• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Berbagai literatur mendefinisikan tentang fraud. Defenisi fraud secara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Berbagai literatur mendefinisikan tentang fraud. Defenisi fraud secara"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kecurangan (Fraud)

Berbagai literatur mendefinisikan tentang fraud. Defenisi “fraud” secara harfiah diartikan sebagai kecurangan. Menurut the Association of Certified Fraud Examiners (ACFE 2014), fraud adalah perbuatan-perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu (manipulasi atau memberikan laporan keliru terhadap pihak lain) dilakukan orang-orang dari dalam atau luar organisasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi ataupun kelompok yang secara langsung atau tidak langsung merugikan pihak lain.

Bologna et al (dalam Rachmawati, 2014) menjelaskan kecurangan “fraud is criminal deception intended to financially benefit to deceiver” yaitu kecurangan adalah penipuan kriminal yang bermaksud untuk memberi manfaat keuangan kepada pelaku. Kriminal berarti setiap tindakan kesalahan serius yang dilakukan dengan maksud jahat. Dari tindakan jahat tersebut ia memperoleh manfaat dan merugikan korbannya secara finansial.

Suatu tindakan dianggap sebagai fraud menurut Mark R. Simmons, CIA, CFE, jika memenuhi empat kriteria : (1) Tindakan tersebut dilakukan pelaku secara sengaja; (2) Terdapat korban yang menganggap, karena tidak tahu keadaan sebenarnya, bahkan tindakan pelaku benar dan wajar; (3) Korban dapat berupa individu, kelompok, organisasi; (4) Korban dirugikan oleh tindakan pelaku.

(2)

10 Menurut Rini (2012), The Association of Certified Fraud Examiner atau ACFE membagi kecurangan kedalam tiga tipologi, yaitu: (1) Penggelapan aset (asset missapropriation). Tindakan ini berupa pencurian, menggelapkan, atau juga penyalahgunaan aset yang dimiliki oleh perusahaan. (2) Pernyataan yang salah (fraudulent missatement). Tipologi ini menyatakan bahwa laporan keuangan yang disajikan tersebut tidak dinyatakan dengan yang sebenarnya. (3) Korupsi (corruption) dimana kecurangan yang satu ini kerap dan marak terjadi dalam dunia bisnis maupun pemerintahan. Korupsi merupakan tindakan kecurangan yang sulit terdeteksi dan cenderung dilakukan satu orang, namun melibatkan pihak lainnya.

2.2. Segiempat Kecurangan (Fraud Diamond)

Fraud diamond merupakan sebuah pandangan baru tentang fenomena fraud yang dikemukakan oleh Wolfe dan Hermanson (2004). Wolfe dan Hermanson mengatakan “many frauds would not have occurred without the right person with the capabilities the details of fraud”. Secara keseluruhan fraud diamond merupakan penyempurnaan dari fraud model yang dikemukakan Cressey. Adapun elemen-elemen dari fraud diamond theory yaitu tekanan (pressure), kesempatan (opportunity), rasionalisasi (rationalization) dan kemampuan (capability).

(3)

11 Gambar 2.1

Segiempat Kecurangan (Fraud Diamond)

2.2.1. Tekanan (Pressure)

Salah satu kondisi yang selalu hadir saat terjadi kecurangan laporan keuangan adalah tekanan (Cressey, 1953). Tekanan dapat terjadi saat manajemen sedang membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan misalnya gaya hidup, tuntutan ekonomi, dan lain-lain termasuk hal keuangan dan non keuangan.

Dalam penelitian Sihombing (2014) mengklasifikasikan bahwa faktor tekanan (Pressure) yang dapat mengakibatkan kecurangan laporan keuangan yaitu : stabilitas keuangan (financial stability), tekanan eksternal (external pressure) dan target keuangan (financial target).

Menurut SAS No.99 (AICPA, 2002) terdapat 4 (empat) jenis kondisi yang umum terjadi pada tekanan (pressure) yang dapat mengakibatkan kecurangan, yaitu : 1) Stabilitas Keuangan (Financial Stability) dijelaskan bahwa manajer menghadapi

(4)

12 stabilitas keuangan dan profitabilitas perusahaannya terancam kondisi ekonomi, industri, dan situasi lainnya.

2) Tekanan Eksternal (External Pressure) merupakan tekanan yang berlebihan bagi manajemen untuk memenuhi persyaratan atau harapan dari pihak ketiga. Saat tekanan berlebihan dari pihak eksternal terjadi, maka terdapat risiko kecurangan terhadap laporan keuangan.

3) Kebutuhan Keuangan Individu (Personal Financial Need) merupakan suatu kondisi ketika keuangan perusahaan turut dipengaruhi oleh kondisi keuangan para eksekutif perusahaan (Skousen et al., 2009). Adanya kepemilikan saham oleh orang dalam perusahaan menyebabkan yang bersangkutan merasa punya hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan sehingga akan mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan.

4) Target Keuangan (Financial Target) adalah risiko adanya tekanan berlebihan pada manajemen untuk mencapai target keuangan yang dipatok oleh direksi atau manajemen, termasuk tujuan-tujuan penerimaan insentif dari penjualan maupun keuntungan.

2.2.2. Kesempatan (Opportunity)

Menurut Montgomery et al., (2002) dalam Rukmawati (2011) kesempatan yaitu peluang yang menyebabkan pelaku secara leluasa dapat menjalankan aksinya yang disebabkan oleh pengendalian internal yang lemah, ketidakdisplinan, kelemahan dalam mengakses informasi, tidak ada mekanisme audit, dan sikap apatis. Hal yang

(5)

13 paling menonjol di sini adalah dalam hal pengendalian internal. Pengendalian internal yang tidak baik akan memberi peluang orang untuk melakukan kecurangan.

Dalam penelitian Sihombing (2014) dan Pardosi (2015) mengklasifikasikan bahwa faktor kesempatan (opportunity) yang dapat mengakibatkan kecurangan laporan keuangan yaitu: sifat industri (nature of industry) dan ketidakefektian pengawaan (ineffective monitoring).

Menurut SAS No.99 (AICPA, 2002) terdapat 3 (tiga) jenis kondisi yang umum terjadi pada kesempatan (opportunity) yang dapat mengakibatkan kecurangan, yaitu :

1) Sifat Industri (nature of industry) merupakan keadaan ideal suatu perusahaan dalam industri. Pada laporan keuangan terdapat akun-akun tertentu yang besarnya saldo ditentukan oleh perusahaan berdasarkan suatu estimasi, misalnya akun piutang tak tertagih dan akun persediaan usang.

2) Ketidakefektian Pengawaan (ineffective monitoring) merupakan dampak dari pengawasan yang kelemahan, hal ini memberikan kesempatan terhadap agen perusahaan yaitu manajer berperilaku menyimpang dengan melakukan manajemen laba (Andayani, 2010).

3) Struktur Organisasi (organizational structure) merupakan kondisi dimana seorang direksi memiliki jabatan lain di luar perusahaan. Richardson, (1987) dalam Haniffa dan Hudaib (2006) menyatakan bahwa jabatan direksi di luar perusahaan dapat menguntungkan perusahaan dalam beberapa cara. Mereka berfungsi sebagai sumber informasi yang berpengaruh, yaitu adanya motif

(6)

14 pertukaran informasi yang memberikan informasi penting berkaitan dengan kebijakan-kebijakan baru, rahasia dagang, dan praktek antara perusahaan yang dapat memberkan kinerja lebih baik.

2.2.3. Rasionalisasi (Rationalization)

Rationalization merupakan suatu faktor kualitatif yang tidak dapat dipisahakan dari terjadinya Fraud. Dengan rasionalisasi menyebabkan pelaku kecurangan mencari pembenaran atas perbuatannya dan membuat mereka menjustifikasi bahwa perilaku kecurangan mereka adalah hal yang wajar terjadi. Bagi mereka yang umumnya tidak jujur, mungkin lebih mudah untuk merasionalisasi penipuan. Bagi mereka yang dengan standar moral yang tinggi, itu mungkin tidak begitu mudah (Molida, 2011).

Menurut SAS No.99 (AICPA, 2002) rasionalisasi pada perusahaan dapat diukur dengan siklus pergantian auditor, opini audit yang didapat perusahaan tersebut serta keadaan total akrual dibagi dengan total aktiva.

Dalam penelitian Sihombing (2014) mengklasifikasikan bahwa faktor rasionalisasi (Rationalization) yang dapat mengakibatkan kecurangan laporan keuangan yaitu: pergantian auditor (change in auditor) dan rasionalisasi (rationalization) dengan penekanan dalam pengambilan keputusan.

1) Pergantian Auditor (Change in Auditor) merupakan untuk mengurangi kemungkinan pendeteksian kecurangan laporan keuangan oleh pihak auditor. (Lou dan Wang, 2009)

(7)

15 2) Rasionalisasi (Rationalization) adalah prinsip akrual berhubungan dengan

pengambilan keputusan manajemen dan memberikan wawasan terhadap rasionalisasi dalam pelaporan keuangan (Vermeer, 2003)

2.2.4. Kemampuan (Capability)

Capability artinya seberapa besar daya dan kapasitas dari seseorang itu melakukan fraud di lingkungan perusahaan. Dalam penelitian ini akan digunakan perubahan direksi sebagai proksi dari Capability. Perubahan direksi pada umumnya sarat dengan muatan politis dan kepentingan pihak-pihak tertentu yang memicu munculnya conflict of interest (Sihombing, 2014)

Menurut Wolfe dan Hermanson (2004) menyatakan bahwa posisi seseorang atau fungsi dalam organisasi dapat memberikan kemampuan untuk membuat atau memanfaatkan kesempatan untuk kecurangan tidak tersedia untuk orang lain. Kemampuan kecurangan adalah suatu kemampuan yang dimiliki seseorang dalam prosesnya melakukan kecurangan. Kemampuan tersebut meliputi bagaimana seseorang dapat melihat dan memanfaatkan peluang yang juga didasari oleh tekanan dari pihak lain untuk melakukan kecurangan.

2.3. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud)

Menurut The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE, 2014), kecurangan laporan keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material laporan keuangan yang merugikan

(8)

16 investor dan kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat finansial atau kecurangan non financial.

Menurut SAS No.99 (AICPA, 2002), financial statement fraud dapat dilakukan dengan: (1) Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi, dokumen pendukung dari laporan keuangan yang disusun. (2) Kekeliruan atau kelalaian yang disengaja dalam informasi yang signifikan terhadap laporan keuangan. (3) Melakukan secara sengaja penyalahgunaan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.

Menurut Wells, 2011 (dalam Sihombing, 2014) kecurangan laporan keuangan mencakup beberapa modus, antara lain: (1) Pemalsuan, pengubahan, atau manipulasi catatan keuangan (financial record), dokumen pendukung atau transaksi bisnis. (2) Penghilangan yang disengaja atas peristiwa, transaksi, akun, atau informasi signifikan lainnya sebagai sumber dari penyajian laporan keuangan. (3) Penerapan yang salah dan disengaja terhadap prinsip akuntansi, kebijakan, dan prosedur yang digunakan untuk mengukur, mengakui, melaporkan dan mengungkapkan peristiwa ekonomi dan transaksi bisnis. (4) Penghilangan yang disengaja terhadap informasi yang seharusnya disajikan dan diungkapkan menyangkut prinsip dan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam membuat laporan keuangan (Rezaee, 2002).

2.4. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berkaitan dengan financial statement fraud telah banyak diteliti.Berikut ini adalah beberapa contoh penelitian yang berkaitan dengan fraud.

(9)

17 Tiffani (2015) melakukan deteksi financial statement fraud dengan analisis fraud triangle. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel financial stability dan external pressure berpengaruh positif signifikan terhadap financial statement fraud. Variabel personal financial need, financial target, nature of industry dan rationalization tidak berpengaruh terhadap financial statement fraud sedangkan Variabel effective monitoring berpengaruh negatif terhadap financial statement fraud.

Pardosi (2015) melakukan Analisis fraud diamond dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa variable financial stability dan auditor change berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap risiko terjadinya kecurangan laporan keuangan, nature of industry dan capability berpengaruh positif dan signifikan terhadap risiko terjadinya kecurangan laporan keuangan, external pressure dan ineffective monitoring berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap risiko kecurangan laporan keuangan.

Rachmawati (2014) melakukan penelitian tentang pengaruh faktor-faktor dalam perspektif fraud triangle terhadap fraudulent financial reporting.Hasil penelitian membuktikan bahwa yang berpengaruh terhadap kecurangan pelaporan keuangan adalah multijabatan dewan direksi dan pergantian auditor. Variabel lain yaitu kepemilikan asing, kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannnya, target keuangan, efektivitas pengawasan, dan transaksi pihak istimewa terbukti tidak berpengaruh terhadap kecurangan pelaporan keuangan.

Molida (2011) menguji efektivitas fraud triangle dalam mendeteksi financial statement fraud. manajemen laba diproksi dengan discretionary, ineffective

(10)

18 monitoring, financial stability, personal financial need. Penelitian ini menunjukkan bahwa financial stability dan personal financial need berpengaruh positif dan signifikan terhadap laporan keuangan.

2.5. Hipotesis Penelitian

2.5.1. Pengaruh Stabilitas Keuangan (Financial Stability) Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud)

Penilaian terhadap suatu perusahaan bukan hanya dari tingginya tingkat profitabilitas tetapi juga stabilitas keuangan yang dimiliki perusahaan tersebut karena di saat perusahaan berada dalam kondisi stabil maka nilai perusahaan akan naik dalam pandangan investor, kreditor maupun publik.

Loebbecke et.al. (dalam Skousen et.al, 2009) mengindikasikan bahwa saat perusahaan sedang dalam masa pertumbuhan di bawah rata-rata industri, manajemen bisa saja memanipulasi laporan keuangan untuk meningkatkan performa perusahaan.

Kondisi perusahaan yang tidak stabil akan menimbulkan tekanan bagi manajemen karena kinerja perusahaan terlihat menurun di mata publik sehingga akan menghambat aliran dana investasi di tahun mendatang. Kondisi seperti ini menunjukan bahwa perusahaan sedang dalam kondisi tidak stabil karena tidak mampu memaksimalkan aset yang dimiliki serta tidak dapat menggunakan sumber dana investasi secara efisien (Ratmonodkk, 2014).

(11)

19 Skousen et.al, (2009) membuktikan bahwa semakin besar rasio perubahan total (ACHANGE) aset suatu perusahaan, maka kemungkinan kecurangan laporan keuangan (financial statement fraud) suatu perusahaan semakin tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian Hanum (2014) yang menyatakan bahwa untuk menarik minat investor dalam menanamkan modalnya, perusahaan harus berusaha memperindah tampilan total aset yang dimiliki. Oleh karena itu, rasio perubahan total aset dijadikan proksi pada variabel stabilitas keuangan (financial stability). Dengan demikian sesuai hasil penelitian Sihombing (2014) disimpulkan bahwa financial stability berpengaruh secara signfikan terhadap financial statement fraud.

Berdasarkan penelitian diatas, maka dapat diturunkan hipotesis :

H01 : Financial Stability berpengaruh positif terhadap Financial Statement Fraud

2.5.2. Pengaruh Tekanan Eksternal (External Pressure) Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud)

Perusahaan sering mengalami suatu tekanan dari pihak eksternal. Salah satu tekanan yang sering dialami manajemen perusahaan adalah kebutuhan untuk mendapatkan tambahan utang atau sumber pembiayaan eksternal agar tetap kompetitif (Skousen et al., 2009). Tekanan dari pihak eksternal perusahaan ini membuat perusahaan berusaha untuk menampilkan performa atau rasio keuangan yang baik dan laba yang tinggi untuk menarik calon investor. Hal ini akan menciptakan motivasi untuk melakukan manipulasi laba. Tekanan yang berlebihan bagi manajemen untuk memenuhi persyaratan atau harapan dari pihak ketiga menurut

(12)

20 SAS No.99 (AICPA, 2002), menyebabkan risiko kecurangan terhadap laporan keuangan.

Pernyataan diatas telah dibuktikan dari hasil penelitian Tiffani (2015) bahwa external pressure diproksikan dengan LEV berpengaruh positif signifikan terhadap financial statement fraud. Hasil penelitian ini sama yang dilakukan oleh Sihombing (2014) yang menyatakan bahwa external pressure memiliki pengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Hubungan antara external pressure dan risiko kecurangan laporan keuangan mengandung arti apabila perusahaan memiliki rasio leverage yang tinggi maka perusahaan itu memiliki hutang yang besar dan risiko kreditnya juga tinggi sehingga dimungkinkan terjadinya kecurangan financial yang lebih besar peluangnya.

Berdasarkan penelitian diatas, maka dapat diturunkan hipotesis :

H02 : External Pressure berpengaruh positif terhadap Financial Statement Fraud

2.5.3 Pengaruh Kebutuhan Keuangan Pribadi (Personal Financial Need) Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud) Personal Financial Need merupakan suatu kondisi ketika keuangan perusahaan turut dipengaruhi oleh kondisi keuangan para eksekutif perusahaan (Skousen et al., 2009). Beasley (1996), Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO) (1999), dan Dunn (2004) menunjukkan bahwa ketika eksekutif perusahaan memiliki peranan keuangan yang kuat dalam perusahaan, personal financial need dari eksekutif perusahaan tersebut akan turut terpengaruh

(13)

21 oleh kinerja keuangan perusahaan. Menurut Klein (dalam Ahmed dan Duellman, 2007) kepemilikan sebagian saham oleh orang dalam ini dapat dijadikan sebagai kontrol dalam pelaporan keuangan. Adanya kepemilikan saham oleh orang dalam perusahaan menyebabkan yang bersangkutan merasa punya hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan sehingga akan mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Skousen et al. (2009) menunjukkan bahwa persentase kepemilikan saham oleh orang dalam (OSHIP) berpengaruh positif terhadap financial statement fraud. Hasil penelitian ini sama yang dilakukan oleh Molida (2011) bahwa personal financial need berpengaruh positif signifikan terhadap financial statement fraud.

Berdasarkan penelitian diatas, maka dapat diturunkan hipotesis:

H03 : Personal Financial Need berpengaruh positif terhadap Financial Statement

Fraud

2.5.4. Pengaruh Target Keuangan (Financial Target) Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud)

Financial Target adalah rasio pengukur kinerja operasional yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atas penggunaan seluruh asetnya. Financial Target ini dapat diproksikan menggunakan rasio ROA (return on asset). Karena ROA juga di gunakan sebagai indikator dalam penentuan kinerja manajemen, penentuan bonus dan kenaikan gaji (Skousen et al., 2009),

(14)

22 Penelitian Carlson dan Bathala (1997) dalam Widyastuti (2009) membuktikan bahwa perusahaan yang memiliki laba yang besar (diukur dengan profitabilitas atau ROA) lebih mungkin melakukan manajemen laba dari pada perusahaan yang memiliki laba yang kecil.

Berdasarkan penelitian diatas, maka dapat diturunkan hipotesis :

H04 : Financial Target berpengaruh positif terhadap Financial Statement Fraud

2.5.5. Pengaruh Sifat Industri (Nature of Industry) Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud)

Nature of Industry merupakan keadaan ideal suatu perusahaan dalam industri. Pada laporan keuangan terdapat akun-akun tertentu yang besarnya saldo ditentukan oleh perusahaan berdasarkan suatu estimasi, misalnya akun piutang tak tertagih dan akun persediaan usang. Summers dan Sweeney (1998) mencatat bahwa akun piutang dan persediaan memerlukan penilaian subjektif dalam memperkirakan tidak tertagihnya piutang.

Penelitian yang dilakukan oleh Summers dan Sweeney (1998) menunjukkan bahwa rasio perubahan dalam piutang usaha (RECEIVABLE) berpengaruh positif terhadap financial statement fraud. Argumen ini didukung oleh Loebbecke et al. (1989), yang menemukan bahwa akun piutang dan persediaan terlibat dalam sejumlah besar fraud dalam sampel mereka.

Hasil penelitian tersebut sama yang dilakukan oleh Sihombing (2014) bahwa nature of industry berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan keuangan.

(15)

23 Berdasarkan penelitian diatas, maka dapat diturunkan hipotesis :

H05 : Nature of Industry berpengaruh positif terhadap Financial Statement Fraud

2.5.6. Pengaruh Ketidakefektifan Pengawasan (Ineffective monitoring) Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud) Terjadinya praktik kecurangan didalam perusahaan merupakan dampak dari ketidakefektifan pengawasan sebagai bentuk kelemahan, hal ini memberikan kesempatan terhadap agen perusahaan yaitu manajer berperilaku menyimpang dengan melakukan manajemen laba (Andayani, 2010).

Penelitian dari Fama dan Jensen (1983) dalam Beasley (1996) yang menyatakan bahwa dewan komisaris independen memiliki tugas sebagai pengawas dan tidak bekerjasama dengan manajemen puncak untuk mengambil alih kekayaan pemegang saham, dengan masuknya dewan komisaris independen meningkatkan kemampuan direksi dalam mengawasi manajemen puncak dalam pengaturan lembaga yang timbul dari pemisahan kepemilikan perusahaan dan kontrol keputusan. Pada penelitian Beasley (1996) juga menyebutkan bahwa dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan meningkatkan efektivitas dewan tersebut dalam mengawasi manajemen untuk mencegah terjadinya kecurangan laporan keuangan.

Tanggung jawab dewan komisaris berbeda dengan manajemen perusahaan, didalam perusahaan dewan komisaris bertanggung jawab untuk mengawasi manajemen perusahaan (Egon Zehnder International, 2000), Hal ini menunjukkan bahwa dewan komisaris menjalankan sikap independensinya terhadap operasional

(16)

24 perusahaan. Sedangkan manajemen bertanggung jawab meningkatkan efisiensi dan daya saing perusahaan.

Pernyataan tersebut dibuktikan dari hasil penelitian Diany (2014) yang menyatakan bahwa faktor ineffective monitoring memiliki hubungan yang positifterhadap financial statement fraud.

Berdasarkan penelitian diatas, maka dapat diturunkan hipotesis :

H06 : Ineffective Monitoring berpengaruh positif terhadap Financial Statement

Fraud

2.5.7. Pengaruh Pergantian Auditor (Change In Auditor) Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud)

Menurut Lou dan Wang (2009) yang menyatakan bahwa sebuah perusahaan bisa mengganti auditor untuk mengurangi kemungkinan pendeteksian kecurangan laporan keuangan oleh pihak auditor.

Dalam SAS No.99 (AICPA, 2002) menyatakan bahwa pengaruh adanya pergantian auditor dalam perusahaan dapat menjadi indikasi terjadinya kecurangan. Auditor yang lama mungkin lebih dapat mendeteksi segala kemungkinan kecurangan yang dilakukan oleh manajemen, baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Namun, dengan adanya pergantian auditor, maka kemungkinan terjadinya kecurangan akan semakin meningkat. Auditor baru tentunya belum memahami ataupun mengenal perusahaan dengan baik dibandingkan dengan auditor sebelumnya. Hal inilah yang

(17)

25 membuat pelaku membenarkan tindakannya dan merasa yakin tidak akan terdeteksi untuk melakukan tindakan fraud.

Pernyataan tersebut dibuktikan dari hasil penelitian Hanum (2014) dan Kurniawati (2012) yang menyatakan bahwa dengan adanya pengunduran diri atau pergantian auditor, maka akan berpengaruh terhadap kemungkinan kecurangan laporan keuangan.

Berdasarkan penelitian diatas, maka dapat diturunkan hipotesis :

H07 : Change in Auditor berpengaruh positif terhadap Financial Statement Fraud

2.5.8. Pengaruh Rasionalisasi (Rationalization) Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud)

Menurut Skousen et al. (2009) variabel rasio total akrual dapat digunakan untuk menggambarkan rasionalisasi terkait dengan penggunaan prinsip akrual oleh manajemen.

Pendapat Vermeer (2003) menyatakan bahwa prinsip akrual berhubungan dengan pengambilan keputusan manajemen dan memberikan wawasan terhadap rasionalisasi dalam pelaporan keuangan dan total akrual merupakan cerminan dari aktivitas perusahaan keseluruhan. Tingkat akrual perusahaan akan beragam tergantung dari keputusan manajemen terkait kebijakan tertentu.

Pernyataan tersebut dibuktikan dari hasil penelitian Sihombing (2014) yang menyimpulkan bahwa rationalization berpengaruh secara signifikan terhadap financial statement fraud.

(18)

26 Berdasarkan penelitian diatas, maka dapat diturunkan hipotesis :

H08 : Rationalization berpengaruh positif terhadap Financial Statement Fraud

2.5.9. Pengaruh Kemampuan (Capability) Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud)

Wolfe dan Hermanson (2004) menyatakan bahwa posisi CEO, direksi, maupun kepala divisi lainnya merupakan faktor penentu terjadinya kecurangan, dengan mengandalkan posisinya yang dapat memengaruhi orang lain dan dengan kemampuannya memanfaatkan keadaan yang dapat memperlancar tindakan kecurangannya.

Selain itu, Wolfe dan Hermanson (2004) juga menyatakan kemampuan sebagai salah satu fraud risk factor yang melatarbelakangi terjadinya kecurangan menyimpulkan bahwa pergantian direksi atau CEO dapat mengindikasi terjadinya kecurangan. Scott (1997: 296-306) dalam penelitian Tiono dkk. (2004) menyatakan bahwa CEO yang akan habis masa penugasannya atau pensiun akan melakukan strategi memaksimalkan laba untuk meningkatkan bonusnya. Demikian pula dengan CEO yang kinerjanya kurang baik, ia akan cenderung memaksimalkan laba untuk mencegah atau membatalkan pemecatannya.

Pernyataan tersebut dibuktikan dari hasil penelitian Pardosi (2015) yang menyatakan bahwa kemampuan (capability) berpengaruh positif dan signifikan terhadap financial statement fraud.

(19)

27 Dari uraian tersebut, maka hipotesis yang dibuat adalah:

H09 : Capability berpengaruh positif terhadap Financial Statement Frau

Berdasarkan penjelasan diatas, kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bentuk diagram yang disajikan pada gambar berikut ini.

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan pada pengolahan dengan menggunakan software WinOWAS, peneliti cukup memasukkan penilaian dari postur yang telah di tentukan langsung pada software

Shunt Active Power Filter dengan metode Fuzzy Logic Controller dapat digunakan untuk mengatasi harmonisa yang mencemari sistem kelistrikan akibat penggunanaan beban

Dari Tabel 8 atau Gambar 5 di atas terlihat bahwa bahan bakar solar berada pada posisi teratas, artinya energi yang terbentuk lebih besar jika dibandingkan dengan

dorongan dari luar dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa yang kurang berminat melakukan pemeriksaan IVA test sebanyak 108 (68.8%) orang dan

Perjanjian Build Operate and Transfer (BOT) instalasi terminal minyak kelapa sawit adalah suatu bentuk perjanjian yang dilaksanakan berdasarkan persetujuan antara

n Peningkatan standar deviasi permintaan mengakibatkan siklus pemesanan semakin sering dilakukan sehingga biaya pembeli dan pemanufaktur mengalami kenaikan yang akhirnya