• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERBEDAAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN Tubifex sp. TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU PERTUMBUHAN BENIH IKAN GABUS (Channa striata)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PERBEDAAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN Tubifex sp. TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU PERTUMBUHAN BENIH IKAN GABUS (Channa striata)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERBEDAAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN

Tubifex sp. TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN

LAJU PERTUMBUHAN BENIH IKAN GABUS

(Channa striata)

Jumi Kharyadi1), Abdullah Munzir2) dan Lisa Deswati2)

1)

Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Bung Hatta, Padang. 25132

2)

Dosen Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Bung Hatta, Padang. 25132 e-mail : j.kharyadi@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of the study was to determine feeding frequency of Gabus juvenile (Channa striata) using Tubifex sp. The study was conducted from May 21th to June 17th 2014. In integrated Laboratory, Faculty of Fisheries and Marine Sciences, University of Bung Hatta, Padang, West Sumatra. The researcher applied Complete Random Design consisting of 4 treatments : A, B, C and D and 3 replications. Treatment A using frequency 2 times a day, treatment B using frequency 3 times a day, treatment C using frequency 4 times a day and treatment D using frequency 5 times a day. The samples are 240 juveniles of Gabus fish 2.5 to 4.5 cm, with a stocking density for each treatment was 20 fish / unit of observation. The data was analysis by One-way ANOVA using SPSS software version 13. Results of the analysis of variance showed that the differences of feeding frequency do not significantly affect the survival of fish seed Gabus, but the growth of the seed weight and length of Gabus juveniles affect.

Keywords: Gabus, Channa striata, Frequency, Silk Worms, Tubifex sp. PENDAHULUAN

Ikan Gabus (Channa striata)

merupakan salah satu komoditas air tawar yang bernilai ekonomis, yang permintaannya terus meningkat sepanjang tahun karena harga jualnya yang sangat tinggi yaitu berkisar Rp 60.000 – 80.000 /Kg. Sementara ini pemenuhan kebutuhan di pasar hanya bergantung pada hasil penangkapan di alam. Jika hal tersebut terus menerus dilakukan akan menyebabkan kepunahan. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha budidaya guna

mengimbangi kegiatan penangkapan di alam.

Untuk meningkatkan produksi dan menjaga kelestariannya, maka perlu dilakukan usaha budidaya yang kegiatannya meliputi pembenihan dan pembesaran. Dalam usaha pembenihan, pemberian pakan yang baik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu usaha budidaya.

Keberhasilan pemeliharaan benih tergantung pada ketersediaan pakan yang dapat dikonsumsi benih sesuai ukuran mulut. Agar dapat mempercepat

(2)

pertumbuhan, pakan yang diberikan harus disesuaikan dengan kebutuhan nutrien dari ikan, baik jumlah maupun mutunya. Selain jumlah dan mutu juga diperhatikan persentase dan frekuensi pemberian pakan agar penggunaan pakan menjadi efisien sehingga dapat mengurangi jumlah pakan yang tidak dicerna dan dibuang melalui feces.

Djajasewaka (1985)

mengemukakan bahwa frekuensi pemberian pakan berpengaruh terhadap pertumbuhan organisme kultur, untuk itu pakan yang diberikan harus seefektif mungkin. Oleh karena itu kita harus mengetahui frekuensi pemberian pakan yang terbaik untuk ikan. Sukaeni (1998) menyatakan bahwa frekuensi pemberian pakan 4 kali sehari adalah yang terbaik untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan Mas (Cyprinus carpio L), jumlah pakan yang diberikan terlalu sedikit dan kurang frekuensi pemberian pakan nya akan mempertinggi persaingan dalam memperoleh makan yang akibatnya pertumbuhan ikan menjadi lambat dengan ukuran yang bervariasi.

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2014 di Laboratorium Terpadu, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Universitas Bung Hatta, Padang, Sumatera Barat.

Wadah

Wadah yang digunakan dalam penelitian adalah 12 buah bak terpal dengan ukuran 150 x 110 x 10 cm, dengan ketinggian air 5 cm yang dilengkapi dengan tanaman air/ Kiambang (Pistia

stratiotes)

Alat

Alat yang digunakan selama penelitian adalah bak terpal, ember, serok, kertas millimeter, timbangan digital, kertas lakmus, thermometer dan DO meter. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Adapun perlakuan dalam penelitian ini adalah :

Perlakuan A yaitu pemberian pakan

Tubifex sp. 2 kali sehari pada pukul (08.00

dan 17.00 WIB)

Perlakuan B yaitu pemberian pakan

Tubifex sp. 3 kali sehari pada pukul (08.00,

14.00 dan 20.00 WIB)

Perlakuan C yaitu pemberian pakan

Tubifex sp. 4 kali sehari pada pukul (08.00,

11.00, 14.00 dan 17.00 WIB)

Perlakuan D yaitu pemberian pakan

Tubifex sp. 5 kali sehari pada pukul (08.00,

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Kelangsungan Hidup

Dari hasil pengamatan didapatkan data kelangsungan hidup benih ikan Gabus

pada tiap-tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata kelangsungan hidup (%) benih ikan Gabus.

Ulangan Perlakuan (%) A B C D 1 2 3 100 100 100 100 95 95 100 95 100 90 95 95 Jumlah 300 290 295 280 Rata-rata 100 96.66 98.33 93.33

Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa rata-rata persentase kelangsungan hidup benih ikan Gabus yang tertinggi terdapat pada perlakuan A yaitu 100 % dan diikuti perlakuan C yaitu 98,33 %, kemudian diikuti perlakuan B yaitu 96,66 %, sedangkan rata-rata persentase kelangsungan hidup benih ikan Gabus yang terendah terdapat pada perlakuan D yaitu 93,33 %.

Dari hasil analisis varians menunjukkan bahwa perbedaan frekuensi pemberian pakan Tubifex sp. tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap kelangsungan hidup benih ikan Gabus.

Untuk lebih jelasnya tentang kelangsungan hidup benih ikan Gabus dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini :

Gambar 1. Diagram kelangsungan hidup benih ikan Gabus pada masing-masing perlakuan selama penelitian.

Tingginya rata-rata persentase kelangsungan hidup benih ikan Gabus Pada masing-masing perlakuan yaitu di

atas 90 %, diduga karena benih ikan dapat memanfaatkan pakan yang diberikan sehingga benih ikan dapat bertahan hidup.

100 96.66 98.33 93.33 88 90 92 94 96 98 100 102 A B C D K e lan gsu n gan Hi d u p B e n ih (% ) Perlakuan

(4)

Effendi (1979) mengatakan bahwa pakan berfungsi untuk mempertahankan hidup dan kelebihannya baru dimanfaatkan untuk pertumbuhan ikan tersebut. Halver (1989), juga mengemukakan bahwa perlakuan dengan pemberian berbagai jenis pakan alami, yaitu Tubifex sp. tidak mempengaruhi kelangsungan hidup benih ikan, karena pakan yang diberikan dapat dikomsumsi dan digunakan oleh benih ikan sebagai sumber energi untuk metabolisme. Pada penelitian Sarowar et.

al., (2010) dalam Yulisman (2012), benih

ikan Gabus yang diberi pakan hidup berupa cacing Tubifex sp. memiliki nilai kelangsungan hidup lebih baik dibandingkan benih ikan Gabus yang diberi pakan buatan dan pakan ikan rucah. Pertumbuhan Berat Mutlak

Dari hasil pengamatan diketahui rata-rata berat benih ikan Gabus selama penelitian pada masing-masing perlakuan yang dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata pertumbuhan berat mutlak (gr) benih ikan Gabus. Perlakuan Awal Akhir Pertumbuhan Berat (gr) ± SD

A B C D 0.51 0.48 0.54 0.51 2.78 2.75 3.49 3.57 2.27 ± 0.29a 2.27 ± 0.06a 2.95 ± 0.32b 3.06 ± 0.16b Pada tabel 2 terlihat bahwa

rata-rata pertumbuhan berat mutlak ikan uji pada masing-masing perlakuan menunjukkan berat yang berbeda-beda. Berat ikan uji yang tertinggi terdapat pada perlakuan D yaitu 3,06 gr, kemudian diikuti perlakuan C yaitu 2,95 gr, dan yang paling rendah terdapat pada perlakuan A dan B dengan yaitu 2,27 gr.

Dari hasil analisis varians rata-rata pertumbuhan berat individu ikan uji menunjukkan bahwa perbedaan frekuensi pemberian pakan Tubifex sp. memberikan pengaruh berbeda nyata (p<0,05) terhadap pertumbuhan berat mutlak.

Untuk lebih jelasnya perbedaan pertumbuhan berat mutlak antara perlakuan selama penelitian ditampilkan pada Gambar 2 berikut ini :

(5)

Gambar 2. Diagram rata-rata pertumbuhan berat mutlak (gr) pada masing-masing perlakuan selama penelitian.

Berdasarkan gambar 2 diatas terlihat bahwa rata-rata pertumbuhan berat mutlak benih ikan Gabus tertinggi terdapat pada perlakuan D yaitu 3,06 gram, diikuti perlakuan C yaitu 2,95 gram, hal ini disebabkan karena jumlah pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan secara effektif oleh benih ikan sehingga bukan hanya untuk mempertahankan hidup tetapi juga dapat menunjang proses pertumbuhan. Semakin sering ikan diberi makan dalam jumlah yang optimal maka pertumbuhannya akan semakin cepat. Hal ini sesuai dengan pendapat Adrews dalam Zein (1984), yang menyatakan bahwa adanya hubungan positif antara pertumbuhan dengan frekuensi pemberian pakan yaitu : pertumbuhan akan semakin meningkat dengan semakin banyaknya frekuensi pemberian pakan, jadi semakin sering pakan diberikan hasilnya semakin baik bagi pertumbuhan ikan, dibandingkan dengan pemberian pakan yang jarang dalam jumlah yang sama.

Menurut Putra (2000), pemberian pakan Tubifex sp. memberikan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan pemberian pakan Artemia dan

Moina sp, karena kandungan protein yang

terdapat pada Tubifex sp. lebih tinggi kandungan protein dibandingkan Artemia dan Moina sp, sehingga energi yang dihasilkan untuk pertumbuhan lebih banyak.

Rendahnya rata-rata pertumbuhan berat mutlak benih ikan Gabus pada perlakuan B dan A yaitu 2,27 gram, disebabkan karena sedikit dan jarangnya jumlah pemberian pakan sehingga nutrisi yang dibutuhkan benih ikan kurang mencukupi sehingga pertumbuhan benih ikan akan lambat.

Laju Pertumbuhan Bobot Harian

Dari hasil pengamatan diketahui persentase rata-rata laju pertumbuhan bobot harian benih ikan Gabus selama penelitian pada tiap-tiap perlakuan yang dapat dilihat pada tabel 3.

2.27 2.27 2.95 3.06 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 A B C D B e rat M u tlak ( gr ) Perlakuan

(6)

Tabel 3. Rata-rata laju pertumbuhan bobot harian (%) benih ikan Gabus per minggu pengamatan. Minggu Ke - Perlakuan A B C D 1 2 3 4 7.57 7.28 7.42 10.14 8 8.14 10.71 5.57 9 9.71 13.71 9.71 8.57 9.71 13 12.42 Jumlah 32.41 32.42 42.13 43.7 Rata-rata 8.10 8.10 10.53 10.92

Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa persentase rata-rata pertumbuhan bobot harian benih ikan Gabus selama penelitian pada tiap-tiap perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Perlakuan yang tertinggi terdapat pada perlakuan D yaitu 10,92%, diikuti perlakuan C yaitu 10,53 %, dan pada perlakuan B dan perlakuan A yaitu 8 ,10 % merupakan yang terendah.

Hasil analisis varians menunjukkan bahwa perbedaan frekuensi pemberian

Tubifex sp. memberikan pengaruh berbeda

nyata (p<0,05) terhadap laju pertumbuhan bobot harian benih ikan Gabus.

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai pertumbuhan bobot harian benih ikan Gabus per minggu pengamatan pada tiap-tiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada gambar 3 berikut ini :

Gambar 3. Grafik laju pertumbuhan bobot harian (%) per minggu pengamatan pada tiap-tiap perlakuan selama penelitian.

Tingginya persentase rata-rata laju pertumbuhan bobot harian pada perlakuan D dan perlakuan C disebabkan karena tersedianya pakan yang cukup sepanjang hari, sehingga dapat mendukung

pertumbuhan benih ikan. Rivai dalam Hartati (1982) menyatakan bahwa faktor yang nyata mempengaruhi pertumbuhan ikan adalah ruang gerak dan suplai pakan,

0 5 10 15 1 2 3 4 Per tu m b u h an B o b o t H ar ian (% )

Pengamatan Minggu Ke-

Perlakuan A Perlakuan B Perlakuan C Perlakuan D

(7)

dimana ikan akan dapat tumbuh baik jika hal tersebut dapat dipenuhi.

Sedangkan pada perlakuan B dan perlakuan A persentase laju pertumbuhannya kurang baik, hal ini disebabkan karena frekuensi pemberian pakannya kurang mencukupi, sehingga menyebabkan pertumbuhan menjadi lambat. Hal ini didukung oleh NRC (1979)

yang menjelaskan bahwa kurangnya jumlah pakan yang diberikan maka akan menyebabkan kompetisi tinggi terhadap pakan, yang bisa mengakibatkan variasi yang besar dalam ukuran perekor ikan. Pertumbuhan Panjang Mutlak

Hasil perhitungan pertumbuhan rata-rata panjang mutlak ikan Gabus dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini :

Tabel 4. Rata-rata pertumbuhan panjang mutlak (cm) benih ikan Gabus. Perlakuan Awal Akhir Pertumbuhan Panjang ±

SD A B C D 3.86 3.68 3.89 3.84 6.83 6.86 7.49 7.51 2.97 ± 0.16a 3.17 ± 0.10a 3.59 ± 0.24b 3.76 ± 0.14b Dari tabel 4 terlihat bahwa rata-rata

pertumbuhan panjang mutlak tertinggi terdapat pada perlakuan D yaitu 3,76 cm, diikuti oleh perlakuan C yaitu 3,59 cm, serta pada perlakuan B yaitu 3,17 cm, dan yang rendah terdapat pada perlakuan A yaitu 2,97 cm. Hasil analisis varians rata-rata pertumbuhan panjang mutlak ikan uji

menunjukkan bahwa perbedaan frekuensi pemberian pakan Tubifex sp. memberikan pengaruh berbeda nyata (p<0,05) terhadap pertumbuhan panjang mutlak benih ikan Gabus. Untuk lebih jelasnya perbedaan rata-rata pertumbuhan panjang mutlak benih ikan Gabus tiap-tiap perlakuan selama penelitian dapat dilihat pada gambar 4 berikut ini :

Gambar 4. Diagram rata-rata pertumbuhan panjang mutlak (cm) benih ikan Gabus selama penelitian.

2.97 3.17 3.59 3.67 0 1 2 3 4 A B C D Pan jan g M u tlak (c m ) Perlakuan

(8)

Pertumbuhan panjang benih ikan Gabus selama penelitian sejalan dengan pertumbuhan berat dari ikan tersebut dimana perlakuan D dengan frekuensi pemberian Tubifex sp. 5 kali sehari mencapai rata-rata pertumbuhan panjang mutlak yang memberikan pertumbuhan yang lebih cepat, diikuti dengan perlakuan C, perlakuan B dan perlakuan A.

Menurut Mudjiman (1984), menyatakan bahwa pertumbuhan pada ikan

tidak hanya dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas pakan, tetapi juga dipengaruhi oleh frekuensi dan kemampuan ikan dalam memanfaatkan pakan untuk kelangsungan hidup, metabolisme, pergerakan dan pertumbuhan.

Kualitas Air

Pengamatan parameter kualitas air media pemeliharaan ikan uji dilakukan 2 kali selama penelitian disajikan pada tabel 5.

Tabel 5. Parameter kualitas air selama penelitian No Parameter Satuan Awal

Penelitian

Akhir

Penelitian Baku Mutu

1 Suhu 0C 27,2 - 29,6 27,2 - 29,6 25-30

2 pH - 7 7 6-9

3 DO ppm 5,6 5,4 5

4 NH3 mg/L 0,25 0,40 0,5

Menurut Soeseno (1979), yang menyatakan bahwa suhu yang layak untuk budidaya ikan diperairan tropis berkisar 250C – 300C, apabila suhu air terlalu rendah atau sebaliknya menyebabkan nafsu makan ikan berkurang sehingga pakan yang diberikan banyak yang tidak dimakan. Suhu air selama penelitian berada pada kisaran optimal yaitu 26,2 – 29,6 0C.

Derajat keasaman (pH) yaitu 7, dimana nilai derajat keasaman selama penelitian dinyatakan dalam taraf wajar dan masih layak. Sebagaimana dinyatakan Muflikhah et. al., (2008) dalam Extrada

(2013) bahwa pH yang baik untuk pemeliharaan benih ikan Gabus adalah dengan kisaran 4-9.

Oksigen terlarut selama penelitian yaitu 5,4 ppm, keadaan ini masih layak untuk kehidupan ikan. Asmawi (1983)

dalam Fadli (2006), menyatakan bahwa

kandungan oksigen terlarut yang baik untuk memelihara ikan adalah 5 – 10 ppm.

Amoniak merupakan hasil uraian bahan organik dan pada kadar tertentu merupakan racun bagi organisme air. Menurut Boyd (1979) menyatakan bahwa kandungan amoniak untuk kehidupan ikan adalah kurang dari 1 ppm. Sedangkan

(9)

kandungan amoniak selama penelitian yaitu 0,25 – 0,40 mg/L. Kandungan amoniak yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan serta organism lainnya.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ikan Gabus (Channa striata) yang dilakukan selama pengamatan dapat disimpulkan bahwa :

1. Kelangsungan hidup benih ikan Gabus pada semua perlakuan berada di atas 90%. Tertinggi pada perlakuan A yaitu 100%, diikuti perlakuan C yaitu 98,33%, perlakuan B yaitu 96,66% dan yang terendah terdapat pada perlakuan D yaitu 93,33%.

2. Perbedaan frekuensi pemberian pakan

Tubifex sp. 5 kali sehari memberikan

hasil yang terbaik terhadap pertumbuhan berat dan panjang benih ikan Gabus dibandingkan dengan frekuensi pemberian pakan Tubifex sp. 4, 3 dan 2 kali sehari.

3. Dari hasil analisis varians perbedaan frekuensi pemberian pakan Tubifex sp. tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap kelangsungan hidup benih ikan Gabus, namun memberikan pengaruh berbeda nyata (p<0,05) terhadap pertumbuhan berat dan pertumbuhan panjang benih ikan Gabus.

DAFTAR PUSTAKA

Boyd, C. E and F. L Koppler. 1979. Water Quality Management In Pond Culture. Carf Master Printers, Inc. Alabana. Terjemahan.

Djajasewaka, H. 1985. Pakan Ikan (Makanan Ikan). Penerbit CV. Yasaguna. Jakarta.

Effendi, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 Hlm.

Extrada, E. 2013. Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Gabus (Channa striata) Pada Berbagai Tingkat Ketinggian Air Media Pemeliharaan. Jurnal Fakultas Pertanian. Universitas Sriwijaya. Palembang.

Fadli, H. 2006. Frekuensi Pemberian Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Jelawat (Lepiobarbus hoeveni Blkr) Ukuran 5 – 8 Cm. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Bung Hatta. Padang. Halver, J.E. 1989. Fish Nutrition. Second

Edition. Academic press, Inc. San Diego, California

Hartati, Y. 1982. Peningkatan Padat Penebaran Ikan Nila (Tilapia nilatica) Dalam Sangkar di Waduk Lido dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan dan Mortalitas. Skripsi Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Mudjiman. 1984. Makanan Ikan. Penerbit

PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

National Research Council. 1979. Nutrient Reguirement Of Warnwater Fishes. Nat Aced Of Sei. Washington. Putra, 2000. Pengaruh Kepadatan

Terhadap Persentase Menetas Cystae Artemia Salina Leach pada

(10)

Pemeliharaan di Laboraturium. Skipsi Fakultas Peternakan. Universitas Diponegoro. Semarang. Soeseno, S. 1979. Dasar-dasar Perikanan

Umum. CV. Yasa Guna. Jakarta. Sukaeni. 1998. Pengaruh Frekuensi

Pemberian Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus

carpio L). Skripsi Fakultas Perikanan

dan Ilmu Kelautan. Universitas Bung Hatta. Padang.

Yulisman. 2012. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Gabus (Channa striata) yang Diberi Pakan Buatan Berbahan Baku Tepung Keong Mas (Pomacea sp.). Jurnal Ilmiah Pertanian Vol. 1, No.2: 158-162, Oktober 2012.

Zein, E. 1984. Pengaruh Frekuensi Pemberian Makanan Tiga, Lima, dan Tujuh Kali Sehari Terhadap Pertumbuhan Ikan Mas. Skripsi Fakultas Perikanan. IPB. Bogor.

Gambar

Tabel 1. Rata-rata kelangsungan hidup (%) benih ikan Gabus.
Gambar 2. Diagram rata-rata pertumbuhan berat mutlak (gr) pada masing-masing perlakuan selama penelitian
Tabel 3. Rata-rata laju pertumbuhan bobot harian (%) benih ikan Gabus per minggu  pengamatan
Tabel 4. Rata-rata pertumbuhan panjang mutlak (cm) benih ikan Gabus.

Referensi

Dokumen terkait

Nugrohorini (2010) menyatakan bahwa gejala serangan yang diakibatkan nematoda entomopatogen ditandai dengan terjadinya perubahan warna pada kutikula serangga inang,

L.2.5 Uji Fitokimia dengan Reagen Uji fitokimia kandungan senyawa aktif dengan uji reagen dari ekstrak pekat etanol, kloroform dan n-heksana dari daun widuri dilarutkan dengan

(3) Mengembangkan kemampuan penyampaian informasi atau mengkomunikasikan gagasan.Pencapaian tujuanter sebut diuraikan dalam bentuk kompetensi dasar yang berupa

dihasilkan bahwa variabel riwayat penyakit pernapasan dan kebiasaan olah raga tidak memiliki hubungan dengan kejadian ISPA pada pekerja mebel di PT. Menyediakan masker

Setiap organisasi merupakan suatu satuan yang bersifat khas dan memiliki jati diri sendiri, dan dibedakan oleh budaya yang dianutnya, dapat dipastikan bahwa

Menurut Bapak Yusuf Abadi selaku kepala sekolah MTs Muhammadiyah Boarding School (MBS) Klaten penerimaan peserta didik di MTs Muhammadiyah Boarding School

(a) Faktor pendukungnya yakni Stakeholders mendukung sepenuhnya kebijakan dan program-program fakultas dengan sistem kolektif kologial; Pimpinan memberikan

ABSTRAK : Perisian Sistem Pengurusan Pangkalan Data Ujian Standard Kecergasan Fizikal Kebangsaan Malaysia (SEGAK) merupakan satu sistem pengurusan pangkalan data yang digunakan