• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENURUNAN MASALAH HUBUNGAN SOSIAL SISWA ANAK BUNGSU KELAS X SMAN 10 PEKANBARU TAHUN AJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENURUNAN MASALAH HUBUNGAN SOSIAL SISWA ANAK BUNGSU KELAS X SMAN 10 PEKANBARU TAHUN AJARAN 2012/2013"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENURUNAN MASALAH HUBUNGAN SOSIAL SISWA ANAK BUNGSU KELAS X SMAN 10

PEKANBARU TAHUN AJARAN 2012/2013

Aan Sagita1)Sardi Yusuf2)Elni Yakub2)

1)

Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling, Email :

aanwhitestorm09@yahoo.co.id 2)Dosen Program Studi Pendidikan Bimbingan

Konseling FKIP Universitas Riau

ABSTRACT

The purpose of this study is 1) To describe the social relation of youngest child student. of before the implementation of group guidance, 2) To describe the degradation of social relation of youngest child student of after the implementation of group guidance, 3) To determine differences between the social relation of youngest child student before and after the implementation of the group guidance, 4) to determine the effect of the group guidance to the degradation of social relation of youngest child student. The method used was experimental Quasi with One group pattern: One group pre-test and post-test design. The tool used in collecting the data was a questionnaire. The samples were taken using purposive sampling technique which amounted to 16 people. The data is analyzed using a percentage formula; the "t" test was used to distinguish the degradation of social relation of youngest child student before and after the implementation of the group guidance. From the calculations of the "t" test, it was obtained that the thitungis greater than ttabelwith (26.7 > 2,042 ) at the level of 5%. Which

means that in this study,there are differences between the social relation of youngest child student before and after the implementation of group guidance. From the calculation of the product moment correlation, it is found that r = 0,59 is the determinant coefficient of r2 = 0,35. This, it can be seen that the effect of group guidance on the degradation of social relation of youngest child student is 35%. Based on the results of this research, it can be that the degradation of social relation of youngest child student after being given the group guidance.

(2)

2 PENDAHULUAN

Banyaknya jumlah anak yang mengalami penyimpangan perilaku perlu mendapat perhatian yang serius untuk segera diberikan intervensi yang tepat.Penelitian menunjukkan bahwa penyimpangan perilaku ini berdampak sangatmerugikan.Meskipun anak dengan masalah perilaku tidak selalu menjadi dewasa yang antisosial, namun sebagian besar diantara mereka setelah dewasa cenderung terlibat dengan tindakan kriminal dan mengembangkan perilaku antisosial.Mereka juga cenderung memiliki masalah psikologis, sulit menyesuaikan diri dengan pendidikan dan lingkungan.Gangguan perilaku merupakan gangguan yang bersifat kompleks dan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berinteraksi.Faktor-faktor keluarga seperti pola asuh orang tua dan stabilitas keluarga, dan faktor lingkungan seperti kualitas hubungan dengan sebaya.

Salah satu dampak dari interaksi beberapa faktor di atas yang cukup penting mempengaruhi munculnya penyimpangan perilaku adalah rendahnya keterampilan sosial anak, yaitu kemampuan anak mengatur emosi dan perilakunya untuk menjalin interaksi yang efektif dengan orang lain atau lingkungan. Mereka cenderung menunjukkan prasangka permusushan, saat berhadapan dengan stimulus sosial yang ambigu mereka sering mengartikannya sebagai tanda permusuhan sehingga menghadapinya dengan tindakan agresif.Mereka juga kurang mampu mengontrol emosi, sulit memahami perasaan dan keinginan orang lain, dan kurang terampil dalam menyelesaikan masalah-masalh sosial.

Rendahnya ketrampilan sosial ini membuat anak kurang mampu menjalin interaksi secara efektif dengan lingkungannya dan memilih tindakan agresif. Mereka cenderung mengganggap tindakan agresif merupakan cara yang paling tepat untuk mengatasi permasalahan sosial dan mendapatkan apa yang mereka inginkan. Akibatnya, mereka sering ditolak oleh orang tua, teman sebaya, dan lingkungan.

Masa remaja ini bisa dikatakan dengan masa perkembangan yang sangat pesat bagi siswa,dimana pada masa ini siswa sedang mengalami puberitas.Dalam masa ini siswa di anggap dalam periode tumpang tindih karena mencakup tahun-tahun akhir masa kanak-kanak dan tahun awal pada masa remaja.Dibandingkan dengan banyaknya perubahan didalam maupun diluar tubuh,masa puber merupakan periode yang sangat singkat.Periode ini bisa terjadi selama dua sampai empat tahun pada siswa.masa puber ini sangat penting bagi siswa karena masa ini adalah masa yang akan menentukan bagaimana siswa ini kedepannya.Masa puber ini dikatakan juga dengan fase negatif karena banyak menunjukan periode yang sangat singkat pada siswa,bahwa individu/siswa mengambil sikap anti terhadap kehidupan atau kelihatannya kehilangan sifat-sifat baik yang sebelumnya sudah berkembang dalam diri siswa.

Dalam masa perkembangan ini remaja lebih banyak menunjukan sikap yang negatif.Terkadang anak pada masa ini sudah tidak memikirkan apa sebab dan apa akibat perbuatannya.Masa remaja ini disebut dengan usia yang menimbulkan ketakutan seperti anak yang tidak rapi,anak yang tidak bisa dipercaya,anak yang cendrung merusak,dan berperilaku merusak.Dengan perilaku seperti ini orang dewasa yang harus membina dan membimbing serta mengawasi kehidupan remaja takut bertanggung jawab dan bersikap simpatik terhadap perilaku remaja normal.Remaja ini di mata masyarakat hanyalah sebatas anak-anak,jadi pada saat remaja melakukan hal yang tidak wajar, masyarakat akan merasa resah dengan apa yang mereka perbuat.Remaja sebenarnya pada masa ini

(3)

3

sedang mencari siapa dirinya yang sebenarnya atau sedang mencari identitas dirinya sendiri.

“Erikson mengatakan bahwa identitas yang dicari siswa remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya,apa peranannya dalam masyarakat,apakah ia seorang anak atau seorang dewasa,apakah ia mampu percaya diri sekalipun latar belakang ras atau agama membuat beberpa orang merendahkannya,dalam keseluruhan apakah dia akan berhasil atau gagal menjalani semua ini”.

“Menurut piaget (Elizabeth B.Hurlock) mengatakan bahwa secara biologis masa remaja ini adalah usia dimana individu berinteraksi dengan orang dewasa,dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa berada dalam tingkatan yang sama”.Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial.Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus

menyesuaikan dengan orang dewasa diluar lingkungan keluarga dan

sekolah.Kebanyakan anak melakukan hal yang tidak wajar di depan orang yang lebi dewasa dari dirinya,seperti saat duduk mengangkat kaki di depan orang yang lebih dewasa darinya,berbicara kotobr didepan orang dewasa.

Bimbingan kelompok merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing - masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri (Tohirin,2007 : 170).

Bimbingan kelompok lebih mengutamakan proses dinamika kelompok dimana siswa lebih memiliki kesempatan untuk mengembangkan kepribadian rasa social dan kemampuan berinisiatif.Tujuan bimbingan kelompok yaitu untuk meningkatkan rasa kepercayaan diri siswa.

Berdasarkan fenomena siswa kelas Xdi SMA 10 Pekanbaru, terlihat gejala-gejala yang menunjukkan adanya masalah dalam hubungan sosial antara lain:

1. Sebanyak 11 orang (68.75%) Siswa merasa diperhatikan, dibicarakan atau diperolokan orang lain.

2. Sebanyak 8 orang (50%) Siswa merasa tidak menyukai atau tidak disukai seseorang

3. Sebanyak 8orang (50%) Siswa merasa mengalami masalah karena ingin lebih terkenal atau lebih menarik, atau lebih menyenangkan bagi orang lain

4. Sebanyak 8orang (50%) Siswamempunyai kawan yang kurang di sukai orang lain

5. Sebanyak 8 orang (50%) Siswa merasa tidak di anggap penting, diremehkan, atau dikecam oleh orang lain.

Untuk itu diharapkan dengan adanya Bimbingan Kelompok dapat menurunkan masalah hubungan sosial siswa anak bungsu,sehingga peneliti mengangkat judul penelitian “Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Penurunan Masalah Hubungan Sosial Siswa Anak Bungsu kelas X SMA N 10 Pekanbaru”

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk menemukan,mengembangkan objek kajian serta media untuk menguji kebenaran.

(4)

4

sistematis.metode penelitian ini supaya tercapai secara maksimal harus memperhatikan langkah-langkah yang harus dilakukan peneliti dengan menggunakan jenispenelitian, populasi, sampel sampai metode analisis data.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

quasiexperiment.Metode quasi experiment bertujuan untuk memperoleh informasi yangmerupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasikan semua variable yang relevan.Cholid dan Achmadi,2007:54.

TABEL 3

KISI-KISI ANGKET TENTANG MASALAH HUBUNGAN SOSIAL SISWA DI KELAS X 3, X 4 DAN X 6 SMAN 10 PEKANBARUTP. 2012/2013

Variabel Indikator No. Item Jumlah

Positif Negatif Masalah Hubungan sosial 1. Hubungan sosial denganteman 3,5,12,25 1,4,21,23,27,29. 10 2. Hubungan sosial dengan guru 9,10,18,22,24 17,20,26,28,30. 10 3. Hubungan sosial dengan keluarga 2,13,14. 11,15. 5 4. Hubungan sosial yang berhubungan dengan cara berkomunikasi 6,8,19. 7,16. 5 Jumlah 30

Sumber data : Prayitno (Prosiding Seminar Internasional konseling dan AUM umum)

Untuk mengumpulkan data tentang hubungan sosial siswa anak bungsu

digunakan ANGKET yang diambil dari butiran-butiran AUM yang telah dimodifikasi. Jumlah Item dari hubungan sosial yang terdapat dalam Angket adalah 30 item.

Jika pernyataan positif dijawab ya nilainya = 0 dan jawaban tidak nilaianya = 1

Jika pernyataan negatif dijawab ya nilainya = 1 dan jika jawabannya tidak nilainya = 0. Karena penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, maka metode analisa data yang digunakan adalah bersifat kuantitatif yaitu model statistik. Hasil analisa nantinya akan disajikan dalam bentuk angka-angka yang kemudian dijelaskan dan diinterpretasikan dalam suatu uraian. Adapun teknik statistik yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Persentase (P) yang digunakan untuk menghitung persentase skor siswa pada setiap indicator(Anas Sudijono, 2004:43)dengan rumus:

P= F X 100% N

Dimana : P = Besar persentase

(5)

5

N = Jumlah Responden

2. Untuk menentukan rentang skor kategori tinggi, sedang, rendah dicari dengan menggunakan kurva dari Phopan dan Sirotnih (dalam R. Arlizon, 1995 : 102)

Dengan rumusan :

X ideal – (Z x S ideal) s/d X ideal + (Z x S ideal) Keterangan :

X ideal = Skor maksimal/ 2 S ideal = X ideal / 3 Nilai Z = 1 (konstan)

3. Untuk menguji hipotesa sebagai upaya penarikan kesimpulan dari penelitian ini, maka digunakan uji tes (t-tes) dalam Sugiyono (2010:122) dengan rumusan sebagai berikut :

Keterangan :

1 = rata-rata sampel 1 2 = rata-rata sampel 2

s1 = simpangan baku sampel 1

s2 = simpangan baku sampel 2

s12 = varians sampel 1

s22 = varians sampel 2

r = korelasi antara dua sampel

4.Untuk menguji pengaruh bimbingan kelompok dalam penelitian ini, digunakan rumus Product Moment Sugiyono (2010:356) dengan rumusan :

r =

(6)

6 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

1.Gambaran Masalah Hubungan Sosial Siswa Anak Bungsu Sebelum Dilaksanakan Bimbingan Kelompok.

Diperoleh gambaran hubungan sosial siswa anak bungsu sebelum diberikan bimbingan kelompok, sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini.

TABEL 5

GAMBARAN MASALAH HUBUNGAN SOSIAL SISWA ANAK BUNGSU SEBELUM DIBERIKAN BIMBINGAN KELOMPOK

NO Kategori Rentang Skor Frekuensi Persentase

1 Sangat bermasalah 21-30 0% 0%

2 Cukup bermasalah 10-20 16 100 %

3 Tidak bermasalah 0-9 0 0%

Jumlah 16 100%

Sumber : Data Olahan Penelitian 2013

Berdasarkan data tabel di atas, maka ditemukan sebanyak 0% pada kategori tinggi, 100% pada kategori sedang dan 0% pada kategori rendah. Dan pada penelitian ini, siswa yang menjadi sampel adalah siswa yang berada pada kategori sedang yang berjumlah 16 orang siswa. Untuk lebih jelasnya gambaran tentang masalah hubungan siswa anak bungsu sebelum bimbingan kelompok per item.

2.Gambaran Masalah Hubungan Sosial Siswa Anak Bungsu Sesudah Diberikan Bimbingan Kelompok.

Diperoleh gambaran hubungan sosial siswa anak bungsu setelah diberikan bimbigan kelompok, sebagaimana terlihat pada tabel di bawah ini

TABEL 6

GAMBARAN MASALAH HUBUNGAN SOSIAL SISWA ANAK BUNGSU SESUDAH DIBERIKAN BIMBINGAN KELOMPOK

NO Kategori Rentang Skor Frekuensi Persentase

(7)

7

2 Cukup bermasalah 10-20 10 62,5%

3 Tidak bermasalah 0-9 6 37,5%

Jumlah 16 100%

Sumber : Data Olahan Penelitian 2013

Berdasarkan data tabel di atas, dapat diketahui hubungan sosial siswa anak bungsu sesudah diberikan bimbingan kelompok yaitu ditemukan sebanyak 0% pada kategori tinggi, 62,5% pada kategori sedang, dan 37,5 % hubungan sosial siswa pada kategori rendah. Berarti terdapat penurunan setelah diadakannya bimbingan kelompok.

3.Perbedaan Masalah Hubungan Sosial Siswa Sebelum dengan Sesudah Dilaksanakan Bimbingan Kelompok

Dalam penelitian ini data yang akan dianalisis untuk uji “t” (T-test) adalah data tentang jumlah skor setiap siswa dari 16 orang siswa dalam menjawab angket masalah hubungan sosial sebelum dan sesudah diberikannya bimbingan kelompok.

Sebelum Sesudah 1. 1 =17.06 2 = 10.13 2. ∑x1 = 0 2. ∑x2 = 0 3. S1 = 1.06 3. S2 = 1.35 4. S12 = 1.12 4. S22 = 1.82 r = = = = 0,59

Berdasarkan hasil perhitungan di atas didapat bahwa koefisien korelasi antara X1 dengan X2 adalah sebesar 0,59. Interpretasi koefisien korelasi terhadap hasil

perhitungan di atas berdasarkan tabel interpretasi nilai r (Sugiyono,: 231) dikategorikan SEDANG.

(8)

8

th = 26.7

Pengambilan keputusan berdasarkan pada hasil thitung yang diperoleh kemudian

dibandingkan dengan ttabel, yaitu dari hasil perhitungan test “ t ”, terlihat bahwa hasil

thitung sebesar 26,7. dengan dk = n1+ n2 – 2 = 32 - 2 =30. Pada taraf signifikan 5% =

2,042

Maka dapat dilihat harga thitung lebih besar dari ttabelpada taraf 5% (26.7 >

2,042 ). Dengan demikian, Hipotesis diterima yang berarti Terdapat Pengaruh Sebelum Dengan Sesudah Bimbingan Kelompok Terhadap Penurunan Masalah Hubungan Sosial Siswa Anak Bungsu Kelas X SMAN 10 Pekanbaru Tahun Pelajaran 2012/2013.

4. Pengaruh Bimbingan Kelompok Terhadap Penurunan Masalah Hubungan Sosial Siswa Anak Bungsu

Kemudian dilanjutkan mencari koefisien determinan yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap hubungan sosial siswa anak bungsu.

Dari hasil keputusan diatas diinterprestasikan bahwa setelah diberikan layanan bimbingan kelompok mempunyai pengaruh terhadap masalah hubungan sosial siswa anak bungsu sesudah diberikan layanan bimbingan kelompok lebih baik dari pada hubungan sosial siswa anak bungsusebelum diberikan layanan bimbingan kelompok.

(9)

9

Hal ini dapat dilihat dari perbedaan rata-rata skor masalah hubungan sosial siswa anak bungsu sesudah diberikan layanan bimbingan kelompok yaitu sebesar 10.13 ternyata lebih kecil dari rata-rata skor masalah hubungan sosial siswa anak bungsu sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok yaitu sebesar 17.06 dan berdasarkan hasil perhitungan koefisien determinan diperoleh nilai r2 = 0,35 yang berarti terdapat 35% sumbangan layanan bimbingan kelompok terhadap penurunan skor masalah hubungan sosial siswa anak bungsu kelas X SMAN 10 Pekanbaru.

Pembahasan

Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat diketahui gambaran masalah hubungan sosial siswa anak bungsu kelas X SMAN 10Pekanbaru Tahun Pelajaran 2012/2013 sebelum diberikan bimbingan kelompok berada pada kategori sedang. Hal ini sesuai dengan fenomena yang terlihat dilapangan seperti, Siswa merasa diperhatikan, dibicarakan atau diperolokan orang lain, Siswa merasa tidak menyukai atau tidak disukai seseoran, Siswa merasa mengalami masalah karena ingin lebih terkenal atau lebih menarik, atau lebih menyenangkan bagi orang lain, Siswa mempunyai kawan yang kurang di sukai orang lain dan Siswa merasa tidak di anggap penting, diremehkan, atau dikecam oleh orang lain.

Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat diketahui gambaran masalah hubungan sosial siswa anak bungsu kelas X SMAN 10Pekanbaru Tahun Pelajaran 2012/2013 sesudah diberikan bimbingan kelompok berada pada kategori sedang dan rendah berarti terjadi penurunan masalah dari sedang ke rendah.

Hal ini didukung oleh teori yang dinyatakan oleh Tohirin (2007 : 170) menyebutkan bahwa definisi bimbingan kelompok adalah suatu cara memberikan bantuan kepada individu (siswa) melalui kegiatan kelompok. Bimbingan kelompok merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing - masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri (dalam Winkel & Sri Hastuti, 2004 : 565).Sementara itu, DewaKetut Sukardi (2008 : 64) menyatakan hal yang sama mengenai bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama - sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari pembimbing / konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dianalisisdengan menggunakan uji “ t “, maka terdapat perbedaansebelum dengan sesudah diberikan layanan bimbingan kelompok terhadap masalah hubungan sosial siswa anak bungsu kelas X SMAN 10Pekanbaru Tahun Pelajaran 2012/2013.

Hal ini sesuai dengan teori menurut Tohirin (2007 : 170) menyebutkan bahwa definisi bimbingan kelompok adalah suatu cara memberikan bantuan kepada individu (siswa) melalui kegiatan kelompok.. Artinya layanan bimbingan kelompok merupakan media pengembangan diri untuk berlatih berbicara, menanggapi, menerima pendapat orang lain, membina sikap serta aspek-aspek positif lainnya, sehingga individu dapat mengembangkan potensi diri serta dapat meningkatkan hubungan sosial antarpribadi yang dimiliki.

Dari hasil uji koefisien determinan (r2) terdapat pengaruh bimbingan kelompok terhadap penurunan masalah hubungan sosial anak bungsu. Hal ini merujuk pada teori

(10)

10

yang dinyatakan oleh Prayitno (1995: 178) mengemukakan bahwa Layanan Bimbingan kelompok adalah Suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan lain-lain sebagainya; apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya.

Hal ini sejalan dengan Penelitian Hery Bagus Anggoro Wicacsono dalam judul “Keefektifan Bimbingan Kelompok terhadap Peningkatan Motivasi Berwirusaha Siswa kelas X SMKN 1 Madiun Tahun Ajaran 2010/2011”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Bimbingan kelompokdapat diterapkan untuk menangani siswa anak bungsu yang masalah hubungan sosial tinggi dan sedang.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut :1). Masalah hubungan sosial siswa anak bungsu kelas X SMAN 10 Pekanbaru sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok terdapat pada kategori sedang.2). Masalah hubungan sosial siswa anak bungsu kelas X SMAN 10 Pekanbaru sesudah diberikan layanan bimbingan kelompok sebagian besar terdapat pada kategori sedang dan yang lainnya rendah.3). Terdapat perbedaan yang signifikan antara masalah hubungan sosial siswa anak bungsu sebelum dan sesudah diberikan layanan bimbingan kelompok kelompok di kelas X SMAN 10 Pekanbaru.4). Terdapat pengaruh yang signifikan sebelum dan sesudah pemberian bimbingan kelompok terhadap penurunanmasalah hubungan sosial siswa anak bungsu kelas X SMA N 10 Pekanbaru

Rekomendasi

Berdasarkan hasil analisis data penelitian, pembahasan, temuan penelitian dan kesimpulan penelitian ini maka dapat dikemukakan sarannya sebagai berikut :

1. Kepada Kepala Sekolah SMAN 10 Pekanbaru agar dapat meningkatkan sosialisasi dalam mengembangkan hubungan sosial siswa terutama anak bungsu.S

2. Kepada guru BK di SMAN 10 Pekanbaru hendaknya dapat meningkatkan sosialisasi layanan bimbingan kelompok agar membantu siswa dalam mengembangkan dirinya dan dapat menurunkan masalah hubungan sosial siswa melalui dinamika kelompok.

3. Kepada peneliti berikutnya supaya mengkaji lebih mendalam tentang hubungan sosial siswa, tetapi bukan lagi tentang anak bungsu.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada kedua pembimbing saya yaitu Drs. H. Sardi Yusuf, Kons dan Dra. Hj. Elni Yakub, MS yang tidak mengenal waktu dalam membimbing saya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dan karya tulis ilmiah

(11)

11

Daftar Pustaka

Abu ahmadi, Drs. H.2002. Psikologi Sosial. Rineka Cipta, Jakarta

Agus Sujanto,dkk.2004. Psikologi Kepribadian. PT. Bumi Aksara, Jakarta Bimo Walgito.2003. Psikologi Sosial. CV. ANDI OFFSET, Jogjakarta

Dewa Ketut Sukardi. 2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta Gerungan,2010. Psikologi Sosial, Refika Aditama, bandung

http://psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi-04320137.pdf

Maryati&Suryati.2001. Sosiologi kelas X SMA, Gelora Aksara Pratama, Jakarta Maswir, dkk. 2006. Sosiologi SMA/MA, Mediatama, Surakarta

Prayitno&Amti,Erman,1999.Dasar - dasar Bimbingan dan Konseling,

Jakarta:RinekaCipta.

Prayitno, dkk. 2012. Prosiding Seminar Internasional konseling, Malindo/Padang, UNP Prayitno, dkk.1950. AUM Umum Format-2 : Siswa SLTA. Padang

Prayitno. 1995.“Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan

Profil)”,Jakarta: Ghalia Indonesia.

Raja Arlizon. (2007).Metode Penelitian. Pekanbaru : UNRI. Sugiono,DR,2010.Statistika Untuk Penelitian,Bandung:Alfabeta. Suyanto,bagong. 2011. Metode Penelitian Sosial,Jakarta:Kencana

Syamsu Yusuf. 2006. Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Pustaka Bani Quraisy, Bandung

Taufik Rohman Dhohiri, dkk. 2003. Sosiologi kelas I SMA, Ghalia Indonesia, Jakarta Zulfan Saam. (2012).Panduan Penulisan Skripsi. Pekanbaru : UNRI.

Referensi

Dokumen terkait

Daya tawar pemasok menunjukkan kemampuan yang dimiliki oleh pemasok untuk menaikkan harga input atau menaikkan biaya produksi perusahaan dengan menyediakan input yang

Bentuk lain perkembangan kolektor destilasi air laut adalah menggunakan kaca berlapis pada penutup kolektor seperti penelitian yang dilakukan oleh Mulyanef (2006), dalam

Subproses transaksi merupakan proses pengelolaan data transaksi peminjaman yang telah disimpan ke dalam data store Peminjaman dan proses pengelolaan data transaksi

Asumsi-asumsi yang dalam masalah penjadwalan pekerjaan yang dibahas adalah sebagai berikut: (1) setiap pekerjaan adalah saling independen, (2) pengerjaan tiap

Yang dimaksud dengan turbin impuls adalah turbin air yang cara kerjanya dengan merubah seluruh energi air (yang teridiri dari energi potensial-tekanan- kecepatan) yang

Guna menjamin kontinuitas pelaksanaan pembangunan, maka dalam ketentuan ayat (1) Pasal 3 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1986 ditetapkan, bahwa sisa kredit aggaran proyek-proyek

Faktor-faktor eksternal yang mendukung pengembangan pariwisata di Kawasan Takabonerate adalah: komitmen dukungan dari pemerintah daerah, tingginya potensi

Dengan kemampuan politik tingkat tinggi yang dimiliki oleh Kiai Wahab, NU akhirnya memutuskan ikut serta dalam gerbong demokrasi terpimpin. Kehendak Sukarno