• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFISIENSI ANGGARAN BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KABUPATEN BULELENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFISIENSI ANGGARAN BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) KABUPATEN BULELENG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

EFISIENSI ANGGARAN BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT

PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA PERUSAHAAN DAERAH

AIR MINUM (PDAM) KABUPATEN BULELENG

1

Gede Doni Dharmawan,

1

Edy Sujana,

2

Made Arie Wahyuni

Jurusan Akuntansi Program S1

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: {donidharmawan88@gmail.com, ediesujana_bali@yahoo.com,

aris_wahyuni_arie@yahoo.com}@undiksha.ac.id

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui anggaran biaya produksi pada PDAM Buleleng, mengetahui biaya-biaya apa saja yang muncul dalam pengendalian biaya produksi, mengetahui efisiensi anggaran biaya produksi sebagai alat biaya produksi dan kendala-kendala dalam pengendalian biaya produksi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan pengurus PDAM Buleleng. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian data,dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya yang muncul dalam pegendalian biaya produksi berada pada anggaran biaya produksi yang disusun setiap tahunnya. Pada tahun 2014, efisiensi anggaran biaya produksi bisa dikatakan kurang baik karena pada tahun 2014 mengalami kerugian sedangakan anggaran biaya produksi tahun 2015 sudah dikatakan efisiensi. Kendala kendala dalam pengendalian biaya produksi pada PDAM Buleleng adalah faktor cuaca yang tidak dapat dikendalikan dan bertambahnya kegiatan yang tidak dapat diketahui, ini dapat dikendalikan dengan RKAP yang disusun setiap tahunnya.

Kata kunci: anggaran biaya produksi, pengendalian biaya produksi, biaya produksi

Abstract

The purpose of this research is to know the budget of production cost at Buleleng PDAM, to know what cost arises in the control of production cost, to know the efficiency of production cost budget as a tool of production cost and constraint in controlling production cost. This research is a qualitative research. The data used are primary data obtained from direct interview with Buleleng PDAM management. Data collection techniques use interview techniques, and documentation. Data analysis is done through three stages, namely data reduction, data presentation, and conclusion. The results of this study indicate that the costs that arise in pegendalian production costs are in the production cost budget compiled each year. In 2014, the efficiency of production cost budget can be said is not good because in 2014 suffered losses while the budget of production cost in 2015 has been said efficiency. Constraints in controlling production costs in Buleleng PDAMs are uncontrollable weather factors and unknown activity increases, these can be controlled by the RKAP compiled annually.

(2)

PENDAHULUAN

BUMN (Badan Usaha Milik Negara) adalah perusahaan yang didirikan dan dikelola oleh negara untuk menjalankan kegiatan oprasional di sektor industri dan bisnis strategis. Pemerintah Indonesia mendirikn BUMN dengan tujuan utama, yaitu tujuan yang bersifat ekonami dan tujuan yang bersifat sosial. Dalam tujuan yang bersifat ekonomi, BUMN dimaksud untuk mengelola sektor-sektos bisnis strategis agar tidak dikuasai pihak-pihak tertentu. Bidang-bidang usaha yang menyangkut hidup orang banyak, seperti air, listrik, minyak dan gas bumi, sebagaimana diamanatkan dalam pasal 33 UUD 1945.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sebagai perusahaan milik daerah atau BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) mengemban kewenangan penuh dalam pemenuhan hajat hidup warga Negara Indonesia. Sebagaimana diatur dalam UUD 1945 pada pasal 33 ayat 3 yang berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Hal ini bermakna bahwa segala sesuatu mengenai sumber daya alam termasuk didalamnya air beserta kekayaan alam lainnya milik atau berada dalam wilayah teritori Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berarti dikuasai, diatur, dikelola, dan didistribusikan oleh Negara atau Pemerintah dengan segenap lembaga pengelolanya untuk dipergunakan bagi kemakmuran atau menyejahterakan rakyat Indonesia seluruhnya. Dalam memproduksi air berisih, perusahaan pasti memerlukan beberapa biaya- biaya yang biasanya disebut biaya produksi, untuk mengontrol biaya produksi perusahaan pasti membuat suatu anggaran biaya produksi.

Anggaran merupakan rencana kegiatan yang akan dijalankan oleh manajemen dalam satu periode yang tertuang secara kuantitatif, formal dan sistematis (Sasongko dan Parulian 2010; Rudianto 2009), dinyatakan dalam kesatuan unit moneter dan berlaku untuk jangka waktu tertentu untuk masa yang

akan datang Julita dan Jufrizen 2008: 9). Kuswadi (2005 : 84) anggaran adalah rencana kerja dalam bentuk uang atau sistematika keuangan. Dengan adanya anggaran maka manajemen dapat membandingkan dan menganalisa biaya yang sesungguhnya dengan biaya yang dianggarkan, yang dapat memberikan informasi bagi manajemen untuk memungkinkan mereka mengidentifikasikan penyimpangan yang terjadi dari rencana kegiatan.

Anggaran biaya produksi merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi setiap perusahaan setelah tingkat penjualan ditentukan pada saat perusahaan beroperasi. Perlu adanya rencana berupa anggaran biaya produksi, sehingga jelas misi dan target yang akan dicapai pada periode berikutnya. Karena anggaran merupakan alat manajemen dalam melaksanakan dan mengendalikan organisasi agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien Nafarin (2007: 19). Anggaran memaksa para manajer untuk melakukan perencanaan, menyediakan informasi yang dapat digunakan untuk memperbaiki pengambilan keputusan, menyediakan standar evaluasi kinerja, memperbaiki komunikasi dan koordinasi (Hansen dan Mowen 2009: 424) Bagi pimpinan perusahaan, anggaran biaya produksi merupakan sarana untuk keperluan rencana, koordinasi, pengawasan dan pengendalian biaya. Pentingnya anggaran biaya produksi bagi perusahaan ini adalah untuk menunjang kegiatan penjualan, sehingga barang dapat disediakan sesuai dengan yang telah direncanakan dan digunakan untuk mengatur produksi. Sehingga biaya-biaya produksi yang dihasilkan akan seminimal mungkin, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja serta biaya overhead. Jika ketiga unsur yang diperlukan tersebut kurang baik maka akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan perusahaan.

Untuk mendapatkan gambaran biaya produksi dengan tepat, terlebih dahulu harus diketahui seberapa besar biaya yang diperlukan untuk memproduksi

(3)

produk, sehingga perlu diperhitungkan biaya produksi yang baik dalam

penggunaan dana dan unsur biaya yang akan digunakan dalam suatu

produksi. Jika antara anggaran yang disusun dengan realisasinya terdapat selisih yang material, maka selisih atau

variance tersebut perlu di analisis lebih jauh. Dalam mewujudkan anggaran biaya produksi tersebut, diperlukan pengendalian.

Tabel 1. Anggaran Biaya Produksi Tahun 2014 dan 2015 Pada Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Buleleng.

NO NAMA PERKIRAAN

Anggaran biaya produksi (Rp)

2014 2015 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 SUMBER

Beban Retribusi Air Baku Beban BBM Produksi

Beban Pemakaian Bahan Pembantu Rupa-rupa Beban Operasi Pr oduk Lainnya

Beban Pemeliharaan Bangunan & Penyempurnaan Tanah Produksi Beban Pemeliharaan Sumur-sumur Produksi

Beban Pemeliharaan Pipa Induk Produksi

Beban Pemeliharaan Alat Perpompaan Produksi

Beban Pemeliharaan Instalasi Sumber Lainnya

Beban Gaji Produksi

Beban Lembur Pegawai Produksi Beban Listrik PLN Produksi Beban Ph. Produksi 385.000.000 31.000.000 200.000 117.400.000 13.600.000 720.000 60.600.000 101.350.000 129.500.000 1.153.000.000 50.400.000 7.688.000.000 524.331.060 402.962.000 51.460.000 5.687.000 280.725.625 434.877.094 120.428.000 5.000.000 67.900.000 206.413.000 1.301.685.500 49.400.000 9.227.315.333 783.380.460 JUMLAH 10.355.101.060 12.937.234.012 1 2 3 4 5 6 7 PENGELOLAHAN

Beban Pemakaian Bahan Kimia Rupa-rupa Beban Operasi Pengelolahan Lainnya

Beban Pemeliharaan Bangunan & Penyempurnaan Tanah Pengolahan Beban Pemeliharaan Instalasi Pompa Pengolahan

Beban Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Lainnya

Beban Pegawai Pengolahan Beban Ph. Pongolahan Air

162.000.000 58.050.000 800.000 2.570.000 3.650.000 292.500.000 12.229.464 184.071.000 63.500.000 24.500.000 - 6.000.000 304.028.500 13.452.408 JUMLAH 531.799.464 595.551.908

(sumber : Hasil Observasi Peneliti, 2016 ) Untuk dapat mengelola perusahaan dengan baik perlu diadakan pengendalian atas operasi yang dilakukan oleh

perusahaan, maka dibuatlah sebuah target anggaran atas sumber daya yang diperlukan di masa yang akan datang.

(4)

Menurut Carter (2008) “pengendalian adalah usaha sistematis manajemen untuk mencapai tujuan”. Anggaran merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan atau aktifitas suatu perusahaan yang dinyatakan umumnya dalam satuan uang disuatu periode atau waktu tertentu.Anggaran memiliki peran sebagai alat perencanaan dan pengendalian serta evaluasi, oleh karena itu anggaran harus dibuat secermat dan seteliti mengkin untuk menghindari ketidakakuratan ketika direalisasikan.Salah satu anggaran terpenting dalam aktifitas perusahaan adalah penetapan anggaran biaya produksi yang memerlukan berbagai pertimbangan terintegrasi. Karena itu, penentuan biaya produksi perusahaan haruslah merupakan kebijakan yang benar-benar dipertimbangkan secara baik dan matang. Pada kenyataannya seringkali anggaran yang telah dibuat pada proses perencanaan tidak sesuai atau berbeda ketika telah direalisasikannya. Perbedaan realisasi anggaran tersebut akan memberikan dampak-dampak terhadap banyak hal. Jika realisasi lebih besar dari anggarannya sehingga menimbulkan kerugian bagi perusahaan dapat disebut sebagai selisih tidak menguntungkan atau

unfavorable variance sedangkan jika

realisasi lebih kecil dari pada anggaran sehingga menimbulkan keuntungan bagi perusahaan maka dapat disebut sebagai selisih menguntungkan atau favorable variance. Kesalahan dalam penyusunan anggaran biaya produksi dapat mempengaruhi jumlah biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan. Kedua kemungkinan tersebut dapat diatasi dengan melakukan perencanaan biaya produksi yang baik dan benar agar tidak menyimpang jauh dengan realisasinya di kemudian hari. Hal-hal seperti ini yang perlu dianalisis lebih jauh karena sangat berkaitan erat dengan fungsi perencanaan dan pengendalian yang penting bagi sebuah perusahaan.

Merujuk pada hal tersebut diatas, maka pengendalian biaya produksi menarik untuk diangkat dalam penelitian ini. Berkaitan dengan hal tersebut, adapun beberapa permasalahan penelitian yang akan dijawab dalam penelitian ini, antara lain: 1) Biaya-biaya apa saja yang muncul

dalam pengendalian biaya produksi, 2) efisiensikah anggaran biaya produksi sebagai alat pengendalian biaya produksi, 3) kendala-kendala yang muncul dalam pengendalian biaya produksi.

METODE

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Seperti yang di definisikan oleh Bugdan dan Taylor (dalam Moleong, 2001:3), Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghadalkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan tingkah laku yang diamati dari orang yang diteliti.Dalam proses menggali data penelitian, peneliti menggunakan dua sumber data, yaitu: sumber primer dan sumber sekunder. Data primer adalah data yang sangat diperlukan dalam melakukan penelitian atau istilah lain data yang utama (Hikmat, 2011). Data sekunder adalah keterangan yang diperoleh dari pihak kedua, baik berupa orang maupun catatan, seperti buku, laporan, bulletin, dan majalah yang sifatnya dokumentasi (Waluya, 2007:79). Langkah-langkah yang digunakan peneliti untuk menggumpulkan data dalam penelitian ini adalah dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh diolaah dengan metode analisis data, yaitu: dengan pengumpulan data, reduksi data, display data, verivikasi dan penarikan kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah.

HASIL DAN PEMBAHASAN PDAM Buleleng

Penyediaan air minum untuk Kota Singaraja dimulai sejak tahun 1902 yang dilaksanakan oleh Pemerintah Belanda, memanfaatkan sumber mata air di Desa Padang Bulia dengan kapasitas 3 ltr/dt mempergunakan sistem gravitasi dan sebuah resevoir di Bantang Banua berkapasitas 180 M³.

Pada Tahun 1929 diadakan penambahan kapasitas sebesar 7 ltr/dt dari sumber yang sama dan menambah sebuah reservoir di Bantang Banua dengan kapasitas 300 M³. Disamping itu dilaksanakan pula perluasan jaringan pipa distribusi. Pada tahun 1955 oleh Pemerintah Indonesia dibentuklah badan

(5)

khusus untuk mengelola air minum yang diberi nama Perusahaan Air Minum Negara Singaraja.

Atas upaya PAM Negara Singaraja ini mulai diadakan penambahan kapasitas dengan memanfaatkan sumber mata air Mumbul yang terletak di tengah kota Singaraja menggunakan 2 (dua) pompa yang digerakkan dengan tenaga diesel berkapasitas 15 ltr/dt dan dibangun pula sebuah reservoir Giri Putri dengan kapasitas 550 M³.

Pada tahun 1970 oleh PPSAB Bali (Proyek Peningkatan Sarana Air Bersih Bali) diadakan penambahan kapasitas produksi dengan mengambil sumber air di Bangkiang Sidem sebesar 15 ltr/dt. Kemudian perusahaan sendiri secara bertahap meningkatkan kapasitas produksi dari 40 ltr/dt menjadi 75 ltr/dt. Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 071.KPTS/CK/X/1979 tanggal 8 Oktober 1979 PAM Negara Singaraja diubah namanya menjadi Badan Pengelola Air Minum (BPAM) Kabupaten Dati II Buleleng. Pada tahun anggaran 1980/1981 PPSAB Bali melanjutkan bantuannya meningkatkan kapasitas produksi dengan memanfaatkan sumber mata air Pangkung Dalem sebesar 50 ltr/dt. Dengan demikian total kapasitas produksi s/d saat itu adalah 125 ltr/dt.

Pada tahun 1986 berdasarkan Berita Acara No. 28/BA/CK/1986 dan No. 690/19266/Bangda, Menteri Pekerjaan Umum menyerahkan pengelolaan BPAM Kabupaten Dati II Buleleng kepada Gubernur Kdh. Tk. I Bali dan berdasarkan Berita Acara No. 690/19268/Bangda dan no. 58/Peng.3/UM/86 tanggal 10 September 1986 Gubernur Kdh. Tk. I Bali menyerahkan kepada Bupati Kdh. Tk. II Buleleng untuk selanjutnya dengan Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng No. 1 Tahun 1984 berdirilah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Dati II Buleleng.

Mulai Tahun 1988 PDAM Kab. Buleleng berhasil mengadakan renovasi Bronkaptering Mumbul dan perluasan jaringan pipa transmisi,distribusi menggunakan dana pinjaman dari Pemerintah Pusat sebesar Rp.

3.245.322.650,- yang dimanfaatkan untuk : Bronkaptering Mumbul : 175 ltr/dt, Pompa Centrifugal 5 bh @ 60 ltr/dt, Reservoir volume 2.100 M³ di Tegalsari, dan Pipa Transmisi & Distribusi ± 20.000 meter. Dengan demikian pada akhir tahun 1991 kapasitas produksi menjadi 300 ltr/dt.

Tahun 1993 untuk perluasan jaringan ke kawasan Lovina, PDAM Kab. Buleleng kembali memanfaatkan dana pinjaman melalui P3KT sebesar Rp. 2.377.000.000,- yang dipergunakan untuk: Pengadaan dan pemasangan pipa distribusi Singaraja-Lovina sepanjang 13.675 meter, pengadaan dan pemasangan pipa distribusi dalam kota dari Res. Bantang Banua s/d ujung timur Jalan Gempol sepanjang 4.822 meter.

Biaya-Biaya Yang Muncul Dalam

Pengendalian Biaya Produksi

Masalah biaya dalam perusahaan merupakan salah satu faktor yang memperngarugi kontinuitas dari prusahaan yang akan dikelola. Alassannya tanpa biaya yang diperlukan perusahaan maka setiap perusahaan tidak melakukan kegiatan produksinya secara efektif dan efesien.

Pengertian biaya secara khusus merupakan pengertian yang operasional, terutama karena memberi petunjuk tentang jenis pemakaian barang-barang, banyaknya pemakaian, kaitan pemakaian dan hasil serta dasar-dasar penilaiannya, sesuai dengan kekhususan masing-masing biaya yang bersangkutan.

Menurut Sutrisno (2001:3) : “Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi produk selesai.” Selanjutnya Harnanto dan Zulkifli (2003:16) mengatakan bahwa : ”Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi.” Menurut Ahmad (2007 : 34) mengemukakan bahwa : ” Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu barang ”.

Berdasarkan Biaya produksi air bersih PDAM Buleleng adalah biaya yang dikeluarkan oleh PDAM dalam rangka memproduksi air bersih, yang terdiri dari biaya sumber dan biaya pengolahan. Biaya sumber mrupakan biaya produksi air bersih yang berkaitan dengan pengumpulan air

(6)

bersih dari berbagai sumber mata air. Biaya pengolahan merupakan biaya pruduksi air bersih yang berkaitan dengan proses pengolahan air sampai setiap didisbustrikan kepada para pelanggan. Untuk memproduksi air PDAM Buleleng melakukan ekploitas dan pengolahan berikut anggran biaya produsi.

Anggaran biaya pruduksi PDAM Buleleng pada tahun 2014 dan 2015 dibagi menjadi dua bagian yaitu: biaya sumber dan pengolahan. Biaya sumber terdiri dari Beban Retribusi Air Baku, Beban BBM Produksi, Beban Pemakaian Bahan Pembantu, Rupa-rupa Beban Operasi Produk Lainnya, Beban Pemeliharaan Bangunan & Penyempurnaan Tanah Produksi, Beban Pemeliharaan Sumur-sumur Produksi, Beban Pemeliharaan Pipa Induk Produksi, Beban Pemeliharaan Alat Perpompaan Produksi, Beban Pemeliharaan Instalasi Sumber Lainnya, Beban Gaji Produksi, Beban Lembur Pegawai Produksi, Beban Listrik PLN Produksi, Beban Ph. Produksi, sedangkan

biaya pengolahan terdiri dari Beban Pemakaian Bahan Kimia, Rupa-rupa Beban Operasi Pengelolahan Lainnya, Beban Pemeliharaan Bangunan & Penyempurnaan Tanah Pengolahan, Beban Pemeliharaan Instalasi Pompa Pengolahan, Beban Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Lainnya, Beban Pegawai Pengolahan, Beban Ph. Pongolahan Air

Hasil wawancara dengan Bapak Yuliadi, kepala bagian keuangan PDAM Buleleng menyatakan :

“anggaran biaya produksi pada PDAM Buleleng dibagi menjadi biaya macam biaya yaitu : biaya sumber dan pengolaha. Biaya sumber adalah biaya produksi dimana dalam memproduksi air dari suatu mata air yang lansung disalurkan kepada pelanggan sedangkan biaya pengolahan adalah biaya yang dikeluarkan pada bak penampungan air. Untuk biaya yang muncul dapat dilihat pada anggaran biaya produksi”

Tabel 2 Realisasi Dan Selisih Anggaran Tahun 2014 Dan 2015

Tahun Realisasi (Rp) Anggaran (Rp) Selisih Efisiensi

2014 Biaya sumber 10.587.307.001 10.355.101.060 -232.205.941 -2,24 Biaya pengolahan 522,041.656 531.799.464 9.757.808 1,83 2015 Biaya sumber 11.905.717.169 12.937.234.012 1.031.516.843 7,97 Biaya pengolahan 577.952.892 595.551.908 17.599.016 2,96

Sumber : Data perbandingan realisasi dengan anggaran biaya produksi.

Anggaran Sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi Tahun 2014 Dan 2015

Untuk mendapatkan gambaran biaya produksi dengan tepat, terlebih dahulu harus diketahui seberapa besar biaya yang diperlukan untuk memproduksi produk, sehingga perlu diperhitungkan biaya produksi yang baik dalam penggunaan dana dan unsur biaya yang akan digunakan dalam suatu produksi. Jika antara anggaran yang disusun dengan realisasinya terdapat selisih yang material, maka selisih atau variance tersebut perlu di analisis lebih jauh. Dalam mewujudkan anggaran biaya produksi tersebut, diperlukan pengendalian. Hal ini sama

dengan hasil kutipan wawancara dengan Ibu Putu Ayu Wulan Pratiwi bagian keuangan PDAM Buleleng :

”manajemen pengaruhnya sangat besar karena seorang manajemen bertugas mengawasi biaya produksi tersebut. Maka setiap tahunnya disusun RKAP (Rancangan Kerja dan Anggaran Prusahaan) . Proses pengawasannya haruslah disesuaikan dengan peraturan yang

berlaku dengan cara

membandingkan anggaran dengan

realisasinya apakah

menguntungkan atau merugikan.” Anggaran memiliki peran sebagai alat perencanaan dan pengendalian serta

(7)

evaluasi, oleh karena itu anggaran harus dibuat secermat dan seteliti mengkin untuk menghindari ketidakakuratan ketika direalisasikan.Salah satu anggaran terpenting dalam aktifitas perusahaan adalah penetapan anggaran biaya produksi yang memerlukan berbagai pertimbangan terintegrasi. Karena itu, penentuan biaya produksi perusahaan haruslah merupakan kebijakan yang benar-benar dipertimbangkan secara baik dan matang. Pada kenyataannya seringkali anggaran yang telah dibuat pada proses perencanaan tidak sesuai atau berbeda ketika telah direalisasikannya. Perbedaan realisasi anggaran tersebut akan memberikan dampak-dampak terhadap banyak hal. Jika realisasi lebih besar dari anggarannya sehingga menimbulkan kerugian bagi perusahaan dapat disebut sebagai selisih tidak menguntungkan atau unfavorable variance sedangkan jika realisasi lebih kecil dari pada anggaran sehingga menimbulkan keuntungan bagi perusahaan maka dapat disebut sebagai selisih menguntungkan atau favorable variance.

Berdasarkan data pada table 2. Pada tahun 2014 Biaya sumber yang di anggarkan sebesar Rp.10.355.101.060 mengalami keuntungan / favorable variance sebesar 2,24 % karena realisasinya sebesar Rp. 10.587.307.001. Biaya pengolahan yang di anggarkan sebesar Rp. 531.799.464 mengalami keuntungan / favorable variance sebesar 1,83 % karena realisasinya sebesar Rp. 522,041.656.

Jadi pada tahun 2014 anggaran biaya prodiksi mengalami kerugian sebesar 2,04% karena realisasinya lebih besar dari yang dianggarkan sesar Rp. 10.886.900.524 sedangkan realisasinya sebesar Rp. 11.109.348.657. Pada tahun 2014 terlalu banyak biaya yang mengalami kerugian itu, biaya – biaya yang mengalami kerugian yaitu beban BBM produksi, beban pemakaian bahan pembantu, rupa – rupa beban operasi produksi lainnya, beban pemeliharaan bangunan & penyempurnaan tanah produksi, beban pemeliharaan pipa induk, beban pemeliharaan alat perpompaan produksi, beban pemeliharaan instalasi sumber lainnya, beban lembur pegawai produksi, beban Ph. Produksi, beban pemeliharaan instalasi pompa

pengolahan. Untuk anggaran biaya produksi tahun 2014 dapat dikatakan kurang efisien sebagai alat pengendali biaya produksi.

Pada tahun 2015, biaya sumber yang di anggarkan sebesar Rp. 12.937.234.012 mengalami keuntungan / favorable variance sebesar 7,97 % karena realisasinya sebesar Rp.11.905.717.169. Biaya pengolahan yang di anggarkan sebesar Rp.595.551.908 mengalami keuntungan / favorable variance sebesar 2,96 % karena realisasinya sebesar Rp. 577.952.892 .

Jadi pada tahun 2015 biaya produksi PDAM Buleleng mengalami keuntungan sebesar 7,75% dikarenakan realisasinya lebih kecil dari yang dianggarkan sebesar Rp. 13.532.785.920 sedangkan realisasinya sebesar Rp. 12.483.670.061. pada tahun 2015 biaya yang mengalami kerugian yaitu : beban gaji pegawai produksi, rupa – rupa beban operasi pengolahan lainnya, beban PH. Pengolahan Air. Untuk anggaran biaya produksi tahun 2015 dapat dikatakan sudah efisien sebagai alat pengendali biaya produksi.

Kendala-Kendala Dalam Pengendalian Biaya Produksi

Suatu organisasi yang menjalankan sejumlah aktivitas memulai kegiatannya dengan melakukan proses perencanaan. Perencanaan dilakukan melalui aktivitas yang melibatkan individu-individu. Aktivitas individu ini diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi. Yang sering dilupakan adalah adanya kesadaran individu sebagai mahluk juga mempunyai keinginan-keinginan atau tujuan pribadi. Tujuan pribadi seseorang bisa selaras dengan tujuan organisasi bisa juga tidak selaras. Ketidakselarasan tujuan mengakibatkan tujuan organisasi atau tujuan individu tidak tercapai. Untuk itulah diperlukan suatu pengendalian kerja sehingga tujuan individu dapat selaras dengan tujuan organisasi. Salah satu alat untuk mencapai hal tersebut adalah adanya suatu sistem pengendalian manajemen yang baik. Selanjutnya menurut Supriyono (2002:262) pengendalian adalah proses untuk menjamin tercapainya rencana yang telah ditetapkan.

(8)

Sedangkan menurut menurut Matz dan Usry (2000:53) pengendalian (control) adalah merupakan usaha sistematis perusahaan untuk mencapai tujuan dengan cara membandingkan prestasi kerja dengan rencana.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengendalian biaya produksi adalah proses untuk mencapai rencana biaya produksi yang telah ditetapkan dengan cara membandingkan antara biaya yang sesungguhnya terjadi dengan biaya menurut standar. Pengendalian biaya memerlukan patokan atau standar sebagai dasar yang dipakai sebagai tolok ukur pengendalian. Biaya yang dipakai sebagai tolok ukur pengendalian adalah biaya standar. Biaya standar adalah biaya yang ditentukan di muka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu, di bawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi dan faktor-faktor lain tertentu. Adapun kendala – kendala dalam pengendalian biaya produksi.

Menurut supriyono ada tiga faktor yang mempengaruhi biaya produksi yaitu antara lain:

1. Pengaruh manajemen terhadap biaya produksi

Pada PDAM Buleleng manajemen sangatlah berpengaruh dalam pengendalian biaya produksi. Dimana manajemen mengusun anggaran biaya produksi setiap tahunnya berdasarkan tahun-tahun sebelumnya, manajemen pun berperan mengawasi pengendalian biaya produksi setiap tahunnya.

2. Karaktreristik biaya dihubungkan dengan keluaran

Pada PDAM Buleleng karakteristik biaya mempengaruhi dalam pengendalian biaya produksi. Biaya yang memiliki karakteristik pengeluarannya bersifat mendadak sepeti pipa bocor, kerusakan alat pompa dan lain-lain

3. Pengaruh perubahan volume kegiatan terhadap biaya produksi.

Bertambahnya volum kegiatan tidak dapat diprediksi setiap tahunnya. Bertambahnya pelanggan bertambah

pula kegiatannya maka bertambah pula biaya produksinya.

Hal ini sama dengan hasil kutipan wawancara dengan Ibu Putu Ayu Wulan Pratiwi bagian keuangan PDAM Buleleng :

“untuk kendala dalam pengendalian biaya produksi, kita tidak bisa memprediksi kondisi iklim atau cuaca secara pasti. Mengapa demikian pipa air PDAM sebagian terkubur dibawah tanah pasti dengan berjalannya waktu pipa air tersebut akan mengalami karatan dan selanjutnya akan mengalami kebotoran. Itulah kendala kendala pengendalian biaya produksi. manajemen pengaruhnya sangat besar karena seorang manajemen bertugas mengawasi biaya produksi tersebut. Maka setiap tahunnya disusun RKAP (Rancangan Kerja dan Anggaran Prusahaan). Bertambahnya volume kegiatan akan mempengaruhi biaya produksi. Setiap tahunnnya pelanggan bertambah dengan jumlah yang tidak dapat diperkirakan. Saya beri contoh masyarakat pengguna jasa PDAM bertambah misalnya tahun lalu 40 dan skarang 50 orang maka pipa yang perlukan untuk menyalurkan air dari sumber mata air ke rumah warga semakin bertambah panjang maka biaya pemliharaan pipa pun bertambah. Ini untuk satu contoh biaya. Itulan bertambahnya kegiatan akan meningkatkan biaya produksi.”

Berdasarkan kutipan wawancara dengan staf bagian keuangan, untuk kendala – kendala dalam pengendalian biaya produksi pada PDAM Buleleng. Dimana kondisi cuaca yang beruba - ubah menyebabkan pipa mengalami kebocoran dan bertambahnya voleme kegiatan mengakibatkan bertambahnya biaya produksi. Dengan RKAP (Rancangan Kerja dan Anggaran Prusahaan) yang disusun bagian manajemen setiap tahunnya dapat menjadi alat pengendali biaya produksi. SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

Dari hasil penelitian, analisis dan pembahasan maka dari penulis skripsi

(9)

dapat menarik sebuah kesimpulan yaitu sebagai berikut :

1. Berdasarkan penelitian diatas, biaya yang muncul pada anggaran biaya pruduksi PDAM Buleleng pada tahun 2014 dan 2015 dibagi menjadi dua bagian yaitu: biaya sumber dan pengolahan. Biaya sumber terdiri dari Beban Retribusi Air Baku, Beban BBM Produksi, Beban Pemakaian Bahan Pembantu, Rupa-rupa Beban Operasi Produk Lainnya, Beban Pemeliharaan Bangunan & Penyempurnaan Tanah Produksi, Beban Pemeliharaan Sumur-sumur Produksi, Beban Pemeliharaan Pipa Induk Produksi, Beban Pemeliharaan Alat Perpompaan Produksi, Beban Pemeliharaan Instalasi Sumber Lainnya, Beban Gaji Produksi, Beban Lembur Pegawai Produksi, Beban Listrik PLN Produksi, Beban Ph. Produksi, sedangkan biaya pengolahan terdiri dari Beban Pemakaian Bahan Kimia, Rupa-rupa Beban Operasi Pengelolahan Lainnya, Beban Pemeliharaan Bangunan & Penyempurnaan Tanah Pengolahan, Beban Pemeliharaan Instalasi Pompa Pengolahan, Beban Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Lainnya, Beban Pegawai Pengolahan, Beban Ph. Pongolahan Air. Yang membedakan anggaran biaya produksi yang muncul pada tahun 2014 dengan 2015, anggaran biaya produksi tahun 2015 tidak muncul beban pemeliharaan instalasi pompa pengolahan.

2. Berdasarkan penelitian diatas, anggaran sebagai alat pengendali biaya produksi. Pada tahun 2014 anggaran biaya prodiksi dapat dikatakan tidak efisien sebagai pengendali biaya produksi karena mengalami kerugian sebesar 2,04% karena realisasinya lebih besar dari yang dianggarkan sesar Rp. 10.886.900.524 sedangkan realisasinya sebesar Rp. 11.109.348.657. Pada tahun 2015 angaran biaya produksi PDAM Buleleng dapat dikatakan efisien dalam pengendalian biaya produksi karena mengalami keuntungan sebesar 7,75% dikarenakan realisasinya lebih kecil dari yang dianggarkan sebesar Rp.

13.532.785.920 sedangkan realisasinya sebesar Rp. 12.483.670.061.

3. Berasarkan penelitian diatas, kendala – kendala dalam pengendalian biaya produksi pada PDAM Buleleng. Dimana kondisi cuaca yang beruba - ubah menyebabkan pipa mengalami kebocoran dan bertambahnya voleme kegiatan mengakibatkan bertambahnya biaya produksi. Dengan RKAP (Rancangan Kerja dan Anggaran Prusahaan) yang disusun bagian manajemen setiap tahunnya dapat menjadi alat pengendali biaya produksi. SARAN

Adapun saran yang dapat diberikan dalam pengendalian biaya produksi pada PDAM Buleleng.

1. Manajemen berpengaruh sangat besar karena seorang manajemen bertugas mengawasi biaya produksi tersebut. Maka setiap tahunnya disusun RKAP (Rancangan Kerja dan Anggaran Prusahaan) untuk mengendalikan biaya produksi. Dalam menyusun RKAP tersebut manajmen harus cermat dan berhati-hati agar biaya produksi tidak melebihi yang sudah dianggarkan. 2. Pihak PDAM sebaiknya bisa

memanfaatkan tenaga kerja yang sudah ada secara maksimal. Penambahan jumlah tenaga kerja lebih dipertimbangkan lagi apakah benar-benar diperlukan atau tidak. Apabila hali ini bisa dilakukan, maka efisiensi beban gaji pegawai produksi dapat tercapai. 3. Pihak PDAM hendaknya menggunakan

biaya produksi secara efisien, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan laba yang optimal dimasa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Carter,William K. 2009. Akuntansi Biaya. Edisi 14. Salemba Empat: Jakarta. Hasibuan. 2010. Peranan Anggaran Biaya

Produksi Sebagai Alat Pengendalian Dalam Kaitannya Dengan Realisasi Biaya Produksi Pada Pt. Sigma Utama.

(10)

Hansen dan Mowen. 2009. Akuntansi

Manajerial, Edisi (8) Buku 1,

Jakarta: Salemba Empat.

Hikmat, Mahi M. 2011. Metode Penelitian: Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu. Lexy, J.Moleong. 2014. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Julita. 2015. Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai Alat Pengendalian

Biaya Produksi Pada Pt.

Perkebunan Nusantara Iv (Persero)

Medan. Volume 15 No.1.

MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA 18

Lili dan Oktalina. 2009. Analisis Pengendalian Biaya Produksi Dan Pengaruhnya Terhadap Laba Pabrik

Penggilingan (PP) Srikandi

Palembang.

Nafarin. 2007. Penganggaran Perusahaan, Edisi (3) Jakarta: Salemba Empat. Sasongko, Catur dan Parulian, Safrida

Rumandong. 2010. Anggaran. Jakarta: Salemba Empat.

Supriyono, A. R. 1982. Perencanaan dan

Pengendalian Biaya Serta

Pembuatan Keputusan. Edisi kedua. Universitas gajah Mada.Yogyakarta Supriyono. 2002. Akuntansi Manajemen,

cetakan kedua, edisi pertama, Jakarta, Rineka Cipta.

Sutrisno. 2001. Akuntansi Biaya Untuk Manajemen, edisi pertama, cetakan pertama, Yogyakarta, konisia. Wijaya dan Syafitri. 2011. Analisis

Pengendalian Biaya Produksi Dan Pengaruhnya Terhadap Laba Pabrik

Penggilingan (PP) Srikandi

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan ini merupakan sarana efektif penyampaian informasi kepada masyarakat Kecamatan Johan Pahlawan yang berada di kawasan rawan bencana alam gempa bumi dan

Keterlibatan pihak lain dalam menguasai, mengelolah, dan memanfaatkan power yang dimiliki pengrajin membuat para pengrajin batu merah mengalami proses pelemahan dan

Tanje Oblak Črnič s ljubljanskoga Fa- kulteta društvenih znanosti Digital media and online threats: myths, per- ceptions and evidence among the youth , u kojem se

Persyaratan yang harus dimiliki bapak/ibu untuk mendapatkan izin praktek pelayanan kesehatan akupuntur (pendidikan, SIK, kompetensi) yaitu sertifikat dan ijazah

Batas wilayah desa didefinisikan sebagai batas wilayah yurisdiksi pemisah wilayah penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan suatu desa dengan desa

Berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 26 Tahun 2015 Tentang Uraian Tugas Jabatan Struktural Pada Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan Kabupaten Sumedang, maka yang

Dirancang untuk secara efisien menerapkan horsepower yang lebih tinggi dari engine 3512C, transmisi power shift planetary yang telah terbukti ini dibuat dengan kokoh untuk

c) Pembantu makmal yang bertugas perlu mewujudkan satu fail untuk merekod peralatan, perisian, jadual amali, rekod selengaraan dan manual pemasangan perisian. d)