• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI ANALISIS KELAYAKAN USAHA FRANCHISE KEBAB TUKI BABA RAFI CABANG OUTLET 253

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VI ANALISIS KELAYAKAN USAHA FRANCHISE KEBAB TUKI BABA RAFI CABANG OUTLET 253"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VI

ANALISIS KELAYAKAN USAHA FRANCHISE KEBAB TUKI BABA RAFI CABANG OUTLET 253

6.1. Aspek Pasar

Pemasaran sangat penting bagi kelangsungan operasional usaha. Bila kemampuan pasar untuk menyerap produk sangat tinggi dengan harga jual yang tepat, maka akan menghasilkan keuntungan bagi outlet tersebut. Secara ekonomi, berhasil tidaknya usaha franchise KTBR sangat ditentukan oleh sukses tidaknya pemasaran produk KTBR. Analisis aspek pasar akan melihat pasar potensial, permintaan akan produk KTBR, persaingan, startegi pemasaran, bauran pemasaran yang direncanakan oleh usaha tersebut. Pemasaran sangat penting bagi kelangsungan usaha.

6.1.1. Lokasi Usaha di Alfamart Ciheuleut

Peluang pasar untuk produk KTBR sendiri di wilayah Kota Bogor mulai terbuka, dikarenakan tingginya permintaan dari konsumen yang terdiri dari mahasiswa/i Universitas Pakuan, penduduk Perumahan Bogor Baru, penduduk Bogor Like Side, siswa/i SMK dan SMAKBO, dan lain-lain. Daerah pemasaran dilakukan dengan batas 1 KM dari lokasi outlet 253, terutama di wilayah Ciheuleut Pakuan dikarenakan produk KTBR sudah dikenal oleh konsumen di sekitar wilayah tersebut. Hal ini mengingat penduduk Kota Bogor yang mayoritas muslim yang lebih mudah untuk menerima produk KTBR sebagai makanan siap saji. Penyebab tingginya permintaan produk KTBR dari wilayah Ciheuleut Pakuan karena di daerah tersebut

(2)

tidak ada makanan yang menyerupai produk KTBR, yang menjual tidak hanya rasa tetapi juga penampilan kemasan.

Lokasi Alfamart tersebut berada diantara rumah kos dan pusat makanan mahasiswa atau sering disebut dengan warung makan mahasiswa, dan setiap harinya rata-rata mahasiswa maupun orang Perumahan Bogor Baru Blok E,F,G,H, dan lainnya melintas di jalan tersebut. Selain itu, lokasi baru tersebut ramai dilewati pengguna jalan dikarenakan sebagai jalan alternatif menuju ke Tegal Lega. Sehingga franchisee 253 akan melakukan relokasi di depan Alfamart Ciheuleut Pakuan.

6.1.2. Pasar Potensial

Produk KTBR yang akan menempati lokasi baru tersebut mempunyai potensi untuk dapat menarik konsumen, baik dari pengguna jalan maupun warga yang tinggal di sekitar lokasi tersebut. Hanya saja lokasi yang berada bukan di jalan utama Pakuan mengakibatkan beberapa warga Perumahan maupun siswa/i SMAKBO, SMK PGRI, maupun SMAN 3 sulit untuk menjangkau ke lokasi tersebut. Dengan kondisi jalan yang tidak terlalu lebar, kemudian lokasi Alfamart yang berada di belokan menyebabkan outlet 253 yang rencananya akan pindah tidak tampak jelas dari jalan utama Pakuan.

Walaupun lokasi tersebut tidak tampak dari jalan utama, tetapi nama Alfamart yang sudah banyak dikenal warga sekitar dapat membantu menarik pelanggan KTBR. Segmen pasar yang dituju yaitu mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, dan tidak mempengaruhi strategi pemasaran yang dilakukan oleh KTBR cabang 253.

(3)

6.1.3. Permintaan

Produk KTBR Baba Rafi merupakan salah satu makanan Timur Tengah yang memiliki permintaan cukup besar. Makanan tersebut disukai banyak konsumen, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Asumsi permintaan akan produk KTBR di lokasi baru (depan Alfamart Ciheuleut Pakuan) tidak berbeda jauh dengan permintaan akan produk KTBR di lokasi lama, sebab jarak antar lokasi lama dan lokasi baru kurang dari 1 KM dan masih dalam lingkup satu kecamatan. Sehingga jumlah permintaan di lokasi yang baru tidak berbeda dengan permintaan di lokasi lama. Permintaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Permintaan Produk KTBR di Cabang Outlet KTBR 253

No. Periode (Tahun 2008) Jumlah (Buah)

1. Januari 1350 2. Februari 1400 3. Maret 1450 4. April 1450 5. Mei 1500 Rata-Rata 1500

Permintaan Produk KTBR di wilayah Ciheuleut Pakuan per harinya mampu diserap oleh KTBR tanpa ada pesaing yang menjual produk yang serupa. Kemampuan outlet 253 untuk melayani permintaan konsumen tiap harinya sangat ditunjang dengan ketersediaan bahan baku.

6.1.4. Persaingan

Lokasi Alfamart Ciheuleut Pakuan dekat dengan pusat jajanan mahasiwa seperti Burger, Martabak Jepang, Cireng Rampat, Tela-Tela, dan lainnya. Keunikan yang ditawarkan dari masing-masing franchise makanan tersebut, tidak membuat permintaan akan produk KTBR menurun. Sebab jika dilihat dari banyaknya

(4)

pelanggan produk KTBR cabang 253 setiap harinya, sebagian besar yang mereka cari dari makanan siap saji di daerah Pakuan adalah rasa dan tampilan akhir yang menarik. Oleh sebab itu, hingga saat ini tidak ada pesaing yang menjual makanan serupa dengan produk KTBR.

6.1.5. Strategi Pemasaran

Strategi yang digunakan untuk menarik konsumen lebih banyak di lokasi baru setelah melihat pasar potensial ialah menyebarkan flyer menu ke Universitas Pakuan, Perumahan Bogor Baru, Bogor Lake Side, maupun sekolah-sekolah yang dapat dilakukan secara berkala. Mengatasi masalah mencari konsumen dapat dilakukan dengan menyebarkan flyer menu ke daerah-daerah dengan radius jarak 1 KM dari lokasi outlet 253. Semakin seringnya penyebaran flyer tersebut diharapkan calon konsumen tidak lagi tahu Produk KTBRdari nama saja, tetapi mau untuk membelinya dan menjadi pelanggan setia.

6.1.6. Bauran Pemasaran

1. Produk

Produk yang dipasarkan untuk memenuhi permintaan konsumen dalam usaha KTBR antara lain kebab, kebab gila, kebab pisang coklat, syawarma, beef burger, chicken burger, chicken crispy burger, hotdog, burger gila, double hot burger (beef), double hot burger (chicken), roti canai original, roti canai salad, roti canai coklat keju, wiener jumbo, dan hotdog jumbo.

(5)

Produk disajikan pada saat konsumen memesan, sehingga dapat dinikmati selagi hangat serta dikemas secara rapi dengan menggunakan slongsong kebab. Slongsong kebab terbuat dari karton dengan tujuan memudahkan konsumen untuk menikmati kebab tanpa mengotori tangan.

Selain itu, ke-16 jenis produk tersebut memiliki kekhasan baik dari tortila yang crispy, roti burger maupun roti hotdog yang empuk dan tebal, serta roti canai yang memiliki tekstur lembut dan rasa gurih yang belum pernah ada pesaing di Kota Bogor. Khusus untuk produk KTBR, tidak ada pesaing yang menggunakan tortila, jenis sayuran, rasa khas daging kebab serta kemasan yang sama atau serupa dengan KTBR.

2. Penetapan Harga

Dalam penetapan harga, franchisor memutuskan apa yang akan diterima perusahaan sebagai ganti dari produk-produknya. Apabila harga ditetapkan terlalu rendah, penjualan unit produk banyak tetapi kemungkinan akan gagal meraih kesempatan untuk membuat laba tambahan pada setiap unitnya. Sebaliknya, bila harga-harga ditetapkan terlalu tinggi, franchisor akan mendapat laba yang besar pada setiap barangnya tetapi akan menjual unitnya dalam jumlah sedikit.

Harga jual produk KTBR telah ditetapkan oleh franchisor sehingga franchisee tidak dapat merubah atau mengganti harga. Komponen harga jual maupun harga bahan baku yang tersedia di stockist ditetapkan oleh franchisor, sehingga franchisee hanya menjalankan usaha berdasarkan harga yang telah ditetapkan.

(6)

3. Promosi

Dari sudut pandang informasi, promosi bertujuan untuk membuat konsumen sadar terhadap produk, mengetahui tentang produk, menyukai produk dan membeli produk. Promosi produk KTBR dirancang untuk menarik pelanggan, diantaranya melalui internet. Internet merupakan salah satu media iklan yang digunakan franchisor selain koran, majalah, dsb untuk memasarkan produk KTBR ke konsumen domestik. Walaupun pengiklanan di internet membutuhkan biaya yang tidak murah, tetapi memberikan potensi yang besar.

Outlet KTBR 253 memasarkan produknya langsung ke konsumen akhir. Promosi yang dilakukan oleh franchisee 253 guna menarik konsumen yaitu dengan menyebarkan flyer yang berisi daftar menu yang dijual di Perumahan Bogor Baru, Bogor Like Side, SMK PGRI, SMAN 3, dan SMAKBO, memberikan selebaran promosi untuk mahasiswa/i maupun staf di Universitas Pakuan, menempelkan pengumuman yang berisi pemberitahuan relokasi outlet, serta melakukan promosi untuk menerima pesanan untuk pernikahan, reuni, acara perpisahan sekolah, ulang tahun, dan lain-lain.

Promosi yang telah dilakukan oleh sebagian besar outlet di Kota Bogor antara lain menyebarkan flyer di sekitar lokasi outlet dan pemasaran langsung kepada teman, tetanggan, Sekolah Islam di Kota Bogor, Pemerintah Daerah, dan Universitas yang ada di Kota Bogor. Website Kebab Turki Baba Rafi yaitu www.babarafi.com yang tercantum pada banner di seluruh outlet di Kota Bogor akan memandu konsumen untuk mengetahui mengenai lokasi KTBR lain di seluruh Indonesia, serta daftar menu yang dijual pada setiap outlet.

(7)

4. Penempatan (distribusi)

Jalur pemasaran atau distribusi merupakan kunci sukses program usaha. Dalam usaha distribusi ini menggunakan stockist sebagai perantara antara franchisor dan franchisee. Bahan baku yang dikirim oleh franchisor kepada stockist di wilayah Kota Bogor berdasarkan permintaan stockist. Pendistribusian bahan baku dikirim dua kali dalam seminggu. Secara garis besar pendistribusian produk KTBR dapat dilihat dari Gambar 3.

Gambar 3. Alur Pendistribusian Produk Kebab Turki Baba Rafi

Franchisee datang ke tempat stockist lalu membeli bahan baku yang telah dipesan dengan harga yang berlaku saat itu, kemudian franchisee berhak memilih atau komplein kepada stockist apabila bahan baku yang diterima tidak layak. Layanan antar pun dapat dilakukan oleh stockist khusus untuk wilayah Kota Bogor dengan memberikan charge Rp 30.000 untuk setiap antar.

6.2. Aspek Teknis

Aspek teknis untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi usaha, ketersediaan bahan baku, kriteria pemilihan alat, dan proses pembuatan produk KTBR.

Stockist Franchisor

Konsumen Akhir

(8)

6.2.1. Lokasi Usaha KTBR Cabang 253

Peluang pasar untuk produk KTBR sendiri di wilayah Kota Bogor mulai terbuka, terutama di wilayah Ciheuleut Pakuan produk KTBR sudah dikenal oleh konsumen di sekitar wilayah tersebut terutama mahasiswa/i Universitas Pakuan. Hal ini mengingat penduduk Kota Bogor yang mayoritas muslim yang lebih mudah untuk menerima produk KTBR sebagai makanan siap saji.

Lokasi Alfamart tersebut berada diantara rumah kos dan pusat makanan mahasiswa atau sering disebut dengan warung makan mahasiswa, dan setiap harinya rata-rata mahasiswa maupun orang Perumahan Bogor Baru Blok E,F,G,H, dan lainnya melintas di jalan tersebut. Selain itu, lokasi baru tersebut ramai dilewati pengguna jalan dikarenakan sebagai jalan alternatif menuju ke Tegal Lega. Sehingga franchisee 253 akan melakukan relokasi di depan Alfamart Ciheuleut Pakuan.

Lokasi baru outlet 253 berada di halaman parkir Alfamart Ciheuleut Pakuan, dimana luas dari halaman parkir tersebut 4m x 2m dan diberi paving blok. Rencana posisi gerobak KTBR 253 menghadap ke Utara, dan berada di bawah tangga masuk Alfamart. Lokasi tersebut memiliki kemiringan 25 derajat celsius, sehingga membutuhkan bantuan penyangga untuk penempatan gerobak. Hal-hal penting yang diperhatikan pada lokasi baru tersebut antara lain :

1. Ketersediaan fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang yang dibutuhkan oleh outlet KTBR 253 di lokasi baru sangat mendukung. Dimana terdapat agen gas elpiji berukuran 12 kg. Gas elpiji yang selalu tersedia setiap waktu, membuat franchisee 253 memilih lokasi tersebut. Harga jual elpiji yang ditawarkan pun tidak jauh berbeda dengan harga elpiji di daerah

(9)

lainnya yaitu Rp 70.000/tabung, selain itu layanan antar gas elpiji menjadi faktor pendukung bagi outlet 253. Sehingga dapat mempercepat operasional usaha.

2. Tenaga Listrik dan Air

Outlet KTBR 253 membutuhkan listrik 100 watt yang digunakan untuk lampu neon 40 watt, lampu neon box 20 watt, lampu dalam 20 watt, dan lampu kelap-kelip 20 watt. Kebutuhan air pun hanya tiga ember per harinya yang digunakan untuk mencuci sayuran dan peralatan memasak. Kebutuhan listrik dan air dari outlet KTBR 253 dapat dipenuhi oleh pihak Alfamart, sehingga operasional KTBR dapat berjalan dengan lancar. Antisipasi jika mengalami mati listrik, lampu gerobak 253 tetap menyala, sebab tersedia genset sebagai sumber listriknya.

c. Supply Tenaga Kerja (operator)

Tenaga kerja (operator) di lokasi baru tersebut tidak dapat dipekerjakan oleh franchisee 253, walaupun supply akan tenaga kerja cukup banyak. Kebutuhan akan tenaga kerja menjadi tanggung jawab franchisor, dimana pencarian tenaga kerja sebagai operator diperoleh melalui iklan baris pada media cetak.

d. Fasilitas Transportasi

Alfamart Ciheuleut Pakuan berada 6 km dari tempat pengambilan bahan baku Produk KTBRyaitu di Taman Yasmin sektor 2. Lokasi Alfamart tersebut dekat dengan jalan raya, sehingga sarana transportasi untuk mengantarkan bahan baku relatif mudah. Karena sarana transportasi ada setiap saat.

(10)

e. Layout Gerobak

Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang ada di dalam gerobak. Gerobak yang dimilik oleh KTBR cabang 253 didesain oleh franchisor dan dibuat oleh BSA. Gerobak outlet 253 berukuran 2m x 1,5m x 1m, dan memiliki empat sayap yang digunakan sebagai tutup gerobak, satu buah lampu box yang berada di atas gerobak, dan besi penyangga burner kebab yang dapat digunakan sebagai kemudi.

Tata letak peralatan yang berada di dalam gerobak, disusun sesuai dengan keinginan franchisee 253. Penyusunan peralatan tersebut dilakukan berdasarkan kemudahan operator untuk menjangkau serta ukuran peralatan yang akan diletakkan. Gerobak milik PT Baba Rafi Indonesia berbeda dengan gerobak pinggir jalan yang menjual martabak atau makanan lainnya, gerobak yang didesain dengan bentuk yang unik dan pilihan warna yang menjadi ciri khas KTBR membuat harga jual gerobak KTBR tergolong mahal yaitu Rp 22.630.000.

Pangsa pasar yang dituju oleh KTBR mulai dari anak-anak hingga dewasa, khususnya golongan ekonomi menengah keatas membuat desain gerobak dengan kualitas eksklusif. Rangka gerobak terbuat dari besi, kemudian di sisi-sisi gerobak bagian bawah ditempel stiker berwarna dengan logo dan merek usaha yaitu Kebab Turki Baba Rafi dengan ukuran stiker 2,5 m x 2 m. Stiker tersebut dapat dilepas dan diganti dengan stiker baru, apabila warnanya sudah pudar dan kusam.

(11)

6.2.2. Ketersediaan Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan untuk penjualan ke-16 produk KTBR berasal dari masing-masing franchisee yang diperoleh dari pembelian di stockist. Penyediaan bahan baku disesuaikan dengan kondisi dan situasi wilayah tersebut, sehingga jumlah bahan baku yang disediakan berbeda setiap harinya. Penambahan bahan baku dilakukan oleh seorang petugas dari masing-masing franchisee yang harus mendapat persetujuan dari pihak franchisee. Bahan baku tambahan yang dibawa oleh petugas tersebut diambil dari gudang penyimpanan franchisee.

6.2.3. Kriteria Pemilihan Alat

Peralatan memasak yang digunakan di KTBR cabang 253 telah ditetapkan oleh franchisor, seperti desain wajan yang digunakan berbeda dengan wajan pada umumnya yang dijual di supermarket atau pasar tradisional. Wajan terbuat dari besi lempengan yang didesain khusus guna memudahkan memanaskan Kebab Turki. Ukuran wajan tersebut adalah 20 cm x 30 cm dapat menampung enam buah kebab secara bersamaan.

Demikian pula dengan burner kebab yang digunakan, burner kebab KTBR berbeda dengan burner kebab di tempat lain. Selain memiliki pemutar tiang daging kebab dan pemanasnya. Burner kebab milik KTBR memiliki laci penampung minyak dari hasil pembakaran daging kebab. Burner kebab tersebut tidak dijual di pasaran, sehingga pada saat franchisee mengalami kerusakan pada burner kebab maka dapat membeli secara langsung kepada pihak franchisor.

(12)

6.2.4. Proses Pembuatan Produk KTBR

Produk KTBR merupakan produk makanan siap saji yang unik dan mempunyai kekhasan tersendiri, sehingga tidak sama dengan produk makanan yang lainnya. Kekhasan dalam rasa, penyajian, dan kemasan merupakan faktor yang dipertahankan oleh KTBR, sehingga untuk mengatasi masalah pencarian konsumen di lokasi baru diperlukan teknik pembuatan produk KTBR yang stabil setiap harinya baik dari ukuran produk seperti porsi kebab ± 75 gram dan porsi kebab gila 50 gram dan produk lainnya. Sehingga konsumen yang datang ke outlet 253 akan terus kembali untuk melakukan pembelian secara berulang.

Pembuatan ke-16 produk KTBR dilakukan oleh seorang operator. Secara teknik akan dibahas pembuatan ke-16 produk KTBR, yang terdiri dari :

1. Kebab

Bahan baku kebab yaitu tortila besar berukuran 22 cm, sayuran yang terdiri dari lettuce, kyuri, tomat, bawang bombay, daging kebab, saus tomat, saus sambal dan mayonaise. Semua bahan baku kebab telah dilakukan pemeriksaan kualitas, dimana khusus untuk bahan utama kebab yaitu tortila dalam bentuk lembaran tipis, tidak robek, berbau khas dan warna tortila putih kecoklatan. Syarat mutu daging sapi aroma daging harus tajam, berwarna merah daging, tidak tumbuh jamur, dan bentuk daging masih padat.

Tortila yang terbuat dari tepung gandum dan telur kemudian dibentuk bulat pipih dengan diameter 22 cm. Selain itu, tortila yang digunakan oleh franchisor KTBR berbeda dengan tortila yang digunakan oleh merek kebab yang lain. Tortila

(13)

dengan ketebalan ± 0,25 cm dan tekstur yang lentur mampu menampung irisan sayuran, irisan daging sapi, dan saus pelengkap dengan berat ± 75 gram.

Dengan menggunakan tortila tersebut, hasil akhir yang diperoleh untuk kebab yaitu tidak lembek dan pada saat tortila tersebut digigit terasa renyah atau crispy. Pembuatan Kebab pun berbeda dengan penjual kebab pada umumnya, tahapannya antara lain:

a. Letakkan tortila diatas piring datar.

b. Beri irisan lettuce, potongan kyuri, tomat, dan bombay diatas tortila. c. Beri saus tomat dan saus sambal sesuai selera.

d. Lalu beri irisan daging sapi (± 20 gr) diatas sayuran.

e. Beri mayonaise diatas daging, lalu gulung dari belakang ke depan hingga menyerupai lontong.

f. Panaskan kebab diatas wajan panas hingga berwarna kuning kecoklatan, lalu angkat.

2. Kebab Gila

Sebutan untuk produk KTBR ini dikarenakan ukuran kebab yang mini dengan panjang ± 20 cm dan berat 50 gram per porsinya. Kebab gila terbuat dari tortila mini dengan diameter 20 cm, kemudian diisi dengan irisan lettuce, kyuri, bombay, tomat, dan irisan daging kebab yang telah matang lalu diberi saus sambal maupun saus tomat dan mayonaise. Teknik pembuatan maupun penggulungan dan pemanasan kebab gila sama dengan kebab besar, hanya saja waktu pemasan kebab gila yang relatif lebih cepat dikarenakan isi di dalam gulungan kebab lebih sedikit. Sehingga

(14)

lebih cepat panas dan kebab berwarna kuning kecoklatan. Penambahan keju atau telur pun dapat dilakukan sesuai permintaan.

3. Syawarma

Syawarma adalah sajian seperti kebab tetapi tidak menggunakan tortila. Pengganti tortila yaitu roti sandwich berbrntuk lonjong dengan ukuran roti 20 cm x 7 cm yang nantinya akan diisi sama dengan isi kebab, tetapi proses pembuatannya berbeda. Syawarma merupakan modifikasi dari kebab maupun kebab gila ditujukan bagi konsumen yang kurang menyukai tortila. Bahan baku syawarma antara lain roti sandwich siap pakai, irisan lettuce, kyuri, bombay, tomat, kemudian diberi saus sambal, saus tomat, dan mayonaise. Tahapannya antara lain:

a. Ambil roti sandwich, kemudian belah menjadi dua (tidak putus).

b. Nyalakan kompor, lalu panggang roti sandwich hingga kuning keemasan. c. Beri irisan lettuce, potongan kyuri, tomat, dan bombay.

d. Beri saus tomat dan saus sambal sesuai selera. e. Lalu beri irisan daging sapi (± 20 gr) diatas sayuran.

f. Beri mayonaise diatas daging, lalu padatkan agar isi di dalam roti tidak keluar.

4. Beef Burger / Chicken Burger / Chicken Crispy Burger

Menu burger yang dijual oleh KTBR cabang 253 terdiri dari tiga macam yaitu beef burger (burger sapi), chicken burger (burger ayam), dan chicken crispy burger (burger ayam krispi). Ketiga burger tersebut menggunakan roti burger yang khusus disediakan oleh stockist, serta daging burger yang siap pakai (buatan pabrik) sehingga

(15)

bentuk dan rasanya sama dengan daging burger pada umumnya. Tahapan pembuatannya antara lain :

a. Ambil roti burger, kemudian belah menjadi dua (sampai putus). b. Nyalakan kompor, lalu panggang roti burger hingga kuning keemasan.

c. Goreng daging burger (beef/chicken/chicken crispy) dengan menggunakan mentega sampai matang.

d. Letakkan roti burger bagian bawah diatas kertas pembungkus. e. Beri irisan lettuce, potongan kyuri, tomat, dan bombay. f. Beri saus tomat dan saus sambal sesuai selera.

g. Lalu beri daging burger diatas sayuran.

h. Beri mayonaise diatas daging, tutup dengan roti burger bagian atas.

i. Kemas dalam kertas pembungkus tipis, lalu masukkan dalam kantong kertas. Sebaiknya untuk menghindari rasa asin yang terlalu berlebih, sebaiknya menggunakan margarin yang memiliki kandungan lemak lebih rendah. Sehingga pada saat daging burger dipanaskan rasa asin yang keluar hanya berasal dari daging burgernya saja.

5. Beef/Chicken Double Hot

Bigmac adalah burger ukuran jumbo dengan ketebalan roti 15 cm dan diisi dengan dua buah daging burger di dalam roti burgernya. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan bigmac sama dengan pembuatan burger, yang membedakan hanya penyajiannya. Tahapan pembuatannya antara lain :

(16)

a. Ambil roti burger, kemudian belah menjadi tiga (sampai putus). b. Nyalakan kompor, lalu panggang roti burger hingga kuning keemasan.

c. Goreng daging burger (beef/chicken/chicken crispy) dengan menggunakan mentega sampai matang.

d. Letakkan roti burger bagian bawah diatas kertas pembungkus. e. Beri irisan lettuce, potongan kyuri, tomat, dan bombay diatas tortila. f. Beri saus tomat dan saus sambal sesuai selera.

g. Lalu beri daging burger diatas sayuran.

h. Beri mayonaise diatas daging, tutup dengan roti burger bagian tengah. i. Ulangi lagi, letakkan roti burger bagian tengah diatas daging burger. j. Beri irisan lettuce, potongan kyuri, tomat, dan bombay.

k. Beri saus tomat dan saus sambal sesuai selera. l. Lalu beri daging burger diatas sayuran.

m. Beri mayonaise diatas daging, tutup dengan roti burger bagian atas.

Kemasan yang dipakai untuk membungkus bigmac berukuran kecil (hanya cukup untuk burger saja), sehingga sampai saat ini penyajian bigmac hanya dibungkus dengan kertas pembungkus tipis. Sebaiknya untuk menghindari bigmac yang tidak rapi, diberi karton penahan di sekeliling bigmac agar isi di dalam roti bigmac tersebut tidak berantakan.

6. Burger Gila

Sebutan untuk produk KTBR ini dikarenakan ukuran burger yang mini dengan diameter daging burger 10 cm. Burger gila terbuat dari roti burger mini,

(17)

daging burger mini, kemudian diisi dengan irisan lettuce, kyuri, bombay, tomat, saus sambal maupun saus tomat dan mayonaise. Teknik pembuatannya sama dengan burger seperti biasanya, hanya saja waktu penggorengan daging burger mini relatif lebih cepat dikarenakan tekstur dagingnya lebih tipis sehingga lebih cepat matang.

7. Hotdog/Hotdog Jumbo

Bahan baku pembuatan hotdog antara lain roti hotdog dengan ukuran 20 cm x 7 cm, sosis siap goreng, irisan lettuce, kyuri, tomat, dan bombay. Serta dilengkapi dengan saus tomat, saus sambal dan mayonaise, tahapan pembuatannya antara lain :

a. Ambil roti hotdog, kemudian belah menjadi dua (sampai putus). b. Nyalakan kompor, lalu panggang roti hotdog hingga kuning keemasan. c. Goreng sosis dengan menggunakan mentega sampai matang.

d. Letakkan roti hotdog bagian bawah diatas kertas pembungkus. e. Beri irisan lettuce, potongan kyuri, tomat, dan bombay.

f. Beri saus tomat dan saus sambal sesuai selera. g. Lalu beri sosis diatas sayuran.

h. Beri mayonaise diatas daging, tutup dengan roti hotdog bagian atas. i. Kemas dalam karton khusus hotdog.

8. Wiener Jumbo

Produk KTBR yang satu ini terbuat dari tortila besar lalu diisi dengan sosis jumbo. Tidak hanya itu saja, di dalam tortila diberi irisan lettuce, kyuri, bombay, tomat, saus sambal maupun saus tomat dan mayonaise. Proses pembuatan dan

(18)

penggulungan tortila sama dengan pembuatan kebab, yang membedakan hanya isi di dalam tortila-nya saja.

9. Roti Canai

Menu baru dari KTBR ini terbuat dari tepung terigu yang diberi korsvet (membuat adonan tepung menjadi merekah) yang dibentuk bulat pipih dengan diameter 15 cm, kemudian digoreng hingga kuning keemasan dan diperoleh hasil akhir renyah. Penggorengan roti canai ini diperlukan kehati-hatian, sebab bagian dalam terkadang masih terasa setengah matang tetapi bagian pinggir roti canai terlalu kering.

Roti canai disajikan dengan tiga pilihan yaitu roti canai original (disajikan tanpa menu yang lainnya), roti canai salad (diatas roti canai diberi irisan lettuce, bawang bombay, tomat, kyuri, lalu diberi saus dan mayonaise), roti canai coklat keju (diatas roti canai diberi potongan keju cheddar 2 cm x 2 cm dan taburan meises).

10. Kebab Pisang Coklat Keju

Kebab pisang coklat keju ialah sajian baru dari kebab yang mempunyai rasa manis. Kebab pisang coklat keju terbuat dari tortila mini, pisang kepok yang sudah matang, meises, dan keju parut. Proses pembuatannya sama dengan kebab gila, hanya bagian dalam tortila diganti dengan pisang yang telah dibelah jadi empat, diberi taburan meises dan keju parut) lalu dipanaskan hingga meises meleleh. Variasi kebab dengan rasa manis ini cukup diminati oleh konsumen, tetapi sebaiknya kebab pisang coklat keju ini harus ditunjang dengan tortila mini yang tidak tipis, sehingga tidak mudah robek.

(19)

Kegiatan operasional pembuatan ke-16 produk KTBR di cabang outlet 253 menggunakan sarung tangan plastik, sehingga makanan yang disajikan dalam keadaan bersih. Berdasarkan aspek teknis yang dijelaskan diatas, maka kegiatan usaha franchise KTBR relatif mudah untuk dilaksanakan, dan tidak ada teknologi khusus yang perlu dipelajari. Kecepatan dalam pembuatan produk KTBR membutuhkan latihan secara terus menerus, sebab akan berpengaruh pada lamanya konsumen menunggu.

Berdasarkan kondisi lokasi baru yang akan dituju sebagai relokasi usaha yang dekat dengan jalan raya alternatif dan Alfamart, dengan konsumen Alfamart maupun pengguna jalan yang terus melintas sehingga secara teknis mendukung untuk dilaksanakannya kegiatan operasional usaha franchise KTBR.

6.3. Aspek Manajemen

Usaha Franchise KTBR dimiliki oleh seorang Owner yang membawahi sales manager, accounting manager, dan HRD manager. Masing-masing manager tersebut akan membawahi beberapa karyawan. Satu outlet dimiliki oleh seorang franchisee yang membawahi satu atau dua orang operator yang bertugas sebagai pelaksana harian kegiatan penjualan kebab. Berikut ini Struktur Organisasi outlet KTBR cabang 253.

Gambar 4. Struktur Organisasi Outlet KTBR Cabang 253

Franchisee Outlet KTBR Cabang 253

(20)

Franchisee merupakan pemilik outlet KTBR cabang 253 yang mempunyai tugas mencatat kebutuhan bahan baku, menentukan strategi pemasaran, melakukan negosiasi sewa lokasi dengan pemilik lokasi, monitoring bahan baku yang ada di gudang, monitoring operator, memasukkan data penjualan harian dalam software keuangan KTBR, melakukan pembayaran royalti fee (5 persen dari total omset penjualan), memberikan bonus dan komisi operator, memberikan surat peringatan atau teguran kepada operator apabila melanggar perjanjian.

Adapun deskripsi pekerjaan operator KTBR outlet cabang 253, antara lain belanja bahan baku di stockist, mengambil dan mengembalikan bahan baku yang dijual per harinya, mempersiapkan bahan baku penjualan di outlet 253, mempersiapkan perlengkapan yang akan dibawa ke outlet, melakukan cek bahan baku dengan menggunakan form bahan baku yang telah disediakan, membuka dan meutup outlet, membersihkan seluruh outlet (body outlet, kaca, meja kerja, perlengkapan masak, burner, dll), menata barang dan bahan baku yang akan dijual, membuat pesanan konsumen, dan menghitung penjualan harian dengan menggunakan form penjualan yang disediakan oleh franchisee. Berikut ini kualifikasi operator KTBR antara lain :

1. Belum berkeluarga. 2. Laki-laki.

3. Usia maksimal 25 tahun.

4. Jujur, bertanggung jawab dan berdedikasi tinggi.

5. Diusahakan tidak berasal dari daerah setempat (usahakan dari luar kota). 6. Santun dalam bertutur kata, tidak banyak berargumen.

(21)

8. Berkuku pendek.

9. Menguasasi hitungan uang.

10. Tidak merokok saat di depan bos dan di depan pembeli. 11. Tidak menggunakan asesoris yang aneh dan berlebihan. 12. Tidak menggunakan narkoba atau minuman keras. 13. Tidak terlalu banyak menuntut.

14. Tidak cacat fisik.

15. Pendidikan maksimal Sekolah Menengah Atas atau sederajatnya. 16. Tidak sedang bekerja di tempat lain.

17. Bersedia bekerja sepenuhnya untuk bisnis Kebab Turki. 18. Menggunakan celana panjang dan seragam.

19. Lulus dalam tes seleksi oleh bagian Human Resources Departement.

Operator yang ditempatkan di outlet berasal dari pihak franchisor, sehingga franchisee tidak sulit untuk mencari tenaga kerja operasional. Operator tersebut sebelumnya harus mengikuti training yang dilakukan oleh franchisor selama satu minggu yang berlokasi di Pangkalan Jati, Jakarta Selatan. Rangkaian kegiatan training operator tersebut meliputi latihan pembuatan Kebab Turki, cara memotong daging kebab, mencatat bahan baku yang akan dibawa ke outlet dan yang dikembalikan ke gudang, mencatat penjualan harian, dan kecepatan pelayanan.

Semua rangkaian kegiatan tersebut harus dilakukan oleh operator tanpa bantuan trainer, dan sebelum ditempatkan pada satu outlet pihak trainer akan memberikan keputusan apakah operator tersebut layak atau tidak untuk ditempatkan. Trainer dari pihak franchisor akan melakukan pengecekan rutin setiap tiga bulan sekali untuk melihat perkembangan operator, sehingga dapat memberikan saran kepada franchisee.

(22)

Tidak hanya itu, franchisee juga akan mendapatkan survei setiap dua bulan sekali oleh surveyor pihak franchisor untuk melihat kondisi gerobak, penataan gerobak, tata cahaya, kebersihan, serta tampilan gerobak dari segala penjuru. Selain dilakukan survei, franchisee juga akan mendapatkan pelatihan software keuangan yang dilakukan oleh bagian keuangan dari pihak franchisor. Saran maupun kritik dari franchisee dapat dilakukan melalui telepon maupun sms ke hotline KTBR yang berada di Pangkalan Jati. Sehingga franchisor dapat menampung aspirasi serta memberikan yang terbaik untuk franchisee.

Kegiatan usaha franchise KTBR yang padat modal dan pengembalian investasi yang relatif cepat. Oleh karena itu hal penting yang dibutuhkan oleh franchisee yang ingin bergabung dengan franchise KTBR adalah mengetahui pasar terlebih dahulu, mencari pelanggan sebanyak-banyaknya, mengetahui secara detail bahan baku yang digunakan, serta aktif mengunjungi sekolah maupun kampus untuk mengisi bazar.

6. 4. Aspek Lingkungan

Usaha Franchise KTBR memiliki peran penting terhadap kehidupan sosial di sekitar lokasi tempat kegiatan tersebut dilakukan. Usaha ini memberikan penerimaan bagi pemilik warung/toko/salon yang dijadikan lokasi untuk berjualan Kebab Turki, sehingga secara tidak langsung pelanggan dari warung/toko maupun salon akan menjadi lebih ramai.

(23)

Usaha ini kurang memberikan kesempatan kerja bagi penduduk di sekitar lokasi usaha, sebab kebutuhan akan tenaga kerja operasional (operator) disediakan oleh franchisor. Tetapi pihak franchisor memberikan kesempatan kerja bagi penduduk di seluruh Indonesia, sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran.

6.5. Aspek Finansial

Analisis kelayakan finansial usaha franchise produk KTBR perlu dilakukan untuk membantu franchisee dalam mengembangkan usahanya di wilayah Kota Bogor. Dari analisis finansial akan diperoleh informasi tentang kelayakan usaha, apabila layak maka dapat menjadi salah satu motivasi bagi franchisee untuk mengembangkan usahanya dengan membuka outlet baru serta dapat menarik konsumen lebih banyak. Sumber dana yang digunakan oleh franchisee 253 berasal dari simpanan franchisee tersebut sebesar Rp 50.000.000 dan bukan berasal dari pinjaman bank.

6.5.1. Arus manfaat (inflow)

Manfaat atau inflow diperoleh dari penjualan bersih produk KTBR dari nilai sisa investasi pada akhir proyek. Nilai sisa adalah nilai dari barang modal yang tidak habis dipakai selama usaha berjalan dan dinyatakan dalam satuan rupiah. Nilai sisa dari investasi usaha franchise KTBR habis terpakai pada akhir investasi, sehingga dalam tabel cahsflow komol nilai sisa bernilai nol.

Nilai pendapatan diperoleh dari penjualan produk KTBR yang dikalikan dengan harga jualnya. Harga jual produk KTBR adalah harga yang berlaku pada bulan April 2008. Usaha ini buka enam hari dalam seminggu (libur tanggal merah tetap buka) dan tentunya hasil penjualan sangat bervariasi dengan rata-rata omset

(24)

penjualan Rp 700.000/hari. Jadi total penjualan yang diperoleh selama satu bulan yaitu Rp 700.000 x 25 hari sebesar Rp 17.500.000. Penjualan dalam satu bulan Rp 17.500.000 x 12 bulan yaitu Rp 210.000.000/tahun.

6.5.2. Arus Biaya (Outflow)

Arus biaya atau outflow adalah arus biaya-biaya yang terjadi dalam analisis kelayakan usaha franchise KTBR. Arus biaya terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional.

1. Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh franchisee pada saat bergabung dalam kegiatan franchise. Total biaya investasi yang dikeluarkan untuk usaha franchise KTBR ini sebesar Rp 50.000.000,- yang terdiri dari outlet (gerobak), satu buah kompor gas, satu buah burner kebab, satu buah rak sayur, satu buah freezer, satu buah banner, serta beberapa peralatan lain yang tertera pada Tabel 4.

Tabel 4 . Rincian Biaya Investasi Usaha Franchise KTBR

Uraian Jumlah Umur

Ekonomis (th)

Nilai Beli (Rp) Penyusutan per Tahun Gerobak (Outlet) 1 5 22.630.000 4.526.000 Kompor gas 1 5 250.000 50.000 Rak sayur 1 5 100.000 20.000 Burner kebab 1 5 1.000.000 200.000 Banner 1 5 80.000 16.000 Frezeer 1 5 1.200.000 240.000 Freezer Box 1 1 80.000 80.000 Tabung gas 2 5 1.400.000 280.000 Regulator elpiji 1 1 300.000 300.000 Wajan 1 1 500.000 500.000 Pisau kebab 1 1 50.000 50.000 Asahan kebab 1 1 25.000 25.000 Timbangan 1 1 105.000 105.000 Talenan 1 1 20.000 20.000 Tempat telur 2 1 55.000 55.000 Sendok kecil 1 1 5.000 5.000 Sutil 1 1 5.000 5.000

(25)

Lanjutan Tabel 4. Rincian Biaya Investasi Usaha Franchise KTBR

Uraian Jumlah Umur

Ekonomis (th) Nilai Beli (Rp) Penyusutan per Tahun

Capit biasa 1 1 25.000 25.000

Piring ceper 4 1 60.000 60.000

Gembok kecil 8 1 160.000 160.000

Gembok besar 2 1 100.000 100.000

Rantai - 5 60.000 12.000

Kabel rol listrik - 1 35.000 35.000

Kalkulator 1 1 75.000 75.000

Nota Bahan Baku 1 1 15.000 7.500

Nota penjualan 1 1 15.000 7.500 Ember 1 1 35.000 35.000 Kursi 3 1 55.000 55.000 Seragam Operator 3 1 150.000 150.000 Bahan Baku 21.355.000 0 Transport 55.000 0 Total 50.000.000 7.214.000

Reinvestasi mulai dilakukan pada tahun ke dua untuk jenis peralatan yang habis umur ekonomisnya selama satu tahun, antara lain freezer box, regulator elpiji, wajan, pisau kebab, asahan kebab, timbangan, talenan, tempat telur, sendok kecil, sutil, capit biasa, piring ceder, gembok kecil, gembok besar, kabel rol listrik, kalkulator, nota bahan baku, nota penjualan, ember, kursi, seragam operator.

2. Biaya Operasional

Biaya operasional merupakan biaya keseluruhan yang berhubungan dengan kegiatan operasional dari usaha KTBR. Biaya operasional terbagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel.

a. Biaya tetap

Adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume kegiatan tertentu. Biaya tetap yang dikeluarkan dalam usaha ini terdiri dari sewa lokasi usaha yang sudah termasuk listrik, air, keamanan, dan kebersihan. Jumlah biaya tetap yang

(26)

dikeluarkan dalam satu tahun antara lain sewa lokasi sebesar Rp 300.000/bulan dan Rp 300.000 x 12 bulan sebesar Rp 3.600.000/bulan.

Royalti fee yang ditransfer kepada franchisor setiap bulannya sebesar 5 persen dari total omset per bulan. Omset harian outlet 253 sebesar Rp 700.000 dan omset

satu bulan sebesar Rp 17.500.000. Omset satu bulan tersebut dikalikan dengan 5 persen yaitu Rp 875.000/bulan atau sebesar 10.500.000/tahun.

Biaya yang paling besar dikeluarkan adalah royalty fee yang dibayar setiap awal bulan berikutnya sebesar Rp 875.000 per bulan. Biaya pajak dibayarkan oleh franchisor, sehingga pihak franchisee hanya membayar sewa lokasi saja.

3. Biaya Variabel

Yaitu biaya yang besarnya tergantung dari penjualan yang dihasilkan. Besarnya biaya variabel yang dikeluarkan setipa tahun untuk kegiatan usaha franchise adalah Biaya-biaya variabel tersebut terdiri dari :

a. Biaya Bahan Baku

Pembelian bahan baku yang dilakukan oleh franchisee berdasarkan kebutuhan masing-masing outlet, dan dilakukan setelah bahan baku yang diberikan oleh franchisor dalam investasi awal habis terjual. Pembelian bahan baku yang dilakukan oleh franchisee 253 yaitu tiga kali dalam seminggu dengan rincian bahan baku yang dibeli oleh franchisee antara lain :

Tabel 5. Rincian Belanja Bahan Baku (untuk tiga hari)

No. Bahan Baku Unit Jmh per

kemasan Harga Jual ( Rp) Jumlah (Rp)

1. Roti burger 50 buah 6 buah 1.100 55.000

2. Roti hotdog 20 buah 5 buah 1.100 22.000

(27)

Lanjutan Tabel 5. Rincian Belanja Bahan Baku (untuk tiga hari)

No. Bahan Baku Unit Jmh per

kemasan Harga Jual ( Rp) Jumlah (Rp)

4. Beef burger 8 pak 10 buah 16.500 132.000

5. Chicken burger 3 pak 10 buah 18.000 54.000

6. Chicken crispy burger 1 pak 8 buah 17.000 17.000

7. Sosis 1 pak 25 buah 35.000 35.000

8. Daging kebab 2 tiang 4 kg 156.000 312.000

9. Tortila besar 5 pak 20 buah 30.000 150.000

10. Tortila mini 3 pak 20 buah 26.500 79.500

11. Keju slice 3 pak 17 lbr 14.000 42.000

12. Mayonaise 2 pill 3 kg 75.000 150.000

13. Saus tomat 1 galon 6 kg 60.000 60.000

14. Saus sambal 1 galon 6 kg 60.000 60.000

15. Slongsong kebab 2 pak 100 buah 21.000 42.000

16. Bungkus burger 1 pak 100 buah 15.000 15.000

17. Lettuce 2 ½ kg - 9.000 22.500 18. Kyuri 1 kg - 4.000 4.000 19. Tomat 1 kg - 3.000 3.000 20. Bawang Bombay 1 kg - 7.000 7.000 21. Telur 1 kg - 10.000 10.000 22. Mentega 1 kg - 30.000 30.000 Total 1.310.800

Dalam satu bulan, franchisee KTBR 253 melakukan belanja bahan baku sebanyak delapan kali dengan total biaya bahan baku sebesar Rp 1.310.800. Jadi kebutuhan akan belanja bahan baku dalam satu tahun dengan asumsi satu tahun 96 kali yang diperoleh dari 8 kali dalam satu bulan dikalikan 12 bulan adalah 96 kali x Rp 1.310.800, sebesar Rp 125.836.800.

b. Biaya Operator

Operator yang digunakan untuk setiap outlet yang sedang diteliti saat ini hanya satu orang dengan lama kerja 10 jam/hari. Operator yang digunakan berasal dari franchisor yang telah melawati masa training di Jakarta. Setiap bulannya, operator mendapatkan komisi (5 persen dari omset penjualan harian yaitu Rp 700.000) Rp 35.000 per harinya. Operator tersebut melakukan kegiatan operasional 25 hari

(28)

dalam satu bulan, jadi selama satu bulan komisi yang diperoleh operator sebesar Rp 875.000. Kemudian dalam satu tahun total komisi operator sebesar Rp 875.000 x 12 bulan sebesar Rp 10.500.000.

Operator juga menerima uang pulsa untuk satu bulan sebesar Rp 22.000, jadi dalam satu tahun biaya yang keluarkan untuk pulsa operator sebesar Rp 22.000 x 12 bulan yaitu Rp 264.000/tahun. Uang transport atau uang bensin bagi operator yang memiliki sepeda motor diberikan setiap minggunya sebesar Rp 40.000, sehingga dalam satu bulan uang transport sebesar Rp 40.000 x 4 minggu sebesar Rp 160.000 atau Rp 14.814.000/tahun.

c. Biaya Gas Elpiji

Dalam satu outlet (gerobak) menggunakan dua tabung gas elpiji yang digunakan untuk burner dan kompor yang habis dipakai selama satu bulan. Sehingga dalam satu tahun, franchisee mengganti sebanyak 12 kali. Harga yang dipakai untuk pembelian gas elpiji adalah harga yang berlaku pada bulan Agustus 2008 (setelah mengalami kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM). Sehingga biaya yang harus dikeluarkan untuk pembelian gas elpiji Rp 70.000/tabung x 2 sebesar Rp 140.000 per bulan. Jadi biaya gas elpiji selama satu tahun Rp 140.000 x 12 yaitu Rp 1.680.000/tahun.

d. Biaya Perlengkapan Pendukung

Perlengkapan pendukung meliputi tisu, kantong plastik, sarung tangan, dan lain-lain. Ringkasan rincian biaya perlengkapan pendukung pada Tabel 6.

(29)

Tabel 6. Rincian Biaya Perlengkapan Pendukung

N

o. Nama Barang Unit kemasanJmh per Harga Jual ( Rp) Jumlah (Rp) (Rp) per Jumlah Tahun

1. Tisu gulung 1 pak 12 buah 10.000 10.000 480.000

2. Sarung tangan 1 pak 100 lbr 13.000 13.000 156.000

3. Kantong plastik kecil 3 pak 100 lbr 4.500 13.500 108.000 4. Kantong plastik besar 2 pak 100 lbr 4.500 9.000 162.000

5. Sabun cuci piring 4 ltr 1 ltr 7.000 14.000 168.000

6. Pembersih kaca 2 ltr 1 ltr 5.000 10.000 120.000

7. Karbol wangi 2 ltr 1 ltr 8.000 16.000 192.000

Total 1.386.000

Dalam satu bulan, pembelian tisu gulung dilakukan selama empat kali. Sedangkan pembelian sarung tangan dan kantong plastik dilakukan satu bulan sekali, sebab jumlah dalam satu kemasan berisi 100 lembar. Pembelian perlengkapan pendukung dilakukan diluar stockist, karena pihak stockist hanya menjual bahan baku serta kemasan saja. Harga jual perlengkapan pendukung berdasarkan harga yang berlaku pada bulan Agustus 2008. Ringkasan rincian biaya variable usaha franchise KTBR cabang 253 dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rincian Biaya Variabel Usaha Franchise KTBR

No. Jenis Biaya Variabel Biaya (Rp)

1. Biaya Bahan Baku Rp 125.836.800

2. Biaya Operator Rp 10.500.000

3. Biaya Gas Elpiji Rp 1.680.000

4. Biaya Perlengkapan pendukung Rp 1.386.000 5. Uang Makan Operador

(Rp 12.000/hari x 25 hari) x 12 bulan

Rp 3.600.000

(30)

6.5.3. Kelayakan Finansial Usaha Franchise KTBR

Berdasarkan cash flow pada lampiran 2 diperoleh hasil untuk semua kriteria investasi usaha yang meliputi kriteria NPV, IRR, Net B/C, dan Payback Period. Pada tabel berikut memperlihatkan hasil kelayakan investasi tingkat suku bunga empat persen.

Tabel 8. Kriteria Kelayakan Finansial Investasi Usaha Franchise KTBR

No. Kriteria Investasi Nilai

1. Net Present Value 159.462.413

2. Net B/C Ratio 18,0

3. Internal Rate Return (%) 5,24

4. Payback Period 1,2

Tabel 8 diatas menunjukkan bahwa bilai NPV yang dihasilkan dari usaha franchise Produk KTBR adalah positif sebesar Rp 159.462.413. Nilai NPV pada tingkat diskonto empat persen lebih besar dari nol atau sebesar Rp 159.462.413 yang menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan menurut nilai sekarang adalah menguntungkan untuk dilaksanakan, karena memberikan manfaat atau keuntungan sebesar Rp 159.462.413 untuk jangka waktu lima tahun.

Nilai Net B/C ratio adalah 18 atau lebih besar dari satu, artinya investasi yang dikeluarkan sekarang sebesar satu rupiah untuk usaha franchise KTBR akan menambah nilai pendapatan bersih sebesar Rp 18. Berdasarkan kriteria kelayakan Net B/C, usaha ini layak untuk dilaksanakan.

Nilai IRR yang diperoleh untuk usaha franchise KTBR adalah 5,24 persen. Nilai ini berada diatas tingkat suku bunga deposito yang berlaku yaitu empat persen. Dengan kata lain, jika dilihat dari kriteria IRR maka usaha ini telah memenuhi

(31)

kriteria kelayakan finansial. Dimana modal yang dimiliki lebih menguntungkan untuk diinvestasikan pada usaha franchise KTBR bila dibandingkan dengan menyimpannya pada deposito di bank.

Berdasarkan waktu pengambalian investasinya, digunakan analisis Payback Period dan dari hasil analisis yang dilakukan, franchise KTBR akan mencapai titik pengembalian investasi pada saat kegiatan telah berjalan selama satu tahun dua bulan.

6.5.4. Analisis Sensitivitas Usaha Franchise KTBR

Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat perubahan harga bahan baku dan perubahan volume penjualan sehingga keuntungan mendekati normal dimana NPV sama dengan nol, nilai IRR sama dengan tingkat diskonto, dan nilai Net B/C sama dengan satu. Pada penelitian ini, analisis switching value yang dilakukan adalah dengan menghitung perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat kenaikan harga bahan baku dan penurunan volume penjualan kebab.

a. Analisis Sensitivitas Usaha Franchise KTBR: Perubahan Kenaikan Harga Bahan Baku

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan terhadap kenaikan harga bahan baku dan penurunan penjualan, maka diperoleh batas maksimal kenaikan harga bahan baku kebab sebesar 22,9 persen. Kenaikan harga bahan baku tersebut sudah termasuk kenaikan bahan bakar minyak. Berarti usaha franchise KTBR masih layak dilaksanakan pada tingkatan ini, namun apabila kenaikan harga bahan baku lebih dari 22,9 persen maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan karena akan mengalami kerugian.

(32)

b. Analisis Sensitivitas Usaha Franchise KTBR: Perubahan Penurunan Volume Penjualan Produk KTBR

Variabel yang digunakan dalam analisis switching value pada penelitian ini adalah penurunan volume penjualan. Pada skenario II, penurunan volume penjualan maksimal sebesar 13,9 persen dimana usaha tersebut akan mendapatkan keuntungan normal. Namun apabila penurunan lebih dari 13,9 persen maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan, karena akan mengalami kerugian.

Dari hasil analisis switching value yang dilakukan terhadap kedua skenario usaha franchise KTBR, maka dilakukan perbandingan untuk melihat skenario yang paling sensitif atau peka terhadap perubahan variabel. Perbandingan kedua skenario dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Analisis Sensitivitas Usaha Franchise KTBR Pada Kedua Skenario

No. Parameter Persentase

1. Kenaikan Harga Bahan Baku (Skenario I) 22,9

2. Penurunan Volume Penjualan Produk KTBR (Skenario II)

13,9

Secara umum dapat dilihat bahwa dari kedua skenario perubahan yang terjadi atau terdapat resiko yang cukup signifikan dalam menjalankan usaha franchise KTBR. Dari kedua skenario tersebut ditunjukkan bahwa skenario I kurang peka terhadap perubahan variabel switching value, bila dibandingkan dengan skenario II. Batas maksimal perubahan ini sangat mempengaruhi dalam kriteria layak atau tidak layaknya usaha untuk dilaksanakan. Semakin kecil persentase yang diperoleh berarti usaha tersebut peka terhadap perubahan yang terjadi.

Gambar

Tabel 7. Rincian Biaya Variabel Usaha Franchise KTBR

Referensi

Dokumen terkait