• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PERANAN METODE PENUGASAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR. Kegiatan belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PERANAN METODE PENUGASAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR. Kegiatan belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

7 A. METODE PENUGASAN

1. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

Kegiatan belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan yang primer dalam belajar mengajar tersebut. Sedangkan kegiatan mengajar merupakan kegiatan sekunder yang dimaksudkan untuk dapat terjadinya kegiatan belajar mengajar yang optimal (Moedjiono, 1993: 1). Tujuan proses belajar mengajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh murid (Nasution, 1982: 36).

Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen yang saling mempengaruhi, yakni tujuan instruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang memainkan peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan serta sarana dan prasarana belajar-mengajar yang tersedia (Hasibuan, 1985: 3).

Situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar mengajar yang optimal adalah suatu situasi dimana siswa dapat berinteraksi dengan guru dan atau bahkan pembelajaran di tempat tertentu yang telah diatur dalam rangka mencapai tujuan. Selain itu situasi tersebut dapat lebih mengoptimalkan kegiatan belajar bila

(2)

menggunakan metode dan atau media yang tepat. Agar dapat diketahui keefektifan kegiatan belajar mengajar, maka setiap proses dan hasilnya harus dievaluasi (Moedjiono, 1993: 1).

Menurut Moedjiono (1993: 1-2), kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa komponen. Komponen-komponen yang membentuk kegiatan belajar mengajar adalah;

1. Siswa, yakni seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

2. Guru, yakni seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar, katalisator kegiatan belajar mengajar, dan peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif. 3. Tujuan, yakni pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan

terjadi pada siswa setelah mengikuti belajar mengajar. Perubahan perilaku tersebut mencakup perubahan kognitif, psikomotorik, dan afektif.

4. Isi pelajaran, yakni segala informasi berupa fakta dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

5. Metode, yakni cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi dari orang lain, dimana informasi tersebut dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan.

6. Media, yakni bahan pembelajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada para siswa agar mereka dapat mencapai tujuan.

(3)

7. Evaluasi, yakni cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan belajar mengajar dan sekaligus memberikan balikan bagi setiap komponen kegiatan belajar mengajar.

2. METODE PEMBELAJARAN

Menurut Suryosubroto (2002: 149) metode adalah cara, yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Makin tepat metodenya, diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan tersebut. Sedangkan menurut Djamarah (2002: 53) metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya harus bervariasi sesuai dengan tujuan yang akan dicapai setelah pengajaran berakhir.

Menurut Majid (2005: 136-137), metode apapun yang digunakan oleh pendidik/guru dalam proses pembelajaran, yang perlu diperhatikan adalah akomodasi menyeluruh terhadap prinsip-prinsip KBM, yaitu :

Pertama, berpusat kepada anak didik (student oriented). Guru harus memandang anak didik sebagai sesuatu yang unik, tidak ada dua orang anak didik yang sama. Gaya belajar (learning style) anak didik harus diperhatikan.

Kedua, belajar dengan melakukan (learning by doing) supaya proses belajar itu menyenangkan, guru harus menyediakan kesempatan kepada anak didik untuk

(4)

melakukan apa yang dipelajarinya, sehingga ia memperoleh pengalaman yang nyata.

Ketiga, mengembangkan kemampuan sosial. Proses pembelajaran dan pendidikan selain sebagai wahana untuk memperoleh pengetahuan. Juga sebagai sarana untuk berinteraksi sosial (learning to live together).

Keempat, mengembangkan keingintahuan dan imajinasi. Proses pembelajaran dan pengetahuan harus dapat memancing rasa ingin tahu anak didik. Juga mampu memompa daya imajinatif anak didik untuk berfikir kritis dan kreatif.

Kelima, mengembangkan kreatifitas dan keterampilan memecahkan masalah. Proses pembelajaran dan pendidikan yang dilakukan oleh guru bagaimana merangsang kreativitas dan daya imajinasi anak untuk menemukan jawaban setiap masalah yang dihadapi anak didik.

Dalam melakukan pengajaran pihak guru haruslah berpusat kepada siswa dalam arti kata pembelajaran dengan menggunakan metode dan pendekatan apapun sebaiknya memperhatikan kondisi dan lingkungan siswa. Supaya siswa dapat mencoba sendiri apa yang sudah dipelajari di sekolah, dapat berinteraksi sosial dengan lingkungannya, dengan begitu siswa dapat menangani setiap masalah yang timbul dalam proses pembelajaran di sekolahnya.

Menurut Djamarah (2002 : 95-109), ada beberapa metode pembelajaran, diantaranya adalah:

(5)

1. Metode Eksperimen

Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode percobaan ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan, atau suatu proses.

2. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode yang cara penyajian materi lebih memperagakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses atau keadaan yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Metode demonstrasi juga mempunyai kelebihan dan kekurangan.

3. Metode Diskusi

Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa-siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama. 4. Metode Tanya Jawab

Metode Tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru.

(6)

5. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar.

Metode belajar mengajar yang dimiliki pendidik diusahakan bervariasi, agar siswa-siswi dalam kelas yang tipe belajarnya pasti beragam itu dapat menerima, mencerna, menguasai materi yang diberikan oleh pendidik seefisien dan seefektif mungkin.

6. Metode Penugasan

Salah satu metode yang dapat membuat proses belajar menjadi menyenangkan, efektif, dan efisien yaitu metode penugasan.Tugas dapat diberikan dalam bentuk daftar sejumlah pertanyaan mengenai mata pelajaran tertentu, atau satu perintah yang harus dibahas dengan diskusi atau perlu dicari uraiannya pada buku pelajaran. Dapat juga berupa tugas tertulis atau tugas lisan lainnya, dapat ditugaskan untuk mengumpulkan sesuatu, mengadakan observasi terhadap sesuatu dan bisa juga melakukan eksperimen. Hanya diharapakan bila guru telah memberikan tugas pada siswa, hari berikutnya harus dicek apakah sudah dikerjakan atau belum. Kemudian perlu dievaluasi karena akan memberi motivasi belajar siswa. Tugas itu dapat juga berupa perintah, kemudian siswa mempelajari bersama teman atau sendiri dan menyusun laporan/resume. Esok harinya laporan tersebut dibacakan di depan kelas dan didiskusikan dengan seluruh siswa kelas. Sistem tugas semacam ini disebut resitasi. Resitasi ialah menyusun suatu laporan

(7)

sebagai hasil dari apa yang telah dipelajari. Teknik pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi. Hal ini terjadi disebabkan karena siswa mendalami situasi atau pengalaman yang berbeda, waktu menghadapi masalah-masalah baru. Dalam penggunaan teknik resitasi ini siswa mempunyai kesempatan untuk saling membandingkan dengan hasil pekerjaan orang lain, dapat mempelajari dan mendalami hasil uraian orang lain. Dengan demikian akan memperluas, memperkaya dan memperdalam pengetahuan serta pengalaman siswa (Roestiyah, 1991: 133-134).

Tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah (PR), tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas biasanya bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan di tempat lainnya tetapi di luar jam pelajaran. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk belajar aktif belajar, baik secara individual maupun secara kelompok. Karena itu tugas dapat diberikan secara individual, atau dapat pula secara kelompok.

Menurut Djamarah (2002 : 96), ada langkah-langkah yang harus diikuti dalam penggunaan metode penugasan, yaitu :

a. Fase Pemberian Tugas

Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan: - Tujuan yang akan dicapai.

(8)

- Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang akan ditugaskan.

- Sesuai dengan kemampuan siswa.

- Ada petunjuk/ sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa. - Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut. b. Langkah Pelaksanaan Tugas

- Diberikan bimbingan/ pengawasan oleh guru. - Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja.

- Diusahakan/ dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain. - Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik

dan sistematik.

c. Fase mempertanggungjawabkan Tugas Hal yang harus dikerjakan dalam fase ini:

- Laporan siswa baik lisan/ tertulis dari apa yang telah dikerjakan. - Ada Tanya jawab/ diskusi kelas.

- Penilaian hasil pekerjaan siswa dengan baik dengan tes maupun nontes atau cara lainnya.

Tugas dapat pula memberi kesempatan kepada siswa untuk menerima informasi baru, mengaplikasikan, menganalisis, bahkan mengevaluasi informasi tersebut. Manfaat lain dari pemberian tugas adalah menciptakan proses belajar mengajar yang berpusat kepada siswa.

(9)

Berdasarkan pendapat Davies (1987) dan Gage & Berliner (1984), tugas dapat dipisahkan sebagai berikut :

a. Tugas latihan

Tugas latihan merupakan tugas untuk melatih siswa menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan pembahasan sebelumnya. Tugas latihan diberikan pada jam pelajaran atau di luar jam pelajaran, disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersedian waktu.

b. Tugas membaca/mempelajari buku

Guru menugaskan kepada para siswa secara perseorangan atau kelompok mempelajari sendiri topik atau pokok bahasan tertentu, tugas ini menuntut kepada para siswa kearah pencarian sumber belajar yang berhubungan dengan topik atau pokok bahasan yang harus dipelajari.

c. Tugas unit/proyek

Guru menugaskan kepada para siswa berdasarkan unit yang harus dipelajari, atau menugaskan kepada para siswa menyelesaikan suatu proyek yang akan menghasilkan hasil tertentu. Tugas unit/proyek ini akan melibatkan kemampuan siswa dalam berbagai bidang studi.

d. Studi eksperimen

Tugas eksperimen merupakan jenis tugas yang agak khusus. Tugas eksperimen hanya diberikan oleh guru untuk topik atau pokok bahasan tertentu, yakni topik/pokok bahasan yang menuntut adanya eksperimen. Tugas eksperimen dapat digunakan untuk membuktikan atau menemukan informasi.

(10)

e. Tugas praktis

Tugas praktis merupakan tugas kepada siswa untuk memproduksi sesuatu dengan menggunkan keterampilan fisik atau motoris. Tugas praktis dapat juga berupa latihan ketrampilan fisik/motoris.

Menurut Sudirman (1992: 141), metode penugasan adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas agar siswa melaksanakan kegiatan belajar sendiri. Ada beberapa kelebihan metode penugasan, yaitu :

1. Metode penugasan merupakan aplikasi pengajaran modern, yaitu guru dalam proses mengajar harus merangsang siswa agar melakukan aktivitas atau kegiatan sehubungan dengan apa yang dipelajarinya.

2. Tugas merangsang siswa agar belajar lebih banyak, baik pada waktu di dalam kelas maupun di luar kelas.

3. Metode penugasan dapat mengembangkan kemandirian siswa dalam belajar.

4. Tugas dapat lebih meyakinkan siswa pada apa yang dipelajarinya dari guru, lebih memperdalam, lebih memperkaya atau memperluas pandangan yang dipelajarinya.

5. Tugas dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari dan mengolah sendiri informasi yang ada.

(11)

7. Metode penugasan diharapkan dapat membawa efek instruksional apabila dilakukan di dalam kelas, lebih-lebih dapat membawa efek pengiring bila diberikan di dalam dan di luar kelas.

8. Metode penugasan ini dapat membuka tanggung jawab dan disiplin siswa. 9. Metode penugasan ini dapat mengembangkan kreativitas siswa.

10. Metode penugasan ini dapat membangkitkan motivasi siswa.

Selanjutnya Sudirman (1992: 141) menambahkan disamping kelebihan ternyata ada beberapa kekurangan dalam metode penugasan ini, yaitu :

1. Siswa sulit dikontrol, apabila ia yang mengerjakan tugas ataukah orang lain.

2. Khusus untuk tugas kelompok tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikan tugas, hanya anggota tertentu saja sedang anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik.

3. Tidak mudah memberikan tugas untuk siswa yang memiliki keragaman. 4. Tugas yang monoton dapat menimbulkan kebosanan.

5. Pemberian tugas yang terlalu banyak dan sering, apabila tidak disertai penilaian tersendiri sering jadi beban dan keluhan.

Sedangkan menurut Rostiyah (1989: 76) metode pemberian tugas akan lebih efektif bila :

1. Tugas-tugas yang diberikan terbatas dan jelas.

2. Tugas-tugas yang diberikan disadari oleh siswa sebagai sesuatu yang harus dikerjakan .

(12)

3. Tersedianya fasilitas-fasilitas seperti buku-buku yang menunjang.

4. Diperhitungkan taraf kesulitan yang dibandingkan dengan kemampuan siswa.

Pemberian tugas adalah untuk memberi motivasi belajar agar diperoleh prestasi yang lebih baik. Melalui tugas siswa dapat mengulangi dan mempelajari kembali pelajaran yang diperoleh di dalam kelas. Siswa dapat mengembangkan daya pikir dan kreativitasnya untuk menyelesaikan masalah belajar yang dihadapinya. Selain itu juga dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat mengembangkan kebiasaan belajar mandiri. Belajar mandiri akan lebih besar pengaruhnya terhadap kemampuan siswa dalam memahami suatu konsep.

B. HASIL BELAJAR

1. PENGERTIAN HASIL BELAJAR

Dalam mengajar, guru harus sudah mengetahui tujuan-tujuan yang akan dicapai dalam mengajarkan suatu pokok bahasan. Menurut Utami (2001: 18), untuk merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus yang didasarkan pada taksonomi Bloom tentang tujuan-tujuan perilaku (Bloom,1956), yang meliputi tiga domain, yaitu domain kognitif, domain afektif dan domain psikomotorik. Hasil belajar sebagai objek penilaian dapat dibedakan ke dalam beberapa kategori, antara lain ketrampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. Ketegori yang banyak digunakan dibagi menjadi tiga ranah, yakni kognitif, afektif, psikomotoris

(13)

Penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil belajar disebut kemampuan-kemampuan (capabilitas) (Gagne dalam Dahar, 1996). Ditinjau dari segi hasil yang diharapkan dari suatu pengajaran atau instruksi, kemampuan-kemampuan itu perlu dibedakan, karena kemampuan-kemampuan itu memungkinkan berbagai macam penampilan manusia dan juga karena kondisi untuk memperoleh kemampuan ini berbeda-beda.

Pada umumnya setiap siswa belajar bila akan menghadapi tes atau diberi tugas oleh guru sedangkan jika tidak siswa pada umumnya tidak belajar, sehingga memiliki kesiapan belajar. Sebagaimana dikemukakan oleh Juwitaningsih (1989:12), bahwa kesiapan perlu diperhatikan dalam kegiatan belajar mengajar, karena apabila sudah ada kesiapan maka hasil belajar akan lebih baik.

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa merupakan salah satu indikator dari keberhasilan proses belajar mengajar, karena keberhasilan pengajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar yang dicapai, tetapi juga dari segi prosesnya. Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar, hasil belajar siswa dapat diukur dengan menggunakan alat evaluasi dan dapat dilihat dari hasil (skor) tes yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegitan belajar mengajar. Tes yang diberikan dapat berupa tes lisan dan tes tulisan. Dalam penelitian ini lebih menitik beratkan pada tes tertulis. Skor nilai yang dicapai oleh siswa merupakan pencerminan dari hasil belajar.

Menurut Sudjana (2005: 22) dalam hasil belajar ada beberapa aspek yang dapat dilihat, antara lain adalah:

(14)

a. Perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya.

b. Kualitas dan kuantitas penguasaan tujuan instruksional.

c. Hasil belajar tahan lama diingat dan dapat digunakan sebagai dasar dalam mempelajari bahan berikutnya.

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti bahan pelajaran, guru dan motivasi dan kreativitas siswa itu sendiri untuk mempelajari dan mengembangkan materi pelajaran yang sedang dan sudah diajarkan oleh gurunya. Dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa ditentukan oleh faktor internal dan faktor eksternal.

2. CARA MENGETAHUI HASIL BELAJAR

Menurut Sudjana (1989: 56-57), hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal cenderung menunjukkan hasil yang berciri sebagai berikut :

a. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Motivasi intrinsik adalah semangat juang untuk belajar yang tumbuh dari dalam diri siswa itu sendiri. Siswa tidak akan mengeluh dengan prestasi yang rendah, dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya. Sebaliknya, hasil belajar yang baik akan mendorong pula untuk meningkatkan, setidak-tidaknya untuk mempertahankan, apa yang telah dicapainya.

(15)

b. Menambah keyakinan akan dirinya. Artinya dia tau kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia punya potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana seharusnya. Ia juga yakin tidak ada sesuatu yang tidak dapat dicapai apabila ia berusaha dengan kesanggupannya.

c. Hasil belajar bermakana bagi dirinya seperti akan tahan lama diingatannya, membentuk perilakunya, bermanfaat untuk memepelajari aspek lain, dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan lainnya, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan kreativitasnya.

d. Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif), yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan, atau wawasan; ranah afektif atau sikap dan apresiasi, serta ranah psikomotoris, keterampilan atau perilaku. Ranah kognitif terutama adalah hasil yang diperolehnya sedangkan ranah afektif dan psikomotoris diperoleh sebagai efek dari proses belajarnya, baik efek instruksional maupun efek nutural atau efek samping yang tidak direncanakan dalam pengajaran.

e. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya. Ia tau dan sadar bahwa tinggi-rendahnya hasil belajar yang dicapainya bergantung pada usaha dan motivasi belajar dirinya sendiri.

(16)

3. JENIS DAN SISTEM PENILAIAN

Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Menurut Purwanto (2006: 108), jenis evaluasi dan fungsinya dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Penilaian formatif, yakni penilaian yang dilakukan pada setiap akhir satuan pelajaran, dan fungsinya untuk memperbaiki proses belajar mengajar atau memperbaiki program satuan pelajaran.

b. Penilaian sumatif, yakni penilaian yang dilakukan setiap caturwulan atau semester (setelah siswa menyelesaikan suatu unit atau bagian dari mata pelajaran tertentu), berfungsi untuk menentukan angka atau hasil belajar siswa dalam tahap-tahap tertentu.

c. Penilaian penempatan (placement) yang berfungsi untuk menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat (misalnya dalam penentuan tingkat, kelas, atau jurusan).

d. Penialain diagnostik, berfungsi untuk membantu memecahkan kesulitan belajar siswa.

Dalam penelitian untuk mengolah skor hasil belajar siswa, peneliti menggunakan tes formatif, yang dikarenakan hanya mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut.

Dalam evaluasi formatif, kita dapat menentukan materi apa yang telah dikuasai siswa, kesalahan apa yang dibuat siswa, dan problem belajar apa yang

(17)

dialami siswa. Karena tujuan utama dari evaluasi formatif adalah mengidentifikasi problem belajar dan memodifikasi pembelajaran untuk membantu siswa belajar. Hal ini difokuskan pada penguasaan siswa terhadap materi tujuan khusus, dan juga tidak membandingkan siswa dengan siswa lain. Dalam kaitannya dengan kriteria penilaian, evaluasi formatif akan tepat menggunakan criterion refference dimana penilaian dilakukan tidak dengan membandingkan individu satu dengan individu lain dalam satu kelompok, tetapi mengukur kompetensi minimum anak dalam satu area tertentu(http://members.tripod.com/~Putrohari/yuenda_nulis.htm).

Butir-butir pertanyaan yang diberikan dalam rangka test formatif berbetuk test obyektif (benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan, melengkapi) sehingga dapat memudahkan proses pengukuran (memberikan nilai) (http://penilaian hasil belajar.blogspot.com/2008/01/system-penilaian-hasil-belajar.html).

C. EKOSISTEM

Kehidupan semua jenis mahluk hidup saling mempengaruhi, dipengaruhi, serta berinteraksi dengan alam membentuk kesatuan yang disebut ekosistem. Ekosistem juga menunjukkan adanya interaksi bolakbalik antarmahluk hidup (biotik) dengan alam (abiotik). Cabang biologi yang mempelajari ekosistem adalah ekologi. Ekologi berasal dari bahasa Yunani yaitu oikos yang artinya rumah atau tempat hidup dan logos yang berarti ilmu. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar-mahluk hidup maupun interaksi antar mahluk hidup dengan lingkungannya (Pratiwi, 2004: 229-230).

(18)

I. Komponen Penyusun Ekosistem

Penyusun ekosistem dapat dibedakan berdasarkan sifat dan fungsinya dalam ekosistem.

1. Berdasarkan Sifatnya

Menurut Pratiwi (2004; 230-234), berdasarkan sifatnya komponen penyusun ekosistem dibagi menjadi :

a. Faktor Biotik

Faktor biotik adalah faktor hidup yang meliputi semua mahluk hidup dibumi, baik tumbuhan, hewan maupun manusia.

1. Individu

Individu merupakan organisme tunggal. Dalam mempertahankan hidup, setiap jenis dihadapkan pada masalah-masalah hidup yang kritis. Untuk mengatasi masalah tersebut organisme harus memiliki struktur khusus seperti: duri, sayap, kantung atau tanduk. Struktur dan tingkah laku demikian disebut adaptasi. Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer

(19)

Ada bermacam-macam adaptasi mahluk hidup terhadap lingkungannya, yaitu :

a) Adaptasi morfologi, merupakan penyesuaian bentuk tubuh untuk kelangsungan hidupnya. Contoh :

1. Gigi khusus pada hewan karnivor beradaptasi menjadi empat gigi taring besar dan runcing untuk menangkap mangsa dan gigi geraham dengan ujung pemotong yang tajam untuk mencabik-cabik mangsanya.

Gambar 2.2 Gigi khusus pada macan (Pratiwi, 2004: 231)

2. Moncong panjang pada trenggiling dengan ujung mulut yang kecil tak bergerigi dengan lubang berbentuk celah kecil untuk menghisap semut dari sarangnya.

(20)

Gambar 2.3 Moncong pada trenggiling (Pratiwi, 2004: 231)

3. Paruh yang kuat pada elang dengan rahang atas yang melengkung dan ujungnya tajam.

Gambar 2.4 Paruh kuat burung elang (Pratiwi, 2004: 231)

4. Tumbuhan insektivor (tumbuhan pemakan serangga), misalnya kantong semar memiliki daun yang berbentuk piala dengan permukaan dalam yang licin sehingga dapat menggelincirkan serangga yang hinggap.

(21)

Gambar 2.5 Tumbuhan insektivor (Pratiwi, 2004: 232)

5. Akar yang kuat dan panjang pada tumbuhan gurun yang berfungsi untuk menyerap air yang jauh di dalam tanah.

b) Adaptasi fisiologi, merupakan penyesuaian fungsi fisiologi tubuh untuk mempertahankan hidupnya. Contoh :

1. Kelenjar bau, pada musang dapat mensekresikan bau busuk dengan cara menyemprotkan caiaran melalui lubang sisi dubur.

2. Kantong tinta pada cumi-cumi dan gurita.

(22)

3. Mimikri pada bunglon.

c) Adaptasi tingkah laku, merupakan adaptasi yang didasari pada tingkah laku. Contoh : pura-pura tidur atau mati pada tupai Virginia, migrasi pada ikan salmon.

Gambar 2.7 Migrasi ikan salmon (Pratiwi, 2004: 232) 2. Populasi

Kumpulan individu sejenis yang hidup pada suatu daerah dan pada waktu tertentu disebut populasi.

3. Komunitas

Komunitas adalah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. b. Faktor Abiotik

Faktor abiotik adalah faktor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia. Faktor fisik utama yang mempengaruhi ekosistem adalah sebagai berikut : suhu, sinar matahari, air, tanah, ketinggian, angin, garis lintang.

2. Berdasarkan Fungsinya

(23)

a. Komponen autotrof

(auto = sendiri dan trophikos = makanan)

Autotrof adalah organisme yang mampu membuat/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan energi seperti cahaya matahari dan energi kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen, contohnya tumbuh-tumbuhan hijau.

b. Komponen heterotrof

(heteros = berbeda dan trophikos = makanan)

Heterotrof merupakan organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai makanannya dan bahan tersebut disediakan oleh organisme lain. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur dan mikroba.

Dari sini dapat diketahui bahwa heterotrof hidupnya tergantung pada keberadaan autotrof (Winatasasmita, 2000; 118).

c. Pengurai (Decomposer)

Pengurai adalah organisme heterotrof yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati. Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Organisme yang termasuk pengurai ini adalah bakteri dan jamur.

(24)

II. Interaksi Antar Komponen 1. Interaksi Antarorganisme

Menurut Pratiwi (2004; 235-236), interaksi antarorganisme dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat.

a. Netral (hubungan tidak saling mengganggu antarorganisme dalam habitat yang sama yang bersifat tidak merugikan kedua belah pihak).

b. Predasi (hubungan antara mangsa dan pemangsa/predator. Hubungan ini sangat erat sebab tanpa mangsa, predator tak dapat hidup).

c. Parasitisme (hubungan antarorganisme bila salah satu organisme hidup dan berkembang pada organisme lain dengan mengambil makanan dari organisme lain tersebut/inangnya, sehingga dapat merugikan inangnya).

d. Komensalisme (hubungan antar dua organisme yang berbeda spesies dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagai sumber makanan, salah satu spesies diuntungkan dan spesies lainnya tidak dirugikan).

e. Mutualisme (hubungan antara dua organisme yang berbeda spesies yang saling menguntungkan kedua belah pihak).

2. Interaksi Antarpopulasi

Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Kompetisi merupakan interaksi antarpopulasi, bila antarpopulasi terdapat kepentingan yang sama sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan apa yang diperlukan.

(25)

3. Interaksi Antarkomunitas

Komunitas adalah kumpulan populasi yang berbeda di suatu daerah yang sama dan saling berinteraksi. Interaksi antarkomunitas cukup komplek karena tidak hanya melibatkan organisme, tetapi juga aliran energi dan makanan.

4. Interaksi Antar komponen biotik dengan abiotik

Interaksi antara komponen biotik dengan abiotik membentuk ekosistem. Hubungan antara organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran energi. Selain aliran energi, di dalam ekosistem terdapat juga struktur atau tingkat trofik, keanekargaman biotik, serta siklus materi.

Gambar

Gambar 2.1 Tingkatan organisme makhluk hidup (Pratiwi, 2004: 230)
Gambar 2.2 Gigi khusus pada macan (Pratiwi, 2004: 231)
Gambar 2.3 Moncong pada trenggiling (Pratiwi, 2004: 231)
Gambar 2.6 Cumi-cumi (Pratiwi, 2004: 232)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah merupakan pertanggung jawaban kinerja yang sudah disepakati pada perjanjian kinerja tahun 2016 antara Direktur Jenderal

1) Lingkungan, termasuk sikap terhadap anak-anak pada umumnya dan terhadap anak tertentu karena: lingkungan yang tidak responsif dan kurang stimulasi. Pemahaman

“kita sebagai pendidik tidak boleh memandang masalah secara hitam-putih pak, diah itu telah banyak menanggung beban hidup, sudah selayaknya kita ikut mendampingi dan membantunya ,bukan malah menambah

abroad for a certain time period in a row Looking at the description above, it can be concluded that the denial of citizenship re- cognition to the ethnic Rohingya by

[r]

Berdasarkan hasil tindakan dan data yang diperoleh dari tes hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi peningkatan hasil

Bertolak dari paparan yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian mengenai pengembangan modul pada pembelajaran Prakarya untuk

dalam melakukan komunikasi. Komunikasi yang terjadi dalam ranah cyber bisa melibatkan siapa saja, kapan saja, dan dari mana saja selama media komunikasi memungkinkan. Berbeda