• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum) TERHADAP KARAKTERISIK EDIBLE FILM PATI GANYONG (Canna edulis Kerr.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium sativum) TERHADAP KARAKTERISIK EDIBLE FILM PATI GANYONG (Canna edulis Kerr.)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK BAWANG PUTIH (

sativum) TERHADAP KARAKTERISIK

GANYONG (

Ratna Paramitha Sari, Septia Tri Wulandari,

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Jln. Prof. Soedarto, Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax: (024)7460058

Pati Ganyong (Canna edulis Kerr.)

sangat berpotensi digunakan sebagai bahan baku

antioksidan perlu ditambahkan untuk memperbaiki kualitas dan kemampuan kerusakan bahan makanan. Bawang putih (

dan antimikroba yang cukup kuat. bawang terhadap karakteristik edible film

ganyong 3% w/v, konsentrasi sorbitol 2% w/w pati. Adapun variable berubahnya yaitu konsentrasi penambahan ekstrak bawang putih dengan konsentrasi 0%, 5%, 10 % dan 15 % (v/v larutan). Karakteristik mekanik dari edible film yang diamati meliputi ketebalan, kua

(elongation, E), dan SEM (Scanning Electron Microscopy

penambahan ekstrak bawang putih berpengaruh terhadap karakteristik fisik dan mekanik terjadinya penurunan nilai kuat tarik, meningkatnya persen pemanjangan dan ketebalan pengamatan terbaik terdapat pada

memiliki nilai kuat tarik 2,03 kgf/cm uji SEM, permukaaan edible film

dengan edible film dengan konsentrasi ekstrak bawang Kata Kunci : Edible film, Pati Ganyong, Bawang Puti

Canna starch (Canna edulis Kerr.) has a relatively high potentially be used as raw material of

antioxidants should improve the quality and ability of

(Allium sativum) contains Allicin which is a strong antioxidant and antimicrobial agent. research is to study the effect of the addition and the optimal composition of garlic extract characteristics. Independent variable

concentration ( 2% w / w). The addition of variable

solution). Film characterizing in thickness, tensile strength and percent elongation ,and Microscopy (SEM). The results of this study indicate tha

mechanical characteristics of the

thickness of the edible film. The best result observed at e which has a value of 2.03 kgf/cm

Whereas the SEM analysis, surface

the edible film with 5% concentration of garlic extract.

Keywords: Edible films, Canna Starch, Garlic, Antimicrobials, Antioxidants

1. Pendahuluan

Edible film merupakan teknologi sederhana yang dapat diaplikasikan pada bahan pangan yang aman dan ramah lingkungan (Maria

yang bisa dimakan. Edible film

mempertahankan kualitas dari bahan pangan dengan tidak merubah aroma, rasa, tekstur,

PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK BAWANG PUTIH (

) TERHADAP KARAKTERISIK EDIBLE FILM

GANYONG (Canna edulis Kerr.)

Ratna Paramitha Sari, Septia Tri Wulandari, Dyah Hesti Wardhani,ST,MT,Ph.D

Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

darto, Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax: (024)7460058

Abstrak

Canna edulis Kerr.) memiliki kandungan amilosa yang cukup tinggi yaitu

potensi digunakan sebagai bahan baku edible film. Penambahan zat additive seperti antimikroba dan antioksidan perlu ditambahkan untuk memperbaiki kualitas dan kemampuan edible film

Bawang putih (Allium sativum) mengandung allicin yang merupakan zat antioksidan dan antimikroba yang cukup kuat. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh penambahan ekstrak edible film pati ganyong. Variable tetap pada penelitian ini adalah konsentrasi pati nyong 3% w/v, konsentrasi sorbitol 2% w/w pati. Adapun variable berubahnya yaitu konsentrasi penambahan ekstrak bawang putih dengan konsentrasi 0%, 5%, 10 % dan 15 % (v/v larutan). Karakteristik mekanik dari

yang diamati meliputi ketebalan, kuat regang putus (tensile strength, TS

Scanning Electron Microscopy). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan ekstrak bawang putih berpengaruh terhadap karakteristik fisik dan mekanik

terjadinya penurunan nilai kuat tarik, meningkatnya persen pemanjangan dan ketebalan

pengamatan terbaik terdapat pada edible film dengan penambahan konsentrasi 5% ekstrak bawang putih memiliki nilai kuat tarik 2,03 kgf/cm2, persen pemanjangan 20,62%, dan ketebalan 0,04 mm. Sedangkan pada

edible film dengan konsentrasi ekstrak bawang putih 0% terlihat lebih halus dibandingkan dengan konsentrasi ekstrak bawang putih 5%.

, Pati Ganyong, Bawang Putih, Antimikroba, Antioksidan. Abstract

(Canna edulis Kerr.) has a relatively high amylose content about 32.53% hence

potentially be used as raw material of edible film. The addition of additives such as antimicrobials and antioxidants should improve the quality and ability of edible film to prevent damage to food materials. Garlic (Allium sativum) contains Allicin which is a strong antioxidant and antimicrobial agent.

research is to study the effect of the addition and the optimal composition of garlic extract

variables in this study were the canna starch concentration (3% w / v) and sorbitol . The addition of variables of extract garlic acid of 0%, 5%, 10% and

characterizing in thickness, tensile strength and percent elongation ,and

The results of this study indicate that the addition of garlic extract affects the physical and mechanical characteristics of the edible film impairment tensile strength, percent elongation and increased

The best result observed at edible films with 5% concentrati

has a value of 2.03 kgf/cm2 tensile strength, percent elongation of 20.62%, and thickness of 0.04 mm. hereas the SEM analysis, surface edible films with 0% concentration of garlic extract

5% concentration of garlic extract.

s, Canna Starch, Garlic, Antimicrobials, Antioxidants.

merupakan teknologi sederhana yang dapat diaplikasikan pada bahan pangan yang gkungan (Maria et al.,2008). Edible film adalah lapisan tipis yang tersusun dari bahan Edible film mempunyai potensi untuk memperpanjang umur simpan dan mempertahankan kualitas dari bahan pangan dengan tidak merubah aroma, rasa, tekstur,

82

PENGARUH PENAMBAHAN EKSTRAK BAWANG PUTIH (Allium

EDIBLE FILM PATI

Dyah Hesti Wardhani,ST,MT,Ph.D

*)

Universitas Diponegoro

darto, Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax: (024)7460058

kandungan amilosa yang cukup tinggi yaitu 32,53% sehingga . Penambahan zat additive seperti antimikroba dan edible film dalam mencegah yang merupakan zat antioksidan Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari pengaruh penambahan ekstrak . Variable tetap pada penelitian ini adalah konsentrasi pati nyong 3% w/v, konsentrasi sorbitol 2% w/w pati. Adapun variable berubahnya yaitu konsentrasi penambahan ekstrak bawang putih dengan konsentrasi 0%, 5%, 10 % dan 15 % (v/v larutan). Karakteristik mekanik dari , TS) dan persen pemanjangan Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan ekstrak bawang putih berpengaruh terhadap karakteristik fisik dan mekanik edible film yaitu terjadinya penurunan nilai kuat tarik, meningkatnya persen pemanjangan dan ketebalan edible film. Hasil ekstrak bawang putih yang 0,62%, dan ketebalan 0,04 mm. Sedangkan pada 0% terlihat lebih halus dibandingkan

amylose content about 32.53% hence it could . The addition of additives such as antimicrobials and to prevent damage to food materials. Garlic (Allium sativum) contains Allicin which is a strong antioxidant and antimicrobial agent. The purpose of this research is to study the effect of the addition and the optimal composition of garlic extract edible film e canna starch concentration (3% w / v) and sorbitol 0%, 5%, 10% and 15% (v / v characterizing in thickness, tensile strength and percent elongation ,and Scanning Electron t the addition of garlic extract affects the physical and impairment tensile strength, percent elongation and increased s with 5% concentration of garlic extract .62%, and thickness of 0.04 mm. % concentration of garlic extract looks more refined than

merupakan teknologi sederhana yang dapat diaplikasikan pada bahan pangan yang adalah lapisan tipis yang tersusun dari bahan mempunyai potensi untuk memperpanjang umur simpan dan mempertahankan kualitas dari bahan pangan dengan tidak merubah aroma, rasa, tekstur, dan penampakan

(2)

(Tharanathan, 2003). Fungsi

oksigen, lemak dan zat terlarut) dan sebagai carrier bahan makanan seperti aditif untuk memperbaiki mutu dan kualitas bahan pangan selama

Edible film yang tersusun dari polisakarida dapat memperpanjang umur simpan bahan pangan dengan mengurangi laju respirasi dan transfer gas O

1997). Pati merupakan polisakarida yang

(renewable resources) menyebabkan pati berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai materi pembentuk film.

Pati ganyong merupakan polisakarida yang memiliki potensi besar sebagai bahan baku dalam pembuatan edible film. Ganyong (

memiliki kandungan pati (mencapai 30

20%) (Kurniawan, 2011). Kandungan amilosa yang cukup tin

kering) menyebabkan pati ganyong berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembentuk Penambahan additive sep

kemampuan edible film pati ga

sativum) mengandung zat antioksidan dan antimikroba yang cukup besar. Kandungan senyawa phenolic dalam bawang putih merupakan inhibitor yang kuat terhadap oksidasi lemak (

merupakan senyawa kimia yang terkandung dalam bawang putih yang mempunyai sifat bakterisidal. Senyawa ini menghambat pertumbuhan bakteri

putih sebesar 2% dan inaktif pada konsentrasi 5 2. Bahan dan Metode Penelitian

2.1 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain pati ganyong, sorbitol, ekstrak bawang putih, aquades. Dengan variabel penambahan konsentrasi ekstrak bawang yaitu

% v/v larutan.

2.2 Pembuatan Edible film

Edible film berbasis volume suspensi 100 ml terdiri dari pati ganyong 3 % w/v, sorbitol 2% v/v larutan, dan antioksidan berupa ekstrak bawang putih 5% v/v larutan kemudian dilarutkan dalam aquades. Ulan

konsentrasi ekstrak bawang putih 10% dan 15%. Langkah pembuatan

dikembangkan oleh Napierata (2006) dengan beberapa modifikasi yaitu larutkan pati ganyong dalam aquades sesuai variabel dan diaduk selama 20 menit

suspensi ini ke dalam hotplate stirrer tambahkan sorbitol sebagai

500oC, sambil masukkan zat antioksidan dan antimikroba (ekstrak bawang putih) sesuai variabel,dan aduk hingga homogeny. Cetak larutan dengan metode

1 jam dilanjutkan pengeringan pada suhu ruang selama 2.3 Analisa Data

2.3.1 Pengujian Sifat Mekanik 1. Uji ketebalan edible film

Pengujian ketebalan

(2003) sebagai berikut: Ketebalan diukur menggunakan micrometer (ketelitian 0.001 mm) dengan cara menempatkan film di antara rahang micrometer. Untuk setiap sampel film yang akan diuji, ketebalan d pada lima titik yang berbeda. Nilai ketebalan film adalah rata

tersebut.

2. Uji kuat regang putus (tensile strength, TS

Kuat tarik adalah gaya tarik maksimum yang dapat ditahan oleh sebuah film. Parameter ini menggambarkan gaya maksimum yang terjadi pada film selama pengukuran berlangsung. Proses pemanjangan merupakan perubahan maksimum pada saat terjadi peregangan hingga s

(Lai et al., 1997).

Pengujian kuat regang putus dan persen pemanjangan mengacu pada metode yang d oleh Firdaus (2008) sampel

dikaitkan secara horisontal pada penjepit/pengait yang ada pada alat FG/SPAG 01/2650 Texture Analyser dengan peregangan normal. Setelah film plastik terpasang pada masing

tarik dan elastisitas dapat dilakukan. 3. Scanning Electron Microscopy

(Tharanathan, 2003). Fungsi edible film adalah sebagai penghambat transfer massa (misalnya kelembaban, oksigen, lemak dan zat terlarut) dan sebagai carrier bahan makanan seperti aditif untuk memperbaiki mutu dan kualitas bahan pangan selama penyimpanan.

yang tersusun dari polisakarida dapat memperpanjang umur simpan bahan pangan dengan mengurangi laju respirasi dan transfer gas O2 dan CO2. (N´ısperos-Carriedo, 1994; Nussinovitch, Pati merupakan polisakarida yang hidrofilik serta berasal dari sumber yang dapat diperbaharui

resources) menyebabkan pati berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai materi pembentuk Pati ganyong merupakan polisakarida yang memiliki potensi besar sebagai bahan baku dalam

Ganyong (Canna discolor L. Syn. C edulis, suku kana

memiliki kandungan pati (mencapai 30 – 40%) yang lebih tinggi dibandingkan dengan ubi (hanya sekitar 20%) (Kurniawan, 2011). Kandungan amilosa yang cukup tinggi pada pati ganyong (32,53% pada basis kering) menyebabkan pati ganyong berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembentuk

Penambahan additive seperti antioksidan dan antimikroba diharapkan dapat memperbaiki pati ganyong dalam mencegah kerusakan bahan makanan.

mengandung zat antioksidan dan antimikroba yang cukup besar. Kandungan senyawa phenolic dalam bawang putih merupakan inhibitor yang kuat terhadap oksidasi lemak (Biljana Bozin, 200

merupakan senyawa kimia yang terkandung dalam bawang putih yang mempunyai sifat bakterisidal. Senyawa ini menghambat pertumbuhan bakteri Stapyllococcus aureus pada konsentrasi ekstrak bawang putih sebesar 2% dan inaktif pada konsentrasi 5% (Wilson dan Droby,2001).

2. Bahan dan Metode Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain pati ganyong, sorbitol, ekstrak bawang putih, aquades. Dengan variabel penambahan konsentrasi ekstrak bawang yaitu 0 % v/v, 5 % v/v, 10 %

Edible film

berbasis volume suspensi 100 ml terdiri dari pati ganyong 3 % w/v, sorbitol 2% v/v larutan, dan antioksidan berupa ekstrak bawang putih 5% v/v larutan kemudian dilarutkan dalam aquades. Ulan

konsentrasi ekstrak bawang putih 10% dan 15%. Langkah pembuatan edible film

dikembangkan oleh Napierata (2006) dengan beberapa modifikasi yaitu larutkan pati ganyong dalam aquades sesuai variabel dan diaduk selama 20 menit pada suhu ruang. Panaskan cairan yang membentuk hotplate stirrer sampai membentuk gelatin. Setelah terjadi gelatinasi, kemudian tambahkan sorbitol sebagai plastisizer, dan diaduk selama kurang lebih 15 menit. Dinginkan sampai suhu C, sambil masukkan zat antioksidan dan antimikroba (ekstrak bawang putih) sesuai variabel,dan aduk hingga homogeny. Cetak larutan dengan metode casting pada cetakan lalu keringkan pada suhu 50

1 jam dilanjutkan pengeringan pada suhu ruang selama 24 jam.

2.3.1 Pengujian Sifat Mekanik

edible film

Pengujian ketebalan edible film mengacu pada metode yang dideskripsikan oleh Poeloengasih (2003) sebagai berikut: Ketebalan diukur menggunakan micrometer (ketelitian 0.001 mm) dengan cara menempatkan film di antara rahang micrometer. Untuk setiap sampel film yang akan diuji, ketebalan d pada lima titik yang berbeda. Nilai ketebalan film adalah rata-rata hasil pengukuran pada lima tempat

tensile strength, TS) dan persen pemanjangan (elongation, E

Kuat tarik adalah gaya tarik maksimum yang dapat ditahan oleh sebuah film. Parameter ini menggambarkan gaya maksimum yang terjadi pada film selama pengukuran berlangsung. Proses pemanjangan merupakan perubahan maksimum pada saat terjadi peregangan hingga s

Pengujian kuat regang putus dan persen pemanjangan mengacu pada metode yang d

) sampel edible film yang akan diuji dipotong dengan ukuran (2,5 x 20) cm, kemudian ntal pada penjepit/pengait yang ada pada alat FG/SPAG 01/2650 Texture Analyser dengan peregangan normal. Setelah film plastik terpasang pada masing-masing pengaitnya, pengujian kuat tarik dan elastisitas dapat dilakukan.

Scanning Electron Microscopy (SEM)

83 adalah sebagai penghambat transfer massa (misalnya kelembaban, oksigen, lemak dan zat terlarut) dan sebagai carrier bahan makanan seperti aditif untuk memperbaiki mutu yang tersusun dari polisakarida dapat memperpanjang umur simpan bahan pangan Carriedo, 1994; Nussinovitch, hidrofilik serta berasal dari sumber yang dapat diperbaharui resources) menyebabkan pati berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai materi pembentuk edible Pati ganyong merupakan polisakarida yang memiliki potensi besar sebagai bahan baku dalam , suku kana-kanaan atau Cannaceae) 40%) yang lebih tinggi dibandingkan dengan ubi (hanya sekitar ggi pada pati ganyong (32,53% pada basis kering) menyebabkan pati ganyong berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pembentuk edible film.

a diharapkan dapat memperbaiki nyong dalam mencegah kerusakan bahan makanan. Bawang putih (Allium mengandung zat antioksidan dan antimikroba yang cukup besar. Kandungan senyawa phenolic Biljana Bozin, 2008). Allisin merupakan senyawa kimia yang terkandung dalam bawang putih yang mempunyai sifat bakterisidal. pada konsentrasi ekstrak bawang

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain pati ganyong, sorbitol, ekstrak bawang putih, 0 % v/v, 5 % v/v, 10 % v/v dan 15

berbasis volume suspensi 100 ml terdiri dari pati ganyong 3 % w/v, sorbitol 2% v/v larutan, dan antioksidan berupa ekstrak bawang putih 5% v/v larutan kemudian dilarutkan dalam aquades. Ulangi untuk edible film berdasarkan metode yang dikembangkan oleh Napierata (2006) dengan beberapa modifikasi yaitu larutkan pati ganyong dalam pada suhu ruang. Panaskan cairan yang membentuk sampai membentuk gelatin. Setelah terjadi gelatinasi, kemudian , dan diaduk selama kurang lebih 15 menit. Dinginkan sampai suhu C, sambil masukkan zat antioksidan dan antimikroba (ekstrak bawang putih) sesuai variabel,dan aduk pada cetakan lalu keringkan pada suhu 50oC selama

mengacu pada metode yang dideskripsikan oleh Poeloengasih (2003) sebagai berikut: Ketebalan diukur menggunakan micrometer (ketelitian 0.001 mm) dengan cara menempatkan film di antara rahang micrometer. Untuk setiap sampel film yang akan diuji, ketebalan diukur rata hasil pengukuran pada lima tempat

elongation, E).

Kuat tarik adalah gaya tarik maksimum yang dapat ditahan oleh sebuah film. Parameter ini menggambarkan gaya maksimum yang terjadi pada film selama pengukuran berlangsung. Proses pemanjangan merupakan perubahan maksimum pada saat terjadi peregangan hingga sampel film terputus Pengujian kuat regang putus dan persen pemanjangan mengacu pada metode yang dideskripsikan yang akan diuji dipotong dengan ukuran (2,5 x 20) cm, kemudian ntal pada penjepit/pengait yang ada pada alat FG/SPAG 01/2650 Texture Analyser masing pengaitnya, pengujian kuat

(3)

Pengamatan terhadap mikrostruktur

Microscopy (SEM). Analisis ini menggunakan alat SEM (JEOL Preparasi sampel untuk pengamatan ini dimulai dengan pengeringan s

kadar air mencapai 2% atau kurang. Sampel dipotong dengan ukuran 0,5 cm x 0.5 cm. Setelah preparasi, sampel diletakkan pada logam yang dilapisi karbon untuk selanjutnya dilakukan pelapisan emas (Au) 300 Å di dalam Magnetron Sputtering Device

loncatan logam emas ke arah sampel, sehingga melapisi sampel. Sampel yang telah dilapisi emas diletakkan pada lokasi sampel dalam mikroskop elektron, dan dengan terjadinya te

maka akan terekam ke dalam monitor dan kemudian dilakukan pemotretan. 3. Hasil dan Pembahasan

Pati ganyong dengan kandungan amilosa yang cukup tinggi yaitu 32,53% (Wiyoto, et al.,2004) digunakan sebagai bahan baku pembuata

antimikroba dan antioksidan alami pada berpengaruh terhadap sifat fisik dan mekanik

sapi untuk dikaji aktivitas antimikroba dan antioksidannya.

3.1 Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Bawang terhadap Sifat Mekanik

Konsentrasi ekstrak bawang

Dari data diatas dapat dilihat bahwa penambahan zat antimikroba dan antioksidan ekstrak bawang berpengaruh terhadap karakteristik mekanik

sebagai gaya tarik maksimum yang dapat ditahan oleh suatu material sebelum mengalami kerusakan (Krochta,1997). Dari hasil uji kuat tarik

bawang yang ditambahkan akan menghasilkan kuat tarik yang semakin kecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

nilai kuat tarik terbaik yaitu 2,77 kgf/cm

kuat tarik 2,03 kgf/cm2, sedangkan pada konsentrasi ekstrak bawang 10% menghasilkan kuat tarik 1,63 kgf/cm2, dan pada penambahan konsentrasi ekstrak bawang 15% memiliki kuat tarik 1,33 kgf/cm

Amilosa merupakan pati fraksi linier

di permukaan granula ketika proses pembuatan

dan disertai dengan terjadinya penurunan suhu dan evaporasi maka akan terbent

ikatan silang antar rantai amilosa serta antar amilosa dengan granula itu sendiri (Cahyana, 2006). Ikatan silang antar rantai amilosa pada pati ganyong dalam pembentukan

film yang dihasilkan. Penambahan ekstrak bawang mengurangi ikatan hidrogen pada matrik ikatan intermolekuler. Hal ini memungkinkan terputusnya

rantai amilosa menyebabkan terputusnya jaringan yang terbentuk pada gel tarik film semakin menurun (Iqbal Syaichurrozi dan Netty,2012)

Film dengan penambahan ekstrak bawang mengalami penurunan kuat tarik. Kuat tarik menentukan kekuatan dari edible film, sedangkan persen elongasi atau persen pemanjangan

Persen pemanjangan merupakan perubahan panjang maksimum yang dialami film pada sa

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak bawang yang ditambahkan menyebabkan meningkatnya persen pemanjangan dari

bawang yang ditambahkan mengurangi gaya intermolekuler amilosa sehingga jarak antar molekul amilosa semakin meningkat. Ekstrak bawang mengisi ruang antar molekul pada

meningkatkan kerapatan ruang antar molekul tersebut (Ahvenainen, 2003), lebih elastis. Kecenderungan hasil yang serupa ditunjukkan oleh penelitian menyebutkan bahwa penambahan

meningkatkan elastisitas dari film berbahan kitosan.

Pengamatan terhadap mikrostruktur edible film yang terbentuk diamati dengan (SEM). Analisis ini menggunakan alat SEM (JEOL JSM 5310 LV Preparasi sampel untuk pengamatan ini dimulai dengan pengeringan sampel dengan

kadar air mencapai 2% atau kurang. Sampel dipotong dengan ukuran 0,5 cm x 0.5 cm. Setelah preparasi, sampel diletakkan pada logam yang dilapisi karbon untuk selanjutnya dilakukan pelapisan emas (Au) 300 Å n Sputtering Device yang dilengkapi dengan pompa vakum. Pada proses vakum terjadi loncatan logam emas ke arah sampel, sehingga melapisi sampel. Sampel yang telah dilapisi emas diletakkan pada lokasi sampel dalam mikroskop elektron, dan dengan terjadinya tembakan elektron ke arah sampel, maka akan terekam ke dalam monitor dan kemudian dilakukan pemotretan.

Pati ganyong dengan kandungan amilosa yang cukup tinggi yaitu 32,53% (Wiyoto, et al.,2004) digunakan sebagai bahan baku pembuatan edible film. Ekstrak bawang putih ditambahkan sebagai zat antimikroba dan antioksidan alami pada edible film pati ganyong. Penambahan ekstrak bawang putih berpengaruh terhadap sifat fisik dan mekanik edible film yang dihasilkan. Edible film

sapi untuk dikaji aktivitas antimikroba dan antioksidannya.

Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Bawang terhadap Sifat Mekanik Edible film Tabel 1. Hasil Analisa Mekanik Edible film Konsentrasi ekstrak bawang Tensile Strength (kgf/cm2) % elongation 0 % 2,77 19,68 5 % 2,03 20,62 10 % 1,63 20,17 15 % 1,33 21,89

Dari data diatas dapat dilihat bahwa penambahan zat antimikroba dan antioksidan ekstrak bawang berpengaruh terhadap karakteristik mekanik edible film yang dihasilkan. Kekuatan tarik didefinisikan sebagai gaya tarik maksimum yang dapat ditahan oleh suatu material sebelum mengalami kerusakan (Krochta,1997). Dari hasil uji kuat tarik edible film dapat dilihat semakin meningkatnya konsentrasi ekstrak

ng yang ditambahkan akan menghasilkan kuat tarik yang semakin kecil.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa edible film pati ganyong tanpa penambahan ekstrak bawang mempunyai nilai kuat tarik terbaik yaitu 2,77 kgf/cm2. Edible film dengan konsentrasi ekstrak

, sedangkan pada konsentrasi ekstrak bawang 10% menghasilkan kuat tarik 1,63 , dan pada penambahan konsentrasi ekstrak bawang 15% memiliki kuat tarik 1,33 kgf/cm

Amilosa merupakan pati fraksi linier yang cenderung membentuk jaring–jaring secara paralel antar rantainya di permukaan granula ketika proses pembuatan edible film dari pati. Saat proses gelatinisasi telah sempurna dan disertai dengan terjadinya penurunan suhu dan evaporasi maka akan terbent

ikatan silang antar rantai amilosa serta antar amilosa dengan granula itu sendiri (Cahyana, 2006). Ikatan silang antar rantai amilosa pada pati ganyong dalam pembentukan edible film menentukan kuat tarik

. Penambahan ekstrak bawang mengurangi ikatan hidrogen pada matrik ikatan intermolekuler. Hal ini memungkinkan terputusnya ikatan antar rantai amilosa. Terputusnya ikatan antar rantai amilosa menyebabkan terputusnya jaringan yang terbentuk pada gel edible

tarik film semakin menurun (Iqbal Syaichurrozi dan Netty,2012)

Film dengan penambahan ekstrak bawang mengalami penurunan kuat tarik. Kuat tarik menentukan kekuatan , sedangkan persen elongasi atau persen pemanjangan menunjukkan elastisitas dari

Persen pemanjangan merupakan perubahan panjang maksimum yang dialami film pada sa

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak bawang yang ditambahkan eningkatnya persen pemanjangan dari edible film. Hal ini diduga terjadi karena ekstrak bawang yang ditambahkan mengurangi gaya intermolekuler amilosa sehingga jarak antar molekul amilosa semakin meningkat. Ekstrak bawang mengisi ruang antar molekul pada struktur polimer dan akan meningkatkan kerapatan ruang antar molekul tersebut (Ahvenainen, 2003), sehingga film yang dihasilkan Kecenderungan hasil yang serupa ditunjukkan oleh penelitian Warsiki, dkk (2012) yang menyebutkan bahwa penambahan ekstrak bawang putih menyebabkan menurunnya nilai kuat tarik, namun meningkatkan elastisitas dari film berbahan kitosan.

yang terbentuk diamati dengan Scanning Electron 5310 LV Scanning Microscope). ampel dengan freeze drying sampai kadar air mencapai 2% atau kurang. Sampel dipotong dengan ukuran 0,5 cm x 0.5 cm. Setelah preparasi, sampel diletakkan pada logam yang dilapisi karbon untuk selanjutnya dilakukan pelapisan emas (Au) 300 Å yang dilengkapi dengan pompa vakum. Pada proses vakum terjadi loncatan logam emas ke arah sampel, sehingga melapisi sampel. Sampel yang telah dilapisi emas diletakkan mbakan elektron ke arah sampel,

Pati ganyong dengan kandungan amilosa yang cukup tinggi yaitu 32,53% (Wiyoto, et al.,2004) . Ekstrak bawang putih ditambahkan sebagai zat pati ganyong. Penambahan ekstrak bawang putih Edible film diaplikasikan pada sosis

Edible film

% elongation

Dari data diatas dapat dilihat bahwa penambahan zat antimikroba dan antioksidan ekstrak bawang yang dihasilkan. Kekuatan tarik didefinisikan sebagai gaya tarik maksimum yang dapat ditahan oleh suatu material sebelum mengalami kerusakan dapat dilihat semakin meningkatnya konsentrasi ekstrak pati ganyong tanpa penambahan ekstrak bawang mempunyai dengan konsentrasi ekstrak bawang 5% memiliki nilai , sedangkan pada konsentrasi ekstrak bawang 10% menghasilkan kuat tarik 1,63 , dan pada penambahan konsentrasi ekstrak bawang 15% memiliki kuat tarik 1,33 kgf/cm2.

jaring secara paralel antar rantainya dari pati. Saat proses gelatinisasi telah sempurna dan disertai dengan terjadinya penurunan suhu dan evaporasi maka akan terbentuk struktur tiga dimensi ikatan silang antar rantai amilosa serta antar amilosa dengan granula itu sendiri (Cahyana, 2006). Ikatan menentukan kuat tarik edible . Penambahan ekstrak bawang mengurangi ikatan hidrogen pada matrik ikatan ikatan antar rantai amilosa. Terputusnya ikatan antar edible film sehingga nilai kuat Film dengan penambahan ekstrak bawang mengalami penurunan kuat tarik. Kuat tarik menentukan kekuatan menunjukkan elastisitas dari edible film. Persen pemanjangan merupakan perubahan panjang maksimum yang dialami film pada saat sampel sobek. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak bawang yang ditambahkan . Hal ini diduga terjadi karena ekstrak bawang yang ditambahkan mengurangi gaya intermolekuler amilosa sehingga jarak antar molekul amilosa struktur polimer dan akan sehingga film yang dihasilkan Warsiki, dkk (2012) yang ekstrak bawang putih menyebabkan menurunnya nilai kuat tarik, namun

(4)

3.2 Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Bawang terhadap Ketebalan

Perbedaan konsentrasi ekstrak bawang putih yang ditambahkan pada larutan

perbedaan ketebalan film yang dihasilkan. Grafik hubungan konsentrasi ekstrak bawang yang ditambahkan pada edible film pati ganyong dengan ketebalan film yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 4.1 di bawah ini.

Gambar 1. Hubungan Konsentrasi Ekstrak Bawang yang ditambahkan pada

Dari grafik dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi penambahan ekstrak bawang pada larutan edible film pati ganyong, maka

konsentrasi penambahan ekstrak bawang putih sebesar 15% menunjukan ketebal Dibandingkan dengan tanpa penambahan konsentrasi ekstrak bawang putih (0%) menghasilkan

paling tipis diantara variable konsentrasi lainnya. Fenomena itu terjadi karena di dalam ekstrak bawang putih mengandung sejumlah senyawa

disulfida dan dialil polisulfida yang dinamakan alisin (Seydim dan Sarikus, 2006). Keberadaan senyawa senyawa inilah yang mengakibatkan tebal lembaran

ekstrak bawang putih yang ditambahkan.

Hasil yang serupa juga ditunjukkan oleh penelitian Warsiki, dkk (2012) yang menyebutkan bahwa kitosan dengan penambahan ekstrak bawang putih mempunyai ketebalan yang lebih tin

film kitosan tanpa penambahan ekstrak bawang putih.

3.3 Hasil Uji SEM

Analisis SEM digunakan untuk melihat morfologi dari

film berbasis pati ganyong tanpa penambahan ekstrak bawang dan ekstrak bawang.

a

Gambar 2. Hasil analisa Scanning Electron Microscopy (SEM) permukaan konsentrasi ekstrak bawang 0% (b)

0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 T e b a l F il m ( m m )

Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Bawang terhadap Ketebalan Edible film Perbedaan konsentrasi ekstrak bawang putih yang ditambahkan pada larutan

perbedaan ketebalan film yang dihasilkan. Grafik hubungan konsentrasi ekstrak bawang yang ditambahkan pati ganyong dengan ketebalan film yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 4.1 di bawah

Gambar 1. Hubungan Konsentrasi Ekstrak Bawang yang ditambahkan pada Edible film ketebalan Film yang Dihasilkan

kan bahwa semakin tinggi konsentrasi penambahan ekstrak bawang pada larutan maka semakin tebal pula lembaran edible film pati ganyong yang dihasilkan. Pada konsentrasi penambahan ekstrak bawang putih sebesar 15% menunjukan ketebal

Dibandingkan dengan tanpa penambahan konsentrasi ekstrak bawang putih (0%) menghasilkan

paling tipis diantara variable konsentrasi lainnya. Fenomena itu terjadi karena di dalam ekstrak bawang putih mengandung sejumlah senyawa seperti dialil disulfida, dialil trisulfida, alil propil disulfida, sejumlah kecil disulfida dan dialil polisulfida yang dinamakan alisin (Seydim dan Sarikus, 2006). Keberadaan senyawa senyawa inilah yang mengakibatkan tebal lembaran edible film menjadi lebih tinggi sesuai konsentrasi ekstrak bawang putih yang ditambahkan.

Hasil yang serupa juga ditunjukkan oleh penelitian Warsiki, dkk (2012) yang menyebutkan bahwa kitosan dengan penambahan ekstrak bawang putih mempunyai ketebalan yang lebih tin

kitosan tanpa penambahan ekstrak bawang putih.

Analisis SEM digunakan untuk melihat morfologi dari Edible film. Berikut adalah hasil analisa SEM berbasis pati ganyong tanpa penambahan ekstrak bawang dan edible film

b

Gambar 2. Hasil analisa Scanning Electron Microscopy (SEM) permukaan edible film konsentrasi ekstrak bawang 0% (b) konsentrasi ekstrak bawang 5% perbesaran 1000x

0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0% 5% 10% 15%

Konsentrasi Ekstrak Bawang

85 Perbedaan konsentrasi ekstrak bawang putih yang ditambahkan pada larutan edible film menyebabkan perbedaan ketebalan film yang dihasilkan. Grafik hubungan konsentrasi ekstrak bawang yang ditambahkan pati ganyong dengan ketebalan film yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 4.1 di bawah

Edible film Pati Ganyong dengan kan bahwa semakin tinggi konsentrasi penambahan ekstrak bawang pada larutan pati ganyong yang dihasilkan. Pada konsentrasi penambahan ekstrak bawang putih sebesar 15% menunjukan ketebalan paling tinggi. Dibandingkan dengan tanpa penambahan konsentrasi ekstrak bawang putih (0%) menghasilkan edible film paling tipis diantara variable konsentrasi lainnya. Fenomena itu terjadi karena di dalam ekstrak bawang putih seperti dialil disulfida, dialil trisulfida, alil propil disulfida, sejumlah kecil disulfida dan dialil polisulfida yang dinamakan alisin (Seydim dan Sarikus, 2006). Keberadaan

senyawa-bih tinggi sesuai konsentrasi Hasil yang serupa juga ditunjukkan oleh penelitian Warsiki, dkk (2012) yang menyebutkan bahwa edible film kitosan dengan penambahan ekstrak bawang putih mempunyai ketebalan yang lebih tinggi daripada edible

. Berikut adalah hasil analisa SEM edible edible film dengan penambahan 5%

edible film pati ganyong (a) konsentrasi ekstrak bawang 5% perbesaran 1000x

(5)

Dari Gambar 4.2 dapat dilihat perbedaan morfologi antara dengan konsentrasi 5%. Permukaan

sedangkan pada edible film 5% ekstrak bawang tampak beberapa pori yang mempengaruhi sifat mekanik film. Penambahan ekstrak bawang melemahkan ikatan antar molekul amilosa sehingga akan menurunkan k

matrik film dan mempengaruhi porositas film. Hal ini menyebabkan menurunnya kemampuan jaringan untuk mengikat air, sehingga air bebas yang berada dalam suspensi film akan menguap selama proses pengeringan, hal ini menyebabkan terbentuknya pori pa

Gambar 3. Hasil analisa Scanning Electron Microscopy (SEM) permukaan melintang

ganyong (a) konsentrasi ekstrak bawang 0% (b) konsentrasi ekstrak bawang 5% perbesaran 2500x Hasil analisa SEM tampak melintang memperlihatkan adanya perbedaan mikrostruktur

ganyong tanpa penambahan ekstrak bawang dengan

gambar terlihat struktur ikatan intermolekuler amilosa yang membentuk m bawang. Sedangkan pada permukaan melintang

retakan.

Penambahan ekstrak bawang dalam

film sehingga terbentuk beberapa pori dan retakan yang menyebabkan nilai kuat tarik semakin kecil. Hal ini sesuai dengan data hasil uji kuat tarik yang menyebutkan nilai kuat tarik

ekstrak bawang 2,77 kgf/cm2 nilai kuat tarik 2,03 kgf/cm2

Gambar 4. (a) Edible film konsentrasi bawang 0% (b) konsentrasi bawang 10% (d) 4. Kesimpulan

Edible film dengan konsentrasi ekstrak bawang 5% memiliki nilai kuat tarik 2,03 kgf/cm pemanjangan 20,62%, dan ketebalan 0,04 mm.

Dari Gambar 4.2 dapat dilihat perbedaan morfologi antara edible film dengan konsentrasi ekstrak bawang 0% dengan konsentrasi 5%. Permukaan edible film dengan konsentrasi ekstrak bawang 0% terlihat lebih halus, 5% ekstrak bawang tampak beberapa pori yang mempengaruhi sifat mekanik film. Penambahan ekstrak bawang melemahkan ikatan antar molekul amilosa sehingga akan menurunkan k

matrik film dan mempengaruhi porositas film. Hal ini menyebabkan menurunnya kemampuan jaringan untuk mengikat air, sehingga air bebas yang berada dalam suspensi film akan menguap selama proses pengeringan, hal ini menyebabkan terbentuknya pori pada permukaan edible film (Budi Santoso,2010).

Gambar 3. Hasil analisa Scanning Electron Microscopy (SEM) permukaan melintang

ganyong (a) konsentrasi ekstrak bawang 0% (b) konsentrasi ekstrak bawang 5% perbesaran 2500x EM tampak melintang memperlihatkan adanya perbedaan mikrostruktur

ganyong tanpa penambahan ekstrak bawang dengan edible film dengan konsentrasi ekstrak bawang 5%. Dari gambar terlihat struktur ikatan intermolekuler amilosa yang membentuk matrik pada

bawang. Sedangkan pada permukaan melintang edible film 5% ekstrak bawang terlihat adanya beberapa Penambahan ekstrak bawang dalam edible film menyebabkan lemahnya ikatan amilosa pada stuktur

erbentuk beberapa pori dan retakan yang menyebabkan nilai kuat tarik semakin kecil. Hal ini sesuai dengan data hasil uji kuat tarik yang menyebutkan nilai kuat tarik edible film

2 sedangkan edible film dengan penambahan 5% ekstrak bawang menghasilkan

konsentrasi bawang 0% (b) Edible film konsentrasi bawang 5% (c) konsentrasi bawang 10% (d) Edible film konsentrasi bawang 15%

dengan konsentrasi ekstrak bawang 5% memiliki nilai kuat tarik 2,03 kgf/cm

pemanjangan 20,62%, dan ketebalan 0,04 mm. Penambahan ekstrak bawang putih pada berbagai konsentrasi dengan konsentrasi ekstrak bawang 0% dengan konsentrasi ekstrak bawang 0% terlihat lebih halus, 5% ekstrak bawang tampak beberapa pori yang mempengaruhi sifat mekanik film. Penambahan ekstrak bawang melemahkan ikatan antar molekul amilosa sehingga akan menurunkan kerapatan matrik film dan mempengaruhi porositas film. Hal ini menyebabkan menurunnya kemampuan jaringan untuk mengikat air, sehingga air bebas yang berada dalam suspensi film akan menguap selama proses pengeringan,

(Budi Santoso,2010).

Gambar 3. Hasil analisa Scanning Electron Microscopy (SEM) permukaan melintang edible film pati ganyong (a) konsentrasi ekstrak bawang 0% (b) konsentrasi ekstrak bawang 5% perbesaran 2500x

EM tampak melintang memperlihatkan adanya perbedaan mikrostruktur edible film pati dengan konsentrasi ekstrak bawang 5%. Dari atrik pada edible film 0% ekstrak 5% ekstrak bawang terlihat adanya beberapa menyebabkan lemahnya ikatan amilosa pada stuktur edible erbentuk beberapa pori dan retakan yang menyebabkan nilai kuat tarik semakin kecil. Hal ini edible film tanpa penambahan dengan penambahan 5% ekstrak bawang menghasilkan

konsentrasi bawang 5% (c) Edible film konsentrasi bawang 15%

dengan konsentrasi ekstrak bawang 5% memiliki nilai kuat tarik 2,03 kgf/cm2, persen kstrak bawang putih pada berbagai konsentrasi

(6)

berpengaruh terhadap karakteristik mekaniknya

kuat tarik, meningkatnya persen pemanjangan dan ketebalan

permukaaan edible film dengan konsentrasi ekstrak bawang putih 0% terlihat lebih halus dibandingkan dengan edible film dengan konsentrasi ekstrak bawang putih 5%.

Ucapan Terimakasih

Ucapan terimakasih disampaikan kepada

arahan dan bimbingannya dari awal pembuatan proposal penelitian, penelitian, hingg selesai dibuat serta laboran Teknik K

penyedia alat dan bahan untuk penelitian kami. Daftar Pustaka

Ahvenainen R. 2003. Novel Food Packaging Techniques. Woodhead Publ Apriyantono A, Fardiaz D, Puspitasari NL, Sedarnawati, Budiyanto S. 1989.

Pangan dan Gizi IPB.

Bozin, Biljana, et all.2008. Chemical Composition, Antioxidant and Antibacterial Becker ex Heimerl s.l.

Pharmacy, Hajduk Veljkova.

Cahyana, P. T. 2006. Pengkajian Pengaruh Kadar Amilosa dan Plasticizer Terhadap Karakteristik dari Pati Beras Termodifikasi

Firdaus, F. dan Mulyaningsih S., 2008, Pati Tropis-Khitosan, dan Pati Tropis ) Edisi Juni 2008.

Kurniawan, Teguh Ferry. 2011.

Formulasi Tablet Acetaminophen Pengetahuan Alam Universitas Islam Krochta, J. M. and C. L. C. De Mulder. 1997.

opportunities (A Scientific Status Summary) Lai, H.M., G.W.Padua and L.S.Wei. 1997.

and stearic acids. Cereal Chem. 74(1): 83 Maria Vargas, Clara Pastor, Amparo Chiralt

Advances in Edible Coatings for Fresh an Napierata, Danuta M., Alina Nowotarska. 2006

Film. Department of Physic, University Of agriculture: Poznan. N´ısperos-Carriedo, M.O., 1994.

Baldwin, E.A., N´ısperos

Technomic Publishing Co., Switzerland, pp. 305 Nussinovitch, A. (Ed.), 1997. Agricultural

in the Food and Other Industries Poeloengasih, C., Djagal W. Masono. 2003.

Tapioka. Yogyakarta

Santoso, Budi, Filli Pratama, Basuni Hamzah, Dan Rindit Pambayun. 2010. Menggunakan Pati Ganyong Termodifikasi Ikatan Silang

Pascasarjana Universitas Sriwijaya. Seydim, A. C. Dan G. Sarikus. 2006.

With Oregano, Rosemary And Garlic Essential Oils Syaichurrozi, Iqbal Dan Netty Handayani. 2012.

Edible film Dari Pati Ganyong (Canna Edulis Kerr.). Diponegoro. Semarang.

Tharanathan, R.N., 2003. Biodegradable Films And Composite Coatings: Technol. 14, 71–78.

Warsiki , Endang , Juanda Sianturi, Dan Titi Candra Sunarti 2012. Permeabilitas Film Berbahan Kitosan

Pertanian, IPB

Wijoyo, Arif, F.Sinung Pranata, P. Kianto. 2004 Ganyong (Canna edulis Kerr.).

IX no. 3 (Okt. 2004), halaman Wilson, C.L. and S. Droby. 2001.

berpengaruh terhadap karakteristik mekaniknya edible film pati ganyong seperti

kuat tarik, meningkatnya persen pemanjangan dan ketebalan edible film. Sedangkan pada uji SEM, dengan konsentrasi ekstrak bawang putih 0% terlihat lebih halus dibandingkan dengan konsentrasi ekstrak bawang putih 5%.

Ucapan terimakasih disampaikan kepada Dyah Hesti Wardhani,ST,MT,Ph.D selaku dosen pembimbing atas arahan dan bimbingannya dari awal pembuatan proposal penelitian, penelitian, hingg

selesai dibuat serta laboran Teknik Kimia Universitas Diponegoro Semarang atas kontribusinya sebagai penyedia alat dan bahan untuk penelitian kami.

. Novel Food Packaging Techniques. Woodhead Publishing Limited. Cambridge. England. Apriyantono A, Fardiaz D, Puspitasari NL, Sedarnawati, Budiyanto S. 1989. Analisis Pangan

Bozin, Biljana, et all.2008. Chemical Composition, Antioxidant and Antibacterial Properties of

s.l. and A.pannonica Scheele Essential oils. Faculty of Medicine, Department of Pharmacy, Hajduk Veljkova.Serbia.

Pengkajian Pengaruh Kadar Amilosa dan Plasticizer Terhadap Karakteristik ari Pati Beras Termodifikasi. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB.

Firdaus, F. dan Mulyaningsih S., 2008, Morfologi Film Plastik Biodegradeble dari Komposit Pati Tropis Khitosan, dan Pati Tropis-PLA-Khitosan, Jurnal TEKNOIN ISSN 0853

Kurniawan, Teguh Ferry. 2011. Potensi Pati Ganyong (Canna edulis Ker.) Sebagai Bahan Penghancur dalam Formulasi Tablet Acetaminophen. Yogyakarta : Program Studi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia.

Krochta, J. M. and C. L. C. De Mulder. 1997. Edible and biodegradable polymer films (A Scientific Status Summary). Food Technology. 51(2): 61-74

Lai, H.M., G.W.Padua and L.S.Wei. 1997. Properties and microsrucure of zein sheets plastisized with palmitic Cereal Chem. 74(1): 83-90.

Amparo Chiralt, D. Julian McClements & Chelo González

Advances in Edible Coatings for Fresh and Minimally Processed Fruits. Vol. 4, Issues 6, pp 496 Napierata, Danuta M., Alina Nowotarska. 2006. Water Vapor Transmission Properties of Wheat Starch

. Department of Physic, University Of agriculture: Poznan.

994. Edible coatings and films based on polysaccharides

Baldwin, E.A., N´ısperos-Carriedo, M.O. (Eds.), Edible Coatings and Films to Improve Food Quality. Technomic Publishing Co., Switzerland, pp. 305–335.

Nussinovitch, A. (Ed.), 1997. Agricultural Uses of Hydrocolloids. Hydrocolloid Applications:Gum Technology in the Food and Other Industries. Blackie Academic and Professional, London, pp. 169

Poeloengasih, C., Djagal W. Masono. 2003. Karakterisasi Edible film Komposit Protein Biji Kecipir dan Santoso, Budi, Filli Pratama, Basuni Hamzah, Dan Rindit Pambayun. 2010. Pengembangan

Menggunakan Pati Ganyong Termodifikasi Ikatan Silang. Teknologi Industri Pertanian Pro Pascasarjana Universitas Sriwijaya.

Seydim, A. C. Dan G. Sarikus. 2006. Antimicrobial Activity Of Whey Protein Based With Oregano, Rosemary And Garlic Essential Oils. J Food Res Int 39 : 639-644

Handayani. 2012. Kajian Penambahan Zat Antimikroba Terhadap Karakteristik Dari Pati Ganyong (Canna Edulis Kerr.). Program Studi Teknik Kimia Universitas

Biodegradable Films And Composite Coatings: Past, Present And Future. Warsiki , Endang , Juanda Sianturi, Dan Titi Candra Sunarti 2012. Evaluasi Sifat Fisis

Permeabilitas Film Berbahan Kitosan .Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Wijoyo, Arif, F.Sinung Pranata, P. Kianto. 2004. Karakterisasi sifat-sifat fisik dan mekanik

Ganyong (Canna edulis Kerr.). Jakarta: Universitas Indonesia. Biota Jurnal Ilmiah Ilmu IX no. 3 (Okt. 2004), halaman 155-162.

Wilson, C.L. and S. Droby. 2001. Microbial Food Contamination. p. 188. Boca Raton, FL: CRC Press LLC. 87 pati ganyong seperti terjadinya penurunan nilai . Sedangkan pada uji SEM, dengan konsentrasi ekstrak bawang putih 0% terlihat lebih halus dibandingkan

selaku dosen pembimbing atas arahan dan bimbingannya dari awal pembuatan proposal penelitian, penelitian, hingga laporan penelitian ini imia Universitas Diponegoro Semarang atas kontribusinya sebagai

ishing Limited. Cambridge. England. Analisis Pangan. Bogor: PAU

Properties of Achillea collina Faculty of Medicine, Department of Pengkajian Pengaruh Kadar Amilosa dan Plasticizer Terhadap Karakteristik Edible film dari Komposit Pati Tropis-PLA, , Jurnal TEKNOIN ISSN 0853-8697 ( terakreditasi Potensi Pati Ganyong (Canna edulis Ker.) Sebagai Bahan Penghancur dalam . Yogyakarta : Program Studi Fakultas Matematika dan Ilmu Edible and biodegradable polymer films -challenges and f zein sheets plastisized with palmitic Chelo González-Martínez. 2008.. Recent

Vol. 4, Issues 6, pp 496-511 . Water Vapor Transmission Properties of Wheat Starch-Sorbitol Edible coatings and films based on polysaccharides. In: Krochta, J.M., Carriedo, M.O. (Eds.), Edible Coatings and Films to Improve Food Quality. Uses of Hydrocolloids. Hydrocolloid Applications:Gum Technology . Blackie Academic and Professional, London, pp. 169–189

Komposit Protein Biji Kecipir dan Pengembangan Edible film Dengan . Teknologi Industri Pertanian Program

Antimicrobial Activity Of Whey Protein Based Edible films Incorporated 644.

Kajian Penambahan Zat Antimikroba Terhadap Karakteristik Program Studi Teknik Kimia Universitas

Past, Present And Future. Food Sci. Evaluasi Sifat Fisis-Mekanis Dan

Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi sifat fisik dan mekanik Edible film Pati Jakarta: Universitas Indonesia. Biota Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Hayati vol.

Gambar

Tabel 1. Hasil Analisa Mekanik Edible film  Konsentrasi  ekstrak bawang  Tensile  Strength  (kgf/cm 2 )  % elongation 0 %  2,77  19,68  5 %  2,03  20,62  10 %  1,63  20,17  15 %  1,33  21,89
Gambar    2.    Hasil  analisa  Scanning  Electron  Microscopy  (SEM)  permukaan  konsentrasi ekstrak bawang 0% (b)
gambar terlihat struktur ikatan intermolekuler amilosa yang membentuk m bawang.  Sedangkan  pada  permukaan  melintang

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan rata-rata hasil uji indeks keseragaman (E) sebesar 0,035 yang mendekati nilai 0, yang berarti komunitas plankton di perairan tambak tersebut tidak menyebar secara

1) Mengembangkan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan metode pengajaran Alquran. 2) Mendirikan lembaga pendidikan Alquran. 3) Mendirikan lembaga penunjang untuk terselenggaranya

Antam’s 2011 gold production volume reached 2,667 kg, with Pongkor’s gold output amounted to 1,987 kg whilst Cibaliung’s gold production reached 680 kg.. Antam’s gold production

jenis kelamin laki-laki memiliki kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan perempuan namun dalam penelitian tersebut kelompok pasien dibedakan berdasarkan dengan

Ayam broiler yang diberikan testosteron pada semua tingkatan dosis memiliki konsumsi pakan dan rasio konversi pakan yang sama dengan kontrol, serta pada kelompok ayam yang

Penyelidikan ini akan melihat kepada kesan dan perkembangan penggunaan media campuran yang digunakan oleh pelukis Malaysia perjalanan seni moden Malaysia dalam perkaitan

[r]

〔商法三〇一〕 火災保険の目的物を譲渡担保に供した場合、保険会 社は損害填補の責任を負わないとされた事例