukan perencanaan pembelajaran yang tertuang dalam Silabus dan RPP.

2. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SDN Wates 01 Wonotunggal Batang

Pelaksanaan pendidikan agama Islam terjadi di dalam kegiatan pembelajaran, kegiatan pembelajaran selalu dimulai dengan kegiatan awal, kegiatan inti dan penutup. Kegiatan tersebut harus dilakukan seorang guru dalam melakukan proses pembelajaran yang ada di dalam kelas dan dapat

9 Ruhanah, S.Pd.I., Guru PAI SDN Wates 01 Wonotunggal Batang, Wawancara, tgl. 26

Maret 2016.

10 Ruhanah, S.Pd.I., Guru PAI SDN Wates 01 Wonotunggal Batang, Wawancara, tgl. 26

Maret 2016.

11 Ruhanah, S.Pd.I., Guru PAI SDN Wates 01 Wonotunggal Batang, Wawancara, tgl. 26

(10)

diketahui bahwa kegiatan awal atau pembukaan pembelajaran selalu dimulai dengan kegiatan apersepsi serta persiapan bahan pembelajaran baik oleh guru atau siswa.

Peneliti menanyakan kegiatan awal yang dilakukan sebelum memulai proses pembelajaran kepada guru PAI, beliau mengemukakan, “yang pertama malakukan salam, yang ke dua membaca doa, tiga membaca surat pendek secara klasikal,ke empat absen dan selanjutnya apersepsi pelajaran minggu lalu”. 12

Hal itu diperkuat dengan pernyataan siswa “sebelum memulai pembelajaran selalu membaca surat pendek dan bertanya pelajaran minggu lalu”. 13

Guru sering melakukan kegiatan pre-tes, walaupun waktu yang tersedia terbatas. Berikut hasil wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam di SDN Wates 01 Wonotunggal Batang, “sebelum kegiatan pembelajaran, saya sering melakukan pretest terlebih dahulu sebelum pembelajaran dimulai, karena dengan hal tersebut para siswa mau belajar dan fikirannya terfokus pada materi pelajaran”.14

Berdasarkan data penelitian yang terkumpul melalui wawancara dan observasi dapat penulis temukan hasil penelitian, bahwa sebelum proses pembelajaran dimulai, guru selalu melakukan pre test guna mengingatkan kembali materi yang sudah diajarkan minggu lalu.

12Ruhanah, S.Pd.I., Guru PAI SDN Wates 01 Wonotunggal Batang, Wawancara, tgl. 26

Maret 2016.

13Nila Rosyadah., Siswa kelas VI SDN Wates 01 Wonotunggal Batang, Wawancara, tgl.

26 Maret 2016.

14Ruhanah, S.Pd.I., Guru PAI SDN Wates 01 Wonotunggal Batang, Wawancara, tgl. 26

(11)

Guru dalam melaksanakan kegiatan inti, berusaha menyesuaikan dengan RPP dan peneliti dapat melihat dalam beberapa hal sebagai beikut: a. Penggunaan metode

Beberapa metode yang dipakai dalam melakukan pembelajaran di SDN Wates 01 Wonotunggal Batang, sebagaimana diungkapkan oleh guru PAI sebagai berikut:

“Pnggunakan metode, bergantung materi yang diajarkan dan yang biasa saya pakai yaitu, ceramah, tanya jawab, penugasan, tugas kelompok dan demonstarsi, namun semua itu tergantung materi yang akan diajarkan dan terkadang saya juga tidak selalu memakai ceramah, agar para siswa tidak bosan”. 15

Salah satu siswa mengatakan bahwa “guru menggunakan cara belajar dengan didahului ceramah setelah itu saya diminta untuk mengerjakan soal-soal”.16

Peneliti juga bertanya kepada salah seorang siswa yang berbeda, apakah guru hanya memakai ceramah dalam menyampaikan materi pembelajaran. Siswa tersebut mengemukakan “terkadang juga tugas kelompok dan demonstrasi” 17

Peneliti melakukan observasi di dalam kelas guna melihat proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang ada di kelas. Saat itu guru tengah menggunakan metode kartu huruf untuk menyampaikan materi pengenalan huruf hijaiyah. Bergantian siswa maju untuk mencocokkan kartu huruf dengan huruf-huruf di lembaran kertas yang tertempel di papan tulis.

15Ruhanah, S.Pd.I., Guru PAI SDN Wates 01 Wonotunggal Batang, Wawancara, tgl. 26

Maret 2016.

16Siti Maesyaroh., Siswa kelas VI SDN Wates 01 Wonotunggal Batang, Wawancara, tgl.

26 Maret 2016.

17Panji Saputro., Siswa kelas VI SDN Wates 01 Wonotunggal Batang, Wawancara, tgl. 26

(12)

“Dengan metode seperti ini siswa diharapkan lebih cepat mengenal huruf hijaiyah. Karena selama ini pembelajaran baca tulis Al Qur’an lebih menekankan pada bacaan huruf, dan bukan pada penulisan. Sehingga sering terjadi anak pandai membaca tapi kurang bisa menulis” 18

Menurut salah seorang siswa, pengenalan huruf dengan metode pembelajaran seperti dirasa sangat menyenangkan dan menantang. “Saya lebih bisa cepat menulis huruf hijaiyah”. 19

Hasil wawancara di atas memberikan kesimpulan bahwa guru memakai bermacam-macam metode dalam melakukan pembelajaran untuk menghindari kejenuhan para siswa dalam proses pembelajaran. Hal tersebut digunakan untuk pengenalan siswa pada materi sebagai modal melakukan interaksi pada saat pembelajaran sehingga siswa memiliki dorongan untuk menanyakan materi yang belum dimengerti, sehingga siswa mempunyai keinginan untuk benar-benar mengikuti pelajaran yang sedang dipelajari.

b. Materi pembelajaran

Materi atau bahan pelajaran dalam pembelajaran PAI sangtlah penting dalam mendukung proses pembelajaran, karena tanpa adanya sebuah materi maka proses pembelajaran juga tidak bisa terlaksana. Materi tersebut sangatlah penting disediakan oleh seorang guru yang bersangkutan, maka dari itu, guru PAI menyediakan materi atau bahan pelajaran yang bersumber dari buku paket dan PAI dan lain-lain. Beliau

18Ruhanah, S.Pd.I., Guru PAI SDN Wates 01 Wonotunggal Batang, Wawancara, tgl. 26

Maret 2016.

19Ilham Mustakim., Siswa kelas VI SDN Wates 01 Wonotunggal Batang, Wawancara, tgl.

(13)

mengemukakan “saya mengambil materi pelajaran dari buku paket dan PAI dan juga buku penunjang yang lain”. 20

Hasil wawancara di atas menegaskan bahwa seorang guru selalu menyediakan materi atau bahan pelajaran guna memperlancar proses pembelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran. Sebagian besar siswa bisa memahami materi pendidikan agama islam yang diberikan oleh guru. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan beliau, “para siswa sebagian besar bisa mengerjakan semua soal yang saya berikan”.21

Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan siswa yang mengatakan bahwa “saya dapat memahami materi PAI yang diberikan oleh guru”. 22

c. Media pembelajaran

Sebuah media sangatlah penting dalam membantu seorang guru dalam menyampaikan materi yang akan diajarkan, karena dengan media yang tepat para siswa akan lebih cepat memahami materi dan mampu membantu guru dalam menyampaikan materi dengan lebih mudah.

Peneliti menanyakan tentang media yang dipakai dalam proses pembelajaran, beliau mengemukakan: “dalam proses pembelajaran saya memakai papan tulis, buku dan juga gambar yang menunjang materi pelajaran, dan akhir-akhir ini saya juga memanfaatkan projector LCD”23

20Ruhanah, S.Pd.I., Guru PAI SDN Wates 01 Wonotunggal Batang, Wawancara, tgl. 26

Maret 2016.

21Ruhanah, S.Pd.I., Guru PAI SDN Wates 01 Wonotunggal Batang, Wawancara, tgl. 26

Maret 2016.

22Panji Saputro., Siswa kelas VI SDN Wates 01 Wonotunggal Batang, Wawancara, tgl. 26

Maret 2016.

23Ruhanah, S.Pd.I., Guru PAI SDN Wates 01 Wonotunggal Batang, Wawancara, tgl. 26

(14)

Selanjutnya peneliti bertanya kepada beberapa siswa mereka mengatakan “media yang dipakai adalah papan tulis dan buku, kadang gambar-gambar, kadang juga pakai video”.24

Hasil observasi yang penulis lakukan, menunjukkan guru PAI sudah menggunakan media gambar dari projector LCD, sehingga lebih dirasa menarik bagi siswa dan materi pembelajaran bisa lebih mengena. d. Evaluasi pembelajaran

Evaluasi sangat diperlukan oleh seorang guru guna mengetahui sejauhmana para siswa dalam menerima sebuah pelajaran yang telah disampaikan oleh seorang guru.

Evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilakukan guru PAI di SDN Wates 01 Wonotunggal Batang, dengan cara tanya jawab, penugasan dan ulangan harian. Hal itu sesuai dengan wawancara peneliti dengan guru PAI, beliau mengemukakan: “saya menggunakan tanya jawab dan penugasan untuk mengetahui kemampuan siswa dan juga melakukan ulangan harian ketika sudah mencapai satu kompetensi dasar”. 25

Peneliti juga bertanya kembali tentang evaluasi yang dilakuakan, beliau mengemukakan: “pada materi tertentu saya melakukan ujian praktek, seperti solat dan juga wudlu dan terkadang juga hanya sekedar demonstrasi”. 26

24Satrio., Siswa kelas VI SDN Wates 01 Wonotunggal Batang, Wawancara, tgl. 26 Maret

2016.

25Ruhanah, S.Pd.I., Guru PAI SDN Wates 01 Wonotunggal Batang, Wawancara, tgl. 26

Maret 2016.

26Ruhanah, S.Pd.I., Guru PAI SDN Wates 01 Wonotunggal Batang, Wawancara, tgl. 26

(15)

Hal itu diperkuat dengan ungkapan siswa yang mengatakan “setelah selesai berceramah guru bertanya kepada para siswa”. 27

Penelitipun memperkuat datanya dan melakukan observasi. Ketika mengamati proses pembelajarayang sedang berlangsung. Dalam observasi tersebut peneliti menyimpulkan bahwa setelah guru menyampaikan materi, selanjutanya melakukan evaluasi.

Pernyataan guru dan siswa yang terkumpul di atas, menegaskan bahwa evaluasi pembelajaran yang dilakukan di SDN Wates 01 Wonotunggal Batang dalam mata pelajaran PAI dilaksanakan per KD dan SK. Namun tidak hanya dengan evaluasi tulis tetapi juga menggunakan tes lisan dan juga praktek guna mengetahui seberapa jauh para siswa menerima pembelajara pendidikan agama Islam. Pelaksanaan evalusai yang sesuai dengan kompetensi dasar tersebut sesuai dengan pelaksanaan KTSP.

Data penelitian yang dikumpulkan melalui wawancara, observasi, menegaskan beberapa hal yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan agama Islam di SD Wates 01 Wonotunggal Batang sebagai berikut: 1) Penggunaan metode; dalam hal ini guru memakai beberapa metode

agar para peserta didik tidak bosan dalam mengikuti proses pembelajaran.

2) Materi pembelajaran; guru selalu menyediakan materi guna menunjang proses pembelajaran.

27Tinis Widasari, Siswa kelas VI SDN Wates 01 Wonotunggal Batang, Wawancara, tgl.

(16)

3) Media pembelajaran; guru selain memakai media papan tulis dan buku sebagai media pembelajaran juga memanfaatkan media gambar dan video.

4) Evaluasi pembelajaran, dalam hal ini guru selalu melakukan evaluasi setelah menyelesaikan satu kompetensi dasar dan standar kompetensi.

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

1. Faktor Pendukung Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Faktor pendukung pelaksanaan Pendidikan Agama Islam merupakan sesuatu yang bisa membantu guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga guru terbantu dalam pelaksanaan proses pembelajaran kepada siswa dan siswa itu sendiri menjadi lebih mudah dalam memahami pelajaran.

Peneliti menanyakan hal-hal apa saja yang dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran.

“ada kerjasama yang baik antara para wali murid dan pihak sekolah, seperti waktu pembuatan musholla yang berada di sebelah selatan kelas empat, para wali murid dan warga saling bergotong royong dalam membuat mushola”. 28

Hal itu diperkuat dengan pernyataan siswa yang mengatakan “dengan adanya musholla yang ada di sekolah, kita bisa praktik sholat dan wudlu” 29

Guru juga menjelaskan mengenai faktor pendukung,

28Ruhanah, S.Pd.I., Guru PAI SDN Wates 01 Wonotunggal Batang, Wawancara, tgl. 26

Maret 2016.

29Tinis Widasari, Siswa kelas VI SDN Wates 01 Wonotunggal Batang, Wawancara, tgl.

(17)

“keaktifan dan antusias para siswa dalam mengikuti proses pembelajaran pendidikan agama Islam, sehingga proses kegiatan mengajar dapat terjalin dengan baik dan interaktif, selain itu dukungan dan motivasi dari kepala sekolah membuat saya terpacu dalam menyelesaikan tugas dalm mengajar”. 30

Beliau juga mengemukakan, “kebersihan yang ada di dalam kelas membuat proses pembelajaran menjadi nyaman, karena kebersihan merupakan sebagian dari iman dan peserta didik menjadi betah dalam mengikuti proses pembelajaran”.31

Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan kepala sekolah yang mengemukakan “adanya ruang belajar yang bersih dan kondisi bangunan yang bagus membuat para siswa nyaman dalam belajar” 32

Peneliti juga bertanya mengenai faktor pendukung yang lain, beliau mengemukakan, “adanya taman pendidikan Al-Quran atau TPA di dekat sekolah, para peserta didik bisa belajar membaca Al-Quran, sehingga saya tidak banyak mengajari mereka tentang bacaan Quran dan proses pembelajaan”.33

Hasil wawancara di atas menegaskan bahwa bahwa faktor pendukung pelaksanaan pendidikan agama Islam di SDN Wates 01 Wonotunggal Batang adalah adanya kerjasama yang baik antara wali murid dan juga sekolah, adanya musholla atau prasarana yang berada di lingkungan sekolah yang dapat dipakai dalam praktik beribadah, selain itu keaktifan siswa juga sebagai pendukung dalam proses pembelajaran dan juga kebersihan dalam kelas yang dapat membuat nyaman para peserta didik

30Ruhanah, S.Pd.I., Guru PAI SDN Wates 01 Wonotunggal Batang, Wawancara, tgl. 26

(18)

serta dukungan dari kepala sekolah. Adanya TPA juga sebagai pendukung dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam.

2. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Setelah itu juga menanyakan tentang faktor penghambat dalam pelaksanaan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Guru PAI mengemukakan,

“faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah, kurang lengkapnya buku-buku di perpustakaan, khususnya buku-buku pendidikan agama islam sebagai penunjang dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, sehingga para siswa hanya berpegangan pada buku paket saja. Selain itu, dukungan orangtua terhadap pendidikan agama bagi anak sangat kurang, hal itu menyebabkan anak menjadi kurang begitu perhatian terhadap pentingnya Pendidikan Agama Islam”34 Peneliti juga bertanya kepada kepala sekolah, beliau mengemukakan bahwa,

“perpustakaan yang kami miliki dirasa kurang representatif. Kami menempati ruang sederhana dengan koleksi buku yang tidak terlalu banyak. Ke depan kami akan meminta bantuan buku dari para orangtua yang anaknya lulus dari sekolah ini”35

Peneliti bertanya kembali tentang faktor penghambat dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam, beliau kembali mengemukakan: “kemampuan para peserta didik yang berbeda, sehingga terdapat peserta

31Ruhanah, S.Pd.I., Guru PAI SDN Wates 01 Wonotunggal Batang, Wawancara, tgl. 26

Maret 2016.

32Tri Prasetianingsih, S.Pd., M.Pd., Kepala SDN Wates 01 Wonotunggal Batang, Wawancara, tgl. 28 Maret 2016.

33Tri Prasetianingsih, S.Pd., M.Pd., Kepala SDN Wates 01 Wonotunggal Batang, Wawancara, tgl. 28 Maret 2016.

34Ruhanah, S.Pd.I., Guru PAI SDN Wates 01 Wonotunggal Batang, Wawancara, tgl. 26

Maret 2016.

35Tri Prasetianingsih, S.Pd., M.Pd., Kepala SDN Wates 01 Wonotunggal Batang, Wawancara, tgl. 28 Maret 2016.

(19)

didik yang cepat menerima materi dan juga ada yang lama dalam menerima materi, sehingga diperlukan metode yang bervariatif” 36

Dari hasil wawancara dan observasi yan dilakukan peneliti, dapat ditemukan bahwa faktor penghambat pelaksanaan pendidikan agama Islam di SDN Wates 01 Wonotunggal Batang ini adalah kurangnya sarana dan prasarana pendidikan seperti buku dan ruang perpustakaan yang kurang memadai, selain itu kurangnya perhatian dari orangtua dalam pendidikan agama islam. Selain itu perbedaan kemampuan peserta didik dalam menerima materi membuat proses pembelajaran agak berjalan lamban.

36Ruhanah, S.Pd.I., Guru PAI SDN Wates 01 Wonotunggal Batang, Wawancara, tgl. 26

Referensi

Dokumen terkait

Egyes sztéléken ábrázolják a négy kosfejjel rendelkező Amont is. Amon va- lószínűleg abból a tulajdonságából adódóan képezi részét az alakoknak, hogy 22 Kákosy,

Rubella atau Campak Jerman merupakan penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau

Dan Trianggulasi merupakan tekhnik pemeriksaan kebenaran data sebagai pembanding atas data yang diperoleh Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: (1) dari aktivitas

Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan yaitu penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Galur harapan yang memiliki potensi hasil tinggi pada lahan masam optimal dan non optimal adalah Galur harapan KH2, KH31, KH35, KH40, KH42 dan

Sebagai upaya untuk mempermudah pembahasan dan terarahnya penulisan serta menghindari perbedaan pendapat dan persepsi, maka dipandang perlu untuk menjelaskan beberapa istilah

Pada umumnya remaja dituntut untuk menempuh pendidikan setinggi mungkin, Permasalahannya adalah apakah remaja Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten