• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PREVENTIF ORANG TUA DARI TINDAK PEDOFILIA PADA ANAK ( Studi Pada Orang Tua Bekerja Sebagai Petani Desa Labuhan Ratu II Kecamatan Way Jepara Lampung Timur )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA PREVENTIF ORANG TUA DARI TINDAK PEDOFILIA PADA ANAK ( Studi Pada Orang Tua Bekerja Sebagai Petani Desa Labuhan Ratu II Kecamatan Way Jepara Lampung Timur )"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

PREVENTIVE MEASURES OF ACTION FOR PARENTS OF CHILDREN Pedophilia (Study on Parents Working as Farmers Village Labuhan Ratu II

District Way Jepara East Lampung)

HENGKI FRAM NORIS

DEWI AYU HIDAYATI

ABSTRACT

State of Indonesia is one country that has the densest population in the world. In such circumstances it is certainly a lot of positive and negative implications for Indonesia. One of the negative effects in these circumstances is rampant cases of irregularities in children include cases of sexual perversion pedophilia. The purpose of this study was to find out or dig up information on preventive measures that do parents who worked as a farmer in the village of Labuhan Ratu Two East Lampung to prevent children from pedophile acts. This study was carried out to obtain comparative preventive measures what would parents do to prevent their children from acts of sexual perversion pedophilia as well as to compare the types of preventive measures that do parents who work as farmers with ordinary parents. From the results informant interviews of five people from five different heads of households, it is known that the preventive measures undertaken parent who works as a farmer to prevent their children from such acts of pedophilia deviation to instill religious values, provide oversight, provide useful busyness, requesting permission when they wanted to leave the house, as well as teach children to dress modestly early. Then based on the comparison of the theory with the results of the study authors, there is no difference of preventive measures to prevent children from acts of pedophilia committed irregularities elderly farmer with ordinary parents.

(2)

UPAYA PREVENTIF ORANG TUA DARI TINDAK PEDOFILIA PADA ANAK

( Studi Pada Orang Tua Bekerja Sebagai Petani Desa Labuhan Ratu II Kecamatan Way Jepara Lampung Timur )

HENGKI FRAM NORIS DEWI AYU HIDAYATI ABSTRAK

Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki penduduk terpadat didunia. Dalam keadaan seperti ini tentu banyak hal positif dan negatif berdampak bagi Indonesia. Salah satu dampak negatif dalam keadaan tersebut ialah maraknya kasus penyimpangan pada anak diantaranya kasus penyimpangan seks pedofilia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui atau menggali informasi tentang upaya preventif yang dilakukan orang tua yang bekerja sebagai petani di Desa Labuhan Ratu Dua Lampung Timur untuk menghindari anak dari tindak pedofilia. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan perbandingan upaya-upaya preventif apa yang akan dilakukan orang tua untuk menghindarkan anak-anak mereka dari tindak penyimpangan seks pedofilia serta untuk mengetahui perbandingan jenis upaya preventif yang dilakukan orang tua yang bekerja sebagai petani dengan orang tua biasa. Dari hasil wawancara informan yang berjumlah lima orang dari lima kepala keluarga yang berbeda, diketahui bahwa upaya preventif yang dilakukan orang tua yang bekerja sebagai petani untuk menghindarkan anaknya dari tindak penyimpangan pedofilia diantaranya dengan menanamkan nilai agama, memberi pengawasan, memberikan kesibukan yang bermanfaat, meminta izin ketika hendak keluar rumah, serta mengajarkan anak untuk berpakaian dengan sopan sejak dini. Kemudian berdasarkan perbandingan teori dengan hasil penelitian penulis, tidak terdapat perbedaan upaya preventif untuk menghindarkan anak dari tindak penyimpangan pedofilia yang dilakukan orang tua petani dengan orang tua biasa.

(3)

UPAYA PREVENTIF ORANG TUA DARI TINDAK PEDOFILIA PADA ANAK

( Studi Pada Orang Tua Bekerja Sebagai Petani Desa Labuhan Ratu II Kecamatan Way Jepara Lampung Timur )

(Skripsi)

Oleh

Hengki Fram Noris

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

UPAYA PREVENTIF ORANG TUA DARI TINDAK PEDOFILIA PADA ANAK

( Studi Pada Orang Tua Bekerja Sebagai Petani Desa Labuhan Ratu II Kecamatan Way Jepara Lampung Timur )

Oleh

Hengki Fram Noris

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA SOSIOLOGI

Pada Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Way Mili Kabupaten lampug timur pada tanggal 21 Juni 1993, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari Bapak Muhammad Marzuki dan Ibu Sumarsih.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Pertiwi, Sumberejo diselesaikan tahun 1999. Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 1 Labuhan Ratu Satu, Lampung Timur pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Way Jepara, diselesaikan pada tahun 2008 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Way Jepara, Lampung Timur lulus pada tahun 2011.

(9)

MOTO

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta oran-orang yang sabar.”

(QS. Al Baqarah: 153)

“Awali dengan mimpi akhiri dengan prestasi.”

(10)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan hidayahnya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Upaya Preventif Orang Tua dari Tindak Pedofilia pada Anak” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sosial di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Dekan Fisip

2. Pembantu Dekan 1 3. Pembantu Dekan 2 4. Pembantu Dekan 3

5. Bapak Drs. Susetyo, M. Si., selaku Ketua jurusan Sosiologi.

6. Ibu Dewi Ayu Hidayati, S.Sos, M.S, selaku Dosen pembimbing atas kesediaanya meluangkan waktu, tenaga, dan pikiranya untuk memberikan bimbingan, kritik, dan saran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

(11)

8. Untuk kedua orang tua saya Bapak Muhammad Marzuki dan Ibu Sumarsih atas segala bentuk dukungan dan doa yag tak pernah putus. Atas segala usaha yag telah dilakukan demi memperlancar kelulusan saya, serta atas segala ketersediaan fasilitas yang dibutuhkan yang telah dipenuhi.

9. Bapak dan Ibu Dosen Sosiologi FISIP Unila (Bapak Abdul Syani, Bapak Fahmi, Bapak Bintang, Bapak Hatoyo, Bapak Sindung, Bapak Gede, Bapak Suwarno, Bapak Gunawan, Ibu Anita Damayanti, Ibu Paraswati, Ibu Dewi, Ibu Bartoven Vivit, Ibu Yuni, Ibu Endry), terimakasih atas bimbingan kalian dan motivasi kalian.

10. Ibu Siti, selaku staf administrasi jurusan Sosiologi, terimakasih atas bantuan dan motivasinya dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Mas Edi, selaku pegawai Fisip Unila, terimakasih telah membantu saya untuk mempersiapkan seminar-seminar yang telah saya lakukan.

12. Untuk adik-adik saya, sesa dan ica yang ketika saya pulang kerumah memberikan hiburan tersendiri untuk melepas penat selepas kesibukan mengerjakan skripsi.

13. Buat Nurul Rahayu terimakasih atas doa, bantuan dan motivasinya yang telah membuatku untuk terus kuat dan bangkit.

(12)

15. Kepada semua pihak yang terlibat yang tidak bisa disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga atas dukungan dan bantuanya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari sepenuhnya bahwa ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi seikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin

Bandar Lampung, 21 April 2015 Penulis

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kasus/Korban Pedofilia Indonesia ... 7 Tabel 2. Luas dan Tataguna Tanah ... 39 Tabel 3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian... 41 Tabel 4. KK Mata Pencaharian Petani yang Memiliki

(14)

DAFTAR ISI

I.

PENDAHULUAN

Halaman

A. Latar Belakang ... 01

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Upaya pencegahan (preventif) Orang Tua ... 14

1. Upaya pencegahan/Preventif ... 14

2. Orang Tua ………... ... 15

B. Orang Tua yang Bekerja sebagai Petani ... 16

1. Pengertian Petani…… ... 16

2. Klasifikasi Petani………... ... 17

C. Kekerasan Seks pada Anak ... 19

1. Pengertian ……… 19

2. Gejala Pelaku pedofilia ……… 20

3. Jenis-jenis Pedofilia ………. 22

4. Penyebab pedofilia ……….. 23

(15)

D. Landasar Teori……….. 29

E. Kerangka Pikir ………. 30

F. Bagan Kerangka Pikir ……….. 31

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian …….. ... 32

1. Tipe Penelitian ……….. 32

2. Fokus Penelitian ………... 33

3. Lokasi Penelitian ………. 33

4. Sumber Data ………... 34

5. Tehnik Pengumpulan Data ………. 35

6. Tehnik Analisis Data ……….. 36

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Kondisi Geografis ... 38

1. Letak Secara Administratif ……… 38

2. Luas dan Tataguna Tanah ……….. 39

B. Keadaan Demografi …………. ... 40

1. Distribusi Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian ……….. 41

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Informan …… ... 43

1. Informan Pertama ………... 44

2. Informan ke-dua ………. ... 45

(16)

4. Informan ke-empat ……… 48

5. Informan ke-lima ………... 50

B. Hasil dan Pembahasan ... 51

1. Hasil Penelitian ………... 51

1.1 Pengetahuan Orang Tua tentang pedofilia ……….. 51

1.2 Tindak pencagahan Orang Tua terhadap Tindak Penyimpangan Seks (pedofilia) ………... 54

a. Mengawasi Keseharian Anak ... 54

b. Memberikan Anak kesibukan yang Bermanfaat ... 56

c. Menanamkan Nilai Aqidak Kepada Anak ... 58

d. Meminta Izin Kepada Orang Tua Ketika Keluar Rumah …….. 60

e. Mengenakan Pakaian Sopan ketika Keluar Rumah ……… 61

2. Pembahasan ……… 62

C. Kajian Teori ………. 69

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki penduduk terpadat didunia, hal ini dapat dilihat darijumlah penduduk Indonesia yang mencapai 253,60 juta jiwa, tahun 2014 Indonesia tercatat menduduki urutan ke empat nagara dengan penduduk terpadat di dunia, setelah China dengan populasi penduduk mencapai 1.355 miliar jiwa, India 1.236 miliar jiwa dan Amerika Serikat 318.892 juta jiwa (detik.com 2014). Dalam keadaan seperti ini tentu banyak hal positif dan negatif berdampak bagi Indonesia. Dengan jumlah penduduk yang banyak, disatu sisi Indonesia dapat diuntungkan dengan adanya bonus mobilitas penduduk,dengan kata lain usia produktif penduduk Indonesia berada dipuncak terbesar dan memungkinkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan yang signifikan. Oleh sebab itu Indonesia harus benar- benar memperhatikan bagaimana cara perkembangan usia anak menuju remaja dan usia remaja menuju dewasa agar bonus mobilitas penduduk dapat tercapai.

(18)

2

unit sosial pertama dan terkecil memiliki peranan sangat penting untuk mendidik, memenuhi kebutuan, melindungi dan membina anak sebagai anggota dari keluarga. Keluarga inti melakukan fungsi- fungsi sosial dasar sebelum terjun kemasyarakat. Artinya keluarga mengajarkan atau mentransfer pengetahuan kepada sang anak mengenai nilai-nilai sosial dalam masyarakat seperti mendidik anak untuk dapat berperilaku baik dalam masyarakat ataupun menerapkan perilaku bekerja baik dengan masyarakat sekitarnya.

Worsley (1991:153) menyatakan keluarga adalah lembaga vital bagi kesehatan individu dan masyarakat sebagai keseluruhan, sementara bagi yang lainnya keluarga adalah suatu peninggalan yang menekankan dan ketinggalan jaman dari periode awal sejarah manusia. Keluarga bahagia atau tidak bahagia tidak semuanya sama, tetapi kenyataan bahwa kita dapat memahami sesuatu dari pengalaman-pengalaman keluarga orang lain menggambarkan adanya suatu pemilikan bersama atas satu budaya dan sejarah yang serupa. Telah menjadi kesepakatan berbagai bangsa persoalan anak ditata dalam suatu wadah UNICEF (United International Childern Education of Fund). Bagi Indonesia sendiri anak dikelompokan sebagai kelompok rentan. Dalam penjelasan Pasal 5 ayat 3 Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999 disebutkan bahwa yang termasuk kelompok rentan adalah orang lansia, anak- anak, fakir miskin, wanita hamil, dan penyandang cacat (Muladi, 2007:231).

(19)

3

remaja perlu diberi pengawasan ekstra demi kelangsungan hidup anak kedepannya dalam hal pendidikan maupun pergaulan mereka, karena pada usia itu mereka lebih mudah menjadi target incaran pelaku kejahatan. Hal tersebut dikarenakan belum adanya kemampuan untuk melindungi diri dari segala hal positif yang berada dilingkungan sekitar. Menurut (Bagong, 2010:312) sebagai contoh kejahatan sodomi dan mutilasi yang menimpa anak laki- laki kembali mencuat. Beberapa tahun yang lalu tidak kalah miris dengan ulah “Robet Gedek” yang mengaku telah menyodomi dan membunuh sejumlah anak laki-laki di Jakarta beberapa tahun silam. Kasus yang sama kembali terjadi dengan pelaku yang berbeda. Baequni alias Babe telah membunuh 7 bocah berusia dibawah 12 tahun. Lebih sekedar seorang pedofilia yang hanya birahi terhadap anak laki- laki, Babe tampaknya seorang necrofil, yakni seorang yang senang bersetubuh dan beradegan seks dengan mayat.

(20)

4

advokasi hak anak di Australia tercatat paling tidak 80 anak laki- laki didaerah Karangasem telah menjadi korban keganasan pedofil. Mereka diculik, dianiaya secara seksual, kemudian dibunuh, dan mayat mereka disembunyikan di sebuah gua.

Pada 2001, di Amerika, kepolisian Federal Negara Super Power dilaporkan pernah berhasil membongkar kasus situs porno anak-anak korban pedofilia terbesar didunia yang ternyata dikelolaorang Indonesia. Dipengadilan Amerika Serikat, bulan Agustus 2001 terungkap bahwa situs berisi gambar dan film anak-anak yang sedang berhubungan badan dengan pria dewasa, atau anak dengan sebayanya, dan di akses 250.000 orang pedofilia yang menjadi pelanggannya saat itu (Suryanto, 2010:313).

Berikut akan memaparkan 10 kejadian pedofilia di Indonesia yang terjadi disekolah dalam waktu dekat belakangan ini (Magdalena, 2014:145-148):

1).Sekolah Internasional Jakarta. Enam orang petugas kebersihan outsourching sekolah didakwa melakukan pelecehan seksual, termasuk sodomi, kepada lebih dari satu siswa TK. Kasus ini terkuat berkat laporan salah satu orang tua siswa pada April 2014 yang menemukan anaknya mengalami sodomi. Diduga masih ada korban lain, juga keterlibatan guru TK. Dari kasus ini juga terkuak seorang pelaku pedofilia buronan FBI, William James Vahey, Pernah mengajar disekolah internasional yang ada di Jakarta selama 20 tahun. Diduga Vahey juga pernah melakukan kejahatan pedofilia disekolah internasional ini, namun kemudian bunuh diri pada Maret 2014 sebelum kasus ini diusut.

2). SD di Ropang, Sumbawa, NTB. Pada 25 Januari 2014 seorang guru dipecat karena melakukan pelecehan seksual terhadap sejumlah murid. Beberapa orang tua murid juga melaporkannya ke polisi. Pelecehan itu termasuk sodomi dan eksploitasi seks terhadap beberapa siswa, salah satunya siswa kelas 4 SD yang sudah disodomi beberapa kali.

(21)

5

apakah cocok untuk menjadi atlet voli. Perbuatan itu dilaporkan kepolisi pada September 2013.

4). SDN di Beji, Depok, Jawa Barat. Sebanyak 12 siswi kelas 5 SD melapor telah mengalami pelecehan seks oleh gurunya di sekolah. Guru itu sering mengangkat rok lalu menyentuh organ vital, atau mencubit. Selain melakukan pelecehan seksual ke murid perempuan, guru itu juga sering melakukan kekerasan pada murid laki- laki.

5). SMP Di Kauluh Hulu, Labuhan Ratu Utara, Sumatra Utara. Seorang Guru sekaligus pimpinan sekolah dilaporkan telah mencabuli 5 siswa laki- laki. Kasus terungkap berkat laporan seorang siswa kelas 2 SMP pada Maret 2014 lalu keorang tuanya, dan dilaporkan ke polisi. Sang guru akhirnya menyerahkan diri ke polisi akibat takut dikeroyok orang tua korban. 4 siswa lainnya sudah dicabuli berkali- kali dengan imbalan uang Rp 10.000.

6). SD di Kecamatan Mestong Kabupaten Muarojambi, Jambi. Seorang siswi 8 tahun mengaku organ vitalnya sakit tiap buang air. Ternyata itu disebabkan ulah gurunya di sekolah, bahkan di kelas, disaksikan murid lain. Kasus tersebut dilaporkan pada oktober 2012.

7). SD di Desa Gandu, Kecamatan Bagor, Nganjuk, Jawa timur. 13 siswa mengalami kerusakan pada organ vitalnya akibat dieksploitasi seksual oleh gurunya. Diduga total ada 25 siswa yang menjadi kebejatan guru, tapi baru 13 yang berani melaporkan dan diperiksa visum pada Febuari 2013.

8). SD di Desa Sipan, Sarudik, Tapanuli Tengah, Sumatra Utara. Seorang Guru diadukan ke polisi Nevember 2008 karena telah mencabuli siswinya yang berumur 12 tahun. Guru wali kelas itu berkali- kali menyuruh muridnya memegang kemaluannya dan melakukan seks oral dihadapan teman satu kelasnya.

(22)

6

Berdasarkan kasus yang menimpa sebagian besar anak yang terjadi disekolah memang sungguh ironi, sekolah yang menjadi institusi yang semestinya aman bagi anak- anak, ternyata menjadi salah satu tempat terjadinya penyimpangan seksual. Selain itu, Sekolah yang seharusnya menjadi tempat bagi anak-anak mendapatkan pendidikan justru dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab sebagai tempat melakukan penyimpangan seksual yang dapat memberikan dampak buruk bagi mental anak-anak tersebut.

Selain kasus-kasus diatas, di Lampung akhir-akhir ini juga terjadi kasus serupa pada tahun 2013-2014, lima anak diduga menjadi korban sodomi. Kelima korban melaporkan kasus sodomi ke Kepolisian Sektor Padang Cermin Pesawaran. Minggu (28/9) kasus sodomi anak diduga dilakukan oleh tersangka yang berprofesi sebagai penjual mainan, awalnya dalam melancarkan aksinya JW merayu korban dengan alasan membantu jualan mainan anak dan disela sela itulah JW melakukan pelecehan ditenda tempat berjualan sebagian lagi korban disodomi dirumah pelaku (LampungPost, 2014:1).

Kasus pedofilia di Indonesia bukanlah suatu hal yang baru, pedofilia di Indonesia telah mengakar, bahkan dapat diistilahkan seperti “gunung es”,

(23)

7

dapat menyebabkan korbannya ketika dewasa justru menjadi pelaku penyimpanganya.

Berikut terdapat data kasus pedofilia yang ditangani KPAI yang terjadi beberapa waktu terakhir:

Bedasarkan table diatas dapat diketahui adanya peningkatan kasus pedofilia yang cukup signifikan, hal ini dapat dilihat pada tahun 2012 jumlah kasus atau korban pedofilia yang ditangani oleh KPAI sebanyak 256 orang, sedangkan pada tahun 2013 terjadi peningkatan dengan jumlah kasus/korban 378 orang. Dengan rincian korbannya 60% anak laki- laki dan 40% anak perempuan. Dari hasil data tabel kasus tersebut dapat diketahui bahwa persentasi peningkatan kasus pedofilia ini mencapai 48%.

(24)

8

ternyata tidak hanya menjadi monopoli anak perempuan, tetapi juga anak laki- laki.

Berbeda dengan kasus kriminal biasa, pedofilia sesungguhnya adalah bentuk tindak pelanggaran terhadap hak anak yang tergolong keji, bahkan sangat jahat. Berbeda dengan kasus pencurian dan perampokan dimana korban hanya kehilangan harta benda yang dimiliki, kasus pedofilia yang menimpa anak- anak mereka dengan tawaran gaya hidup baru yang menjanjikan, tetapi juga menimbulkan luka fisik, dan psikologis yang akan selalu dikenang dan menghantui korban sampai kapanpun.

Seorang anak laki-laki yang menjadi korban sodomi dan praktik pelecehan seksual yang menyimpang,hampir bisa dipastikan perkembangan jiwanya terganggu. Bahkan yang ironis, tidak mustahil pengalaman kelam yang terekam dipikiran sadarnya itu terbawa terus sampai mereka dewasa, dan ketika situasi yang sama muncul kembali, jangan kaget jika anak korban pedofil ternyata menjadi pelaku pedofil. Anak-anak yang sejak usia dini tumbuh dalam suasana gaya hidup seksual yang menyimpang akan menyebabkan persepsi dan pemahaman mereka tentang hubungan seksual akan mudah melakukan menyimpang. Pengalaman di Thailand setidaknya dapat dijadikan tempat untuk berkaca. Di Thailand, anak-anak korban pedofilia jika tidak terbunuh, ketika tumbuh dewasa umumnya mereka kemudian terperosok menjadi gigolo profesional (Bagong, 2010:316).

(25)

9

Bagi pelaku bentuk-bentuk pelecehan seksual merupakan pelepasan ketegangan seksual walaupun tidak berupa kepuasan seksual yang utuh. Susanty (dalam Sofian, 2013). Kekerasan seksual yang dialami oleh anak terjadi karena kurangnya perhatian terhadap perlindungan anak. Perlindungan terhadap anak seharusnya dilakukan oleh orang dewasa sekitarnya. Hal ini penting karena ketidak mampuan anak dalam memberikan atau menerima persetujuan sadar dan sukarela untuk melakukan kontak seksual membuat anak diposisi yang membahayakan jiwanya karena rentan akan segala bentuk eksploitasi seksual.

Berdasarkan semua uraian kasus kekerasan seksual pada anak ini terjadi karena kurang nya upaya pencegahan dari orang tua, bahkan banyak orang tua yang tidak menyadari bahaya dari pelaku pedofilia. Dengan beranggapan bahwa linggungan sekitar sudah aman, anak-anak mereka berada disekeliling orang terdekat sehingga tidak begitu mencemasakannya lagi. Padahal tidak menutup kemungkinan justru orang dekat itulah yang menjadi pelaku kekerasan seks pada anak.

(26)

10

ekspresi kebutuhan- kebutuhan, dan keluarga inti melakukan fungsi sosial dasar.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat diketahui bahwa keluarga menjadi kontrol pencegahan pertama bagi anak agar terhindar dari segala bentuk penyimpangan, dalam hal ini kususnya tindak penyimpangan seks (pedofilia). Kasus penyimpangan seks (pedofilia)yang tidak dilaporkan ke polisidiyakini lebih banyak, berupa kasus- kasus yang berhubungan dengan kekerasan seks pada anak. Ditambah lagi fakta bahwa pelaku pedofilia mayoritas adalah orang yang dikenal baik oleh anak, dalam hal ini bisa jadi anggota keluarga sendiri. Tentu ini membuat semakin banyak kasus pedofilia tidak berani dilaporkan, karena khawatir membuat nama baik keluarga tercemar, dan sebagainya.

(27)

11

pornografi yang tidak pantas didengar anak- anak juga menjadi hal sering terjadi didaerah penelitian.

Menurut keterangan salah satu anggota polisiyang pernah bertugas di Polresta Lampung Timur yang saat ini telah berpindah tugas di Polres Bandar Lampung pada tanggal 13 Agustus 2014 di kediaman Bapak Andi Saputra. Beliau menuturkan bahwa

” sebenarnya banyak kasus pelecah terjadi pada anak yang terjadi di daerah-

daerah kita ini, namun dengan berbagai alasan seperti malu, dan dapat merusak reputasi sehingga banyak kasus yang tidak dilaporkan atau diselesaikan di jalur hukum. Kadang walaupun sampai di meja hukum kami terkadang tidak bisa menyebar luaskan karena permintaan keluarga sendiri demi perkembangan psikologis korban.Karna masalah ini sangat rentan, walupun kami seandainya meredaksikan kami harus menyembunyikan profil korban dengan sangat rapih, entah itu menggunakan penutup kepala dan

sebagainya”.

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang tindak pedofilia. Kususnya mengenai upaya preventif orang tua yang berprofesi sebagai petani untuk menghindari anak dari perilaku pedofilia di Desa Labuhan Ratu II Lampung Timur. Hal tersebut dikarenakan di desa tersebut mayoritas masyarakat bermata pencaharian sebagai petani yang sebagian besar waktunya digunakan untuk menggarap sawah atau ladang baik lahan milik sendiri atau orang lain.

B. Rumusan Masalah

(28)

12

1. Bagaimanakah upaya preventif yang dilakukan orang tua yang bekerja sebagai petani di Desa Labuhan Ratu Dua Lampung Timur untuk menghindari anak dari tindak pedofilia.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui atau menggali informasi tentang upaya preventif yang dilakukan orang tua yang bekerja sebagai petani di Desa Labuhan Ratu Dua Lampung Timur untuk menghindari anak dari tindak pedofilia.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan diatas penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

1). Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan pendidikan khususnya sosiologi keluarga.

(29)

13

2. Secara Praktis

(30)

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Upaya Pencegahan/ Preventif Orang Tua 1. Upaya Pencegahan/Preventif

Dalam penelitian ini ditekankan upaya yang akan diteliti berupa upaya pencegahan atau upaya preventif. Upaya preventif biasanya dilakukan kepada pihak yang belum atau rentan terhadap suatu masalah, menurut Yunita (dalam L.Abate, 1990:10) definisi dari pencegahan adalah Prevention atau pencegahan terdiri dari berbagai pendekatan, prosedur dan metode yang dibuat untuk meningkatkan kompetensi interpersonal seseorang dan fungsinya sebagai individu, pasangan, dan sebagai orang tua.

Menurut Yunita dalam (L’Abate, 1990:11), sebagian besar program preventif yang efektif memliki karakteristik sebagai berikut:

1. Fokus terhadap pemahaman mengenai resiko dan masalah dari perilaku yang ingin dicegah dalam kelompok sasaran

(31)

15

3. Kesempatan untuk mempelajari keterampilan hidup baru yang dapat membantu partisipan untuk menghadapi stress dengan lebih efektif dengan dukungan sosial yang ada

4. Fokus dalam menguatkan dukungan dasar dari keluarga, komunitas atau lingkungan sekolah

5. Koleksi dari penelitian yang memiliki kualitas yang baik menjadi bukti dalam keefektivitasaan dokumen.

Sedangkan menurut (Oktavia, 2013) upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan. Preventif secara etimologi berasal dari bahasa latin pravenire yang artinya datang sebelum/antisipasi/mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam pengertian yang luas preventif diartikan sebagai upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinyan gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi seseorang.

Dengan demikian upaya preventif adalah tindakan yang dilakukan sebelum sesuatu terjadi. Hal tersebut dilakukan karena sesuatu tersebut merupakan hal yang dapat merusak ataupun merugikan.

2. Orang Tua

(32)

16

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa orang tua ialah anggota keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu. Bisa dikatakan ayah atau ibu apabila mereka sudah terikat dengan sah dalam pernikahan dan memiliki buah cinta berupa anak yang memiliki tanggung jawab mendidik, mengasuh, dan membimbing anak tersebut.

Dengan demikian upaya preventif orang tua adalah bentuk tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani suatu kejadian yang terjadi pada lingkungan yang diharapkan tidak akan menimpa anggota keluarga. Upaya tersebut dapat berupa memaksimalkan fungsi vital keluarga bagi anggota-anggotanya. Seperti melindungi, mendidik, mengasuh, maupun melakukan fungsi pengawasan agar pergaulan anggota keluarga terarah sehingga dapat terhindar dari segala bentuk penyimpangan, dalam hal ini adalah penyimpangan seks (pedofilia).

B. Orang Tua Yang Bekerja Sebagai Petani 1. Pengertian Petani

(33)

17

Sedangkan menurut Wolf (dalamAstria, 2013:11) petani adalah penduduk secara eksestensial (keberadaan) terlibat dalam cocok tanam dan membuat keputusan otonom tentang proses cocok tanam.

Dari pemaparan di atas dapat disilpulkan petani adalah orang yang sehari- hari pekerjaannya menggarap sawah atau ladang, baik itu milik sendiri atau milik orang lain untuk memenuhi kebutuhan sehari hari.

2. Klasifikasi Petani a). Petani Penggarap

Menurut Planck (dalam Astria, 2013:12) istilah petani penggarap digunakan, karena memiliki proses yang panjang dan karena disebabkan suatu hal. Penggarap berasal terutama dari kelompok sosial pedesaan yaitu petani setengah kenceng, petani ngindung, petani templek dan petani tlosor.

Petani setengah kenceng adalah pemilik rumah dan pekarangan. Petani ngindung adalah pemilik rumah dipekaragan yang dimiliki orang lain. Petani templek adalah petani yang tidak memiliki tanah, menikah dan memiliki rumah

tinggal sendiri menjalankan rumah tangganya secara mandiri dipekarangan yang dimiliki orang lain. Petani tlosor adalah petani yang hidup pada sebuah keluarga, yang tidak memiliki tanah ataupun tempat tinggal.

(34)

18

templek, dan petani klosor yang semuanya menggarap lahan orang lain, dan hasil panen dibagi dua dengan pemilik lahan.

b). Petani Pemilik

Menurut Penny (dalam Astria, 2013:13) petani pemilik adalah mereka yang mempunyai pekarangan, dan mereka hidup di tengah-tengah pekarangan mereka dan mereka mengetahui seluk beluk pekarangan dan usaha pekarangan itu.

Bedasarkan pemaparan di atas definisi petani pemilik adalah mereka yang memiliki pekarangan atau lahan dan tinggal didekat lahan milik mereka.

c). Buruh Tani

Menurut Soekarti (dalam Astria, 2013:13) buruh tani adalah orang yang mempunyai ciri pendapatan yang masih rendah yaitu kurang dari 240 kg beras perkapita /tahun, mereka memiliki lahan sempit kurang dari 0,25 Ha, mereka memiliki modal yang sedikit dan pengetahuan yang masih rendah.

Berdasarkan pemaparan di atas, diketahui bahwa buruh tani ialah orang yang bekerja sebagai petani berpendapatan rendah dikarenakan menggarap lahan orang lain dan mengharapkan imbalan dari hasil kerjanya tersebut. Hal tersebut dilakukan karena para buruh tani tidak memiliki lahan sendiri yang cukup untuk digarap.

(35)

19

keluarganya dari menggarap sawah dan ladang, baik milik pribadi atau orang lain.

C. Kekerasan Seks Pada Anak (Pedofilia)

1. Pengertian

Meluasnya kasus penyimpangan seksual pada anak dimasa ini menyebabkan kekawatiran yang mendalam dirasakan oleh masyarakat. Pengetahuan yang mumpuni terhadap hal tersebut diharapkan dapat menjadi salah satu upaya pencegahan hal tersebut. Pedofilia adalah salah satu penyimpangan seksual yang saat ini sedang merebak dimasyarakat, penyimpangan ini menjadikan anak-anak sebagai korban. Hal tersebut tentu menimpulkan kekhawatiran dalam benak orang tua. Berbagai upaya pencegahan dilakukan untuk menjauhkan anak-anak mereka dari hal tersebut. Salah satunya dengan mengetahui apa yang dimaksut dengan pedofilia dan memiliki pemahaman tentang hal tersebut.

Pedofilia berasal dari bahasa yunani paidophilia-pais (anak) daphilia (cinta yang bersahabat atau persahabatan). Di zaman modern pedofilia digunakan sebagai ungkapan “cinta anak” atau “kekasih anak” dan sebagian besar dalam

konteks ketertarikan romantis atau seksual (Baskara, 2012:4).

(36)

20

dimiliki orang dewasa yang tidak mampu mengontrol dorongan seksual kepada anak yang belum matang secara seksual.

Menurut Endah Dwi Retno dan Sarlito Wirawan Sarwono (dalam Mulyadi, 2006:99), kekerasan seksual meliputi mencolek, meraba, menyentuh hingga melontarkan kata-kata berorientasi seksual pada anak- anak. Ini diperparah dengan tindakan pencabulan, pemerkosaan, sodomi, dan sejenisnya. Salah satu kekerasan padalah pedofilia, yaitu ketertarikan seksual dengan stimulus yang tidak biasa yaitu pada anak-anak (Nevid, Rathus & Rathus, 1995:99).

Menururt Endah Dwi Retno dan Sarlito Wirawan Sarwono, dalam (Nevid,

Rathus & Rathus, 1993:99) mengatakan pedofilia adalah penyakit yang termasuk dalam kategori Sadomasokisme (tindakan memberi kenikmatan berupa kenikmatan seks dengan cara menyebabkan rasa sakit dan malu).

Dari pemaparan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian pedofilia

ialah gangguan kejiwaan pada orang dewasa atau remaja yang memiliki

kecenderungan seks pada anak dan berulang-ulang yang memiliki jarak usia

cukup jauh dengan korban penyimpangan minimal 5 tahun.

2. Gejala Pelaku Pedofilia

Menurut Richard dan Susan (2010: 294), ada enam gejala-gejala (diagnostik) seseorang yang menderita kelainan pedofilia, diantaranya sebagai berikut: 1. Dalam kurun waktu setidaknya enam bulan, orang dengan gangguan ini

(37)

21

atau perilaku yang melibatkan aktivitas seksual dengan satu atau lebih anak yang belum puber, umumnya berusia 13 tahun atau lebih muda.

2. Orang tersebut melampiaskan dorongan seksualnya, atau fantasinya yang menyebabkan distres (tekanan) atau impairment (gangguan mental) yang signifikan.

3. Individu dengan gangguan ini setidaknya berusia 16 tahun dan minimal 5 tahun lebih tua dari anak yang menjadi korban.

4. Perilaku pedofilia si individu dapat dicirikan dengan ketertarikan seksual pada pria, wanita, atau keduanya.

5. Perilaku pedofilia dicirikan dengan dibatasi atau tidaknya inses. Inses ialah hubungan seksual oleh pasangan yang memiliki ikatan keluarga (kerabat) dekat, biasanya ayah dengan anak perempuannya atau ibu dengan anak laki-lakinya.

6. Perilaku pedofilia dicirikan dengan terbatas atau tidaknya ketertarikan seksual pada anak-anak saja.

(38)

22

3. Jenis- Jenis Tindakan Pedofilia

Menurut (Baskara, 2012:6), pedofilia ada beberapa klafikasi yang dapat

diketahui yang bisa jadi masih tabu dikalangan masyarakat desa, pedofilia

dapat diklafikasi kedalam 5 tipe:

a. Pedofilia yang fiksasi, orang dengan tipe ini menganggap dirinya terjebak dalam anak- anak. Mereka jarang bergaul dengan sesama usianya dan memiliki hubungan lebih baik dengan anak. Mereka sebagai lelaki dewasa yang tertarik pada anak laki- laki dan menjalin hubungan layaknya sesama anak laki-laki.

b. Pedofilia yang sifatnya regresi, individu pada tipe ini tidak tertarik pada anak laki- laki, dan biasanya bersifat hetero seks, serta lebih suka pada anak perempuan berumur 8 atau 9 tahun. Beberapa diantara mereka mengeluh adanya kecemasan maupun ketegangan dalam perkawinan mereka. Mereka menganggap sebagai pengganti orang dewasa dan awalnya terjadi secara tiba-tiba.

c. Pedofilia seks lawan jenis, merupakan pedofilia melibatkan anak perempuan dan didiagnosa sebagai pedofilia regresi. Pedofolia lawan jenis ini umumnya menjadi teman anak pperempuan tersebut. Kemudian dalam bertahap melibatkan anak perempuan tersebut dalam hubungan seksual, dan sifatnya tidak memaksa. Seringkali mereka mencumbu anak atau meminta anak mencumbu mereka.

(39)

23

e. Pedofilia wanita, pedofilia ini melibatkan anak berumur 12 tahun atau lebih muda. Hal ini mungin disebabkan oleh adanya perasaan keibuan pada wanita anak laki- laki tidak menganggap hal ini sebagai sesuatu yang sifatnya negatif.

Berdasarkan pemaparan diatas diketahui bahwa ada 5 jenis tindak pedofilia yaitu berupa pedofia piksasi dimana pelaku merasa lebih nyaman bergaul dengan anak lelaki dibandingkan dengan lelaki dewasa, pedofilia yang sifatnya regresi dimana pelaku lebih tertarik pada anak perempuan, seks lawan jenis dimana pada awalnya pelaku bertahap merayu, dan berhubungan seksual dan sifatnya tidak memaksa, yang selanjutnya ialah pedofilia sesama jenis dimana pelaku lebih suka berhubungan seks dengan sesama jenis, pria dengan anak laki-laki dan wanita dengan anak perempuan. Yang terakhir ialah pedofilia wanita dimana melibatkan anak berusia 12 tahun atau lebih muda. Hal ini timbul akibat adanya rasa keibuan pada wanita dan tidak menimbulkan efek negatif.

4. Penyebab Pedofilia

(40)

24

meningkatkan dorongan atau keinginan untuk menyakiti anak-anak. Salah satu contoh dari faktor lingkungan meningkatkan kemungkinan seorang individu menjadi seorang pelaku pedofilia ialah jika ia pernah mengalami pelecehan seksual pada masa anak-anak akan mencoba untuk mendapatkan identitas baru dengan menjadi pelaku pelecehan seksual pedofilia. Terbentuknya pola rangsangan yang dini mengarah ke perilaku hiperseksual atau terjadinya suatu bentuk “social learning”. Hubungan ini dikenal sebagai

“victim-to- abuser cycle” atau “abused-abusers phenomena” (Baskara,

2012:5).

Selain ulasan di atas nenurut Wardah (2014) penyebab kasus pedofilia marak juga terjadi dikarnakan berbagai hal berikut :

1. Lemahnya kendali sosialdalam masyarakat, kendali sosial dapat berupa pengendalian persuasif atau lisan, pengendalian simbolik, dan penegndalian kekerasan.

2. Penegakan hukum pada pelaku kekerasan seks pada anak (pedofilia) masih sangat lemah.

(41)

25

tersebut. Terbentuknya pola rangsangan dini mengakibatkan perilaku hiperseksual.

5. Upaya Preventif Orang Tua Dari Tindak Pedofilia

Ketika melakukan upaya pencegahan (preventif) orang tua harus sudah mengetahui mengenai pedofilia dan bahaya yang ditimbulkan (dampak) melalui komunikasi pedofilia yang dapat dipahami dan selanjutnya ditafsirkan. Barulah setelah itu orang tua dapat menentukan upaya ptreventif yang efektif.

Preventif dalam kasus pedofilia dapat dilakukan dengan memberikan pelajaran seks sejak dini pada anak. Mengajarkan seks pada anak harus dilakukan agar anak tidak salah dalam pergaulan, anak yang tidak memiliki pengetahuan tentang seks akan lebih mudah menjadi korban bagi para pelaku, anak- anak lebih mudah dibodohi pelaku pedofilia. Pelajaran sederhana yang bisa dilakukan sejak dini dengan menyebutkan bagian-bagian tubuh, dengan cara lain dapat berupa mengajari anak-anak membersihkan alat-alat genital dengan benar setelah buang air agar anak-anak tidak bergantung dengan orang lain (Judarwanto, 2012).

(42)

26

Menurut Purwaningsih (2014) upaya agar anak terhindar dari kasus pedofilia sebagai berikut :

1. Orang tua harus mengajarkan bahwa anak- anak wajib menjaga dan melindungi tubuh mereka

2. Orang tua juga harus mengajarkan perbedaan sentuhan yang pantas dilakukan orang lain terhadap tubuh anak- anak atau tidak pantas dilakukan.

3. Membedakan antara rahasia baik dan rahasia buruk. Menekankan pada anak tidak semua rahasia wajib disimpan, terutama jika rahasia yang membuat takut, sakit atau sedih.

4. Orang tua harus mengajarkan cara bereaksi terhadap perilaku yang mencurigakan terhadap dirinya (www.dw.de; 28 Oktober 2014)

Menurut Magdalena (2014:9), kampanye underwear rule dalam bahasa inggris yang biasa disingkat PANTS memaparkan lima upaya pencegahan tindak kekerasan pedofilia anak:

1. Privates area private

Menjelaskan ke anak bahwa bagian tubuh yang tertutup pakaian dalam adalah bagian yang sangat pribadi

2. Always remember your body belongs to you

Ingatkan kepada anak bahwa tubuhnya adalah miliknya, bukan orang lain atau siapapun juga, yang memiliki hak atas tubuhnya itu.

(43)

27

Pastikan bahwa anak anda mengerti bahwa ia memiliki hak untuk berkata “tidak” atas sentuhan yang tidak diinginkan

4. Talk about secrets that upset you

Jelaskan perbedaan antara rahasia yang baik dan rahasia yang buruk

5. Speak up someone can help

Anak-anak harus dimotivasi untuk merasa perlu berbicara tentang rahasia-rahasia yang membuatnya kawatir.

Menurut Caray (2008), upaya preventif yang lebih mudah dilakukan orang tua dalam melindungi anaknya dapat dilakukan dengan cara berikut :

1. Orang tua sebagai pengawas. Setiap anak hendak pergi, orang tua perlu bertanya kemana, kapan pulang dengan siapa mereka pergi dan lainnya yang perlu. Kontrol terus dijalankan terhadap anak.

2. Orang tua sebagai pembimbing. Orang tua dalam membimbing harus bijaksana jangan sampai menekan harga diri anak. Peran dalam membimbing dapat dilakukan dengan memberikan pilihan-pilihan yang nyata untuk anak.

3. Orang tua sebaiknya mengenal teman-teman anaknya. Hal ini perlu dilakukan orang tua agar mengetahui siapa saja teman dan orang disekeliling anaknya, serta mengetahui latar belakan teman- teman dan orang-orang disekeliling anak.

(44)

28

Peranan orang tua dalam upaya pencegahan phedofilia saat inidipandang masih kurang, dilihat dari masih banyaknya anak- anak yang menjadi korban. Dilain pihak orang tua adalah pihak yang mengemban tanggung jawab terhadap keberlangsungan hidup anak. Kurangnya upaya orang tua ini disebabkan oleh berbagai sebab. Salah satunya masyarakat memiliki pandangan yang kurang terhadap masalah phedofilia. Orang tua memiliki pandangan anak-anak mereka terlindungi dari masalah phedofilia karena mereka sudah mengawasi anak-anak dengan baik, masalah latar belakang pendidikan juga sangat berpengaruh. Sehingga upaya orang tua perlu diketahui sampai batas mana hal itu dilakukan dalam masalah kekerasan seks pada anak pedofili.

Bedasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa upaya preventif yang dilakukan orang tua dalam menghindari penyimpangan seks (pedofilia) pada anak yaitu:

1). Aspek mendidik adalah dengan memberikan pendidikan sejak dini agar anak tidak salah pergaulan dan terhindar dari perilaku pedofilia.Salah satunya dengan memberi pendidikan seks sesuai usia anak.

2). Aspek membimbing adalah dengan memberikan bimbingan mengenai hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Seperti hal-halnya tidak menuruti perkataan atau ajakan orang asing ketika sedang tidak ada keluarga yang mengawasi.

(45)

29

D. Landasan Teori

Dalam Buku Interaksi Sionismea Simbolik dari Era Klasik Hingga Modern alur skematik dengan teori behavior sosiologi yang dikemukakan George C. Homans. George C. Homans menyatakan “ manusia didalam masyarakat

memiliki sifat selain yang diperoleh dari dan juga dibentuknya sendiri, kaidah-kaidah tentang hakikat manusia secara individu (Umiarso, 2014:53).

Eksistensi manusia bukan dibentuk oleh dirinya sendiri sebagai makhluk yang memiliki kebebasan mutlak, namun ia sepenuhnya dibentuk oleh lingkungan dimana ia berada (Umiarso, 2014:53).

Akibat yang terjadi dimasa lalu mempengaruhi perilaku yang terjadi dimasa sekarang. Dengan mengetahui apa yang diperoleh dari suatu perilaku nyata dimasa lalu akan dapat diramalkan apakah seseorang akan berperilaku sama dalam situasi sekarang. Prediksi prilaku pada masa kini ditafsirkan sebagai bentuk perolehan dimasa lalu (Umiarso, 2014:52).

Jika digambarkan dalam bentuk skema akan terlihat seperti berikut:

Selain teori yang dikemukakan George C. Homans, teori interaksi simbolik yang dikemukakan Max Weber juga mendukung dalam penelitian ini.Dalam upaya preventif yang dilakukan orang tua dapat berpedoman dengan teori interaksi simbolik yang mengikuti pendekatan Max Weber. Pendekatan yang

Masa Kini Masa lalu

(46)

30

berusaha memahami makna yang mendasari dan mengitari peristiwa sosial dan histori, dalam teori aksi yang menyatakan bahwa faktor memilih, menilai, dan mengevakuasi teradap tindakan yang akan, sedang dan telah dilakukan (Umiarso, 2014:62).

E. Kerangka Pikir

Kasus penyimpangan seks (pedofilia) menjadi salah satu bentuk penyimpangan yang harus dihindarkan dari anak. Hal tersebut dikarenakan bentuk penyimpangan seks ini dapat menyebabkan trauma kepada korban dan menjadi mata rantai yang sulit terputus. Untuk melakukan upaya-upaya pencegahan terhadap tindak penyimpangan ini diperlukan pengetahuan dari masyarakat mengenai hal tersebut. Meskipun demikian,banyak masyarakat tidak seluruhnya mengerti dan memahami khususnya masyarakat pedesaan, padahal tindakan pedofilia sangat berbahaya.

Oleh karena hal yang telah disebutkan diatas diperlukan adanya berbagai upaya yang dilakukan agar terhindar dari tindakan tersebut, salah satunya yaitu upaya preventif. Upaya preventif orang tua tersebut diantara dengan mempertajam kepekaan orang tua terhadap perkembangan fisik, pergaulan, maupus sikis anak, selain itu juga pengawasan kepada anak dan pendidikan mengenai seks perlu diberikan agar anak mengetahui batas berinteraksi dengan orang asing.

(47)

31

jawab terhadap keberlangsungan hidup anak. Sehingga upaya orang tua perlu ditingkatkan lagi sehingga anak terhindar dari kekerasan pedofilia ataupun kekerasan apapun.

F. Bagan kerangka berpikir

PEDOFILIA

Pengetahuan atau pemahaman orang tua tentang pedofilia

Upaya preventif yang dilakukan orang tua: - Orang tua sebagai pendidik.

(48)

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian adalah penelitian deskristif dengan menggunakan pendekatan pendekatan kualitatif. Penelitian deskristif adalah bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena- fenomena yang ada, baik fenomena yang alamiah maupun fenomena yang buatan manusia. Fenomena bisa berbentuk, aktivitas, karkteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena yang lain (Sukmadinata, 2006:72).

(49)

33

Penelitian ini bermaksut mengetahui dan menjelaskan upaya pencagahan (preventif) oleh orang tua yang kususnya bekerja sebagai petani untuk menghindari anak dari tindakan pedofilia.

2. Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah pertanyaan tentang hal- hal yang ingin dicari jawabannya melalui penelitian tersebut. Penulisan fokus penelitian dalam penelitian kualitatif bisa sangat beragam dan tidak harus dalam bentuk pertanyaan seperti hal nya dalam penelitian kuantitatif.

Moleong (1991:62) dengan bimbingan dan arahan suatu fokus penelitian seseorang peneliti tahu persis data yang perlu dikumpulkan dan data yang tidak perlu dijamah atau harus disisihkan. Penelitian berfokus pada:

1. Pengetahuan yang dimiliki oleh orang tua yang bekerja sebagai petani tentang pedofilia.

2. Upaya preventif yang dilakukan untuk menghindarkan anak dari pelaku pedofilia.

3. Lokasi Penelitian

(50)

34

masyarakat yang bekerja sebagai petanimerupakan profesi yang terbesar di Desa Labuhan Ratu Dua Lampung Timur baik sebagai petani penggarap, petani pemilik, maupun buruh tani. Selain itu, desa yangn akan menjadi tempat penelitian termasuk desa semi modern oleh karena itu, proses perubahan sosial didesa penelitian ini begitu kuat tetapi justru sebaliknya masyarakat didesa ini banyak petani yang minim pengetahuan tentang kemampuan tegnologi.

4. Sumber Data 4.1Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek atau subyek yang akan diteliti. Oleh karena lingkup penelitian ini adalah penelitian kualitatif maka terhnik pengumpulan sampelnya menggunakan cara purposive sampling, dimana peneliti memakai berbagai pertimbangan, yaitu bedasarkan konsep teori yang digunakan, serta keingin tahuan dari para peneliti tentang karasteristik pribadi dari obyek yang diteliti. Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah informan. Informan awal dipilih secara purposive sampling, subyek penelitian yang menguasai permasalahan yang diteliti.

Kriteria informan adalah sebagai berikut: 1. Orang tua yang bekerja sebagai petani.

(51)

35

4.2Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada ( peneliti sebagai tangan kedua).Contohnya catatan, arsip, jurnal, dan lain lain.

5. Tehnik Pengumpulan Data 5.1 Wawancara

Dalam wawancara, informan sebagai sumber informasi atau guru bagi si peneliti. Oleh karena itu peneliti harus pandai dalam bersikap, hal tersebut disebabkan karena ketika salah dalam bersikap informan tidak mau melakukan wawancara karena menggap peneliti sebagai orang asing dan mengagap tidak perlu terbuka dengan si peneliti.

Tehnik yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in- depth intervew) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian

dengan cara tanya jawab sambari bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara.

5.2 Observasi

(52)

36

perekamnya. Alat perekam berupa lembaran-lembaran isian atau ceklis (pedoman observasi) yang didalamnya terdapat berbagai kemungkinan keadaan, Suasana atau perilaku.

5.3 Dokumentasi

Menurut Faisal (1981:42) menyatakan bahwa dokumentasi merupakan pengumpulan informasi dengan sumber informasi berupa tulisan atau tercatat. Pada metode ini peneliti mengumpulkan data singkat kemudian memindah bahan-bahan tertulis yang relevan pada lembaran-lembaran yang telah disiapkan, atau dengan merekamnya.

6. Tehnik Analisis Data

Milles dan Huberman (dalam Baswori, 2008:209) menyatakan bahwa Analisis data yaitu bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan.

6.1Reduksi Data

(53)

37

6.2 Penyajian Data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang member kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajian sdapat berupa teks naratif, matriks, grafik jaringan, ataupun bagan. Tujuannya adalah agar mempermudah membacanya dan menarik kesimpulan. Oleh karena itu, sajiannya harus secara apik.

6.3 Verifikasi Data

Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Namun bila kesimpulan memang telah didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (dapat dipercaya).

(54)

38

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Letak dan Kondisi Geografis 1. Letak Secara Administratif

Desa Labuhan Ratu Dua secara administratif terletak di Kecamatan Way Jepara Kabupaten Lampung Timur Provinsi Lampung. Luas Desa Labuhan Ratu Dua adalah 527 hektar . Sementara untuk batas wilayah sebelah timur dengan Desa Sumberejo, sebelah utara dengan Desa Labuhan Ratu Satu, sebelah selatan dengan Desa Srijosari dan Sumberejo, dan sebelah barat dengan Desa Silir Agung dan Labuhan Ratu Tiga.

Jarak jangkauan Desa Labuhan Ratu Dua dari pusat kecamatan hanya berkisar 200 meter, kemudian jarak jangkauan dari Pemerintah Daerah Tingkat II sejauh 20 kilometer, sementara untuk jarak desa ke pusat Ibu Kota Provinsi adalah 85 kilometer.

(55)

39

beberapa sukuyang terdapat di desa Labuhan Ratu Dua memang suku Jawa lebih mayoritas keberadaannya dibanding suku lainnya.

2. Luas dan Tataguna Tanah

Luas Desa Labuhan Ratu dua seluruhnya adalah 527 hektar (ha). Luas desa ini terbagi-bagi menurut penggunaannya, di bawah ini adalah tabel luas dan tataguna tanah Desa Labuhan Ratu Dua.

Tabel 2. Luas dan Tataguna Tanah

(56)

40

Luas seluruhnya 527 100.00

Sumber data (Sekdes Desa Labuhan Ratu Dua, 11 Desember 2014)

Berdasarkan data tabel yang telah dipaparkan di atas terlihat jelas bahwa sebagian besar lahan didesa tersebut digunakan sebagai lahan pemukiman yaitu seluas 250 hektar, diikuti dengan luas lahan pertanian yang mencapai 247 menjadi pusat atau penopang kecamatan Way Jepara. Warga di desa Labuhan Ratu Dua ini juga lumayan pada sehingga lahan yang terpakai untuk pemukiman sekitar 250 ha atau sekitar 47,43% dari keseluruhan desa Labuhan Ratu Dua.

B. Keadaan Demografi

(57)

41

1. Distribusi Penduduk Bedasarkan Mata Pencaharian

Sebagian besar warga Desa Labuhan Ratu Dua memiliki mata pencaharian sebagai petaniyang merupakan jumlah terbesar yang kemudian diikuti warga yang bermata pencaharian sebagai buruh. Untuk lebih jelas mengenai matapencaharian warga Desa Labuhan Ratu Dua akan dipaparkan dalam tabel distribusi penduduk desa Labuhan Ratu Dua bedasarkan mata pencaharian yang dimiliki pada tahun 2014.

Tabel 3. Distribusi Penduduk Bedasarkan Mata Pencaharian

No. Mata Pencaharian Jumlah KK Persentase

1. Dagang 81 7.00

2. PNS 17 1.50

3. Wiraswasta 35 3.00

4. Tani/ Buruh Tani 864 75.00

5. Buruh 156 13.50

Jumlah Keseluruhan 1153 100.00

Sumber data (Sekdes Labuhan Ratu Dua, 11 Desember 2014)

Dari data tabel di atas secara jelas dapat kita lihat keberagaman mata pencaharian Warga desa Labuhan Ratu Dua,mulai dari dagang, PNS, wiraswasta, buruh, dan sebagai Tani atau buruh tani.

(58)

42

ini tabel yang akan memaparkan jumlah KK yang bermata pencaharian sebagai petani dan memili anak-anak yang masih dibawah umur.

Tabel 4. KK Mata Pencaharian Petani yang Memiliki Anak Dibawah Umur No. Umur Anak (Th) Jumlah KK Persentase

1. 1-5 17 11.03

2. 5-10 26 16.88

3. 10-15 51 33.12

4. 15-17 60 38.97

Jumlah Keseluruhan 154 100.00

Sumber data( Sekdes Desa Labuhan Ratu Dua, 11 Desember 2014)

(59)

74

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pengetahuan/pemahaman tentang pedofilia yang dimiliki orang tua yang bekerja sebagai petani di Desa Labuhan Ratu Dua Lampung Timur tidak terlalu mendalam tetapi cukup baik. Pengetahuan mereka tentang pedofilia hanya sebatas tindakan penyimpangan seksual yang dilakukan orang dewasa kepada anak dibawah umur.

2. Upaya Preventif yang dilakukan orang tua yang bekerja sebagai petani di Desa Labuhan Ratu Dua Lampung Timur untuk menghindari tindak pedofilia pada anak yaitu:

a. Mengawasi Keseharian Anak

b. Memberikan Anak Kesibukan yang Bermanfaat c. Menanamkan nilai aqidah kepada anak

d. Meminta izin ketika keluar rumah

e. Mengenakan pakaian sopan ketika keluar rumah

(60)

75

khususnya anak-anaknya agar terhindar dari perilaku-perilaku menyimpang.

B. Saran

Berdasarkan pada fakta dan realita yang coba diungkapkan, maka penulis dapat merumuskan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu sebagai berikut :

1. Pentingnya peranan orang tua dalam menjalankan fungsinya adalah dapat melakukan dengan baik fungsi mendidik, membimbing, dan mengawasi anak-anak mereka agar terhindar dari tindak penyimpangan seks (pedofilia) dengan cara yang dapat diterima oleh anak-anak.

2. Masyarakat juga berharap upaya untuk mencegah penyimpangan seks (pedofilia) ini juga dilakukan oleh instansi-instansi pemerintahan yang terkait pada orang tua. Bisa saja berupa penyuluhan atau seminar, agar ekses informasi yang para orangtua miliki tentang penyimpangan seks (pedofilia) bertambah dan upaya pencegahannya.

3. Bagi semua pihak diharapkan dapat membantu percegahan semakin menyebar luasnya tindak penyimpangan seks (pedofilia) kepada anak. 4. Aparat berwenang diharapkan mengambil tindakan tegas bagi para pelaku

(61)

76

(62)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Abu. 1998. Psikologi Umum. Jakarta: Renika Cipta Basrowi, Soenyono. 2007. Metode Analisis Data Sosial. Kediri.

Jenggala Pustaka Utama

Bungin Burhan. 2012. Analisis Data Penelitain Kualitatif. Raja Grapindo Persada. Jakarta

Elbadiansah, Umiarso. 2014. Interaksi Sionisme Simbolik dari Era Klasik Hingga Modern. Depok. PT. Radja Grafindo Persada

Halgin.P, Richard dan Whitbourne Krauss Susan. 2010. Psikologi Abnormal. Jakarta. Salemba Humanika

Magdalena, Merry.2014. 10 Pedofil Paling Berbahaya Didunia.Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Muladi. 2007. Hak Asasi Manusia- Hakekat Konsep dan Implikasinya dalam Prespektif Hukum Masyarakat, Bandung: Refika Aditama

Soekanto, Soerjono. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakrta: Raja Grafindo Persada

Suharso.Retnoningsih,Ana.2013.Kamus Besar Bahasa Indoesia.Semarang.Widya Karya

Suyanto, Bagong. 2010. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Worsley, Peter. 1991. Pengantar Sosiologi Sebuah Pembanding. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya

Sumber Lain :

(63)

Baskara,Leo. Pedofilia.2012.www.scribd.com. 20 Oktober 2014 Caray. Peran Orang Tua dalam Upaya Pencegahan. 2008.

makalahdanskripsi.blogspot.com. 9 November 2014

Endah,Dwi.Sarwono,Wirawan. 2013.Profil Keperibadian Pria Pedofilia Melalui Tes.www.scribd.com. 10 Agustus 2014

Judarwanto,Widodo.2012.Children Sexual Abuse.growup clinic.com.25 Oktober 2014

Nurhalimah. 2011. Faktor Penyebab dan Dampak Psikologi Anak yang Tereksploitasi secara Seksual Komersial: Bandar Lampung

Purnomo, Herdaru. Negara Dengan Penduduk Tepadar Didunia. M. Detik. com/finance. 9 Oktober 2014

Purwaningsih, Ayunda.2014. Tubuhmu Adalah Milikku.www.dw.de.28 Oktober 2014

Susanti, Elfira. 2013. Peran LADA dalam mendampingi Korban Eksploitasi Seksual Komersial Anak Di Bandar Lampung: Bandar Lampung

Wardah, Fatiyah.2014. Kekerasan Pada Anak Sudah

Darurat.m.voaindonesia.com.28 Oktober 2014

Gambar

Tabel 1. Kasus/Korban Pedofilia Indonesia
Tabel 2. Luas dan Tataguna Tanah
Tabel 3. Distribusi Penduduk Bedasarkan Mata Pencaharian
Tabel 4. KK Mata Pencaharian Petani yang Memiliki Anak Dibawah Umur

Referensi

Dokumen terkait

Hasil: Substitusi tepung garut, kedelai, dan ubi jalar kuning meningkatkan kadar protein, lemak, β -karoten, zink, daya serap air, dan tingkat kekerasan pada biskuit, sedangkan

Jumlah responden dari 75 ibu yang memiliki anak usia prasekolah menggambarkan sebagian besar ibu dari anak yang bersekolah di Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal

Covey dalam Suryana (2000:35), bahwa kemandirian merupakan paradigma sosial dengan tiga karakteristik yaitu mandiri secara fisik (dapat bekerja sendiri dengan baik), mandiri

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi terbaik hidrolisis enzim yaitu pada konsentrasi enzim selulase 5% v/v selama 12 jam pada hidrolisat asam sulfat 1%

Manfaat dari kerja sama yang saling ketergantungan antarsiswa di dalam pembelajaran kooperatif berasal dari empat faktor diungkapkan oleh Slavin (dalam Eggen dan Kauchak, 2012:

Pada saat form Cetak Laporan Data Peminjaman di aktifkan, user diminta untuk memasukkan pilihan cetak data, yaitu: Berdasarkan Nomer Anggota, Berdasarkan Kode Buku, dan

Tetapi faktor yang paling dominan mempengaruhi pemilihan profesi akuntan publik dan non akuntan publik pada mahasiswa sama dengan faktor yang paling dominan