• Tidak ada hasil yang ditemukan

AGAMA, NEGARA DAN KAMPANYE OLEH: DUSKI SAMAD. Ketua Majelis Ulama Indonesia Kota Padang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AGAMA, NEGARA DAN KAMPANYE OLEH: DUSKI SAMAD. Ketua Majelis Ulama Indonesia Kota Padang"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

AGAMA, NEGARA DAN KAMPANYE

OLEH: DUSKI SAMAD

Ketua Majelis Ulama Indonesia Kota Padang

Kedudukan agama dalam negara Republik Indonesia sejak awal berdirinya negara ini adalah pasti, kuat dan jelas. UUD 1945 Bab XI Agama, Pasal 29 memuat dua ayat (1) Negara berdasar atas Ketuhanan yang Maha Esa. (2)Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap

penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Jaminan negara terhadap keberadaan agama dan jaminan tiap warga negara melakukan pengamalannya agama yang diberikan oleh Undang-Undang Dasar 1945 itu adalah tugas pokok yang harus diemban oleh siapapun penyelenggara negara dalam segala tingkatannya.

Wujud nyata jaminan negara terhadap eksistensi agama dan umat beragama telah dicatat sepanjang sejarah Republik Indonesia. Satu tahun saja setelah kemerdekaan – tepatnya 3 Januari 1946 – Pemerintah mendirikan Departemen Agama – kini Kementrian Agama RI – yang tugas pokoknya adalah memberikan pelayanan terhadap umat beragama, pendidikan agama, bimbingan dan pembinaan keagamaan umat beragama, seperti perkawinan, zakat, haji, wakaf

(2)

dan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan pelayanan bagi umat beragama.

Secara tegas bisa dicermati pada visi Kementrian Agama “Terwujudnya masyarakat Indonesia yang TAAT BERAGAMA, RUKUN, CERDAS, MANDIRI DAN SEJAHTERA LAHIR BATIN.”. MI SI, (1)

Meningkatkan kualitas kehidupan beragama. (2) Meningkatkan kualitas kerukunan umat beragama.(3) Meningkatkan kualitas raudhatul athfal, madrasah, perguruan tinggi agama, pendidikan agama, dan pendidikan keagamaan.(4) Meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah haji.dan (5) Mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang bersih dan

berwibawa.(Keputusan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 2010)

Hubungan agama dengan negara dalam perjalanan waktu terus berkembang sesuai

perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Keberadaan negara untuk memberikan pelayanan prima terhadap umat beragama bukan saja ditunjukkan dalam bentuk memfasilitasi layanan ibadah dan sosial keberagamaan, seperti membantu rumah ibadah, akan tetapi sudah menyintuh pada penetapan undang-undang dan regulasi yang secara subtansial memberikan jaminan pada kehidupan beragama.

Ada sejumlah undang-undang yang punya kaitan langsung dengan jaminan pada layanan negara terhadap agama dan sudah menjadi aturan hukum positif yang mengikat bagi setiap warga negara. Undang-Undang Perkawinan No.1 tahun 1974 adalah aturan hukum yang telah memberikan kepastian hukum pada perkawinan dan konsekwensi hukum dari perkawinan itu sendiri. Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Pengadilan Agama adalah landasan hukum formal yang mengatur tata cara bagaimana menyelesaikan perselisihan tentang berbagai hal dari umat beragama.

Undang-undang No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat adalah aturan hukum yang memberikan jaminan terhadap pengaturan zakat bagi umat Islam. Dasar hukum ini diperkuat lagi dengan Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 581 tahun 1999 dan Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat dan Urusan Haji Nomor D tahun 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat. Dengan demikian, lembaga amil zakat di Indonesia memiliki ketentuan yang mengikat dalam menerima, mengelola dan menyalurkan dana zakat kepada kaum dhuafa.

(3)

hukum yang mengatur kegiatan amil zakat mulai dari pengumpulan zakat, pengelolaan, hingga penyalurannya. Undang-undang zakat ini juga mengharuskan setiap lembaga amil zakat

bersikap profesional dan amanah dalam menyalurkan dana zakat masyarakat Islam kepada mereka yang berhak menerima.

Selain itu, dengan pemberlakukan ketentuan hukum tentang zakat di Indonesia maka masyarakat muslim Indonesia bisa mendapatkan informasi yang tepat seputar pelaksanaan ibadah zakat. Peran negara dalam hal ini adalah sebagai penyedia sarana dan prasarana peribadahan warga negaranya sehingga tercipta pemerataan kemakmuran lahir dan batin di masyarakat.

Dalam urusan haji negara cukup kuat perannya sebagaimana di atur dalam Undang-Undang RI. nomor 17 tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji. Pelaksanaan ibadah haji

sebagai ibadah ma

hdah

(ibadah murni) - sebagaimana juga ibadah shalat, puasa dan zakat- ternyata

menjadi pekerjaan tahunan yang melibatkan semua unsure negara dan harus diakui pengaturan ibadah haji telah juga memberi manfaat banyak bagi negara, lihat saja berapa jumlah dana umat tanpa bunga yang dikelola negara, tentu negara memperoleh keuntungan tidak kecil. Dalam bidang pendidikan, Undang-undang Sistim Pendidikan Nasional

(SISDIKNAS) Nomor 20 tahun 2013 juga dengan eksplisit menyatakan bahwa Pendidikan Agama adalah subsistem dan bahagian tak terpisahkan dari sistim pendidikan nasional.

Undang-Undang tersebut di atas telah diikuti oleh Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Mentri, Dirjen dan peraturan tekhnis yang tentunya memberikan panduan dan bimbingan bagaimana layanan keberagamaan umat ini dapat dilaksanakan menurut semestinya. Patut dipikirkan dengan jernih dan tenang bahwa realitas kehidupan berbangsa dan bernegara yang mengharuskan negara memberikan layanan, bimbingan dan penetapan regulasi bagi

pelaksanaan ibadah umat beragama adalah langkah tepat, proporsional, memiliki landasan hukum dan tentunya sebagai wujud arti hidup bernegara sebagaimana amanat UUD 1945.

AGAMA DALAM KAMPANYE.

(4)

Isyu agama dalam setiap ada pemilihan adalah kenyataan yang harus dicermati dengan hati-hati. Pengalaman kehidupan berdemokrasi yang begitu terbuka, bebas dan cendrung liberal di era reformasi ini adalah peluang dan sekaligus tantangan bagi umat beragama dan warga bangsa untuk tetap hidup berdampingan. Kemasan kampanye terselubung atau

nyata-nyata dengan membawa agenda agama, dan ataupun ada upaya memposisikan agama secara tidak sepatutnya, harus diperhatikan dan dicerdasi, karena kondisi ini berpotensi membawa gesekan antar elemen umat beragama.

Bagi umat beragama dan calon pemimpin yang memang juga berasal dari umat beragama hendaknya dengan ikhlas menempatkan agama pada wilayahnya yang sacral, mulia dan terhormat sesuai kodratnya. Tidak elok rasanya menjadikan agama sebagai alat pancing merebut simpati dan mendulang suara, dan juga kurang baik dan mengingkari sejarah jadinya ketika calon pemimpin tidak punya perhatian (care) pada layanan agama bagi umat beragama. Penempatan agama dan layanan keagamaan oleh negara pada porsi yang tepat, sesuai

amanah UUD 1945, dan Undang-undang yang mengikutinya adalah pilihan cerdas yang harusnya dielaborasi oleh calon pemimpin yang tengah mengincar kursi pejabat negara.

Berkelindanya hubungan agama dan negara adalah keniscayaan sejarah yang harus dirawat dan terus dikembangkan oleh setiap warga negara. Warga negara, lebih-lebih lagi aparatur negara, pemimpin negara, calon pemimpin yang ingin menduduki singgasana pejabat negara, hendaknya dapat membaca dan menelaah dengan jernih dan sungguh-sungguh bagaimana menjaga, meningkatkan dan mendayagunakan potensi agama dan umat beragama untuk kemaslahatan dan kesejahteraan bangsa dan negara.

Adalah naïf dan menyedihkan apabila warga negara, pejabat negara, dan atau calon pemimpin di negara yang berdasarkan Pancasila, bertindak bodoh sengaja mengaburkan dan atau memarjinalkan hubungan baik dan saling memberi manfaat

antara agama dan negara. Umat beragama yang sekaligus juga warga negara diminta untuk dengan cerdas, arif dan berhati jernih memilih, memilah dan memberikan dukungan terhadap mereka yang akan bertarung dalam merebut posisi tertentu dalam sistim kehidupan bernegara. Sekecil apapun peran pimpinan negara adalah menentukan bagi kebaikan hubungan umat beragama dengan negara dan bangsa.

Lembaga keagamaan – Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan segenap jajarannya- dalam fungsinya sebagai pelayan umat dan mediasi antara umat dengan pemerintah akan dengan serius dan terus menerus mengawal dan mengisi kegiatan, kerjasama dan penguatan

(5)

umat dan pemimpin, aparat negara tentang indahnya kehidupan kebersamaan yang sudah terbangun sejak awal kemerdekaan Republik ini.

Pikiran sempalan, picik, tidak beralasan yang menempatkan hubungan agama, umat beragama dan negara dalam garis yang berlawan harus direformasi dan diluruskan. Amanat pendiri

negara (founding father) dan UUD 1945 bahwa negara menjamin keberadaan agama dan pelayanan pengamalan agama adalah kunci sukses menjadi pemimpin dan tentunya akan mempercepat tercapainya tujuan negara dan kesejahteraan bangsa. Semoga warga bangsa, umat beragama dan pemimpin bangsa memiliki komitmen dan konsistensi dalam menjaga hubungan agama, umat beragama dan negara. Amin. Ds. 23112013.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini mengambil judul “Kesiapan Pemerintah Daerah Dalam Menyiapkan Organisasi Perangkat Daerah Di Kabupaten Musi Rawas Utara Tahun 2015” Latar belakang

Selain kriteria tersebut di atas, PBB juga menggunakan ekonomi pasar (market economy) sebagai salah satu kriterianya. Di Indonesia, masalah yang ada adalah belum

Hasil dari evaluasi tersebut, dikatakan bahwa Pabrik gliserol dari CPO dan air dengan kapasitas 10.000 ton/tahun ini cukup layak untuk didirikan.. Kata kunci :

Pada proses pembuatan biodiesel ini bahan baku yang digunakan adalah trigliserida dari minyak jarak pagar dengan kadar 99% dan metanol 99,85%.. Bahan pembantu

Pada penelitian ini, telah dilakukan percobaan sintesis senyawa trimetiltimah N-maleoilglisinat yang mengandung gugus karboksilat sebagai salah satu gugus organiknya, yaitu

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Taufik, Hidayah serta Inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

Berdasarkan table di atas menunjukkan bahwa hasil tes beajar siswa kelas VIII B pada saat menerima mata pelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran simulasi

sebagian besar waktu manajer keuangan digunakan untuk menganalisis setiap perubahan aktiva lancar dan utang lancar. Laporan keuangan perubahan modal kerja