• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

47 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam analisis ini adalah kualitatif dengan pendekatan semiotika Barthesian. Definisi metode kualitatif menurut Strauss and Corbin ( Ruslan, 2003: 212) merupakan jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan metode statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan, tulisan dan tingkah laku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, organisasi tertentu dalam suatu konteks setting tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif dan menyeluruh.

Jenis penelitian ini memberi peluang yang besar bagi dibuatnya interpretasi-interpretasi alternatif. Artinya setiap orang memiliki pemaknaan berbeda terhadap film. Dalam penerapannya, metode ini menghendaki pengamatan secara menyeluruh dari semua adegan yang mengandung makna mengenai realitas sosial TKW. Analisis semiotika ini juga digunakan untuk bisa mengetahui isi makna yang terkandung dalam bentuk verbal dan non verbal.

Analisis semiotika (terutama model Barthesian) diterapkan pada tanda-tanda simbol maupun lambang yang tidak memiliki arti pada dirinya sendiri. Tanda-tanda itu mengandung suatu interpretasi arti-arti tertentu yang bersifat subyektif-obyektif bagi khalayak. Pada taraf penginterpretasian ini, audiens menghubungkan tanda (significant) dengan apa yang ditandakan (signifie) sesuai dengan konvensi dalam sistem bahasa yang bersangkutan.

Pengirim, penerima kode (sistem tanda), pesan, saluran komunikasi, dan acuan (hal yang dibicarakan), (Jacobson, 1963, dalam Hoed 2001: 140). “Informasi memang sering disebut-sebut sebagai sebuah istilah yang tidak tepat dalam pemakaiannya secara umum. Karenanya, wajar jika kemudian istilah informasi kerap dimaknai

(2)

48 secara berbeda. Ia dapat mengenai data mentah, data tersusun, atau kapasitas sebuah saluran komunikasi. (Davis, 1974).

Penelitian ini didasarkan atas metode deskriptif dengan menganalisa secara kualitatif berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, kepustakaan dan berdasarkan pada metode yang bertitik tolak pada pemikiran tentang beberapa hal yang bersifat khusus dari hasil wawancara. Metode ini digunakan untuk pemecahan masalah secara teoretis.

Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau prediksi. Studi ini menelaah makna mengenai realitas sosial yang terkandung dalam Film Minggu Pagi Di Victoria Park.

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis semiotika. Analisis semiotika merupakan semiotik yang menganalisis sistem tanda. Pierce menyatakan bahwa semiotika berobyekkan tanda dan menganalisisnya menjadi ide, obyek, dan makna. Ide dapat dikatakan sebagai lambang, sedangkan makna adalah beban yang terdapat dalam lambang yang mengacu kepada obyek tertentu (Sobur,2001:100).

Semiotika merupakan suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda, dengan dasar mempelajari bagaimana memaknai hal-hal, dengan artian bahwa obyek-obyek tidak hanya membawa informasi, obyek-obyek yang hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem berstruktur dari tanda.

Kata semiotika berasal dari bahasa Yunani yaitu semeion yang artinya tanda atau seme yang berati penafsiran tanda (Sobur,2003:15-16). Menurut Umberto Eco, Semiotika komunikasi ialah semiotika yang menekankan pada aspek produksi tanda (sign production), dari pada sistem tanda (sign system). Semiotika komunikasi bertumpu pada pekerja tanda (labor) yang memiliki tanda dari bahan baku tanda-tanda yang ada dan mengkombinasikannya dalam rangka memproduksi sebuah ekspresi bahasa bermakna.

Menurut pemikiran Saussure, yang paling penting dalam konteks semiotik adalah pandanganya mengenai tanda, yaitu bahwa letak tanda dalam konteks

(3)

49 komunikasi manusia dengan melakukan pemilahan antara apa yang disebut signifier (penanda) dan signified (petanda). Signifier adalah bunyi yang bermakna dari coretan yang bermakna (aspek material), yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis atau dibaca. Signified adalah gambaran mental, yaitu pikiran atau konsep aspek mental dari bahasa (Sobur,2001).

Pendekatan semiotika Roland Barthes secara khusus tertuju kepada sejenis tuturan (speech) yang disebutnya sebagai mitos. Menurut Barthes dalam Budiman (2004), bahasa membutuhkan kondisi tertentu untuk dapat menjadi mitos, yaitu yang secara semiotis dicirikan oleh hadirnya sebuah tataran signifikasi yang disebut sebagai sistem semiologis tingkat kedua (the second order semiological system). Maksudnya, para tataran bahasa atau sistem semiologis tingkat pertama (the first order

semiological system), penanda-penanda berhubungan dengan petanda-petanda

sedemikian sehingga menghasilkan tanda. Selanjutnya, tanda-tanda pada tataran pertama ini pada gilirannya hanya akan menjadi penanda-penanda yang berhubungan pula dengan petanda-petanda pada tataran kedua. Pada tataran signifikasi lapis kedua inilah mitos bercokol (Barthes dalam Budiman,2004). Aspek material mitos, yakni penanda-penanda pada the second order semiological system itu, dapat disebut sebagai retorik atau konokator-konokator, yang tersusun dari tanda-tanda pada sistem pertama; sementara petanda-petandanya sendiri dapat dinamakan sebagai fragmen ideologi (Barthes dalam Budiman,2004).

Di dalam penjelasan Barthes dalam Budiman (2004) proses signifikasi berlapis ganda ini digambarkannya melalui perangkat konseptual yang lebih familiar, yakni denotasi dan konotasi. Pertama, Barthes membedakan lapis ekspresi (ekspression = E) dari lapis isi ( content = C), yang dipinjamnya dari Hielmsley, sebagai pengganti konsep-konsep seperti penanda dan petanda yang dipinjamnnya dari Saussure. Kedua lapis ini, ekspresi dan isi, saling berelasi (Relation = R) sehingga menghasilkan signifikasi – disingkat ERC. Sistem ERC pada tingkat pertama ini pada gilirannya hanya akan menjadi sebuah unsur saja dari sistem tingkat kedua. Sebagai akibatnya, disini pun kita berurusan kembali dengan dua sistem signifikasi yang rumit, terpisah, dan tak serempak. Derivasi yang kemudian dihasilkan tergantung kepada titik penyusupan dari sistem pertama ke dalam sistem kedua sehingga diperoleh dua perangkat yang satu sama lain berbeda.

(4)

50 3.3 Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui observasi atau pengamatan secara menyeluruh pada obyek penelitian yaitu dengan menonton VCD film Minggu Pagi di Victoria Park. Melalui pengamatan tersebut peneliti mengidentifikasi sejumlah gambar dan suara yang terdapat pada shot dan scene yang didalamnya terdapat unsur tanda yang mengambarkan realitas Tenaga Kerja Wanita di Hong Kong. Setelah itu pemaknaannya akan melalui proses interpretasi sesuai dengan tanda-tanda yang ditunjukkan dengan menggunakan analisis semiotika.

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Data primer

Pengumpulan data berupa teks film Minggu Pagi di Victoria Park yang terdiri dari CD film serta sejumlah data-data yang berkaitan dengan produksi film ini.

b. Data sekunder

Penelitian pustaka dengan mempelajari dan mengkaji literature-literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti untuk mendukung asumsi sebagai landasan teori bagi permasalahan yang ada.

3.4 Teknik Analisa data

Menurut Walizer dan Wienir (1987 : 48) analisis isi adalah prosedur sistematis yang dirancang untuk mengkaji isi informasi terekam. Datanya bisa berupa dokumen-dokumen tertulis, film-film, rekaman-rekaman audio, sajian-sajian video, atau jenis media komunikasi yang lain (dalam hal ini objek yang diteliti adalah DVD Film Minggu Pagi Di Victoria Park).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan menganalisa secara kualitatif berdasarkan data yang diperoleh dari tiap adegan yang mengandung makna realitas sosial TKW yang digambarkan di dalam Film.

Dalam menganalisa data di sini, penulis menerapkan metode milik Roland Barthes yang memfokuskan tanda pada peran audience. Sistem yang dikembangkan

(5)

51 oleh Barthes adalah sistem “konotasi dan denotasi”. Kata konotasi berasal dari bahasa latin „connotare‟, menjadi „tanda‟ dan mengarah kepada makna-makna kultural yang terpisah atau berbeda dengan kata (dan bentuk lain dari komunikasi). Konotasi, melibatkan simbol-simbol, historis dan hal-hal yang berhubungan dengan emosional, sehingga walaupun konotasi merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi.

Sistem konotasi merupakan sistem tingkat kedua, dimana penanda dan petanda pada denotasi menjadi penanda yang berkaitan dengan nilai-nilai budaya. Sedangkan denotasi, menunjukkan arti literatur atau yang eksplisit dari kata-kata dan fenomena yang lain. Denotasi dan konotasi menguraikan hubungan antara signifier dan referent-nya. Denotasi menggunakan makna dari tanda sebagai definisi secara literal atau nyata. Konotasi mengarah pada kondisi sosial budaya dan asosiasi personal (www.aber.ac.uk).

Dalam penelitian ini, analisis akan dilakukan dalam tiga tahap, tahap pertama: adalah Deskripsi makna denotatif, yakni menguraikan dan memahami makna denotatif yang disampaikan oleh sesuatu yang tampak secara nyata atau materiil dan tanda. Tahap kedua adalah Identifikasi sistem hubungan tanda dan corak gejala budaya yang dihasilkan oleh masing-masing tersebut. Ada tiga bentuk hubungan yang dianalisis yaitu hubungan simbolik, hubungan paradigmatik, dan hubungan sintagmatik.Tanda tanda dalam film tersebut akan menunjukkan interpretasi perspektif film terhadap realitas sosial TKW. Tahap ketiga adalah Analisis mitos, yaitu sebuah film menciptakan mitologi dan ideologi sebagai sistem konotasi. Apabila dalam denotasi teks mengekspresikan makna alamiah, maka dalam level konotasi mereka menunjukkan ideologi atau sebuah makna yang tersembunyi. Semiotika berusaha menganalisis teks film sebagai keseluruhan struktur dan memahami makna yang konotatif dan tersembunyi, pada tahap ini akan mengungkapkan bagaimana film Indonesia mengkonstruksikan suatu realitas sosial mengenai Tenaga Kerja Wanita (TKW).

(6)

52 Tahapan Analisis

Menurut Suryanto (2005 : 130) tahapan-tahapan analisis isi adalah : 1. Menentukan permasalahan.

2. Menyusun kerangka pemikiran. 3. Menyusun kerangka metodologi.

 Menentukan metode pengukuran atau prosedur operasionalisasi konsep, dalam hal ini konsep dijabarkan dalam kategori-kategori tertentu menurut indikator..  Menentukan objek analisa yang akan diteliti

 Metode pengumpulan data.  Metode analisa.

4. Analisa data.

Meng-capture tiap frame dalam scene yang sesuai dengan objek analisa dan motif penelitian yang sesuai dengan indikator-indikator yang sudah disebutkan di atas (masing-masing scene akan di-capture dua atau lebih frame untuk mewakili satu sequence serta untuk menunjukkan hubungan kausalitas sebab-akibat terjadinya adegan tersebut).

Tabel treatment adegan yang berisi kolom (untuk menjabarkan) Shot, (salah satu unsur sinematik yang biasanya menunjukkan simbol-simbol tertentu, misalnya teknik low-angle menunjukkan sosok karakter yang mempunyai strata tinggi dibanding lawan mainnya dalam satu frame). Visual (keterangan adegan). Dialog, serta suara Ilustrasi Suara dan Scorring (Musik latar) sebagai audio pendukung atmosfer pengadeganan. Serta mitos apa yang mewakili adegan tersebut.

 Tabel Relasi Semiotis realitas sosial TKW. Terdiri atas unsur signifier (penanda) dan diterjemahkan ke unsur signified (petanda)-nya menurut semiologi Roland Bartes.

5. Interpretasi data.

 Interpretasi adegan pada Level Denotasi.  Interpretasi adegan pada Level Konotasi.  Kesimpulan.

(7)

53 3.5 Teknik Keabsahan Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Triangulasi

Kegiatan triangulasi akan dilakukan melalui triangulasi sumber yang berarti membandingkan dan memeriksa kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton dalam Moleong, 2007 :330). Peneliti akan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara dan membandingkan apa yang dikatakan di depan umum dengan apa yang dilakukan secara pribadi.

2. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi

Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat (Moleong, 2007:332)

Referensi

Dokumen terkait

Berfungsi mengatur dan mengendalikan kegiatan bagian pelayanan keperawatan sesuai dengan visi dan misi Rumah Sakit Roemani menuju terwujudnya pelayanan keperawatan yang prima.

Dari hasil data pengujian sistem pendeteksi barang dan sistem pendeteksi ketinggian benda dengan menggunakan aplikasi sensor cahaya, maka dapat disimpulkan kerja

4< ◆ ◆ Kagcbkbtj ugtuh Kagcbkbtj ugtuh kagcjlagtjejhbsj lbg kagcjlagtjejhbsj lbg karukushbg kbsbibo karukushbg kbsbibo tagtbgc fdyah 0 ljkagsj tagtbgc fdyah 0 ljkagsj ◆

Kepala Bidang Pembudayaan Olahraga, Kasi Pembinaan Sentra, PPLP dan PPLM PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017. DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN

Variabel SHARIAH SHARE merupakan sebuah variabel yang bergerak di dekat garis x , hal ini menunjukkan bahwa goncangan dari tingkat bunga PUAB mempunyai pengaruh yang relatif

Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu merupakan suatu DAS besar yang berada pada wilayah CAT Bandung-Soreang dengan luas wilayah DAS mencapai 1812 Km2. Wilayah DAS Citarum

Penggunaan daun gamal (Gliricidia sapium), guna mempercepat kematangan buah pisang Raja Sere dan Emas yang dilakukan Yulianingsih dan Dasuki (1989), menyatakan bahwa daun gamal

Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggungjawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan